Sistem Produksi dan Mould 1

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Sistem Produksi
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan dari beberapa unit atau elemen

atau subsistem yang saling menunjang untuk mencapai tujuan tertentu (Ayari,
2002). Adapun pengertian produksi sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya,
yaitu merupakan penciptaan atau penambahan manfaat. Baik manfaat itu berupa
bentuk, waktu, tempat, maupun gabungan dari manfaat-manfaat tersebut.
Dari pengertian sistem dan produksi diatas dapat ditarik definisi sistem
produksi yaitu gabungan dari beberapa unit atau elemen yang saling berhubungan
dan saling menunjang untuk melaksanakan proses produksi dalam suatu
perusahaan tertentu. Beberapa elemen yang termasuk dalam sistem produksi ini
adalah produk perusahaan, lokasi pabrik, letak dan fasilitas produksi yang
dipergunkan dalam perusahaan, lingkungan kerja karyawan, serta standar
produksi yang berlaku dalam perusahaan tersebut. Elemen atau subsistem dari
sistem produksi tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi.
2.1.1


Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasi
Dilihat dari tujuan melakukan operasinya dalam hubungannya dengan

penentuan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan menjadi empat
jenis, yaitu (Bedworth dan Bailey, 1987) :
a.

Engineering to Order (ETO)
yaitu bila pemesan meminta produsen untuk membuat produk yang

dimulai dari proses perancangannya (rekayasa).

b.

Assembly to Order (ATO)
yaitu bila produsen membuat desain standar, modul-modul operasional

standar sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul standar
tersebut bisa dirakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah pabrik mobil,

dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau otomatis, AC,
Audio, opsi-opsi interior, dan opsi-opsi khusus. Sebagaimana juga warna bodi
yang khusus. Komponen-komponen tersebut telah disiapkan terlebih dahulu dan
akan mulai diproduksi begitu pesanan dari agen datang.
c.

Make to Order (MTO)
yaitu bila produsen melaksanakan item akhirnya jika dan hanya jika telah

menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila item tersebut bersifat dan
mempunyai desain yang dibuat menurut pesanan, maka konsumen mungkin
bersedia menunggu hingga produsen dapat menyelesaikannya.
d.

Make to Stock (MTS)
yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan ditempatkan

sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item terakhir tersebut
baru akan dikirim dari sistem persediaan setelah pesanan konsumen diterima.
2.1.2


Sistem Produksi Menurut Aliran Operasi dan Variasi Produk
Dalam kegiatan desain produk, titik berat perhatian kita adalah pada

masalah “apa” yang diproduksi. Sedangkan untuk kegiatan desain proses
penekannannya adalah pada bagian bagaimana kita memproduksi. Kriteria
terpenting dalam mengklasifikasikan proses produksi adalah jenis aliran operasi
dari unit-unit produk yang melalui tahapan konversi. Ada tiga jenis dasar aliran
operasi, yaitu flow shop, job shop, dan proyek (Kostas, 1982). Ketiga dasar aliran

operasi ini berkembang menjadi aliran operasi modifikasi dan ketiganya, yaitu
batch dan continuous. Adapun karakteristik dari masing-masing aliran operasi
tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Flow Shop, yaitu proses konversi dimana unit-unit output secara berturutturut melalui urutan operasi yang sama pada mesin-mesin khusus, biasanya
ditempatkan sepanjang suatu lintasan produksi. Proses jenis ini biasanya
digunkan untuk produk yang mempunyai desain dasar yang luas, diperlukan
penyusunan bentuk proses produksi flow shop yang biasanya bersifat MTS
(Make to Stock). Bentuk umum proses flow shop kontinyu dan flow shop

terputus. Pada flow shop kontinyu, proses bekerja untuk memproduksi jenis
output yang sama. Pada flow shop terputus, kerja proses secara periodik
diinterupsi untuk melakukan set up bagi pembuatan produk dengan
spesifikasi yang berbeda.

b.

Continuous, proses ini merupakan bentuk sistem dari flow shop dimana
terjadi aliran material yang konstan. Contoh dari proses continuous adalah
industri penyulingan minyak, pemrosesan kimia, dan industri-industri lain
dimana kita tidak dapat mengidentifikasikan unit-unit output prosesnya
secara tepat. Biasanya satu lintasan produksi pada proses kontinyu hanya
dialokasikan untuk satu jenis produk saja.

c.

Job shop, yaitu merupakan bentuk proses konversi di mana unit-unit untuk
pesanan yang berbeda akan mengikuti urutan yang berbeda pula dengan
melalui pusat-pusat kerja yang dikelompokkan berdasarkan fungsinya.
Volume produksi tiap jenis produk sedikit, variasi produksi banyak, lama

produksi tiap produk agak panjang, dan tidak ada lintasan produksi khusus.

Job shop ini bertujuan memenuhi kebutuhan khusus konsumen, jadi
biasanya bersifat MTO (Make to Order).
d.

Batch, yaitu merupakan bentuk satu langkah kedepan dibandingkan job
shop dalam hal ini standarisasi produk, tetapi tidak terlalu standarisasi
seperti pada flow shop. Sistem batch memproduksi banyak variasi produk
dan volume, lama produsi untuk tiap produk agak pendek, dan satu
lintasan produksi dapat digunkan untuk beberapa tipe produk. Pada sistem
ini, pembuatan produk dengan tipe yang berbeda akan mengakibatkan
pergantian peralatan produksi, sehingga sistem tersebut harus “general
purpose” dan fleksibel untuk produk dengan volume rendah tetapi
variasinya tinggi. Tetapi, volume batch yang lebih banyak dapat diproses
secara berbeda, misalnya memproduksi beberapa batch lebih untuk tujuan
MTS dari pada MTO.

e.


Proyek, yaitu merupakan penciptaan suatu jenis produk yang akan rumit
dengan suatu pendefinisian urutan tugas-tugas yang teratur akan kebutuhan
sumber daya dan dibatasi oleh waktu penyelesaiannya. Pada jenis proyek
ini, beberapa fungsi mempengaruhi produksi seperti perencanaan, desain,
pembelian, pemasaran, penambahan personal atau mesin (yang biasanya
dilakukan secara terpisah pada sistem job shop dan flow shop) harus
diintegrasi sesuai dengan urutan-urutan waktu penyelesaian, sehingga
dicapai penyelesaian ekonomis.

2.1.3

Ruang Lingkup Sistem Produksi

Ruang lingkup Sistem Produksi Dalam dunia industri manufaktur apapun
akan memiliki fungsi yang sama. Fungsi atau aktifitas-aktifitas yang ditangani
oleh departemen produksi secara umum adalah sebagai berikut :
1.

Mengelolah pesanan (order) dari pelanggan. Para pelanggan memasukkan


pesanan-pesanan untuk berbagai produk. Pesanan-pesanan ini dimasukkan dalam
jadwal produksi utama, ini bila jenis produksinya made to order.
2.

Meramalkan permintaan. Perusahaan biasanya berusaha memproduksi

secara lebih independent terhadap fluktuasi permintaan. Permintaan ini perlu
diramalkan agar skenario produksi dapat mengantisipasi fluktuasi permintaan
tersebut. Permintaan ini harus dilakukan bila tipe produksinya adalah made to
stock.
3.

Mengelolah persediaan. Tindakan pengelolahan persediaan berupa

melakukan transaksi persediaan, membuat kebijakan persediaan pengamatan,
kebijakan kuantitas pesanan/ produksi, kebijakan frekuensi dan periode
pemesanan, dan mengukur performansi keuangan kebijakan yanmg dibuat.
4.

Menyusun rencana agregat (penyesuaian permintaan dengan kapasitas).


Pesanan pelanggan dan atau ramalan permintaan harus dikompromikan dengan
sumber daya perusahaan (fasilitas, mesin, tenaga kerja, keuangan dan lain-lain).
Rencana agregat bertujuan untuk membuat skenario pembebanan kerja untuk
mesin dan tenaga kerja (reguler, lembur, dan subkontrak) secara optimal untuk
keseluruhan produk dan sumber daya secara terpadu (tidak per produk).
5.

Membuat jadwal induk produksi (JIP). JIP adalah suatu rencana terperinci

mengenai apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu
untuk setiap item produksi. JIP dibuat dengan cara (salah satunya) memecah

(disagregat) ke dalam rencana produksi (apa, kapan, dan berapa) yang akan
direalisasikan. JIP ini akan diperiksa tiap periodik atau bila ada kasus. JIP ini
dapat berubah bila ada hal yang harus diakomodasikan.
6.

Merencanakan Kebutuhan. JIP yang telah berisi apa dan berapa yang harus


dibuat selanjutnya harus diterjemahkan ke dalam kebutuhan komponen, sub
assembly, dan bahan penunjang untuk menyelesaikan produk. Perencanaan
kebutuhan material bertujuan untuk menentukan apa, berapa, dan kapan
komponen, sub assembly dan bahan penunjang harus dipersiapkan. Untuk
membuat perencanaan kebutuhan diperlukan informasi lain berupa struktur
produk (bill of material) dan catatan persediaan. Bila hal ini belum ada, maka
tugas departemen PPC untuk membuatnya.
7.

Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi. Penjadwalan

ini meliputi urutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu
penyelesaian, prioritas pengerjaan dan lain-lainnya.
8.

Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas

produksi. Kemajuan tahap demi tahap simonitor untuk dianalisis. Apakah
pelaksanaan sesuai dengan rencanan yang dibuat.
9.


Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas. Bila realisasi tidak sesuai

rencana agregat, JIP, dan Penjadwalan maka dapat diubah/ disesuaikan kebutuhan.
Untuk jangka panjang, evaluasi ini dapat digunakan untuk mengubah (menambah)
kapasitas produksi.
Fungsi tersebut dalam praktik tidak semua perusahaan akan melaksanakannya.
Ada tidaknya suatu fungsi ini diperusahaan, juga ditentukan oleh teknik/ metode

perencanaan dan pengendalian produksi (sistem produksi) yang digunakan
perusahaan (Purnomo; 2004).
2.1.4

Macam-Macam Proses Produksi
Untuk membuat barang-barang tertentu sering kali diperlukan kerja sama

antara beberapa bidang produksi atau lapangan usaha. Hal ini tampak dengan jelas
apabila kita mengikuti langkah-langkah proses produksi suatu produk. Suatu
proses produksi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.


Proses Produksi terus-menerus atau proses produksi kontinu, yaitu suatu

proses produksi dimana bahan-bahan yang diolah mengalir secara berurutan
melalui beberapa tingkat pekerjaan hingga bahan yang diolah itu berubah menjadi
barang jadi
2.

Proses produksi berselingan atau proses produksi intermitten, yaitu suatu

proses produksi dimana bahan-bahan yang diolah atau diproses tidak mengalir
secara terus-menerus, tetapi setiap kali terputus atau berhenti untuk kemudian
digabungkan menjadi suatu barang jadi.
2.1.5

Tingkat-Tingkat Produksi
Penggolongan atau tingkat dalam produksi ini dapat menunjukan tingkat

atau taraf perkembangan kegiatan ekonomi suatu Negara. Misalnya, masyarakat
yang belum maju, kegiatan ekonominya terbatas pada produk primer. Semakin
berkembang suatu Negara, maka semakin penting produk sekunder dan tersier
bagi masyarakat. Berikut ini tingkatan-tingkatan usaha produksi, yaitu :
1.

Tingkat Produksi Primer

Tingkat produksi primer meliputi usaha ekstraktif terutama menyediakan
bahan-bahan dasar atau kegunaan dasar, antara lain pertambangan, pertanian,
perikanan dan kehutanan

2.

Tingkat Produksi Sekunder
Tingkat produksi ini meliputi industri, kerajinan tangan dan konstruksi

atau membuat bangunan
3.

Tingkat Produksi Tersier
Tingkat produksi tersier tidak menghasilkan barang, melainkan usaha jasa

yang

membantu,

memperlancar,

menyalurkan,

menghubungkan,

dan

menyelenggarakan kegunaan tempat, waktu dan pelayanan, baik untuk produsen
maupun

konsumen.

Misalnya

perdagangan,

pengangkutan

(Transport),

penyimpanan/penggudangan, asuransi dan perbankan.

2.2

Proses Perancangan Sistem Produksi
Perancangan sistem produksi diawali dengan merancang produk yang akan

diproduksi. Merancang produk atau desain produk merupakan prasarat untuk
produksi. Hasil keputusan desain produk selanjutnya ditransmisikan ke operasi
sebagai spesifikasi produksi, dan spesifikasi produksi merumuskan karakteristik
produk dan kemungkinan pelaksanaan produksi. Desain produk merupakan hal
yang sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Berbagai
desain produk baru diciptakan karena orang percaya bahwa ada kebutuhan akan
produk tersebut. (Purnomo;2004)

Kemajuan teknologi berdampak pada desain-desain produk yang secara terus
menerus mengalami perkembangan pesat. Sebagaian besar perusahaan secara
kontinyu melakukan perubahan, perbaikan, dan pengembangan terhadap produkproduk lama yang telah usang dan ketinggalan zaman yang tentu saja mempunyai
kualitas lebih baik. Dalam hal ini dibutuhkan perancang produk yang mempunyai
kepekaan ide-ide baru yang dapat terus dikembangkan. Peranan fungsi penelitian
memberikan dasar bagi pengembangan aplikasi-aplikasi inovatif dan menemukan
cara-cara baru dalam berproduksi yang mengacu pada efesiensi dan efektifitas.
Untuk menggali dan memanfaatkan sumber ide, banyak perusahaan mencoba
menghidupkan lingkungan yang kreatif bagi karyawan. Para karyawan diberi
kesempatan untuk melakukan kegiatan kreatif dan mengembangkan pemikiran
dan kemampuan teknik pada usaha-usaha organisasi dalam pengembangan
produk. Adakalanya suatu produk dikembangkan atas dasar ide dari seorang yang
tidak mempunyai kaitan sama sekali dengan perusahaan.
Dalam pertumbuhannya sebuah perusahaan akan mengalami masa pertumbuhan,
yaitu masa dimana suatu perusahaan akan mengalami masa kemajuan. Kunci
pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan adalah dengan mengembangkan
produk dan perbaikan produk secara terus-menerus. Perusahaan mempunyai
resiko akan kehilangan pasar jika tidak melakukan inovasi, karena pada dasarnya
konsumen selalu menginginkan produk-produk baru dan produk yang mempunyai
kualitas lebih baik yang dapat memenuhi kepuasan mereka. (Kusuma;2007)
Disamping itu juga dalam pertumbuhannya perusahaan harus mementingkan
kemajuan teknologi yang ada sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin
lama semakin meningkat. Pada era globalisasi peran ilmu pengetahuan semakin

ketat dalam bidang perdagangan, industri dan pendidikan harus diantisipasi
dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dan melakukan
onovasi metode rekayasa melalui integrasi dan penggunaan sejumlah elemen
teknologi. Diantara elemen teknologi tersebut adalah digital pendukung proses
rekayasa dan pengembangan produk seperti Computer Aided Desigh (CAD),
Computer Aided Manufacturing (CAM), Computer Aided Enginering (CAE), dan
sebagainya. Perkembangan aplikasi teknologi CAD/ CAM di Industri semakin
pesat sejalan dengan tuntutan dunia industri pada hardware dan software untuk
menghasilkan suatu produk dengan waktu siklus rancangan (desigh cycle time)
yang semakin pendek.
Dengan Menggunakan komputer yang berkemampuan grafis akan membantu
bagian perancangan produk untuk memvisualisasikan dan mampu melakukan uji
dengan cara yang fleksibel. Proses perancangan yang dibantu komputer
memungkinkan perusahaan mempercepat desain produk dan membuatnya dapat
diproduksi lebih awal. Dalam CAD objek dimodelkan dalam bentuk matematis
sehingga rancangan objek dapat disimpan, ditampilkan, dan dimanipulasi oleh
komputer sebagai elektronik. Teknologi ini memberikan proses produksi yang
fleksibel sehingga modifikasi dapat dengan mudah dibuat. Terdapat tiga hal yang
perlu diperhatikan dalam perancangan produk sehubungan dengan pengembangan
teknologi yaitu variasi produk, rancangan produk tiruan, dan standarisasi. (Baroto;
2002)

2.3

Kemasan Plastik

Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran
lembaran yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Bahan utama pembuat
plastik adalah resin, baik alami (dammar, oleoresin, terpentin) maupun sintetik
(polietilena, polipropilena, poli vinil chlorida). Untuk memperbaiki sifat plastik
dapat ditambah bahan lain seperti filler, plasticizer, lubricant, anti oksidan, zat
warna, dan sebagainya.
Plastik mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Selain untuk
mengemas langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas.
Plastik sering digunakan dalam industri pengemasan karena memeliki kelebihankelebihan, antara lain :


Melindungi

isi

dengan

baik,

unsur

proteksi

merupakan

fungsi

pengemasan..


Ringan (biaya transportasi lebih murah).



Tidak mudah pecah sehingga mengurangi faktor resiko dan kerugian

selama penyimpanan dan transportasi.


Bisa diberikan warna untuk memenuhi selera.



Bisa dibuat berbagai macam bentuk.



Bisa diprinting.



Memiliki daya tahan terhadap karatan, keadaan cuaca dan berbagai jenis

bahan kimia.
Plastik secara umum mempunyai sifat ;


Sifat tembus pandang (clarity) yang baik.



Stiffnes : kekakuan dinyatakan dalam psi/100, ASTM 0790.



Permeabel terhadap gas.



Mar resisteance Ketahanan terhadap segala bentuk benturan, gesekan, dll.



Warpage : dapat dilengkungkan/dibengkokan, berhubungan dengan sifat

mengerut dalam cetakan.


Impact Strength : berhubungan dengan ketahanan terhadap benturan.



Tear Strength : berhubungan dengan ketahanan terhadap sobekan.

2.4

Jenis-jenis Plastik dan Kegunaannya
Mengenal jenis-jenis plastik yang beredar di pasaran, merupakan hal yang

sangat penting untuk kita lakukan terutama ketika kita harus membuat keputusan
dalam memilih produk yang akan kita gunakan untuk keluarga dan rumah tangga
kita. Seperti kita ketahui, beragam jenis plastik dapat dengan mudah kita temukan
di pasaran. Mulai dari plastik yang ditawarkan dengan harga yang murah hingga
yang berkualitas tinggi dan ditawarkan dengan harga yang relatif mahal.
Masyarakat awam banyak yang kurang paham mengenai jenis-jenis plastik serta
dampaknya bagi kesehatan mereka jika tidak digunakan secara tepat.
Pada dasarnya, secara garis besar plastik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Termoset (Thermoset) atau Thermosetting Plastic
Plastik jenis ini tidak mempertahankan sifat aslinya. Jika dipanaskan dan
dibiarkan

menjadi

dingin

hingga

mengeras

kembali,

jenis

ini

akan

mempertahankan bentuknya tetapi tidak dapat ke bentuk aslinya. Plastik
thermoset merupakan plastik yang kuat, keras dan tahan lama. Jenis ini umum
digunakan pada industri otomotif, pesawat serta pabrik ban.
Contoh jenis-jenis plastik yang termasuk dalam kategori ini antara lain:

– Polyurethane (PU)
Merupakan jenis plastik yang ringan, tahan panas dan tahan gesekan. Digunakan
pada produk alas kaki, papan selancar, bagian bawah karpet, lem dan perekat
dengan daya rekat tinggi dan lain-lain
– Epoxide Resins (EP)
Karena sifatnya yang dapat dibentuk menjadi berbagai produk dengan komposisi
bahan yang unik, janis plastik ini banyak digunakan berbagai industri seperti
industri, otomotif, makanan dan minuman, perikanan, otomotif bahkan industri
pembuatan pesawat terbangpun banyak menggunakan jenis ini.
– Unsaturated polyester resins (UP)
Memiliki sifat ringan, kuat, kaku serta tahan terhadap bahan kimia. Digunakan
untuk genteng serta memoles permukaan dapur dan kamar mandi.
– Polytetrafluoroethylene (PTFE)
Digunakan sebagai pelapis panci dan alat masak lain yang sifatnya anti lengket
selain digunakan sebagai pelumas yang mampu mengurangi gesekan pada mesin,
mengurangi pemakaian bahan bakar serta membuat mesin tahan lama karena tidak
cepat aus.
2. Thermoplastic
Merupakan jenis plastik yang lebih lentur dari plastik thermoset. Jenis ini dapat
menjadi lentur dan lembut jika dipanaskan dan akan kembali ke bentuk asalnya.
Thermoplastic mudah dibentuk dan dibentuk menjadi serat, lempengan tipis (film)
serta dijadikan kemasan produk.
Contoh jenis-jenis plastik yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
– Acrylonitrile butadiene styrene (ABS)

Merupakan jenis plastik yang kuat dan tahan lama bahkan ketika berada pada
suhu yang sangat rendah. Jenis ini memiliki daya tahan yang baik terhadap panas
dan bahan-bahan kimia
– Polyethylene terephthalate (PET/PETE)
Jenis plastik yang sangat mudah untuk dibentuk baik dengan cara ‘blow
moulding’ ataupun ‘injection’ menjadi berbagai jenis produk dan kemasan.
Contoh produk yang mudah kita jumpai yang terbuat dari jenis plastik ini antara
lain botol minuman, kertas timah pembungkus biskuit, permen, kacang dan lain
sebagainya.
– Polycarbonate (PC)
Jenis plastik ini memiliki keunggulan antara lain sangat bening, sangat kuat dan
sangat tahan terhadap panas selain mudah untuk dibentuk. PC banyak digunakan
di industri otomotif contohnya kaca spion, lampu kabut, lampu sen dan lain-lain.
Selain itu industri elektronik juga banyak menggunakan jenis plastik ini misalnya
untuk pada produk pengering rambut, mixer maupun kulkas.
– Polystyrene (PS)
Jenis plastik yang satu ini memiliki sifat ringan, merupakan penghantar panas
yang baik serta kedap air. Jika digunakan pada kemasan makanan atau minuman,
produk yang terbuat dari jenis plastik tidak akan bocor.
– Expanded polystyrene (EPS)
Merupakan jenis plastik yang ringan, kuat serta dapat menahan panas dengan
baik. Banyak digunakan sebagai kemasan makanan serta dalam industri
konstruksi bangunan.
– Polyvinyl chloride (PVC)

Merupakan jenis plastik yang awet, ringan, kuat, tahan api, serta memiliki sifat
isolasi yang sangat baik. Contoh produk yang terbuat dari PVC antara lain
kantong darah, sarung tangan untuk operasi, selang infus, kabel, kursi lipat, dan
masih banyak lagi.
– Poly methyl methacrylate (PMMA)
Lebih dikenal dengan nama akrilik. Tersedia dalam berbagai macam warna baik
yang bersifat buram maupun jernih atau bening. Jenis plastik ini sangat tahan
lama serta tahan terhadap sinar matahari. Karena tingkat kejernihannya bisa
sejernih gelas, akrilik sering digunakan pada kamera juga akuarium. Akrilik
dengan kualitas super digunakan sebagai jendela pesawat.

2.5

Moulding
Molding atau pencetakan adalah sebuah proses produksi dengan

membentuk bahan mentah menggunakan sebuah rangka kaku atau model yang
disebut sebuah mold. Sebuah mold adalah sebuah cetakan yang memiliki rongga
di dalamnya yang akan diisi dengan material cair seperti plastik, gelas, atau
logam. Cairan tersebut akan mengeras sesuai bentuk rongga di dalam mol
2.5.1

Tipe mould
Mould memiliki beberapa tipe yaitu :

A.

Plastik


Injection molding



Compression molding



Transfer molding



Extrusion molding

2.6



Blow molding



Rotational molding



Thermoforming



Reaction Injection Molding



Laminating



Expandable bead molding



Foam molding



Rotomolding



Vacuum plug assist molding



Pressure plug assist molding



Matched mold

Injection Mould
Injection molding adalah metode pembentukan material termoplastik

dimana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke
dalam cetakan yang didinginkan oleh air sehingga mengeras. Meskipun banyak
variasi dari proses dasar ini, 90 persen injection molding adalah memproses
material termoplastik. Injection molding mengambil porsi sepertiga dari
keseluruhan resin yang dikonsumsi dalam pemrosesan termoplastik. Sekarang ini
bisa dipastikan bahwa setiap kantor, kendaraan, rumah, pabrik terdapat barangbarang dari plastik yang dibuat dengan cara injection molding, misalnya pesawat
telepon, printer, keyboard, mouse, rumah lampu mobil ,dashboard, reflektor, roda

gigi, helm, televisi, sisir, roda furnitur, telepon seluler, dan masih banyak lagi
yang lain.
Mesin injection molding tercatat telah dipatenkan pertama kali pada tahun
1872 di Amerika Serikat untuk memproses celluloid. Berikutnya pada tahun 1920an di Jerman mulai dikembangkan mesin injection molding namun masih
dioperasikan secara manual dimana pencekaman mold masih menggunakan tuas.
Tahun 1930-an ketika berbagai macam resin tersedia dikembangkan mesin
injection molding yang dioperasikan secara hidraulik. Pada era ini kebanyakan
mesin injection moldingnya masih bertipe single stage plunger. Pada tahun 1946
James Hendry membuat mesin injection molding tipe single-stage reciprocating
screw yang pertama. Mulai tahun 1950-an relay dan timer mulai digunakan untuk
pengontrolan proses injeksi nya.
2.6.1

Proses
Termoplastik dalam bentuk butiran atau bubuk ditampung dalam sebuah

hopper kemudian turun ke dalam barrel secara otomatis (karena gaya gravitasi)
dimana ia dilelehkan oleh pemanas yang terdapat di dinding barrel dan oleh
gesekan akibat perputaran sekrup injeksi. Plastik yang sudah meleleh diinjeksikan
oleh sekrup injeksi (yang juga berfungsi sebagai plunger) melalui nozzle ke dalam
cetakan yang didinginkan oleh air. Produk yang sudah dingin dan mengeras
dikeluarkan dari cetakan oleh pendorong hidraulik yang tertanam dalam rumah
cetakan selanjutnya diambil oleh manusia atau menggunakan robot. Pada saat
proses pendinginan produk secara bersamaan di dalam barrel terjadi proses
pelelehan plastik sehingga begitu produk dikeluarkan dari cetakan dan cetakan
menutup, plastik leleh bisa langsung diinjeksikan.

2.6.2

Jendela Proses
Jendela proses atau juga disebut Molding Area Diagram adalah sebuah

indikator seberapa jauh kita bisa memvariasikan proses dan masih bisa membuat
produk yang memenuhi syarat. Idealnya jendela proses cukup lebar sehingga bisa
mengakomodasi variasi alami yang terjadi selama proses injeksi. Jika jendela
proses terlalu sempit maka ada risiko menghasilkan produk yang cacat akibat
variasi proses injeksi berada di luar jendela. Jendela proses berbeda-beda untuk
tiap resin karena masing-masing resin memiliki titik leleh (temperatur transisi
gelas, Tg) yang berbeda-beda.

Jika temperatur proses terlalu rendah maka ada kemungkinan material
tidak meleleh dan jika meleleh maka viskositasnya sangat tinggi sehingga
memerlukan tekanan injeksi yang sangat tinggi. Jika tekanan injeksi terlalu tinggi
maka akan menimbulkan flash atau burr pada garis pemisah cetakan akibat gaya
pencekaman lebih kecili dari tekanan injeksi. Dan jika temperatur proses terlalu
tinggi maka material akan mengalami kerusakan atau terbakar.

Gambar 2.1 Moulding Area Diagram

2.6.3

Mesin Injection Molding

A.

Komponen utama


Unit injeksi - bagian dari mesin injection molding yang berfungsi untuk
melelehkan material plastik, terdiri dari hopper, barrel dan screw.



Mold - bagian dari mesin injection molding dimana plastik leleh dicetak
dan didinginkan



Unit pencekam - bagian dari mesin injection yang berfungsi untuk
mencekam mold pada saat penginjeksian material ke dalam cetakan
sekaligus menyediakan mekanisme pengeluaran produk dari mold

B.

Jenis-jenis mesin injection molding

1.

Berdasarkan metode pencekaman cetakan


pencekam toggle



pencekam hidraulik

2.

3.

Berdasarkan proses pelelehan bijih plastik


single-stage plunger



two-stage screw-plunger



single-stage reciprocating-screw
Berdasarkan tonase - Mesin injection molding dibedakan berdasarkan
besarnya gaya pencekaman maksimum yang bisa diberikan. Kisarannya
mulai dari 5 ton untuk menghasilkan produk seberat 10 gram sampai
dengan 5000 ton untuk menghasilkan produk seberat 50 kilogram.

2.8

Blow Moulding
Blow molding adalah proses manufaktur plastik untuk membuat produk

produk berongga (botol) dimana parison yang dihasilkan dari proses ekstrusi
dikembangkan dalam cetakan oleh tekanan gas. Pada dasarnya blow molding
adalah pengembangan dari proses ekstrusi pipa dengan penambahan mekanisme
cetakan dan peniupan.

2.8.1

Proses
Proses yang dilakukan pada blow moulding sebagai berrikut :



Parison diekstrusi dari atas ke bawah di antara rongga cetakan (mold)



Cetakan menutup sehingga parison terjepit oleh cetakan



Parison dikembangkan oleh gas bertekanan tinggi sehingga terdorong ke
dinding cetakan dan terbentuk sesuai dengan bentuk rongga cetakan



Produk didinginkan dan dikeluarkan dari cetakan

Gambar 2.2 Extrusion Blow Molding