T BK 1303021 Chapter3
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah
pendekatan, metode, dan desain penelitian, subjek dan lokasi penelitian, definisi
operasional variabel, pengembangan instrumen penelitian, pengembangan
program, dan teknik analisis data.
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian
ilmiah di mana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau sempit, mengumpulkan
data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka tersebut
dengan menggunakan statistik dan melakukan penelitian dalam suatu cara yang
objektif (Creswell, 2012, hlm. 16).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi.
Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabelvariabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak
dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan
berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Creswell, 2012, hlm. 309).
Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretestpostest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen
yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan
memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua
kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan
(treatment) berupa program bimbingan islami berdasarkan Surat Luqman ayat 1319 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua pada kelompok
eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, dan selanjutnya
diberikan posttest. (Creswell, 2012, hlm. 310). Adapun skema desain penelitian
sebagai berikut.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
Tabel 3. 1
Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design
Pre- and Posttest Design
Time
Control Group
Pretest
No Treatment
Posttest
Eksperimental Group
Pretest
Eksperimental
Treatment
Posttest
Keterangan:
Control Group
Exsperimental Group
No Treatment
Experimental Treatment
=
=
=
=
kelompok kontrol
kelompok eksperimen
Tanpa perlakuan
Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310)
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Majlis Ta’lim Al-Furqon terletak di
Kampung Bantargedang Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya.
Populasi dalam penelitian ini seluruh anggota Majlis Ta’lim Al-Furqon
Kampung Bantargedang yang berjumlah 65 orang pada Tahun 2015. Adapun halhal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi, adalah sebagai berikut:
1.
Anggota Majlim Ta’lim seluruhnya adalah orang-orang yang sudah berumah
tangga dan memiliki anak atau keturunan.
2.
Anggota
Majlis
Ta’lim
dalam
pengasuhan
anak-anak
memiliki
kecenderungan untuk mengasuh dengan pola yang terbaik.
3.
Berdasarkan ciri utama metode penelitian quasi experiment yang tidak
menggunakan sampel random (random assigment), melainkan melakukan
pengelompokan subjek penelitian berdasarkan kelompok yang sudah ada,
maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling dengan metode purpose sampling, yaitu pemilihan
sekelompok subjek dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan pada ciriciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
Sampel penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah penelitian.
Penelitian sampel ini disusuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang
ingin dikumpulkan. Sampel yangdijadikan dalam penelitian adalah anggota Majlis
Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya Tahun
2015 yang teridentifikasi memiliki keterampilan pola asuh dalam keluarga rendah.
Adapun langkah-langkah dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, a)
memberikan pretest kepada seluruh anggota Majlis Ta’lim yang bertujuan untuk
mengetahui anggota mana yang memiliki keterampilan pola asuh keluarga rendah.
Instrumen penelitian diberikan setelah judgement oleh pakar; b) dari jumlah
anggota yang memiliki keterampilan pola asuh yang rendah diberikan treatment,
c) dan terakhir dilakukan posttest.
Berdasarkan pengolahan data, peneliti sudah memiliki hasil pengamatan
yang mengindikasikan sebanyak 15 orang tua sebagai kelompok eksperimen, dan
kelompok kontrol sebanyak 17 orang tua anggota Majlis Ta’lim Al-Furqon
Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Definisi Operasional Variabel Pola Asuh
Menurut Darling dan Steinberg (1993) gaya pengasuhan didefinisikan
sebagai sekumpulan (a constellation) sikap terhadap anak yang dikomunikasikan
kepada anak dan menciptakan suasana emosional dalam mana perilaku-perilaku
orang tua diekspresikan. Sedangkan menurut Macobby dan Lewin (Fauzia, 1993)
mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan pengasuhan orang tua adalah
semua interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya. Interaksi ini
meliputi sikap, nilai, minat, dan ajaran-ajaran mereka dalam keluarga. Hal
tersebut senada dengan Baumrind (1971) gaya pengasuhan merupakan bentukbentuk perlakukan orang tua ketika berinteraksi dengan anak.
Menurut Darling dan Steinberg (1993) mempertegas aspek gaya
pengasuhan yaitu authoritarian, permissive dan authoritative. Ketiga aspek gaya
pengasuhan tersebut
memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri dan masing
memberikan efek yang berbeda terhadap perilaku anak.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
a. Gaya Pengasuhan Demokratis
Gaya pengasuhan demokratis mendorong anak untuk bebas tetapi tetap
memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Komunikasi
verbal timbal balik bisa berlangsung bebas, dan orang tua bersikap hangat dan
bersifat membesarkan hati anak. Pengasuhan demokratis berkaitan dengan
perilaku sosial remaja yang kompeten. Anak yang mempunyai orang tua
demokratis berkompeten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara
sosial. Orang tua ingin anak-anak mereka bersikap tegas serta bertanggung jawab
secara sosial, dan mandiri serta kooperatif. Pola asuh demokratis akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, matang, dapat mengontrol
diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress,
mempunyai minat terhadap hal-hal baru, ulet, berorientasi prestasi, bertanggung
jawab, memiliki skor tertinggi dalam tes-tes kompetensi kognitif, dan kooperatif
terhadap orang-orang lain.
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil
bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan
yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus
dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara normal.
Orang tua dan anak tidak semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih
untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya.
b. Gaya Pengasuhan Otoriter
Orang tua yang bersifat otoriter membuat batasan yang tegas dan tidak
memberi peluang yang besar kepada anak dan berbicara (bermusyawarah) jadi
hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Dalam pola asuh ini orang tua
merupakan sentral segala ucapan, perkataan maupun kehendak orang tua
dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Orang tua tidak
segan-segan menerapkan hukuman keras kepada anak.
Pengasuhan otoriter berkaitan dengan perilaku sosial anak yang tidak
kompeten. Anak yang orang tuanya otoriter seringkali cemas akan perbandingan
sosial, gagal dalam membuat kegiatan, dan memiliki keterampilan komunikasi
yang rendah. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Orang tua ini
memiliki tuntutan yang tinggi, namun tidak responsif terhadap anak-anak mereka.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup,
tidak
berinisiatif,
gemar
menentang,
suka
melanggar
norma,
berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri (withdrawal).
c. Gaya Pengasuhan Pemanja
Para orang tua ini sangat tinggi pada responsiveness tetapi rendah pada
demandingness. Pengasuhan permisif-memanjakan berkaitan dengan inkompeten
sosial remaja, terutama kurangnya pengendalian diri. Orang tua ini membiarkan
remaja melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya adalah remaja
tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu
mengharapkan kemauan mereka sendiri. Beberapa orang tua dengan sengaja
mengasuh anak mereka dengan cara pengasuhan ini karena orang tua yakin
kombinasi keterlibatan yang hangat dengan sedikit kekangan akan menghasilkan
remaja yang kreatif dan percaya diri.
Karakteristik dari pola asuh permisif menunjukkan sikap orang tua justru
merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara
luas kepada anaknya. Orang tua seringkali menyetujui semua tuntutan dan
kehendak anak. Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan keluarga.
Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orang tua cenderung
tidak pernah diperhatikan oleh anak dan menyalahgunakan kebebasan yang
diberikan orang tua. Anak cenderung melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar nilai-nilai, norma-norma, dan aturan-aturan sosial. Perkembangan diri
anak cenderung menjadi negatif.
Secara operasional, pola asuh orang tua yang dimaksud dalam penelitian
adalah ciri yang khas dalam perlakuan orang tua ketika berinteraksi dengan
anaknya didalam memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis anak atau remaja.
Pola asuh yang menjadi fokus penelitian yaitu bentuk-bentuk perlakuan orang tua
ketika berinteraksi dengan anak dan melibatkannya dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan keluarga dan dirinya.
Secara operasional, gaya pengasuhan demokratis merupakan sikap orang
tua untuk memantau dan memberikan standar yang jelas bagi perilaku anak-anak,
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
tegas, tapi tidak mengganggu dan membatasi. Gaya pengasuhan otoriter adalah
gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang menuntut remaja untuk
mengikuti perintah-perintah orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan
usaha. Gaya pengasuhan permisif (pemanja) adalah suatu pola dimana orang tua
sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan
mereka.
2. Definisi Operasional Variabel Program Bimbingan Islami
Program sering diartikan sebagai sederetan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai sesuatu. Hornby & Parnwell (Saripah, 2006:64)
mendefinisikan program sebagai “plan of what is to be done”. Dalam konteks
pendidikan, program juga merupakan bagian dari kurikulum, sebagaimana
diungkapkan oleh Smith, Krouse, & Atkinson (Saripah, 2006:64) “program is the
body of cubjects, topics, and learning experiences that constitute curriculum.
Progam dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana
menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layanan-layanan
yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya (Mappiare,
2006:254). Saripah (2006:64) mengartikan program dalam bimbingan dan
konseling sebagai seperangkat rencana kerja bimbingan yang disusun secara
sistematis dan terencana, berdasarkan kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, secara operasional program
bimbingan merupakan serangkaian rencana kegiatan layanan bimbingan yang
disusun secara sistematis berdasakan analisis kebutuhan dan tujuan bimbingan.
Menurut Arifin (2000:25) bimbingan islami ialah layanan yang
mengemban tugas pokok memberikan jalan hidup seorang anak bimbing (konseli)
yang tekanan utamanya merubah sikap dan mental anak didik ke arah beriman dan
bertakwa kepada Allah serta mampu mengamalkan ajaran agama Islam.
Menurut Tohari Musnamar (2002:5) pengertian bimbingan islami ialah
proses
pemberian
bantuan terhadap
individu
agar
menyadari
kembali
eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
Bimbingan islami dapat diartikan sebagai bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (konselor) yang berkompeten dalam bidangnya untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konseli.
Agar
ia mampu
mengaktualisasikan diri, serta mampu untuk mengambil keputusan yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Sesuai dengan pedoman
yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya yaitu ajaran islam yang berlandaskan
al-qur'an dan al-hadits, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
diakhirat. Bimbingan islami pada pelaksanaanya yang didasarkan atas nilai-nilai
keagamaan.
Secara operasional, program bimbingan islami yang dimaksud dalam
penelitian, yaitu seperangkat kegiatan yang disusun secara sistematis dan
berdasarkan analisis kebutuhan sebagai bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(konselor) yang berkompeten dalam bidangnya untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh konseli. Agar ia mampu mengaktualisasikan diri,
serta mampu untuk mengambil keputusan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangannya. Sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah dan
Rasul-Nya yaitu ajaran islam yang berlandaskan al-qur'an dan al-hadits, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tahapan program
bimbingan islami meliputi tahap perencanaan, rancangan, impelentasi, evaluasi,
dan penguatan program.
Kandungan Surat Luqman Ayat 13-19 yang dimaksud dalam penelitian
ini, yaitu ; sebagai seorang manusia hendaknya selalu beribadah kepada Allah
SWT, selalu berbuat baik (taat dan patuh) kepada orang tua selama tidak
bertentangan dengan syariat agama, selalu berbuat kebaikan kepada siapa pun,
tidak meninggikan suara melebihi suara rosulullah SAW, tidak sombong dan
berbangga diri, selalu mendirikan solat, selalu mengajak pada kebaikan dan
mencegah pada kejelekan serta selalu hidup dalam kesederhanaan.
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen pola asuh orang tua dikembangkan dari definisi operasional
variabel yang merujuk pada gaya pengasuhan dari Darling dan Steinberg (1993).
Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang pola asuh orang tua yang
mengungkap gaya pengasuhan demokratis, otoriter, dan pemanja. Angket
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
menggunakan skala likert. Berikut ini disajikan pada Tabel 3.2 tentang kisi-kisi
instrument pola asuh orang tua.
Tabel 3.2.
Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua Demokratis
No
Aspek
Demokratis
(Authoritative)
1.
Nomor Butir Soal
(+)
(-)
Jml
Indikator
a. Menunjukan kehangatan
dalam upaya pengasuhan.
b. Mendorong anak untuk
terlibat dalam diskusi
keluarga.
c. Mendorong kebebasan anak
dalam batas-batas yang wajar.
d. Saling berbagi dalam
membuat keputusan.
e. Membuat standar perilaku
yang jelas dan tegas bagi
anak.
f. Anak berpartisipasi dalam
aktivitas keluarga.
Jumlah
1
2
2
3,4
5
3
6,7
8
3
9,10,
11
3
12
13
2
14
15
2
15
1. Pedoman Skoring
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi sehingga menghasilkan item-item
pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur
pola asuh orang tua. Item pernyataan pola asuh orang tua menggunakan skala
likert.
Tabel 3.3
Pola Skor Alternatif Respon
Angket Pemahaman Pola Asuh Orang Tua
Alternatif Jawaban
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai
(S)
Ragu-ragu
(R)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Bobot
+
5
1
4
2
3
3
2
4
1
5
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
2. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen
Sebelum kuesioner digunakan untuk kegiatan penelitian lapangan, terlebih
dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.
Pada penelitian ini uji coba angket melalui dua tahap. Tahap pertama dengan
menggunakan logical validity atau dikenal juga dengan uji kelayakan konstruksi,
redaksi dan konten setiap item melalui penimbangan (judgment) oleh pakar terkait
sebayak dua atau tiga orang pakar. Atas dasar catatan yang diberikan para
penimbang, dilakukan revisi sehingga jumlah item yang layak digunakan untuk
diujicobakan.
Penimbang butir pernyataan ini dilakukan oleh dua orang dosen
penimbang PPB FIP UPI, yaitu Prof. Dr. Juntika Nurikhsan, M.Pd.,dan Dr.
Mubiar Agustin, M.Pd., Hasil penimbang untuk instrumen pengungkap
pemahaman pola asuh orang tua yang semula berjumlah 46 item oleh penimbang
menyarankan untuk diperbaiki 5 item dan ditambah 9 item sehingga menghasilkan
15 item yang siap untuk digunakan.
Selanjutnya tahap kedua, angket diujicobakan dengan menggunakan face
validity atau diuji cobakan secara terbatas dengan memberikan kepada p orang tua
Majelis
Ta’lim
Al-Furqon
Bantargedang
Sukamulya
Bungursari
Kota
Tasikmalaya secara acak (yang keadaannya setara dengan peserta didik yang
diteliti). Kepada orang tua yang dijadikan responden diminta untuk menjawab
angket pengungkap pola asuh orang tua yang telah disiapkan. Validasi ini untuk
mengetahui bahasa dari item-item pernyataan dipahami oleh orang tua, menerima
terhadap item-item pernyataan sesuai dengan kondisi yang ada, dan menyatukan
interpretasi peneliti dan responden terhadap item-item pernyataan. Sehingga
pernyataan dalam instrumen tidak mengandung ambiguitas dan cukup dapat
dimengerti oleh responden
Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (r xy)
2) Proses pengambilan keputusan dengan dasar kriteria yaitu jika r hitung positif,
dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
Berdasarkan hasil perhitungan melalui pengolahan komputer program
SPSS 20,0 dan Microsoft excel 2007 ditemukan bahwa dari 15 item pertanyaan,
yang tidak valid sebanyak 2 item yaitu.
No
Pernyataan
1
Item 9
Correctes Item-Total
Correlation
-.147
Keterangan
Tidak Valid
Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha (α) yang kemudian dihitung dengan menggunakan bantuan
program SPSS 20,0. Terdapat cara lain dalam melakukan uji reliabilitas instrumen
yaitu dengan menggunakan langkah-langkah perhitungan manual sebagai berikut.
a) Pertama, menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11).
b) Kedua, mencari varians semua item pernyataan instrumen
Tabel 3. 2
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Tinggi
0,80 – 1,000
Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh (α = 0.815)
dan mengacu pada titik tolak ukur pada tabel 3.4 maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen pengungkap pemahaman pola asuh orang tua memiliki reliabilitas
sangat tinggi
E. Pengembangan Program Intervensi
Pengembangan program intervensi dengan mengujicobakan program
bimbingan islami berdasarkan kandungan surat Luqman ayat 13-19 untuk
mengembangkan pemahaman pola asuh orang tua di jelaskan sebagai berikut.
1. Rasional
Hakikat manusia adalah bahwa sejak terbentuknya manusia baru yakni
sejak terjadinya konsepsi antara sel telur dengan sperma sampai menjadi tua akan
mengalami suatu perkembangan. Hanya dalam kualitas dan sifat perkembanganOLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
perkembangan ini akan mengalami perbedaan-perbedaan sesuai dengan fasefasenya.
Demikian juga dengan hakikat dalam perkembangan manusia selalu
membutuhkan orang lain. Anak membutuhkan orang lain yang akan membantu
perkembangan keseluruhan dirinya, sekalipun anak juga tergantung pada fase
perkembangannya. Artinya, ada fase dimana anak tergantung sepenuhnya pada
orang lain, misalnya bayi yang baru lahir. Sebaliknya, ada fase dimana anak dapat
melepaskan sebagian besar ketergantungannya, misalnya anak usia 17 tahun yang
menginjak kedewasaannya.
Tanpa orang lain yang membantu perkembangan anak, maka anak
mungkin masih dapat mengembangkan sesuatu dari dirinya, dari kecil tumbuh
menjadi tinggi-besar, namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa anak
yang berkembang tanpa bantuan manusia lainnya akan kehilangan hakikat
kemanusiaan dan kesosialannya. Untuk dapat memahami dan dapat bergaul
dengan orang lain inilah dibutuhkan keahlian, keahlian itu ada dalam pola
pendidikan life skills education. Dalam pola pendidikan ini anak bukan hanya
diajarkan tentang makna dan kemampuan untuk bertahan hidup dengan satu
kemampuan unggulan yang dimilikinya akan tetapi dalam life skills education ini
anak juga dilatih untuk mampu hidup bersosial dengan berkolaborasi dengan
lingkungannya dengan baik sehingga kemampuan itu merupakan kemampuan
yang bersifat integral dalam kecakapan hidup bersosial.
Anak ternyata membutuhkan orang lain dalam perkembangannya dan
orang yang paling dan pertama bertanggung jawab adalah orangtua. Orangtua dan
lingkungannlah yang bertanggung jawab memperkembangkan keseluruhan
eksistensi anak. Hal ini sesuai dengan apa yang menjadi makna life skills yaitu
menyangkut (1) the world of work, (2) practical living skills, (3) personal growth
and management, dan (4) sosial skills .
Tanggung jawab orangtua adalah memenuhi kebutuhan anak, baik dari
sudut pandang organis-fisiologis maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis.
Dengan demikian diharapkan anak akan tumbuh dan berkembang kearah suatu
gambaran kepribadian yang harmonis dan matang. Dari segi-segi kebutuhannya
anak akan berkembang tanpa gangguan-gangguan, penyakit-penyakit sehingga
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
tumbuh menjadi anak yang sehat, ideal sesuai dengan perkembangan usianya.
Dari segi intelektualnya anak dapat mencapai prestasi secara optimal sesuai
dengan potensi-potensinya sehingga tidak mengalami hambatan dalam proses
pembelajaran dalam kehidupannya. Dari segi karakteristik anak akan dapat
memperlihatkan tingkah laku yang baik, dapat melakukan interaksi dengan lancar
dan tepat, tidak mengalami ketengangan-ketengangan psikis.
Sejak dahulu telah ada usaha yang dilakukan oleh orangtua untuk
“mendidik” anak-anak mereka, baik sejak dalam kandungan maupun setelah lahir
dalam bentuk-bentuk pembelajaran dan pendidikan yang sederhana. Apa yang
diperoleh dari orangtua akan menjadi pengalaman awal anak yang akan
mempengaruhi kepribadian anak selanjutnya. merujuk dari teori John Loke yaitu
“empirisme”, bahwa manusia lahir bagikan kertas putih, akan menjadi apa anak
tersebut dikemudian hari, akan sangat tergantung dari apa yang dituliskan
diatasnya, artinya pengalaman apa yang didapatkan anak termasuk faktor
pendidikan dan pola asuh orangtua menjadi bahan tulisan yang akan mewarnai
kehidupan ataupun kualitas diri anak tersebut, dan yang paling mewarnai dari
tulisan tersebut adalah tulisan yang pertama dilakukan oleh orangtuanya. Sejalan
dengan pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadian sebenarnya telah
terbentuk pada akhir tahun kelima dan perkembangan selanjutnya sebagian besar
hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu (Suryabrata, 1993 : 103).
Dalam agama Islam juga disebutkan bahwa setiap anak lahir dalam
keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi,
Nasrani ataupun Majusi (H.R. Bukhari Muslim), maka dalam agama Islam
dianjurkan orang tua membacakan do’a sebelum melakukan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan anak, misalnya ketika menyusui, ketika memandikan,
ketika menina-bobokan, ketika memberikan makan dan sebagaianya dengan
harapan bahwa sejak dini ada penanaman pembelajaran yang baik.
Saat sekarang ini tidak sedikit orangtua yang mengejar kepentingan
mereka sendiri dengan dalih untuk kesjahtraan anak, sehingga terkadang peran
mereka sebagai orangtua yaitu “mendidik” terlalaikan. Dengan demikian
kebutuhan anak yang berupa kebutuhan fisik dapat terpenuhi tetapi bagaimana
dengan kebutuhan psikologis dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang nantinya
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69
sangat menentukan perkembangan anak kearah kedewasaan yang mantap dan
menyeluruh.
Hubungan anak dengan anggota keluraga menjadi landasan sikap anak
terhadap orang lain, benda dan kehidupan secara umum. Dalam hal ini orangtua
perlu sekali memperhatikan penyesuaian diri dan sosial anak yang akan
meninggalkan ciri pada cara pandang dan konsep diri anak selanjutnya
(Hurlock,1998 : 493).
Keluarga merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama, karena
segala pengetahuan dan kemampuan intelektual manusia pertama-tama diperoleh
dari orang tua dan anggota keluarga sendiri. Jadi, keluarga merupakan lingkungan
primer bagi anak menjadi tempat hubungan antar manusia yang paling awal dan
paling intensif. Anak akan mengenal norma-norma dan nilai-nilai dalam keluarga
sebelum mengenal lingkungan yang lebih luas.
Anak mendapat perlakuan dari orang tua ketika berada di lingkungan
keluarga. Perlakuan orang tua di rumah merupakan manifestasi dari bagaimana
pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak-anaknya di rumah. Pola asuh
orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Gunarsa (2006:5) pola asuh orang tua
merupakan cara orang tua bertindak sebagai orang tua terhadap anak-anaknya
dimana mereka melakukan serangkaian usaha aktif.
Cara orang tua mendidik dan pola asuh seperti apa yang diterapkan orang
tua pada anak, mempunyai pengaruh dalam penyesuaian sosial anak. Setiap orang
tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing anak.
Anak akan mendapatkan penanaman nilai positif dari orang tua mengenai tujuan
hidup, hak-hak orang lain dan masa depan.
Penelitian Marrow dan Wilson (Wiwit, 2010) menunjukan bahwa orang
tua banyak mengikutsertakan anak-anak dalam kegiatan bersama akan
memberikan kepercayaan kepada anak untuk bebas berpendapat sehingga anak
akan mempunyai penyesuaian sosial yang baik. Disinilah peran orang tua dalam
memberikan pendidikan berupa bimbingan, pengasuhan, dan pengarahan untuk
mencapai tugas perkembangannya.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
Allah SWT telah menurunkan kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup manusia sampai akhir zaman. Keberadaan Al-Qur’an tak terbatas oleh
ruang dan waktu. Ketidakterbatasannya inilah menjadi suatu kunci kemukjizatan
Al-Qur’an. Sisi kemukjizatan Al-Qur’an juga terlihat pada ayat-ayat yang
berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan
manusia, secara universal “terlukis” jelas dalam isi kandungan Al-Qur’an.
Kandungan nilai-nilai pendidikan ini hanya dapat diketahui oleh sebagian dari
manusia yang memiliki kemampuan yang memadai.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung nilai-nilai pendidikan tersebut
adalah tertera dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 13 - 19. Di dalam ayat-ayat
tersebut mengisahkan tentang seorang ayah dengan putranya dalam memberikan
pelajaran berbentuk bimbingan. QS. Luqman Ayat 13-19, sebagai berikut :
ِ شر َك لَظُل
ِ ِ
ِِ ِ
ِ
١٣ يم
َ ََوإِ ْذ ق
ٌ ْم َعظ
ٌ
ْ ِ ال لُْق َما ُن ِبْنه َو ُه َو يَعظُهُ يَا بُنَي َِ تُ ْش ِر ْك بالله إِن ال
ِ اْنْسا َن بِوالِ َدي ِه حملَْتهُ أُمهُ و ْهنًا َعلَى و ْه ٍن وفِصالُهُ فِي َعامي ِن أ
َن ا ْش ُك ْر لِي
َْ
َ َ َ
َ
َ َ ْ َ َ ِْ َوَوصْي نَا
ِ ِ ِ َ َاك علَى أَ ْن تُ ْش ِر َك بِي ما لَيس ل
ِ ك إِلَي الْم
ْم
َ َْولَِوالِ َدي
َ َ اه َد
َ َوإِ ْن َج١٤ص ُير
ٌ ك به عل
َ
َ ْ َ
ِ فَََ تُ ِطعهما و
ِ
ِ ِ
اب إِلَي ثُم إِلَي َم ْرِج ُع ُك ْم
َ َيل َم ْن أَن
َ َ َُْ
َ صاحْب ُه َما في الدنْ يَا َم ْع ُروفًا َواتب ْع َسب
ال َحب ٍة ِم ْن َخ ْرَد ٍل فَتَ ُك ْن فِي
فَأُنَبِئُ ُك ْم بِ َما ُكْنتُ ْم تَ ْع َملُو َن
َ ك ِمثْ َق
ُ َ يَا بُنَي إِن َها إِ ْن ت١٥
ِ ِ
ِ ٍ
ِ ض يأ
يَا١٦ يف َخبِ ٌير
ٌ ْت بِ َها اللهُ إِن اللهَ لَ ِط
َ
َ ِ ص ْخ َرة أ َْو في الس َم َاوات أ َْو في ْاْ َْر
ِ
ِ
ك
َ ِك إِن ذَل
َ ََصاب
ْ بُنَي أَق ِم الص ََةَ َوأْ ُم ْر بِال َْم ْع ُروف َوانْهَ َع ِن ال ُْمْن َك ِر َو
َ اصبِ ْر َعلَى َما أ
ِ ِ
ِ لناس َوَِ تَ ْم
ِ ِص ِع ْر َخد َك ل
ِ ش فِي ْاْ َْر
َِ َض َم َر ًحا إِن الله
َ ُ َوَِ ت١٧م ْن َع ْزم ْاْ ُُموِر
ِ ض
ِ واق١٨ال فَ ُخوٍر
ٍ َيُ ِحب ُكل ُم ْخت
ك إِن أَنْ َك َر
َ ِص ْوت
َ ِْص ْد فِي َم ْشي
ْ ُ ك َوا ْغ
َ ض م ْن
َ
ِ ْ ْْا
١٩
ْح ِمي ِر
ُ ص ْو
َ ََص َوات ل
َ ت ال
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata): "Hai
anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Terdapat beberapa kitab tafsir yang memberi penafsiran Al-Qur’an surat
Luqman ayat 13-19. Diantaranya Sayid Quthb (2004:164), menafsirkan bahwa
pengarahan Luqman terhadap anaknya dengan nasihat tersebut mengandung
hikmah kebijaksanaan. Muhammad Ghazali (2005:385), menjelaskan pesan
(wasiat) diteruskan berkenaan dengan sikap kepada kedua orang tua, karena kedua
orang tua merupakan jalan bagi keberadaan manusia.
Hasby Ash-Shiddieqy (2000:207) menafsirkan kedudukan dan fungsi ayah
adalah memberi pelajaran kepada anak-anaknya dan menunjukinya
kepada
kebenaran serta menjauhkan dari kebinasaan. Seorang ayah bertanggung jawab
dalam kehidupan anaknya. Sementara M. Quraish Shihab (2002:127),
menekankan tentang metode pendidikan yang penuh kasih sayang orang tua
kepada anaknya, bukan dengan membentak. Agaknya hal tersebut kurang
diperhatikan oleh orang tua pada zaman sekarang.
Berdasarkan pemaparan yang telah dipaparkan, peneliti bermaksud
mengembangkan program bimbingan islami berdasarkan Surat Luqman ayat 1319 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua Majelis Ta’lim AlFurqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya. Aspek yang
dikembangkan dalam program bimbingan islami berdasarkan Surat Luqman ayat
13-19 yaitu aspek menguasai peran orang tua, memahami nilai keimanan, dan
melaksanakan perilaku keteladanan.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72
2. Deskripsi Kebutuhan
Gambaran umum pola asuh orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon
Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya digambarkan melalui
besarnya persentase yang diperoleh berdasarkan pengelompokkan pola asuh
orang tua. Hasil dari studi pendahuluan yang menunjukkan pola asuh demokratis
dirasakan oleh 35 orang tua atau sebesar 50,00 %. Pola asuh otoriter dirasakan
oleh 15 orang tua atau sebesar 25,00 %. Pola asuh pemanja dirasakan oleh 15
orang tua atau sebesar 25,00 %. Artinya secara umum dapat dikatakan bahwa
mayoritas orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya
Bungursari Kota Tasikmalaya merasakan pola asuh demokratis. Sementara pola
asuh otoriter dan pemanja berada pada presentase yang sama.
Berdasarkan hasil deskripsi kebutuhan, maka aspek yang dikembangkan
yaitu pemahaman pola asuh demokratis orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon
Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.
3. Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi,
secara umum
yaitu
mengujicobakan program
bimbingan islami berbasis kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk
meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon
Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya. Secara khusus, tujuan
intervensi yaitu :
a. Orang tua dapat menunjukan kehangatan dalam upaya pengasuhannya.
b. Orang tua harus mendorong anak untuk terlibat dalam diskusi keluarga.
c. Orang tua memberikan kebebasan pada anak dalam batas yang wajar.
d. Orang tua saling berbagi dalam membuat keputusan dengan anak.
e. Orang tua merancang standar perilaku yang jelas dan tegas bagi anak.
4. Asumsi Intervensi
Asumsi intervensi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Program dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana
menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layananlayanan yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya
(Mappiare, 2006:254).
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
2. Saripah (2006:64) mengartikan program dalam bimbingan dan konseling
sebagai seperangkat rencana kerja bimbingan yang disusun secara sistematis
dan terencana, berdasarkan kompetensi yang diharapkan.
3. Arifin (2000:25) menjelaskan bimbingan islami ialah layanan yang
mengemban tugas pokok dalam memberikan jalan hidup bagi seorang anak
yang dibimbing (konseli) dengan tujuan untuk merubah sikap dan mental
dalam beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mampu mengamalkan
ajaran agama Islam.
4. Darling dan Steinberg (1993), pola asuh didefinisikan sebagai sekumpulan
sikap terhadap anak yang dikomunikasikan kepada anak dan menciptakan
suasana emosional dalam mana perilaku-perilaku orang tua diekspresikan.
5. Program bimbingan islami merupakan program bimbingan yang berlandaskan
nilai agama islam untuk mengembangkan potensi diri dan memberikan nilainilai keteladanan.
5. Kompetensi Pelaksana
Peneliti memenuhi syarat untuk melaksanakan program bimbingan islami
berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan
pemahaman pola asuh orang tua, selayakanya memiliki kompetensi berikut:
a. Memiliki pemahaman dan pengetahuan yang memadai mengenai konsep
pola asuh orang tua dan program bimbingan islami.
b. Memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai
dalam
strategi
bimbingan
islami
yang
bersifat
preventif
dan
pengembangan.
c. Memahami karakteristik perkembangan orang dewasa atau orang tua
Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota
Tasikmalaya yang merupakan subjek dari penelitian ini.
d. Mengaplikasan strategi layanan bimbingan bagi orang dewasa (orang tua).
e. Memahami kajian Al-Qur’an dan Hadits tentang bimbingan orang tua
terhadap keteladanan anak.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74
6. Sasaran
Populasi yang menjadi subjek intervensi/konseli dalam program
bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk
meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua adalah orang tua Majelis Ta’lim
Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya, yang
teridentifikasi memiliki pemahaman pola asuh yang rendah. Populasi sebanyak 65
orang tua, sasaran intervensi sebanyak 15 orang tua sebagai kelompok
eksperimen.
7. Prosedur Pelaksanaan
Pelaksanaan intervensi program bimbingan islami berdasarkan kandungan
Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua
disusun berdasarkan hasil pola asuh orang tua dan karakteristik sampel penelitian.
Pelaksanan intervensi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan strategi
bimbingan islami yang dikemas dalam suatu program, atau berupa layanan dasar
bimbingan yang sifatnya preventif dan developmental.
Pelaksanaan program bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat
Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua Majelis
Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ialah mengidentifikasi dan
merumuskan berbagai kegiatan yang harus dan perlu dilakukan. Penyelenggaraan
program bimbingan islami ini disusun berdasarkan analisis kebutuhan melalui
penyebaran instrumen saat pre-test (Instumen Pengungkap Pemahaman Pola Asuh
Orang Tua) dengan data yang didapat berupa profil kebutuhan orang tua sesuai
dengan aspek-aspek berdasarkan konsep pola asuh yang dikembangkan oleh
Darling dan Steinberg (1993).
Program bimbingan islami dilaksanakan dalam bentuk kontak secara
langsung, yang dilakukan dengan cara bimbingan klasikal atau bimbingan
kelompok. Dialokasikan dua sesi per minggu (2x45 menit). Adapun rencana
operasional disajikan pada tabel berikut:
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75
Tabel 3.6
Rencana Operasional Program Bimbingan Islami Berdasarkan Kandungan
Surat Luqman Ayat 13-19 Untuk Meningkatkan Pemahaman Pola Asuh
Orang Tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya
Bungursari Kota Tasikmalaya
No
Kegiatan
1
Februari
2 3 4
1
Maret
2 3 4
1
April
2 3
4
1
Mei
2 3
4
1
Persiapan
1 Survey awal
Penyembaran
Instrumen Penungkap
2 Pemahaman Pola
Asuh Orang Tua
(Tahap Pre-test)
3 Pengolahan Data
Penyusunan Pogram
4 berdasarkan analisis
kebutuhan
Bimbingan Program
5
dan Validasi Program
6 Revisi Program
Pelaksanaan
Sesi pertama
7
Orientasi Orang Tua
Sesi dua
8 Kontrak Tindakan &
RancanganMateri
Sesi tiga
9
“orang tua bijak”
Sesi empat
10 “waktu bersama
keluarga”
Sesi lima
11
“peran ayah & ibu”
Sesi enam
12
“peraturan keluarga”
Sesi tujuh
“pengambilan
13
keputusan dalam
masalah keluarga”
Sesi delapan
14
“kisah teladan”
Sesi akhir
15
“Post-test”.
Evaluasi
Evaluasi Proses dan
16
Hasil
8. Evaluasi & Indikator Keberhasilan
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Juni
2 3
4
76
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui kualitas pelaksanaan program
bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk
meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua. Evaluasi berfungsi untuk
memberikan feedback kepada peneliti untuk memperbaiki dan mengembangkan
program bimbingan islami dan memberikan informasi kepada para orang tua
perihal gaya pengasuhan demokratisnya.
Tindak lanjut pada program ini dilakukan dengan merujuk pada hasil
evaluasi yang telah dilakukan. Langkah-langkah tindak lanjut adalah dengan
melakukan perubahan-perubahan yang menjadi kekurangan dalam program
bimbingan islami selanjutnya. Perubahan itu antara lain: 1) menuntut perencanaan
baru; 2) reorganisasi dalam pengelolaan program; 3) pengadaan kegiatan dan
sarana baru; dan 4) modifikasi tenaga bimbingan yang lebih berkompetensi
daripada
sebelumnya.
Kriteria
keberhasilan
program
bimbingan
islami
berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan
pemahaman pola asuh orang tua adalah ditandai dengan kenaikan skor pada posttest yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor pre-test yang lebih rendah.
Peningkatan pola asuh orang tua yang demokratis dikatakan berhasil apabilia
mencapai tingkat pada kemampuan kategori tinggi.
Orang tua yang berhasil mengikuti kegiatan intervensi program bimbingan
islami berdasarkan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman
pola asuh orang tua ini mampu melakukan generalisasi pengalaman pengamatan
terhadap setiap pertemuan dalam program, sehingga memungkinkan untuk
merubah kebiasaan berinteraksi sehari-hari khususnya dalam memberika sikap
dan perlakukan kepada anaknya.
Adapun tingkah laku yang mungkin akan tampak terlihat pada orang tua
ialah memahami pola pikir gaya pengasuhan demokratis yang sesuai dengan
kondisi anak, memahami peran ayah dan ibu sesuai dengan fungsinya, dan
memiliki rencana tindakan orang tua dalam memberika unsur keteladanan kepada
anak.
Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan,
kebutuhan orang tua yang belum terlayani, kemampuan personil dalam
melaksanakan program, serta dampak program terhadap perubahan perilaku orang
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77
tua dalam mengembangkan pola asuhnya kepada anak. Hasil analisis harus
ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan
program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan bimbingan lebih
optimal, mengembangkan komitmen baru terhadap kebijakan orientasi tindakan
dan implementasi pelayanan bimbingan selanjutnya oleh orang yang lebih ahli
dan berada dibawah supervisor BK.
F. Analisis Data
Data mengenai mengenai permasahalah rendahnya pemahaman pola asuh
orang tua yang akan diintervensi melalui program bimbingan islami akan
dianalisis dengan cara kuantitatif. Teknik analisis data dalam hal ini dimulai
dengan mengukur validitas instrumen yang melbatkan pakar dalam bimbingan dan
konseling dan reliabilitas instrumen dengan melibatkan orang tua.
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t
atau t-test. Uji t adalah pengujian perbedaan rata-rata yang biasa dilakukan oleh
peneliti yang bermaksud mengkaji efektivitas suatu perlakuan (treatment) dalam
mengubah suatu perilaku dengan cara menbandingkan antara keadaan seblum
dengan sesudah perlakuan itu diberikan (Furqon, 2009, hlm. 174). Prosedur
pengujian efektivitas dilakukan sebagai berikut.
1) Terdapatnya kriteria profil pola asuh orang tua.
2) Menguji normalitas data pretest dan posttest kedua kelompok. Pengujian
normalitas data dilakukan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnof (p>0,05)
dengan bantuan SPSS.
3) Menguji homogenitas varian data gains kedua kelompok (p>0,05) dengan
bantuan SPSS.
4) Uji perbedaan (efektivitas) program bimbingan islami untuk mengembangkan
pola asuh orang tua demokratis menggunakan uji t.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan
penelitian dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan dalam bab ini adalah
pendekatan, metode, dan desain penelitian, subjek dan lokasi penelitian, definisi
operasional variabel, pengembangan instrumen penelitian, pengembangan
program, dan teknik analisis data.
A. Pendekatan dan Desain Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu jenis penelitian
ilmiah di mana peneliti memutuskan apa yang akan diteliti dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang spesifik atau sempit, mengumpulkan
data-data yang dapat dikuantifikasikan, menganalisis angka-angka tersebut
dengan menggunakan statistik dan melakukan penelitian dalam suatu cara yang
objektif (Creswell, 2012, hlm. 16).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi.
Penelitian eksperimen kuasi yaitu rancangan penelitian eksperimen tapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol atau mengendalikan variabelvariabel luar yang dapat mempengaruhi eksperimen. Pada eksperimen kuasi tidak
dilakukan dengan teknik random (random assignment) melainkan pengelompokan
berdasarkan kelompok yang terbentuk sebelumnya (Creswell, 2012, hlm. 309).
Desain eksperimen kuasi yang digunakan adalah nonequlvalent pretestpostest group design, yaitu jenis desain yang biasanya dipakai pada eksperimen
yang menggunakan kelas-kelas yang sudah ada sebagai kelompoknya, dengan
memilih kelas-kelas yang diperkirakan sama keadaan atau kondisinya. Dua
kelompok (kontrol dan eksperimen) diberi pretest, kemudian diberikan perlakuan
(treatment) berupa program bimbingan islami berdasarkan Surat Luqman ayat 1319 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua pada kelompok
eksperimen sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, dan selanjutnya
diberikan posttest. (Creswell, 2012, hlm. 310). Adapun skema desain penelitian
sebagai berikut.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
58
Tabel 3. 1
Quasi-Eksperiment Pretest and Posttest Design
Pre- and Posttest Design
Time
Control Group
Pretest
No Treatment
Posttest
Eksperimental Group
Pretest
Eksperimental
Treatment
Posttest
Keterangan:
Control Group
Exsperimental Group
No Treatment
Experimental Treatment
=
=
=
=
kelompok kontrol
kelompok eksperimen
Tanpa perlakuan
Pemberian perlakuan (Creswell, 2012, hlm. 310)
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Majlis Ta’lim Al-Furqon terletak di
Kampung Bantargedang Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota
Tasikmalaya.
Populasi dalam penelitian ini seluruh anggota Majlis Ta’lim Al-Furqon
Kampung Bantargedang yang berjumlah 65 orang pada Tahun 2015. Adapun halhal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan populasi, adalah sebagai berikut:
1.
Anggota Majlim Ta’lim seluruhnya adalah orang-orang yang sudah berumah
tangga dan memiliki anak atau keturunan.
2.
Anggota
Majlis
Ta’lim
dalam
pengasuhan
anak-anak
memiliki
kecenderungan untuk mengasuh dengan pola yang terbaik.
3.
Berdasarkan ciri utama metode penelitian quasi experiment yang tidak
menggunakan sampel random (random assigment), melainkan melakukan
pengelompokan subjek penelitian berdasarkan kelompok yang sudah ada,
maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling dengan metode purpose sampling, yaitu pemilihan
sekelompok subjek dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan pada ciriciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
59
Sampel penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah penelitian.
Penelitian sampel ini disusuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang
ingin dikumpulkan. Sampel yangdijadikan dalam penelitian adalah anggota Majlis
Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya Tahun
2015 yang teridentifikasi memiliki keterampilan pola asuh dalam keluarga rendah.
Adapun langkah-langkah dalam menentukan sampel dalam penelitian ini, a)
memberikan pretest kepada seluruh anggota Majlis Ta’lim yang bertujuan untuk
mengetahui anggota mana yang memiliki keterampilan pola asuh keluarga rendah.
Instrumen penelitian diberikan setelah judgement oleh pakar; b) dari jumlah
anggota yang memiliki keterampilan pola asuh yang rendah diberikan treatment,
c) dan terakhir dilakukan posttest.
Berdasarkan pengolahan data, peneliti sudah memiliki hasil pengamatan
yang mengindikasikan sebanyak 15 orang tua sebagai kelompok eksperimen, dan
kelompok kontrol sebanyak 17 orang tua anggota Majlis Ta’lim Al-Furqon
Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Definisi Operasional Variabel Pola Asuh
Menurut Darling dan Steinberg (1993) gaya pengasuhan didefinisikan
sebagai sekumpulan (a constellation) sikap terhadap anak yang dikomunikasikan
kepada anak dan menciptakan suasana emosional dalam mana perilaku-perilaku
orang tua diekspresikan. Sedangkan menurut Macobby dan Lewin (Fauzia, 1993)
mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan pengasuhan orang tua adalah
semua interaksi yang terjadi antara orang tua dengan anaknya. Interaksi ini
meliputi sikap, nilai, minat, dan ajaran-ajaran mereka dalam keluarga. Hal
tersebut senada dengan Baumrind (1971) gaya pengasuhan merupakan bentukbentuk perlakukan orang tua ketika berinteraksi dengan anak.
Menurut Darling dan Steinberg (1993) mempertegas aspek gaya
pengasuhan yaitu authoritarian, permissive dan authoritative. Ketiga aspek gaya
pengasuhan tersebut
memiliki ciri khasnya sendiri-sendiri dan masing
memberikan efek yang berbeda terhadap perilaku anak.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
60
a. Gaya Pengasuhan Demokratis
Gaya pengasuhan demokratis mendorong anak untuk bebas tetapi tetap
memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka. Komunikasi
verbal timbal balik bisa berlangsung bebas, dan orang tua bersikap hangat dan
bersifat membesarkan hati anak. Pengasuhan demokratis berkaitan dengan
perilaku sosial remaja yang kompeten. Anak yang mempunyai orang tua
demokratis berkompeten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara
sosial. Orang tua ingin anak-anak mereka bersikap tegas serta bertanggung jawab
secara sosial, dan mandiri serta kooperatif. Pola asuh demokratis akan
menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, matang, dapat mengontrol
diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress,
mempunyai minat terhadap hal-hal baru, ulet, berorientasi prestasi, bertanggung
jawab, memiliki skor tertinggi dalam tes-tes kompetensi kognitif, dan kooperatif
terhadap orang-orang lain.
Kedudukan antara orang tua dan anak sejajar. Suatu keputusan diambil
bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan
yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus
dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara normal.
Orang tua dan anak tidak semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih
untuk mempertanggung jawabkan segala tindakannya.
b. Gaya Pengasuhan Otoriter
Orang tua yang bersifat otoriter membuat batasan yang tegas dan tidak
memberi peluang yang besar kepada anak dan berbicara (bermusyawarah) jadi
hanya melakukan sedikit komunikasi verbal. Dalam pola asuh ini orang tua
merupakan sentral segala ucapan, perkataan maupun kehendak orang tua
dijadikan patokan (aturan) yang harus ditaati oleh anak-anak. Orang tua tidak
segan-segan menerapkan hukuman keras kepada anak.
Pengasuhan otoriter berkaitan dengan perilaku sosial anak yang tidak
kompeten. Anak yang orang tuanya otoriter seringkali cemas akan perbandingan
sosial, gagal dalam membuat kegiatan, dan memiliki keterampilan komunikasi
yang rendah. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam
komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
61
umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya. Orang tua ini
memiliki tuntutan yang tinggi, namun tidak responsif terhadap anak-anak mereka.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam,
tertutup,
tidak
berinisiatif,
gemar
menentang,
suka
melanggar
norma,
berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri (withdrawal).
c. Gaya Pengasuhan Pemanja
Para orang tua ini sangat tinggi pada responsiveness tetapi rendah pada
demandingness. Pengasuhan permisif-memanjakan berkaitan dengan inkompeten
sosial remaja, terutama kurangnya pengendalian diri. Orang tua ini membiarkan
remaja melakukan apa saja yang mereka inginkan, dan akibatnya adalah remaja
tidak pernah belajar mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu
mengharapkan kemauan mereka sendiri. Beberapa orang tua dengan sengaja
mengasuh anak mereka dengan cara pengasuhan ini karena orang tua yakin
kombinasi keterlibatan yang hangat dengan sedikit kekangan akan menghasilkan
remaja yang kreatif dan percaya diri.
Karakteristik dari pola asuh permisif menunjukkan sikap orang tua justru
merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara
luas kepada anaknya. Orang tua seringkali menyetujui semua tuntutan dan
kehendak anak. Jadi anak merupakan sentral dari segala aturan keluarga.
Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orang tua cenderung
tidak pernah diperhatikan oleh anak dan menyalahgunakan kebebasan yang
diberikan orang tua. Anak cenderung melakukan tindakan-tindakan yang
melanggar nilai-nilai, norma-norma, dan aturan-aturan sosial. Perkembangan diri
anak cenderung menjadi negatif.
Secara operasional, pola asuh orang tua yang dimaksud dalam penelitian
adalah ciri yang khas dalam perlakuan orang tua ketika berinteraksi dengan
anaknya didalam memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikologis anak atau remaja.
Pola asuh yang menjadi fokus penelitian yaitu bentuk-bentuk perlakuan orang tua
ketika berinteraksi dengan anak dan melibatkannya dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan keluarga dan dirinya.
Secara operasional, gaya pengasuhan demokratis merupakan sikap orang
tua untuk memantau dan memberikan standar yang jelas bagi perilaku anak-anak,
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
62
tegas, tapi tidak mengganggu dan membatasi. Gaya pengasuhan otoriter adalah
gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang menuntut remaja untuk
mengikuti perintah-perintah orang tua dan untuk menghormati pekerjaan dan
usaha. Gaya pengasuhan permisif (pemanja) adalah suatu pola dimana orang tua
sangat terlibat dengan remaja tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan
mereka.
2. Definisi Operasional Variabel Program Bimbingan Islami
Program sering diartikan sebagai sederetan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai sesuatu. Hornby & Parnwell (Saripah, 2006:64)
mendefinisikan program sebagai “plan of what is to be done”. Dalam konteks
pendidikan, program juga merupakan bagian dari kurikulum, sebagaimana
diungkapkan oleh Smith, Krouse, & Atkinson (Saripah, 2006:64) “program is the
body of cubjects, topics, and learning experiences that constitute curriculum.
Progam dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana
menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layanan-layanan
yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya (Mappiare,
2006:254). Saripah (2006:64) mengartikan program dalam bimbingan dan
konseling sebagai seperangkat rencana kerja bimbingan yang disusun secara
sistematis dan terencana, berdasarkan kompetensi yang diharapkan.
Berdasarkan definisi yang telah dipaparkan, secara operasional program
bimbingan merupakan serangkaian rencana kegiatan layanan bimbingan yang
disusun secara sistematis berdasakan analisis kebutuhan dan tujuan bimbingan.
Menurut Arifin (2000:25) bimbingan islami ialah layanan yang
mengemban tugas pokok memberikan jalan hidup seorang anak bimbing (konseli)
yang tekanan utamanya merubah sikap dan mental anak didik ke arah beriman dan
bertakwa kepada Allah serta mampu mengamalkan ajaran agama Islam.
Menurut Tohari Musnamar (2002:5) pengertian bimbingan islami ialah
proses
pemberian
bantuan terhadap
individu
agar
menyadari
kembali
eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
63
Bimbingan islami dapat diartikan sebagai bantuan yang dilakukan oleh
seorang ahli (konselor) yang berkompeten dalam bidangnya untuk membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh konseli.
Agar
ia mampu
mengaktualisasikan diri, serta mampu untuk mengambil keputusan yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Sesuai dengan pedoman
yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya yaitu ajaran islam yang berlandaskan
al-qur'an dan al-hadits, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup dunia dan
diakhirat. Bimbingan islami pada pelaksanaanya yang didasarkan atas nilai-nilai
keagamaan.
Secara operasional, program bimbingan islami yang dimaksud dalam
penelitian, yaitu seperangkat kegiatan yang disusun secara sistematis dan
berdasarkan analisis kebutuhan sebagai bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(konselor) yang berkompeten dalam bidangnya untuk membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh konseli. Agar ia mampu mengaktualisasikan diri,
serta mampu untuk mengambil keputusan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangannya. Sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan Allah dan
Rasul-Nya yaitu ajaran islam yang berlandaskan al-qur'an dan al-hadits, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Tahapan program
bimbingan islami meliputi tahap perencanaan, rancangan, impelentasi, evaluasi,
dan penguatan program.
Kandungan Surat Luqman Ayat 13-19 yang dimaksud dalam penelitian
ini, yaitu ; sebagai seorang manusia hendaknya selalu beribadah kepada Allah
SWT, selalu berbuat baik (taat dan patuh) kepada orang tua selama tidak
bertentangan dengan syariat agama, selalu berbuat kebaikan kepada siapa pun,
tidak meninggikan suara melebihi suara rosulullah SAW, tidak sombong dan
berbangga diri, selalu mendirikan solat, selalu mengajak pada kebaikan dan
mencegah pada kejelekan serta selalu hidup dalam kesederhanaan.
D. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen pola asuh orang tua dikembangkan dari definisi operasional
variabel yang merujuk pada gaya pengasuhan dari Darling dan Steinberg (1993).
Instrumen ini berisi pernyataan-pernyataan tentang pola asuh orang tua yang
mengungkap gaya pengasuhan demokratis, otoriter, dan pemanja. Angket
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
64
menggunakan skala likert. Berikut ini disajikan pada Tabel 3.2 tentang kisi-kisi
instrument pola asuh orang tua.
Tabel 3.2.
Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua Demokratis
No
Aspek
Demokratis
(Authoritative)
1.
Nomor Butir Soal
(+)
(-)
Jml
Indikator
a. Menunjukan kehangatan
dalam upaya pengasuhan.
b. Mendorong anak untuk
terlibat dalam diskusi
keluarga.
c. Mendorong kebebasan anak
dalam batas-batas yang wajar.
d. Saling berbagi dalam
membuat keputusan.
e. Membuat standar perilaku
yang jelas dan tegas bagi
anak.
f. Anak berpartisipasi dalam
aktivitas keluarga.
Jumlah
1
2
2
3,4
5
3
6,7
8
3
9,10,
11
3
12
13
2
14
15
2
15
1. Pedoman Skoring
Instrumen disusun berdasarkan kisi-kisi sehingga menghasilkan item-item
pernyataan dan kemungkinan jawabannya. Instrumen digunakan untuk mengukur
pola asuh orang tua. Item pernyataan pola asuh orang tua menggunakan skala
likert.
Tabel 3.3
Pola Skor Alternatif Respon
Angket Pemahaman Pola Asuh Orang Tua
Alternatif Jawaban
Sangat Sesuai (SS)
Sesuai
(S)
Ragu-ragu
(R)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Bobot
+
5
1
4
2
3
3
2
4
1
5
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65
2. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen
Sebelum kuesioner digunakan untuk kegiatan penelitian lapangan, terlebih
dahulu dilakukan uji coba kuesioner untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.
Pada penelitian ini uji coba angket melalui dua tahap. Tahap pertama dengan
menggunakan logical validity atau dikenal juga dengan uji kelayakan konstruksi,
redaksi dan konten setiap item melalui penimbangan (judgment) oleh pakar terkait
sebayak dua atau tiga orang pakar. Atas dasar catatan yang diberikan para
penimbang, dilakukan revisi sehingga jumlah item yang layak digunakan untuk
diujicobakan.
Penimbang butir pernyataan ini dilakukan oleh dua orang dosen
penimbang PPB FIP UPI, yaitu Prof. Dr. Juntika Nurikhsan, M.Pd.,dan Dr.
Mubiar Agustin, M.Pd., Hasil penimbang untuk instrumen pengungkap
pemahaman pola asuh orang tua yang semula berjumlah 46 item oleh penimbang
menyarankan untuk diperbaiki 5 item dan ditambah 9 item sehingga menghasilkan
15 item yang siap untuk digunakan.
Selanjutnya tahap kedua, angket diujicobakan dengan menggunakan face
validity atau diuji cobakan secara terbatas dengan memberikan kepada p orang tua
Majelis
Ta’lim
Al-Furqon
Bantargedang
Sukamulya
Bungursari
Kota
Tasikmalaya secara acak (yang keadaannya setara dengan peserta didik yang
diteliti). Kepada orang tua yang dijadikan responden diminta untuk menjawab
angket pengungkap pola asuh orang tua yang telah disiapkan. Validasi ini untuk
mengetahui bahasa dari item-item pernyataan dipahami oleh orang tua, menerima
terhadap item-item pernyataan sesuai dengan kondisi yang ada, dan menyatukan
interpretasi peneliti dan responden terhadap item-item pernyataan. Sehingga
pernyataan dalam instrumen tidak mengandung ambiguitas dan cukup dapat
dimengerti oleh responden
Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
1) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung (r xy)
2) Proses pengambilan keputusan dengan dasar kriteria yaitu jika r hitung positif,
dan r hitung ≥ 0,3, maka butir soal valid
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
Berdasarkan hasil perhitungan melalui pengolahan komputer program
SPSS 20,0 dan Microsoft excel 2007 ditemukan bahwa dari 15 item pertanyaan,
yang tidak valid sebanyak 2 item yaitu.
No
Pernyataan
1
Item 9
Correctes Item-Total
Correlation
-.147
Keterangan
Tidak Valid
Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha (α) yang kemudian dihitung dengan menggunakan bantuan
program SPSS 20,0. Terdapat cara lain dalam melakukan uji reliabilitas instrumen
yaitu dengan menggunakan langkah-langkah perhitungan manual sebagai berikut.
a) Pertama, menghitung nilai reliabilitas atau r hitung (r11).
b) Kedua, mencari varians semua item pernyataan instrumen
Tabel 3. 2
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Tinggi
0,80 – 1,000
Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil koefisien Alpha Cronbach yang diperoleh (α = 0.815)
dan mengacu pada titik tolak ukur pada tabel 3.4 maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen pengungkap pemahaman pola asuh orang tua memiliki reliabilitas
sangat tinggi
E. Pengembangan Program Intervensi
Pengembangan program intervensi dengan mengujicobakan program
bimbingan islami berdasarkan kandungan surat Luqman ayat 13-19 untuk
mengembangkan pemahaman pola asuh orang tua di jelaskan sebagai berikut.
1. Rasional
Hakikat manusia adalah bahwa sejak terbentuknya manusia baru yakni
sejak terjadinya konsepsi antara sel telur dengan sperma sampai menjadi tua akan
mengalami suatu perkembangan. Hanya dalam kualitas dan sifat perkembanganOLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
67
perkembangan ini akan mengalami perbedaan-perbedaan sesuai dengan fasefasenya.
Demikian juga dengan hakikat dalam perkembangan manusia selalu
membutuhkan orang lain. Anak membutuhkan orang lain yang akan membantu
perkembangan keseluruhan dirinya, sekalipun anak juga tergantung pada fase
perkembangannya. Artinya, ada fase dimana anak tergantung sepenuhnya pada
orang lain, misalnya bayi yang baru lahir. Sebaliknya, ada fase dimana anak dapat
melepaskan sebagian besar ketergantungannya, misalnya anak usia 17 tahun yang
menginjak kedewasaannya.
Tanpa orang lain yang membantu perkembangan anak, maka anak
mungkin masih dapat mengembangkan sesuatu dari dirinya, dari kecil tumbuh
menjadi tinggi-besar, namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa anak
yang berkembang tanpa bantuan manusia lainnya akan kehilangan hakikat
kemanusiaan dan kesosialannya. Untuk dapat memahami dan dapat bergaul
dengan orang lain inilah dibutuhkan keahlian, keahlian itu ada dalam pola
pendidikan life skills education. Dalam pola pendidikan ini anak bukan hanya
diajarkan tentang makna dan kemampuan untuk bertahan hidup dengan satu
kemampuan unggulan yang dimilikinya akan tetapi dalam life skills education ini
anak juga dilatih untuk mampu hidup bersosial dengan berkolaborasi dengan
lingkungannya dengan baik sehingga kemampuan itu merupakan kemampuan
yang bersifat integral dalam kecakapan hidup bersosial.
Anak ternyata membutuhkan orang lain dalam perkembangannya dan
orang yang paling dan pertama bertanggung jawab adalah orangtua. Orangtua dan
lingkungannlah yang bertanggung jawab memperkembangkan keseluruhan
eksistensi anak. Hal ini sesuai dengan apa yang menjadi makna life skills yaitu
menyangkut (1) the world of work, (2) practical living skills, (3) personal growth
and management, dan (4) sosial skills .
Tanggung jawab orangtua adalah memenuhi kebutuhan anak, baik dari
sudut pandang organis-fisiologis maupun kebutuhan-kebutuhan psikologis.
Dengan demikian diharapkan anak akan tumbuh dan berkembang kearah suatu
gambaran kepribadian yang harmonis dan matang. Dari segi-segi kebutuhannya
anak akan berkembang tanpa gangguan-gangguan, penyakit-penyakit sehingga
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
68
tumbuh menjadi anak yang sehat, ideal sesuai dengan perkembangan usianya.
Dari segi intelektualnya anak dapat mencapai prestasi secara optimal sesuai
dengan potensi-potensinya sehingga tidak mengalami hambatan dalam proses
pembelajaran dalam kehidupannya. Dari segi karakteristik anak akan dapat
memperlihatkan tingkah laku yang baik, dapat melakukan interaksi dengan lancar
dan tepat, tidak mengalami ketengangan-ketengangan psikis.
Sejak dahulu telah ada usaha yang dilakukan oleh orangtua untuk
“mendidik” anak-anak mereka, baik sejak dalam kandungan maupun setelah lahir
dalam bentuk-bentuk pembelajaran dan pendidikan yang sederhana. Apa yang
diperoleh dari orangtua akan menjadi pengalaman awal anak yang akan
mempengaruhi kepribadian anak selanjutnya. merujuk dari teori John Loke yaitu
“empirisme”, bahwa manusia lahir bagikan kertas putih, akan menjadi apa anak
tersebut dikemudian hari, akan sangat tergantung dari apa yang dituliskan
diatasnya, artinya pengalaman apa yang didapatkan anak termasuk faktor
pendidikan dan pola asuh orangtua menjadi bahan tulisan yang akan mewarnai
kehidupan ataupun kualitas diri anak tersebut, dan yang paling mewarnai dari
tulisan tersebut adalah tulisan yang pertama dilakukan oleh orangtuanya. Sejalan
dengan pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadian sebenarnya telah
terbentuk pada akhir tahun kelima dan perkembangan selanjutnya sebagian besar
hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu (Suryabrata, 1993 : 103).
Dalam agama Islam juga disebutkan bahwa setiap anak lahir dalam
keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya sebagai Yahudi,
Nasrani ataupun Majusi (H.R. Bukhari Muslim), maka dalam agama Islam
dianjurkan orang tua membacakan do’a sebelum melakukan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan anak, misalnya ketika menyusui, ketika memandikan,
ketika menina-bobokan, ketika memberikan makan dan sebagaianya dengan
harapan bahwa sejak dini ada penanaman pembelajaran yang baik.
Saat sekarang ini tidak sedikit orangtua yang mengejar kepentingan
mereka sendiri dengan dalih untuk kesjahtraan anak, sehingga terkadang peran
mereka sebagai orangtua yaitu “mendidik” terlalaikan. Dengan demikian
kebutuhan anak yang berupa kebutuhan fisik dapat terpenuhi tetapi bagaimana
dengan kebutuhan psikologis dan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang nantinya
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
69
sangat menentukan perkembangan anak kearah kedewasaan yang mantap dan
menyeluruh.
Hubungan anak dengan anggota keluraga menjadi landasan sikap anak
terhadap orang lain, benda dan kehidupan secara umum. Dalam hal ini orangtua
perlu sekali memperhatikan penyesuaian diri dan sosial anak yang akan
meninggalkan ciri pada cara pandang dan konsep diri anak selanjutnya
(Hurlock,1998 : 493).
Keluarga merupakan sumber pendidikan yang pertama dan utama, karena
segala pengetahuan dan kemampuan intelektual manusia pertama-tama diperoleh
dari orang tua dan anggota keluarga sendiri. Jadi, keluarga merupakan lingkungan
primer bagi anak menjadi tempat hubungan antar manusia yang paling awal dan
paling intensif. Anak akan mengenal norma-norma dan nilai-nilai dalam keluarga
sebelum mengenal lingkungan yang lebih luas.
Anak mendapat perlakuan dari orang tua ketika berada di lingkungan
keluarga. Perlakuan orang tua di rumah merupakan manifestasi dari bagaimana
pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak-anaknya di rumah. Pola asuh
orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Menurut Gunarsa (2006:5) pola asuh orang tua
merupakan cara orang tua bertindak sebagai orang tua terhadap anak-anaknya
dimana mereka melakukan serangkaian usaha aktif.
Cara orang tua mendidik dan pola asuh seperti apa yang diterapkan orang
tua pada anak, mempunyai pengaruh dalam penyesuaian sosial anak. Setiap orang
tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing anak.
Anak akan mendapatkan penanaman nilai positif dari orang tua mengenai tujuan
hidup, hak-hak orang lain dan masa depan.
Penelitian Marrow dan Wilson (Wiwit, 2010) menunjukan bahwa orang
tua banyak mengikutsertakan anak-anak dalam kegiatan bersama akan
memberikan kepercayaan kepada anak untuk bebas berpendapat sehingga anak
akan mempunyai penyesuaian sosial yang baik. Disinilah peran orang tua dalam
memberikan pendidikan berupa bimbingan, pengasuhan, dan pengarahan untuk
mencapai tugas perkembangannya.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
70
Allah SWT telah menurunkan kitab suci Al-Qur’an sebagai pedoman
hidup manusia sampai akhir zaman. Keberadaan Al-Qur’an tak terbatas oleh
ruang dan waktu. Ketidakterbatasannya inilah menjadi suatu kunci kemukjizatan
Al-Qur’an. Sisi kemukjizatan Al-Qur’an juga terlihat pada ayat-ayat yang
berhubungan dengan pendidikan. Pendidikan sebagai upaya untuk memanusiakan
manusia, secara universal “terlukis” jelas dalam isi kandungan Al-Qur’an.
Kandungan nilai-nilai pendidikan ini hanya dapat diketahui oleh sebagian dari
manusia yang memiliki kemampuan yang memadai.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung nilai-nilai pendidikan tersebut
adalah tertera dalam Al-Qur’an surat Luqman ayat 13 - 19. Di dalam ayat-ayat
tersebut mengisahkan tentang seorang ayah dengan putranya dalam memberikan
pelajaran berbentuk bimbingan. QS. Luqman Ayat 13-19, sebagai berikut :
ِ شر َك لَظُل
ِ ِ
ِِ ِ
ِ
١٣ يم
َ ََوإِ ْذ ق
ٌ ْم َعظ
ٌ
ْ ِ ال لُْق َما ُن ِبْنه َو ُه َو يَعظُهُ يَا بُنَي َِ تُ ْش ِر ْك بالله إِن ال
ِ اْنْسا َن بِوالِ َدي ِه حملَْتهُ أُمهُ و ْهنًا َعلَى و ْه ٍن وفِصالُهُ فِي َعامي ِن أ
َن ا ْش ُك ْر لِي
َْ
َ َ َ
َ
َ َ ْ َ َ ِْ َوَوصْي نَا
ِ ِ ِ َ َاك علَى أَ ْن تُ ْش ِر َك بِي ما لَيس ل
ِ ك إِلَي الْم
ْم
َ َْولَِوالِ َدي
َ َ اه َد
َ َوإِ ْن َج١٤ص ُير
ٌ ك به عل
َ
َ ْ َ
ِ فَََ تُ ِطعهما و
ِ
ِ ِ
اب إِلَي ثُم إِلَي َم ْرِج ُع ُك ْم
َ َيل َم ْن أَن
َ َ َُْ
َ صاحْب ُه َما في الدنْ يَا َم ْع ُروفًا َواتب ْع َسب
ال َحب ٍة ِم ْن َخ ْرَد ٍل فَتَ ُك ْن فِي
فَأُنَبِئُ ُك ْم بِ َما ُكْنتُ ْم تَ ْع َملُو َن
َ ك ِمثْ َق
ُ َ يَا بُنَي إِن َها إِ ْن ت١٥
ِ ِ
ِ ٍ
ِ ض يأ
يَا١٦ يف َخبِ ٌير
ٌ ْت بِ َها اللهُ إِن اللهَ لَ ِط
َ
َ ِ ص ْخ َرة أ َْو في الس َم َاوات أ َْو في ْاْ َْر
ِ
ِ
ك
َ ِك إِن ذَل
َ ََصاب
ْ بُنَي أَق ِم الص ََةَ َوأْ ُم ْر بِال َْم ْع ُروف َوانْهَ َع ِن ال ُْمْن َك ِر َو
َ اصبِ ْر َعلَى َما أ
ِ ِ
ِ لناس َوَِ تَ ْم
ِ ِص ِع ْر َخد َك ل
ِ ش فِي ْاْ َْر
َِ َض َم َر ًحا إِن الله
َ ُ َوَِ ت١٧م ْن َع ْزم ْاْ ُُموِر
ِ ض
ِ واق١٨ال فَ ُخوٍر
ٍ َيُ ِحب ُكل ُم ْخت
ك إِن أَنْ َك َر
َ ِص ْوت
َ ِْص ْد فِي َم ْشي
ْ ُ ك َوا ْغ
َ ض م ْن
َ
ِ ْ ْْا
١٩
ْح ِمي ِر
ُ ص ْو
َ ََص َوات ل
َ ت ال
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
71
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Lukman berkata): "Hai
anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk
hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu
dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Terdapat beberapa kitab tafsir yang memberi penafsiran Al-Qur’an surat
Luqman ayat 13-19. Diantaranya Sayid Quthb (2004:164), menafsirkan bahwa
pengarahan Luqman terhadap anaknya dengan nasihat tersebut mengandung
hikmah kebijaksanaan. Muhammad Ghazali (2005:385), menjelaskan pesan
(wasiat) diteruskan berkenaan dengan sikap kepada kedua orang tua, karena kedua
orang tua merupakan jalan bagi keberadaan manusia.
Hasby Ash-Shiddieqy (2000:207) menafsirkan kedudukan dan fungsi ayah
adalah memberi pelajaran kepada anak-anaknya dan menunjukinya
kepada
kebenaran serta menjauhkan dari kebinasaan. Seorang ayah bertanggung jawab
dalam kehidupan anaknya. Sementara M. Quraish Shihab (2002:127),
menekankan tentang metode pendidikan yang penuh kasih sayang orang tua
kepada anaknya, bukan dengan membentak. Agaknya hal tersebut kurang
diperhatikan oleh orang tua pada zaman sekarang.
Berdasarkan pemaparan yang telah dipaparkan, peneliti bermaksud
mengembangkan program bimbingan islami berdasarkan Surat Luqman ayat 1319 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua Majelis Ta’lim AlFurqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya. Aspek yang
dikembangkan dalam program bimbingan islami berdasarkan Surat Luqman ayat
13-19 yaitu aspek menguasai peran orang tua, memahami nilai keimanan, dan
melaksanakan perilaku keteladanan.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
72
2. Deskripsi Kebutuhan
Gambaran umum pola asuh orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon
Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya digambarkan melalui
besarnya persentase yang diperoleh berdasarkan pengelompokkan pola asuh
orang tua. Hasil dari studi pendahuluan yang menunjukkan pola asuh demokratis
dirasakan oleh 35 orang tua atau sebesar 50,00 %. Pola asuh otoriter dirasakan
oleh 15 orang tua atau sebesar 25,00 %. Pola asuh pemanja dirasakan oleh 15
orang tua atau sebesar 25,00 %. Artinya secara umum dapat dikatakan bahwa
mayoritas orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya
Bungursari Kota Tasikmalaya merasakan pola asuh demokratis. Sementara pola
asuh otoriter dan pemanja berada pada presentase yang sama.
Berdasarkan hasil deskripsi kebutuhan, maka aspek yang dikembangkan
yaitu pemahaman pola asuh demokratis orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon
Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.
3. Tujuan Intervensi
Tujuan intervensi,
secara umum
yaitu
mengujicobakan program
bimbingan islami berbasis kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk
meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua Majelis Ta’lim Al-Furqon
Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya. Secara khusus, tujuan
intervensi yaitu :
a. Orang tua dapat menunjukan kehangatan dalam upaya pengasuhannya.
b. Orang tua harus mendorong anak untuk terlibat dalam diskusi keluarga.
c. Orang tua memberikan kebebasan pada anak dalam batas yang wajar.
d. Orang tua saling berbagi dalam membuat keputusan dengan anak.
e. Orang tua merancang standar perilaku yang jelas dan tegas bagi anak.
4. Asumsi Intervensi
Asumsi intervensi dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Program dalam layanan bimbingan dan konseling merupakan rencana
menyeluruh dari aktivitas suatu lembaga atau unit yang berisi layananlayanan yang terencana beserta waktu pelaksanaan dan pelaksananya
(Mappiare, 2006:254).
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
73
2. Saripah (2006:64) mengartikan program dalam bimbingan dan konseling
sebagai seperangkat rencana kerja bimbingan yang disusun secara sistematis
dan terencana, berdasarkan kompetensi yang diharapkan.
3. Arifin (2000:25) menjelaskan bimbingan islami ialah layanan yang
mengemban tugas pokok dalam memberikan jalan hidup bagi seorang anak
yang dibimbing (konseli) dengan tujuan untuk merubah sikap dan mental
dalam beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta mampu mengamalkan
ajaran agama Islam.
4. Darling dan Steinberg (1993), pola asuh didefinisikan sebagai sekumpulan
sikap terhadap anak yang dikomunikasikan kepada anak dan menciptakan
suasana emosional dalam mana perilaku-perilaku orang tua diekspresikan.
5. Program bimbingan islami merupakan program bimbingan yang berlandaskan
nilai agama islam untuk mengembangkan potensi diri dan memberikan nilainilai keteladanan.
5. Kompetensi Pelaksana
Peneliti memenuhi syarat untuk melaksanakan program bimbingan islami
berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan
pemahaman pola asuh orang tua, selayakanya memiliki kompetensi berikut:
a. Memiliki pemahaman dan pengetahuan yang memadai mengenai konsep
pola asuh orang tua dan program bimbingan islami.
b. Memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan yang memadai
dalam
strategi
bimbingan
islami
yang
bersifat
preventif
dan
pengembangan.
c. Memahami karakteristik perkembangan orang dewasa atau orang tua
Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota
Tasikmalaya yang merupakan subjek dari penelitian ini.
d. Mengaplikasan strategi layanan bimbingan bagi orang dewasa (orang tua).
e. Memahami kajian Al-Qur’an dan Hadits tentang bimbingan orang tua
terhadap keteladanan anak.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
74
6. Sasaran
Populasi yang menjadi subjek intervensi/konseli dalam program
bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk
meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua adalah orang tua Majelis Ta’lim
Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya, yang
teridentifikasi memiliki pemahaman pola asuh yang rendah. Populasi sebanyak 65
orang tua, sasaran intervensi sebanyak 15 orang tua sebagai kelompok
eksperimen.
7. Prosedur Pelaksanaan
Pelaksanaan intervensi program bimbingan islami berdasarkan kandungan
Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua
disusun berdasarkan hasil pola asuh orang tua dan karakteristik sampel penelitian.
Pelaksanan intervensi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan strategi
bimbingan islami yang dikemas dalam suatu program, atau berupa layanan dasar
bimbingan yang sifatnya preventif dan developmental.
Pelaksanaan program bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat
Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua Majelis
Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya Bungursari Kota Tasikmalaya.
Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan ialah mengidentifikasi dan
merumuskan berbagai kegiatan yang harus dan perlu dilakukan. Penyelenggaraan
program bimbingan islami ini disusun berdasarkan analisis kebutuhan melalui
penyebaran instrumen saat pre-test (Instumen Pengungkap Pemahaman Pola Asuh
Orang Tua) dengan data yang didapat berupa profil kebutuhan orang tua sesuai
dengan aspek-aspek berdasarkan konsep pola asuh yang dikembangkan oleh
Darling dan Steinberg (1993).
Program bimbingan islami dilaksanakan dalam bentuk kontak secara
langsung, yang dilakukan dengan cara bimbingan klasikal atau bimbingan
kelompok. Dialokasikan dua sesi per minggu (2x45 menit). Adapun rencana
operasional disajikan pada tabel berikut:
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
75
Tabel 3.6
Rencana Operasional Program Bimbingan Islami Berdasarkan Kandungan
Surat Luqman Ayat 13-19 Untuk Meningkatkan Pemahaman Pola Asuh
Orang Tua Majelis Ta’lim Al-Furqon Bantargedang Sukamulya
Bungursari Kota Tasikmalaya
No
Kegiatan
1
Februari
2 3 4
1
Maret
2 3 4
1
April
2 3
4
1
Mei
2 3
4
1
Persiapan
1 Survey awal
Penyembaran
Instrumen Penungkap
2 Pemahaman Pola
Asuh Orang Tua
(Tahap Pre-test)
3 Pengolahan Data
Penyusunan Pogram
4 berdasarkan analisis
kebutuhan
Bimbingan Program
5
dan Validasi Program
6 Revisi Program
Pelaksanaan
Sesi pertama
7
Orientasi Orang Tua
Sesi dua
8 Kontrak Tindakan &
RancanganMateri
Sesi tiga
9
“orang tua bijak”
Sesi empat
10 “waktu bersama
keluarga”
Sesi lima
11
“peran ayah & ibu”
Sesi enam
12
“peraturan keluarga”
Sesi tujuh
“pengambilan
13
keputusan dalam
masalah keluarga”
Sesi delapan
14
“kisah teladan”
Sesi akhir
15
“Post-test”.
Evaluasi
Evaluasi Proses dan
16
Hasil
8. Evaluasi & Indikator Keberhasilan
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Juni
2 3
4
76
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui kualitas pelaksanaan program
bimbingan islami berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk
meningkatkan pemahaman pola asuh orang tua. Evaluasi berfungsi untuk
memberikan feedback kepada peneliti untuk memperbaiki dan mengembangkan
program bimbingan islami dan memberikan informasi kepada para orang tua
perihal gaya pengasuhan demokratisnya.
Tindak lanjut pada program ini dilakukan dengan merujuk pada hasil
evaluasi yang telah dilakukan. Langkah-langkah tindak lanjut adalah dengan
melakukan perubahan-perubahan yang menjadi kekurangan dalam program
bimbingan islami selanjutnya. Perubahan itu antara lain: 1) menuntut perencanaan
baru; 2) reorganisasi dalam pengelolaan program; 3) pengadaan kegiatan dan
sarana baru; dan 4) modifikasi tenaga bimbingan yang lebih berkompetensi
daripada
sebelumnya.
Kriteria
keberhasilan
program
bimbingan
islami
berdasarkan kandungan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan
pemahaman pola asuh orang tua adalah ditandai dengan kenaikan skor pada posttest yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor pre-test yang lebih rendah.
Peningkatan pola asuh orang tua yang demokratis dikatakan berhasil apabilia
mencapai tingkat pada kemampuan kategori tinggi.
Orang tua yang berhasil mengikuti kegiatan intervensi program bimbingan
islami berdasarkan Surat Luqman ayat 13-19 untuk meningkatkan pemahaman
pola asuh orang tua ini mampu melakukan generalisasi pengalaman pengamatan
terhadap setiap pertemuan dalam program, sehingga memungkinkan untuk
merubah kebiasaan berinteraksi sehari-hari khususnya dalam memberika sikap
dan perlakukan kepada anaknya.
Adapun tingkah laku yang mungkin akan tampak terlihat pada orang tua
ialah memahami pola pikir gaya pengasuhan demokratis yang sesuai dengan
kondisi anak, memahami peran ayah dan ibu sesuai dengan fungsinya, dan
memiliki rencana tindakan orang tua dalam memberika unsur keteladanan kepada
anak.
Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan,
kebutuhan orang tua yang belum terlayani, kemampuan personil dalam
melaksanakan program, serta dampak program terhadap perubahan perilaku orang
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
77
tua dalam mengembangkan pola asuhnya kepada anak. Hasil analisis harus
ditindaklanjuti dengan menyusun program selanjutnya sebagai kesinambungan
program, mengembangkan jejaring pelayanan agar pelayanan bimbingan lebih
optimal, mengembangkan komitmen baru terhadap kebijakan orientasi tindakan
dan implementasi pelayanan bimbingan selanjutnya oleh orang yang lebih ahli
dan berada dibawah supervisor BK.
F. Analisis Data
Data mengenai mengenai permasahalah rendahnya pemahaman pola asuh
orang tua yang akan diintervensi melalui program bimbingan islami akan
dianalisis dengan cara kuantitatif. Teknik analisis data dalam hal ini dimulai
dengan mengukur validitas instrumen yang melbatkan pakar dalam bimbingan dan
konseling dan reliabilitas instrumen dengan melibatkan orang tua.
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t
atau t-test. Uji t adalah pengujian perbedaan rata-rata yang biasa dilakukan oleh
peneliti yang bermaksud mengkaji efektivitas suatu perlakuan (treatment) dalam
mengubah suatu perilaku dengan cara menbandingkan antara keadaan seblum
dengan sesudah perlakuan itu diberikan (Furqon, 2009, hlm. 174). Prosedur
pengujian efektivitas dilakukan sebagai berikut.
1) Terdapatnya kriteria profil pola asuh orang tua.
2) Menguji normalitas data pretest dan posttest kedua kelompok. Pengujian
normalitas data dilakukan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnof (p>0,05)
dengan bantuan SPSS.
3) Menguji homogenitas varian data gains kedua kelompok (p>0,05) dengan
bantuan SPSS.
4) Uji perbedaan (efektivitas) program bimbingan islami untuk mengembangkan
pola asuh orang tua demokratis menggunakan uji t.
OLIH BINTASWIDI, 2016
EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN ISLAMI BERBASIS KANDUNGAN SURATLUQMAN AYAT 13-19
UNTUK MENGEMBANGKAN POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu