Sistem Pengelolaan Sampah Di Jepang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Sebagai makhluk sosial dan bermasyarakat, manusia tidak dapat hidup tenang
dengan membuang sampah sembarangan. Bahkan sampah bisa diolah menjadi
keperluan manusia sehari-hari. Kehidupan di Jepang seperti yang kita ketahui
memiliki lingkungan yang bersih dan nyaman. Meskipun lingkungan di Jepang
bersih, jarang ditemukan tong sampah di sepanjang perjalanan. Banyak wisatawan
yang pergi ke Jepang, mengantongi sampah yang ingin dibuang atau memasukkannya
ke dalam tas untuk di buang kemudian. Hal ini menjadi salah satu keluhan para
wisatawan yang berkunjung ke Jepang. Meskipun menemukan tempat sampah di
Jepang, biasanya ada beberapa kotak sampah dengan tempat sampah sesuai jenisnya.
Kedisiplinan dan kepedulian di Jepang memang sangat tinggi, sehingga masyarakat
Jepang mampu menjaga lingkungan hidup nya dengan baik.
Di setiap kota di Jepang di kampanyekan slogan utsukushii kuni ( negara
Jepang yang cantik). Kebersihan memang menajdi ciri utama Jepang yang sangat
sulit di temukan di negara lain. Secara umum kota-kota di Jepang sangat bersih.
Bukan hanya sepanjang jalan utama, namun lebih jauh ke dalam dan di gang-gang
kecil, bahkan di sepanjang aliran sungai.
Sekitar 40 tahun yang lalu, orang jepang belum melakukan pemilahan
sampah. Di tahun 1960 dan 1970-an, masyarakat Jepang masih rendah kepeduliannya

pada masalah pembuangan dan pengelolaan sampah. Pada saat itu, Jepang bangkit
1

menjadi negara industri, sehingga mereka tidak terlalu perduli masalah lingkungan
hidup. Misalnya terjadi kasus pencemaran Minamata saat pabrik Chisso Minamata
membuang limbah merkuri ke laut dan mencemari ikan serta hasil laut lainnya. Para
nelayan dan warga sekitar yang makan ikan dari laut, di sekitar Minamata menjadi
korban sehingga di tahun 2001 tercatat lebih dari 1700 korban meninggal dunia
akibat limbah merkuri.
Di tahun 60 dan 70-an, kasus polusi, pencemaran lingkungan, keracunan,
menjadi bagian dari industri Jepang. Pada tahun 1970-an mulai bangkit gerakan
masyarkat peduli lingkungan atau “chonakai” di berbagai kota di Jepang. Masyarakat
menggalang kesadaran warga tentang cara membuang sampah, dan memilah-milah
sampah, sehingga memudahkan dalam pengelolaannya. Gerakan ini menganut tema
3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle yang artinya mengurangi pembuangan sampah,
menggunakan kembali, dan daur ulang.
Sebagai contoh, sekedar membuang sampah saja sudah menjadi tugas yang
rumit,seperti sistem pembuangan sampah di dua tempat, yaitu Shinjuku (distrik
perkantoran, perbelanjaan dan tempat tinggal di pusat Tokyo), dan di kota
Yokohama. Pada dasarnya, pemda menginginkan agar toko dan bisnis mengurus

sendiri pembuangan dan pengambilan sampah mereka (melalui perusahaan
pengambil sampah dan perusahaan pemungut barang-barang yang dapat didaur
ulang). Namun pemda bersedia menangani sampah dari toko asal saja kurang dari 50
kg per hari, dan untuk itu toko harus menempelkan stiker khusus (stiker bayar).

2

Khusus untuk sampah dengan berat lebih dari 50kg, pihak yang akan membuang
sampah harus membayar sejumlah uang 600 Yen atau Rp. 60.000,Pada tahun 1991 Jepang memperlakukan undang-undang daur ulang bertujuan
untuk mengurangi volume sampah dan meningkatkan tindakan daur ulang. Sehingga
setiap rumah tangga di Jepang tidak bisa begitu saja memasukkan semua sampah ke
dalam satu kantong, karena sampah harus dipilih dan di masukkan secara terpisah.
Selain adanya pemisah,masyarakat juga tidak bisa membuang sampah sembarangan
waktu. Setiap jenis sampah hanya boleh di buang pada waktu yang ditentukan.
Sehingga terbentuklah masyarakat yang disiplin dan selalu menjaga lingkungan hidup

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis memilih judul kertas karya ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah di Jepang
2. Untuk mengetahui sistem daur ulang botol bekas di Jepang

3. Untuk mengetahui pemanfaatan sampah di Jepang
4. Untuk mengetahui proses pembuangan akhir sampah di Jepang
1.3 Batasan Masalah
Penulis akan memfokuskan pembahasan ketas karya ini pada sistem
pengelolaan sampah di Jepang. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan
mengembangkan bagian-bagian, dan cara pengelolaan sampah di Jepang.

3

1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode
kepustakaan (library research). Metode kepustakaan adalah teknik pengumpulan
bahan atau data dengan membaca buku yang terkait dengan pengambilan judul.
Kemudian data-data tersebut dikumpulkan, dianalisis dan dituliskan dalam masingmasing bab. Selain itu, penulis juga memanfaatkan teknologi internet sebagai
referensi tambahan supaya data yang didapatkan menjadi lebih akurat dan jelas.

4