T BK 1201438 Chapter3

(1)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan pokok bahasan yang berkenaan dengan pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel penelitian, pengembangan instrumen penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik analisis data penelitian, serta pengembangan program intervensi.

3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dalam rangka mendapatkan data numerikal, mendeskripsikan data berupa tingkat self-efficacy pada pelajaran matematika yang dimiliki oleh siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMAN 2 Bandung tahun ajaran 2014/2015, serta untuk mengukur efektivitas konseling cognitive behavioral dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen subjek tunggal (single subject experiment). Metode tersebut hanya melibatkan satu peserta saja, tetapi dapat juga mencakup beberapa subjek penelitian, berkisar 3 sampai 8 subjek. Setiap subjek berfungsi sebagai kontrol bagi dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat dari kinerja subjek sebelum, selama, dan setelah diberi perlakuan (Horner, 2005, hlm.166). Metode ekperimen subjek tunggal dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai efektivitas intervensi yang dilaksanakan secara sengaja dan sistematis melalui konseling cognitive behavioral dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Desain subjek tunggal yang digunakan adalah desain A-B dengan skema sebagai berikut:

Gambar 3. 1


(2)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

A : Baseline (kondisi sebelum intervensi) B : Intervensi (kondisi saat intervensi diberikan)

Desain AB memungkinkan penelitian mengungkap dinamika perubahan, yang meliputi peningkatan self-efficacy pada pelajaran matematika, yang dimiliki subjek penelitian secara individual pada kondisi baseline dan pada kondisi intervensi.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian adalah seluruh siswa kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) di SMA Negeri 2 Kota Bandung. Subjek penelitian dipilih menggunakan purposive sampling. Pemilihan siswa kelas XI didasarkan kepada pertimbangan Siswa kelas XI MIA adalah siswa yang baru saja naik kelas dan memiliki pengalaman baru dalam pelajaran matematika tingkat SMA, dan sedang mengalami transisi dari tingkatan pemula ke tingkatan ahli dalam matematika SMA (Auliya, 2013). Fase inilah yang menjadi pembentuk self-efficacy pada pelajaran matematika berdasarkan pengalaman kelas X, siswa akan menilai kemampuan dan kepercayaannya pada pelajaran matematika di SMA.

3.3. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua definisi, yaitu (1) self-efficacy pada pelajaran matematika, sebagai dasar untuk pengambilan sampel, pre test, dan post test; (2) konseling cognitive behavioral, sebagai teknik yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional tersebut, dipaparkan di bawah ini :

3.3.1. Self-efficacy pada Pelajaran Matematika A B

O-O-O X-X-X Baseline Intervensi


(3)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Definisi self-efficacy pada pelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu keyakinan diri siswa untuk menyelesaikan berbagai tugas matematika, mampu memahami konsep-konsep matematika, dan mampu memecahkan permasalahan dalam matematika. Makna self-efficacy merujuk kepada keyakinan dan kemampuan pada pelajaran dan tugas yang diberikan pada pelajaran matematika (Bandura, 1977). Aspek keyakinan merupakan kepercayaan siswa untuk memperoleh hasil yang memuaskan pada pelajaran matematika, sedangkan aspek kemampuan merupakan perkiraan siswa akan kemampuan yang dimilikinya dan upaya yang dilakukannya berdasarkan pengalaman keberhasilan di masa lampau.

Secara oprasional yang dimaksud self-efficacy pada pelajaran matematika pada penelitian ini adalah skor total dari aspek aspek dan indikator sebagai berikut:

a. Keluasan (generality)

Aspek ini berkaitan dengan penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan yang didasari oleh pengalaman pengalaman sebelumnya (Bandura, 1977). Aspek ini dinilai dari cara siswa menyikapi situasi dan kondisi beragam dengan cara yang baik dan positif, dan kemampuan siswa untuk berpedoman pada pengalaman hidup sebelumnya untuk mencapai keberhasilan

b. Kekuatan (strength)

Dimensi yang ketiga ini lebih menekankan pada tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self-efficacy individu menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan individu (Bandura, 1977) pada pelajaran matematika. Indikator pada aspek ini menjadi dasar dirinya melakukan usaha yang keras, bahkan ketika menemui hambatan sekalipun dalam pelajaran matematika. Penilaian tingkat self-efficacy dalam pelajaran matematika merujuk kepada keyakinan akan kemampuan diri untuk menghadapi tugas matematika, meningkatkan upaya/ usaha sebaik baiknya, dan ketekunan dalam melaksanakan tugas matematika


(4)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keyakikan individu dalam mengerjakan suatu tugas berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self-efficacy yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi yang tinggi (Bandura, 1977). Penilaian aspek ini dilihat dari beberapa hal yaitu rasa optimis dalam mengikuti pelajaran matematika, memiliki minat dalam matematika, dan merasa yakin dapat menyelesaikan tugas tugas matematika.

3.3.2. Konseling Cognitive-Behavioral

Konseling cognitive-behavioral pada penelitian merujuk pada teori Beck (1964) yaitu pendekatan konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang keliru akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis. Terapi ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan otak sebagai penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan memutuskan kembali. Sedangkan pendekatan pada aspek behavioral diarahkan untuk membangun hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Kemudian individu belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. Hingga pada akhirnya dengan konseling cognitive

behavioral diharapkan dapat membantu siswa dalam menyelaraskan berpikir,

merasa dan bertindak.

Secara operasional yang dimaksud konseling cognitive behavioral dalam penelitian adalah upaya memfasilitasi siswa memperbaiki kekeliruan berfikir, serta merancang pola prilaku yang tepat dalam menghadapi pelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika, yang langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Pertama, memfasilitasi siswa untuk belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam aspek kognitif.

Siswa yang memiliki self-efficacy rendah pada pelajaran matematika, memliki pandangan negatif karena penilaian negatif pada kemampuan diri dan pelajaran matematika berdasarkan pengalaman-pengalaman


(5)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mempelajari, dan menyelesaikan tugas tugas pada pelajaran matematika. Harapan pada tahap ini adalah siswa mampu mengenal kekeliruan berfikir dan mengubah cara pandang melalui cara berfikir yang tepat, serta memberikan ide untuk mengubah cara pandang serta sistem kepercayaan siswa yang kurang tepat terhadap diri dan pelajaran matematika.

a. Kedua, mengubah hubungan yang salah antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan.

Kekeliruan dalam berfikir pada siswa yang memiliki self-efficacy rendah pada matematika menyebabkan perilaku yang menghindari pelajaran matematika. Tahap ini membantu siswa mengidentifikasi perilaku yang tepat untuk meningkatkan usaha dalam pelajaran matematika, sehingga dengan cara berfikir yang baru siswa memiliki usaha yang lebih baik dan self-efficacy-nya menjadi lebih tinggi pada pelajaran matematika.

b. Ketiga, individu belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta berpikir lebih jelas.

Pendekatan yang dilakukan adalah behavior (berfokus kepada tingkah laku), sebagai rangkaian dari konseling cognitive behavioral, dengan harapan siswa dapat mereduksi perilaku yang keliru melalui aktivitas baru yang direncanakan sebelumnya. Keberhasilan dalam melakukan rencana perubahan perilaku dapat memunculkan kepercayaan baru yang lebih positif akan usaha yang dapat dilakukan dalam pelajaran matematika, sehingga muncul self-efficacy yang lebih positif pada pelajaran matematika.

3.4. Pengembangan Instrumen Penelitian

3.4.1. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan self-efficacy pada matematika, berdasarkan definisi operasional variabel penelitian serta dimensi-dimensi self-efficacy di dalamnya terkandung indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Dalam


(6)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengembangannya, instrumen pengungkap self-efficacy pada matematika berlandaskan pada dimensi-dimensi self-efficacy dari Bandura (2006, hlm. 307-319), yaitu Guide for Constructing Self-Efficacy Scales berdasarkan tiga dimensi magnitude /level, strength/ kekuatan dan generalizers/ generalisasi. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian self-efficacy pada matematika, dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut:

Tabel 3. 1

Kisi-Kisi Instrumen Self- Efficacy pada pelajaran Matematika

Aspek/

Dimensi Indikator

No. Item Jumlah

(+) (-)

Generality

Menyikapi situasi dan kondisi beragam dgn cara yang baik dan positif

1, 15, 4, 9,

10, 41 6

Berpedoman pada pengalaman hidup sebelumnya untuk mencapai keberhasilan

16,21,22,

27,28 5

Strength

Meyakini kemampuan diri untuk menghadapi tugas matematika

33,34,37

38 4

Meningkatkan upaya/ usaha sebaik baiknya

2, 5, 8,11,

14, 17 6

Ketekunan dalam melaksanakan tugas matematika 20, 26, 29, 23,32 5 Level

Optimis dalam mengikuti pelajaran matematika

3, 6, 7, 13,

12 5

Memiliki minat dalam

matematika 18

19, 24,

25, 30 5


(7)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.2. Skoring

Instrumen yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan teori Guttman. Pada skala model Guttman setiap pernyataan diurutkan secara hirarkis untuk melihat sikap tertentu dari seseorang (Ruseffendi, 1994, hlm. 129), dalam penelitian ini yaitu self-efficacy pada pelajaran matematika.

Pernyataan-pernyataan pada alat ukur self-efficacy pada pelajaran matematika dikembangakan berdasarkan model forced-choice dengan alternatif respons pernyataan subjek skala 2 (dua). Kedua alternatif respons tersebut, yaitu “Ya” dan

“Tidak”.

Perhitungan skor self-efficacy pada pelajaran matematika adalah dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pernyataan sehingga didapatkan skor total tingkat self-efficacy pada pelajaran matematika. Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti tertera pada Tabel 3.2 berikut:

Tabel 3. 2

Pola Skor Opsi Alternatif Respon Model Forced-Choice

Pernyataan

Alternatif Respon

Ya Tidak

Favorable (+) 1 0

Unfavorable (-) 0 1

3.4.3. Penimbangan (Judgment) Instrumen.

Penimbangan instrumen dilakukan untuk memperoleh butir-butir pernyataan dari aspek-aspek self-efficacy pada pelajaran matematika agar instrumen layak untuk dipakai. Instrumen penelitian ditimbang oleh tiga pakar sebagai hasil kajian dari segi isi, bahasa, dan kesesuaian butir pernyataan dengan

menyelesaikan tugas tugas matematika

39, 40


(8)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek-aspek yang diungkap. Ketiga penimbang tersebut adalah: (1) Dr. Anne Hafina, M.Pd., (2) Dr. Hj. Nani M Sugandhi, M.Pd., (3) Dr. Nurhudaya, M.Pd. Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari penimbang.

3.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan kepada 103 siswa SMA Negeri 2 Bandung. Uji validitas bertujuan untuk mengkonfirmasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur aspek yang seharusnya diukur. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan, keterandalan, dan sudah baik untuk digunakan atau sebaliknya.

3.4.4.1.Uji Validitas

Pengolahan validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft office excel 2007. Tinggi atau rendahnya validitas instrumen menujukkan tingkat keyakinan mengenai hasil penelitian yang dihasilkan dengan menggunakan instrumen tersebut. Signifikansi validitas instrument self-efficacy pada pelajaran matematika ini diperoleh dengan menggunakan rumus validitas Pearson, sebagai berikut:

Hasil uji validitas menunjukkan 33 item valid dan 8 item tidak valid. Item-item yang tidak valid tidak dipakai pada pengumpulan data profil self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Kisi kisi instrumen self –efficacy pada pelajaran matematika setelah uji validitas disajikan dalam tabel 3.3 di bawah ini :

Tabel 3. 3

Kisi-Kisi Instrumen Self-Efficacy pada Pelajaran Matematika Setelah Uji Validitas


(9)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.4.2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen itu bisa dipercaya. Uji reliabilitas instrumen self-efficacy pada pelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson)

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

Dimensi (+) (-)

Generality

Menyikapi situasi dan kondisi beragam dgn cara yang baik dan positif

1, 4, 9, 10,

15, 41 6

Berpedoman pada pengalaman hidup sebelumnya untuk mencapai keberhasilan

21, 22, 27,

28 4

Strength

Meyakini kemampuan diri untuk

menghadapi tugas matematika 33, 37 2

Meningkatkan upaya/ usaha

sebaik baiknya 8, 11, 14 3

Ketekunan dalam melaksanakan tugas matematika 20, 26, 23, 32 4 Level

Optimis dalam mengikuti pelajaran matematika

3, 6, 7, 12,

13 5

Memiliki minat dalam matematika

19, 24, 25, 30

4 Merasa yakin dapat

menyelesaikan tugas tugas matematika

31,35,36,

39, 40 5


(10)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= Jumlah item yang benar Jumlah seluruh item

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1-p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara pq n = banyak item

s = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar variansi)

Tolak ukur pengujian koefisien reliabilitas mengacu pada kriteria dari Guilford, yang tersaji dalam Tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3. 4

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Hasil uji reliabilitas intrumen self-efficacy pada pelajaran matematika menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0.81, yang berarti instrumen ini berada pada derajat keterandalan tinggi. Koefisien yang diperoleh menunjukkan bahwa instrument ini bisa dipercaya dan sudah baik untuk digunakan sebagai alat pengumpul data self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.

3.5. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini kiranya akan menempuh tiga langkah utama dimulai dari penyusunan instrumen, hingga proses intervensi. Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


(11)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan menyusun instrumen

Self-Efficacy Siswa pada Pelajaran Matematika berdasarkan konstruk teori dan

indikator yang telah dikembangkan. Butir-butir pernyataan dibuat berdasarkan teori yang mendasari dan indikator yang telah dikembangkan. Kisi-kisi instrumen disempurnakan berdasarkan hasil judgement dari dosen penimbang dan disusun menjadi instrumen yang siap digunakan sebagai alat pengumpul data.

3.5.2. Pelaksanaan Pre-test

Penyebaran instrumen Self-Efficacy Siswa pada Pelajaran Matematika dilakukan di kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMAN 2 Bandung. Kegiatan dilakukan sebagai tes awal (pre test) dalam rangka memperoleh data mengenai tingkat self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Sampel penelitian dipilih dari siswa yang memiliki skor rendah dan bersedia mengikuti keseluruhan sesi konseling sebanyak tiga orang siswa.

3.5.3. Perancangan Intervensi

Rancangan intervensi konseling cognitive behavioral untuk meningkatkan Self-Efficacy siswa pada pelajaran matematika disusun berdasarkan hasil pre-test dan karakteristik sampel penelitian. Rancangan intervensi yang dilakukan hasil dari validasi dengan komponen yang meliputi: rasional, berisi latar belakang diperlukannya konseling cognitive behavioral untuk meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika; tujuan intervensi; prosedur konseling cognitive behavioral; asumsi intervensi; sasaran intervensi; sesi intervensi, yakni paparan mengenai kegiatan setiap sesi konseling; indikator keberhasilan konseling cogntive behavioral dalam menigkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika; dan langkah-langkah implementasi konseling cognitive behavioral dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.

3.6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut:

1. Pertanyaan penelitian pertama mengenai analisis kebutuhan untuk merumuskan rancangan treatment maka dibutuhkan gambaran


(12)

Self-Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Efficacy siswa pada pelajaran matematika subjek penelitian di SMAN 2 Bandung yang diungkap menggunakan jawaban siswa dalam angket

Self-Efficacy siswa pada pelajaran matematika. Untuk mengklasifikasi tingkat

pencapaian Self-Efficacy siswa pada pelajaran Matematika digunakan kriteria penggolan subjek ke dalam tiga kategori yang diadopsi dari Azwar (Moma, 2014, hlm. 84). Langkah ini dilakukan untuk memberikan kategori tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus kategorisasi yang tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3. 5

Klasifikasi Tingkat Pencapaian Self-Efficacy

No Skor Kategori

1 X + , σ Tinggi

2 - , σ + , σ Sedang

3 - , σ Rendah

Azwar (dalam Moma, 2014, hlm. 84)

Keterangan : : Nilai Rata-rata : Standar Deviasi

Setelah mendapatkan siswa yang membutuhkan bantuan konseling, kemudian disusun rancangan program pelaksanaan intervensi melalui konseling cognitive behavioral dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.

2. Pertanyaan penelitian kedua mengenai efektivitas teknik konseling

cognitive behavioral dirumuskan ke dalam hipotesis “konseling cognitive

behavioral efektif dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran

matematika”, pengujian hipotesis dilakukan pada setiap individu yang

menjadi subjek penelitian, yakni membandingkan kondisi skor setiap aspek self-efficacy pada baseline dan treatmen yang telah dilakukan. 3. Pertanyaan penelitian ke tiga mengenai gambaran peningkatan


(13)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan melakukan analisis terhadap data hasil penelitian. Data disajikan melalui grafik dalam rangka melihat visualisasi dari perubahan

self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Sebagaimana yang diungkapkan

oleh Sunanto, dkk., (2006) analisis data pada penelitian eksperimen pada umumnya menggunakan teknik statistik inferensial, sedangkan pada penelitian subyek tunggal analisis data cukup dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yang sederhana berupa grafik.


(1)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek-aspek yang diungkap. Ketiga penimbang tersebut adalah: (1) Dr. Anne Hafina, M.Pd., (2) Dr. Hj. Nani M Sugandhi, M.Pd., (3) Dr. Nurhudaya, M.Pd. Instrumen yang telah memperoleh penilaian dari ketiga pakar kemudian direvisi sesuai dengan saran dan masukan dari penimbang.

3.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan kepada 103 siswa SMA Negeri 2 Bandung. Uji validitas bertujuan untuk mengkonfirmasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur aspek yang seharusnya diukur. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan, keterandalan, dan sudah baik untuk digunakan atau sebaliknya.

3.4.4.1.Uji Validitas

Pengolahan validitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft office excel 2007. Tinggi atau rendahnya validitas instrumen menujukkan tingkat keyakinan mengenai hasil penelitian yang dihasilkan dengan menggunakan instrumen tersebut. Signifikansi validitas instrument self-efficacy pada pelajaran matematika ini diperoleh dengan menggunakan rumus validitas Pearson, sebagai berikut:

Hasil uji validitas menunjukkan 33 item valid dan 8 item tidak valid. Item-item yang tidak valid tidak dipakai pada pengumpulan data profil self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Kisi kisi instrumen self –efficacy pada pelajaran matematika setelah uji validitas disajikan dalam tabel 3.3 di bawah ini :

Tabel 3. 3

Kisi-Kisi Instrumen Self-Efficacy pada Pelajaran Matematika Setelah Uji Validitas


(2)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.4.4.2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen itu bisa dipercaya. Uji reliabilitas instrumen self-efficacy pada pelajaran matematika dilakukan dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson)

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

Dimensi (+) (-)

Generality

Menyikapi situasi dan kondisi beragam dgn cara yang baik dan positif

1, 4, 9, 10,

15, 41 6

Berpedoman pada pengalaman hidup sebelumnya untuk mencapai keberhasilan

21, 22, 27,

28 4

Strength

Meyakini kemampuan diri untuk

menghadapi tugas matematika 33, 37 2

Meningkatkan upaya/ usaha

sebaik baiknya 8, 11, 14 3

Ketekunan dalam melaksanakan tugas matematika 20, 26, 23, 32 4 Level

Optimis dalam mengikuti pelajaran matematika

3, 6, 7, 12,

13 5

Memiliki minat dalam matematika

19, 24, 25, 30

4 Merasa yakin dapat

menyelesaikan tugas tugas matematika

31,35,36,

39, 40 5


(3)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= Jumlah item yang benar Jumlah seluruh item

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q= 1-p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara pq n = banyak item

s = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar variansi)

Tolak ukur pengujian koefisien reliabilitas mengacu pada kriteria dari Guilford, yang tersaji dalam Tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3. 4

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

Hasil uji reliabilitas intrumen self-efficacy pada pelajaran matematika menunjukkan koefisien reliabilitasnya sebesar 0.81, yang berarti instrumen ini berada pada derajat keterandalan tinggi. Koefisien yang diperoleh menunjukkan bahwa instrument ini bisa dipercaya dan sudah baik untuk digunakan sebagai alat pengumpul data self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.

3.5. Langkah-Langkah Penelitian

Penelitian ini kiranya akan menempuh tiga langkah utama dimulai dari penyusunan instrumen, hingga proses intervensi. Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


(4)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyusunan alat pengumpul data dimulai dengan menyusun instrumen Self-Efficacy Siswa pada Pelajaran Matematika berdasarkan konstruk teori dan indikator yang telah dikembangkan. Butir-butir pernyataan dibuat berdasarkan teori yang mendasari dan indikator yang telah dikembangkan. Kisi-kisi instrumen disempurnakan berdasarkan hasil judgement dari dosen penimbang dan disusun menjadi instrumen yang siap digunakan sebagai alat pengumpul data.

3.5.2. Pelaksanaan Pre-test

Penyebaran instrumen Self-Efficacy Siswa pada Pelajaran Matematika dilakukan di kelas XI MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMAN 2 Bandung. Kegiatan dilakukan sebagai tes awal (pre test) dalam rangka memperoleh data mengenai tingkat self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Sampel penelitian dipilih dari siswa yang memiliki skor rendah dan bersedia mengikuti keseluruhan sesi konseling sebanyak tiga orang siswa.

3.5.3. Perancangan Intervensi

Rancangan intervensi konseling cognitive behavioral untuk meningkatkan Self-Efficacy siswa pada pelajaran matematika disusun berdasarkan hasil pre-test dan karakteristik sampel penelitian. Rancangan intervensi yang dilakukan hasil dari validasi dengan komponen yang meliputi: rasional, berisi latar belakang diperlukannya konseling cognitive behavioral untuk meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika; tujuan intervensi; prosedur konseling cognitive behavioral; asumsi intervensi; sasaran intervensi; sesi intervensi, yakni paparan mengenai kegiatan setiap sesi konseling; indikator keberhasilan konseling cogntive behavioral dalam menigkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika; dan langkah-langkah implementasi konseling cognitive behavioral dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.

3.6. Teknik Analisis Data

Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan penelitian dijawab dengan cara sebagai berikut:

1. Pertanyaan penelitian pertama mengenai analisis kebutuhan untuk merumuskan rancangan treatment maka dibutuhkan gambaran


(5)

Self-Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Efficacy siswa pada pelajaran matematika subjek penelitian di SMAN 2 Bandung yang diungkap menggunakan jawaban siswa dalam angket Self-Efficacy siswa pada pelajaran matematika. Untuk mengklasifikasi tingkat pencapaian Self-Efficacy siswa pada pelajaran Matematika digunakan kriteria penggolan subjek ke dalam tiga kategori yang diadopsi dari Azwar (Moma, 2014, hlm. 84). Langkah ini dilakukan untuk memberikan kategori tinggi, sedang, dan rendah dengan rumus kategorisasi yang tersaji pada tabel berikut:

Tabel 3. 5

Klasifikasi Tingkat Pencapaian Self-Efficacy

No Skor Kategori

1 X + , σ Tinggi

2 - , σ + , σ Sedang

3 - , σ Rendah

Azwar (dalam Moma, 2014, hlm. 84)

Keterangan : : Nilai Rata-rata : Standar Deviasi

Setelah mendapatkan siswa yang membutuhkan bantuan konseling, kemudian disusun rancangan program pelaksanaan intervensi melalui konseling cognitive behavioral dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika.

2. Pertanyaan penelitian kedua mengenai efektivitas teknik konseling cognitive behavioral dirumuskan ke dalam hipotesis “konseling cognitive behavioral efektif dalam meningkatkan self-efficacy siswa pada pelajaran

matematika”, pengujian hipotesis dilakukan pada setiap individu yang

menjadi subjek penelitian, yakni membandingkan kondisi skor setiap aspek self-efficacy pada baseline dan treatmen yang telah dilakukan. 3. Pertanyaan penelitian ke tiga mengenai gambaran peningkatan


(6)

Sopiyah, 2014

Efektivitas Teknik Konseling Cognitive Behavioral Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Siswa Pada Pelajaran Matematika

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan melakukan analisis terhadap data hasil penelitian. Data disajikan melalui grafik dalam rangka melihat visualisasi dari perubahan self-efficacy siswa pada pelajaran matematika. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sunanto, dkk., (2006) analisis data pada penelitian eksperimen pada umumnya menggunakan teknik statistik inferensial, sedangkan pada penelitian subyek tunggal analisis data cukup dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif yang sederhana berupa grafik.