m.k Manajemen Perencanaan Bisnis Perikan
m.k Manajemen Perencanaan Bisnis Perikanan dan Kelautan
RENCANA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE
Disusun oleh:
Uswatun Khasanah
C14110013
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
RINGKASAN USAHA
CV Centra Clarias Farm merupakan usaha bersama pemuda/i Dukuh Mlangi
Desa Tersono, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Ikan lele memiliki
potensi usaha yang besar dalam dunia perikanan, baik dilihat dari harga dan
permintaan pasarnya. Faktor itulah yang menyebabkan para pemuda/i Dukuh
Mlangi, Desa Tersono bergabung dan membentuk usaha ini. Selain itu,
perusahaan ini berlokasi di Desa Tersono dan merupakan lokasi yang tepat untuk
dijadikan usaha pendederan ikan lele karena ketersediaan air yang melimpah serta
berbagai fasilitas yang menunjang jalannya usaha tersebut. Tujuan dari usaha
pendederan ikan lele ini adalah memenuhi kebutuhan benih ikan lele di wilayah
Batang. Oleh karena itu, produksi pendederan ikan lele ini dilakukan secara
intensif pada kolam terpal dengan sistem air hijau. Jumlah produksi ikan lele yang
meningkat dari tahun ke tahun menjamin besarnya permintaan benih ikan lele dan
keuntungan yang sangat menggiurkan. Di tingkat pembenih, harga jual benih lele
ukuran 2-3 cm adalah Rp. 60/ekor dan dalam waktu 4 minggu dapat mencapai
ukuran 5-7 cm yang dihargai Rp. 200/ekor.
DESKRIPSI ASPEK-ASPEK BISNIS
a.
Deskripsi Usaha
CV Centra Clarias Farm merupakan usaha yang bergerak di bidang
perikanan dengan aspek utama adalah pendederan ikan lele. Usaha pendederan
lele ini menggunakan sistem air hijau pada kolam terpal yang berlokasi di Desa
Tersono RT.02/RW.05 Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang. Hasil produksinya
merupakan benih ikan lele berukuran 5-7 cm yang ditujukan untuk para
pembudidaya pembesaran ikan lele di Batang dan sekitarnya. Komoditas utama
ikan lele yang dibudidayakan adalah ikan lele sangkuriang karena memiliki nilai
jual yang tinggi.
Pendederan ikan lele di CV Centra Clarias Farm diawali dengan
pembuatan dan persiapan wadah berupa kolam terpal dengan ukuran 2,5 m x 1,5
m x 0,5 m dengan tinggi air 20 cm sehingga volume airnya sebesar 750 liter.
Jumlah kolam yang digunakan pada setiap siklusnya adalah 5 buah. Persiapan
wadah dilakukan setelah pembuatan kolam terpal, yakni kolam terpal dicuci dari
kotoran kemudian dibilas sampai bersih. Setelah bersih dilakukan pengisian air
setinggi 20 cm. Selanjutnya ditambahkan pupuk kandang berupa kotoran ayam
yang dibungkus dengan plastik yang telah dilubangi dan direndam selama 4-5
hari. Tujuan pemupukan adalah menumbuhkan pakan alami berupa fitoplankton &
zooplankton. Dosis pupuk kandang yang digunakan adalah 500 gram/m 2. Setelah
pakan alami tumbuh dilakukan penebaran benih ukuran 2-3 cm.
Padat penebaran yang dilakukan pada pembudidayaan yaitu 40 ekor/liter
maka pada satu kolam terpal dibutuhkan 30.000 ekor benih ikan lele berukuran 23 cm, sehingga dalam 1 kali proses produksinya membutuhkan 150.000 benih
ikan lele ukuran 2-3 cm yang didapatkan dari tempat pembenihan lele di sekitar
Batang. Benih dengan ukuran 2-3 cm dipelihara dalam kolam terpal selama 4
minggu. Pakan yang diberikan adalah pelet F800 dengan frekuensi pemberian
pakan dilakukan sebanyak 4 kali sehari dengan metode ad satiation
(sekenyangnya).
Sampling dilakukan setiap satu minggu sekali sebanyak 30 ekor ikan dari
masing-masing kolam untuk diukur panjang dan bobotnya. Pada akhir
pemeliharaan dilakukan penghitungan populasi dan biomassa total ikan dari tiap
kolam. Analisa kualitas air dilakukan setiap hari, parameter yang diukur adalah
temperatur dan pH. Panen dilakukan setelah benih berukuran 5-7 cm. Kemudian
dilakukan pengemasab dan benih siap di pasarkan.
b. Hierarki CV Clarias Maju Jaya
Direktur Utama
Manajer Produksi
Manajer Pemasaran dan Keuangan
Sekretaris dan Manajer Pakan
Manajer Kualitas Air dan Kesehatan
Manajer Saprokan
: Muhammad Khanif
: Nur Rokhman
: Nur Khasanah
: Uswatun Khasanah
: Shobirin
: Karyanto
c. Keunikan Produk Atau Pelayanan
Keunikan produk benih ikan lele yang dihasilkan adalah benih ikan ukuran
5-7 cm yang berkualitas dan harga yang ditawarkan sangat bersaing dengan
perusahaan lainnya.
ASPEK PEMASARAN
1. Target Pasar : Target pasar dalam usaha pendederan ikan lele ini adalah
masyarakat/pembudidaya ikan yang bergerak di bidang usaha pembesaran
ikan lele.
2. Segmentasi pasar: meliputi segmentasi geografi (aksestabilitas dalam
pemasaran, keberlanjutan), segmentasi demografi (kebiasaan masyarakat
dalam mengkonsumsi produk perikanan, ketertarikan masyarakat terhadap
produk perikanan, masyarakat yang kurang dalam mengkonsumsi produk
perikanan), segmentasi psikografi (status sosial masyarakat, kebiasaan atau
gaya hidup dalam mengkonsumsi, kegemaran dalam mengkonsumsi) dan
segmentasi tingkah laku (pengetahuan, sikap, reaksi terhadap produk baru).
3. Situasi Persaingan: selaku pengusaha yang bergerak di bidang pendederan
ikan lele akan mencari, medapatkan dan mempertahankan konsumen atau
pelanggan kami dengan cara memberikan pelayanan yang memadai dan
memuaskan serta keberlanjutan dan hubungan yang baik dalam menjalin
kerjasama. Faktor kepuasan pelanggan adalah hal yang akan menjadi
perhatian besar dari pihak kami demi menjaga konsistensi dan keberlanjutan
usaha demi untuk mendapatkan keuntungan bersama.
4. Strategi Penetapan Harga: Penetapan harga dalam usaha pembesaran kerapu
ini berdasarkan Market Based Pricing yaitu penentuan harga ditentukan
berdasarkan hukum penawaran dan permintaan yang ada di pasar. Hal
tersebut berarti kondisi pasar mejadi pedoman dalam penentuan harga.
5. Periklanan Dan Promosi: dilakukan melalui media cetak dan media
elektronik. Media cetak dengan pamflet dan brosur, serta media elektonika
dengan website yang bisa diakses oleh masyarakat. Informasi yang disajikan
dalam kedua media tersebut selalu up to date atau sesuai dengan keadaan
pasar. Isi informasi yang disajikan, antara lain harga ikan lele, alamat
budidaya, keunggulan produk yang dihasilkan, profil usaha, dan jenis ikan
lele yang ditawarkan.
PENELITIAN, MODEL DAN PENGEMBANGAN
a. Pengembangan dan Rancangan Desain
Usaha ini dapat dikembangkan tidak hanya sebagai usaha dalam
peendederan ikan lele, tetapi juga sebagai usaha dalam pembenihan ikan lele.
Benih ikan lele yang dihasilkan selain untuk digunakan dalam usaha sendiri juga
dijual untuk pengusaha pendederan ikan lele lainnya. Selain itu, pengembangan
usaha lainnya adalah produksi pakan sendiri, sehingga mengurangi kebutuhan
akan pakan dari penyuplai pakan ikan lele. Kedua hal tersebut akan berpengaruh
pada arus kas, yaitu pendapatan meningkat akibat usaha pembenihan dan
berkurangnya biaya untuk pembelian pakan.
b. Hasil-Hasil Penelitian Teknologi
Salah satu teknologi yang memberi keuntungan para pembudidaya,
misalnya teknologi hibridisasi atau kawin silang spesies ikan yang berbeda dalam
satu kerabat (seperti ikan lele sangkuriang yang dihasilkan dari perkawinan ikan
lele dumbo dengan lele afrika). Hasil hibridisasi ini diharapkan dapat
menghasilkan iken lele yang unggul, yaitu konversi pakan rendah, efisiensi pakan
tinggi, pertumbuhan cepat, dan tahan terhadap penyakit.Hasil penelitian lainnya
adalah aplikasi teknologi untuk mencegah masuknya penyakit dalam wadah
budidaya. Misalnya penerapan biosekuriti dan penggunaan vaksin.
ASPEK PRODUKSI
a. Analisis Lokasi
Permilihan lokasi yang tepat akan mendukung kesinambungan usaha dan
target produksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk
budidaya ikan lele adalah faktor resiko seperti keadaan ketersediaan air, kualitas
air, ketersediaan listrik, faktor kenyamanan seperti dekat dengan sarana
transportasi serta berbagai sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses
produksi benih ikan lele. Atas dasar pertimbangan di atas, maka kegiatan budidaya
ikan lele di Desa Tersono RT.02/RW05 Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang.
Lokasi ini merupakan lokasi yang tepat untuk dijadikan usaha pendederan ikan
lele karena ketersediaan air melimpah, kualitas air relatif baik, tersedia listrik,
dan dekat dengan sarana transportasi serta berbagai sarana dan prasarana yang
menunjang dalam proses produksi benih ikan lele.
Kebutuhan Produksi : Fasilitas Dan Peralatan
Dalam budidaya khususnya pendederan ikan lele, bahan utama dalam
kegiatan ini yaitu benih ikan lele. Ikan lele yang kita gunakan dalam bisnis ini
yaitu benih ikan lele yang berasal dari pembudidaya lokal dan tetap
memperhatikan kualitas benih itu sendiri terutama bebas dari penyakit baik
bakteri maupun virus, ukuran ketika tebar benih tersebut harus seragam, diperoleh
dari indukan yang berkualitas.
b. Penyuplai/Faktor-Faktor Transportasi
Penanganan pascapanen adalah dengan menggunakan transportasi terbuka
dengan jerigen air yang telah diberi lubang, maupun transportasi tertutup yang
dapat dilakukan dengan menggunakan kantong plastik seperti pada pengangkutan
benih. Untuk jarak yang tidak terlalu jauh dapat digunakan kantong plastik
volume 50–100 liter. Suhu media dalam kantong 17–22 C, untuk mengatur suhu
air dapat diberi es baik langsung dalam kantong maupun di luar kantong dalam
bentuk kepingan es yang telah dibungkus. Untuk ukuran kantong 60 liter dan diisi
media air 20 liter, diisi gas oksigen 30 liter dapat mengangkat ikan seberat 4–5 kg
selama 4–5 jam.
c. Suplai Tenaga Kerja
Tenaga teknis dalam usaha pendederan lele ini, dalam jangka panjang
disajikan pada table 1.
Tabel 1. Pembagian tugas tenaga teknis
No
Divisi
Tugas
1
Produksi
1. Menyediakan benih
2. Menentukan perencanaan usaha (menyediakan benih,
menentukan padat tebar, lama pemeliharaan)
3. Melakukan pemanenan
4. Melakukan packing
2
Kualitas Air
1. Mengontrol kualitas air
& Kesehatan
2. Mentritmen ikan yang sakit (jika ada)
3. Melakukan penggantin air
3
Pakan
1. Menghitung kebutuhan pakan
2. Menghitung pakan yang habis perharinya
3. Bertanggung jawab terhadap kesediaan pakan
4
Saprokan
1. Menyediakan alat dan bahan
(Sarana
2. Melakukan setting alat
produksi
perikanan)
5
Pemasaran
1. Menentukan target dan segmen pasar
2. Mencari konsumen
3. Menentukan stategi penetapan harga
4. Memasarkan hasil panen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Persiapan wadah dan pengisian air
Tujuan : Mencegah terjadinya wabah penyakit yang disebabkan bibit penyakit
yang terdapat pada wadah
Penanggung jawab : Divisi Produksi
Wadah tempat pendederan ikan lele dibersihkan dan dibilas untuk
menghindari kemungkinan penyakit.
Air yang digunakan merupakan air yang telah diendapkan terlebih dahulu. Air
kolam terpal diisi hingga mencapai ketinggian 20 cm.
Penebaran benih
Tujuan : Mencegah terjadinya kematian benih yang dikarenakan kesalahan
prosedur penebaran
Penanggung jawab : Divisi Produksi
Aklimatisasi suhu air wadah benih dilakukan pada saat penebaran benih di
kolam. Wadah sementara benih dibersihkan dengan cara dibasuh dengan air
untuk menghilangkan debu atau kemungkinan adanya bibit penyakit yang
menempel. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan benih (beserta
wadah) sampai suhu air dalam wadah dan suhu air kolam setara. Air kolam
dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam wadah benih agar kondisi air wadah
dan akuarium tidak terlalu berbeda. Selanjutnya benih dikeluarkan dari wadah
secara perlahan.
Pengendalian kualitas air
Tujuan : Menjaga kualitas media agar tetap optimal selama pemeliharaan.
Penanggung jawab : Divisi Kualitas Air dan Kesehatan
- Suhu
Suhu air dipertahankan pada kisaran 28-30 ° C. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan heater.
Pengukuran suhu dilakukan setiap pagi hari.
- pH
pH air dipertahankan pada kisaran 6,5 – 8,5
Daun ketapang yang direndam digunakan untuk menurunkan pH
Tawas digunakan untuk menaikkan kadar pH
Penggantian air sebanyak 5% dilakukan pada sore hari setiap harinya.
Pengendalian Penyakit
Tujuan : Menjaga alat, media, dan pakan media agar terhindar dari bibit penyakit.
Penanggung jawab : Divisi Kualitas Air dan Kesehatan
Pengendalian penyakit yang dilakukan berupa pencegahan terhadap bibit penyakit
a. Alat-alat yang akan dan telah digunakan direndam menggunakan cairan
PK. Setelah direndam, sebelum digunakan, alat-alat produksi dibilas
terlebih dahulu menggunakan air bersih.
b. Cacing sutra yang akan diberikan dibersihkan dari kotoran dan direndam
menggunakan air kunyit selama beberapa menit untuk mencegah
tersebarnya bibit penyakit yang terdapat pada pakan.
Sampling dan sortasi
Tujuan : Mengetahui pertumbuhan ikan dan untuk menghitung jumlah pakan
selanjutnya. Sortasi dilakukan untuk mengelompokkan benih ikan sesuai ukuran
untuk mencegah kanibalisme.
a. Sampling dilakukan setiap satu minggu sekali sebanyak 30 ekor ikan dari
masing-masing kolam untuk diukur panjang dan bobotnya.
b. Sortasi dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan mengelompokkan benih
sesuai ukuran panjang.
ASPEK USAHA
a. Struktur Biaya
Biaya yang digunakan meliputi tiga komponen biaya opersional, yaitu biaya
investasi, biaya variabel, dan biaya tetap.
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha
yang umumnya digunakan untuk pengadaan sarana berupa bangunan fisik,
peralatan proses produksi serta sarana penunjangnya. Bangunan fisik,
peralatan produksi dan sarana penunjang lainnya memilliki umur
pemakaian lebih dari satu tahun. Umur pemakaian disebut juga umur
teknis dan digunakan untuk menentukan biaya penyusutan dari komponen
biaya investasi tersebut. Rincian umur teknis, nilai pembelian, nilai sisa,
dan nilai penyusutan CV Centra Clarias Farm disajikan pada lampiran 1.
Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan ketika ada atau
tidaknya proses produksi. Biaya tetap tidak akan berubah dengan adanya
pertambahan volume produksi. Rincian biaya tetap usaha pendederan ikan
lele dapat dilihat pada lampiran 2.
Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan saat produksi
berlangsung, apabila tidak melakukan produksi maka biaya ini tidak
dikeluarkan. Biaya variabel ikut bertambah ketika volume produksi
bertambah, begitu pula sebaliknya. Rincian biaya variabel usaha
pendederan ikan lele dapat dilihat pada lampiran 3.
b. Aspek Resiko
Jika diasumsikan waktu pemeliharaan selama 4 Minggu = 30 hari/siklus
dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) sebesar 60%. Dengan benih awal ukuran
2-3 cm dengan harga pembelian Rp.60/ ekor dan padat tebar 40 ekor/Liter dan
volume kolam 750liter/kolam. Dengan target panen adalah benih lele ukuran 5-7
cm dengan harga jual Rp.200/ekor.
Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi
selama satu tahun. Biaya operasional didapatkan dengan menjumlahkan biaya
tetap dan biaya produksi.
Biaya operasional
= Biaya tetap + Biaya variabel
= Rp. 2.273.068 + Rp. 13.925.000
= Rp 16.198.068
Penerimaan per Bulan
Penerimaan per bulan merupakan hasil dari suatu kegiatan usaha yang
didapatkan dengan cara mengalikan banyaknya produk yang dihasilkan selama
satu bulan dengan harga jual per produk.
Penerimaan per tahun = Harga jual x Jumlah produksi 1 bulan
= Rp. 200/ekor x (150.000 X 60%)
= Rp 18.000.000
Titik Impas (Break Event Point)
Break Event Point (BEP) merupakan keadaan yang didalamnya tidak terjadi
adanya keuntungan maupun kerugian. BEP dibagi menjadi 2, yaitu BEP harga
produksi dan BEP unit.
BEP Harga
=
=
Rp. 2.273.068
(1- (Rp 13.925.000/ Rp.18.000.000))
= Rp. 10.040.548
BEP unit
=
=
Rp. 2.273.068
Rp.200-( Rp 13.925.000/90.000)
= 50.203 ekor benih
Keuntungan
Keuntungan atau laba yang didapatkan dari penguraan penerimaan per
tahun dengan biaya operasional.
Keuntungan = Penerimaan per bulan – biaya operasional
= Rp 18.000.000 - Rp 16.198.068
= Rp. 1.801.932
Rasio penerimaan dan pengeluaran (R/C Ratio)
R/C ratio merupakan perbandingan penerimaan dan pengeluaran dari
kegiatan usaha.
R/C
=
= 18.000.000 /16.198.068
= 1,11
Berdasarkan nilai R/C ratio dapat disimpulkan bahwa setiap Rp. 1 yang
dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan Rp.1.11. Nilai R/C yang bernilai lebih
dari 1 menunjukkan bahwa usaha pendederan ikan lele ini layak untuk
diusahakan.
Jangka Waktu Pengembalian Modal (Pay Back Period)
Pay Back Period merupakan jangka waktu tertentu yang digunakan untuk
memperoleh kembali seluruh modal yang diinvestasikan dalam suatu usaha.
PP
=
= Rp 3.969.500
X 12 bulan
Rp. 1.801.932
= 26,43 bulan = 2,20 tahun
Berdasarkan nilai di atas, diketahui bahwa nilai investasi yang ditanamkan
dalam usaha ini dapat diperoleh kembali setelah 26,43 bulan atau sekitar 2,20
tahun.
RENCANA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE
Disusun oleh:
Uswatun Khasanah
C14110013
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
RINGKASAN USAHA
CV Centra Clarias Farm merupakan usaha bersama pemuda/i Dukuh Mlangi
Desa Tersono, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah. Ikan lele memiliki
potensi usaha yang besar dalam dunia perikanan, baik dilihat dari harga dan
permintaan pasarnya. Faktor itulah yang menyebabkan para pemuda/i Dukuh
Mlangi, Desa Tersono bergabung dan membentuk usaha ini. Selain itu,
perusahaan ini berlokasi di Desa Tersono dan merupakan lokasi yang tepat untuk
dijadikan usaha pendederan ikan lele karena ketersediaan air yang melimpah serta
berbagai fasilitas yang menunjang jalannya usaha tersebut. Tujuan dari usaha
pendederan ikan lele ini adalah memenuhi kebutuhan benih ikan lele di wilayah
Batang. Oleh karena itu, produksi pendederan ikan lele ini dilakukan secara
intensif pada kolam terpal dengan sistem air hijau. Jumlah produksi ikan lele yang
meningkat dari tahun ke tahun menjamin besarnya permintaan benih ikan lele dan
keuntungan yang sangat menggiurkan. Di tingkat pembenih, harga jual benih lele
ukuran 2-3 cm adalah Rp. 60/ekor dan dalam waktu 4 minggu dapat mencapai
ukuran 5-7 cm yang dihargai Rp. 200/ekor.
DESKRIPSI ASPEK-ASPEK BISNIS
a.
Deskripsi Usaha
CV Centra Clarias Farm merupakan usaha yang bergerak di bidang
perikanan dengan aspek utama adalah pendederan ikan lele. Usaha pendederan
lele ini menggunakan sistem air hijau pada kolam terpal yang berlokasi di Desa
Tersono RT.02/RW.05 Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang. Hasil produksinya
merupakan benih ikan lele berukuran 5-7 cm yang ditujukan untuk para
pembudidaya pembesaran ikan lele di Batang dan sekitarnya. Komoditas utama
ikan lele yang dibudidayakan adalah ikan lele sangkuriang karena memiliki nilai
jual yang tinggi.
Pendederan ikan lele di CV Centra Clarias Farm diawali dengan
pembuatan dan persiapan wadah berupa kolam terpal dengan ukuran 2,5 m x 1,5
m x 0,5 m dengan tinggi air 20 cm sehingga volume airnya sebesar 750 liter.
Jumlah kolam yang digunakan pada setiap siklusnya adalah 5 buah. Persiapan
wadah dilakukan setelah pembuatan kolam terpal, yakni kolam terpal dicuci dari
kotoran kemudian dibilas sampai bersih. Setelah bersih dilakukan pengisian air
setinggi 20 cm. Selanjutnya ditambahkan pupuk kandang berupa kotoran ayam
yang dibungkus dengan plastik yang telah dilubangi dan direndam selama 4-5
hari. Tujuan pemupukan adalah menumbuhkan pakan alami berupa fitoplankton &
zooplankton. Dosis pupuk kandang yang digunakan adalah 500 gram/m 2. Setelah
pakan alami tumbuh dilakukan penebaran benih ukuran 2-3 cm.
Padat penebaran yang dilakukan pada pembudidayaan yaitu 40 ekor/liter
maka pada satu kolam terpal dibutuhkan 30.000 ekor benih ikan lele berukuran 23 cm, sehingga dalam 1 kali proses produksinya membutuhkan 150.000 benih
ikan lele ukuran 2-3 cm yang didapatkan dari tempat pembenihan lele di sekitar
Batang. Benih dengan ukuran 2-3 cm dipelihara dalam kolam terpal selama 4
minggu. Pakan yang diberikan adalah pelet F800 dengan frekuensi pemberian
pakan dilakukan sebanyak 4 kali sehari dengan metode ad satiation
(sekenyangnya).
Sampling dilakukan setiap satu minggu sekali sebanyak 30 ekor ikan dari
masing-masing kolam untuk diukur panjang dan bobotnya. Pada akhir
pemeliharaan dilakukan penghitungan populasi dan biomassa total ikan dari tiap
kolam. Analisa kualitas air dilakukan setiap hari, parameter yang diukur adalah
temperatur dan pH. Panen dilakukan setelah benih berukuran 5-7 cm. Kemudian
dilakukan pengemasab dan benih siap di pasarkan.
b. Hierarki CV Clarias Maju Jaya
Direktur Utama
Manajer Produksi
Manajer Pemasaran dan Keuangan
Sekretaris dan Manajer Pakan
Manajer Kualitas Air dan Kesehatan
Manajer Saprokan
: Muhammad Khanif
: Nur Rokhman
: Nur Khasanah
: Uswatun Khasanah
: Shobirin
: Karyanto
c. Keunikan Produk Atau Pelayanan
Keunikan produk benih ikan lele yang dihasilkan adalah benih ikan ukuran
5-7 cm yang berkualitas dan harga yang ditawarkan sangat bersaing dengan
perusahaan lainnya.
ASPEK PEMASARAN
1. Target Pasar : Target pasar dalam usaha pendederan ikan lele ini adalah
masyarakat/pembudidaya ikan yang bergerak di bidang usaha pembesaran
ikan lele.
2. Segmentasi pasar: meliputi segmentasi geografi (aksestabilitas dalam
pemasaran, keberlanjutan), segmentasi demografi (kebiasaan masyarakat
dalam mengkonsumsi produk perikanan, ketertarikan masyarakat terhadap
produk perikanan, masyarakat yang kurang dalam mengkonsumsi produk
perikanan), segmentasi psikografi (status sosial masyarakat, kebiasaan atau
gaya hidup dalam mengkonsumsi, kegemaran dalam mengkonsumsi) dan
segmentasi tingkah laku (pengetahuan, sikap, reaksi terhadap produk baru).
3. Situasi Persaingan: selaku pengusaha yang bergerak di bidang pendederan
ikan lele akan mencari, medapatkan dan mempertahankan konsumen atau
pelanggan kami dengan cara memberikan pelayanan yang memadai dan
memuaskan serta keberlanjutan dan hubungan yang baik dalam menjalin
kerjasama. Faktor kepuasan pelanggan adalah hal yang akan menjadi
perhatian besar dari pihak kami demi menjaga konsistensi dan keberlanjutan
usaha demi untuk mendapatkan keuntungan bersama.
4. Strategi Penetapan Harga: Penetapan harga dalam usaha pembesaran kerapu
ini berdasarkan Market Based Pricing yaitu penentuan harga ditentukan
berdasarkan hukum penawaran dan permintaan yang ada di pasar. Hal
tersebut berarti kondisi pasar mejadi pedoman dalam penentuan harga.
5. Periklanan Dan Promosi: dilakukan melalui media cetak dan media
elektronik. Media cetak dengan pamflet dan brosur, serta media elektonika
dengan website yang bisa diakses oleh masyarakat. Informasi yang disajikan
dalam kedua media tersebut selalu up to date atau sesuai dengan keadaan
pasar. Isi informasi yang disajikan, antara lain harga ikan lele, alamat
budidaya, keunggulan produk yang dihasilkan, profil usaha, dan jenis ikan
lele yang ditawarkan.
PENELITIAN, MODEL DAN PENGEMBANGAN
a. Pengembangan dan Rancangan Desain
Usaha ini dapat dikembangkan tidak hanya sebagai usaha dalam
peendederan ikan lele, tetapi juga sebagai usaha dalam pembenihan ikan lele.
Benih ikan lele yang dihasilkan selain untuk digunakan dalam usaha sendiri juga
dijual untuk pengusaha pendederan ikan lele lainnya. Selain itu, pengembangan
usaha lainnya adalah produksi pakan sendiri, sehingga mengurangi kebutuhan
akan pakan dari penyuplai pakan ikan lele. Kedua hal tersebut akan berpengaruh
pada arus kas, yaitu pendapatan meningkat akibat usaha pembenihan dan
berkurangnya biaya untuk pembelian pakan.
b. Hasil-Hasil Penelitian Teknologi
Salah satu teknologi yang memberi keuntungan para pembudidaya,
misalnya teknologi hibridisasi atau kawin silang spesies ikan yang berbeda dalam
satu kerabat (seperti ikan lele sangkuriang yang dihasilkan dari perkawinan ikan
lele dumbo dengan lele afrika). Hasil hibridisasi ini diharapkan dapat
menghasilkan iken lele yang unggul, yaitu konversi pakan rendah, efisiensi pakan
tinggi, pertumbuhan cepat, dan tahan terhadap penyakit.Hasil penelitian lainnya
adalah aplikasi teknologi untuk mencegah masuknya penyakit dalam wadah
budidaya. Misalnya penerapan biosekuriti dan penggunaan vaksin.
ASPEK PRODUKSI
a. Analisis Lokasi
Permilihan lokasi yang tepat akan mendukung kesinambungan usaha dan
target produksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi untuk
budidaya ikan lele adalah faktor resiko seperti keadaan ketersediaan air, kualitas
air, ketersediaan listrik, faktor kenyamanan seperti dekat dengan sarana
transportasi serta berbagai sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses
produksi benih ikan lele. Atas dasar pertimbangan di atas, maka kegiatan budidaya
ikan lele di Desa Tersono RT.02/RW05 Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang.
Lokasi ini merupakan lokasi yang tepat untuk dijadikan usaha pendederan ikan
lele karena ketersediaan air melimpah, kualitas air relatif baik, tersedia listrik,
dan dekat dengan sarana transportasi serta berbagai sarana dan prasarana yang
menunjang dalam proses produksi benih ikan lele.
Kebutuhan Produksi : Fasilitas Dan Peralatan
Dalam budidaya khususnya pendederan ikan lele, bahan utama dalam
kegiatan ini yaitu benih ikan lele. Ikan lele yang kita gunakan dalam bisnis ini
yaitu benih ikan lele yang berasal dari pembudidaya lokal dan tetap
memperhatikan kualitas benih itu sendiri terutama bebas dari penyakit baik
bakteri maupun virus, ukuran ketika tebar benih tersebut harus seragam, diperoleh
dari indukan yang berkualitas.
b. Penyuplai/Faktor-Faktor Transportasi
Penanganan pascapanen adalah dengan menggunakan transportasi terbuka
dengan jerigen air yang telah diberi lubang, maupun transportasi tertutup yang
dapat dilakukan dengan menggunakan kantong plastik seperti pada pengangkutan
benih. Untuk jarak yang tidak terlalu jauh dapat digunakan kantong plastik
volume 50–100 liter. Suhu media dalam kantong 17–22 C, untuk mengatur suhu
air dapat diberi es baik langsung dalam kantong maupun di luar kantong dalam
bentuk kepingan es yang telah dibungkus. Untuk ukuran kantong 60 liter dan diisi
media air 20 liter, diisi gas oksigen 30 liter dapat mengangkat ikan seberat 4–5 kg
selama 4–5 jam.
c. Suplai Tenaga Kerja
Tenaga teknis dalam usaha pendederan lele ini, dalam jangka panjang
disajikan pada table 1.
Tabel 1. Pembagian tugas tenaga teknis
No
Divisi
Tugas
1
Produksi
1. Menyediakan benih
2. Menentukan perencanaan usaha (menyediakan benih,
menentukan padat tebar, lama pemeliharaan)
3. Melakukan pemanenan
4. Melakukan packing
2
Kualitas Air
1. Mengontrol kualitas air
& Kesehatan
2. Mentritmen ikan yang sakit (jika ada)
3. Melakukan penggantin air
3
Pakan
1. Menghitung kebutuhan pakan
2. Menghitung pakan yang habis perharinya
3. Bertanggung jawab terhadap kesediaan pakan
4
Saprokan
1. Menyediakan alat dan bahan
(Sarana
2. Melakukan setting alat
produksi
perikanan)
5
Pemasaran
1. Menentukan target dan segmen pasar
2. Mencari konsumen
3. Menentukan stategi penetapan harga
4. Memasarkan hasil panen
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Persiapan wadah dan pengisian air
Tujuan : Mencegah terjadinya wabah penyakit yang disebabkan bibit penyakit
yang terdapat pada wadah
Penanggung jawab : Divisi Produksi
Wadah tempat pendederan ikan lele dibersihkan dan dibilas untuk
menghindari kemungkinan penyakit.
Air yang digunakan merupakan air yang telah diendapkan terlebih dahulu. Air
kolam terpal diisi hingga mencapai ketinggian 20 cm.
Penebaran benih
Tujuan : Mencegah terjadinya kematian benih yang dikarenakan kesalahan
prosedur penebaran
Penanggung jawab : Divisi Produksi
Aklimatisasi suhu air wadah benih dilakukan pada saat penebaran benih di
kolam. Wadah sementara benih dibersihkan dengan cara dibasuh dengan air
untuk menghilangkan debu atau kemungkinan adanya bibit penyakit yang
menempel. Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan benih (beserta
wadah) sampai suhu air dalam wadah dan suhu air kolam setara. Air kolam
dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam wadah benih agar kondisi air wadah
dan akuarium tidak terlalu berbeda. Selanjutnya benih dikeluarkan dari wadah
secara perlahan.
Pengendalian kualitas air
Tujuan : Menjaga kualitas media agar tetap optimal selama pemeliharaan.
Penanggung jawab : Divisi Kualitas Air dan Kesehatan
- Suhu
Suhu air dipertahankan pada kisaran 28-30 ° C. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan heater.
Pengukuran suhu dilakukan setiap pagi hari.
- pH
pH air dipertahankan pada kisaran 6,5 – 8,5
Daun ketapang yang direndam digunakan untuk menurunkan pH
Tawas digunakan untuk menaikkan kadar pH
Penggantian air sebanyak 5% dilakukan pada sore hari setiap harinya.
Pengendalian Penyakit
Tujuan : Menjaga alat, media, dan pakan media agar terhindar dari bibit penyakit.
Penanggung jawab : Divisi Kualitas Air dan Kesehatan
Pengendalian penyakit yang dilakukan berupa pencegahan terhadap bibit penyakit
a. Alat-alat yang akan dan telah digunakan direndam menggunakan cairan
PK. Setelah direndam, sebelum digunakan, alat-alat produksi dibilas
terlebih dahulu menggunakan air bersih.
b. Cacing sutra yang akan diberikan dibersihkan dari kotoran dan direndam
menggunakan air kunyit selama beberapa menit untuk mencegah
tersebarnya bibit penyakit yang terdapat pada pakan.
Sampling dan sortasi
Tujuan : Mengetahui pertumbuhan ikan dan untuk menghitung jumlah pakan
selanjutnya. Sortasi dilakukan untuk mengelompokkan benih ikan sesuai ukuran
untuk mencegah kanibalisme.
a. Sampling dilakukan setiap satu minggu sekali sebanyak 30 ekor ikan dari
masing-masing kolam untuk diukur panjang dan bobotnya.
b. Sortasi dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan mengelompokkan benih
sesuai ukuran panjang.
ASPEK USAHA
a. Struktur Biaya
Biaya yang digunakan meliputi tiga komponen biaya opersional, yaitu biaya
investasi, biaya variabel, dan biaya tetap.
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha
yang umumnya digunakan untuk pengadaan sarana berupa bangunan fisik,
peralatan proses produksi serta sarana penunjangnya. Bangunan fisik,
peralatan produksi dan sarana penunjang lainnya memilliki umur
pemakaian lebih dari satu tahun. Umur pemakaian disebut juga umur
teknis dan digunakan untuk menentukan biaya penyusutan dari komponen
biaya investasi tersebut. Rincian umur teknis, nilai pembelian, nilai sisa,
dan nilai penyusutan CV Centra Clarias Farm disajikan pada lampiran 1.
Biaya tetap adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan ketika ada atau
tidaknya proses produksi. Biaya tetap tidak akan berubah dengan adanya
pertambahan volume produksi. Rincian biaya tetap usaha pendederan ikan
lele dapat dilihat pada lampiran 2.
Biaya variabel adalah biaya yang harus dikeluarkan saat produksi
berlangsung, apabila tidak melakukan produksi maka biaya ini tidak
dikeluarkan. Biaya variabel ikut bertambah ketika volume produksi
bertambah, begitu pula sebaliknya. Rincian biaya variabel usaha
pendederan ikan lele dapat dilihat pada lampiran 3.
b. Aspek Resiko
Jika diasumsikan waktu pemeliharaan selama 4 Minggu = 30 hari/siklus
dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) sebesar 60%. Dengan benih awal ukuran
2-3 cm dengan harga pembelian Rp.60/ ekor dan padat tebar 40 ekor/Liter dan
volume kolam 750liter/kolam. Dengan target panen adalah benih lele ukuran 5-7
cm dengan harga jual Rp.200/ekor.
Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk produksi
selama satu tahun. Biaya operasional didapatkan dengan menjumlahkan biaya
tetap dan biaya produksi.
Biaya operasional
= Biaya tetap + Biaya variabel
= Rp. 2.273.068 + Rp. 13.925.000
= Rp 16.198.068
Penerimaan per Bulan
Penerimaan per bulan merupakan hasil dari suatu kegiatan usaha yang
didapatkan dengan cara mengalikan banyaknya produk yang dihasilkan selama
satu bulan dengan harga jual per produk.
Penerimaan per tahun = Harga jual x Jumlah produksi 1 bulan
= Rp. 200/ekor x (150.000 X 60%)
= Rp 18.000.000
Titik Impas (Break Event Point)
Break Event Point (BEP) merupakan keadaan yang didalamnya tidak terjadi
adanya keuntungan maupun kerugian. BEP dibagi menjadi 2, yaitu BEP harga
produksi dan BEP unit.
BEP Harga
=
=
Rp. 2.273.068
(1- (Rp 13.925.000/ Rp.18.000.000))
= Rp. 10.040.548
BEP unit
=
=
Rp. 2.273.068
Rp.200-( Rp 13.925.000/90.000)
= 50.203 ekor benih
Keuntungan
Keuntungan atau laba yang didapatkan dari penguraan penerimaan per
tahun dengan biaya operasional.
Keuntungan = Penerimaan per bulan – biaya operasional
= Rp 18.000.000 - Rp 16.198.068
= Rp. 1.801.932
Rasio penerimaan dan pengeluaran (R/C Ratio)
R/C ratio merupakan perbandingan penerimaan dan pengeluaran dari
kegiatan usaha.
R/C
=
= 18.000.000 /16.198.068
= 1,11
Berdasarkan nilai R/C ratio dapat disimpulkan bahwa setiap Rp. 1 yang
dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan Rp.1.11. Nilai R/C yang bernilai lebih
dari 1 menunjukkan bahwa usaha pendederan ikan lele ini layak untuk
diusahakan.
Jangka Waktu Pengembalian Modal (Pay Back Period)
Pay Back Period merupakan jangka waktu tertentu yang digunakan untuk
memperoleh kembali seluruh modal yang diinvestasikan dalam suatu usaha.
PP
=
= Rp 3.969.500
X 12 bulan
Rp. 1.801.932
= 26,43 bulan = 2,20 tahun
Berdasarkan nilai di atas, diketahui bahwa nilai investasi yang ditanamkan
dalam usaha ini dapat diperoleh kembali setelah 26,43 bulan atau sekitar 2,20
tahun.