T2__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Putusan Minah dan Rasmina: Tersisihnya Nilai Keadilan dalam RuangRuang Pengadilan T2 BAB III
Hasil Penelitian dan Analisis
A. Hasil Penelitian
1. Kasus-kasus Kecil yang Dijatuhi Vonis oleh Hakim
Akhir-akhir ini dunia hukum diperhadapkan dengan realita putusan pengadilan yang mengadili kasus-kasus pidana yang sifatnya kecil, kasus pencurian kakao, sandal, kayu, dan piring mengundang keprihatinan banyak pihak. Bagaimana tidak, acap kali penegak hukum terlihat “garang” ketika menangani kasus seperti ini, ketimbang menangani kasus-kasus besar yang melibatkan pejabat, perusahaan,atau aparat pemerintahan. Padahal, secara ekonomis, kerugian yang diderita akibat tindak pidana tersebut tidak terlalu signifikan dibanding dengan tindak pidana lain, seperti korupsi. Bahkan, kasus- kasus kecil seperti ini, seharusnya dapat diupayakan perdamaian, sehingga tidak sampai ke pengadilan. Pendapat seperti itu tidak hanya datang dari masyarakat umum. Jaksa Agung Basrief Arief juga menyatakan hal yang sama. Menurutnya, kasus-kasus wong cilik seperti ini memang mengundang keprihatinan masyarakat, termasuk aparat penegak hukum. “Untuk itu, ke depan, hal-hal begitu tidak perlu ke pengadilan. Ini harus ada pengertian dari semua lini aparat penegak hukum. Baik dari penyidik, jaksa penuntut umum, maupun hakim,” katanya, Jumat. 1
1 http:www.hukumonline.comberitabacalt4f2f6e043cf4dkasus-kecil-diharapkan-tidak- sampai-pengadilan di unggah Senin, 06 Pebruari 2012, dibaca 31-05-2017
“Selama ini kita selalu fokus pada penegakan hukum, tapi lupa untuk menegakkan keadilan”.pernyataan yang dilontarkan oleh Antasari Azhar ini kerap terjadi dalam proses dan dinamika hukum di Indonesia. Bahwa penegakan hukum diteriakkan dengan keras namun hukum yang dimaksud tidak lain adalah undang-undang.
Ada sebuah kasus yang menarik beberapa tahun silam yang mungkin masih hangat sampai saat ini, Kisah seorang nenek tua bernama Minah ini berawal dari pencurian tiga butir buah kakao seberat tiga kilogram di kebun PT RSA 4 yang dituduhkan kepadanya. Saat itu Minah berkeinginan menambah tanaman kakao miliknya yang berjumlah 200 batang sehingga dia memetik tiga butir kakao di kebun PT RSA dan meletakkannya di atas tanah. Akan tetapi, apa yang dilakukan Minah diketahui mandor PT RSA 4, Tarno alias Nono. Dia pun menegur Minah dan menanyakan perihal kakao yang dicurinya.
Minah pun mengatakan jika buah kakao yang dipetiknya akan dijadikan bibit. Setelah mendengar penjelasan Minah, Tarno mengatakan, kakao di kebun PT RSA 4 dilarang dipetik oleh masyarakat. Dia juga menunjukkan papan peringatan yang terpasang pada jalan masuk perkebunan. Dalam papan tersebut tertulis petikan Pasal 21 dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, yang menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh merusak kebun maupun menggunakan lahan kebun hingga mengganggu produksi usaha perkebunan. Minah yang buta huruf itupun segera meminta maaf kepada Tarno sembari menyerahkan tiga butir buah Minah pun mengatakan jika buah kakao yang dipetiknya akan dijadikan bibit. Setelah mendengar penjelasan Minah, Tarno mengatakan, kakao di kebun PT RSA 4 dilarang dipetik oleh masyarakat. Dia juga menunjukkan papan peringatan yang terpasang pada jalan masuk perkebunan. Dalam papan tersebut tertulis petikan Pasal 21 dan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, yang menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh merusak kebun maupun menggunakan lahan kebun hingga mengganggu produksi usaha perkebunan. Minah yang buta huruf itupun segera meminta maaf kepada Tarno sembari menyerahkan tiga butir buah
Akhir Agustus 2009, Minah dipanggil Kepolisian Sektor Ajibarang untuk menjalani pemeriksaan terkait tiga butir buah kakao yang dipetiknya di kebun PT RSA 4. Atas tuduhan tersebut, Minah dijerat Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana dengan ancaman hukuman enam bulan penjara. Dalam putusan hakim, Nenek Minah terbukti bersalah melanggar Pasal 362 KUHP yang berbunyi: “Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah". Jika melihat dari kacamata dogmatif-normatif, maka tidak dipungkiri bahwa si nenek telah bersalah melanggar Undang-undang, dengan delik mengambil barang orang lain, dengan maksud untuk dimiliki.
Lain hal dengan Nenek Mina, Nenek Rasmina yang diputuskan bebas oleh PN Tangeran, ternya diputuskan bersalah oleh MA mencuri enam piring dan barang lain milik mantan majikannya. MA pun mengganjar Rasminah hukuman penjara 4 bulan 10 hari. Dan menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Namun, putusan ini ternyata tidak bulat. Ketua Majelis Hakim, Artidjo Alkostar, menyatakan nenek Rasminah tidak bersalah melakukan pencurian terhadap barang-barang milik majikannya itu. Menurut Artidjo, alasan kasasi yang diajukan jaksa tidak dapat dibenarkan, karena Pengadilan Negeri Tangerang telah menerapkan hukum Lain hal dengan Nenek Mina, Nenek Rasmina yang diputuskan bebas oleh PN Tangeran, ternya diputuskan bersalah oleh MA mencuri enam piring dan barang lain milik mantan majikannya. MA pun mengganjar Rasminah hukuman penjara 4 bulan 10 hari. Dan menetapkan masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Namun, putusan ini ternyata tidak bulat. Ketua Majelis Hakim, Artidjo Alkostar, menyatakan nenek Rasminah tidak bersalah melakukan pencurian terhadap barang-barang milik majikannya itu. Menurut Artidjo, alasan kasasi yang diajukan jaksa tidak dapat dibenarkan, karena Pengadilan Negeri Tangerang telah menerapkan hukum
Suparman Marzuki mengatakan putusan kasasi tersebut juga menyesakkan dada karena dari nilai kerugian dan jenis harta yang diambil, itu termasuk jenis perkara yang tidak patut masuk pengadilan dan tidak patut dipersalahkan. Sejak awal, keanehan tercium dalam kasus Rasminah. Ia ditangkap 5 Juni 2010, atas tuduhan mencuri barang senilai Rp 300, 000, 000 (tiga ratus juta). Ia pun sempat mendekam di sel selama empat bulan, di Polsek Ciputat dan di LP Wanita Tangerang. Kasus ini pun menjadi perhatian publik, yang meminta ia dibebaskan. Namun, bahkan pejabat selevel menteri pun, tak bisa berbuat banyak terhadap kasus tersebut. "Kita tidak bisa intervensi sama sekali. Apalagi sudah di tangan hakim. Saya yakin, hakim mempunyai rasa keadilan dalam memberikan putusan," kata mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Patrialis Akbar, di Gedung Kementerian Hukum dan HAM, Jakarta, Selasa 12 Oktober 2010. Seharusnya menurut Patrialis, kasus seperti ini tidak perlu ada upaya penahanan. Apalagi, melibatkan orangtua miskin seperti nenek Rasminah ini. "Yang saya sayangkan, kenapa kasus kecil seperti ini orangnya harus ditahan," kata
Patrialis. 2 Di Palu Hakim Pengadilan Negeri Palu Sulawesi Tengah, Romel Tampubolon memvonis AAL (15), seorang pelajar Sekolah Menengah Kejuruan
di Palu, terbukti mencuri sandal. Hakim tetap menyatakan AAL bersalah walaupun berdasarkan fakta persidangan menunjukkan sandal jepit yang diperkarakan oleh anggota polisi di Polda Sulawesi Tengah ternyata bukan milik yang bersangkutan."Terlepas siapa pemilik sandal tersebut, tetapi terdakwa terbukti mengambil sandal yang bukan miliknya," kata hakim Romel Tampubolon pada sidang pembacaan putusan kasus sandal jepit itu, Rabu malam (41).
Menurut hakim, tindakan terdakwa mengambil barang yang bukan miliknya adalah unsur melawan hukum dari sebuah pencurian. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) kecewa dengan putusan hakim. Sebab walaupun tidak dihukum, namun di sisi lain hakim tetap menyatakan AAL terbukti mencuri. kata Sofyan Farid Lembah dari Komnas PA Bidang Kapasitas dan Jaringan Kelembagaan, di Palu, kejanggalan putusan hakim karena barang bukti bukan milik saksi pelapor, namun hakim tetap memutuskan terdakwa terbukti bersalah. Kalau tidak ada pemiliknya berati pelapor tidak dirugikan. Dengan sendirinya gugur sebagai pelapor karena bukan miliknya. Seharusnya dakwaan terhadap terdakwa digugurkan," katanya. Menurut Sofyan, dengan mencap terdakwa sebagai orang yang mencuri berdasarkan keyakinan hakim,
2 http:fokus.news.viva.co.idnewsread284443-rasminah-melawan-putusan-kasasi-ma. (diposting Selasa, 31 Januari 2012 | 21:05 WIB- dibaca kamis, 1 juni 2017) 2 http:fokus.news.viva.co.idnewsread284443-rasminah-melawan-putusan-kasasi-ma. (diposting Selasa, 31 Januari 2012 | 21:05 WIB- dibaca kamis, 1 juni 2017)
Pasutri Supriyono, 19, dan Sulastri, 19, terdakwa pencurian setandan pisang divonis majelis hakim Pengadilan Negeri Bojonegoro Jawa Timur 3,5 bulan pada Februari 2010. Peristiwa diatas terjadi saat suami istri tersebut, karena merasa tidak punya makanan di rumah yang bisa dimakan, mereka berboncengan motor mau mencari hutangan uang untuk membeli makanan, saat melewati pekarangan tetangganya tergiur untuk mengambil setandan pisang dan sialnya ketahuan oleh tetangganya tersebut, yang kemudian melaporkannya ke kepolisian. Dalam kasus ini, sebenarnya bisakah kepolisian ataupun kejaksaaan melepas si terdakwa, karena alasan kemanusiaan dan kecilnya barang yang dicuri? Karena kalau melihat dari aspek keadilan sungguh ironis sekali hanya mencuri setandan pisang, hukumannya 3,5 bulan.
Perbuatan-perbuatan tersebut memang memenuhi unsur pidana, dalam hal ini pasal 362 KUHP, akan tetapi ada hal yang lebih penting dari terpenuhinya unsur pidana dalam peraturan tersebut, hal tersebut adalah keadilan dalam putusan pengadilan yang dijatuhkan. Semua orang ingin memiliki keadilan.
23 OKTOBER 2002 Hamdani bin Ijin, seorang buruh pabrik sandal PT Osaga Mas Utama, divonis hukuman kurungan selama 2 bulan 24 hari oleh Pengadilan Negeri Tangerang, Banten. Hamdani dituduh mencuri sandal bolong milik perusahaan. Awal kasusnya, pada 4 September 2000, Hamdani hendak
3 http:www.hukumonline.comberitabacalt4f0486c16639dterdakwa,(diunggah Kamis, 05 Januari 2012- dibaca kamis 1 Juni 2017) 3 http:www.hukumonline.comberitabacalt4f0486c16639dterdakwa,(diunggah Kamis, 05 Januari 2012- dibaca kamis 1 Juni 2017)
Kasus pencurian dua ekor ayam atas nama Arman. putusan no. 1104 KPid2010. Kasus pencurian hasil hutan (kayu) atas nama Doni Setyo Jatmiko. No putusa perkara, 132Pid.sus2011PN.MLG. kasus pencurian kayu bakar dengan putusan no 2615 KPid.Sus201. Atas nama Muhammd Mufid.
2. Tanggung Jawab Negara Terhadap Kesejahteraan Rakyat.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 34 “ayat (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara”. 4
Ayat (2) Negara mengembangkan sistem sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dab tidak mampu sesuai dengan
martabak kemanusiaan. 5 Melihat pada pasal ini maka sudah seharusnya kasus- kasus kecil seperti ini tidak dipebolehkan sampai pada meja hijau, negara
memiliki peran penting dalam mensjahterakan rakyat, kasus kasus kecil diatas dilakukan oleh orang-orang miskis yang hanya untuk berthan hidup atau untuk
4 Lihat Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 5 Ibid,.ayat 2 4 Lihat Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 5 Ibid,.ayat 2
Keadilan sosial sudah dijamin dan tertuang secara eksplisit dalam Pancasila yang disebut sebagai staats fundamental norm rechtsidee sekaligus berfungsi sebagai norma dasar dalam keseluruhan peraturan hukum yang berlaku sebagai hukum positif di Indonesia. Oleh sebab itu putusan yang dibuat oleh hakim wajib menjiwai nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
Pancasila yang merupakan norma fundamental dalam proses penegakan hukum seharusnya menjadi guiding star dalam setiap putusan hakim, artinya bahwa dalam memutuskan suatu perkara hakim tidak seharusnya hanya melihat pada apa yang dikatakan oleh undang-undang saja tetapi hakim juga harus menggali nilai-nilai keadilan yang ada dalam Pancasila. Hakekat dari norma dasar adalah syarat bagi berlakunya suatu Kontitusi, norma dasar terlebih dahulu
ada sebelum adanya konstitusi atau Undang-undang Dasar. 6 dalam sila ke-lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang memiliki cita hukum
(rechtsidee) bahwa keadilan yang dihadirkan oleh hukum Indonesia hendaknya dapat diakses oleh seluruh lapisan masayarakat. 7 Dalam Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 34 ayat 1 “ fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”.
6 Teguh Praseryo, Hukum Dan System Hukum Berdasarkan Pancasila, Media Perkasa, Yogyakarta, 2013, hal. 69.
7 Muhamad Erwin, Op.cit, hal. 384
Konsep keadilan sosial telah menjadi salah satu pemikiran filosofis Soekarno. Keadilan sosial menurut Soekarno adalah suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada penghisapan. Menurutnya keadilan sosial haruslah lebih berorientasi pada kaum masyarakat kecil. Soekarno ingin mencanangkan keadilan sosial sebagai warisan dan etika bangsa Indonesia yang harus diraih. Upaya agar keadilan sosial dapat terwujud, maka keadilan sosial itu
harus dimulai dari hidup bermasyarakat. 8
Moh, Hatta memberi masukan terkait dengan keadilan dan kesejahteraan sosial secara lengkap sebagai berikut:
a. Orang Indonesia hidup dalam tolong menolong;
b. Tiap-tiap orang Indonesia berhak mendapat pekerjaan dan mendapat penghidupan yang layak bagi manusia. Pemerintah menanggung dasar hidup minimum bagi seseorang;
c. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama, menurut dasar kolektif;
d. Cabang-cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh pemerintah
e. Tanah adalah kepunyaan masyarakat, orang-seorang berhak memakai tanah sebanyak yang perlu baginya sekeluarga;
8 Bur Rasuanto, Keadilan Sosial Dua Pemikiran Indonesia Soekarno dan Hatta, Jurnal Wacana, Vol.2, No.1, 2000, hal. 108 8 Bur Rasuanto, Keadilan Sosial Dua Pemikiran Indonesia Soekarno dan Hatta, Jurnal Wacana, Vol.2, No.1, 2000, hal. 108
g. Fakir miskin dipelihara oleh pemerintah. Menurut Mahfud MD, keadilan sosial sebagaimana dimaksudkan dalam sila ke lima Pancasila mempunyai makna, pendistribusian sumber daya ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan sosial terutama bagi kelompok masyarakat terbawah atau masyarakat lemah sosial ekonominya.
selain itu keadilan sosial juga menghendaki upaya pemerataan sumber daya agar kelompok masyarakat yang lemah dapat dienteskan dari kemiskinan dan agar kesenjangan ekonomi di tengah-tengah masyarakat dapat dikurangi, dengan demikian distribusi sumber daya yang ada dapat dikatakan adil secara sosial jika dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonomi kelompok yang miskin
sehingga tingkat kesenjangan sosial antar kelompok masyarakat dapat dikurangi. 9
Orang miskin ditolak dari perlindungan hukum, institusi dan kebijakan yang menyangkut bidang ekonomi, sosial dan politik. Kebanyakan orang miskin tidak hidup dalam perlindungan hukum. Mereka tidak punya kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan hukum. Mereka tidak hanya terabaikan dari sistem hukum, tetapi sering malahan ditindas oleh sistem hukum. Dengan demikian, lingkup kemiskinan haruslah mencakup ketiadaan pengetahuan dan kesadaran hukum, mekanisme bantuan dan dampingan hukum ketika mereka membutuhkannya, dan akses kepada
9 Moh, Mahfud, MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandeman Konstitusi, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal 10-11 9 Moh, Mahfud, MD, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandeman Konstitusi, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal 10-11
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa seyogyanya tidak aka ada kemiskinan dalam Indonesia merdeka. Indonesia harus memiliki keadilan sosial (keadilan ekonomi). Indonesia harus memiliki keadilan kehidupan yang adil dan makmur bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara khusus, keadilan sosial dalam sila kelima Pancasila menekankan prinsip keadilan dan kesejahteraan ekonomi, atau apa yang dikatakan Soerkano sebagai prinsip sociale rechtvaardigheid. Sila kelima
merupakan perwujudan yang paling konkrit dari prinsip-prinsip Pancasila. 10 Keadiln sosial secara umum menyangkut selururuh kebutuhan masyarkata, baik
jasmani maupun rohani.
Negara memiliki peran penting dalam perlindungan hukum kepada mereka yang melakukan perbuatan melawan hukum yang hanya untuk bertahan hidup, seperti kasus pencurian tiga biji kakao, 6 piring, sandal, pisang, dan sabun yang dilakukan oleh orang-oang yang satatus sosialnya rendah atau miskin. Kedudukan negara dijamin dalam Konstitusi Indonesia, yang mana pasal 34 ayat (1) dan (2) menjelaskan secara explisit, bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Negara sudah seharusnya melindungi bahkan menjamin kehidupan yang layak bagi orang-orang miskin.
10 Materi sosialisasi empat pilar MPR RI. hal 78-79
Setiap aparat kepolisian harus dapat mencerminkan kewibawaan negara dan menunjukan disiplin yang tinggi dikarenakan polisi pada hakekatnya adalah sebagai pengatur dalam penegakan hukum di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 2 tahun 2002, Tentang Kepolosian Negara Republik Indonesia. Dalam pasal 5 disebutkan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta meberikan perlindungan pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharnya keamanan dalam negeri, didalam pasal 13, disebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah;
a. Memelihara keamana dan ketertiban masyarakat
b. Menegakan hukum
c. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.
Tugas dan tanggung jawan polisi yang di atur didalam pasal 16 ayat (1) dan (2) UU No 2 tahun 2002
Ayat (1)
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan;
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk kepentingan penyidikan;
c. Membawa dan menghadapkan orang kepadapenyidik dalam rangka penyidikan;
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda pengenal diri;
e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan;
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum; i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum;
yang berwenang di tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana;
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai
negeri sipil serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan kepada penuntut umum; dan
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Ayat (2)
tindakan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf l adalah tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai beriku:
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan
tersebut dilakukan;
c. Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. Pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa; dan
e. Menghormati hak asasi manusia. 11 Dari serangkaian tugas kepolisian, salah satu tugas yang mendap
perhatian adalah penegak hukum, sebagai penegak hukum polisi masuk dalam jajaran Sistem Peradilan Pidana (SPP), sebagai salah satu sub sistem. Didalam SPP polisi merupakan pintu gerbang bagi para pencari keadilan. Dari sinilah segala sesuat dimulai, sebagai penyidik polisi harus melakukan penangkapan dan bila perlu dilakuka penahanan, yang berarti polisi harus mempunyai dugaan yang kuat bahwa orang tersebut adalah pelaku kejahatan. Satjipto Raharjo menyebut, tugas kepolisian sebagai Multi Fungi, yaitu tidak sebagai polisi saja, tetapi juga
sebagai jaksa dan hakim sekaligus. 12
11 Lihat Undang-Undang No 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 16, Ayat (1) Dan (2)
12 Satjipto Raharjo, Study Kepolisian Indonesia: Metodologi Dan Subtansi, Makalah Disampaikan Pada Symposium Nasional Polisi Indoensia, Diselenggarakan Oleh Pusat Studi
Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan negara, khususnya dibidang penuntutan. Penuntutan yang dimaksud adalah tindakan jaksa untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwewenang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim sebagai mana telah diatur dalam Undang-undang Nomor 16
tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia. 13 Pada ayat 2 menyatakan bahwa, kejakasaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan
negara dibidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan Undang- undang. 14 Kekuasaan tersebut dilaksanakan secara merdeka, artinya dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya. 15
Berdasarkan Undang-undang tersebut, kejaksaan sebagai salah satu lembaga pengak hukum dituntut untuk lebih berperan dalam menegahkan supermasi hukum, perlindungan kepentingan umum, penegakan HAM, serta pemberantasan KKN. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, jaksa senangtiasa bertindak berdasarkan hukum, artinya selalu berpedoman pada asas legalitas, namun juga wajib mengindahkan norma-norma agama, kesopanan dan kesusilaan serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang hidp dalam
masyarakat, dan juga menjaga kehormatan profesinya. 16
Kepolisian FH UNDIP Bekerja Sama Dengan Akademi Kepolisian Negara (AKPO) Dan Mabes Polri Semarang, 19-20 Juli 1993
13 Lihat, Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik
Indonesia
14 Lihat Pasal 2 Undang-Undang No 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia 15 Rusli Muhammad, Op,cit., hal 20 16 Ibid., hal 21-22
Sudah seharusnya Polisi maupun Jaksa yang merupakan kaki tangan negara memperhatikan apa yang diamanatkan oleh dasar negara dan konstitusi Indonesia, yang mana kasus-kasus kecil seperti ini sudah seharusnya tidak sampai pada tingkat pengadilan, sebab mereka mewakili negara untuk melindungi secara hukum, jika kasus-kasus kecil seperti ini dilaporkan, maka tugas negara adalah menyelesaikan, negara harus melindungi, negara harus bertanggung jawab jika kasus-kasus seperti ini terjadi, negara harus mengakui kegagalannya dalam memenuhi hak-hak masyarakat seperti yang tertuang dalam pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) UUD 1945.
Putusan pengadilan diyakini bisa memberikan rasa keadilan bagi pencari keadilan, mewakili negara dalam memberikan keadilan, sudah sepatutnya hakim mengamalkan Pancasila dan UUD sebagai landasan berpikir dalam memberikan putusan, jika kasus-kasus seperti ini yang sudah barang tentu menggambarkan kegagalan negara dalam menjalankan amanat konsitusi, maka hakim juga harus bisa memberikan apa yang telah diperintahkan oleh Pancasila dan Konstitusi, jika orang miskin yang melakukan pencurian hanya untuk makan dan bertahan hidup, dan kemudian diputusan bersalah, maka Pancasila sebagai dasar negara dan UUD sebagai payung bagi hukum di Indonesia tidak dipertimbangkan oleh hakim.
3. Kasus posisi Rasmina dan Nenek Minah: Pertimbangan Hakim Dalam Proses Mengadili Perkara.
Kasus Posisi Rasmina
Kasus Posisi Mina
Kasasi Nomor 653KPid.2011 diterima
Putusan yang menjadi objek kajian
MA pada 24 Januari 2011. Putusan MA kali ini adalah putusan atas kasus itu dibuat pada 31 Mei 2011 dengan amar pencurian tiga buah kakao (cokelat) yang putusan mengabulkan permohonan kasasi dilakukan oleh seorang wanita tua jaksa penuntut umum (JPU) Kejari bernama Mina. Mina memetik tiga buah Tangerang dan membatalkan putusan PN cokelat yang ada di kebun itu, lalu Tangerang 1364Pid.B2010PN. TNG. meletakkannya di tempat. “Inyong seq Bermula dari Rasmina yang bekerja teng kebon, enten kopi- coklat mateng sebagai pembantu dirumah majikannya inyong pendhet digletakaken eng siti Aysah di tangerang, ketika itu menurut (Saya di kebun, ada kakao matang saya
Rusmina, majikannya tersebut membrikan 18 ambil dan diletakkan di tanah.) kepada dia 6 piring, akan tetapi
Tak lama berselang, lewat seorang
dikemudian hari rasmina dilaporkan ke mandor perkebunan kakao PT RSA. kepolisian dengan tuduhan pencurian. Mandor itu pun bertanya, siapa yang Rasmina mengaku bahwa piring tersebut memetik buah kakao itu. Dengan polos, diberikan majikannya pada saat terjadi Mina mengaku hal itu perbuatannya,. 3 banjir. bahwa piring tersebut diberikan buah kakao yang dipetiknya pun dia majikannya pada saat terjadi banjir.
serahkan kepada mandor tersebut.
Namun, begitu sampai di rumah Sepekan kemudian, Min dipanggil dan kontrakannya, Rasminah tidak jadi diperiksa polisi di Polsek Ajibarang. memasak bahan-bahan olahan tersebut Dari hasil pemeriksaan, polisi menjadi sop buntut. Karena, ia melihat menyimpulkan bahwa perbuatan Mina bahan-bahan olahan tersebut sudah sepenuhnya memenuhi unsur-unsur kadaluarsa
atau
tidak
layak yang disebutkan dalam Pasal 362 KUHP
18 Wawancara dilakukan oleh widodo dwi putro 10 Maret 2010 18 Wawancara dilakukan oleh widodo dwi putro 10 Maret 2010
dijadikan sebagai barang bukti oleh menyadari apa yang sebenarnya tengah Polsek Ciputat. Kemudian, Rasminah terjadi, Nenek Minah yang tak hanya ditahan selama dua bulan di Polsek buta huruf, tetapi juga buta hukum, tanpa Ciputat dan dilakukan pemeriksaan. didampingi pengacara Min mengiyakan "Namun, saya lupa kapan kejadian itu saja apa yang ditulis polisi dalam BAP- terjadi, yang jelas itu bulan Juni 2010 nya dan apa yang ditulis jaksa dalam kemarin," ungkapnya. Rasminah dituduh surat dakwaannya. Min juga harus melanggar Pasal 362 KUHP tentang menjalani tahanan rumah sehingga pencurian dengan hukuman penjara sebagai petani ia tidak bisa lagi bekerja maksimal lima tahun.
ke ladangnya.
Rasminah pun harus menghuni sel
Mina dinyatakan hakim terbukti
dingin di Lembaga Pemasyarakatan secara sah dan meyakinkan bersalah. Wanita Tangerang. Dalam putusan kasasi Hakim menjatuhkan vonis pidana satu ini, satu orang anggota majelis kasasi, bulan 15 hari, dengan masa percobaan
Artidjo 20 Alkostar, mengajukan beda tiga bulan. pendapat (dissenting opinion). 17
Pertimbangan Hakim dalam kasus
Pertimbangan Hakim dalam kasus
Rasmina
Nenek Mina
Dalam memutuskan kasus Rasmina, MA Berdasarkan fakta yang terungkap di membatalkan putusan pegadilan Negeri persidangan bahwa terdakwa Min pada dengan alasan bahwa bukti-bukti hari minggu, tanggal 2 Agustus 2009 persidangan sudah jelas perbuatan sekitar pukul 13.00 WIB telah Rasmina melanggar hukum. Dengan mengambil 3 (tiga) buah kakao cokelat
17 http:www.gresnews.comberitahukum205301-ma-hukum-nenek-rasminah-pencuri-piring- 4-bulan-10-hari0sthash.WkxgRwhP.dpuf
19 URNAL YUDISIAL Vol-IIINo-03Desember2010 hal 221 20 Ibid., 19 URNAL YUDISIAL Vol-IIINo-03Desember2010 hal 221 20 Ibid.,
dengan cara memetik dari pohon pada
Bahwa dalam kenyataannya ada barang- perkebunan PT. RSA dan hingga barang berupa 1 (satu) buah piring tertangkap tangan oleh saksi mandor keramik merek Anchor Hocking,1(satu) Tarno Bin Sumanto dan saksi Rajiwan, buah piring Geshen Kartikel, 2 (dua) dan bagi Rasmina diakui bahwa buah piring merek Royal Province,1(satu) dimengambil bumbu masak. Berdasarkan buah piring merek Taichi Cinadan 3 keterangan saksi- saksi yang (tiga) buah piring kecil, Tempat dihubungkan dengan petunjuk yang Tisu,1(satu) buah piring biasa,1(satu) diperkuat oleh keterangan terdakwa buah gelas,1(satu)buah mangkok, 1(satu) dimuka persidangan maka diperoleh buah Hairtonic Hadi Suwarno serta fakta yang bersesuaian bahwa benar shamponya, Baju Muslim, Sapu Tangan, terdakwa telah mengambil 3(tiga) buah Listerin obat kumur,Force Magic dan 1 kakao atau coklat seluruhnya milik PT. (satu) bungkus plastik daging buntut sapi RSA bukan milik terdakwa Mina (yang telah diganti dengan foto) dan Berdasarkan keterangan saksi-saksi, beberapa
pakaian
bekas
adalah terdakwa telah mengambil 3 (tiga) buah
rumah kakao atau cokelat seberat +-3kg yang
benar seluruhnya milik PT. RSA dan
seluruhnya adalah barang-barang milik terdakwa mengambil barang tersebut majikannya (saksi Pelapor HJ. SITI diatas tanpa ijin dan sepengetahuan AISYAH MR SOEKARNO PUTRI) pemiliknya yaitu PT. RSA dengan yang telah diambil Terdakwa tanpa seijin maksud akan dimiliki untuk bibit saksi Pelapor.
tanaman dan perbuatan terdakwa tersebut
Bahwa Pemohon KasasiJaksa Penuntut mengakibatkan PT. RSA menderita Umum berhasil membuktikan bahwa kerugian sebesar Rp. 30.000,- (tiga puluh putusan judex facti (Pengadilan Negeri) ribu rupiah). Karena semua unsur-unsur adalah putusan bebas tidak murni;
yang terkandung dalam pasal-pasal
Menimbang,
bahwa
berdasarkan 362 KUHP telah terpenuhi, hakim
pertimbangan-pertimbangan
tersebut berkeyakinan bahwa terdakwa Mina
Mahkamah
Agung
berpendapat dinyatakan terbukti secara sah dan
Terdakwa terbukti
telah bersalah meyakinkan bersalah melakukan tindak
melakukan tindak pidana sebagaimana pidana sebagaimana dalam dakwaan, dimaksud dalam dakwaan Pemohon melanggar pasal 362 KUHP karena KasasiJaksa Penuntut Umum, oleh itu terdakwa harus dihukum sesuai
karena itu Terdakwa harus dihukum; 21 dengan perbuatannya tersebut.
Dalam pertimbangan hakim di atas ditemukan bahwa unsur perbuatan
pidanalah yang dicari, sejatinya dalam putusan hakim, ia harus melihat kepada,
landasan filosofis, sosiologis, yuridis ke tiga landasan ini sudah seharusnya dimuat
dalam mempertimbangkan perbuatan Mina dan Rasmina oleh hakim, jika dilihat dari
lasndasan yuridis, maka Nenek Mina dan Rasmina telah melakukan perbuatan
pidana, dan perbuatan mereka telah memenuhi unsure pidana yang termuat dalam
pasal 362 KUHP, sementara lasndasan folosofis dan sosiologis terabaikan. Nilai
materil yang dirugikan oleh perbuatan mereka pun tidak besar, hal ini berbanding
terbalik dengan apa yang mereka pertanggung jawabkan.
4. Landasan Filosofis.
Hakim perlu melihat hal diluar dari undang-undang itu sendiri, nenek Mina dan Nenek Rasmina merupakan orang miskin yang tidak tau apa-apa tentang hukum, sudah seharusnya hakim sebagai abdi negara juga melihat hal ini, Pancasila sebagai dasar negara menginginkan keadilan sosia bagi seluruh Rakyat
21 Ibid., Hal 223-225
Indonesia, akan tetapi ada yang untuk makan saja dia harus mencuri, Nenek mina dan Rasmina sudah seharusnya dibebaskan, sebab negara dianggap gagal memenuhi kebutuhan mereka.
Pancasila dan Alinea kedua Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kata melindungi disini mempunyai pengertian yang sangat jelas, haruslah orang- orang seperti Mina dan Rasmina ini dilindungi oleh negara, fungsi negera harus terwujud kepada orang-orang seperti ini.
Dalam pasal 34 UUD 1945, negara memberikan jaminan kepada orang- orang seperti ini, orang miskin dipelihara oleh negara, pelihara bukan dalam hal kebutuhan pokok saja, akan tetapi perlindungan hukum pun perlu diberikan kepada mereka, Hakim sudah seharusnya menjadikan Pancasila sebagai dasar dalam mengambil dan memutuskan suatu perkara, Keadilan sosial berarti suatu hirarkhi, bahwa keadilan untuk rakyat banyak dan lebih penting dibandingkan kedilan untuk kelompok tertentu. Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa keadilan sosial berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, dimanapun tanpa terkecuali. Tidak boleh ada diskriminasi keadilan terhadap siapapun, terhadap kelompok manapun, juga terhadap minoritas. Diskriminasi akan memicu perpecahan dalam masyarakat, yang bisa menggerus nilai-nilai luhur yang dimiliki rakyat Indonesia sejak dahulu.
Pancasila yang merupakan fundamental norma dalam proses penegakan hukum seharusnya menjadi guiding star dalam setiap putusan hakim, artinya bahwa dalam memutuskan suatu perkara hakim tidak seharusnya hanya melihat pada apa yang dikatakan oleh undang-undang saja tetapi hakim juga harus menggali nilai-nilai keadilan yang ada dalam pancasila. Hakekat dari norma dasar adalah syarat bagi berlakunya suatu kontitusi, norma dasar terlebih dahulu ada
sebelum adanya konstitusi atau Undang-undang Dasar. 22 Sila ke-lima (5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang memiliki cita hukum (Rechtsidee)
bahwa keadilan yang dihadirkan oleh hukum Indonesia hendaknya dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 23 Tujuan hukum adalah keadilan,
kemanfaatan dan kepastian, idealnya hukum memang harus mengakomodasikan ketiganya. Putusan hakim merupkan hukum. Oleh sebab itu pentingnya landasan filosofis bagi hakim sangat munjunjung meraka dalam memberikan keadilan bagi pencari keadilan. Undang-undang memberikan kewenangan bagi hakim dalam menemukan hukum. Jadi tidaklah salah apabila hakim memutuskan dengan pertimbangan status sosial dari kedua nenek ini.
Mina yang disidang tanpa didampingi pengacara mengaku tidak tahu liku- liku acara pengadilan, dengan prosedur-prosedur yang diatur secara formal dalam bahasa Indonesia yang sepanjang hidup tinggal di desa dan hanya ,menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Yang dipikirkan
22 Teguh Praseryo, Hukum Dan System Hukum Berdasarkan Pancasila, Media Perkasa, Yogyakarta, 2013, hal 69.
23 Erwin Muhamad, Filsafat Hukum, Op.cit., hal 123 23 Erwin Muhamad, Filsafat Hukum, Op.cit., hal 123
Melihat biaya transportasi tersebut, maka pertanyaan yang timbul, apakah perbuatan Mina tersebut merugikan orang lain?, mina yang miskin karena ingin mematuhi hukum yang berlaku maka dia harus mengutang pada tetangganya, lalu diamana kedudukan negara? Yang sudah mestinya menjamin hal-hal seperti ini, sudah seharusnya jaksa dapat berpean aktif pada saat menghadirkan Mina ke pengadilan, maka jaksa sudah harus menanggung beban pulang pergi Mina ke Kampungnya, oleh sebab itu diperlukan hakim dapat melihat hal-hal seperti ini, apakah sebuah kasus itu layak diputuskan hanya dengan mempertimbangkan factor yuridis saja.
5. Politik Hukum. Posisi Norma Sanksi Pidana dalam Undang-Undang
Sejatinya, masalah sanksi menjadi isu penting dalam hukum pidana karena dipandang sebagai pencerminan sebuah norma dan kaidah yang mengandung tata nilai yang ada di dalam sebuah masyarakat. Adanya pengaturan dan penjatuhan sanksi muncul akibat adanya reaksi dan kebutuhan masyarakat terhadap pelanggarankejahatan yang terjadi. Untuk itu, Negara sebagai perwakilan dari masyarakat menggunakan kewenangannya dalam mengatasi permasalahannya melalui kebijakan pidana (criminal policy). Salah satu kebijakan pidana yang Sejatinya, masalah sanksi menjadi isu penting dalam hukum pidana karena dipandang sebagai pencerminan sebuah norma dan kaidah yang mengandung tata nilai yang ada di dalam sebuah masyarakat. Adanya pengaturan dan penjatuhan sanksi muncul akibat adanya reaksi dan kebutuhan masyarakat terhadap pelanggarankejahatan yang terjadi. Untuk itu, Negara sebagai perwakilan dari masyarakat menggunakan kewenangannya dalam mengatasi permasalahannya melalui kebijakan pidana (criminal policy). Salah satu kebijakan pidana yang
Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum yang berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia dalam penegakannya harus memperhatikan 3 (tiga) unsur fundamental hukum, antara lain: kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit) dan keadilan (Gerechtigkeit). Oleh karena itu, dalam menentukan pemberian sanksi pidana dalam suatu undang-undang perlu memperhatikan ketiga unsur fundamental hukum tersebut karena pada dasarnya itulah yang menjadi hakikat dari tujuan hukum.
Dalam undang-undang lainnya, konstruksi norma sanksi pidana dalam bagian Ketentuan Pidana dalam sebuah Undang-undang dari perspektif penafsiran sistematis, sanksi pidana selalu ditempatkan lebih dahulu ketimbang sanksi administratif maupun sanksi denda. Misalnya dalam ketentuan Pasal 104 UU Perdagangan, pada frasa,”pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun) danatau denda paling banyak Rp.5000.000.000,00 (lima milyar rupiah). Selain itu frasa “danatau” memuat makna kumulatif dan alternatif. Artinya dapat dijatuhi pidana penjara saja, pidana denda saja, atau bahkan keduanya.
Penerapan sanksi hukum pidana juga tidak selalu menyelesaikan masalah karena ternyata dengan sanksi pidana tidak terjadi pemulihan keadilan yang rusak oleh suatu perbuatan pidana. Oleh karena itu konsep keadilan restoratif perlu
menjadi pertimbangan dalam pemulihan keadilan terhadap suatu tindakan pidana. 24
Konsepsi hukum pidana menempatkan hukum pidana sebagai ultimum remedium. Suatu perbuatan yang pada dasarnya bukan merupakan suatu tindak pidana, sepatutnya tidak dijatuhi sanksi pidana. Sanksi denda ataupun sanksi administratif merupakan solusi tepat agar kedudukan hukum pidana tetap sebagai ultimum remedium dan bukan menjadi primum remedium. Artinya penetapan suatu perbuatan itu dikategorikan suatu tindak pidana, maka perlu dilihat terlebih dahulu
25 apakah perbuatan itu merupakan mala in se 26 atau mala prohibita . Jika perbuatan itu termasuk kategori mala prohibita, maka penetapan status sebagai perbuatan
pidana merupakan politik hukum terbuka (open legal policy) dari pembentuk undang- undang. Dengan demikian dalam membuat suatu produk hukum, konsepsi hukum pidana sebagai ultimum remedium dan konsepsi mala in se dan mala prohibita,
24 Jurnal Konstitusi, Volume 12, Nomor 4, Desember 2015
25 Mala in se atau malum in se atau biasa disebut mala per se berasal dari bahasa latin yaitu suatu perbuatan yang dianggap sebagai sesuatu yang jahat bukan karena diatur demikian atau dilarang
hukum positif atau Undang-Undang (UU), melainkan pada dasarnya perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajaran, moral dan prinsip umum masyarakat yang beradab. Artinya tanpa sebuah UU menentukan perbuatan tersebut sebagai kejahatan atau delik, perbuatan tersebut merupakan kejahatan yang natural. Dalam terminologi bahasa Inggris disebut natural crime. Mala in se adalah “acts wrong in themselves acts morally wrongoffenses against conscience”.
26 Mala prohibita atau malum prohibitum, mengacu kepada perbuatan yang tergolong kejahatan karena diatur demikian oleh hukum positif atau oleh Undang-Undang. Mala prohibita merupakan “
acts wrong because they are prohibitedprphibited wrongs or offenses acts which are made offenses by positive laws”. Pada umumnya mala in prohibita dirumuskan tanpa mensyaratkan niat jahat (mens rea) pelakunya.
dan konsepsi hak asasi manusia harus menjadi pertimbangan dalam membuat produk hukum yang humanis.
Pencantuman sanksi pidana dalam suatu undang-undang bukanlah suatu kewajiban atau keharusan seperti yang selama ini terjadi. Pencantuman sanksi pidana hampir di setiap Undang-undang atau menjadikan sanksi pidana sebagai primum remedium merupakan pandangan keliru yang sebaiknya mulai diperbaiki. Selain dipandang tidak efektif, perlu diingat kembali bahwa seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan sosial yang dinamis, pemikiran-pemikiran yang berasal dari teori absolut atau teori relatif sudah tidak sesuai dengan keadaan Negara Indonesia sekarang. Untuk itu, hendaknya Indonesia sudah meninggalkan pemikiran-pemikiran aliran klasik dan mulai menerapkan hukum pidana modern yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman.
Idealnya, pencantuman sanksi pidana dalam Undang-undang mengacu pada prinsip ultimum remedium, yakni penggunaan sanksi pidana merupakan sarana terakhir dalam mengatasi masalah kejahatan di masyarakat. Untuk itu pembentuk Undang-undang perlu menyadari bahwa dalam pencantuman sanksi pidana dalam Undang-undang diperlukan rasionalitas dan proporsionalitas. Rasionalitas maksudnya yaitu hanya dapat diberikan dengan alasan yang dapat dibenarkan. Sementara itu proporsionalitas yaitu pemberian sanksi pidana perlu diseimbangkan dengan kebutuhan Negara dalam rangka menjaga, melindungi dan mempertahankan
ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. Menyitir pendapat Bassioni Dalam buku Teguh Prasetyo, pidana hanya dapat dibenarkan apabila ada kebutuhan yang bermanfaat bagi masyarakat dan sebaliknya pidana yang tidak diperlukan, tidak dapat dibenarkan dan berbahaya bagi masyarakat.
Dalam kasus Minah dan Rasmina, maka sudah seharusnya hakim mempertimbangkan asas keadilan dan asas kemanfataan juga, Mina dan Rasmina merupakan orang miskin yang buta hukum, dan membutuhkan perlindungan negara, jika orang miskin sperti mereka dipidanakan hanya dengan mempertimbangkan Undang-undang semata, maka keadilan sebagai tujuan dari hukum akan sulit dicapai, pemidanaan sudah seharusnya dijadikan sebagai titik akhir, bukan langkah awal dalam kasus ini, pada saat mereka dipanggil ke kantor polisi, itu sudah merupakan sanksi terberat bagi mereka.
B. Analisis
1. Kedudukan hakim dalam Sistem peradilan Pidana
a. Pengertian sistem peradilan pidana
Sistem Peradilan Pidana (SPP) yang dikenal di Indonesia sebenarnya merupakan terjemahan sekaligus penjelmahan dari “Crimanl Justice System”. Untuk pertama kalinya istilah ini diperkenalkan oleh pakar hukum pidana dan parah ahli dalam Crimanl Justice Science karena ketidak puasaan terhadap mekanisme kerja aperatur penegak hukum dan institusi penegakan hukum yang dibuktikan dengan meningkatnya kriminalitas di Amerika Serikat pada
27 Teguh Prasetyo., Kriminalisasi Dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa Media,2011, hal 47.
tahun 1960-an. Dalam Black Law Dictionary, Criminal Justice System diartikan sebagai ”the network of court and tribunals which deal with criminal law and it’s enforcement”. Pengertian ini lebih menekankan pada suatu
pemahaman baik mengenai jaringan di dalam lembaga peradilan maupun pada fungsi dari jaringan untuk menegakan hukum pidana. Jadi, tekanannya bukan semata-mata pada adanya penegakan hukum oleh peradilan pidana, melainkan lebih jauh lagi dalam melaksanakan fungsi penegakan hukum tersebut dengan membangun suatu jaringan.
Menurut Neil C. Chalin, pada mulanya di Amerika Serikat komponen SPP hanyalah terdiri atas, Polisi, Pengadilan dan Lembag Permasyarakatan yang bertujuan untuk menanggulangi kejahatan yang timbul didalam tata kehidupan mayarakat pada tingkat local government. Ia menyatakan:
“Basically the American Criminal Justice System is composed of police, Courts and corrections in local, state and Federal levels. These criminal justice component function separately and together with majority of activities accuring at the local level of government ( City
and Country)”. 28 (Pada dasarnya Sistem Peradilan Pidana Amerika terdiri dari polisi, Pengadilan dan koreksi di tingkat lokal, negara
bagian dan federal. Komponen peradilan pidana ini berfungsi secara terpisah dan bersamaan dengan sebagian besar kegiatan yang dilakukan di tingkat pemerintah daerah (Kota dan Negara).
28 Neil C. Chalin Et.Al., Introduction To Criminal Justice, New Jersey; Pretince-Hall, 1975, hal
Dalam kurung waktu akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970, criminal justice sebagai disiplin studi tersendiri telah menggerser posisi law enforcement atau police studies, yang di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa menjadi model dominan dengan menitikberatkan pada the administration of justice dan memberikan perhatian yang sama terhadap
semua komponen dalam penegakan. 29 Pendekatan yang dipergunakan dalam penegakan hukum adalah pendekatakn hukum dan ketertiban (law and order
approach). Adapun penegakan hukum dalam konteks pendekatannya dikenal dengan istilah law enforcemen. 30 Yang mengedepankan aspek hukum dalam
melakukan penanggualngan kejahatan dengan kepolisian sebagai pendukung utama. Efektivitas maupun efesiensi kerja organisasi kepolisian sangat menentukan berhasil atau tidaknya penanggulanga kejahatan, karena dalam praktiknya, pihak kepolisian banyak dihadapkan pada berbagai kendala, baik
yang bersifat operasional maupun prosedur-legal. 31
salah satu dari tujuan hukum adalah menciptakan ketertiban masyarakat, salah satu unsur untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat adalah adanya penegakan hukum atau peradilan yang bebas, mandiri, adil, dan konsisten dalam melaksanakan atau menerapakan peraturan hukum yang ada dan dalam menghadapi pelanggaran hukum, oleh suatu struktur badan yang
29 Hari Pratama Tegug Dan Usep Saepullah, Teori Dan Praktik Hukum Acara Pidana Khusus, Cv Pustaka Setia, Bandung, 2016, hal 285
30 Romli Atmasadmita, Sistem Peradilan Pidana Perspektif Eksistensialisme Dan Abolisionism, Binacipta, Bandung, 1996, hal 7
31 Indrianto Seno Adji, Arah Sistem Peradilan Pidana, Kantor Pengacara Konsultan Hukum Prof, Umar Seno Adji Dan Rekan, Jakarta, 2001, hal 4 31 Indrianto Seno Adji, Arah Sistem Peradilan Pidana, Kantor Pengacara Konsultan Hukum Prof, Umar Seno Adji Dan Rekan, Jakarta, 2001, hal 4
Struktur lembaga-lembaga SPP yang terbentuk
sebagai suatu tata urutan mulai penyidikan, penuntutan, pengadilan dan lembaga Permasyarakatan, menunjukan bahawa SPP terangkai dalam unsur- unsur (sub) yang mempunyai peran masing-masing secara utuh untuk menunjukan adanya mata rantai yang terpadu untuk memperoleh tujuan akhir, oleh karena itu kegiatan salah satu unsur tersebut hanya merupakan tahapan
atau bagian dari kegiatan yang utuh untuk mencapai tujuan bersama. 33
Dalam perkembangan SPP di Indonesia mengalami perluasan arti dan tujuannya, dikatakan oleh Mardjono Reksodiputro, bahwa SPP (criminal justice sistem) adalah operasionalisasi atau sistem yang bertujuan untuk mengendalikan terjadinya kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi
yang dapat diterima. 34 Norval Morris Menyatakan:
The Criminal Justice System is best seen as a crime containment system, one of the methods thad society uses to keep crime at whatever level each particular culture is willing to acep. But, to a degree, the criminal justice system is also involved in the secondary prevention of crime, that is to say, in trying to reduka criminality among those who have been convicted of crimes and trying by deterrent processe os detections, conviction, and punishment to reduce the commission of
crime by those who are so minded and so acculturated. 35 (Sistem Peradilan Pidana paling baik dipandang sebagai sistem