stratifikasi sosial kekuasaan dan wewena

Stratifikasi Sosial, Kekuasaan dan Wewenang
Makalah
Disusun sebagai salah satu syarat pemenuhan nilai mata kuliah Sosiologi

Oleh
Kelompok 4 :
Dosen :

Ridwan Harlan, SSos.,SH.,MH.

Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma Karawaci
2014

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatNya karya tulis ini dapat kami selesaikan. Kami sebagai penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang pertama kepada dosen mata kuliah Sosiologi bapak Ridwan Harlan atas
kesempatan dan bimbingannya sehingga kami dapat membuat karya tulis ini. Selain itu terima
kasih juga kami haturkan kepada pihak – pihak lain yang membantu seperti sumber informasi
kami baik dari media cetak maupun media elektronik.

Karya tulis ini mengenai proses terjadinya stratifikasi social, bentuk-bentuk stratifikasi
social, unsur-unsur stratifikasi sosial yang ada di masyarakat, serta kekuasaan dan wewenang
yang berkaitan dengan stratifikasi social.
Seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak begitu juga dengan karya tulis ini
yang kami yakini masih banyak kekurangannya. Untuk itu kami bersedia menampung kritik dan
saran yang membangun demi terciptanya karya – karya yang lebih baik nantinya.

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Stratifikasi berasal dari bahasa Yunani yakni stratum, yang berarti lapisan, dan
socius yang berarti teman atau masyarakat, Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa, stratifikasi social adalah pengelompokan masyarakat kedalam kelaskelas sosialnya. Pengelompokan ini tidak hanya terjadi di negara yang menganut sistem
kasta, tetapi secara tidak sadar masyarakat pada umumnya telah mengelompokan dirinya
menjadi bagian dari suatu kelas sosial. Stratifikasi social terjadi karena adanya nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat baik yang bersifat materiil maupun non materiil, sehingga

individu atau golongan yang memiliki nilai-nilai tersebut akan mendapatkan kelas yang
lebih tinggi. Kelas-kelas tersebut yang menjadi pembeda posisi seseorang, individu yang
mendapat posisi yang baik di masyarakat, biasanya akan memperoleh kekuasaan.
Kekuasaan yang diperoleh seseorang cenderung akan disertai dengan wewenang.
Wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang
mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Di dalam masyarakat
yang kecil dan yang susunannya bersahaja, pada umumnya kekuasaan yang dipegang
oleh seseorang atau sekelompok orang meliputi bermacam bidang. Contoh yang
demikian itu dalam masyarakat Indonesia terdapat pada masyarakat-masyarakat hukum
adat (misalnya desa) yang letaknya terpencil, dimana semua kekuasaan pemerintahan,
ekonomi, dan sosial dipercayakan kepada para kepala masyarakat hukum adat tersebut
untuk seumur hidup. Karena luasnya kekuasaan dan besarnya kepercayaan yang
menyeluruh dari masyarakat hukum adat kepada kepalanya tadi, pengertian kekuasaan
dan pengertian orang yang memegangnya lebur menjadi satu. Oleh karenanya, perlu
adanya pembahasan mengenai stratifikasi social, kekuasaan dan wewenang yang ada di
msayarakat.

1.2

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi sosial
2. Penggolongan stratifikasi sosial

3. Bentuk-bentuk stratifikasi sosial
4. Unsur-unsur penting dalam stratifikasi sosial
5. Pengertian kekuasaan dan wewenang
6. Unsur-unsur kekuasaan
7. Pembagian kekuasaan
8. Bentuk-bentuk kekuasaan
9. Bentuk-bentuk wewenang
10. Gaya kepemimpinan presiden di Indonesia

1.3

Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan, agar penulis dan pembaca mengerti, memahami
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, serta

mengambil intisari yang


terkandung dalam makalah yang membahas mengenai stratifikasi sosial, serta
hubungannya dengan kekuasaan dan wewenang.

1.4

Metode Pengumpulan Data
Data yang terkumpul dalam makalah ini, bersumber dari ebook dan website-website
ilmiah.

1.5

Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I
Pada bagian ini dijelaskan latar belakang, tujuan, metode pengumpulan data dan
sistematika penulisan.
Bab II
Disini dikemukakan masalah inti yang bersumber dari data yang kami kumpulkan.
Bab III
Terdapat kesimpulan dan saran


BAB II
Pembahasan
2.1

Pengertian Stratifikasi Sosial
Menurut etimologi bahasa, stratifikasi berasal dari bahasa Yunani yakni stratum,
yang berarti lapisan, dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Jadi, stratifikasi
sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat. Berikut ini adalah pengertian mengenai stratifikasi sosial dari para ahli.



Aristoteles : Pada jaman kuno di dalam setiap negara terdapat tiga unsur, yaitu
mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang berada di tengahtengahnya.



Thorstein Veblen : Membagi masyarakat dalam dua golongan yaitu golongan pekerja
yang berjuang mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu

luang karena kekayaannya.



Robert M.Z. Lawang

: Pelapisan sosial merupakan penggolongan orang-orang

dalam suatu sistem sosial tertentu secara hierarkhis menurut dimensi kekuasaan,
privelese, dan prestise.


Pitirim A. Sorokin : Stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat
ke dalam lapisan kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis) dengan perwujudannya
adalah kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah (Soekanto 1990).

Perbedaan stratifikasi sosial dengan kelas sosial adalah stratifikasi lebih merujuk pada
pengelompokan orang kedalam tingkatan atau strata dalam hirarki secara vertikal,
sedangkan kelas sosial ruang lingkup kajiannya merujuk pada satu lapisan atau strata
tertentu dalam sebuah stratifikasi sosial. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk berdasarkan kelaskelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi kekuasaan, previllege
(hak istimewa atau kehormatan) dan prestise (wibawa).

2.1.1 Penggolongan Stratifikasi Sosial
Penggolongan dilihat sebagai suatu proses dan sebagai hasil dari proses kegiatan
tersebut. Sebagai proses berarti setiap individu menggolongkan dirinya sebagai orang
yang termasuk dalam suatu lapisan tertentu, baik lapisan tinggi maupun lapisan yang
rendah. Contohnya, bila mahasiswa bertemu dengan profesor maka mahasiswa akan
menempatkan diri lebih rendah dari profesornya di bidang ilmu pengetahuan. Hasil

proses seperti itu adalah pembagian orang yang terdapat dalam suatu sistem sosial
kedalam beberapa lapisan. Misalnya, ada orang bodoh, setengah bodoh, dan yang pintar,
hasil dalam bentuk seperti itu sudah terlepas dari pada individu itu sendiri, oleh karena itu
penggolongan manusia kedalam lapisan yang terlihat sebagai hasil, sifatnya objektif.
Suatu kesimpulan bahwa, stratifikasi sosial dapat dilihat sebagai kenyataan yang
memiliki dua segi,yaitu subjektif dan objektif.

2.1.2

Bentuk-Bentuk Stratifikasi

A. Stratifikasi dilihat dari segi proses
Ada dua bentuk stratifikasi dari segi proses, yaitu sebagai berikut :


Stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya, alasan terjadinya stratifikasi sosial
adalah kepandaian, tingkat umur, jenis kelamin, keturunan sifat keaslian
keanggotaan kerabat seorang kepala, dan harta. Contohnya: untuk masyarakt
tertentu ada keistimewaan dari anak sulung, dimana dengan nilai-nilai sosial
yang berlaku mereka mendapat prioritas kekuasaan atau warisan.



Stratifikasi yang terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama, biasanya
dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi-organisasi formal seperti pemerintahan, perusahaan, partai politik,
angkatan bersenjata, atau perkumpulan. Contohnya: klasifikasi di dunia
pekerjaan berdasarkan tingkat pendidikan.

B. Stratifikasi dilihat dari segi sifat
Sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat ada yang bersifat terbuka, tertutup dan

campuran.


Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat dapat
berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha
tertentu. Ciri-ciri stratifikasi terbuka adalah :

 Keanggotaan strata bersifat tidak tetap.
 Garis batas antar strata bersifat tidak jelas.
 Komunikasi antar strata bersifat lebih terbuka.
 Proses komunikasi dan perubahan lebih berjalan dengan lancar.
 Terdapat mobilitas strata.
Kelebihan dari sistem stratifikasi terbuka adalah lebih dinamis dan anggotaanggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi.


Stratifikasi sosial yang tertutup, terdapat pembatasan kemungkinan untuk
pindah ke status satu ke status lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini
untuk dapat masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah
dengan kelahiran atau keturunan. Ciri-ciri stratifikasi tertutup:
 Komunikasi antar strata relative terbatas.

 Keanggotaan dari masing-masing strata bersifat turun temurun.
 Masing-masing strata sangat menyadari akan stratanya dan berusaha.
mempertahankan serta menjaga eksistensi dari stratanya masingmasing.
 Garis batas antar strata relative jelas dan tegas.
 Tidak terdapat mobilitas strata.
Sistem yang tertutup dapat dilihat pada masyarakat india yang memakai
sistem kasta, kasta di India memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

 Keanggotaan berdasarkan kelahiran. Anak yang lahir memperoleh
kedudukan orang tuanya.
 Keanggotaan berlaku seumur hidup, kecuali bila dikeluarkan dari
kastanya.
 Perkawinan bersifat endogamy (orang yang dipilih harus sekasta).
 Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat
terbatas.
 Adanya kesadaran pada keanggotaan suatu kasta.
 Terikat pada kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
 Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

 Stratifikasi sosial yang campuran, diartikan sebagai sistem stratifikasi yang

membatasi kemungkinan berpindah strata pada bidang tertentu, tetapi
membiarkan untuk melakukan perpindahan lapisan pada bidang lain. Contoh:
seorang raden yang mempunyai kedudukan terhormat di tanah Jawa, namun
karena sesuatu hal ia pindah ke Jakarta dan menjadi buruh. Keadaan itu
menjadikannya memiliki kedudukan rendah maka ia harus menyesuaikan diri
dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
C. Stratifikasi sosial dilihat dari segi dasar-dasar pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggotaanggota masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:


Ukuran Kekayaan, individu yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk



dalam lapisan teratas.
Ukuran Kekuasaan, individu yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai



wewenang terbesar menempati lapisan atasan.
Ukuran Kehormatan, Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran
kekayaan dan kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati,

mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada
masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua



atau mereka yang pernah berjasa.
Ukuran Ilmu Pengetahuan, Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut
kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif karena
ternyata bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, tetapi gelar
kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian memacu segala macam usaha
untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.

2.1.3 Unsur-Unsur Penting Dalam Sistem Pelapis Sosial
Selo Soemardjan (1964), menyatakan bahwa hal yang mewujudkan unsur-unsur
dalam teori sosiologi tentang sistem berlapis-lapis dalam masyarakat adalah kedudukan
(status) dan peran (role). Kedudukan (status) diartikan sebagai tempat atau posisi
seseorang dalam suatu kelompok sosial sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam
kelompok tersebut. Dalam masyarakat sekurangnya ada tiga macam kedudukan, yaitu :


Ascribe status yaitu kedudukan yang diperoleh karena kelahiran, pada umumnya
ascribe status dijumpai pada masyarakat dengan sistem pelapisan tertutup.



Achieved status yaitu kedudukan yang dicapai seseorang dengan usaha yang
disengaja, achieved status ini biasanya ditemukan pada masyarakat dengan sistem
pelapisan terbuka.



Assigned status yaitu kedudukan yang diberikan karena alasan-alasan tertentu
misalnya karena individu telah berjasa terhadap masyarakat.

Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila seseorang
melaksanakan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka orang itu
telah menjalankan perannya. Peran dan kedudukan tidak dapat terpisahkan, karena
seseorang baru akan menjalankan perannya ketika mendapatkan kedudukan di
masyarakat. Sekurangnya suatu peranan itu mencakup tiga hal yaitu :



Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan

yang

membimbing

seseorang

dalam

kehidupan

bermasyarakat.


Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dilakukan individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.



Peranan juga dapat dikatakan sebagai perikelakuan individu yang penting bagi
struktur sosial.

Biasanya masyarakat memberikan fasilitas-fasilitas kepada individu agar dapat
menjalankan peran dengan sebaik-baiknya.

2.2

Pengertian Kekuasaan dan Wewenang
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain;
artinya kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok.
Kekuasaan juga berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok,
keputusan, atau kejadian. Sedangkan Kewenangan (authority) adalah hak untuk
melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan
sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.

2.2.1 Unsur-Unsur Kekuasaan
Soerjono Soekanto (1983) mengambarkan beberapa unsur kekuasaan yang dapat
dijumpai pada hubungan sosial antar manusia maupun antar kelompok, meliputi :
a. Rasa Takut
Perasaan takut pada seseorang pada orang lain menimbulkan suatu kepatuhan
terhadap segala kemauan dan tindakan pada orang yang ditakuti dalam keadaan
yang terpaksa.
b. Rasa Cinta
Unsur kekuasaan dengan perasaan cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang
bernuansa positif, masing-masing pihak tidak merasakan dirugikan satu sama lain.
c. Kepercayaan
Suatu kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan langsung dari dua orang
atau lebih, satu pihak secara penuh percaya pada pihak lainnya.

d. Pemujaan
Dalam sistem pemujaan, seseorang atau masyarakat akan selalu menyatakan
pembenaran atas segala tindakan dari penguasanya.

2.2.2 Saluran-Saluran Kekuasaan
Kekuasaan itu dilaksanakan dengan melalui saluran-saluran atau media tertentu, yaitu
yang meliputi saluran :

a. Militer
Untuk melaksanakan kekuasaannya, maka pihak penguasa akan lebih banyak
mempergunakan pola paksaan (coercion) serta kekuatan militer (military force),
tujuannya untuk menimbulkan rasa takut dalam diri masyarakat, sehingga mereka
tunduk kepada keinginan penguasa.
b. Ekonomi
Penguasa berusaha menguasai kehidupan masyarakat dengan melakukan
pendekatan-pendekatan dengan menggunakan saluran-saluran ekonomi, Bentuknya
bisa berupa monopoli, penguasaan sektor-sektor penting dalam masyarakat, atau
penguasaan kaum buruh.
c. Politik
Melalui saluran politik, penguasa dan pemerintah berusaha untuk membuat
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat, caranya antara lain
dengan meyakinkan atau memaksa masyarakat untuk mentaati peraturanperaturan yang dibuat oleh badan-badan yang berwenang dan sah.
d. Tradisi
Saluran tradisi ini ada keselarasan antara nilai-nilai yang diberlakukan dengan
tradisi dalam suatu masyarakat, sehingga pelaksanaan kekuasaan dapat berjalan
dengan lancar.
e. Ideologi
Penguasa-penguasa dalam masyarakat biasanya mengemukakan serangkaian
ajaran-ajaran atau doktrin-doktrin, yang bertujuan untuk menerangkan dan
sekaligus memberi dasar pembenaran bagi pelaksanaan kekuasaannya.
f. Saluran-saluran lain
Penguasa biasanya tidak hanya terbatas menggunakan saluran-saluran seperti di
atas, tetapi menggunakan berbagai saluran lain, yaitu yang berupa komunikasi
massa baik berupa iklan, pamflet, surat kabar, radio, televisi, pagelaran musik,
atau apa saja yang dapat menarik simpati massa. Kemajuan yang sangat pesat di
bidang teknologi alat-alat komunikasi massa, menyebabkan bahwa , saluran
tersbut pada akhir-akhir ini dianggap sebagai media primer sebagai saluran
pelaksanaan kekuasaan.

2.2.3 Pembagian Kekuasaan Menurut Amitai Etzioni


Utilitarian
Utilitarian berasal dari bahasa latin yang artinya berguna. Jadi utilitarian
adalah sifat yang menekankan pada kegunaan sesuatu, bagi mereka yang
menganut ideology utilitarianisme menganggap bahwa yang memiliki sumber
daya ekonomi yang besar maka akan memiliki kekuasaan. Apa saja bisa dibeli



dengan uang sehingga akibatnya nilai-nilai sosial menjadi berkurang.
Koersif (memaksa)
Kekuasaan yang terjadi dikarenakan memiliki kekuatan fisik, senjata dan
lain-lain sehingga bisa memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Contohnya:
Amerika Serikat yang dijuluki sebagai negara super power, sehingga menjadi
patokan bagi negara-negara lain dalam bidang teknologi dan kehidupan.



Persuasif
Kekuasaan yang terjadi dikarenakan mereka memiliki asset yang berkaitan
dengan norma - norma sosial, seperti nilai, perasaan atau kepercayaan yang ada
paada masyarakat. Biasanya mereka adalah orang-orang yang dihormati, dimana
sikap dan perilakunya sesuai dengan norma-norma sosial di masyarakat. dijadikan
panutan, walaupun tidak kaya.

2.2.4

Sumber Kekuasaan Menurut John Brench dan Bertram Raven
 Kekuasaan menghargai (reward power)
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk
memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan
perintah. (bonus sampai senioritas atau persahabatan)

 Kekuasaan memaksa (coercive power)
Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang yang
dipengaruhi kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai
hukuman).

 Kekuasaan sah (legitimate power)
Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang timbul
dari pengakuan seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak
menggunakan pengaruh sampai pada batas tertentu.


Kekuasaan keahlian (expert power)
Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi
pengaruh mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak
dimiliki oleh orang yang dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).



Kekuasaan Rujukan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada
identifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang
dipengaruhi. (karisma, keberanian, simpatik dan lain-lain).

2.2.5 Bentuk-Bentuk Kekuasaan
Mac Iver dalam bukunya yang berjudul “The Web of Government” menyebutkan ada tiga
pola umum sistem lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu :


Tipe Kasta
Tipe kasta adalah tipe atau sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan
yang tegas dan kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat
berkasta yang hampir tidak terjadi mobilitas sosial vertikal. Garis pemisah antara
masing-masing lapisan hampir tidak mungkin ditembus.



Tipe Oligarkis
Tipe ini memiliki garis pemisah yang tegas, tetapi dasar pembedaan kelas-kelas
sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut. Tipe ini hampir sama
dengan tipe kasta, namun individu masih diberi kesempatan untuk naik lapisan.



Tipe Demokratis
Tipe ini menunjukkan adanya garis pemisah antara lapisan yang sifatnya mobil
(bergerak) sekali. Dalam hal ini kelahiran tidak menentukan kedudukan
seseorang, melainkan yang terpenting adalah kemampuannya.

2.2.6 Bentuk-Bentuk Wewenang
Hubungan Dengan Dasar Hukum yang Berlaku
 Otoritas tradisional adalah otoritas yang didasarkan pada kepercayaan diantara
anggota masyarakat bahwa tradisi lama serta kedudukan kekuasaan yang
dilandasi oleh tradisi adalah wajar dan patut dihormati.


Otoritas kharismatik adalah kepercayaan anggota masyarakat yang didasarkan
pada kharisma yang merupakan suatu kemampuan khusus yang melekat pada diri
seseorang, kemampuan mana yang diyakini sebagai pembawaan seseorang sejak
lahir.



Otoritas legal formal adalah wewenang yang disandarkan pada sistem hukum
yang berlaku dalam masyarakat, sistem hukum mana difahamkan sebagai kaidahkaidah yang telah diakui serta ditaati oleh masyarakat, dan bahkan yang telah
diperkuat oleh negara.

Kepentingan Pengaturan


Wewenang tidak resmi adalah wewenang yang berlaku dalam kelompokkelompok kecil karena sifatnya yang spontan, situasional dan didasarkan pada
faktor saling kenal mengenal, serta dimana wewenang tersebut tidak diterapkan
secara sitematis.



Wewenang

resmi

adalah

wewenang

yang

sifatnya

sistematis,

dapat

diperhitungkan dan rasionil, biasanya wewenang ini dapat dijumpai pada
kelompok-kelompok besar yang memerlukan atauran tata tertib yang tegas dan
bersifat tetap. Di dalam kelompok-kelompok ini, karena banyaknya anggota,
biasanya ditentukan dengan tegas hak-hak serta kewajiban-kewajiban para
anggotanya, kedudukan serta peranannya, siapa-siapa yang menetapkan
kebijakan-kebijakan dan siapa pelaksana-pelaksananya,

Kepentingan Pribadi dan Tempat Tinggal


Wewenang Pribadi sangat tergantung dari solidaritas dan rasa keberasamaan
yang tinggi dari anggota-anggota suatu kelompok; individu –individu dianggap
lebih banyak memiliki kewajiban-kewajiban daripada hak-hak.



Wewenang Teritorial Adalah wewenang yang ada pada kelompok sosial yang
timbul atas dasar factor ikatan tempat tinggal. Misalnya kepala dijawa dia
memiliki wewenang territorial karena jabatan sebagai kepala desa tetapi dia juga
mempunyai wewenang pribadi karena dia sebagai keturunan pemilik tanah yang
sifatnya turun temurun atas dasar ikatan darah

Lingkup Wewenang
 Wewenang Terbatas adalah wewenang yang sifatnya terbatas, dalam arti tidak
mencakup semua sektor atau bidang kehidupan, akan tetapi hanya terbatas pada
salah satu sektor atau bidang saja. Misalnya , seorang jaksa di Indonesia
mempunyai wewenang atas nama negara menuntut seorang warga masyarakat
yang melakukan tindak pidana, akan tetapi jaksa tersebut tidak berwenang untuk
mengadilinya.

 Wewenang Menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh
bidang-bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah, misalnya bahwa setiap
negara

mempunyai

wewenang

yang

menyeluruh

atau

mutlak

untuk

mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Jadi, apakah suatu wewenang bersifat
terbatas atau menyeluruh tergantung dari sudut penglihatan pihak-pihak yang
ingin menyorotinya. Adalah suatu kenyataan pula bahwa kedua bentuk wewenang
tadi dapat berproses secara berdampingan, diamana pada situasi-situasi tertentu
salah satu bentuk lebih berperan daripada bentuk lainnya.

2.2.7 Jenis-Jenis Wewenang
 Line Authority adalah mereka yang dalam organisasi bertanggung jawab terhadap
berbagai kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.


Staff Authority adalah mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk membantu
bagian-bagian dalam sebuah organisasi yang memiliki kewenangan lini. Oleh
karena itu, mereka yang memiliki kewenangan staf adalah mereka yang



membantu organisasi dalam mencapai tujuannya.
Functional Authority adalah mereka yang berada dalam bagian tertentu di
organisasi, memiliki kewenangan lini maupun staf, namun juga dikarenakan

tugasnya diberi kewenangan untuk melakukan kontrol atau koordinasi dengan
bagian lainnya.
2.2.8

Gaya Kepemimpinan Presiden Di Indonesia


Presiden Soekarno
Gaya kepemimpinan Ir. Soekarno berorientasi pada moral dan etika ideologi yang
mendasari negara atau partai, sehingga sangat konsisten dan sangat fanatik. Sifat
kepemimpinan yang juga menonjol dan Ir. Soekarno adalah percaya diri yang
kuat, penuh daya tarik, penuh inisiatif dan kaya akan ide dan gagasan baru.
Berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya, ciri kepemimpinan yang
demikian ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus individu.Soekarno
termasuk sebagai tokoh nasionalis dan anti-kolonialisme yang pertama, baik di
dalam negeri maupun untuk lingkup Asia.



Presiden Soeharto
Pada awal masa orde baru sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan menonjol dari
Presiden Soeharto adalah kesederhanaan, keberanian dan kemampuan dalam
mengambil inisiatif dan keputusan, tahan menderita dengan kualitas mental yang
sanggup menghadapi bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang
ditetapkan. Gaya Kepemimpinan Presiden Soeharto merupakan gabungan dari
gaya kepemimpinan Proaktif-Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya
kepemimpinan yang mampu menangkap peluang dan melihat tantangan sebagai
sesuatu yang berdampak positif serta mempunyal visi yang jauh ke depan dan
sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian. Tahun-tahun pemerintahan
Suharto diwarnai dengan praktik otoritarian di mana munculnya kebijakan
dwifungsi ABRI memberikan kesempatan kepada militer untuk berperan dalam
bidang politik di samping perannya sebagai alat pertahanan negara.



B.J. Habibie

Gaya kepemimpinan Presiden Habibie adalah gaya kepemimpinan DedikatifFasilitatif, merupakan sendi dan Kepemimpinan Demokratik. Pada masa
pemerintahan B.J Habibie ini, kebebasan pers dibuka lebar-lebar sehingga
melahirkan demokratisasi yang lebih besar. Pada saat itu pula peraturan-peraturan
perundang-undangan banyak dibuat, Habibie sangat terbuka dalam berbicara
tetapi tidak pandai dalam mendengar. Dalam penyelengaraan Negara Habibie
pada dasarnya seorang liberal karena kehidupan dan pendidikan yang lama di
dunia barat. Gaya komunikasinya penuh spontanitas, meletup-letup, cepat
bereaksi, tanpa mau memikirkan risikonya. Tatkala Habibie dalam situasi penuh
emosional, ia cenderung bertindak atau mengambil keputusan secara cepat.
Seolah ia kehilangan kesabaran untuk menurunkan amarahnya. Bertindak cepat,
rupanya, salah satu solusi untuk menurunkan tensinya. Karakteristik ini
diilustrasikan dengan kisah lepasnya Timor Timur dari Indonesia. Habibie
digambarkan sebagai pribadi yang terbuka, namun terkesan mau menang sendiri
dalam berwacana dan alergi terhadap kritik


Abdurahman Wahid
Seorang kiai yang sangat liberal dalam pemikirannya, penuh dengan ide, sangat
tidak disiplin, dan berkepemimpinan ala LSM. Gaya kepemimpinan Presiden
Abdurrahman Wahid adalah gaya kepemimpinan Responsif-Akomodatif, yang
berusaha untuk mengagregasikan semua kepentingan yang beraneka ragam yang
diharapkan dapat dijadikan menjadi satu kesepakatan atau keputusan yang
memihki keabsahan. Pelaksanaan dan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
diharapkan mampu menggerakkan partisipasi aktif para pelaksana di lapangan,
karena merasa ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan
kebijaksanaan



Megawati Soekarno Putri
Berpenampilan tenang dan tampak kurang acuh dalam menghadapi persoalan.
Gaya kepemimpinan megawati yang anti kekerasan itu tepat sekali untuk

menghadapi situasi bangsa yang sedang memanas. Megawati lebih menonjolkan
kepemimpinan dalam budaya ketimuran. Ia cukup lama dalam menimbangnimbang sesuatu keputusan yang akan diambilnya. Tetapi begitu keputusan itu
diambil, tidak akan berubah lagi. Mega bertindak berdasarkan intuisinya, Cukup
demokratis, tapi pribadi Megawati dinilai tertutup dan cepat emosional. Ia alergi
pada kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan nyaris tidak pernah
menyentuh visi misi pemerintahannya



Susilo Bambang Yudhono
Beliau ini cukup bersih, kemajuan ekonomi dan stabilitas negara terlihat
membaik. Sayang tidak mendapat dukungan yang kuat di Parlemen. Membuat
beliau tidak leluasa mengambil keputusan karena harus mempertimbangkan
dukungannya di parlemen. Apalagi untuk mengangkat kasus korupsi dari orang
dengan back ground parpol besar, beliau keliahatan kesulitan. Pembawaan SBY,
tampak agak formal, Kaum ibu tertarik kepada SBY karena ia santun dalam setiap
penampilan dan apik pula berbusana, penampilan semacam ini meningkatkan citra
di mata masyarakat. SBY sebagai pemimpin dinilai sebagai figur peragu, lambat,
dan konsistensinya dinilai buruk tetapi beliau sosok yang demokratis dan
menghargai perbedaan pendapat.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1

Kesimpulan
Stratifikasi sosial adalah suatu pengelompokan masyarakat kedalam kelaskelas tertentu, pengelompokan ini terjadinya karena adanya penghargaan terhadap
nilai-nilai terhadap sesuatu hal, baik yang bersifat materiil maupun non materiil.
Pada dasarnya, stratifikasi sosial ini diterapkan dalam masyarakat untuk
menyeimbangkan pembagian hak-hak dan kewajiban serta tanggung jawab dalam
pembagian nilai-nilai sosial dari anggota masyarakat tersebut. Maka dari itu
stratifikasi sosial dalam masyarakat itu pada dasarnya penting, karena dengan
adanya stratifikasi sosial, masing-masing kelas sosial akan

saling mengisi

kekosongan/saling melengkapi dalam sebuah sistem sosial yang ada dalam
lingkungan masyarakat, namun untuk menciptakan hubungan yang harmonis dari
masing-masing kelas, sudah seharusnya masyarakat yang memiliki kekuasaan dan
wewenang yang tinggi di masyarakat pun harus menghargai dan menghormati
hak-hak dan kewajiban dari masyarakat kelas bawah, begitupun sebaliknya.

3.2

Saran
Stratifikasi sosial yang terjadi di masyarakat adalah fenemona yang
bersifat normal dan universal dalam sebuah masyarakat, sebab jika dalam sutu
masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka yang mempunyai sesuatu tersebut
akan dihargai pula, tetapi, dewasa kini fenomena yang sifatnya universal tersebut
cenderung kearah yang negative, padahal stratifikasi sosial dimaksudkan untuk
memenuhi kekososngan satu sama lain, bukan untuk merampas hak atau
menghina golongan dari kelas lain. Untuk itu, sudah seharusnya kita
mengembalikan ke tatanan hidup seperti semula, agar tercipta masyarakat yang
harmonis.

Daftar Pustaka
Elearning.gunadarma.ac.id/ebook
Moeis, Syarif. Drs. (2008). Bahan Ajar Stratifikasi Sosial. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia
Moeis, Syarif. Drs. (2008). Bahan Ajar Kekuasaan, Wewenang dan Kepemimpinan. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/stratifikasi-sosial.html (10/15/2014)
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-stratifikasi-sosial-menurut.html
(10/15/2014)
https://www.academia.edu/7233674/Makalah_Stratifikasi_Sosial (10/15/2014)