Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (Csr) Pt. Perkebunan Nusantara Iiidalam Pemberdayaan Umkm Kabupaten Asahan (Studi Pada Program Kemitraan Pt. Perkebunan Nusantara Iiidistrik Asahan)

(1)

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III(PERSERO) DALAM

PEMBERDAYAAN UMKM KABUPATEN ASAHAN

(studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III(Persero) Distrik Asahan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh:

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SITI HARUM MUNTHE

100903034


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini diajukan untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh: Nama :SITI HARUM MUNTHE

NIM :100903034

Departemen :Ilmu Administrasi Negara

Judul :PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III(PERSERO) DALAM PEMBERDAYAAN UMKM KABUPATEN ASAHAN (Studi pada Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Asahan)

Medan, 12 Juli 2014

Dosen Pembimbing

Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Dra.Asima yanti siahaan, MA., Ph.D NIP. 196004201988031002

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 196401081991021001

DEKAN FISIP USU

Prof.Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala syukur penulis panjatkan kepada Allah Tuhan Semesta Alam yang selalu mengingatkan penulis dengan kasihnya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

berjudul “Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT.

Perkebunan Nusantara IIIDalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)”. Skripsi ini salah satu syarat yang

ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Pertama dan terutama sekali skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta Aminullah Munthe dan Roslina Sinaga terima kasih atas semua kasih sayang yang besar, perhatian, dukungan moril dan materil, memotivasi dan selalu mendoakan penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian ini. Selanjutnya dengan rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Ibu Elita Dewi, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik.


(4)

3. Ibu Dra. Asima yanti siahaan, MA., Ph.D sebagai Dosen Pembimbing Penulis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama Proses Penyelesaian Skripsi ini.

4. Seluruh dosen-dosen Departemen Ilmu Administrasi negara yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama ini kepada penulis. 5. Seluruh pegawai administrasi di Lingkungan FISIP USU khususnya

pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Kak Dian dan Kak Mega yang telah memberikan masukan serta membantu dalam urusan administrasi kampus.

6. Bapak pur yang menangani bidang riset mahasiswa di bagian umum

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

7. Japinde Sihaloho selaku krani PKBL PT. Perkebunan Nusantara III

Distrik Asahan.

Tidak lupa juga ucapan terimakasih khusus penulis sampaikan kepada: 1. Abang Amanda Surya Lufti Munthe, S.H, Adik Azmul Izmi

Munthe, Adik Aria Kirani Munthe, dan Fenni Ardilla.

Terimakasih atas dukungan, bantuan dan kasih sayang selama ini. 2. Teman seperjuangan saat susah dan senang Fitri Puspita, Rhenata

Claudia Tarigan, Mahniarta Sembiring, Artha Karina br.Karo, Adek Handayani, Ratih Paramitha, Devi Sahrani, Laura Silvina Rahman dan Helvrizky Kaniza dan yang lainnya untuk dukungan,

bantuan, semangat, kebersamaan, pengalaman, dan kenangan selama perkuliahan.


(5)

3. Terimakasih kepada UKMI As-siyasah FISIP USU yang telah membantu penulis untuk fastabiqul khairat, membawa penulis menuju keridhoan Allah SWT.

4. Teman-teman kos 448 yang luar biasa Uwi, Fitri Puspita, Puspawati,

Nurhayati Tampubolon, Titi Dwijayati, Sri Purwanti dan Rida Maryeti. Terima kasih atas kebersamaan berbagi suka dan duka,

melewati hari-hari penuh kenangan luar biasa, menjadi teman dan keluarga diperantauan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 12 Juli 2014 Penulis

Siti Harum Munthe NIM: 100903034


(6)

ABSTRACK

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III(PERSERO) DALAM

PEMBERDAYAAN UMKM KABUPATEN ASAHAN

(studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Asahan)

Nama : Siti Harum Munthe NIM : 100903034

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) secara singkat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder. Sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan yang dibiayai oleh BUMN agar UMKM menjadi lebih tangguh dan mandiri.

Penelitian ini ingin melihat bagaimana pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) dalam memberdayakan UMKM di Kabupaten Asahan (studi pada program kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) distrik Asahan) dan dampak dari pelaksanaan program kemitraan kepada Mitra Binaan. Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan program kemitraan belum berjalan sesuai prinsip pemberdayaan yang merupakan maksud dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini disebabkan kurangnya kesiapan perusahaan dan kurangnya sumberdaya pelaksana program kemitraan di tingkat Distrik Asahan.

Dampak program kemitraan sangat terlihat jelas sebelum dan sesudah program kemitraan baik dampak sosial dan dampak ekonomi Mitra Binaan. Dampak sosial setelah mendapat pinjaman program kemitraan yaitu : kemampuan manajemen keuangan masih kurang, mampu meningkatkan pendidikan anak hingga ke perguruan tinggi, mampu menyerap tenaga kerja sekitar usaha. Dampak ekonomi yaitu: meningkatnya pendapatan dan bertambahnya modal usaha. Setelah mendapat pinjaman dari program kemitraan, Mitra Binaan memiliki kemampuan daya saing, ketahanan modal dan meningkatnya pendapatan.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRACK... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Fokus masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 10

1.4 Tujuan Penelitian ... 10

1.5 Manfaat ... 11

1.6 Sistematika penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good Corporate Governance (GCG) ... 13

2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ... 15

2.1.2. Defenisi Corporate Social Responsibility (CSR) ... 19 2. 2. Model implementasi CSR Perusahaan di Indonesia ... 24

2.2.1 Pengertian Program Kemitraan BUMN ... 29

2.2.2 Tujuan program kemitraan ... 28

2.2.3 Kriteria Usaha Kecil Yang Bisa Mendapatkan Program Kemitraan 30 2. 3. Konsep pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) . 31 2. 4. Sejarah Singkat Kepedulian BUMN terhadap Usaha Mikro Kecil 31 2.4.1. Defenisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ... 33

2.4.2. Pemberdayaan UMKM ... 35

2. 5. Defenisi Konsep ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Bentuk Penelitian ... 40

3. 2. Lokasi Penelitian ... 41


(8)

3. 4. Instrumen Penelitian ... 43

3. 5. Teknik Pengumpulan Data ... 44

3. 6. Teknik Analisis Data ... 45

3. 7. Validitas data ... 46

3. 8. Etika Penelitian ... 47

3. 9. Kesulitan dalam penelitian ... 49

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Ringkas Perusahaan ... 44

4.1.1. Sejarah PTPN III Secara Umum ... 44

4.1.2. Sejarah Perkebunan Distrik Asahan ... 46

4.2 Jenis Usaha / kegiatan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) .... 47

4.3 Visi, Misi ... 57

4.4 Tata Hubungan Organisasi ... 58

4.4.1. Struktur Organisasi ... 58

4.5 Uraian ... 59

4.6 Pelanggan dan Stakeholder ... 63

4.7 Program Kemitraan PT Perkebunan Nusantara III ... 64

BAB V PROGRAM KEMITRAAN DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III 5.1. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sebagai strategi dalam melaksanakanCorporate Social Responsibility (CSR) di PT.Perkebunan Nusantara III ... ……….. 74

5.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran Program Kemitraan ... 75

5.3. Cakupan Wilayah ... 76

5.4. Proporsi Bantuan ... 77

5.5. Karakteristik Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Mitra Binaan) 78 5.6. Proses Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III 80 5.6.1 Jaminan Sebagai Ikatan Moralitas Dan Kepercayaan (Trust) 83

5.7. Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III dalam Memberdayakan UMKM ... 85

5.7.1 .Rendahnya Transparansi Informasi Program Kemitraan ... 86

5.7.2 Inkonsistensi Waktu Jadwal Pelaksanaan Program Kemitraan 87 5.7.3 Aktor pelaksana PKBL ... 89


(9)

5.7.4 Sikap dan Komitmen Pelaksana Program Kemitraan ... 90

BAB VI PEMBERDAYAAN DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM KEMITRAAN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III

6.1. Rendahnya Pelatihan dan Pendampingan Usaha ... 92 6.2.Dampak Pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III

dalam Memberdayakan UMKM ... 96

BAB VII PENUTUP

7.1. Kesimpulan ... 103 7.2. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA ... 106


(10)

ABSTRACK

PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III(PERSERO) DALAM

PEMBERDAYAAN UMKM KABUPATEN ASAHAN

(studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Asahan)

Nama : Siti Harum Munthe NIM : 100903034

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) secara singkat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder. Sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Program Kemitraan merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan yang dibiayai oleh BUMN agar UMKM menjadi lebih tangguh dan mandiri.

Penelitian ini ingin melihat bagaimana pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) dalam memberdayakan UMKM di Kabupaten Asahan (studi pada program kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) distrik Asahan) dan dampak dari pelaksanaan program kemitraan kepada Mitra Binaan. Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pelaksanaan program kemitraan belum berjalan sesuai prinsip pemberdayaan yang merupakan maksud dari pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini disebabkan kurangnya kesiapan perusahaan dan kurangnya sumberdaya pelaksana program kemitraan di tingkat Distrik Asahan.

Dampak program kemitraan sangat terlihat jelas sebelum dan sesudah program kemitraan baik dampak sosial dan dampak ekonomi Mitra Binaan. Dampak sosial setelah mendapat pinjaman program kemitraan yaitu : kemampuan manajemen keuangan masih kurang, mampu meningkatkan pendidikan anak hingga ke perguruan tinggi, mampu menyerap tenaga kerja sekitar usaha. Dampak ekonomi yaitu: meningkatnya pendapatan dan bertambahnya modal usaha. Setelah mendapat pinjaman dari program kemitraan, Mitra Binaan memiliki kemampuan daya saing, ketahanan modal dan meningkatnya pendapatan.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1.Latar Belakang

Perusahaan sebagai pelaku dunia usaha adalah salah satu dari stakeholder pembangunan di Indonesia. Setiap perusahaan di Indonesia melakukan berbagai kegiatan terencana untuk mencapai tujuan yang telah mereka tentukan. Perusahaan berusaha meningkatkan kinerjanya dengan kegiatan terencana untuk mendapatkan keuntungan yang optimal supaya dapat bersaing dengan perusahaan lainnya.

Perusahaan telah memberikan sumbangan bagi kemajuan ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia. Namun selain dampak positif, perusahaan juga membawa dampak negatif dengan jumlah yang sama. Marginalisasi kelompok yang rentan, semakin lebarnya kesenjangan ekonomi antara masyarakat sekitar perusahaan dan pekerja kasar perusahan dengan staf dan pimpinan perusahan, proses pemiskinan, dan kerusakan lingkungan42

Dari dampak yang ditimbulkan dari aktivitas perusahaan maka perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial kepada lingkungan sekitar. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) secara singkat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada para pemangku kepentingan atau stakeholder. Stakeholder

.

4


(12)

merupakan pihak-pihak yang berkepentingan langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas maupun eksistensi perusahaan, seperti karyawan, pemegang saham, konsumen, masyarakat, pers, dan pemerintah.

Saat ini mengimplentasikan CSR menjadi tren bagi dunia usaha. Komitmen untuk bertanggung jawab secara sosial disadari bahwa keuntungan untuk keberlangsungan jangka panjang perusahaan yang hanya bisa didapat dengan adanya kesejahteraan masyarakat. Demonstrasi Aqua Klaten pada saat itu menggunakan isu kekeringan yang disuarakan oleh Walhi. Gerakan advokasi Walhi ini merupakan respon terhadap ditetapkannya Undang-Undang no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang dinilai banyak LSM sebagai pemberian tiket ke pihak swasta melakukan privatisasi air. Pelaksanaan CSR PT.Danone Aqua adalah demi keberlanjutan usaha jangka panjang. Dan contoh lain yaitu PT. Bogasari memiliki program CSR yang terintegrasi dengan strategi perusahaan, melalui pendampingan para pelaku usaha mikro ,kecil, dan menengah (UMKM) berbasis terigu, dan mereka adalah konsumen utama dari produk perusahaan ini.

Dengan adanya tekanan masyarakat agar perusahaan lebih peduli kepada lingkungan merupakan kesempatan untuk memperkuat antara perusahaan dengan karyawan dan masyarakat sekitar. Perusahaan harus menyadari pengembangan bisnis sangat penting, di samping untuk memperoleh public support dari masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan


(13)

dan operasi perusahaan. Bagaimanapun hubungan yang harmonis baik dan efektif serta menguntungkan bagi perusahaan dengan masyarakat diperoleh melalui proses komunikasi yang terus menerus dengan masyarakat. Perusahaan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk menjalankan tanggung jawab sosial.

Banyak Perusahaan yang akhirnya mengalami kesulitan karena kurangnya kepedulian terhadap lingkungan dengan kata lain tidak mengimplementasikan CSR dengan baik. Kasus CSR PT. Freeport Indonesia adalah salah satu kasus yang menunjukkan kurangnya tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat sekitar yang telah terkena dampak akibat eksploitasi pertambangan yang dilakukan terutama masyarakat yang menjadi pekerja PT. Freeport Indonesia tidak mendapatkan bentuk tanggung jawab yang sesuai atas resiko pekerjaan dan kerusakan lingkungan yang dihasilkan perusahaan43

43

. Contoh Kasus lain masalah kerusakan lingkungan adalah kerusakan yang diakibat PT.Lapindo Brantas yang dikenal dengan peristiwa Lumpur Lapindo. Kerusakan yang terjadi merupakan dampak dari kegiatan perusahan yang telah merugikan masyarakat sekitar. Sampai saat ini bentuk tanggung jawab sosial perusahaan PT. Lapindo Brantas Inc belum sesuai dengan kerugian yang harus ditanggung masyarakat. Perusahaan akhirnya mengeluarkan

februari 2014


(14)

anggaran lebih besar lagi untuk penaggulangan bencana akibat kegiatan perusahaan44

Dalam rangka merespon kondisi tersebut pihak perusahaan melakukan program tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan dengan meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar melalui pembangunan ekonomi.

.

Dalam perekonomian Indonesia dunia usaha memegang peranan yang penting dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian dari dunia usaha yang memegang peranan yang penting dalam meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan akselerasi perekonomian di pedesaan, peningkatan ekspor non migas dan peningkatan di sektor perekonomian lainnya.

Berbagai peran strategis dimiliki sektor UMKM, namun sektor ini juga dihadapkan berbagai permasalahan. Kurangnya dukungan dari pemerintah menjadi salah satu penyebab pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ataupun Industri Kecil Menengah (IKM) di Sumatera Utara tidak mampu berkembang seperti di Jawa atau daerah lainnya45

44

. Kendala dan permasalahan antara lain dari aspek permodalan, pemasaran, kemampuan manajemen usaha, dan kualitas sumberdaya manusia


(15)

pengelolanya. Permodalan menjadi masalah klasik UMKM yang mengakibatkan usaha dari tahun ke tahun tidak berkembang menjadi lebih besar. Kecilnya jatah kredit untuk sektor pembiayaan rupanya menjadi perhatian pemerintah. Bank Indonesia menetapkan pada tahun 2003 kucuran kredit untuk UMKM sebesar 42,3 Trilyun rupiah. Dana kredit tersebut berasal dari perbankan nasional termasuk Bank Syariah, BPR dan BPRS. Selanjutnya tahun 2004 meningkat secara signifikan sebesar 60, 4 Trilyun46. Tahun 2012 Bank Indonesia menyalurkan dana Rp526,4 triliun kredit untuk UMKM47.Dari data Lembaga Pengelola Dana Bergulir- Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Tahun 2012 penyaluran dana bergulir mencapai Rp 1.32 triliun untuk UMKM strategis48

Di Indonesia, UMKM adalah tulang punggung ekonomi Indonesia. Jumlah UMKM hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UMKM di Indonesia sangat penting bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari

.

keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta pelaku UMKM yang mendapat akses ke lembaga keuangan49

46 Wahyuni, E, dkk.

Lilitan Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Kontroversi Kebijakan (Studi Kasus Sumatera Utara). (Medan:Penerbit BitraIndonesia, 2005)

. Dari data diatas jelas akses permodalan UMKM sulit , para pelaku UMKM masih saja mengeluh

4


(16)

sebagai akibat dari rumitnya mengakses kredit di perbankan. Bank selalu saja memberlakukan persyaratan standar bagi debitur, termasuk berlaku juga bagi kalangan UMKM, misalnya mengharuskan adanya agunan dan kelengkapan surat-surat izin usaha. Disnilah Badan Usaha Milik Negara atau disingkat dengan BUMN mengambil peran dan fungsinya turut membantu peningkatan perekonomian dengan pengembangan UMKM melalui pelaksanaan Corporate Social Responsibility.

PT. Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu BUMN pada sektor perkebunan khususnya bergerak dibidang agroindustri kelapa sawit. Sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang juga merupakan salah satu bentuk implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), PT. Perkebunan Nusantara III juga mengembangkan program yang bersifat sosial guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilingkungan sekitar kebun. Sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)50

Program Kemitraan merupakan Program Pembinaan Usaha Kecil dan pemberdayaan kondisi lingkungan yang dibiayai oleh BUMN agar UMKM menjadi lebih tangguh dan mandiri. PT.Perkebunan Nusantara III sebagai salah satu perusahaan BUMN terus meningkatkan pelaksanaan

.

5


(17)

program CSR-nya. Hal ini terlihat awal Juli 2012 Program Kemitraan PTPN III yaitu dengan menyerahkan 297 kepada mitra binaan dengan dana pinjaman lunak sebesar Rp 11.060.000.000. Selain itu pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) bekerjasama dengan PT. sang Hyang seri juga menyerahkan pinjaman dana senilai Rp 10.000.000.000 dalam rangka pelaksanaan sinergi BUMN program peningkatan Produktivitas Pangan berbasis Korporasi ( GP3K ) untuk penamaan jagung hibrida seluas 1624 hektar di wiliyah Deli serdang, Serdang Bedagai, Langkat dan Simalungun. Sedangkan untuk pinjaman dana penanaman jagung dengan dengan pola klaster seluas 103,5 hektar di desa Tanjung Mblang, Kec. Tiga Nderket Kab.Karo senilai Rp 1.000.000.00051

Dari penelitian yang dilakukan Nurul Widya Siska Usman tentang analisis pelaksanaan program kemitraan dalam rangka pemberdayaan UKM di kota Padang menemukan bahwa ketidakberhasilan mitra binaan dalam mengembangkan usahanya bukan hanya disebabkan aspek permodalan tetapi disebabkan kendala lain yang tidak diatasi dengan baik yaitu dalam aspek manajemen terhadap usaha yang kurang baik, perluasan pemasaran hasil usaha yang tidak bertambah, tidak adanya pengembangan tekhnik produksi, serta kurangnya kemauan dan motivasi dari mitra binaan untuk memajukan dan mengembangkan usahanya. Hal ini menyebabkan mitra binaan kurang berhasil dalam mengembangkan usahanya. Modal

.

51

12 februari 2014


(18)

yang telah terpenuhi tanpa pelatihan manajemen usaha yang baik, pelatihan pengembangan teknik produksi, bantuan perluasan pemasaran, serta membangun motivasi demi kemajuan usaha maka kegagalan pengembangan usaha yang muncul52

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pelaksanaan Corporate Social

Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Asahan)”. Penulis memilih lokasi penelitian PT. Perkebunan Nusantara

III (Persero) Distrik Asahan karena perkembangan UMKM Asahan cukup baik terlihat terpenuhinya target Dinas Koperasi dan UKM untuk tahun 2010 sebesar Rp 30 juta, namun hingga Agustus dinas tersebut telah menyetorkan PAD-nya sebesar 48 juta lebih

.

Akan tetapi sering muncul pertanyaan yaitu apakah tujuan program CSR sudah sesuai dengan pelaksanaan program Kemitraan (PK) PTPN III tersebut? Apakah program kemitraan mampu memberdayakan UMKM mitra binaannya tersebut?

53

52 Nurul Widya Siska Usman,

Analisis Pelaksanaan Program Kemitraan Dalam Rangka Pemberdayaan Ukm Di Kota Padang(Studi Kasus Program Kemitraan Pt. Semen Padang). Tesis S2 Universitas Andalas. Padang. 2011.

. Distrik Asahan merupakan salah satu distrik dari 8 wilayah yang tersebar di beberapa Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera Utara, yaitu, Distrik Labuhan Batu-I, Distrik


(19)

Labuhan Batu II, Distrik Labuhan Batu III, Distrik Asahan, Distrik Simalungun, Distrik Deli Serdang 1, Distrik Deli Serdang 2, dan Distrik Tapanuli Selatan54

I. 2. Fokus Penelitian

.

Program CSR merupakan salah satu upaya untuk menjalin keharmonisan tersebut dengan komunitas sekitar perusahaan. Program Kemitraan adalah salah satu wujud implementasi program CSR PT. Perkebunan Nusantara III. Adapun yang menjadi fokus penelitian ini adalah mencoba menjawab bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan PT. Perkebunan Nusantara III dalam memberdayakan UMKM. Peneliti berusaha melihat komunikasi yang dijalin antara perusahaan dengan masyarakat yaitu PT. Perkebunan Nusantara III dan Mitra binaan. Komunikasi yang dijalin secara timbal balik yaitu satu arah atau dua arah. Hal ini akan mempengaruhi pelaksanaan program tersebut, karena tanpa komunikasi yang baik maka perusahaan tidak dapat mengetahui kebutuhan Mitra binaan atau kelemahan dari program kemitraan yang sedang dilaksanaan atau telah dilaksanakan.


(20)

I. 3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dirumuskan permasalahan penelitian adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam memberdayakan UMKM?

2. Bagaimanakah dampak pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam memberdayakan UMKM?

I. 4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang:

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam memberdayakan UMKM

2. Untuk mengetahui bagaimana dampak pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam memberdayakan UMKM.


(21)

I. 5. Manfaat Penelitian

Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penelitian karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang penulis telah terima selama masa perkuliahan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

2. Bagi Departemen Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang telah dilakukan oleh peneliti.

3. Penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran atau masukan tentang analisis pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam Memberdayakan UMKM.

I. 6. Sistematika Penulisan

Setelah data diperoleh, untuk dapat menjelaskan lebih rinci maka penulisan ini dibuat ke dalam beberapa bab dalam subbab dengan sistematika penulisan .

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas Latar Belakang, Fokus Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.


(22)

Bab II STUDI KEPUSTAKAAN

Bab ini berisi teori-teori dan referensi lain yang dipakai selama penelitian. Teori-teori di sini tidak berfungsi untuk membangun kerangka berpikir, tetapi lebih berfungsi sebagai bekal peneliti untuk memahami situasi sosial yang diteliti.

Bab III METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari subbab Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif, Lokasi Penelitian, Teknik Pengambilan Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data,Pengujian Keabsahan Data, Jadwal Waktu Penelitian dan Implementasi Metode Penelitian.

Bab IV TEMUAN PENELITIAN

Bab ini menguraikan temuan penelitian diperoleh selama penelitian dilapangan dan dokumentasi-dokumentasi.

Bab V ANALISIS TEMUAN

Bab ini berisi penjelasan dan penguatan terhadap temuan dengan cara mengutip pendapat-pendapat dari informan yang dianggap kredibel.

Bab VI PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran, bagian kesimpulan berisi jawaban atas rumusan masalah yang dikemukakan. Pemecahan masalah dinyatakan dalam bentuk saran.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good Corporate Governance (GCG)

Mewujudkan Corporate Social Responsibility adalah gagasan utama dari penerapan good corporate governance (GCG), hal ini sejalan dengan kesimpulan yang terangkum dalam konferensi CSR yang diselenggarakan oleh Indonesia Business Link (IBL)55

“Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka

. Penerapan good corporate governance atau dapat diartikan sebagai tata kelola perusahaan yang baik muncul sebagai akibat dari maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar, baik di Indonesia maupun luar negeri.

Pengertian Good Corporate Governance menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/ M-MBU/ 2002, Tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance Pada BUMN dijelaskan bahwa Corporate Governance adalah :

55Etty Murwaningsari,

Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities dan Corporate Financial Performance dalam Satu Continuum.” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 11 No. 1: 30-40. Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. 2009


(24)

panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”.

Prinsip – prinsip GCG sesuai pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN No. 117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada BUMN sebagai berikut :

1. Transparansi (transparency): keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan mengemukakan informasi materil yang relevan mengenai perusahaan.

2. Pengungkapan (disclosure): penyajian informasi kepada stakeholders, baik diminta maupun tidak diminta, mengenai hal – hal yang berkenaan dengan kinerja operasional, keuangan, dan resiko usaha perusahaan.

3. Kemandirian (independence): suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

4. Akuntabilitas (accountability): kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Manajemen perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif dan ekonomis.


(25)

5. Pertanggungjawaban (responsibility): kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang – undangan yang berlaku dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

6. Kewajaran (fairness): keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak–hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang–undangan yang berlaku.

2.1.1. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Sejak abad ke-19, berawal dari perkembangan pesat perusahaan sebagai organisasi bisnis di Amerika56

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) sudah muncul sejak tahun 1933, dalam The Modern Corporatation And Private Property, dikemukakan bahwa korporasi modern seharusnya mentransformasikan diri menjadi institusi sosial, ketimbang institusi ekonomi yang semata memaksimalkan laba. Pemikiran ini dipertajam . Kemudian kebijakan publik secara tegas merubah lingkup sosial yang mesti direspon perusahaan secara lebih spesifik, seperti kesehatan dan keselamatan kerja (K3), jaminan sosial pekerja, pelestarian lingkungan, perlindungan konsumen, dll. Perusahaan perlu merespon tuntutan pasar sukarela,karena merflesikan tuntutan moral dan sosial konsumen, disisi lain juga memiliki tanggung jawab sosial, juga harus patuh terhadap hukum dan kebijakan publik.

56

Edi Suharto. “Corporate Social Responsibility: What is and Benefit for Corporate ,2008. makalah hal 2


(26)

oleh Peter F Drucker pada tahun 1946, lewat bukunya The Concept Of Corporation57

Kemudian pada tahun 1953 nama CSR pertama kali digaungkan dalam diskursus resmi akademik Howard R. Bowen dengan bukunya yang berjudul Social Responsibility of the Businessman

.

58

. Ide dasar yang dikemukakan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat ditempat perusahaannya beroperasi59

5

.

Tetapi pada tahun 1970, ekonomi Milton Friedman menjelaskan pandangan yang berbeda tentang CSR, Bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah menghasilkan menghasilkan keuntungan (profit) dalam batasan moral masyarakat dan hukum. Ia mengingatkan bahwa inisiatif perusahaan untuk menjalankan CSR dapat membuat arah manajemen menjadi tidak fokus, membuat pengelolaan sumber daya menjadi tidak efesien, memperlemah daya saing, serta mempersempit pilihan-pilihan dan kesempatan. Namun seiring waktu berjalan, CSR semakin berkembang dan terus menjadi isu kunci dalam konteks manajemen, pemasaran dan akuntansi di Inggris, Amerika, Eropa, Canada, dan Negara-negara lain.

58 Prinsip-prinsip yang dikemukakannya mendapatkan pengakuan publik dan akademisi sehingga Howard R. Bowen dinobatkan sebagai “Bapak CSR”

59

Susiloadi. Implementasi Corporate Social Responsibility untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Spirit Publik, 2008. Vol. 4:124


(27)

Beberapa nama lain yang memiliki kemiripan atau bahkan sering diidentikkan dengan CSR ini antara lain Pemberian/Amal Perusahaan (Corporate Giving/Charity), Kedermawanan Perusahaan (Corporate philanthropy), Relasi Kemasyarakatan Perusahaan (Corporate Community/PublicRelations), dan Pengembangan Masyarakat (Community Development). Keempat nama itu bisa pula dilihat sebagai dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks Investasi Sosial Perusahaan (Corporate Social Investment/Investing) yang didorong oleh spectrum motif yang terentang dari motif “amal” hingga “pemberdayaan”60

Di Indonesia, istilah CSR semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau “aktivitas sosial perusahaan”. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan. Melalui konsep investasi sosial perusahaan “seat belt”, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Perusahaan menyadari untuk mempertahankan eksistensinya perusahaan berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup, potensi kewirausahaan dan kualitas lingkungan sekitar. Karena perusahaan

.

60

Brilliant, Eleanor L. dan Kimberlee A. Rice. “Influencing corporate philantrophy” dalam Gary M. Glould dan Michael L. Smith(eds), social work in the workspace (New York:Spinger Publishing Co. 1988) page 299-313


(28)

tidak bisa bertahan ditengah masyarakat miskin dan lingkungan yang tidak mendukung kemajuannya. Untuk itu, perusahaan memberikan perhatian besar pada perlunya memberdayakan berbagai potensi masyarakat sebagai unsur penting yang menunjang survival perusahaan sejak sekarang.

Namun demikian, tidak dapat pula dipungkiri bahwa perkembangan pelaksanaan CSR akhir-akhir ini juga mengalami kecenderungan positif dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Timbul kesadaran pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam strategi bisnis suatu korporasi, dimana pelaksanaan CSR justru mendukung tujuan-tujuan bisnis inti.

Perubahan arah kecenderungan perkembangan pelaksanaan CSR tersebut di Indonesia akhir-akhir ini cukup intens diperbincangkan berbagai kalangan (pemerintah, pebisnis, akademisi, dan NGOs). Namun demikian, riset-riset yang terkait dengan implementasi CSR belum banyak dilakukan. Riset yang dilakukan masih berkisar pada praktek CSR yang sedang berlangsung saat ini, seperti yang dilakukan Rusfadia Saktiyanti Jahya (2006)61

61

Jahja, Rusfadia Saktiyanti. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Corporate Social Responsibility Perusahaan Ekstraktif dalam Jurnal Galang, Vol.1, No.2, Hal.22-35, Edisi Januari 2006.

dan Siti Adiprigandari Adiwoso Suprapto (2006). Dari beberapa hasil riset tersebut secara umum dapat disimpulkan antara lain: pertama, bahwa pebisnis umumnya melihat praktek CSR sabagai kegiatan yang memiliki makna sosial dan bisnis sekaligus. Artinya, praktek CSR masih dikaitkan dengan peningkatan citra korporat di mata masyarakat;


(29)

kedua, praktek CSR yang dilakukan belum mencapai hasil seperti yang diharapkan dalam arti pemberdayaan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat. Hal ini terjadi antara lain disebabkan oleh kebijakan program yang terlalu kaku, implementasi yang salah, dan belum siapnya masyarakat calon penerima bantuan.

2.1.2. Defenisi Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang masih terus berkembang sehingga CSR memiliki beraneka ragam definisi. Belum ada definisi tunggal serta kriteria spesifik mengenai konsep CSR dikarenakan implementasi dan penjabaran CSR yang dilakukan perusahaan juga berbeda-beda62

1. Aspek ekonomi dan sosial .

Dari keragaman pengertian CSR maka pengertian CSR dilihat beberapa aspek yaitu:

Anatan mendefinisikan CSR sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi, untuk meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan komunitas luas63

62Sumardiyono, E.

Evaluasi Pelaksanaan Community Development dalam Perolehan PROPER Hijau (Studi Kasus di PT Pupuk Kaltim Bontang). Tesis. Semarang: Magister Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro 2007. Hal 37

.

63

Anatan, L. Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teoritis dan Praktik di

Indonesia 2009, (Online),


(30)

World Business Council for Sustainable Development mendefinisikan CSR sebagai komitmen berkelanjutan kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberikan sumbangan pada pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat secara keseluruhan64

CSR dikemukakan ISO 26000 adalah Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh

.

65

Nuryana menyatakan Corporate Social Responsibility (CSR)ialah Sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan

.

66

64

Rahadhini, M.D. Peran Public Relations dalam Membangun Citra Perusahaan melalui Program Corporate Social Responsibility. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan 2010. Vol. 10, No. 1:14. (online)

.

13 maret 2014

65 Martono Anggusti,

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, (Bandung : Books Terrace & Library, 2010) hal. 9.

66

Mu’man nuryana. Corporate Social Responsibility dan kontribusi bagi pembangunan berkelanjutan, makalah yang disampaikan pada diklat pekerjaan social industri balaibesar pendidikan dan pelatihan kesejahteraan social (BBPPKS). Bandung, .2005


(31)

2. Aspek lingkungan

The European Commission mendefinisikan CSR sebagai “being socially responsible means not only fulfilling legal expectations, but also going beyond compliance and investing more into human capital, the environment,and relations with stakeholders”. Artinya CSR bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi dilaksanakan secara suka rela dan ada dorongan yang tulus dari dalam, serta merupakan investasi untuk lingkungan dan stakeholders67

Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang saham (shareholders) mereka

.

68

3. Pembangunan berkelanjutan (sustainability development) .

Perkembangan CSR tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan. Menurut John Elkington sustainability (keberlanjutan) adalah keseimbangan antara people-planet-profit, yang dikenal dengansebutan 3P dalam konsep Triple Bottom Line. Sustainability terletak pada pertemuan antara tiga aspek, people-sosial, planet-environment; dan profit-economic. Maka menurut Elkington, perusahan

67J.Wiwoho.

Corporate Social Responsibility (CSR) ditinjau dari Aspek Sejarah, Falsafah, Keuntungan, serta Kendalanya. MMH. Vol. 37 No. 2. 2008 Hal 110

68

http://en.wikipedia.org/wiki/Institute_of_Chartered_Accountants_in_England_%26_W ales


(32)

harus bertanggung jawab atas dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup69

Menurut Akib defenisi CSR adalah upaya manajemen yang dijalankan oleh entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif

. Dari definisi tersebut, tersirat makna bahwa CSR harus dilaksanakan secara terus menerus agar tercipta pembangunan berkelanjutan yang merupakan inti dari CSR, sehingga elemen profit, people, dan planet menjadi satu kesatuan utuh yang dapat memberikan manfaat yang besar dan menyentuh semua aspek kehidupan.

70

Terdapat dua jenis keberlanjutan menurut Dunphy et al yakni ecological sustainability (keberlanjutan ekologi) dan human sustainability (keberlanjutan manusia). Keberlanjutan ekologi mencakup desain organisasi yang dapat memberikan kontribusi kepada sustainable economic development (pembangunan ekonomi yang berkelanjutan), perlindungan terhadap lingkungan hidup, dan pembaharuan biosfir (permukaan bumi dan atmosfir yang ditinggali mahluk hidup). Sementara

.

69Radyati, M.R.

CSR dan Sustainable Development. Makalah disajikan dalam acara Launching MM-CSR Universitas Trisakti, Le-Meridien Hotel, Jakarta 2008, 12 Maret. Hal 1

70Akib.

Implementasi Corporate Sosial Responsibility Jogja TV (Studi Deskriptif Program Perpustakaan Keliling di Kabupaten Bantul dan Sleman). Skripsi. Yogyakarta: Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2010. Hal 16


(33)

keberlanjutan manusia adalah meningkatkan kemampuan dan keahlian manusia untuk kinerja perusahaan yang tinggi dan berkelanjutan serta untuk kesejahteraan sosial (well-being) dan ekonomi masyarakat. Sebuah organisasi yang berkelanjutan berarti organisasi yang menjalankan kegiatan dengan memahami kebutuhan dan kepentingan pihak lain (kelompok masyarakat, lembaga pendidikan dan agama, pekerja, dan masyarakat umum), serta meningkatkan jaringan kerja sama yang mempersatukan mereka semua71

Secara umum defenisi Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tangung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan

.

72

71

Radyati, Loc.Cit

72

Untung Budi Endrik, Corporate Social Responsibility, (Jakarta:Sinar Grafika, 2009) Hal. 1


(34)

2. 2. Model Implementasi CSR Perusahaan Di Indonesia

Saat ini mengimplentasikan CSR menjadi tren bagi dunia usaha. Komitmen untuk bertanggung jawab secara sosial disadari bahwa keuntungan untuk keberlangsungan jangka panjang perusahaan yang hanya bisa didapat dengan adanya kesejahteraan masyarakat. Seperti yang dialami PT.Danone Aqua terjadinya demonstrasi di pabrik Aqua Klaten pada 2004. Demonstrasi Aqua Klaten pada saat itu menggunakan isu kekeringan yang disuarakan oleh Walhi. Gerakan advokasi Walhi ini merupakan respon terhadap ditetapkannya Undang-Undang no 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air yang dinilai banyak LSM sebagai pemberian tiket ke pihak swasta melakukan privatisasi air. Respon manajemen saat itu adalah membuka komunikasi dengan para pemangku kepentingan di Aqua Klaten. Kala itu, Departemen Human Resources menjadi garda depan karena dipercaya mengurusi social affairs. Cukup besarnya tekanan pemangku kepentingan memberi pelajaran penting bagi Danone Aqua, manajemen harus bertindak cepat. Do Something First, saat itu dilakukan untuk menangani isu dan memperlihatkan kepada publik bahwa Aqua telah merespon isu yang menjadi perhatian pemangku kepentingan. Setelahnya Danone mulai membentuk Departemen CSR dan merekrut orang-orang baru sehingga mulai terjadi perhatian terhadap CSR dari departemen-departemen lainnya. Hingga pada tahun 2005 di internal


(35)

Aqua mulai banyak dilakukan diskusi mengenai CSR73

PKBL merupakan program wajib dari pemerintah bagi perusahaan BUMN untuk melakukan tanggungjawab sosialnya terhadap lingkungan, pendanaan program tersebut diambil dari penyisihan laba bersih perusahaan. Sedangkan program CSR, diambil dari dana sukarela perusahaan. Sukarela berarti perusahaan memang sejak awal menganggarkan dana khusus untuk program-program CSR. Walupun mempunyai perbedaan sumber dana, namun baik itu CSR maupun PKBL mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengajak perusahaan lebih etis dalam menjalankan aktivitas bisnisnya, sehingga tidak merugikan

. Pelaksanaan CSR PT.Danone Aqua adalah demi keberlanjutan usaha jangka panjang.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai suatu bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan internal dan lingkungan eksternal, belum banyak dijadikan sebagai nama program atau kegiatan tersebut dalam perusahaan di Indonesia, termasuk Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) yang merupakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dilaksanakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak jauh berbeda dengan best practices CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan praktek CSR yang dilakukan oleh BUMN.


(36)

lingkungan dan masyarakat, dan pada akhirnya terciptalah reputasi baik di mata stakeholders.

Peran PKBL BUMN mempunyai cakupan yang lebih luas dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta karena PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 pilar utama pembangunan (triple tracks) yang telah dicanangkan pemerintah dan merupakan janji politik kepada masyarakat, yaitu: (1) pengurangan jumlah pengangguran (pro-job) (2) pengurangan jumlah penduduk miskin (propoor) dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth).

Melalui PKBL diharapkan terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa model implementasi CSR perusahaan di Indonesia mencakup hal-hal berikut ini:

1. Bantuan sosial meliputi: bakti sosial, pengadaan sarana kesehatan, rumah ibadah, jalan dan sarana umum lainnya, penanggulangan bencana alam, pengentasan kemiskinan dan pembinaan masyarakat. 2. Pendidikan dan pengembangan meliputi: pengadaan sarana

pendidikan dan pelatihan, melaksanakan pelatihan dan memberikan program beasiswa kepada anak-anak usia sekolah.


(37)

3. Ekonomi meliputi: mengadakan program kemitraan, memberikan dana atau pinjaman lunak untuk pengembangan usaha dan memberdayakan masyarakat sekitar.

4. Lingkungan meliputi: pengelolaan lingkungan, penanganan limbah, dan melestarikan alam dan keanekaragaman hayati.

5. Konsumen meliputi: perbaikan produk secara berkesinambungan, pelayanan bebas pulsa dan menjamin ketersediaan produk.

6. Karyawan meliputi: program jaminan hari tua, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan program renumerasi yang baik74

2.2.1 Program Kemitraan BUMN

.

Kemitraan merupakan suatu jawaban untuk meningkatkan kesempatan berkiprahnya pengusaha kecil dalam percaturan perekonomian nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mengurangi kesenjangan sosial. Defenisi kemitraan tersebut mengandung makna sebagai tanggung jawab moral. Pengusaha menengah/besar untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan dan kesejahteraan bersama. Ini berarti masing-masing pihak yang bermitra harus menyadari bahwa mereka memiliki perbedaan, masing-masing memiliki keterbatasan, baik di bidang manajemen, pengusasaan iptek maupun penguasaan sumber daya, mereka

74

David Sukardi Kodrat, Manajemen Strategi, Membangun Keunggulan Bersaing Era Global di Indonesia Berbasis Kewirausahaan, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009), hal. 264-265.


(38)

harus mempu saling mengisi dan melengkapi kekurangan masing-masing75

Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada dasarnya merupakan wujud tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) BUMN kepada masyarakat. Secara umum, PKBL diwujudkan dengan upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN

.

Kemitraan seperti tercantum dalam UU N. 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

76

Program Kemitraan didanai dari alokasi hasil laba Perusahaan. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan

.

77

75 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan,(Bandung : PT. Refika Aditama, 2006), hlm. 65

76

PERMEN-5-MBU-2007 pasal 1 77

Ibid pasal 9

. Program ini berbentuk pemberian pinjaman modal kerja kepada sektor usaha kecil,


(39)

mikro dan koperasi di berbagai sektor yaitu, sektor industri, sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor jasa, dan dengan imbal jasa (bunga) yang terjangkau. Pengembalian modal kerja tersebut dan hasil pengembangannya dialokasikan kembali untuk membantu usaha kecil, mikro dan koperasi lainnya.

Program kemitraan usaha antara UMKM dengan BUMN merupakan wahana yang strategis dalam mempercepat proses pemerataan hasil pembangunan. Dengan adanya pinjaman modal dari BUMN pada UMKM, diharapkan mampu membuat UMKM yang menjadi mitra binaannya berkembang dan bisa tetap terus bertahan menghadapi gejolak perekonomian globalisasi pada saat ini.

2.2.2 Tujuan program kemitraan

Adapun tujuan program kemitraan adalah : • Mewujudkan ekonomi kerakyatan

• Meningkatkan kualitas SDM masyarakat dengan program hibah melalui pendidikan, pelatihandan lain-lain.

• Menciptakan hubungan yang harmonis antara masyarakat, pemerintah daerah setempat

• Menciptakan iklim usaha yang sehat dan dinamis bagi Pengusaha Kecil, Menengah dan Koperasi dengan mengurangi kesenjangan sosial dimasyarakat.

• Pemerataan pembangunan dan perluasan lapangan kerja. • Memberikan modal kerja bagi Mitra binaan.


(40)

• Meningkatkan taraf hidup Pengusaha Kecil,Menengah dan Koperasi. • Meningkatkan kemampuan Mitra binaan menjadi tangguh dan

mandiri78

Program Kemitraan ini bertujuan meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui dukungan terhadap modal, serta pelatihan Sumber Daya Manusia yang profesional dan terampil agar dapat mendukung pemasaran dan kelanjutan usaha di masa depan.

.

2.2.3 Kriteria Usaha Kecil Yang Bisa Mendapatkan Program

Kemitraan

Kriteria Usaha Kecil Yang Bisa Mendapatkan Program Kemitraan berdasarkan Permen.BUMN No. Per-05/MBU/2007, yakni:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (tidak termasuk tanah dan bangunan) atau; Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000

b. Pengusaha tersebut berkewarganegaraan Indonesia

c. Berusaha secara mandiri (berdiri sendiri) yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki/dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar

d. Berbentuk badan usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

78

2014


(41)

e. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 tahun serta mempunyai potensi & prospek usaha untuk dikembangkan.

f. Belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).

2. 3.Konsep Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) 2.3.1 Sejarah Singkat Kepedulian BUMN terhadap Usaha Mikro

Kecil

BUMN memiliki peran yang strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil. Peran dan tanggung jawab dari BUMN sebagai korporasi dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-undang RI No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Pasal 74 UU RI No. 40 Tahun 2007 menyebutkan bahwa:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.


(42)

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Kewajiban Perseroan Terbatas untuk melakukan Tanggung Jawab Sosialnya merupakan wujud kepedulian pemerintah. Selanjutnya Pemerintah turut mendorong BUMN untuk peduli terhadap lingkungan dan masyarakat dengan mengeluarkan berbagai peraturan sebagai berikut:

Pertama, Pembinaan usaha kecil oleh BUMN dilaksanakan sejak terbitnya peraturan pemerintah nomor 3 tahun 1983 tentang tata cara pembinaan dan pengawasan Perusaahaan Jawatan (perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perseroan terbatas (Persero).

Kedua, Dengan terbitnya Keputusan Menteri Keuangan No.1232/KMK.013/1989 tanggal 11 Nopember 1989 tentang Pedoman Pembinaan Pengusaha Ekonomi Lemah dan Koperasi Melalui Badan Usaha Milik Negara, dana pembinaan disediakan dari penyisihan sebagian laba sebesar 1% - 5% dari laba setelah pajak. Nama program saat ini lebih dikenal dengan program Pegelkop.

Ketiga, Pada Tahun 1994, nama program diubah menjadi Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi (Program PUKK) berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994 tentang Pedoman Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi melalui pemanfaatan dana dari bagian laba Badan Usaha Milik Negara.


(43)

Keempat, keputusan Menteri Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN No. Kep-216/M-PBUMN/1999 tanggal 28 September 1999 tentang Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN.

Kelima, Keputusan Menteri BUMN No.Kep-236/MBU/2007 tanggal 17 Juni 2003 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Dan yang terakhir, Peraturan menteri Negara BUMN No. Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

2.3.2 Defenisi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

Menurut Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan79

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha

.

79

Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun 2008-2009. Jakarta, 2009.


(44)

yang memiliki jumlahtenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang80

1) Pengusaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah.

.

Adapun yang dimaksud dengan usaha kecil menurut Pasal 3 Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan ini adalah:

2) Bangunan tempat usaha, atau pengusaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar).

Pada 4 Juli 2008 ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan usaha menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan

80

Badan Pusat Statistik dan Kementerian Negara Koperasi dan UKM. Pengukuran dan Analisis Ekonomi Kinerja UKM dalam Hal Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi) Nasional Tahun 2009. Jakarta, 2009.


(45)

2. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.3.3 Pemberdayaan UMKM

Menurut Suharto Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu – individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjukan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berprestasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam mela ksanakan tugas – tugas kehidupannya81

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah, Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha

.

81

Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat


(46)

terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah, Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM):

a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Dengan itu pemberdayaan UMKM sangatlah penting untuk dilaksanakan. Dilihat dari pengertian pemberdayaan, maka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) itu sendiri. Jadi pendekatan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Pendekatan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


(47)

(UMKM) yang demikian diharapkan dapat memberi peranan kepada individu sebagai objek, tetapi justru sebagai subjek pelaku pembangunan yang menentukan masa depan dan kehidupan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Pelaksanaan kebijakan dalam rangka strategi pemberdayaan untuk pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tidak bisa hanya dibidang permodalan saja, namun juga harus berorientasi secara keseluruhan atas kebutuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) baik secara individu maupun kelompok termasuk mendasarkan pada potensi sumberdaya manusianya.

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai suatu rencana yang harus direncanakan serius dan lebih memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mampu mengembangkan komunikasi antar mereka sehingga pada akhirnya mereka dapat saling berdiskusi secara kontruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Jadi ketika agen pengubah, baik yang berasal dari lembaga pemerintahan atau non-pemerintah telah menyelesaikan program pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) tersebut, pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai suatu proses yang dapat terus berlangsung82

82

Loc. Cit


(48)

Pemberdayaan UMKM adalah untuk memperkuat usaha UKM agar menjadi tangguh dan mandiri, sehingga dapat menghadapi perdagangan bebas yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian Indonesia.

2. 4. Defenisi Konsep

Defenisi konsep diperlukan peneliti dalam melakukan penelitian yakni dengan penggunaan istilah yang khusus untuk menggambarkan sebuah fenomena yang hendak diteliti secara tepat83

1. Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

. Konsep sangat diperlukan dalam penelitian agar dapat menjaga fokus masalah dan timbulnya kekacauan ataupun kesalahpahaman yang dapat mengaburkan penelitian. Oleh karena itu dalam menjelaskan penelitian ini, perlu dijelaskan beberapa defenisi konsep antara lain :

2. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

83


(49)

3. Implementasi program kemitraan dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan Perusahaan untuk meningkatkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi tangguh dan mandiri.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Bentuk Peneitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan analisis kualitatif. Sebagaimana yang dikatakan bahwa metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat84. Menurut Anselm Strauss dan Juliet Corbin penelitian kualitatif diartikan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya85. Menurut Hamidi, penelitian kualittif lebih menggunakan perspektif emik. Peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari para responden dan diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa, pandangan para responden86

84

Hadani Nawawi, Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta : Gajah Mada Press. 1993) Hal 140

85 Strauss, Anselm dan Juliet Corbin.

Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Tatalangkah danTeknik-teknik Teoritisasi Data (terj: Muhammad Sodiq dan Imam Muttaqien) (Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2003) hal 4

86

Hamidi, Metode Penelitian kualitatif (Malang: UMM Press, 2005), hlm. 14.

. Dengan menggunakan penelitian kualitatif maka peneliti dapat mewawancarai secara mendalam (indepth interview) sehingga masalah-masalah yang tersembunyi dapat tergali.


(51)

Alasan digunakannya metode penelitian kualitatif disebabkan selama ini dalam melakukan penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif memiliki kelemahan terutama dalam teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner (angket). Jika penelitian dilakukan dengan mengisi kuesioner (angket) maka peneliti tidak akan memahami jawaban yang diberikan secara mendalam. Selain itu dalam penelitian ini tidak dirumuskan hipotesis karena justru akan menemukan hipotesis.

Metode penelitian kualitatif memiliki keunggulan dalam proses penelitiannya karena bersifat holistik (menyeluruh) dan dinamis, adanya hubungan timbal balik (interaksi) antara peneliti dengan yang diteliti serta transferability (tidak bersifat general) di mana dalam penelitian kualitatif tidak melakukan generalisasi, tetapi lebih menekankan pada tingkat makna. Hanya dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara yang mendalam (in-dept interview) sampai titik jenuh dengan informan maka akan terjawab bagaimana pelaksanaan dan bagaimana dampak pelaksanaan program kemitraan PT.Perkebunan Nusantara III Distrik Asahan dalam memberdayakan UMKM Mitra Binaannya dan dalam penelitian ini memungkinkan terdapat temuan lain dilapangan, sehingga penelitian ini semakin sempurna.

3. 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Distrik Asahan. Distrik Asahan terletak di Desa Perkebunan Sei Silau


(52)

Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Jarak Distrik Asahan ke kota Kisaran ± 19 km dan ± 174 km dari Kantor Direksi.

3. 3. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal dengan adanya populasi dan sampel87

Menurut Bagong Suyanto informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu

. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ini ditentukan secara purposive sampling. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama penelitian. Informan penelitian meliputi beberapa macam yaitu informan kunci dan informan utama.

88

1) Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu Kepala Bagian Program Kemitraan Dan Bina Lingkunan (PKBL) PTPN III Distrik Asahan yaitu sebagai pihak yang mengetahui secara jelas program dan pelaksanaan program PKBL.

:

Nama informan kunci : Japinde Sihaloho

Jabatan : Krani PKBL Distrik Asahan

87

Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. (Jakarta:Prenada Media.2005) hal 171

88


(53)

2) Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu Mitra Binaan Program Kemitraan PTPN III sebagai masyarakat yang langsung bersentuhan program Kemitraan tersebut. Mitra Binaan yang menjadi informan utama berdasarkan rekomendasi dari Bagian Program Kemitraan Dan Bina Lingkunan (PKBL) PTPN III.

Table 3.1 Nama informan Mitra Binaan

No. Nama Jenis usaha

1. Dedi hari sahputra Fotocopy

2. Sukamto Mebel dan Elektronik

3. Bapak Agus Salim Lubis Jual minyak

4. Bapak Suprianto Jual beli sepeda motor 5. Syarifuddin Mustofa Hsb S.kom Lembaga pendidikan (Les) 6. Bapak Legimin Jual beli barang bekas “botot”

3. 4. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri atau yang disebut sebagai human instrument. Peneliti berfungsi sebagai instrumen dan setelah peneliti dapat melihat fokus penelitian secara jelas maka peneliti harus mengembangkan fokus penelitian tersebut secara sederhana dengan harapan hasil pengembangan yang dilakukan dapat melengkapi data yang dibutuhkan di dalam penelitian.


(54)

3. 5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Tahapan pengumpulan data dilakukan melalui : a. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam kepada pihak – pihak yang terkait. b. Observasi

Yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan mencatat gejala–gejala yag ditemukan di lapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.

2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

a. Studi dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan– catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber–sumber lain yang relevan dengan objek penelitian b. Studi kepustakaan


(55)

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku – buku, karya ilmiah serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah dengan masalah yang akan diteliti.

3. 6. Teknik Analisis Data

Hamidi menyatakan bahwa analisa data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif pada prinsipnya berproses secara induksi-interpretasi-konseptualisasi89. Dengan demikian laporan yang detail (induksi) dapat berupa data yang lebih mudah dipahami, dicarikan makna sehingga ditemukan pikiran apa Melalui teknik analisis data, peneliti menguji kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta. data dan informasi yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis sehingga peneliti dapat memperoleh informasi dan kebenaran dari setiap permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh90

3. 7. Validitas Data

.

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang diperoleh peneliti dengan

89

Hamidi Op.Cit hal. 78-79. 90


(1)

6. Memberi tugas-tugas urusan analisa kepada Karyawan Pelaksana urusan perencanaan. Tugas Staf Urusan Perencanaan

1. Menerima dan menindaklanjuti proposal Kemitraan setelah di Chek List oleh Kepala Urusan Administrasi Keuangan dan disposisi Kepala Bagian serta Kepala Urusan Perencanaan dan Pembinaan, melaksanakan regristrasi dan melaksanakan seleksi administrasi

2. Membantu Kepala Urusan melakukan analisa kelayakan usaha dilapangan terhadap UKK yang akan dicalonkan menjadi Mitra Binaan

3. Membantu Kepala Urusan menyusun hasil kelayakan dilapangan dan menyiapkan daftar usulan para CMB untuk menjadi Mitra Binaan

4. Membantu Kepala Urusan mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penerbitan Surat Perjanjian/ Perikatan dengan CMB untuk Wilayah yang tidak termasuk wilayah binaan kebun/unit dan memeriksa Surat Perjanjian/Perikatan yang dibuat Oleh Kebun/unit

5. Mengadministrasikan dokumen-dokumen para CMB yang terdiri dari : a. Proposal

b. Hasil analisa dan Laporan

c. Surat-surat masuk ataupun keluar dan lain-lain

6. Mengevaluasi dan meneliti hasil pekerjaan Karyawan Pelaksana urusan Perencanaan 7. Melaksanakan tugas-tugas lainnya sesuai instruksi dan petunjuk yang diberikan Kepala

Urusan atau Kepala Bagian

8. Membantu Kepala Urusan membuat Rencana Kerja dan Anggaran Biaya serta membuat laporan bulanan/triwulan/semester maupun tahunan dari urusan analisa.

Tanggung Jawab Staf Urusan Perencanaan

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Staf Urusan Perencanaan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Urusan Perencanaan dan Pembinaan.

Staf Urusan Pembinaan berwewenang untuk :

1. Mengusulkan kepada Kepala Urusan Objek Bina Lingkungan yang layak diberikan kepada pemohon

2. Menganalisa/mengevaluasi proposal permohonan Dana Bina Lingkungan yang masuk dari Distrik/Kebun/Unit setelah didisposisi Kepala Bagian dan Kepala Urusan

3. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan urusan Perencanaan untuk melancarkan tugas Kepala Urusan Perencanaan dan Pembinaan

4. Memberikan saran-saran kepada Kepala Urusan mengenai pelaksanaan tugas dan pekerjaan yang berkaitan dengan Urusan Pembinaan

5. Memberi tugas/pekerjaan kepada Karyawan Pelaksana Urusan Perencanaan dan Urusan Pembinaan

6. Memberikan penilaian atas prestasi kinerja Karyawan Pelaksana Urusan Perencanaan dan Pembinaan kepada Kepala Urusan.

Tugas Staf Urusan Pembinaan

1. Menerima dan menindaklanjuti proposal/permohonan Dana Bina Lingkungan setelah didisposisi oleh Kepala Bagian dan Kepala Urusan

2. Membantu Kepala Urusan melakukan analisa kelayakan terhadap Objek Bina Lingkungan yang diajukan oleh Distrik Manajer/Kebun/Unit atau Masyarakat

3. Membantu Kepala Urusan Menyusun hasil analisa kelayakan serta membuat daftar usulan untuk mendapat usulan Kepala Bagian


(2)

4. Membantu Kepala Urusan merencanakan, mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan penyerahan Dana Bina Lingkungan yang telah mendapat persetujuan dari Kepala Bagian dan Dereksi

5. Mengadministrasikan dan mengarsipkan segala dokumen yang berkaitan dengan penyaluran Dana Bina Lingkungan

6. Membantu Kepala Urusan melakukan pemantauan, monitoring dan pembinaan terhadap perkembangan kemajuan usaha Mitra Binaan

7. Membantu Kepala Urusan mempersiapkan dan membuat Rencana Kerja dan Anggaran Biaya serta membuat laporan bulanan/triwulan/semester maupun tahunan dari Urusan Pembinaan

8. Membantu Kepala Urusan Merencanakan, mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan, pemagangan, pemasaran dan promosi

9. Membuat penilaian atas prestasi kerja Karyawan Pelaksana Urusan Pembinaan

10.Melaksanakan tugas/pekerjaan yang diinstruksikan oleh Kepala Urusan atau Kepala Bagian.

Tanggung Jawab Staf Urusan Pembinaan

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Asisten Urusan Pembinaan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Urusan Perencanaan dan Pembinaan.

Staf Urusan Administrasi Keuangan/Umum berwewenang untuk :

1. Menjalankan program kerja dalam lingkup urusan administrasi keuangan/umum

2. Memberikan penilaian dan pembinaan Karyawan dalam lingkup urusan administrasi keuangan/umum serta merekapitulasi penilaian bagian KBL untuk diteruskan ke bagian SDM

3. Menilai dan mengevaluasi tugas-tugas bawahannya. Tugas Staf Urusan Administrasi Keuangan/Umum

1. Membantu Kepala Urusan mempersiapkan dan melaksanakan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)

2. Menerima dan mengadministrasikan surat-surat masuk baik dari pihak luar maupun dari pihak Direksi, Distrik/Kebun/Unit PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

3. Mengadministrasikan surat-surat keluar dari bagian KBL

4. Membantu Kaur mempersiapkan laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan dari semua urusan baik untuk Direksi maupun urusan yang terkait dengan bagian KBL

5. Mengadministrasikan secara lengkap administrasi bidang personalia semua personil bagian KBL

6. Mengerjakan laporan hari-hari berhalangan Karyawan bagian KBL

7. Membantu Kepala Urusan membuat Bilyet Giro/’Cek dan tugas-tugas yang berkaitan dengan Bank

8. Menerima angsuran pinjaman Mitra Binaan serta menyetorkannya ke Bank atas perintah Kepala Urusan

9. Membuat permintaan kebutuhan ATK atau keperluan lainnya yang menyangkut kelancaran tugas di bagian KBL

10.Mengawasi alat-alat/barang inventaris bagian KBL

11.Membantu Kepala Urusan untuk membuat Surat teguran kepada Mitra Binaan

12.Mengarsipkan dan mendokumentasikan seluruh surat-surat berharga antara lain Surat Perjanjian, Dokumen Kas/Bank dan surat-surat berharga lainnya sekaligus pertanggungjawabannya Kepada Kepala Urusan


(3)

13.Melaksanakan penilaian prestasi Karyawan Pelaksana dibawah urusan administrasi keuangan/umum

14.Melaksanakan koordinasi antara sesame staf urusan dan Kepala Urusan yang ada di bagian KBL

15.Melaksanakan tugas-tugas yang di instruksikan Kepala Urusan Administrasi Keuangan/Umum.

Tanggung Jawab Staf Urusan Administrasi Keuangan/Umum

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Staf Urusan Administrasi Keuangan/Umum bertanggung jawab kepada Kepala Urusan Administrasi Keuangan/Umum.

Krani-I Urusan Perencanaan dan Pembinaan bertugas untuk : 1. Membawahi Krani Urusan Perencanaan dan Pembinaan

2. Membantu Staf Urusan Perencanaan dan Pembinaan dalam melaksanakan tugas-tugasnya 3. Mendelegasikan tugas/pekerjaan yang diberikan Staf Urusan Masing-masing kepada

Kepala Krani Perencanaan dan Krani Pembina

4. Membantu Staf Urusan membuat laporan Hasil Evaluasi Perencanaan dan Evaluasi Pembinaan

5. Mencatat dan menginventarisir Proposal Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

6. Membantu Staf Urusan membuat Laporan hasil kunjungan ke Distrik/Kebun/Unit ataupun ke Mitra Binaan dalam rangka pembinaan

7. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

8. Koordinasi antar sesame Karyawan Pelaksana demi terciptanya hubungan yang harmonis untuk mencapai hasil kinerja yang baik.

Krani-I Urusan Administrasi Keuangan bertugas untuk : 1. Membantu Staf urusan menyusun RKA

2. Membantu Staf Urusan menyusun Laporan bulanan,triwulan, semester dan tahunan 3. Menerima angsuran Mitra Binaan dan membukukan ke dalam Buku Kas/Bank 4. Membawahi Krani Urusan Administrasi Keuangan dan Umum

5. Membantu Staf Urusan Administrasi Keuangan dan Umum dalam melaksanakan tugas-tugasnya

6. Mendelegasikan tugas/pekerjaan yang diberikan Staf Urusan kepada Krani I Administrasi Keuangan dan Krani I Administrasi Umum

7. Bekkerjasama dengan Krani I Administrasi Keuangan dan Krani I Administrasi Umum membuat laporan hasil evaluasi monitoring

8. Mencatat dan menginventarisir seluruh inventaris bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan

9. Membuat laporan hasil kunjunan ke Distrik/Kebun/Unit ataupun ke Mitra Binaan dalam rangka monitoring

10.Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

11.Koordinasi antar sesame Karyawan Pelaksana demi terciptanya hubungan yang harmonis untuk mencapai Kinerja yang baik

Krani Evaluasi Perencanaan bertugas untuk :

1. Membantu Staf Urusan Perencanaan mengerjakan hasil analisa CMB

2. Membantu Staf Urusan Perencanaan dalam rangka mengevaluasi hasil analisa CMB Distrik/Kebun/Unit

3. Membantu Staf Urusan Perencanaan dalam rangka pengembalian Proposal CMB yang tidak layak ataupun yang tidak dapat dibantu karena keterbatasan dana


(4)

4. Mengerjakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

5. Koordinasi antar sesame Karyawan Pelaksana demi terciptanya hubungan yang harmonis untuk mencapai Kinerja yang baik

Krani Evaluasi Pembinaan bertugas untuk :

1. Membantu Staf Urusan Pembinaan mengevaluasi permohonan dana Bina Lingkungan dari Distrik/Kebun/Unit ataupun dari masyarakat

2. Membantu Staf Urusan Pembinaan dalam rangka mengevaluasi hasil penyaluran dana Bina Lingkungan ke Distrik/Kebun/Unit ataupun masyarakat

3. Membantu Staf Urusan Pembinaan dalam rangka membuat surat penolakan atas pernintaan Dana Program Bina Lingkungan dari Distrik/Kebun/Unit ataupun masyarakat 4. Menerjakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

5. Koordinasi antar sesama Karyawan Pelaksana demi terciptanya hubungan yang harmonis untuk mencapai Kinerja yang baik

Operator Komputer/Administrasi Umum bertugas untuk :

1. Bertanggung jawab terhadap pengembalian cicilan per wilayah kerja antara lain Simalungun, Tapanuli Utara dan Toba Samosir

2. Membuat target penagihan pada saat akan melaksanakan penagihan/monitoring 3. Membuat laporan hasil penagihan/monitoring

4. Membuat surat teguran atas tunggakan Mitra Binaan diatas tiga bulan keatas sesuai dengan wilayah kerja

5. Membuat rekapitulasi ansuran Mitra Binaan per pemkab setiap Triwulan, Semester dan Tahunan

6. Membantu membuat laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan

7. Membantu membukukan angsuran Mitra Binaan kedalam kartu cicilan Mitra Binaan setiap ada transaksi pembayaran langsung dan Tim Monitoring

8. Membuat target tagihan tahunan per Mitra Binaan sesuai dengan wilayah kerja 9. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

Agendaris Surat interen/Eksteren dan Administrasi Umum bertugas untuk : 1. Mengagendakan surat-surat interen/eksteren

2. Membuat permintaan kebutuhan ATK dan menginventariskan kebutuhanKBL 3. Sekretaris Kepala Bagian KBL

4. Menerima Angsuran Mitra Binaan yang membayar Langsung

5. Membukukan kedalam kartu Cicilan Mitra Binaan setiap ada transaksi pembayaran langsung dan Tim Monitoring

6. Mendelegasikan surat-surat dari Kepala Bagian ke masing-masing urusan Administrasi ISO 9001/14001 bertugas untuk :

5. Mengadministrasikan dan memelihara dokumen ISO 9001/4001 di bagian KBL dan melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan pelaksanaan ISO

6. Membantu tugas-tugas Krani-I Urusan Administrasi Umum 7. Mendokumentasikan hari-hari berhalangan

8. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

Arsiparis Surat internal/Eksternal Administrasi Umum bertugas untuk : 1. Mengarsipkan surat-surat interen/eksteren

2. Membuat surat permintaan kendaraan 3. Permohonan surat-surat eksteren


(5)

OPAS Kantor bertugas untuk :

1. Membersihkan Ruangan kantor yaitu menyapu, mengepel dan lain sebagainya 2. Membuat minuman dan membagikan senek

3. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

Tim I Penagihan dan Monitoring Mitra Binaan bertugas untuk : 1. Membantu Krani-I menyusun RKA

2. Membantu Krani-I menyusun Laporan Bulanan,Triwulan, Semester dan Tahunan 3. Merekapitulasi daftar monitoring per Pemko/Pemkab

4. Membantu Krani-I dalam melaksanakan tugas-tugas

5. Membuat Surat Perjanjian Kemitraan, Addendum Surat Perjanjian Reschedulling dan Reconditioning

6. Koordinasi antar sesame Karyawan Pelaksana demi terciptanya hubungan yang harmonisuntuk mencapai hasil yang baik

7. Notaris Surat Perjanjian

8. Mendelegasikan tugas/pekerjaan kepada Krani monitoring terhadap wilayah kerja masing-masing

9. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

10.Merekapitulasi target tagihan Mitra Binaan setiap tahun berjalan

11.Melaksanakan tugas Monitoring sekaligus penagihan cicilan Mitra Binaan per Pemkab Sumatera Utara

12.Pembimbing Mahasiswa/siswi yang melaksanakan riset/PSG di bagian KBL 13.Membuat Kesepakataan Karya, bimbingan Karya dan Penilaian Karya

14.Koordinasi antar sesame Karyawan Pelaksana demi terciptanya hubungan yang harmonis untuk mencapai hasil kerja yang baik

Tim II Penagihan dan Monitoring Mitra Binaan bertugas untuk :

1. Bertanggung jawab terhadap pengembalian cicilan per wilayah kerja antara lain Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi

2. Membuat target penagihan pada saat akan melaksanakan penagihan/monitoring 3. Membuat laporan hasil penagihan/monitoring

4. Membuat surat teguran atas tunggakan Mitra Binaan diatas tiga bulan keatas sesuai dengan wilayah kerja

5. Membuat posisi Mitra Binaan setiap awal bulan sesuai dengan wilayah kerja 6. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

Tim III Penagihan dan Monitoring Mitra Binaan bertugas untuk :

1. Bertanggung jawab terhadap pengembalian cicilan per wilayah kerja antara lain Labuhan Batu, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal dan Tapanuli Tengah

2. Membuat target penagihan pada saat akan melaksanakan penagihan/monitoring 3. Membuat laporan hasil penagihan/monitoring

4. Membuat surat teguran atas tunggakan Mitra Binaan diatas tiga bulan keatas sesuai dengan wilayah kerja

5. Membantu membukukan Angsuran Mitra Binaan kedalam kartu cicilan Mitra Binaan setiap ada transaksi pembayaran lansung dan Tim Monitoring

6. Membuat target tagihan tahunan per wilayah binaan sesuai wilayah kerja 7. Melaksanakan tugas-tugas yang diinstruksikan atasan

8. Membuat target tagihan pertahun per Mitra Binaan sesuai dengan wilayah kerja Tim IV Penagihan dan Monitoring Mitra Binaan bertugas untuk :


(6)

1. Bertangungjawab terhadap pengembalian cicilan per wilayah kerja antara lain Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Tebing Tinggi

2. Membuat target penagihan pada saat akan melaksanakan penagihan/monitoring 3. Membuat laporan hasil penagihan/monitoring

4. Membuat surat teguran atas tunggakan Mitra Binaan diatas tiga bulan keatas sesuai dengan wilayah kerja

5. Membuat posisi Mitra Binaan setiap awal bulan sesuai dengan wilayah kerja 6. Mengambil R/K ke Bank

7. Menyetor uang atas ansuran Mitra Binaan ke Bank

8. Membukukan Angsuran Mitra Binaan kedalam kartu cicilan Mitra Binaan setiap ada transaksi pembayaran melalui Bank

9. Membuat daftar tablelaris Kas/Bank setiap bulan 10.Mengarsip bukti pengeluaran/penerimaan Kas/Bank

11.Membuat target tagihan pertahun per Mitra Binaan sesuai dengan wilayah kerja Administrasi Keuangan dan Koordinasi bertugas untuk :

1. Menerima ansuran dari Mitra Binaan yang disetor langsung kebagian KBL

2. Membukukan angsuran kedalam Kartu cicilan setiap ada transaksi pembayaran dari Mitra Binaan

3. Mengambil Rekening Koran dari Bank BRI/MANDIRI dan membuat bukti penerimaan Bank

4. Membuat daftar per pemko dan pemkab 5. Membantu tugas-tugas Krani-I

KRANI Administrasi Umum B. Tugas – Tugas

1. Melaksanakan Program Transformasi Bisnis dan Komitmen terhadap Sistem Manajemen PTP. N – III.

:

2. Mengerjakan AU 29 dan PB 10 dan administrasi cuti karyawan.

3. Mengerjakan Administrasi Pelatihan dan membantu pelaksanaan OJT ISO 9001, ISO 14001, SMK3 dan pelatihan lainnya.

4. Membantu pelaksanaan kegiatan umum, sosial dan keagamaan. 5. Mengarsipkan dan memelihara dokumen.

6. Melaksanakan tugas tugas lainnya yang diberikan atasan yang bersifat insidentil. B.

3. Melaksanakan tugas – tugas yang telah ditentukan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Tanggung Jawab :


Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

10 119 140

Implementasi Corporate Social Responsibility Pada PT. Perkebunan Nusantara IV (PERSERO)

4 58 134

Kajian Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Distrik Labuhanbatu II Dalam Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhanbatu Selatan

2 47 121

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII DI DESA SINAR BANTEN

0 13 121

Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Terhadap Pengembangan UKM di Kota Medan

1 8 87

ANALISIS DAMPAK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP KONDISI USAHA UMKM MITRA BINAAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX (PERSERO).

0 0 11

10. Bagaimanakah dampak pelaksanaan Program Kemitraan PT.Perkebunan - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik

0 2 20

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Corporate Social Responsibility (CSR) dalam perspektif Good - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan

1 5 27

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang - Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

0 0 12

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) PT. Perkebunan Nusantara III Dalam Pemberdayaan UMKM Kabupaten Asahan (Studi pada program kemitraan PT. Perkebunan Nusantara IIIDistrik Asahan)

0 3 9