Sistem Pengelolaan Sampah Di Jepang

(1)

25 LAMPIRAN

Gambar 1. Tempat sampah sesuai jenis


(2)

24

DAFTAR PUSTAKA

IMM Japan. Pedoman Kehidupan di Jepang


(3)

15 BAB III

PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG

3.1 Pengelolaan Sampah di Jepang

Praktik pengelolaan sampah dapat berbeda-beda diantar negara maju dan negara berkembang, antar daerah perkotaan dan pedesaan, antar area perumahan dan wilayah industri. Oleh karena itu, dengan mengacu pada Jepang sebagai studi kasus secara keseluruhan, maka pengelolaan sampah yang dimaksud adalah pengelolaan sampah dalam lingkup sampah padat perkotaan, atau yang dikenal dengan istilah Muncipal Solid Waste Management (MSWM). Jadi, kategori sampah yang akan dibahas adalah mengenai semua sampah padat, bukan limbah, dan bukan yang lainnya. Sampah padat itu pun dibatasi hanya pada lingkup sampah pada perkotaan, terutama untuk sampah rumah tangga.

Selain itu, perlu juga diketahui bahwa pengelolaan sampah di Jepang tidak dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah pusat, namun dipercayakan pada pemerintah di tingkat municipilaty. Mereka berkewajiban membuat rancangan pengelolaan sampah untuk wilayah administratifnya, dan harus melakukan proses pembuangan sampah sesuai dengan ketetapan yang berlaku ( Ishino 1989:322). Sistem ini dikenal dengan istilah “desentralisasi” dalam pengelolaan sampah. Desentralisasi adalah penyerahan otoritas pengelolaan sampah perkotaan pada level pemerintahan terdekat dengan masyarakat, yaitu municipilaty yang dianggap paling dekat dengan warga. Dalam Waste Management Law, dikatakan bahwa municipilaty


(4)

16

bertanggung jawab penuh dalam pengelolaan sampah rumah tangga, termasuk mengumpulkannya.

Berdasarkan catatan Kementerian lingkungan Jepang, diketahui bahwa Hiroshima merupakan kota yang pertama kalinya memperkenalkan sebuah sistem manajemen atau pengelolaan sampah yang hingga saat ini masih diterapkan di Jepang.

Semua itu bermula pada masa pertumbuhan ekonomi tinggi setelah PD II, saat itu kota Hiroshima tiba-tiba mengalami peningkatan generasi sampah, begitu juga terjadi di kota-kota lain seluruh Jepang. Ketika itu di kota Hiroshima, sistem pembuangan sampah yang berlaku pada saat ini terfokus pada sampah dapur. Hal ini disebabkan karena sampah dapur dianggap memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, terutama banyak digunakan sebagai pupuk untuk tanah pertanian di daerah-daerah pedesaan dan kota.

SMP Hesaka, sebagai saksi sejarah, merupakan sebuah tempat pertama kalinya didirikan area pengurukan sampah,dan disana terjadi kecelakaan dimana gas metana meletus dihalaman sekolah tersebut. Pada tahun 1975 pemerintah kota Hiroshima mendeklarasikan pernyataan tentang keadaan darurat mengenai pembuangan sampah dan meminta masyarakat supaya lebih mempertimbangkan pembuangan sampah sebagai masalah mereka pribadi.

Dalam usaha mengurangi timbunan sampah, pada tahun 1976 kota Hiroshima memperkenalkan sebuah sistem untuk pertama kalinya di Jepang, yang dikenal dengan istilah ‘sorted waste collection’. Sistem yang dimaksud adalah sistem yang


(5)

17

melibatkan warga untuk memisahkan masing-masing sampah kedalam lima kategori yaitu:

1. Sampah yang mudah terbakar 2. Sampah yang tidak mudah terbakar 3. Sampah yang dapat di daur ulang 4. Sampah berukuran besar

5. Sampah berbahaya

Walaupun pada awalnya masyarakat mengalami kesulitan, namun secara bertahap sistem ini mulai ditegakkan, dan sejak saat itu sistem ini menyebar dan dikenal di seluruh Jepang sebagai ‘sistem pemisahan sampah ala Hiroshima’.

3.2 Daur Ulang Botol Bekas di Jepang

Sampah botol terbagi atas dua jenis botol yaitu: botol keliling (botol kaca), dan PET botol. Daur ulang botol beling di Jepang diatur dalam ketentuan undang-undang Law for Promotion of Effective Utilization of Resources, sedangkan daur ulang PET botol diatur dalam Container and Packaging Recycling Law. Hal ini dikarenakan kedua botol terbuat dari dua jenis bahan yang berbeda, sehingga penanganannya tidak dapat disamakan. PET botol adalah botol-botol plastik yang biasanya digunakan untuk botol minuman ringan, botol saus-sambal, dan botol alkohol. Sedangkan, botol beling adalah botol-botol yang terbuat dari kaca, dan umunya digunakan untuk botol bir, botol kecap, botol susu, dan lain-lain.


(6)

18

Di kota Nagoya, seperti halnya di kota-kota lain di Jepang, peran serta warga dalam daur ulang sampah botol bekas dapat dilihat dalam dua bentuk yaitu:

(1). Ketika mereka membuang botol beling, mereka membersihkan botol tersebut dengan cara mencucinya, membilas atau mengocoknya dengan air hingga bersih. Setelah airnya dibuang, baru botol itu dibawa langsung ke tempat pengumpulan barang daur ulang dan dimasukkan ke dalam keranjang berwarna putih, botol berwarna coklat biasanya dimasukkan ke dalam keranjang berwarna cokelat, dan botol berwarna biru, hijau, atau warna lainnya dimasukkan kedalam keranjang berwarna biru.

(2). Ketika mereka membuang PET botol, biasanya mereka melepas tutup botolnya terlebih dahulu, mengosongkan isinya, kemudian membersihkan dengan air, lalu membuang airnya, setelah itu plastik yang bertuliskan merk botol tersebut dirobek, dan dibuang ke tong sampah berkategori plastik beserta tutup botolnya, selanjutnya badan botol itu ditekan atau diinjak hingga memipih, dan terakhir dibawa ke tempat pengumpulan ataupun kotak-kotak pengumpulan di supermarket tertentu lalu dimasukkan ke kotak atau keranjang bertulisan PET botol.

Sementara, peran serta produsen dalam daur ulang botol pada umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu:

(1). Menggunakan kembali botol-botol yang telah dikembalikan seperti botol bir, botol berukuran besar, dan botol susu

(2). Mendaur ulang botol-botol plastik yang sekali pakai langsung dibuang seperti botol bumbu dapur, botol minuman, botol obat, dan botol vitamin sebagai bahan


(7)

19

dasar untuk membuat botol baru atau dapat juga digunakan untuk membuat baju, tas, kotak telur, plastik sampah, dan lain sebagainya.

Jumlah komunitas lokal yang mengumpulkan barang-barang daur ulang, jenis material yang dikumpulkan, serta jumlah material yang terkumpul semakin banyak dan bertambah. Sebagai contoh, pada tahun 1997, dari 1.610 komunitas dapat mengumpulkan 292.775 ton botol kaca bening ‘clear glass’ dari penduduk setempat. Kemudian, pada tahun 1999, jumlah komunitas daur ulang meningkat menjadi 1.991 dan jumlah botol kaca bening yang dikumpulkan menjadi 326.110 ton.

Jumlah Sampah Daur-Ulang di Jepang

1997 1998 1999 2000

Kaca bening 292,775 322,284 326,110 352,388 Brown glass 243,916 274,374 290,127 312,539 Other glass 107,533 136,953 149,332 164,551 PET bottles 21,361 47,620 75,811 124,873 Steel cans 464,662 471,638 471,127 484,752 Aluminium cans 112,527 121,214 128,541 135,910 Paper packaging 6,644 8,939 9,574 12,565

Dari table berikut menunjukkan adanya peran aktif warga, yang digambarkan dalam peningkatan jumlah komunitas, dan jumlah sampah daur-ulang yang dikumpulkan sejak hukum.


(8)

20

3.3 Proses Pembungan Akhir Sampah di Jepang

Menurut Kawasaki (2005), metode penempatan area pembuangan akhir di Jepang diatur menurut undang-undang pengelolahan sampah, dan dibagi menjadi tiga yaitu: tempat pembuangan tipe aman, tempat pembuangan terkontrol, dan tempat pembuangan terisolasi.

Sidik (1985) menyebutkan bahwa umunya ada dua proses pembuangan akhir, yaitu:

(1). Open dumping ‘penimbunan secara terbuka’ (2). Sanitary landfill ‘pembuangan secara sehat’

Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di area tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup. Sedangkan, pada cara sanitary landfill, sampah ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup. Untuk penimbunan sampah yang memanfaatkan penguraian senyawa organik oleh mikroba yang hidup dalam tanah, yang dianggap dapat menghasilkan gas metana, maka disiapkan tabung anti gas untuk mencegah terjadinya kebakaran atau ledakan.


(9)

21 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Bangsa Jepang selain disiplin dan menjaga kebersihan hidup, juga merupakan bangsa yang sangat sopan dan perasa. Sehingga, etika adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Selain itu, perlu juga diketahui bahwa pengelolaan sampah di Jepang tidak dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah pusat, namun dipercayakan pada pemerintah di tingkat municipilaty.

Masyarakat Jepang memiliki kebiasaan memilah sampah menjadi beberapa bagian, yaitu sampah yang bisa di bakar, sampah yang tidak bisa di bakar, sampah yang bisa di daur-ulang, dan sampah besar. Salah satu contoh sampah yang dapat didaur ulang adalah botol bekas. Sampah botol terbagi atas dua jenis yaitu botol kaca dan botol plastik. Daur ulang botol beling (kaca) di Jepang diatur dalam ketentuan undang-undang Law for Promotion of Effective Utilization of Resources, sedangkan daur ulang PET botol (botol plastik) diatur dalam Container and Packaging Recycling Law. Hal ini dikarenakan kedua botol terbuat dari dua jenis bahan yang berbeda, sehingga penanganan nya tidak dapat disamakan.

Penempatan area pembuangan akhir di Jepang diatur menurut undang-undang pengelolaan sampah, dan dibagi menjadi tiga yaitu tempat pembuangan tipe aman, tempat pembuangan terkontrol, dan tempat pembuangan terisolasi.


(10)

22

Meski tidak ada penghargaan semacam Kalpataru seperti yang setiap tahun diberikan pemerintah Indonesia terhadap kota terbersih di Nusantara, masyarakat Jepang tetap memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga kebersihan. Mungkin budaya malu yang telah mendarah daging turut mendorong masyarakat Jepang untuk tidak buang sampah sembarangan dan selalu berusaha hidup bersih.

Secara umum kota-kota di Jepang sangat bersih. Bahkan hanya di sepanjang jalan utama, namun lebih jauh kedalam, di gang-gang kecil bahkan disepanjang daerah aliran sungai termasuk juga di dalamnya. Walaupun bersih yang dimaksud masih harus diberi tanda kutip, karena air sungainya berwarna kehijauan terlihat sedikit aneh, namun aneka macam sampah, terutama sampah-sampah plastik hampir tidak terlihat. Sungai di beberapa tempat di pusat kota ada yang dijadikan sebagai tempat wisata.

4.2 Saran

Sampah adalah suatu materi yang di buang oleh orang karena rusak, tidak terpakai, tidak dapat digunakan lagi, tidak di butuhkan, tidak diperlukan, tidak di inginkan, dan berasal dari aktivitas manusia yang tidak terjadi dengan sendirinya.

Dari banyak hal yang dibahas, pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Bahasa Jepang dapat mengerti bahwa sebenarnya sumber daya manusia lah yang menetukan suatu negara maju atau tidak. Jepang bukan negara yang kaya akan sumber daya alam, namun mereka memiliki Sumber Daya Manusia yang tinggi.


(11)

23

Semoga ini dapat dijadikan sebagai motivasi dan inspirasi supaya pembaca juga mempunyai semangat yang sama dalam mempelajari dan menjaga lingkungan di negara kita sendiri. Kalau bukan kita yang menjaga lingkungan istana kita, siapa lagi??


(12)

5

BAB II

GAMBARAN UMUM

GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG

2.1 Definisi Sampah

Sampah adalah suatu materi yang di buang oleh orang karena rusak, tidak terpakai, tidak dapat digunakan lagi, tidak di butuhkan, tidak diperlukan, tidak di inginkan, dan berasal dari aktivitas manusia yang tidak terjadi dengan sendirinya.

Dengan definisi di atas, hukum yang mengatur tentang pengelolaan sampah di Jepang yaitu: waste Management Law dalam UU No. 137/1970 pada pasal 2 ayat (1) mendefinisikan sampah sebagai materi dalam wujud padat atau pun cair yang di buang karena tidak di perlukan lagi, seperti kalimat berikut:

Hampir dimana pun kita berada, baik di rumah, kantor, maupun tempat-tempat lain, kita selalu menghasilkan sampah. Setiap orang baik dewasa, anak kecil, remaja, orang tua, semua nya berpotensi menghasilkan sampah setiap harinya. Dalam kegiatan sehari-hari, kita pun berpeluang menghasilkan sampah-sampah baru, dan sebagai bagian dari masyarakat, sampah yang kita hasilkan jika di akumulasikan maka semakin banyak jumlahnya. Dapat dirasakan bahwa sampah telah merasuki mempengaruhi dan mengambil tempat dalam lingkungan hidup kita. Jika di biarkan begitu saja maka niscaya kehidupan manusia di muka bumi adalah taruhan nya.

Berbicara mengenai persoalan sampah, tak terlepas dari masalah menyangkut orang banyak. Oleh karena itu, adalah suatu hal penting yang harus dijadikan


(13)

6

pertimbangan oleh setiap individu ketika akan membuang sampah seperti yang dikemukakan oleh Waste Online (2004) bahwa :

(a). Ketika suatu barang di buang, artinya kita kehilangan sejumlah sumber daya alam, energi, dan waktu yang digunakan untuk membuat barang tersebut. Sebagian sumber daya untuk menghasilkan produk itu, ada yang tidak dapat di gantikan lagi. Inilah yang dikenal sebagai sumber daya terbatas, dan tidak dapat dihasilkan sementara sampai jangka waktu tak terbatas, akibatnya lama-kelamaan kita dapat kehabisan sumber daya tersebut.

(b). Ketika suatu barang di buang, artinya kita memberikan sejumlah beban yang baru pada lingkungan. Akibatnya, lama-kelamaan terbentuklah jumlah kemungkinan dimana alam tidak dapat merespon lagi sehingga manusia itu sendiri yang merasakan dampaknya.

(c). Buang sampah artinya kita gagal memaksimalkan pemakaian suatu barang. Ketika suatu barang di buang, artinya kita gagal melihat barang itu sebagai sumber daya yang masih digunakan. Hal ini dapat dipahami dalam arti, sampah bagi seseorang belum tentu dilihat sebagai sampah bagi orang lain.

Dapat dipahami bahwa, dengan menghasilkan sampah sama saja artinya kita mempunyai andil dalam pengurangan sumber daya yang ada, penambahan beban pada lingkungan, dan kegagalan kita dalam melihat suatu benda sebagai sumber daya yang masih dapat digunakan. Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut, maka berikut ini akan di jelaskan mengenai jenis-jenis sampah yang ada di Jepang.


(14)

7 2.2Jenis Sampah di Jepang

Jenis sampah merupakan salah satu unsur yang mempunyai peran penting dalam pengelolaan sampah, karena dengan mengklasifikasikan sampah-sampah menurut jenisnya, akan memudahkan pengelolaan sampah.

Waste Management Law dalam UU No. 137/1970 mengklasifikasikan sampah-sampah di Jepang menjadi dua kategori yaitu :

(1) . Sampah industri

(2). Sampah umum, seperti yang di kemukakan dalam NREL (1993:44) bahwa : Yang di maksud sampah industri adalah sampah-sampah yang dihasilkan dari aktivitas produksi, dan di bedakan menjadi 19 macam sampah. Sementara, sampah-sampah di luar kategori sampah-sampah industri, di golongkan sebagai sampah-sampah umum.

Dengan kata lain sampah yang termasuk dalam kategori sampah umum adalah semua sampah selain dari sampah industri, sampah rumah tangga, dan sampah bisnis yang dihasilkan dari aktivitas institusi-institusi dan badan komersil (NREL 1993:44). Klasifikasi yang serupa mengenai jenis-jenis sampah di Jepang juga turut di ungkapkan dalam Fujisougoukenkyuujo (2001:10).

Menurut Waste Management Law , sampah dibedakan menjadi 2 kategori umum yaitu : sampah umum dan sampah industri. Yang disebut sebagai sampah umum antara lain : sampah dapur dan sampah besar yang dihasilkan oleh rumah tangga, dan sampah kertas yang dihasilkan oleh kantor-kantor. Sedangkan sampah industri adalah sampah yang dihasilkan oleh pabrik, dan menurut hukum tersebut,


(15)

8

sampah industri dibedakan menjadi 19 jenis, contohnya bara api, minyak, lumpur, dan lain-lain.

Dapat disimpulkan bahwa, hampir sama seperti di negara lain, sampah di negeri sakura, dibedakan menjadi dua kategori yaitu kategori sampah industri dan kategori sampah umum.

a. Sampah industri adalah sampah yang dihasilkan dari aktivitas produksi, dan jumlahnya ada 19 macam. Sampah industri termasuk di dalamnya limbah industri dibedakan menjadi dua jenis yaitu : sampah industri terkontrol khusus dan sampah industri lainnya.

b. Sampah umum adalah semua sampah selain sampah industri, sampah rumah tangga, dan sampah bisnis yang dihasilkan dari aktivitas institusi maupun dari badan-badan komersil dan secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu: sampah umum terkontrol khusus, limbah umum dan tinja, sampah umum lainnya. Maka dari itu inilah pembagian umum dua kategori sampah di Jepang .

2.3. Sumber Sampah di Jepang

Hampir sama dengan negara-negara lain, sumber sampah di Jepang dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu: sampah perumahan dan sampah non perumahan. Yang dimaksud sampah perumahan di Jepang adalah sampah-sampah yang dihasilkan dari rumah-rumah maupun apartement tempat tinggal. Sementara, sampah non perumahan di Jepang biasanya dilakukan dari aktivitas.


(16)

9

(2). Institusi-institusi seperti: kantor-kantor, sekolah, rumah sakit, penjara, dan departemen pemerintah

(3). Wilayah tempat konstruksi bangunan seperti: area renovasi, area penghancuran, area konstruksi bangunan baru

(4). Area terbuka seperti: jalan-jalan, gang-gang, taman, area kosong, tempat bermain, pantai, jalan raya, dan area rekreasi

(5). Area treatment plant site (6). Wilayah industri

(7). Area pertanian

(8). Area pertambangan dan lain sebagainya.

Kota-kota di Jepang sangat bersih, karena kedisiplinan warganya dalam mengelola sampah. Tong sampah di Jepang ada banyak, di bedakan berdasarkan jenis sampahnya. Bukan hanya organik non organik, tapi ada sampah khusus botol, kemasan karton susu atau jus, sampah dapur, plastik, kertas, dan kaleng. Buang sampah harus dipilah-pilah dulu, dan warganya dengan tertib membuang dan memilah sampah berdasarkan jenisnya. Warga jepang jika pergi kuliner, mereka setelah selesai makan di bersihkan sendiri, sampah-sampah dibuang pada tempat nya, mangkuk, piring, gelas, sendok, harus mereka rapikan sendiri di tempat yang sudah disediakan oleh restoran.

Tertib nya masyarakat di Jepang tentu berimbas pada kondisi kota yang rapi dan bersih, tidak ada parkir sembarangan, sampah berserakan, maupun sungai yang tercemar. Ada juga beberapa hal lain yang perlu di perhatikan jika ingin berwisata,


(17)

10

misalnya sopan santun untuk tidak menelpon saat di kereta, aturan untuk tidak berbicara dan bercanda berlebih di transportasi umum, dan lain sebagainya.

SUMBER SAMPAH DI JEPANG

Sumber Penghasil Contoh Sampah

Perumahan ( residential)

Perumahan, apertemen, dan tempat kediaman baik dari keluarga kecil maupun besar.

Sampah makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, kulit, kayu, kaca, logam, sampah khusus (sampah besar, alat elektronik, beterai, minyak, ban), dan sampah rumah tangga yang berbahaya.

Badan Komersial ( connercial )

Toko, hotel, motel, supermarket, restaurant, pasar, dan kantor-kantor.

Kertas, kardus, plastic, kayu, sampah makanan, kaca, logam, smpah khusus, dan adakalanya sampah berbahaya.

Lembaga – lembaga

( institutional )

Sekolah, rumah sakit, penjara, dan gedung – gedung pemerintahan.

Area umum Jalan-jalan, gang-gang, taman, area kosong, tempat bermain, pantai, jalan raya, area rekreasi, dan lain-lain.

Sampah jalanan, kotoran di pinggir jalan, hiasan taman, sampah umum dari taman, dari pantai, dan


(18)

11

sampah dari area rekreasi lainnya, dan sampah khusus lainnya.

Industri ( industrial )

Industri berat sampai industri ringan.

Sampah rumah tangga,

kemasan, sampah makanan, material kontruksi bangunan,

puing-puing bangunan, abu, dan sampah khusus.

Area konstruksi dan penghancur bangunan

Are kontruksi baru, arca perbaikan jalan, area renovasi bangunan, dan area penghancur bangunan.

Kayu, baja, beton, tanah, material bangunan, pasir, benda-benda berat, semen, alat pertukangan, dan lain sebagainya.

Area proses kimiawi

Pembangkit tenaga listrik, tanaman kimiawi, proses penyulingan mineral.

Sampah yang merupakan sisa hasil proses industri, potongan bahan, ampas bijih, dan kotoran lain yang berupa endapan hasil pemrosesan sampah industri.


(19)

12 Pertanian

( agricultural)

Area perkebunan lainnya, dan tanah pertanian.

Sampah makanan busuk, sampah pertanian, dan sampah berbahaya seperti peptisida.

Pertambangan

( mining and quarrying )

Area pertambangan batu bara, minyak bumi, dan mineral lainnya.

Sampah tambang seperti abu, ampas batu bara, sisa-sisa mineral lainnya.

2.4. Jumlah Sampah di Jepang

Jumlah sampah merupakan indikator dari tolok ukur kebersihan, dan kebersihan lingkungan itu sendiri merupakan salah satu tolok ukur kualitas hidup masyarakat. Masyarakat yang telah mementingkan kebersihan lingkungan dipandang sebagai masyarakat yang kualitas hidupnya lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang belum mementingkan kebersihan. Persoalan sampah memang merupakan suatu masalah penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dan penanganan sigap baik dari elemen-elemen dalam masyarakat yang bersangkutan khususnya dari masyarakat dunia.

Sebelum melihat berapa besar jumlah sampah yang dihasilkan di Jepang secara keseluruhan, sebaiknya kita perlu untuk mengetahui seberapa banyak jumlah sampah yang dihasilkan tiap-tiap kota di Jepang, sehingga dapat lebih memahami bagaimana keadaan sampah yang sesungguhnya.


(20)

13

Pengambilan contoh dan pemilihan beberapa kota di Jepang seperti berikut berdasarkan data dari World Bank (1999), didasarkan pada pertimbangan bahwa kota-kota tersebut dianggap mempresentasikan keadaan sampah yang dihasilkan oleh kota-kota di Jepang. Jumlah tersebut dapat dikatakan sangatlah besar, jika dibandingkan dengan negara lain di Asia yang rata-rata sampahnya tidak sampai 1 kg/kapita/harinya.

RATA-RATA SAMPAH KOTA-KOTA DI JEPANG

Negara Tahun Populasi penduduk (kota) Rata-rata generasi (kg/kapita/hari) Jumlah sampah (kg/hari) Sapporo 1993 1.745.000 1,73 3.018.850 Sendai 1993 959.000 1,21 1.160.390 Chiba 1993 854.000 1,07 913.780 Tokyo 1993 8.022.000 1,5 12.033.000 Kawasaki 1993 1.202.000 1,2 1.442.400 Yokohama 1993 3.300.000 1,2 3.960.000 Nagoya 1993 2.153.000 1,16 2.497.480 Kyoto 1993 1.448.000 1,46 2.114.080 Osaka 1993 2.575.000 2,27 5.845.250 Kobe 1993 1.519.000 1,75 2.658.250 Hiroshima 1993 1.106.000 1,03 1.139.180 Kitakyushu 1993 1.019.000 1,29 1.314.510 Fukuoka 1993 1.275.000 1,44 1.836.000

Berdasarkan data tahun 1993 tersebut, dapat dipahami bahwa di satu sisi begitu produktifnya kota-kota di Jepang dalam menghasilkan sejumlah sampah


(21)

14

namun di sisi lain Jepang sesungguhnya menghadapi suatu gejolak dan tantangan bagaimana supaya sampah-sampah tersebut dapat dikurangi secara signifikan. Terlepas dari jumlah sampah yang dihasilkan oleh kota-kota di Jepang, maka selanjutnya, akan dipaparkan perkembangan MSW di Jepang dari periode 1996 hingga tahun 2005.

Hampir 126 juta orang di Jepang, negara yang memiliki luas 145.900 mil2 ini diperkirakan menghasilkan Municipal Solid Waste (MSW) sekitar 50 juta ton setiap tahunnya. Pada tahun 1995, jumlah sampah yang dihasilkan diseluruh Jepang diperkirakan bernilai 50,7 juta ton, jumlah itu belum termasuk 2,4 juta ton sampah yang di daur ulang yang dikumpulkan oleh para sukarelawan. Jadi, jika di jumlahkan maka 53,1 juta ton sampah dihasilkan pada tahun 1995. Kemudian generasi sampah semakin meningkat dari pertengahan tahun 1996 hingga tahun 2000. Dimana tahun 2000, menjadi puncak jumlah sampah yang dihasilkan di Jepang. Kemudian pada tahun 2001, jumlah sampah yang dihasilkan diseluruh Jepang dicatat hampir 52 juta ton. Artinya, sekitar 54 juta ton sampah dihasilkan pada tahun 2001.

Namun pada pertengahan tahun 2003 menuju tahun 2004, jumlah sampah turun drastis hampir 1 juta ton sampah, ini merupakan sebuah kemajuan yang sangat berarti. Selanjutnya, jumlah sampah yang dihasilkan di tahun 2005 menurun lagi menjadi 52,73 juta ton, dengan catatan bahwa setiap orang menghasilkan 1.131 gr sampah setiap harinya.


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Sebagai makhluk sosial dan bermasyarakat, manusia tidak dapat hidup tenang dengan membuang sampah sembarangan. Bahkan sampah bisa diolah menjadi keperluan manusia sehari-hari. Kehidupan di Jepang seperti yang kita ketahui memiliki lingkungan yang bersih dan nyaman. Meskipun lingkungan di Jepang bersih, jarang ditemukan tong sampah di sepanjang perjalanan. Banyak wisatawan yang pergi ke Jepang, mengantongi sampah yang ingin dibuang atau memasukkannya ke dalam tas untuk di buang kemudian. Hal ini menjadi salah satu keluhan para wisatawan yang berkunjung ke Jepang. Meskipun menemukan tempat sampah di Jepang, biasanya ada beberapa kotak sampah dengan tempat sampah sesuai jenisnya. Kedisiplinan dan kepedulian di Jepang memang sangat tinggi, sehingga masyarakat Jepang mampu menjaga lingkungan hidup nya dengan baik.

Di setiap kota di Jepang di kampanyekan slogan utsukushii kuni ( negara Jepang yang cantik). Kebersihan memang menajdi ciri utama Jepang yang sangat sulit di temukan di negara lain. Secara umum kota-kota di Jepang sangat bersih. Bukan hanya sepanjang jalan utama, namun lebih jauh ke dalam dan di gang-gang kecil, bahkan di sepanjang aliran sungai.

Sekitar 40 tahun yang lalu, orang jepang belum melakukan pemilahan sampah. Di tahun 1960 dan 1970-an, masyarakat Jepang masih rendah kepeduliannya pada masalah pembuangan dan pengelolaan sampah. Pada saat itu, Jepang bangkit


(23)

2

menjadi negara industri, sehingga mereka tidak terlalu perduli masalah lingkungan hidup. Misalnya terjadi kasus pencemaran Minamata saat pabrik Chisso Minamata membuang limbah merkuri ke laut dan mencemari ikan serta hasil laut lainnya. Para nelayan dan warga sekitar yang makan ikan dari laut, di sekitar Minamata menjadi korban sehingga di tahun 2001 tercatat lebih dari 1700 korban meninggal dunia akibat limbah merkuri.

Di tahun 60 dan 70-an, kasus polusi, pencemaran lingkungan, keracunan, menjadi bagian dari industri Jepang. Pada tahun 1970-an mulai bangkit gerakan masyarkat peduli lingkungan atau “chonakai” di berbagai kota di Jepang. Masyarakat menggalang kesadaran warga tentang cara membuang sampah, dan memilah-milah sampah, sehingga memudahkan dalam pengelolaannya. Gerakan ini menganut tema 3R yaitu Reduce, Reuse, Recycle yang artinya mengurangi pembuangan sampah, menggunakan kembali, dan daur ulang.

Sebagai contoh, sekedar membuang sampah saja sudah menjadi tugas yang rumit,seperti sistem pembuangan sampah di dua tempat, yaitu Shinjuku (distrik perkantoran, perbelanjaan dan tempat tinggal di pusat Tokyo), dan di kota Yokohama. Pada dasarnya, pemda menginginkan agar toko dan bisnis mengurus sendiri pembuangan dan pengambilan sampah mereka (melalui perusahaan pengambil sampah dan perusahaan pemungut barang-barang yang dapat didaur ulang). Namun pemda bersedia menangani sampah dari toko asal saja kurang dari 50 kg per hari, dan untuk itu toko harus menempelkan stiker khusus (stiker bayar).


(24)

3

Khusus untuk sampah dengan berat lebih dari 50kg, pihak yang akan membuang sampah harus membayar sejumlah uang 600 Yen atau Rp. 60.000,-

Pada tahun 1991 Jepang memperlakukan undang-undang daur ulang bertujuan untuk mengurangi volume sampah dan meningkatkan tindakan daur ulang. Sehingga setiap rumah tangga di Jepang tidak bisa begitu saja memasukkan semua sampah ke dalam satu kantong, karena sampah harus dipilih dan di masukkan secara terpisah. Selain adanya pemisah,masyarakat juga tidak bisa membuang sampah sembarangan waktu. Setiap jenis sampah hanya boleh di buang pada waktu yang ditentukan. Sehingga terbentuklah masyarakat yang disiplin dan selalu menjaga lingkungan hidup

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis memilih judul kertas karya ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sistem pengelolaan sampah di Jepang

2. Untuk mengetahui sistem daur ulang botol bekas di Jepang

3. Untuk mengetahui pemanfaatan sampah di Jepang

4. Untuk mengetahui proses pembuangan akhir sampah di Jepang

1.3 Batasan Masalah

Penulis akan memfokuskan pembahasan ketas karya ini pada sistem pengelolaan sampah di Jepang. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan mengembangkan bagian-bagian, dan cara pengelolaan sampah di Jepang.


(25)

4 1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan kertas karya ini adalah metode kepustakaan (library research). Metode kepustakaan adalah teknik pengumpulan bahan atau data dengan membaca buku yang terkait dengan pengambilan judul. Kemudian data-data tersebut dikumpulkan, dianalisis dan dituliskan dalam masing-masing bab. Selain itu, penulis juga memanfaatkan teknologi internet sebagai referensi tambahan supaya data yang didapatkan menjadi lebih akurat dan jelas.


(26)

26 ABSTRAK

Kertas karya ini membahas mengenai masalah Pengelolaan Sampah di Jepang.Sampah adalah suatu materi yang dibuang oleh orang karena rusak, tidak terpakai, tidak dapat digunakan lagi, tidak dibutuhkan, tidak diperlukan, tidak diinginkan, dan berasal dari aktivitas manusia yang tidak terjadi dengan sendirinya.

Hampir dimanapun kita berada baik dirumah, kantor, maupun tempat-tempat lain, kita selalu menghasilkan sampah. Setiap orang dewasa, anak kecil, remaja, orang tua, semuanya berpotensi menghasilkan sampah setiap harinya. Dapat dirasakan bahwa sampah telah merasuki, mempengaruhi, dan mengambil tempat dalam tempat lingkungan hidup kita.

Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut, maka berikut ini akan di jelaskan mengenai jenis-jenis sampah yang ada di Jepang. Jenis sampah merupakan salah satu unsur yang mempunyai peran penting dalam pengelolaan sampah, karena dengan mengklasifikasikan samapah-sampah menurut jenisnya, akan memudahkan pengelolaan samapah.

Dengan kata lain sampah yang termasuk dalam katagori sampah umum adalah semua sampah selain dari sampah insdutri, rumah tangga, dan sampah bisnis yang dihasilkan dari aktivitas institusi-institusi dan badan komersil.

Selanjutnya sumber sampah di Jepang dapat dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu samapah Perumahan dan sampah Non Perumahan. Sampah Perumahan di Jepang adalah sampah yang dihasilkan dari rumah-rumah dan tempat apertement dan


(27)

27

tempat tinggal. Sementara sampah Non Perumuhan di Jepang biasanya dilakukan dari aktivitas.

Selain itu perlu juga diketahui bahwa pengelolaan sampah di Jepang tidak sepenuhnya di kendalikan pemerintah pusat, namun dipercayakan pada pemeritah municipilaty. Mereka berkewajiban membuat rancangan pengelolaan sampah untuk wilayah administratifnya, dan harus melakukan proses pembuangan sampah sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

Berdasarkan catatan kementrian lingkungan Jepang, diketahui bahwa Hiroshima merupakan kota yang pertama kalinya memperkenalkan sebuah sistem menegement atau pengelolaan sampah yang hingga saat ini masih diterapkan di Jepang.

Daur ulang botol bekas di Jepang terbagi atas dua jenis botol yaitu botol kaca, dan PET botol. PET botol adalah botol-botol plastik yang biasanya digunakan untuk botol minuman ringan, botol saus-sambal, dan botol alkohol. Sedangkan, botol beling adalah botol-botol yang terbuat dari kaca, dan umunya digunakan untuk botol bir, botol kecap, botol susu, dan lain-lain. peran serta produsen dalam daur ulang botol pada umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu:

(1). Menggunakan kembali botol-botol yang telah dikembalikan seperti botol bir, botol berukuran besar, dan botol susu

(2). Mendaur ulang botol-botol plastik yang sekali pakai langsung dibuang seperti botol bumbu dapur, botol minuman, botol obat, dan botol vitamin sebagai bahan


(28)

28

dasar untuk membuat botol baru atau dapat juga digunakan untuk membuat baju, tas, kotak telur, plastik sampah, dan lain sebagainya.

Jumlah komunitas lokal yang mengumpulkan barang-barangdaur ulang, jenis material yang dikumpulkan, serta jumlah material yang terkumpul semakin banyak dan bertambah. Sebagai contoh, pada tahun 1997, dari 1.610 komunitas dapat mengumpulkan 292.775 ton botol kaca bening ‘clear glass’ dari penduduk setempat. Kemudian, pada tahun 1999, jumlah komunitas daur ulang meningkat menjadi 1.991 dan jumlah botol kaca bening yang dikumpulkan menjadi 326.110 ton.

Menurut Kawasaki (2005), metode penempatan area pembuangan akhir di Jepang diatur menurut undang-undang pengelolahan sampah, dan dibagi menjadi tiga yaitu: tempat pembuangan tipe aman, tempat pembuangan terkontrol, dan tempat pembuangan terisolasi.

Pada sistem open dumping, sampah ditimbun di area tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup. Sedangkan, pada cara sanitary landfill, sampah ditimbun secara berselang-seling antara lapisan sampah dan lapisan tanah sebagai penutup. Untuk penimbunan sampah yang memanfaatkan penguraian senyawa organik oleh mikroba yang hidup dalam tanah, yang dianggap dapat menghasilkan gas metana, maka disiapkan tabung anti gas untuk mencegah terjadinya kebakaran atau ledakan.


(29)

29

要旨

日本での塵(ゴミ)の処リシステム

この論文には日本のゴミ加工に関する問題を議論する。ゴミというのはもう使わな く、要らなく、捨てるものである。

それで、人はどこでも、いつもゴミを生産するものである。子供、老年、青 年、大人など、すべて毎日ゴミを捨てている。その結果は環境に悪い多くのごみが できる。

次は日本にあるゴミの種類を説明する。日本ではゴミを出す時間は勝手にす ることができない。例えば、缶や瓶のゴミを出す間はほかのゴミと同時ではない。 ゴミの種類はこのようにある。産業廃棄物や一般廃棄物である。産業廃棄物とは工 場などの生産したゴミであり、一般廃棄物とは産業廃棄物の以外のゴミである。例 えば、家庭ゴミや古紙などである。

それ以外に、日本のゴミ源は二つある。それは家庭ゴミと非家庭ゴミである 。

家庭ゴミとは住宅地やアパートからできたごみである。非家庭ゴミとは人々の活動 からできたごみである。


(30)

30

日本でのゴミの処リはすべて中央政府の取り締まりではないが、地方政府の 取り締まることもある。地方政府はごみ管理の計画をたて、決定した時間に捨てる 。

次に、瓶ゴミのリサイクルは二つある。ガラス瓶とPet瓶である。Pet瓶と

は飲み物に使う瓶だえある。例えば、酒やソースなどである。ガラス瓶とはガラス からできた瓶であり、たとえば、ミルク、しょうゆなどである。

日本社会は瓶をリサイクルする方法は二つある。それは次のようである。

1.再利用した瓶。例えば、ミルク瓶、ビール瓶、大きなサイズ瓶などである。

2.一回だけ使う瓶をリサイクルすること。例えば、調味料の瓶、ミネラルウオーター瓶、薬瓶などである。この瓶靴やかばんやゴミ袋などになって

作ける。

なお、リサイクルゴミもいつも集める。例えば、1997年に1610人の社会は 292.775トンのガラス瓶を集め、また、1991人は1999年に326. 110トン集めた。

実は、日本の各都市はとてもきれいである。各道路に、小さい通路でも、ゴ ミがほとんどない。日本社会は環境を維持する意識がある。勝手にごみを捨てるよ うになる。各ゴミは決定した時間に捨てられないといけない。いつも環境を維持す る規律の社会ができるようになった。

そして日本にはしゅろいといりにゴミ箱があります。それで政府は和歌和歌 やすくなります。とてもそしてせいじょうがもっともに本人のとくちょうであるし ほかの国でみつけるのは難しいです。


(31)

31

その時で日本はインドストリになるためにそして日本人はかんきょうにとて もしんぱいがありません。1991年日本には廃棄ものを減らすためにきせいをリ サイクルンしました。そして日本で各家庭一箇所に全てのゴミをおくことができな いからゴミは選択と個別ににゅりょ必要があります.

それから日本人ゴミをなげるできません。そして日本人ネットの生活がなり ます。60年と70年に汚染ケースと環境汚染と毒に日本の産業界のなります。1 970年には日本人は上昇し始めて日本の街があります。日本人はごみの処分方法

にしようと廃棄物を分離することは1つは、廃棄物管理を容易です。

たとえばはゴミをなげて困難な作業になる、たとえば新宿と横浜が2廃棄物

処理システムです。そして地方自治体は地方政府は、ストアは、独自の廃棄物やご み収集の面倒をしたいです。


(32)

1

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG

Nihon de no gomi no shori shisutemu

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

L

E

H

NAMA: BETARIA SILABAN

NIM : 122203049

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(33)

2

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG

NIHON DE NO GOMI NO SHORI SHISUTEMU

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada panitia ujian program pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Medan, untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan Diploma III dalam bidang Bahasa Jepang.

Dikerjakan

OLEH:

NIM:122203049 BETARIA SILABAN

Pembimbing Pembaca

Dr. Diah Syafitri Handayani. M.Litt.

NIP. 197212281990032001 NIP. 196008221988031002 Drs.Nandi S

PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG DIII

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(34)

3

PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia ujian program pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan,

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Dploma III dalam bidang studi Bahasa Jepang.

Pada : Tanggal :

Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Dekan

Nip.195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A

Panitia Ujian:

No. Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi, SS.,M.Hum ( )

2. Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt ( )


(35)

4

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra Dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program studi D III Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

Nip. 196708072005011001

Zulnaidi, SS,M.Hum


(36)

5

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna untuk mencapai gelar Ahli Madyah pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “ SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG ”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari sempurna, baik dari pengkajian kalimat, penguraian materi dan pembahasan masalah. Tetapi berkat dan bimbingan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu terutama :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universita Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum. selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, bantuan dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.


(37)

6

4. Bapak Drs. Nandi S. selaku dosen pembaca yang telah banyak membantu dan memudahkan penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.

5. Seluruh dosen pengajar dan staff tata usaha Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Bahasa Jepang khususnya kak dedek, yang telah memberikan informasi, bantuan dan kemudahan dalam proses administrasi kepada penulis sehingga kertas karya ini dapat selesai. 6. Yang teristimewa dan yang tercinta kepada kedua orang tuaku

Ayahanda Maju Silaban, yang telah menjadi sumber inspirasi dan kekuatan terbesarku dalam menjalani hidup, dan juga Ibunda tercinta Barita Tambunan yang tidak pernah lelah berjuang demi kehidupan anak-anaknya khususnya dalam bidang pendidikan dan sebagai sumber semangat kepada penulis sampai selesainya kertas karya ini.

7. Kepada abang-abangku Julisman Silaban, James Silaban dan adik-adikku Haspaber Silaban, Febri Silaban, dan Etika Silaban serta seluruh keluarga besar M.H. Silaban terutama bouku Sumihar Silaban S.Pd yang selalu memberikan motivasi, doa serta bantuan kepada penulis baik materil maupun moril.

8. Buat bang Ramon Tarigan, seseorang security yang hebat yang telah membantu banyak dalam mencari bahan peneliti, serta atas


(38)

7

kesabarannya dan kesediaannya dalam meluangkan waktu bagi penulis khususnya di saat-saat tersulit sekalipun.

9. Kepada sahabat-sahabat saya tercinta Keluarga Bumbu Dapur Patricia, Natalia, Rosita, Ila, Widyari, Elisa, Restu, Jordan dan teman-teman HINODE 012 lainnya serta seluruh keluarga besar

HINODE terutama Mikael Sitinjak HINODE 013 yang telah

membantu dan memotivasi penulis hingga selesainya kertas karya ini.

10. Kepada orang yang saya sayangi Dedy Carles Mirando Aritonang yang selalu memotivasi dan mendukung setiap usaha sehingga kertas karya ini dapat terselesaikan dengan baik.

11. Tidak lupa juga kepada abang Defri, Wawan, Routhama, Rocky Tanaka, Abdul Ghafur, kak Darra, David Lubis yang bersedia membantu dan memberikan motivasi selama menjalani proses penulis hingga selesainya kertas karya ini.

12. Kepada seluruh sahabat- sahabat ku Balqis, Aulia, Reny, Yuliana, Grace, Vika, mbak Retta yang selalu mendoakan kesuksesan dan kelancaran dalam menulis kertas karya ini.


(39)

8

13. Serta kepada seluruh rekan-rekan yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan selama ini.

Medan, Juli 2015 Penulis,

BETARIA SILABAN

NIM: 122203049


(40)

9 DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………... v

BAB I : PENDAHULUAN……….……… 1

1.1Alasan Pemilihan Judul………. 1

1.2Tujuan Pemilihan Judul………. 3

1.3Batasan Masalah……… 3

1.4Metode Penulisan……….. 4

BAB II : GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG 5 2.1 Definisi Sampah………. 5

2.2 Jenis Sampah di Jepang………. 7

2.3 Sumber Sampah di Jepang……….... 8

2.4 Jumlah Sampah di Jepang……… 12

BAB III : KEBUDAYAAN MEMBUANG SAMPAH DI JEPANG………. 16

3.1 Pengelolaan Sampah di Jepang……… 16

3.2 Daur Ulang Botol Bekas di Jepang……….. 18

3.3 Proses Pembuangan Akhir Sampah di Jepang ………... 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………. 22

4.1 Kesimpulan……… 22

4.2Saran……….. 23

DASTAR PUSTAKA………. 25

LAMPIRAN……… 26


(1)

4

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra Dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program studi D III Bahasa Jepang

Ketua Program Studi

Nip. 196708072005011001

Zulnaidi, SS,M.Hum


(2)

5

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna untuk mencapai gelar Ahli Madyah pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “ SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG ”.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari sempurna, baik dari pengkajian kalimat, penguraian materi dan pembahasan masalah. Tetapi berkat dan bimbingan berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu terutama :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universita Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi, S.S. M.Hum. selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan bimbingan, bantuan dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.


(3)

6

4. Bapak Drs. Nandi S. selaku dosen pembaca yang telah banyak membantu dan memudahkan penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.

5. Seluruh dosen pengajar dan staff tata usaha Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Bahasa Jepang khususnya kak dedek, yang telah memberikan informasi, bantuan dan kemudahan dalam proses administrasi kepada penulis sehingga kertas karya ini dapat selesai. 6. Yang teristimewa dan yang tercinta kepada kedua orang tuaku

Ayahanda Maju Silaban, yang telah menjadi sumber inspirasi dan kekuatan terbesarku dalam menjalani hidup, dan juga Ibunda tercinta Barita Tambunan yang tidak pernah lelah berjuang demi kehidupan anak-anaknya khususnya dalam bidang pendidikan dan sebagai sumber semangat kepada penulis sampai selesainya kertas karya ini.

7. Kepada abang-abangku Julisman Silaban, James Silaban dan adik-adikku Haspaber Silaban, Febri Silaban, dan Etika Silaban serta seluruh keluarga besar M.H. Silaban terutama bouku Sumihar Silaban S.Pd yang selalu memberikan motivasi, doa serta bantuan kepada penulis baik materil maupun moril.

8. Buat bang Ramon Tarigan, seseorang security yang hebat yang telah membantu banyak dalam mencari bahan peneliti, serta atas


(4)

7

kesabarannya dan kesediaannya dalam meluangkan waktu bagi penulis khususnya di saat-saat tersulit sekalipun.

9. Kepada sahabat-sahabat saya tercinta Keluarga Bumbu Dapur Patricia, Natalia, Rosita, Ila, Widyari, Elisa, Restu, Jordan dan teman-teman HINODE 012 lainnya serta seluruh keluarga besar

HINODE terutama Mikael Sitinjak HINODE 013 yang telah

membantu dan memotivasi penulis hingga selesainya kertas karya ini.

10. Kepada orang yang saya sayangi Dedy Carles Mirando Aritonang yang selalu memotivasi dan mendukung setiap usaha sehingga kertas karya ini dapat terselesaikan dengan baik.

11. Tidak lupa juga kepada abang Defri, Wawan, Routhama, Rocky Tanaka, Abdul Ghafur, kak Darra, David Lubis yang bersedia membantu dan memberikan motivasi selama menjalani proses penulis hingga selesainya kertas karya ini.

12. Kepada seluruh sahabat- sahabat ku Balqis, Aulia, Reny, Yuliana, Grace, Vika, mbak Retta yang selalu mendoakan kesuksesan dan kelancaran dalam menulis kertas karya ini.


(5)

8

13. Serta kepada seluruh rekan-rekan yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan selama ini.

Medan, Juli 2015 Penulis,

BETARIA SILABAN

NIM: 122203049


(6)

9 DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR………... i

DAFTAR ISI………... v

BAB I : PENDAHULUAN……….……… 1

1.1Alasan Pemilihan Judul………. 1

1.2Tujuan Pemilihan Judul………. 3

1.3Batasan Masalah……… 3

1.4Metode Penulisan……….. 4

BAB II : GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH DI JEPANG 5 2.1 Definisi Sampah………. 5

2.2 Jenis Sampah di Jepang………. 7

2.3 Sumber Sampah di Jepang……….... 8

2.4 Jumlah Sampah di Jepang……… 12

BAB III : KEBUDAYAAN MEMBUANG SAMPAH DI JEPANG………. 16

3.1 Pengelolaan Sampah di Jepang……… 16

3.2 Daur Ulang Botol Bekas di Jepang……….. 18

3.3 Proses Pembuangan Akhir Sampah di Jepang ………... 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………. 22

4.1 Kesimpulan……… 22

4.2 Saran……….. 23

DASTAR PUSTAKA………. 25

LAMPIRAN……… 26