Analisis Hukum Terhadap Kebijakan Corporate Social Responsibility (Csr) Pada Pt. Arun Ngl Chapter III V

BAB III
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) MENURUT UNDANGUNDANG DAN PT. ARUN NGL

A. Sejarah Singkat Lahirnya Corporate Social Responsibility dan Pengertian
Corporate Social Responsibility
Tanggung jawab sosial perusahaan corporate social responsibility atau
yang dikenal dengan sebutan CSR, menjadi sebuah topik klasik yang menarik
perhatian dunia usaha bisnis di Eropa dan Amerika Serikat sejak lebih kurang satu
abad yang lalu. Pada awalnya khusus mengenai CSR mengarah pada suatu kondisi
dilematis

antara

stakeholders

yang

dihasilkan

perusahaan


dan

upaya

memaksimalkan kepentingan publik. Dengan kata lain, keterlibatan perusahaan
dalam sebuah tanggung jawab sosial selalu meningkatkan konflik tentang fungsi
direksi yang harus mengabdi pada kepentingan yang terbaik bagi perusahaan atau
menjadikan perusahaan sebagai warga negara yang baik.
CSR yang kini marak diimplementasikan banyak perusahaan, berkembang
setelah terjadi revolusi industri, dimana kebanyakan perusahaan memandang
bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan
lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produk dan
pembayaran pajak kepada negara. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat
tidak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang
diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial.
Hal itu dikarenakan terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan

masyarakat disekitarnya. Selain itu kegiatan operasional perusahaan umumnya
juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya
lingkungan di sekitar operasional perusahaan. Hal itulah yang kemudian

melatarbelakangi munculnya konsep CSR.
Sejarah CSR dunia terbagi atas beberapa fase. Untuk fase pertama
pertanggungjawaban sosial perusahaan kepada masyarakat bermula di Amerika
Serikat sekitar tahun 1900 atau lebih dikenal sebagai permulaan abad ke-19. Pada
waktu itu Amerika sedang dalam pertumbuhan yang begitu pesat, ditandai dengan
banyaknya perusahaan-perusahaan raksasa yang muncul dan hidup berdampingan
dengan masyarakat. Pasa saat itu, banyak perusahaan besar menyalahgunakan
kuasa mereka dalam hal diskriminasi harga, menahan buruh dan prilaku lainya
yang menyalahi moral kemanusiaan. Dengan kata lain, banyak perusahaan yang
berbuat semena-mena terhadap masyarakat. Hal itu jelas membuat emosi
masyarakat. Emosi yang meluap membuat masyarakat melakukan aksi protes.
Menanggapi hal itu, pemerintah Amerika Serikat pun melakukan perubahan
peraturan perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut. Dimana perusahaan
harus bertindak adil dan menghargai masyarakat. Gaji buruh harus dikeluarkan
dan

tidak

ada


diskriminasi

harga

kepada

masyarakat

Amerika. 44

Fase kedua evolusi munculnya CSR tercetus pada tahun 1930-an. Dimana
pada waktu ini banyak protes yang muncul dari masyarakat akibat ulah
perusahaan yang tidak mempedulikan masyarakat sekitarnya. Segala sesuatu
hanya diketahui oleh perusahaan. Ditambah kenyataan bahwa pada saat itu telah
44

http://gunnaharmyani.blogspot.com/2013/05/sejarah-dan-landasan-csr.html, diakses
pada tanggal 29 September 2015.

terjadi resesi dunia secara besar-besaran yang mengakibatkan pengangguran dan

banyak perusahaan yang bangkrut. Pada masa ini dunia berhadapan dengan
kekurangan modal untuk input produksinya. Buruh terpaksa berhenti bekerja,
pengangguran sangat meluas dan merugikan pekerjannya. Saat itu timbul
ketidakpuasan terhadap sikap perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap
pekerjanya karena perusahaan hanya diam dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Menurut masyarakat pada masa ini perusahaan sama sekali tidak memiliki
tanggung jawab moral. Menyadari kemarahan masyarakat muncul beberapa
perusahaan yang meminta maaf kepada masyarakat dan memberi beberapa
jaminan kepada para karyawannya yang dipecat. 45
Gema CSR dimulai pada tahun 1960-an saat dimana secara global
masyarakat dunia baru pulih dari keterpurukan akibat Perang Dunia I dan II, serta
mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. Howard R. Bowen, lewat karyanya
yang berjudul Social Responsibility of The Bussiness. 46 CSR pada saat itu juga
diramaikan dengan terbitnya buku legendaries berjudul “silent spring” karya
Rachel Carson, seorang ibu rumah tangga, yang menulis betapa berbahayanya
pestisida bagi manusia dan lingkungan hidup. Pemikiran Carson ini kemudian
mengilhami pelanggaran penggunanaan DDT di Amerika Serikat. Gerakan
konsumerisme yang sehat dan bebas dari bahan kimia ternyata berhasil
membalikkan pemikiran perusahaan-perusahaan makanan untuk memproduksi
makanan yang bebas dari bahan kimia. Selain itu, dalam kemasan makanan hasil


45

http://gunnaharmyani.blogspot.com/2013/05/sejarah-dan-landasan-csr.html, diakses
pada tanggal 29 September 2015.
46
Elvinaro Ardianto, Dindin M. Machfudz, Efek Kedermawanan Pebisnis dan CSR, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta, 2011, hlm 47.

produksi harus dicantumkan nutrional fact. Perusahaan juga dituntut terbuka
dalam setia promosinya (sebagai pembelajaran konsumen). Sejak saat itu
pemikiran tentang pentingnya perhatian terhadap masalah lingkungan dan
kesehatan masyarakat kian serius dan meluas.
Karakter CSR era tahun 1960-an diatas telah memunculkan karakter
pemicu CSR: (1) CSR muncul sebagai respons kesadaran etis dalam berbisnis
(business ethic) secara personal pemilik modal, sehingga CSR merupakan bentuk
sikap derma yang ditunjukkan pada masyarakat sekitar; (2) Wujud CSR bersifat
karitatif (charity activity) dan insidentil, yang bergantung pada kondisi kesadaran
dan keinginan pemilik modal. Bentuknya apa, kapan, dan kepada siapa bantuan
diberikan, sangat bergantung pada kemauan sang pemilik modal; (3) Tipe kontrak

yang

mendasari

CSR

bersifat

stewardship

principle.

Konsep

tersebut

mendudukkan pelaku bisnis (businessman) sebagai steward (wali) masyarakat,
sehingga perlu mempertimbangkan stakeholder.
Karakter era CSR diatas, aplikasinya belum bertitik tolak pada community
based dan dampak negative esternalities yang ditimbulkan. CSR lebih

didudukkan sebagai amal pemilik modal, yang muatan esensinya lebih karena
itikad baik pemodal belaka. 47
Pada tahun 1970-an, terbitlah The Limits to Growth yang merupakan buku
monumental dan fenomenal yang ditulis oleh Club Of Rome yang sampai
sekarang selalu diperbarui. Buku ini mengingatkan masyarakat dunia bahwa bumi
yang kita pijak mempunyai keterbatasan daya eksploitasi alam mesti dilakukan

47

Ibid., hlm 48.

secara hati-hati agar pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan 48.
Baru pada dasawarsa 1990-an yang diwarnai dengan pendekatan seperti
pendekatan integtral, pendekatan stakeholder maupun pendekatan civil society.
CSR kembali menarik perhatian dunia pada saat diselenggarakan KTT Bumi
(Earth Summit) di Rio de Jeneiro, Brazil. Pentingnya CSR dengan peran strategis
dari perusahaan dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development) yang berbasis pada keberlanjutan ekonomi dan keberlanjutan
lingkungan.


49

Pertemuan ini menghendaki agar eksploitasi dalam aktifitas-

aktifitas perusahaan tetap memperhatikan keseimbangan dan daya dukung
lingkungan hidup. Perusahaan semestinya melakukan upaya-upaya untuk
menyeimbangkan

peran-peran

ekonominya

dengan

akibat-akibat

yang

ditimbulkan oleh aktifitas ekonomi tersebut baik terhadap manusia maupun
lingkungan hidup di sekitarnya.

Secara umum CSR merupakan peningkatan kualitas kehidupan dimana
mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota komunitas
untuk data menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta
memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada
sekaligus memelihara, atau dengan kata lain, merupakan cara perusahaan
mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. 50
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Bab
48

Ibid., hlm 49.
Bambang Rudito dan Melia Femiola, Op.cit, hal. 234.
50
Bambang Rudito, Op.Cit., hal 207.

49

V Pasal 74, CSR disebut dengan istilah Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, bagi perseroan itu sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat

pada umumnya. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan isu global
terutama dalam dunia bisnis sendiri. Akan tetapi walaupun telah menjadi isu
global, sampai saat ini belum ada suatu definisi tunggal dari tanggung jawab
sosial yang diterima secara global. Secara etimologis Corporate Social
Responsibility dapat diartikan sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau
koorporasi. Berikut adalah beberapa definisi dari CSR atau tanggung jawab sosial
perusahaan:
1. Komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas
setempat, maupun masyarakat pada umumnya. 51
2. Coorporate Social Resonsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial
perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian
terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. 52
3. Daniel Seligman menyebutkan bahwa “tanggung jawab sosial
perusahaan adalah rumit sebagian karena tidak adanya lawan yang
secara umum telah disetujui, paling sedikit tampaknya tidak ada yang
menganjurkan agar perusahaan tidak perlu mempunyai tanggung jawab

sosial”. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab
sosial dikatakan rumit karena tidak ada lawna yang disetujui, ini berarti
tanggung jawab sosial perusahaan belum merupakan tanggung jawab
yang harus dipikul oleh perusahaan atau dengan kata lain perusahaan
antara mau dan tidak mau untuk mempunyai tanggung jawab sosial. 53
4. Menurut Hackston dan Milne, tangggung jawab sosial perusahaan
sering disebut juga sebagai corporate social responsibility atau social
disclosure, corporate social reporting, social reporting merupakan
51

Pasal 1 butir 3 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Elvinaro Ardianto, Dindin M. Machfudz, Op. Cit., hlm 34.
53
Habib Adjie, Loc. Cit.
52

proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan
ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan
dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. 54
Pembahasan bahwa perusahaan harus mempunyai tanggung jawab sosial
ini, sangat terasa penting dan tepat dengan berdasarkan pancasila, yang menjadi
dasar dalam segala bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

B. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility
Sesuai dengan perkembangan jaman, sudah merupakan keharusan
perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial. Meskipun demikian, ternyata
masih tidak mudah untuk memberikan batasa atau ruang lingkup dari
tanggung jawab sosial perusahaan tersebut. Menurut Basu Swastha DA dan
Ibnu Sukotjo W, ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan mencakup
hal hal seperti bidang kesehatan, informasi konsumen, praktek tanpa
diskriminasi dan pemeliharaan lingkungan fisik. 55
Sonny

Keraf

melihat

ruang

lingkup

Corporate

Social

Responsibility tersebut dengan menyebutkan ada dua jalur tanggung jawab
sosial sesuai dengan dua jalur relasi perusahaan dengan masyarakat, yaitu
relasi primier dan relasi sekunder, dirumuskan sebagai berikut:
1. Terhadap Relasi primer, misalnya memenuhi kontrak yang sudah
dilakukan dengan perusahaan lain, memenuhi janji, membayar utang,
member pelayanan pada konsumen dan pelanggan secara memuaskan,
bertanggung jawab dalam menawarkan barang dan jasa kepada masyarakat
dengan mutu yang baik, memperhatikan hak karyawan, kesejahteraan

54

http://massofa.wordpress.com/2010/12/31/tanggungjawab-sosial-perusahaan/, diakses
pada tanggal 29 September 2015.
55
Basu Swastha DH., Ibnu Sukotjo W. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi
Perusahaan Modern), Edisi ketiga, Yogyakarta: Liberty, 1993, hal 27.

karyawan dan keluarganya, meningkatkan keterampilan dan pendidikan
karyawan dan sebagainya.
2. Terhadap relasi sekunder, bertanggung jawab atas operasi dan dampak
bisnis terhadap masyarakat pada umumnya, atas masalah-masalah sosial
seperti lapangan kerja, pendidikan, prasarana sosial, pajak, dna
sebagainya. 56
Jika dikaji lebih lanjut sebenarnya ada dua hal yang berkaitan dengan ruang
lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yaitu:
a. Internal, merupakan tanggung jawab kedalam perusahaan itu sendiri,
perusahaan harus bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawannya,
terhadap mutu bahan yang dipergunakan agar menghasilkan barang yang
baik atau hal-hal yang berkaitan dengan produksi.
b. Eksternal, merupakan tanggung jawab ke luar perusahaan, perusahaan
harus bertanggung jawab terhadap lingkungan yang berada disekitar
perusahaan serta akibat-akibat yang ditimbulkannya, bertanggung jawab
terhadap barang-barang yang dibuat (dipasarkan) atau pasca produksi. 57

C. Pengaturan Hukum Mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) di
PT. Arun NGL
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang dilakukan di Indonesia
termasuk CSR yang dilakukan oleh PT. Arun NGL tentu harus memiliki dasar
hukum yang sama agar para pengusaha dapat melaksanakan CSR sebaik-baiknya
dan tidak dilakukan tanpa melihat pengaturan yang ada. Dasar hukum CSR yang
terdapat di Indonesia antara lain:
1. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam UU No. 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas, menjelaskan :
Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan” 58
56

Elvinaro Ardianto, Dindin M. Machfudz, Op. Cit., hlm 36.
Ibid., hlm 30.
58
Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

57

Yang dimaksud dengan “perseroan yang menjalankan kegiatan di bidang
sumber daya alam” adalah perseroan yang kegiatan usahanya mengelola
dan memanfaatkan sumber daya alam. Yang dimaksud “perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan sumber daya alam”
adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan sumber
daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan
sumber daya alam. Terlepas peran yang diberikan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 merupakan suatu keharusan untuk melaksanakaan CSR
berdasarkan prinsip GCG yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka,
dengan demikian langkah dua Undang-Undang tersebut sebagai suatu
kewajiban yang memiliki sanksi (strict liability) adalah suatu keputusan
yang tepat, khususnya bagi industri di bidang yang berkaitan dengan
eksplorasi sumber daya alam seperti halnya PT. Arun NGL dalam
mengolah gas bumi di Aceh. Termasuk juga melaksanakan amanat
konstitusi UUD 1945 hasil amandemen, khususnya Pasal 33, terutama
yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat yang selama ini belum
terwujud dan dirasakan masyarakat. 59
Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 adalah peraturan yang memayungi
pelaksanaan CSR di Indonesia. Dengan demikian sesuai dengan amanah
yang diberikan Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut, pemerintah
perlu membuat aturan pelaksanaannya dalam bentuk Peraturan
Pemerintah. Dengan dimasukkannya CSR dalam UU No. 40 Tahun 2007,
CSR yang awalnya muncul karena kesadaran perusahaan dan lebih
merupakan moral liability menjadi legal liability, walaupun sanksi yang
diterima oleh perusahaan adalah dari UU terkait. 60
Dengan dimasukkannya CSR kedalam UUPT menimbulkan konsekuensi
bagi PT, yaitu:
a. PT harus memiliki corporate identity
Sebelum melaksanakan kegiatan CSR-nya perusahaan harus mampu
mengidentifikasikan dirinya melalui visi, misi dan nilai-nilai
perusahaan serta menempatkan dirinya dalam posisiyang tepat
ditengah komunitas dan lingkungannya. Identitas perusahaan ini akan
menentukan konsepsi dan cara pandang perusahaan terhadap kegiatan
CSR yang akan mereka lakukan dan penuangannya dalam rencana
59
60

Ibid., hlm 15.
Gunawan Widjaja & Yeremia Ardi Pratama, Op. Cit., hlm 100.

kerja tahunan duna mencapai kinerja yang terbaik.
b. PT

harus

mampu

merumuskan

kegiatan

CSR-nya

dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)
2)
3)
4)

CSR bukanlah kegiatan philanthrophy,
Pelaksanaan CSR memerlukan keterlibatan dari stakeholder,
Pelaksanaan CSR menuntut keterlibatan aktif perusahaan,
Tujuan pelaksanaan CSR adalah sustainability perusahaan,
lingkungan dan sosial,
5) Pelaksanaan CSR disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dan
khususnya. 61
Dalam pasal 74ayat (2) UUPT, bahwa tanggung jawab sosial

merupakan kewajiban perseroan yang wajib dianggarkan dalam anggaran
(keuangan) perseroan. Dengan kewajiban seperti itu, tanggung jawab
sosial bagi setiap perusahaan, wajib menghitung dengan cermat setiap
pengeluaran perseroan, sehingga keuntungan yang diperoleh merupakan
keuntungan bersih yang tidak perlu dikurangi kewajiban lainnya. Dalam
pasal 74 ayat (2) UUPT, untuk perseroan yang tidak melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut, sanksi yang akan diatur
tersebut harus ditegaskan:
a. Bentuk dan jenisnya. Sebaiknya jangan sanksi berupa pengenaan
sejumlah uang atauapun pidana, tetapi berupa kewajiban untuk
melaksanakan tanggung jawab sosial tertentu yang sesuai atau
berkaitan dengan bidang usaha perseroan.
b. Sanksi harus dijatuhkan oleh suatu institusi atau lembaga yang khusus
dibuat untuk keperluan tersebut, dan bersifat independen.
c. Sanksi yang dijatuhkan oleh lembaga tersebut bersifat mengikat dan
final. Artinya tidak ada proses hukum kepada instansi lainnya.
d. Setiap sanksi yang dijatuhkan wajib diawasi dan diaudit oleh suatu
lembaga yang independen.
e. Jika perseroan yang dijatuhi sanksi tersebut, tidak mematuhinya atau
menurut lembaga yang mengawasi dan mengaudit tersebut tidak
61

Ibid., hlm 101.

sepenuh hati melaksanakannya, maka lembaga tersebut dapat
menunjuk lembaga lainnya untuk melaksanakan kewajiban sosial
tersebut dengan biaya dari perseroan yang dijatuhi sanksi, atau
f. Lembaga yang ditunjuk tersebut dapat merekomendasikan kepada
pemerintah, agar segala izin yang berkaitan dengan perseroan tersebut
dicabut.
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
menyebutkan; “Setiap penanam modal berkewajiban:
a. Menetapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal; dan
e. Mematuhi peraturan perundang-undangan. 62

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 ini menegaskan bahwa
dalam melaksanakan penanaman modal baik terhadap pihak penanam
modal asing maupun lokal, berkewajiban memperhatikan prinsip tata
kelola perusahaan yang baik (GCG) dan juga harus melaksanakan
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Maka, dengan demikian prinsip
GCG dan CSR dalam hal penanaman modal bukan lagi merupak suatu
responsibility (tanggung jawab moral), tetapi sudah merupakan liability
(kewajiban hukum). Oleh karena itu, jika hal ini tidak dilaksanakan
dengan baik memiliki dampak hukum, yaitu berupa saksi yang diatur
dalam pasal 34 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, yaitu:

62

Pasal 15 Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

a.

Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administrasi
berupa:
1) Peringatan tertulis;
2) Pembatasan kegiatan usaha;
3) Pembekuan kegiatan;
4) Pencabutan kegiatan usaha dan/atau penanaman modal;

b.

Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan.

c.

Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha
perseorangan dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Pemberian sanksi ini terkait dengan ikut sertanya pemerintah bukan hanya
sebagai legulator pelaksana investasi, tetapi juga melaksanakan tugas pengawasan
terhadap investasi ynag tidak memgang teguh prinsip GCG. Kepedulian
pemerintah juga terhadap masyarakat dan lingkungan dengan mewajibkan semua
penanam modal melaksanaka prinsip CSR ini. Maka, apabila prinsip GCG
dilaksanakan dengan baik, tentu CSR juga dapat berjalan dengan baik dan tidak
mungkin dilanggar oleh para investor yang akan menanamkan sahamnya di
Indonesia. Para investor asing yang juga terbiasa dengan prinsip CSR ini jika akan
memilih perusahaan yang akan dijadikan tempat berinvestasi, pasti memilih

perusahaan yang benar melaksanakan prinsip CSR.
Adapun pengaturan hukum tanggung jawab sosial dan lingkungan lainnya
di Indonesia berikut diantaranya :
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan Pasal 68, setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat
waktu;
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan
c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau
kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. 63
2. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 merupakan lex specialis
derogate lex generalis dari Pasal 74 ayat (4) Undnag-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Dimana dalam Peraturan Pemerintah ini
dikatakan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan
terbatas dilaporkan dalam laporan tahunan serta memuat sanksi yang diatur lebih
lanjut di dalam perundang-undangan.
Prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan CSR. Bila perusahaan dapat
menerapkan GCG, maka hal itu akan membawa dampak positif bagi keberlanjutan
perusahaan, yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika bisnis sebagai basis

63

Pasal 68 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

menuju praktik CSR. Terdapat 5 (lima) prinsip GCG yang dapat diadikan
pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu:
1. Keterbukaan informasi (transparency)
Keterbukaan informasi (transparency) secara sederhana dapat diartikan
sebagai keterbukaan informasi. Dalam mewujudkan prinsip ini perusahaan
dituntut untuk menyediakan informasi yang cukup dan, akurat, tepat pada
waktu kepada segenap -pihak yang pihak berkepentingan.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas (Accountability) maksudnya adalah kejelasan fungsi,
struktur, system, dan pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila
prinsip ini diterapkan secara efektif, maka akan ada kejelasan fungsi, hak,
kewajiban, dan wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham,
dewan komisaris, dan dewan direksi.
3. Pertanggung jawaban (Responsibility)
Bentuk pertanggungjawaban perusahaan adalah kepatuhan perusahaan
terhadap peraturan yang berlaku, diantaranya termasuk masalah pajak,
hubungan industrial, kesehatan, dan keselamatan kerja, perlindungan
lingkungan hidup memelihara lingkungan bisnis kondusif bersama
masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan
menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan operasionalnya,
perushaan juga mempunyai peran untuk bertanggungjawab selain kepada
pemegang saham juga kepada pihal yang berkepentingan.
4. Kemandirian (indepedency)
Kemandirian (indepedency) intinya mensyaratkan agar perusahaan
dikelola secara professional tanpa adanya kepentingan dan tanpa tekanan
Atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturanperaturan yang berlaku.
5. Kesetaraan dan kewajaran (fairness)
Kesetaraan dan kewajaran (fairness) menuntut adanya perlakuan yang adil
dalam memenuhi hak dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
eksistensi perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Diharapkan kesetaraan dan kewajaran dapat menjadi factor
pendorong yang dapat memonitori dan memberikan jaminan perlakuan
yang adil diantara beragam kepentingan dalam perusahaan. 64
Dari 5 prinsip GCG ini, prinsip pertanggungjawaban (responsibility)
merupakan prinsip yang mempunyai keterkaitan paling dekat dengan CSR. Dalam
64

Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik: Frascho Publishing,
2007, hal, 11-12.

prinsip ini, penekanan yang paling tegas diberikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap jalannya perushaan. Melalui prinsip ini diharapkan
perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali
menghasilkan

dampak

yang

harus

ditanggung

oleh

pihak-pihak

yang

berkepentingan terhadap jalannya perusahaan, sehingga harus memperhatikan
kepentingan dan nilai tambah dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
jalannya perusahaan.
Adapun peraturan yang mengatur mengai CSR bagi BUMN tertuang
dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
Pada pasal tersebut disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba
bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan
masyarakat sekitar BUMN (Pasal 88 ayat (1)). Selain itu, dalam penerapan CSR
tersebut, CSR tidak berdiri sendiri melainkan adanya Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan (PKBL). Dalam hal ini pelaksanaan CSR yang diatur dalam
pasal 74 UUPT 2007 berbeda dengan Program Kemitraan dengan Pengusaha
Kecil maupun dengan Program Bina Lingkungan yang diwajibkan kepada
BUMN.

BAB IV
PENERAPAN PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PADA PT. ARUN NGL

A.

Kebijakan Corporate Social Responsibility (CSR) Pada PT. Arun NGL
Dewasa ini, perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk

menciptakan profit semata demi kelangsungan usahanya, melainkan juga
bertanggung jawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya. Corporate Social
Responsibility merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk
bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari
komunitas setempat atau pun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan
taraf hidup pekerja beserta keluarganya. Berbicara mengenai suatu kebijakan
dalam suatu perusahaan sudahlah pasti tidak lepas dari tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) yang di dalamnya memuat sejumlah
aturan dasar bagaimana cara menjalankan suatu perusahaan. Kebijakan mengenai
CSR PT. Arun NGL, diatur dalam GCG, dimana GCG PT. Arun NGL sendiri
mengadopsi beberapa ketentuan-ketentuan baik peraturan dari lokal maupun
global.
PT Arun NGL adalah perusahaan penghasil Liquified Natural Gas (LNG)
dan Liquified Petroleum Gas (LPG) yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh,
Indonesia.PT Arun NGL sebagai perusahaan Joint Venture antara PT
PERTAMINA, Mobil LNG Indonesia Inc, dan JILCO yang didirikan pada
tanggal 26 November 1974. Status kepemilikan saham saat ini adalah PT

PERTAMINA (55 %), Mobil LNG Indonesia Inc. (30 %) dan JILCO (15 %). Saat
ini kapasitas desain produksi LNG adalah sebesar 12,5 juta ton/tahun. PT Arun
NGL pernah sebagai pionir produsen LNG terbesar pertama di dunia dengan
puncak produksi mencapai 12,68 juta ton/tahun atau 224 kargo pada tahun 1994.
Perusahaan ini memiliki peran strategis dan memberikan kontribusi yang sangat
besar bagi devisa negara. Sifat operasi PT Arun NGL adalah sebagai perusahaan
nirlaba (Non Profit Company) yang ditugaskan sebagai operator untuk
mengoperasikan kilang LNG Arun, sedangkan asetnya adalah milik negara di
bawah pengelolaan Kementrian Keuangan (DJKN). 65
PT Arun NGL merupakan salah satu kilang LNG teraman dan terhandal
dunia, hal ini terbukti dengan diberikannya penghargaan K3 dan Lingkungan
Hidup oleh badan-badan Internasional dan nasional antara lain “15 kali
penghargaan Sword of Honour” dari British Safety Council-Inggris, “9 kali
penghargaan Award of Honor“ dari National Safety Council-USA, “2 kali
PROPER Hijau” dan “Patra Nirbhaya Karya Utama Adi Nugraha”

dari

Pemerintah Indonesia dengan capaian jam kerja 88.713.052 jam kerja aman. 66
Oleh karena itu, dalam rangka penerapan pelaksanaan Corporate Social
Responsibility yang dilakukan oleh PT. Arun NGL, maka segenap jajaran di
perusahaan harus selalu bersikap dan berperilaku sesuai dengan visi dan misi
perusahaan. Visi dan misi PT. Arun NGL yaitu:
1. Visi CSR PT. Arun NGL yaitu mewujudkan terciptanya pengembangan
65

Sustainability Report, Laporan Blue Print Program CSR 2013-2018 PT. Arun NGL,

hlm 3.
66

Ibid., hlm 4.

kualitas stakeholders yang berkelanjutan melalui implementasi program
yang terarah dan terencana sesuai dengan bisnis inti yang dijalankan.
2.

Misi CSR PT. Arun NGL adalah pernyataan tentang apa yang harus
dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Adapun misi
yang dijalankan terkait Program CSR PT Arun NGL meliputi:
a.

b.

c.

d.

Mengimplementasikan komitmen untuk menciptakan kondisi
lingkungan dan stakeholder yang berkelanjutan melalui programprogram CSR yang dilakukan.
Mengimplementasikan komitmen perusahaan untuk menciptakan
peningkatan kualitas sosial-ekonomi yang berkelanjutan melalui
program-program CSR yang dilakukan.
Mewujudkan terciptanya peningkatan kualitas hidup masyarakat
dan bangsa Indonesia melalui program bidang sosial, ekonomi dan
lingkungan.
Meningkatkan kualitas dan mutu pengembangan SDM terutama
dalamnpengembangan kompetensi sesuai dengan bisnis inti yang
dilakukan. 67

Selain itu, adapun tujuan objektif yang ingin dicapai dari pelaksanaan CSR
yang dilakukan oleh PT. Arun NGL yaitu:
1.

Memberikan kontribusi dan nilai tambah yang positif bagi seluruh
stakeholder,

membangun

hubungan

yang

harmonis,

serta

menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendukung pertumbuhan
dan keberlanjutan perusahaan dan lingkungan sekitar.
2.

Memberikan kontribusi dalam memecahkan permasalahan
sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terintegrasi dengan strategi
bisnis dan bisnis inti perusahaan.

3.

Membangun citra dan reputasi perusahaan yang positif dalam
mewujudkan terciptanya perusahaan yang handal yang mampu

67

Ibid., hlm 5.

memberikan kontribusi nyata terutama terkait

pengembangan

kualitas SDM dalam peningkatan keahlian dalam bidang oil &
gas. 68
Identifikasi stakeholder terkait yang berperan dalam program dan sasaran
CSR PT Arun NGL. Stakeholder yang teridentifikasi di PT Arun NGL
diantaranya meliputi :
a. Pemerintah (Pemerintah pusat, Pemda) dan instansi terkait dengan regulasi
bisnis PT Arun NGL.
b. Shareholder, PT. Pertamina, Mobil LNG Indonesia Inc, dan JILCO
c. Vendor.
d. LSM dan Media.
e. Masyarakat di sekitar lokasi operasional. 69
Di Indonesia, CSR merupakan salah satu kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang
termaktub pada pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas. Hal ini menuntut wajib bagi para perusahaan termasuk PT. Arun NGL
untuk melaksanakan International Organitation for Standardization atau lebih
dikenal dengan ISO 26000. ISO 26000 merupakan standard global yang berlaku
secara internasional sebagai referensi dan patokan bagi perusahaan-perusahaan
yang mempunyai komitmen untuk membentuk masa depan bisnis yang
bertanggung jawab. ISO 26000 ini akan menjadi landasan perspektif perusahaan
dalam menentukan kebijakan tentang konsep dan aplikasi dari tanggung jawab
sosial berbagai isu sosial yang perlu dikaji dalam rangka operasionalisasi bisnis
yang bertanggung jawab. ISO 26000 bertujuan untuk menyediakan dukungan

68
69

Ibid., hlm 6
Ibid., hlm 7

praktis yang terkait dengan operasionalisasi tanggung jawab sosial, identifikasi
dan perlibatan stakeholders dalam program-program komunitas, dan

upaya

meningkatkan kredibilitas serta citra atas laporan dan klaim dari aktifitas
perusahaan yang berorientasi kepada tanggung jawab sosial. 70
Untuk menentukan ruang lingkup Corporate Social Responsibility
perusahaan, serta mengidentifikasi isu-isu yang relevan dan menetapkan
prioritas, organisasi harus membahas Core Subject ISO 26000, yang terdiri dari:
1.

Tata Kelola Organisasi.
Tata kelola organisasi adalah sistem dimana organisasi membuat dan

mengimplementasikan keputusan dalam mencapai tujuannya. Tata kelola
organisasi terbagai dua yaitu mekanisme formal berdasarkan struktur dan proses
yang sudah ditetapkan sebelumnya dan mekanisme informal yang muncul karena
pengaruh budaya dan nilai-nilai organisasi, biasanya mekanisme informal ini
sering dipengaruhi oleh orang-orang yang memimpin organisasi. Tata kelola
organisasi adalah fungsi inti dari setiap jenis organisasi karena tata kelola
merupakan kerangka untuk membuat keputusan dalam organisasi.
Sistem tata kelola sangat bervariasi, tergantung pada ukuran dan jenis
organisasi, konteks ekonomi, politik, budaya dan sosial lingkungan di mana
organissi beroperasi. Sistem ini diarahkan oleh seseorang atau sekelompok orang
(pemilik, anggota, konstituen atau orang lain) yang memiliki wewenang dan
tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi.
Tata kelola yang efektif harus didasarkan pada penerapan prinsip-prinsip
70

42.

Erwin Suryatama, Aplikasi ISO Sebagai Standar Mutu, Kata Pena, Jakarta, 2014, hlm

tanggung

jawab

sosial

dalam

pengambilan

keputusan

dan

implementasinya.
Prinsip-prinsip ini adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Akuntabilitas,
Transparansi,
Perilaku etis,
Menghormati kepentingan stakeholder,
Menghormati aturan hukum,
Menghormati norma-norma perilaku internasional, dan,
Menghormati hak asasi manusia. 71
Selain prinsip-prinsip ini, organisasi harus mempertimbangkan tindakan,

Subjek inti dan isu-isu tanggung jawab sosial ketika menetapkan dan meninjau
sistem tata kelola.
PT Arun NGL sudah menerapkan panduan yang menyeluruh untuk semua
bagian operasinya. Kebijakan tersebut tertuang dalam:
1)
2)
3)
4)
5)

Visi, Misi dan Objektif 2014.
Procedure & Policy Guidelines (PPG).
Process Safety Management (PSM).
Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Job Description dari setiap pekerjaan. 72
Kelima alat tersebut adalah instrument yang mengatur PT Arun NGL baik

secara organisasi, maupun individu dalam bersikap dan memutuskan dalam
setiap kegiatannya.
2.

Hak Asasi Manusia.
Hak asasi manusia adalah hak dasar bagi semua manusia. Ada dua kategori

hak asasi manusia.

71

Ibrahim, Johannes, Hukum Organisasi Perusahaan, Refika Aditama, Bandung, 2006,

72

Sustainaility Report, Op.Cit., hlm 8

hlm 72.

1)

Kategori pertama menyangkut hak-hak sipil dan politik dan termasuk
hak seperti hak untuk hidup dan kebebasan, persamaan di depan hukum
dan kebebasan berekspresi.
Kategori kedua, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya dan termasuk hak
untuk bekerja, hak atas pangan, hak atas standar kesehatan tertinggi, hak
atas pendidikan dan hak atas jaminan sosial. 73

2)

Berbagai norma moral, hukum dan intelektual didasarkan pada premis bahwa
hak asasi manusia melampaui hukum atau tradisi budaya. Keunggulan HAM
telah ditekankan oleh masyarakat internasional dalam Ketentuan Internasional
tentang Hak Asasi Manusia dan instrumen HAM. Organisasi akan mendapatkan
keuntungan dari suatu tatanan sosial dan internasional di mana hak dan
kebebasan dapat dipulihkan. Organisasi memiliki tanggung jawab untuk
menghormati hak asasi manusia, terlepas dari mampu tidaknya Negara
memenuhi tugasnya untuk melindungi HAM. Tanggung jawab ini mengharuskan
adanya langkah positif untuk memastikan bahwa organisasi baik secara aktif
maupun berpartisipasi dalam menghindari pelanggaran hak.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) telah mengidentifikasi hak-hak
mendasar di tempat kerja antara lain:
a. Kebebasan berserikat dan pengakuan efektif terhadap hak untuk berunding

bersama;
b. Penghapusan segala bentuk kerja paksa atau wajib;
c. Penghapusan pekerja anak secara efektif, dan;
d. Penghapusan diskriminasi terhadap pekerjaan dan jabatan. 74
PT Arun NGL telah mengadopsi subyek inti Hak Asasi Manusia ini dalam

73
74

34.

Ibid., hlm 32
Santiago, Faisal, Pengantar Hukum Bisnis, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2012, hlm

kegiatan perusahaannya, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

f.
g.
h.

Performance Management System (PMS).
Evaluasi dalam bentuk rapat Koordinasi (daily, weekly, monthly).
Mengadopsi peraturan perundangan yang berlaku.
Sosialisasi hukum kepada masyarakat desa lingkungan kerjasama dengan
LBH Masyarakat.
Tidak mendiskriminasikan kesempatan untuk semua orang bekerja di
PT. Arun NGL.
Pengakuan hak dan kewajiban pekerja.
Memfasilitasi operasional SP.
Penyelesaian hubungan industrial. 75

3.

Praktek Ketenagakerjaan.

e.

Praktek ketenegakerjaan mencakup semua kebijakan dan praktek yang
berkaitan dengan pekerjaan yang dilakukan dalam, oleh atau atas nama
organisasi, termasuk pekerjaan yang disubkontrakkan. Hal ini lebih dari sekedar
hubungan sebuah organisasi dengan karyawan secara langsung, atau tanggung
jawab organisasi di tempat kerja yang dimilikinya. Di dalamnya termasuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Rekrutmen dan promosi pekerja,
Disiplin dan prosedur pengaduan,
Transfer dan relokasi pekerja,
Pemutusan hubungan kerja,
Pelatihan dan pengembangan ketrampilan,
Kesehatan, keselamatan
Kebijakan atau praktik yang mempengaruhi kondisi kerja, khususnya jam
kerja dan remunerasi,
Pengakuan kepada organisasi pekerja dan perwakilan dari organisasi
pekerja dan pengusaha dalam perundingan bersama, dialog sosial dan
konsultasi tripartit untuk menangani masalah-masalah sosial yang terkait
dengan ketenagakerjaan. 76
Penciptaan lapangan kerja, upah dan kompensasi lainnya yang dibayarkan

untuk pekerjaan yang dilakukan, merupakan bagian dari kontribusi ekonomi

75
76

Sustainability Report, Op.Cit., hlm 20.
Ibid., hlm 21.

dan sosial organisasi yang paling penting. Pekerjaan yang bermanfaat dan
produktif merupakan elemen penting dalam pembangunan manusia, standar
hidup yang meningkat melalui praktek kerja penuh dan aman.Jika hal tersebut
tidak ada bisa menjadi penyebab utama dari masalah sosial.
Prinsip fundamental lahir dari praktek ketenagakerjaan yaitu

bahwa

pekerja bukanlah komoditas.Ini berarti bahwa para pekerja tidak boleh
diperlakukan sebagai faktor produksi dan tunduk pada kekuatan pasar seperti
halnya berlaku bagi komoditas.
PT Arun NGL telah mengadopsi subyek inti Praktek Ketenagakerjaan ini
dalam kegiatan perusahaannya, diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

o.
p.

Sosialisasi peraturan ketenagakerjaan.
Arun internal web (lotus notes).
Penyediaan Sekretariat SP.
Pemantauan keselamatan rutin untuk kerja (safety permit).
Pakai safety protection (sepatu, sarung tangan,earplug, baju radiasi)
pasang pamflet.
Pemasangan dinding timbal pada ruang rontgen.
Pemakaian masker di area kerja.
Peningkatan kualitas cahaya di ruang kerja.
SSHC / safety talk.
Drill - fire drill, ISPSI code (kerja antar instasi).
Program merubah Pekerja N2 menjadi N1 (Pekerja Tetap) sebanyak 10
orang.
Mengganti Tenaga Kerja PT Arun NGL N1 MPP dengan Tenaga Kerja
Kontrak N2 dengan kompetensi tertentu.
Contractor Safety Management System.
Menetapkan kebijakan setiap vendor /kontraktor haru melampirkan bukti
lapor pajak ke PP sebagai syarat pembayaran invoice.
Perusahaan taat pajak.
Pelatihan/Pengisian/Pelatihan tentang Pajak. 77

4.

Lingkungan

f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

Keputusan dan kegiatan organisasi selalu berdampak pada lingkungan di
77

Ibid., hlm 22.

manapun organisasi berada. Dampak tersebut dapat dikaitkan dengan
penggunaan sumber daya, lokasi kegiatan organisasi, polusi dan limbah yang
dihasilkan, dan dampak dari kegiatan organisasi terhadap habitat alami. Untuk
mengurangi

dampak

lingkungan

mereka,

organisasi

harus

mengadopsi

pendekatan terpadu yang mempertimbangkan implikasi ekonomi, sosial,
kesehatan dan lingkungan langsung dan tidak langsung dari keputusan dan
kegiatan mereka.
Tanggung jawab lingkungan merupakan prasyarat bagi kelangsungan
hidup dan kesejahteraan dari manusia. Oleh karena itulah merupakan aspek
penting dari tanggung jawab sosial.Masalah lingkungan terkait erat dengan
subjek inti dan isu-isu tanggung jawab sosial lainnya. Pendidikan dan
pembangunan

kapasitas

Lingkungan

adalah

hal

fundamental

dalam

mempromosikan pengembangan masyarakat dan gaya hidup yang berkelanjutan.
PT Arun NGL LNG telah mengadopsi subyek inti Lingkungan ini dalam
kegiatan perusahaannya, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)

Program penanaman pohon / penghijauan dengan tanaman endemik di
komplek perumahan.
Pembuatan biopori.
Workshop pengolahan sampah (waste management).
Jasa pengelolaan sampah.
Workshop imbal jasa lingkungan.
ISO 14001 : 2004.
Penanaman / konservasi mangrove.
Go Green Public Awarness Program (Media / Billboard / Campaign).
PROPER Corporate Goal.
Memberikan laporan kepada BAPEDAL Kota, BAPEDALDA, Pertamina,
dan Exxon- MOI.
Melakukan Monitoring RPL / RKL secara berkala.
Flare recovery/MBOG program.
Pengurangan pemakaian fuel genset di Water IntakePeusangan dengan
pemakaian arus listrik PLN.

14)
15)
16)
17)
18)
19)

47)
48)
49)
50)
51)

Bekerjasama dengan BLHK untuk memonitor hasil pembakaran cerobong.
Chemical handling di Chemical warehouse.
Identifikasi aspek & dampak dari masing-masing seksi/kegiatan.
Melibatkan pihak ke-3 untuk environmental control.
Inventory taking.
Melakukan monitoring gas buangan dari emisi, kegiatan, mobil, motor dan
dari proses LNG & NSO.
Memantau kadar buang air ke laut (PPM/Temperatur).
Program HRSG.
Green Office dan shop (bengkel), penghijauan.
Penggunaan insinerator.
Program REBOG.
Pemasangan sunswitch.
Load sheding.
CSR Assessment tahunan.
Memonitor thermal oxidizer.
Program ENERCO.
Melakukan PM disemua alat monitoring dari sumber-sumber.
Melakukan preventive maintenance semua alat/unit,secara periodik dan
terukur.
Membuat policy chemical inventory terhadap bahan ramah lingkungan.
Mengontrol kondisi operasi dengan alat kontrol yang canggih.
Membuat bak penampungan dan unit filtrasi sebelum di buang ke laut.
Melakukan penggantian freon dengan iceon/helon dengan HFII.
Reusefilter inlet air gas turbin.
Pengelolaan sampah dengan konsep 3 R.
Pemantauan oil bekas, sebagai produk kondesat.
Pemantauan oli dari turbin ke pompa putar rendah.
Reuse sampah plastik menjadi celemek.
Kampanye hemat energi.
Kebijakan zero oil leak.
Menerapkan system ERP.
Penggunaan lampu hemat energi.
Menyelenggarakan Seminar perubahan iklim.
Melakukan program Earth hour, go green, fun bike, pelatihan safety,
campaign melalui radio Istiqomah.
Melakukan biodiversity mapping.
Melakukan program konservasi DAS Peusangan.
Melakukan marine biodiversity mapping.
Melakukan Audit Lingkungan (AMDAL Pasca Operasi).
Melakukan Pembersihan Limbah B3. 78

5.

Praktek Operasi yang adil

20)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
31)
32)
33)
34)
35)
36)
37)
38)
39)
40)
41)
42)
43)
44)
45)
46)

78

Ibid., hlm 26.

Praktek operasi yang adil menyangkut perilaku beretika dalam organisasi
terhadap organisasi lain. Termasuk hubungan antara organisasi dengan lembaga
pemerintah, serta antara organisasi dan mitra, pemasok, kontraktor, pelanggan,
pesaing, dan asosiasi-asosiasi di mana mereka menjadi anggota. Isu praktek
operasi yang adil meliputi hal-hal di bidang anti-korupsi, keterlibatan
bertanggung jawab terhadap masyarakat dalam pengaruh, persaingan yang adil,
perilaku yang bertanggung jawab secara sosial, hubungan dengan organisasi lain
dan menghormatihak milik.
Dalam konteks tanggung jawab sosial, praktek operasi yang adil
menyangkut cara organisasi memanfaatkan hubungannya dengan organisasi lain
untuk mempromosikan hasil positif. Hasil positif dapat dicapai dengan
adanyaadopsi kepemimpinan dan promosi tanggung jawab sosial yang lebih luas
di seluruhlingkup pengaruh organisasi.
PT Arun NGL LNG telah mengadopsi subyek inti Praktek Operasi Adil
ini dalam kegiatan perusahaannya, diantaranya adalah sebagai berikut
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Internal Audit yang independen.
Pelaksanaan Sosialisasi Program GCG,
Suggestion reward, Kenaikan golongan jasa luar biasa.
Penggunaan electronic integrated system (SAP, E- Procurement).
Adanya program security system (BAP) dan bila tidak selesai akan
dilanjutkan ke pihak penegak hukum.
Pekerja tidak dibenarkan untuk berpolitik.
Sosialisasi & Aplikasi 7 values 79.

6.

Isu Konsumen
Organisasi yang menyediakan produk dan layanan kepada konsumen, serta
79

Ibid., hlm 30.

pelanggan lain, memiliki tanggung jawab kepada konsumen dan pelanggan.
Tanggung jawab organisasi dalam hal ini juga terkait dengan upaya
meminimalkan risiko dari penggunaan produk dan jasa, melalui desain,
manufaktur, distribusi, penyediaan informasi, layanan pendukung dan prosedur
penarikan dan recall. Banyak organisasi mengumpulkan informasi pribadi dan
karenanya memiliki tanggung jawab untuk melindungi keamanan informasi dan
privasi konsumen.
Isu konsumen tentang terkait dengan tanggung jawab sosial, antara lain,
praktik pemasaran yang adil, perlindungan kesehatan dan keselamatan, konsumsi
berkelanjutan, penyelesaian sengketa dan pemulihan, data dan perlindungan
privasi, akses ke produk dan layanan, menangani kebutuhan konsumen rentan
dan kurang beruntung, dan pendidikan.
Implementasi program CSR terkait isu ini tidak sepenuh nya sesuai
dengan karakter bisnis PT Arun NGL, tetapi PT Arun NGL telah mengadopsi
subyek inti HAM ini dalam kegiatan perusahaannya, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Menggunakan kontrak penjualan dalam setiap kegiatannya.
b. Perlindungan kontrak untuk tenaga outsourcing sesuai dengan
penawaran dari kontraktor penyedia tenaga outsourcing, follow up
laporan kecurangan kontrak untuk tenaga outsourcing.
c. Melakukan follow up laporan kecurangan kontrak untuk tenaga
outsourcing.
d. Melakukan pembinaan vendor & kontraktor.
e. Melakukan pembelian barang-barang sesuai lisensi.
f. Melakukan
tender
terbuka/tender
terbatasuntuk
pemenuhan
kebutuhannya.
g. Melakukan pre bid meetinguntuk setiap tender yang dilakukan,
h. Membuat estimasi nilai kontrak.
i. Melakukan pengecekan sampel bersama dengan buyer dan sistem FOB.
j. Surat keterangan patuh lingkungan.
k. Menggunakan American Standard untuk menjamin kualitas LNG
yang dihasilkan. 80
80

Ibid., hlm 31.

7.

Keterlibatan dan Pengembangan Masyarakat.
Sudah diterima secara luas hari ini bahwa organisasi harus memiliki

hubungan dengan masyarakat di mana mereka beroperasi. Hubungan ini harus
didasarkan atas adanya keterlibatan masyarakat sehingga dapat berkontribusi
pada pengembangan masyarakat. Keterlibatan masyarakat - baik secara individu
maupun melalui asosiasi dimaksudkan untuk meningkatkan kebaikan publik membantu memperkuat masyarakat sipil. Organisasi yang mengikatkan diri
dengan cara-cara yang terhormat dengan masyarakat dan lembaga-lembaganya
dapat memperkuat demokrasi dan nilai-nilai kewarganegaraan.
Pelibatan dan pengembangan komunitas merupakan bagian integral dari
pembangunan

berkelanjutan.

Pelibatan

komunitas

lebih

dari

sekedar

mengidentifikasi dan melibatkan para pemangku kepentingan sehubungan
dengan dampak kegiatan organisasi, tetapi juga mencakup dukungan dan
membangun hubungan dengan komunitas.
Di atas semuanya, hal tersebut memerlukan pengakuan terhadap nilai
masyarakat. Pelibatan organisasi komunitas harus meningkat sesuai dengan
pengakuan bahwa organisasi tersebut merupakan bagian pemangku kepentingan
dalam komunitas, berbagi kepentingan bersama dengan komunitas.
Kontribusi organisasi untuk pengembangan komunitas dapat membantu
untuk mempromosikan kesejahteraan komunitas pada tingkat yang lebih tinggi.
Perkembangan tersebut, secara umum dipahami, adalah peningkatan kualitas

hidup daripopulasi. Pengembangan masyarakat bukanlah proses linear, namun,
sebuah proses jangka panjang yangkepentingannya bisa berbeda dan saling
bertentangan. Karakteristik sejarah dan budaya membuat masing-masing
komunitas menjadi unik dan mempengaruhi kemungkinan masa depannya.
Karena itu pengembangan komunitas tergantung dari fitur sosial, politik,
ekonomi dan budaya dan karakteristik kekuatan sosial yang terlibat. Stakeholder
di komunitas mungkin berbeda kepentingan bahkan bertentangan.Tanggung
jawab bersama diperlukan untuk mempromosikan kesejahteraan komunitas
sebagai tujuan umum.
Isu

pengembangan

komunitasoleh

organisasi,

dapat

berkontribusi

termasuk, misalnya, menciptakan lapangan kerja melalui perluasan dan
diversifikasi kegiatan ekonomi dan perkembangan teknologi. Dapat juga dengan
berkontribusi melalui investasi sosial dalam pendapatan kekayaan dan
penghasilan melalui inisiatif pengembangan ekonomi lokal; memperluas program
pendidikan dan pengembangan keterampilan, mempromosikan dan melestarikan
budaya dan seni, dan penyediaan dan / atau mempromosikan pelayanan
kesehatan komunitas. Pengembangan komunitas dapat meliputi penguatan
kelembagaan komunitas, kelompok dan forum bersama, program budaya, sosial
dan lingkungan dan jaringan lokal yang melibatkan beberapa institusi.
Pengembangan komunitas biasanya akan maju ketika kekuatan sosial di
komunitas berusaha untuk meningkatkan partisipasi komunitas tersebut dan
mengejar hak yang sama dan standar hidup yang bermartabat bagi semua warga
negara, tanpa diskriminasi. Ini adalah proses internal untuk komunitas yang

memperhitungkan hubungan yang ada dan mengatasi hambatan untuk menikmati
hak-hak.
Investasi sosial yang berkontribusi terhadap pembangunan komunitas
dapat

mempertahankan

dan

meningkatkan

hubungan

organisasidengan

komunitasnya, dan mungkin atau tidak mungkin terkait dengan kegiatan
operasional inti organisasi.
Beberapa aspek tindakan yang dibahas dalam bagian ini dapat dipahami
sebagai filantropi, namun filantropi saja tidak akan dapat mengintegrasikan
tanggung jawab sosial ke dalam organisasi. Hampir sebagian besar program CSR
yang telah dilakukan PT Arun NGL telah mengadopsi subyek inti pengembangan
dan pelibatan komunitas, diantaranya adalah sebagai berikut :
1)
Pemagangan Engineer Unsyiah – Unimal.
2)
Pemagangan Alumni Poltek Negeri Lhoksumawe.
3)
OJT D3