T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaturan Pidana Pendanaan Terorisme Sebelum dan Sesudah Berlakunya UndangUndang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme T1 BAB I

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada intinya dalam upaya untuk memerangi terorisme, perlu memotong
jaringan keuangan yang digunakan untuk melakukan kejahatan
terorisme.
2. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme
pengaturan mengenai tindak pidana pendanaan terorisme diatur dalam
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Undang-Undang No. 6 Tahun
2006 tentang pengesahan International Convention for the Suppression
of the Financing of Terrorism 1999 dan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
3. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pendanaan terorisme sebelum adanya Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme belum dapat mengkriminalisasi tindak pidana pendanaan

terorisme karena belum mengatur pencegahan dan pemberantasan tindak

53

pidana pendanaan terorisme secara memadai, komprehensif dan tegas
serta peraturan tersebut dirasa belum optimal dalam mengkriminalisasi
kegiatan pendanaan terorisme tersebut.
4. Dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme pengaturannya
tidak hanya terbatas pada pendekatan dengan cara mengejar pelaku
sehingga dapat dijatuhi hukum sesuai peraturan perundang-undangan
yang hal tersebut tidak membuat perbuatan atau kegiatan teror ini
berhenti, karena jaringan yang begitu luas dan tersembunyi membuat
eksistensi mereka terjaga tetapi melakukan pendekatan follow the
money dengan maksud agar kegiatan terorisme ini tidak dapat

menjalankan rencana-rencananya untuk melakukan teror itu sendiri.
5. Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme,
hakim dalam memutus perkara pendanaan terorisme dalam putusan

pertama diatas salah satunya dikenai pidana Undang-Undang No.8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang yang dalam rumusan pasal 3 tersebut mengenai asal –
usul uang yang diterima dalam pendanaan terorisme. Uang tersebut harus
berasal dari perbuatan illegal atau berasal dari tindak pidana, sedangkan
jika asal uang tersebut bukan merupakan hasil tindak pidana maka
perbuatan tersebut tidak dapat dikenakan dalam pasal tersebut. Setelah
berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pencegahan
54

dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme, perkara
pendanaan terorisme di jatuhkan pidana dengan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pendanaan Terorisme mengingat terdapat asas dalam hukum pidana yang
menyatakan hukum yang khusus mengesampingkan hukum yang umum
dan rumusan dalam Pasal 4 UU pendanaan terorisme tersebut diatas
mengenai tujuan menggunakan dana dalam berbagai macam dan
berbagai bentuk apapun dengan maksud untuk tujuan terorisme maka
dana yang dikumpulkan dan disediakan baik dalam bentuk dana legal
maupun Illegal dengan maksud tujuan digunakan untuk mendanai

kegiatan terorisme maka dikatakan sebagai tindak pidana pendanaan
terorisme.

55