Sistem Pengelolaan Sampah Padat di Wilay

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki
potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak
dimanfaatkan dan memberikan sumbangan yang berarti, baik bagi
peningkatan taraf hidup masyarakat maupun sebagai penghasil devisa
negara yang sangat penting.
Aktifitas

perkonomian

yang

dilakukan

di

kawasan

pesisir


diantaranya adalah kegiatan perikanan (tangkap dan budidaya), industri
dan pariwisata. Selain dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian,
wilayah pesisir juga digunakan sebagai tempat membuang limbah dari
berbagai aktifitas manusia, baik dari darat maupun di kawasan pesisir itu
sendiri. Kegiatan ini memberikan dampak yang tidak diharapkan dari
kondisi biofisik pesisir yang dikenal sangat peka terhadap perubahan
lingkungan. Salah satu jenis perairan yang akan terkena dampak adalah
perairan estuaria.
Estuaria merupakan suatu habitat yang bersifat unik karena
merupakan tempat pertemuan antara perairan laut dan perairan darat.
Namun wilayah pesisir juga kerap mendapat tekanan ekologis berupa
pencemar yang bersumber dari aktifitas manusia. Melimpahnya bahan
pencemar tersebut di wilayah pesisir merupakan ancaman yang serius
terhadap kelestarian perikanan laut. Menurut Dahuri (1996) akumulasi
limbah yang terjadi di wilayah pesisir, terutamadiakibatkan oleh tingginya
kepadatan populasi penduduk dan aktifitas industri.

1

Kondisi seperti ini disinyalir juga terjadi di perairan muara Sungai

Kampar. Muara Sungai Kampar merupakan gabungan dari beberapa aliran
sungai besar dan anak sungai yang terdapat di Provinsi Riau. Aliran air
yang masuk ke muara Sungai Kampar mengindikasikan banyak
mengandung bahan pencemar. Hal ini terjadi karena di sepanjang sungai
yang mengalir ke muara Sungai Kampar terdapat banyak pabrik-pabrik
atau kegiatan industri yang beroperasi dan membuang limbahnya ke
sungai. Pabrik yang paling besar masuk ke aliran adalah jenis pabrik
kertas yaitu PT. RAPP (Riau Andalan Pulp andPaper).
Masuknya bahan pencemar ke dalam perairan muara sungai ini akan
mengakibatkan terjadinya kerusakan pada berbagai organ tubuh, bahkan
bukan

tidak

mungkin

dapat

mengakibatkan


kematian

serta

mengakibatkan spesies tertentu yang rentan terhadap bahan pencemar
menjadi hilang/punah sehingga spesies ikan yang dijumpai menjadi
berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Dahuri dan Arumsyah (1994)
bahwa

masuknya

bahan

pencemar

ke

dalam

perairan


dapat

mempengaruhi kualitas perairan. Apabila bahan yang masuk ke perairan
melebihi kapasitas asimilasinya, maka daya dukung lingkungan akan
menurun. Sehingga menurun pula nilai perairan dan peruntukan lainnya.
Bahan pencemar yang masuk ke muara sungai dan estuari akan
tersebar dan akan mengalami proses pengendapan, sehingga terjadi
penyebaran zat pencemar. Besar kecilnya nilai kisaran dari parameter
terukur tergantung dari volume air pengencer, toksisitas/intensitas bahan
pencemar, iklim, kedalaman, arus, topografi dan geografi, sehingga terjadi
perubahan sifat fisik, kimia dan biologi dan ketiganya akan saling
berinteraksi. Apabila salah satu factor terganggu atau mengalami

2

perubahan akan berdampak pada ekologi perairan. Penyebaran bahan
pencemar terutama logam berat dalam perairan dengan proses
pengendapan akan mempengaruhi siklus hidup dari hewan perairan
terutama ikan.

Dengan terjadinya proses pengendapan bahan pencemar di dasar
perairan akan memberikan dampak terakumulasinya bahan pencemar
dalam tubuh organisme melalui rantai makanan. Ikan baung salah satu
jenis ikan yang hidup di dasar perairan Sungai Kampar dan banyak
dikonsumsi oleh masyarakat setempat,padahal ikan baung baik secara
langsung maupun tidak langsung, terkena dampak dari bahan pencemar
yang berada di dasar perairan atau dengan kata lain akan terkontaminasi
bahan pencemar. Mengingat ikan baung banyak hidup di dasarperairan
Sungai Kampar yang sudah tercemar, namun masih belum ada informasi
mengenai hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian terhadap
kandungan bahan pencemar terutama logam pada ikan baung.

3

B. Tujuan
Ada pun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahuai pengertian sampah, pengelolaan sampah dan kawasan
pesisir.
2. Untuk mengetahui bagaimana pembagian sampah padat
3. Untuk mengetahui bagaimana konsep pengelolaan sampah

4. Untuk mengetahui bagaimana pengolahan Sampah secara umum dan
pengolahan sampah di kawasan pesisir.
5. Unuk mengetahui pengolahan sampah dan dampaknya bagi masyarakat dan
lingkungan.

4

BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sampah, Pengelolaan Sampah dan Kawasan Pesisir
Kata sampah sudah merupakan hal yang lumrah, mendengar kata
sampah sudah terbesit dalam pikiran kita bahwa sampah itu merupakan
sesuatu yang sudah tidak digunakan lagi dan ingin dibuang. Namun
menurut WHO, defenisi sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Seperti yang telah diketahui secara umum,bahwa sampah dapat
membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila
sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada
pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak

kesehatan yang serius.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan ,
pemrosesas, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah.
Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya
terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga
dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam . Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahl
ian khusus untuk masing masing jenis zat.
Definisi kawasan pesisir dari pendekatan ekologis adalah daerah
pertemuan darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian
daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh

5

sifat laut seperti angin laut, pasang surut dan intrusi air laut; sedangkan
batas ke arah laut mencakup bagian perairan pantai sampai batas terluar
dari paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses alamiah yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar serta proses yang
disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya penggundulan hutan,

pencemaran industri/domestik, limbah tambak, atau penangkapan ikan.
Jika dilihat dari pendekatan administrasi, kawasan pesisir adalah kawasan
yang secara administrasi pemerintahan mempunyai batas terluar sebelah
hulu dari kecamatan atau kabupaten atau kota dan ke arah laut sejauh 12
mil dari garis pantai untuk propinsi atau sepertiganya untuk kabupaten
atau kota.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan
negara berkembang , berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah
pedesaan , berbeda juga antara daerah perumahan dengan daerah industri.
Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di
area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

6

B. Pembagian Sampah Padat
Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa kategori, seperti berikut:
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya,
Organik, misalnya, sisa makanan.


Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu dan lain-lain.

2. Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar
Mudah tertbakar, misalnya: Kertas pelastik, daun kering, kayu.

Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas dan lain-lain.

3. Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
Mudah membusuk misalnya, makanan, potongan daging, dan
sebagainya.
Sulit membusuk, misalnya, plastic, kaleng, karet dan sebagainya.

4. Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

7

Garbage, terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk dan dapat
terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. Proses
pembusukan sering kali menimbulkan bau busuk. Sampah jenis

ini dapat ditemukan di tempat pemukiman, rumah makan, rumah
sakit, pasar dan sebagainya.
Rubbish, terbagi menjadi dua

- Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat-zat organic, misalnya
kertas, kayu, karet, daun kering dan sebagainya.
Ashes, semua sisa pembakaran dari industry

Street sweeping, sampah dari jalan atau trotoar akibat aktifitas
mesin atau manusia.
Dead animal, bangkai binatan besar(anjing, kucing dan
sebagainya yang mati akibat kecelakaan).
House hold refuse, atau sampah campuran (misalnya garbage,
ashes, rubbish) yang berasal dari perumahan.
Abandoned vehicle, berasal dari bangkai kendaraan.

8

Demolision waste, berasal dari sisa pembangunan gedung.


Kontructions waste, berasal dari sisa-sisa pembangunan gedung
seperti tanah, batu dan kayu.
Sampah industry, berasal dari pertanian, perkebunan dan
industry.
Santage solid, terdiri atas benda-benda solid atau kasar yang
biasanya berupa zat organic pada pintu masuk pusat pengolahan
limbah cair.
Sampah khusus, atau sampah yang memerlukan penanganan
khusus seperti kaleng dan zat radioaktif.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Sampah:
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk bergabtung pada aktivitas dan kepadatan
penduduk. Smakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk
Karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang.
Semakin meningkat aktivitas penduduk,sampah yang dihasilkan

9

semakin

banyak,

misalnya

pada

aktivitas

pembangunan,

perdagangan, industri, dan sebaginya.
2. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai.
Pengumpulan sampah dengan menggunakan gerobak lebih lambat
jika dibandingkan dengan truk.
3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai
kembali.
Metode ini dilakukan karena bahan tersebut masih memiliki nilai
ekonomi bagi golongan tertentu. Frekuensi pengambilan dipengaruhi
oleh keadaan , jika harganya tinggi, sampah yang tertinggal sedikit.
4. Factor geografis.
Lokasi tempat pembuangan apakah di daerah pegunungan, lembah
pantai, atau di daratan rendah.
5. Faktor waktu.
Bergabtung pada factor harian, mingguan, bulanan, atau tahuna.
Jumlah sampah per hari bervariasi menurut waktu. Contoh, jumlah
sampah pada siang hari lebih banyak dari pada jumlah di pagi hari,
sedangkan sampah di daerah pedesaan tidak begitu bergabtung pada
factor waktu.
6. Faktor social ekonomi dan budaya

10

Contoh, adat-istiadat dan taraf hidup dan mental masyarakat.
7. Pada musim hujan, sampah mungkin akan tersangkut pada
selokan,pintu, air, atau pennyaringan air limbah.
8. Kebiasaan masyarakat
Contohnya jika seseorang suka mengkonsumsi satu jenis makanan
atau tanaman, sampah makanan itu akan meningkat.
9. Kemajuan teknologi.
Akibat kemajuan teknologi, jumlah sampah dapat meningkat. Contoh,
plastik, kardus, rongsokan, AC, TV dan sebagainya.
10. Jenis sampah.
Makin maju tingakt kebudayaan suatu masyarakat, semakin kimpeks
pula jenis sampahnya.

Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber
berikut:
1. Pemukiman penduduk

11

Sampah di suatu pemukiman biasanya dihasilkan oleh satu atau
beberapa keluarga yang tinggal dalam suatu daerah. Jenis sampah
yang dihasilkan biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses
pengolahan makanan
2. Tempat umu dan tempat perdagangan
Tempat umum adlah tempat yang memungkinkan banyak orang
berkumpul dan

melakukan

kegiatan

termasuk

juga

tempat

perdagangan. Jenis sampah yang diahasilkan dapat berupa sisa-sisa
makanan, sampah kering, abu, sampah khusus dan terkadang
sampah berbahaya.
3. Saran layanan masyarakat milik pemerintah
Saran layanan yang dimaksud antara lain tempat hiburan dan umum,
jalanan umum, tempat parker, tempat layanan kesehatan, pantai
tempat berlibur, dan saran apemerintahan yang lain. Tempat tersebut
biasanya menghasilkan sampah khususu dan sampah kering.
4. Industry berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industry makanan dan minumana,
industry kayu, industry kimia, industry logam, tempat pengolahahn
air botol dan air minum, dan kegitan industry lainnya. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, samapah kering,
dan sampah berbahaya lainnya.
5. Pertanian

12

Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian
seperti kebun, ladang, ataupun sawah yang mengasilkan sampah
berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah
pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.

C. Konsep pengelolaan sampah
Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang
berbeda dalam penggunaannya, antara negara-negara atau daerah.
Beberapa yang paling umum, banyak-konsep yang digunakan adalah:
Diagram dari hirarki limbah.

13

 Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi
sampah, menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang
mengklasifikasikan

strategi

pengelolaan

sampah

sesuai

dengan

keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hirarki limbah yang tetap
menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan
limbah hirarki adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari
produk-produk praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum
limbah.
 Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended Producer
Responsibility (EPR).(EPR) adalah suatu strategi yang dirancang untuk
mempromosikan integrasi semua biaya yang berkaitan dengan produkproduk mereka di seluruh siklus hidup (termasuk akhir-of-pembuangan
biaya hidup) ke dalam pasar harga produk. Tanggung jawab produser
diperpanjang dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas
seluruh Lifecycle produk dan kemasan diperkenalkan ke pasar. Ini
berarti perusahaan yang manufaktur, impor dan / atau menjual produk
diminta untuk bertanggung jawab atas produk mereka berguna setelah
kehidupan serta selama manufaktur.
 prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah
prinsip di mana pihak pencemar membayar dampak akibatnya ke
lingkungan. Sehubungan dengan pengelolaan limbah, ini umumnya
merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai dari
pembuangan.

14

D. Pengolahan Sampah
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan
tujuan untuk mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai
ekonomis sehingga mempunyai nilai faedah yang lebih tinggi agar menjadi
material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup. Secara umum,
ada beberapa metode dan tahapan di dalam poengolahan sampah
diantaranya:

15

1. Metode Penghindaran dan Pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah
pencegahan zat sampah terbentuk , atau dikenal juga dengan
"pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan
kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak ,
mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan
kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ),
mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang sekali
pakai (contohnya kertas tissue) ,dan mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama
(contoh, pengurangan bobot kaleng minuman).
2. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan
Metode pengumpulan sampah bervariasi dan berbeda-beda antar
negara dan kawasan. Jasa pengumpulan sampah rumah tangga
biasanya disediakan oleh pemerintah daerah atau perusahaan
swasta. Pada beberapa negara berkembang, jasa pengumpulan
sampah yang resmi tidak tersedia. Sampah yang berada di lokasi
sumber ( kantor, rumah tangga, hotel dan sebagainya) di tempatkan
dalam tempat penyimpanan sementara (tempat sampah). Sampah
basah dan sampah kering sebaiknya dikumpulkan di tempat yang
terpisah untuk memudahkan pemusnahan.
Adapun tempat penyimapan sementara yang digunakan harus
memenuhi syarat berikut ini :

16

1. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor.
2. Memiliki tutp dan mudah dibuka tanpa mengotori tangan.
3. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang
Dari tempat penyimpana ini, sampah dikumpulkan kemudian
dimasukkan ke dalam dipo (rumah sampah) dipo ini berbentuk bak
besar yang digunakan untuk menampung sampah rumah tangga.
dan

bagi

pengumpulan

samph

yang

menggunakan

jasa

pengumpulan resmi biasanya dikumpulkan dalam konteiner sampah
dan diangkut secara berkala.
3. Tahap Pengangkutan
Dari tempat pengumpulan sampah, sampah diagkut ke tempat
pembuangan akhir atau pemusnahan sampah denga menggunakan
truk pengangkut sampahyang disediakan oleh dinas kebersihan
kota.
Truk sampah pemuatan depan yang biasa ada di Amerika utara.
4. Penimbunan Darat
Pembuangan

sampah

pada

penimbunan

darat

termasuk

menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode
paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah
yg ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang
dalam. Sebuah situs penimbunan darat yg di desain dan di kelola
dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang

17

hiegenis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yg tidak
dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan
berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah ,
menarik berkumpulnya hama , dan adanya genangan air sampah.
Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
dioksida yang juga sangat berbahaya. (di bandung kandungan gas
methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah).

Penimbunan darat sampah
Karakter desain dari penimbunan darat yang modern
diantaranya

adalah

metode

pengumpulan

air

sampah

menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah
biasanya

dipadatkan

untuk

menambah

kepadatan

dan

kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya
tikus).

18

Banyak

penimbunan

samapah

mempunyai

sistem

pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas yang
terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat
penimbunan dan dibakar di menara pemabakar atau dibakar di
mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.
Kendaraan pemadat sampah penimbunan darat.
5. Pemusnahan sampah
Pemusnahan sampah terbagi atas beberapa cara yaitu:
1. Pembakaran
Pabrik pembakaran di Vienna (Spittelau incineration plant).
Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran
zat sampah. Pengkremasian dan pengelolaan sampah lain yg
melibatkan temperatur tinggi baisa disebut "Perlakuan panas".
kremasi merubah sampah menjadi panas, gas, uap dan abu.
Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh
industri dalam skala besar. Hal ini bsia dilakukan untuk sampah
padat , cair maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai cara yang
praktis untuk membuang beberapa jenis sampah berbahaya,
contohnya sampah medis (sampah biologis). Pengkremasian
adalah metode yang kontroversial karena menghasilkan polusi
udara.
Pengkremasian biasa dilakukan dinegara seperti jepang
dimana tanah begitu terbatas ,karena fasilitas ini tidak
membutuhkan lahan seluas penimbunan darat.Sampah menjadi

19

energi (Waste-to-energy=WtE) atau energi dari sampah (energyfrom-waste = EfW) adalah terminologi untuk menjelaskan
samapah

yang

dibakar

dalam

tungku

dan

boiler

guna

menghasilkan panas/uap/listrik.Pembakaran pada alat kremasi
tidaklah selalu sempurna , ada keluhan adanya polusi mikro dari
emisi gas yang keluar cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan
pada zat dioxin yang kemungkinan dihasilkan di dalam
pembakaran dan mencemari lingkungan sekitar pembakaran.
Dilain pihak , pengkremasian seperti ini dianggap positif karena
menghasilkan listrik , contoh di Indonesia adalah rencana PLTSa
Gede Bage di sekitar kota Bandung.
Manfaat system ini adalah volume sampah dapat diperkecil
sampai sepertiganya, tidak memerlukan ruang yang luas, panas
yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap, dan
pengolahan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam
kerja yang dapat diataur sesuai dengan kebutuhan.
Kerugian yang ditimbulakan akibat penerapan metode ini
adalah membutuhkan biaya yang cukup besar, lokalisasi
pembuangan pabrik sukar didapat karena keberatan penduduk.
2. Metode Daur-ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari
sampah untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang.Ada
beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil bahan
sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan
yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode metode

20

baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan
dibawah.

Pengolahan kemabali secara fisik
Baja di buang , dipilih dan digunakan kembali.
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang ,
yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang
dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali
untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari
sampah

yang

sudah

dipisahkan

dari

awal

(kotak

sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang
sudah tercampur.

21

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum
aluminum , kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET ,
botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik
lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur
ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil
lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan
dikelompokan menurut jenis bahannya.
3. Pengolahan biologis
Pengkomposan.
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa
makanan atau kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses
biologis

untuk

kompos,

atau

dikenal

dengan

istilah

pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan
sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.
Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik
pengkomposan adalah Green Bin Program (program tong hijau) di
Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti
sampah dapur dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong
khusus untuk di komposkan.
4. Pemulihan energi
Komponen pencernaan Anaerobik di pabrik
Lübeck mechanical biological treatment di Jerman, 2007

22

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil
langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak
langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain.
Daur-ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari
menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan
sampai

menggunakannya

untuk

memanaskan

boiler

untuk

menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan
gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang berhubungan ,
dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin
oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan
tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi produk
berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa
selanjutnya bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif.
Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan untuk
mengkonversi

material organik

langsung

menjadi

Gas sintetis

(campuran antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian
dibakar untuk menghasilkan listrik dan uap.
Dan bagaimana pengolahan sampah di kawasan pesisir iu sendiri,
perlu diketahui bahwa pengolahan sampah di kawasan pesisr tidak jauh
beda dengan pengolahan sampah di daerah lainnya karena jenis sampah
yang dihailkan pun tidak jauh beda karena sampah yang dihasilkan di
kawasan pesisir ini sebagian besar bersal dari aktivitas rumah tangga.
Pada dasarnya,ada 3 hal yang mempengaruhi timbulanya sampah di
kawasan pesisir diantaranya :

23

1. Kesadaran masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas di lingkungan
pesisir, sering menganggap wilayah pantai sebagai tempat pembuangan
sampah yang gratis, relatif murah dan mudah (praktis). Hal ini selain
disebabkan tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, rendahnya
pendidikan, tingkat kesehatan yang tidak memadai, juga kurangnya informasi
tentang kebersihan lingkungan, telah menyebabkan perairan pesisir menjadi
“keranjang sampah” dari berbagai macam kegiatan manusia baik yang berasal
dari dalam wilayah pesisir maupun di luarnya (lahan atas dan laut lepas).
Akibatnya pembuangan sampah sembarangan telah mengurangi nilai
keindahan dan kenyamanan “kemolekan” lingkungan pantai.
2. Sebagai outlet dari daratan, sampah pesisir tidak bisa dilepaskan dari lahan
atas (up land). Aktivitas manusia di wilayah daratan (land based activity),
seperti membuang sampah di barangka dan selokan secara langsung
menyebabkan terjadinya banjir, dan pada gilirannya sampah tersebut
bermuara ke wilayah pesisir.
3. Sebagai kota pantai, sampah-sampah pesisir juga tidak dapat dilepaskan
dengan pola sirkulasi arus air sehingga mempengaruhi keberadaan sampah.
Untuk itu juga perlu ada kerjasama antar Pemerintah Daerah, seperti
peraturan daerah bersama terhadap model penanganan sampah pesisir.

Pengelolaan sampah pesisir perlu dielaborasi lebih jauh dengan
mempertimbangkan beberapa aspek yaitu:
1. Aspek Teknis

24

2. Aspek Kelembagaan
3. Aspek Manajemen dan Keuangan
Dengan 3 aspek ini, dapat dilakukan suatu rencana tindak (action
plan) yang meliputi:
1) Melakukan pengenalan karekteristik sampah pesisir dan
metoda penanganannya
2) Merencanakan dan menerapkan pengelolaan persampahan
secara

terpadu(pengumpulan,

pengangkutan,

dan

pembuangan akhir)
3) Memisahkan peran pengaturan dan pengawasan dari
lembaga yang ada dengan fungsi operator pemberi layanan,
agar lebih tegas dalam melaksanakan reward & punishment
dalam pelayanan,
4) Menggalakkan program Reduce, Reuse dan Recycle (3 R) agar
dapat tercapai program zero waste pada masa mendatang,
5) Melakukan pembaharuan struktur tarif dengan menerapkan
prinsip pemulihan biaya (full cost recovery) melalui
kemungkinan penerapan tarif progresif, dan mengkaji
kemungkinan penerapan struktur tarif yang berbeda bagi
setiap tipe pelanggan

25

6) Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih
bersahabat dengan lingkungan dan memberikan nilai
tambah ekonomi bagi bahan buangan.

E. Pengolahan Sampah dan Dampaknya Bagi Masyarakat dan Lingkungan
Manfaat pengelolaan sampah
1. Penghematan sumber daya alam
2. Penghematan energi
3. Penghematan lahan TPA
4. Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)

26

Bencana sampah yang tidak dikelola dengan baik
1. Longsor tumpukan sampah:
2. Sumber penyakit
3. Pencemaran lingkunga
Pengaruh

Pengolahan

Sampah

Terhadap

Masyarakat

dan

Lingkungan
Pengolahan sampah akan membawa pengaruh bagi masyarakat
dan lingkungan itu sendiri. Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif
dan ada yang negatif. Pengaruh positif yaitu:
4. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam
rawa-rawa dan dataran rendah.
5. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.
6. Sampah dapat diberikan makanan ternak setelah menjalani proses
pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah
pengaruh buruk sampah tersebut terhadap ternak.
7. Pengolahan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk
berkembangniaknya serangga atau binatang pengerak lainnya.
8. Menurunkan insiden kasusu penyakit menular yang erat
hibungannya dengan sampah.
9. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan
hidup masyarakat.

27

10. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran
dana kesehatan suatu negara.
Pengaruh Negatif Pengolahan sampah yang kurang baik tidak
hanya berpengaruh buruk terhadap kesehatan lingkungan namun akan
berdampak pula bagi kehidupan social ekonomi dan budaya masyarakat
seperti berikut:
1. Pengaruh terhadap kesehatan
a. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah
sebagai tempat perkembangbiakan vector penyakit seperti
lalat atau tikus.
b. Insiden penyakit demam berdarah akan meningkat karena
vector penyakit hidup dan berkembang biak dalam sampah
kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.
c. Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara
sembarang.
d. Gangguan psikosomatis, misalnya sesak napas, insomnia, stres
dan lain-lain.
2. Pengaruh terhadap lingkungan.
a. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.
b. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau
busuk.
c. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara
dan bahaya kebakaran yang lebih luas.

28

d. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan
menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi
dangkal.
e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan dan menyebabkan pencemaran
pada sumber air permukaan atau sumur dangkal.
3. Terhadap ekonomi dan budaya masyarakat
a. Pengolahan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan
social budaya masyarakat setempat.
b. Keadaan lingkungan yang kurang baik akan menurunkan minat
orang lain untuk dating berkunjung ke daerah tersebut.
c. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana
yang besar.
d. Menurunkan mutu sumber daya alam sehingga mutu produksi
menurun dan tidak memiliki nilai ekonomis.

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan pembahasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa:

29

1. Menurut WHO, defenisi sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak
dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
2. Pembagian sampah padat:
1). Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya,
Organik, misalnya, sisa makanan.

Anorganik, misalnya, logam, pecah-belah, abu dan lain-lain.

2). Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar
Mudah tertbakar, misalnya: Kertas pelastik, daun kering, kayu.

Tidak mudah terbakar, misalnya kaleng, besi, gelas dan lain-lain.

3). Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk
Mudah membusuk misalnya, makanan, potongan daging, dan
sebagainya.
Sulit membusuk, misalnya, plastic, kaleng, karet dan sebagainya.

4). Berdasarkan ciri atau karakteristik sampah

30

3. Konsep pengelolaan sampah:
1). Hirarki Sampah - hirarki limbah merujuk kepada " 3 M " mengurangi
sampah, menggunakan kembali sampah dan daur ulang,
2). Perpanjangan tanggungjawab penghasil sampah / Extended
Producer Responsibility (EPR).(EPR)
3). Prinsip pengotor membayar
4. Tahap metode pengolahan sampah:
1). Metode Penghindaran dan Pengurangan
2). Tahap pengumpulan dan penyimpanan
3). Tahap pengangkutan
4). Tahap penimbunan darat
5). Tahap pemusnahan sampah
5. Dampak pengolahan sampah
Pengolahan sampah akan membawa pengaruh bagi masyarakat
dan lingkungan itu sendiri. Pengaruh tersebut ada yang bersifat positif
dan ada yang negatif. Pengolahan sampah dengan baik dan terarah
maka akan berdampak baik pula bagi lngkungan dan masyarakat.
Namun sebaliknya,pengolahan sampah yang kurang baik tidak hanya
berpengaruh buruk terhadap kesehatan lingkungan namun akan
berdampak pula bagi kehidupan social ekonomi dan budaya masyaraka.

B. Saran

31

Diharapkan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan lagi masalah
persampahan khususnya di kawasan pesisir, karena selama ini masalah
sampah masih menjadi masalah yang cukup serius, karena selama ini
masyarakat pesisir masih menganggap remeh tentang sampah, misalnya
menjadikan laut sebagai tempat pembuangan sampah, oleh karena itu
pemerintah harus dapat memberikan solusi tentang masalah tersebut
misalnya

menyipkan

tempat-tempat

sampah

dikawasan

psisir

memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang persampahan.

DAFTAR PUSTAKA

32

dan

Chandra, Budiman Dr, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, 2007.
Suyoto ,Bagong, Fenomena Gerakan Mengolah Sampah,PT.Prima Infosarana
Media,Jakarta,2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelolaan_sampah diakses tanggal 2 Juli
2015.
http://www.esp.or.id/handwashing/media/sampah.pdf
teknologi pengelolaan sampah diakses tanggal 2 Juli 2015
http://majarimagazine.com/2007/12/teknologi-pengolahan-sampah/
usaha pengelolaan sampah masyarakat diakses tanggal 2 Juli 2015
http://www.idepfoundation.org/indonesia/idep_wastegroup.htmlssss diakses
tanggal 2 Juli 2015

33