Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik (Studi Pada Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Negeri Di Medan)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Minat Mahasiswa Akuntansi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006), “minat yaitu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”. Minat adalah suatu pemutusan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto, 1981 : 23). Sementara itu Hurlock (1995 : 144) mendefinisikan minat sebagai “sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih”. Minat pada dasarnya tidak bersifat permanen, minat hanya bersifat sementara dan dapat berubah-ubah. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Akan tetapi ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun.
Mahasiswa selama belajar di perguruan tinggi menerima informasi mengenai profesi akuntan publik dan non akuntan publik. Informasi tersebut memunculkan minat mahasiswa akuntansi untuk memilih profesi apa yang akan dijalaninya di masa depan. Profesi akuntan publik dipandang sebagai profesi yang menjanjikan prospek yang cerah karena profesi ini memberikan tantangan intelektual dan prestisius di masa sekarang. Profesi ini juga
(2)
memberikan kesempatan untuk mengembangan keterampilan dan memberikan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang menantang dan bervariasi karena dapat ditugaskan diberbagai tempat dan berbagai perusahaan yang memiliki ciri dan kondisi yang berbeda (Wheeler, 1983). Akuntan publik juga merupakan penasehat bisnis yang terpercaya dan salah satu profesi yang diberikan kewenangan untuk memberikan jasa audit. Hal ini membentuk minat mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan publik. 2.2. Profesi Akuntan Publik
2.2.1. Kantor Akuntan Publik
Di dalam Wikipedia Indonesia (2013) yang dimaksud Kantor Akuntan Publik(KAP) adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dar jasanya.Bidang jasa KAP meliputi:
a. Jasa atestasi, termasuk di dalamnya adal
atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, dan jasa audit serta atestasi lainnya.
b. Jasa non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi.
Dalam hal pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan, KAP hanya dapat melakukan paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut. Badan usaha KAP dapat berbentuk:
(3)
1. akuntan publik yang juga sekaligus bertindak sebagai pimpinan.
2.
paling sedikit 2 (dua) orang akuntan publik dan/atau 75% dari seluruh sekutu adalah akuntan publik. Masing-masing sekutu disebut Rekan
Partner) dan salah seorang sekutu bertindak sebagai
Pemimpin Rekan.
3. Bentuk usaha lain yang sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik yang diatur dalam undang-undang.
Selain itu, jenjang karir di kantor akuntan publik cukup jelas. Berikut gambaran tentang karir akuntan publik (Mulyadi dan Puraduredja, 1998) : 1. Auditor Junior, bertugas melaksanakan prosedur audit secara rinci,
membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.
2. Auditor Senior, bertugas untuk melaksanakan audit, dan bertanggungjawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior.
3. Manajer, merupakan pengawas audit yang bertugas membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit; mereview
kertas kerja, laporan audit dan management letter.
4. Partner, bertanggungjawab atas hubungan dengan klien, dan bertanggungjawab secara keseluruhan mengenai auditing.
(4)
Peranan akuntan publik sangat penting dalam dunia usaha karena akuntan publik merupakan satu-satunya profesi yang berhak untuk memberikan opini atas kewajaran dari laporan keuangan yang disusun manajemen (Baridwan, 1998). Akan tetapi Akuntan Publik dalam memberikan jasa auditnya wajib mempunyai Kantor Akuntan Publik (KAP) paling lama 6 (enam) bulan sejak izin akuntan publik diterbitkan. Akuntan publik yang tidak mempunyai KAP dalam waktu lebih dari 6 (enam) bulan akan dicabut izin akuntan publiknya.
2.2.2. Akuntan Publik Sebagai Karir
Baridwan (1998) menyatakan akuntan publik merupakan satu-satunya profesi yang berhak untuk memberikan opini atas kewajaran dari laporan keuangan yang disusun manajemen. Seperti halnya dengan profesi-profesi yang lain, profesi-profesi akuntan publik juga me Oleh karena itu, mahasiswa akuntansi yang memilih akan berkarir sebagai akuntan publik sudah seharusnya mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut.
Karir sebagai akuntan publik tidak hanya berkaitan dengan diri sendiri tetapi juga berhubungan dengan orang lain yang intensitasnya dapat dikatakan sering. Untuk itu, seseorang yang ingin berkarir dalam dunia akuntansi publik akan mendapat penekanan khusus untuk memahami mengenai aturan etika akuntan publik yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik SPAP.Standar Profesional Akuntan
(5)
Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Indonesia. SPAP dikeluarkan ole Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia – KompartemenAkuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (Yohanes, 2013).
Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A yang menetapkan prinsip dasar etika profesi dan memberikan kerangka konseptual untuk penerapan prinsip tersebut. Sedangkan Bagian B dari Kode Etik ini memberikan ilustrasi mengenai penerapan kerangka konseptual tersebut pada situasi tertentu. Berdasarkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2009, ada 5 (lima) Prinsip Etika Profesi yang harus dipatuhi jika memilih berkarir sebagai akuntan publik, yakni : (1) Prinsip Integritas; (2) Prinsip Objektivitas; (3) Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional; (4) Prinsip Kerahasiaan; dan (5) Prinsip Perilaku Profesional.
Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan mengenai hal-hal berikut ini:
(6)
1. Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
2. Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP 3. Seksi 220 Benturan Kepentingan
4. Seksi 230 Pendapat Kedua
5. Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya 6. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
7. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya 8. Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien
9. Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional 10. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance
Dari sini dapat kita lihat bahwa karir sebagai akuntan publik bukanlah hal yang dapat dipilih dengan mudah. Bahkan sejak tahun 2004, maka setiap alumni jurusan Akuntansi tidak lagi mendapatkan gelar Ak secara otomatis (Wudjud, 2010). Bagi yang berminat mendapat gelar Ak diwajibkan untuk menempuh Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) untuk masa studi 2 semester.
2.3. Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dalam Memilih Karir Sebagai Akuntan Publik
2.3.1. Motivasi
2.3.1.1. Definisi Motivasi
Memilih suatu profesi sangat berkaitan erat dengan teori motivasi yaitu teori pengharapan (expectancy theory). Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang artinya dorongan atau menggerakkan. Dengan demikian
(7)
motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, yang berlangsung secara sadar (Nawawi, 2008 : 351). Selanjutnya Sobur (2003 : 268) menambahkan “sebenarnya motivasi merupakan istilah yang lebih umum yang menunjuk pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya, dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan”. Karena itu bisa juga dikatakan bahwa motivasi berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan.
Motivasi sangat penting dimiliki setiap individu dalam dirinya karena motivasi menyebabkan individu mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Sembiring, 2009). Menurut Komaruddin (1994) pada dasarnya motivasi dibagi menjadi dua jenis utama yaitu motivasi intrinsik (motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang) yang disebut juga motivasi murni dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang timbul disebabkan faktor dari luar diri seseorang) seperti kenaikan pangkat, pujian, hadiah dan lain-lain. Menurut Peterson dan Plowman dalam Hasibuan (2003) yang mengatakan bahwa orang mau bekerja karena faktor-faktor berikut ini :
1. The desire to live (keinginan untuk hidup)
2. The desire for position (keinginan untuk suatu posisi) 3. The desire for power (keinginan akan kekuasaan)
(8)
4. The desire for recognation (keinginan akan pengakuan)
Setiap pekerja mempunyai motif keinginan (want) dan kebutuhan (needs) tertentu, dan mengharapkan kepuasan dari hasil kerjanya (Sembiring, 2009).
2.3.1.2. Pentingnya Motivasi
Dalam kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kegiatan perlu adanya motivasi agar kegiatan itu berjalan dengan lancar sesuai keinginan dan mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan adanya motivasi kinerja kegiatan akan terlihat apakah kita bekerja maksimal atau tidak dan tentunya akan berdampak pada hasil yang didapat.Sebagai profesi yang banyak diminati, apa saja yang menjadi motivasi pemilihan karir sebagai akuntan publik merupakan hal yang dapat menarik perhatian. Saat ini penelitian mengenai motivasi dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik dapat dikatakan sudah banyak. Hal ini dapat diartikan bahwa motivasi merupakan suatu hal penting yang pantas dan sangat menarik untuk diteliti. Dikarenakan penelitian tersebut akan memberikan manfaat sebagai pertimbangan oleh banyak pihak yang terkait.
Ningsih (2008) meneliti mahasiswa akuntansi pada empat perguruan tinggi di kota Padang yaitu Universitas Andalas, Universitas Negeri Padang, Universitas Bung Hatta, dan Universitas Putra Indonesia. Dari temuan yang diperoleh pada penelitian tersebut, variabel motivasi karir dan self efficacy merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi minat mahasiswa pada pemilihan karir sebagai akuntan publik, sedangkan untuk
(9)
motivasi ekonomi dan motivasi berprestasi tidak signifikan mempengaruhi minat mahasiswa pada pemilihan karir sebagai akuntan publik. Selain itu juga terdapat perbedaan minat mahasiswa awal dan mahasiswa tingkat akhir dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik serta tidak ada perbedaan minat antara mahasiswa pada universitas negeri dan mahasiswa pada universitas swasta dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik.
Penelitian tersebut dapat menggambarkan motivasi kerja sangatlah penting jika ingin bertahan di karir tertentu, untuk mengembangkan karir, bahkan untuk pancapaian jenjang karir tertinggi atau untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap orang. Tanpa motivasi kerja tidak mungkin mendapatkan prestasi kerja yang tinggi dan akan berimbas pada kemajuan karir. Orang-orang yang sukses dalam karir adalah mereka yang memiliki motivasi kerja.
2.3.2. Gender
2.3.2.1. Paradigma Gender
Sejak lahir seseorang sudah ditentukan peran dan atribut gender-nya masing-masing. Laki-laki dan perempuan dianggap sebagai simbol status. Laki-laki identik dengan orang yang memiliki karakter maskulin. Sedangkan perempuan identik dengan orang yang memiliki karakteristik feminin.Konsep gender adalah sifat-sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural (Fakih, 2006 : 8).Masyarakat pada umumnya melihat bahwa laki-laki kurang baik dalam melakukan pekerjaannya dikarenakan adanya perilaku yang
(10)
menyimpang seperti kurangnya disiplin. Sedangkan perempuan jauh lebih rajin dan ulet serta konsisten dalam pekerjaannya, namun seringkali perempuan terbawa dan larut dalam perasaannya sehingga muncul adanya keraguan dalam pengambilan keputusan.
Dewasa ini, paradigma mengenai keseteraan gender sudah meluas terlebih di Indonesia ada yang dikenal dengan emansipasi wanita. Seorang perempuan kini telah bisa bekerja diluar rumah membantu ekonomi keluarga tetapi juga tidak melupakan kodratnya yang menyandang gelar seorang ibu jika sudah menikah. Akan tetapi, sebuahstudi yang dilakukan Collins (1993) di kantor akuntan publik menemukan bahwa wanita mengalami stres kerja lebih tinggi dibanding pria. Wanita mengalami stress kerja yang tinggi karena adanya tuntutan pekerjaan dan rumah tangga (Collins, 1993).
Perbedaan hakiki yang menyangkut jenis kelamin tidak dapat diganggu gugat (misalnya secara biologis wanita mengandung), perbedaan peran genderdapat diubah karena bertumpu pada faktor-faktor sosial dan sejarah. Karir akuntan yang terkait dengan banyak disiplin ilmu sosial tentunya akan sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut (Andersen, 2012). 2.3.2.2. Gender Berkontribusi Terhadap Pemilihan Karir Sebagai
Akuntan Publik
Gender kini tidak lagi menjadi pengahalang bagi perempuan untuk berkarir dalam berbagai aspek kehidupan. Ramdani dan Zulaikha (2013) menjelaskan :
(11)
kultur masyarakat pada era sebelum kartini yang melarang wanita untuk bekerja pada saat ini sudah sangat jauh dari persepsi masyarakat, wanita sekarang sudah dianggap memiliki peran dan berkarya dalam seluruh aspek kehidupan sosial, hal tersebut juga berlaku dalam dunia karir sehingga peran gender dalam suatu karir sangatlah dipertimbangkan terutama bagi kaum wanita.
Gender merupakan hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik. Dari penelitian yang dilakukan Laksmi dan Indriantoro(1999) diketahui bahwa perbedaan gender berpengaruh secara signifikan dalam pemilihan profesi akuntan publik.Andersen (2012) berpendapat bahwa terdapat pola pikir bahwa perbedaan gender menjadi salah satu penghambat dalam memilih dan menentukan profesi pada mahasiswa akuntansi. Berdasarkan faktor kesetaraan gender, kebanyakan mahasiswa lebih memilih untuk menjadi akuntan pendidik. Pada dasarnya laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan dasar nilai etika dalam proses pengambilan keputusan.
2.3.3. Penghargaan Finansial
Pengertian reward menurut Byars dan Rue (2000:299) adalah “The organizational reward system consists of the types of rewards to be offered and their distribution”. Selanjutnya Mulyadi dan Setyawan (2001:227) mengatakanbahwa :
sistem penghargaan merupakan salah satu alat pengendali penting yang digunakan oleh perusahaan untuk memotivasi personelnya agar mencapai tujuan perusahaan (bukan tujuan personel secara individu) dengan perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan (bukan perilaku yang disukai oleh personel secara pribadi)
Dari kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa reward
(12)
merupakan suatu alat untuk mengendalikan tingkah laku karyawan agar sesuai dengan yang diharapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan perusahaan.
Selain itu, bergabungnya seseorang dalam suatu perusahaan atau organisasi tentu memiliki berbagai harapan bahwa kebutuhannya dapat terpenuhi sebagai balas jasa atas keikutsertaannya dalam mencapai tujuan perusahaan. Penghargaan finansial atau gaji merupakan salah satu faktor umum yang menyebabkan seseorang mencintai pekerjaannya atau tidak. Kompensasi finansial yang rasional menjadi kebutuhan mendasar bagi kepuasan kerja. Hal serupa juga terjadi dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik. Penelitian sebelumnya menegaskan bahwa dalam melakukan pertimbangan pemilihan karir, para mahasiswa lulusan jurusan akuntansi menempatkan penghargaan finansial atau gaji sebagai alasan utama.Jika ia mendapatkan penghargaan finansial sesuai dengan karyanya, maka seorang akuntan publik akan berbuat sesuai dengan aturan kerja dalam rangka menjaga citra profesinya baik di dalam maupun di luar pekerjaannya. Wijayanti (2001) mengungkapkan bahwa penghargaan finansial/gaji merupakan faktor yang dipertimbangkan mahasiswa dalam memilih profesi. Mahasiswa yang memilih profesi akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah berpendapat bahwa dengan profesi tersebut, penghargaan finansial/gaji awal mereka lebih baik dibandingkan dengan profesi akuntan pendidik dan profesi akuntan publik. Mahasiswa yang memilih profesi akuntan pemerintah dan akuntan pendidik lebih mengharapkan dana pensiun
(13)
dibandingkan dengan mahasiswa yang memilih profesi akuntan perusahaan dan akuntan publik (Rahayu, dkk, 2003).Sedangkan penelitian yang dilakukan Stolle (1976) menunjukkan bahwa mahasiswa tingkat IV yang memilih profesi akuntan publik lebih mempertimbangkan penghargaan finansial/gaji awal tinggi dan kenaikan penghargaan finansial/gaji yang lebih cepat, sedangkan mahasiswa yang memilih profesi akuntan industri lebih mengutamakan dana pensiun.
Wheeler (1983) menemukan bahwa orang-orang bisnis, psikologi, dan bidang pendidikan selain akuntansi beranggapan bahwa akuntansi menawarkan penghasilan yang lebih tinggi daripada pekerjaan dalam bidang pemasaran, manajemen umum, keuangan dan perbankan.Selanjutnya, suatu studi yang dilakukan ole Ramdani dan Zulaikha (2013) menyimpulkan bahwa variabel penghargaan finansial, nilai skor rata-rata empiris memiliki nilai 11,26 diatas nilai minimum empiris 4 dan lebih cenderung mendekati nilai skor maksimum empiris 15, hal ini menandakan bahwa responden menganggap profesi akuntan (akuntan publik dan non publik) akan memberikan penghargaan finansial yang cukup baik. Dalam profesi non akuntan, akuntan publik dianggap paling mudah mendapatkan penghargaan finansial/gaji tinggi, meskipun penghargaan finansial/gaji awalnya lebih rendah dibanding bidang profesi yang lain (Felton,1994).Hal ini dapat menjadi landasan bahwa penghargaan finansial/gaji merupakan motivasi terkuatmahasiswa akuntansi berminat untuk berkarir sebagai akuntan publik.
(14)
2.3.4. Pelatihan Profesional
Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis dan berpengalaman dibidang auditing, antara lain memiliki pengalaman kerja di KAP minimal 3 tahun yang setara dengan 4000 jam, serta pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menjalani karir sebagai akuntan publik (Benny dan Yuskar, 2006). Menurut Stolle (1976) pelatihan profesional dipertimbangkan oleh mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik. Mahasiswa akuntansi yang memilih karir menjadi akuntan publik memerlukan pelatihan kerja. Hal ini dimaksudkan karena untuk menjadi seorang akuntan publik yang dapat melaksanakan pekerjaan audit dengan baik, tidak cukup hanya dengan bekal pendidikan formal semata tetapi juga harus ditunjang oleh pengalaman praktek di lapangan dengan jam kerja yang memadai.
Pelatihan profesional merupakan pelatihan yang diberikan guna untuk peningkatan kemampuan dan keahlian suatu profesi. Tidak hanya itu, pelatihan profesional juga merupakan suatu persiapan dan pelatihan yang harus dilakukan sebelum memulai suatu karir. Pelatihan profesional merupakan salah satu faktor penghargaan non finansial. Selain bertujuan mencari penghargaan finansial, dalam pemilihan profesi oleh mahasiswa juga ada keinginan untuk mengejar prestasi dan mengembangkan diri. Hal ini akan didapatkan melalui pelatihan profesional yang disediakan oleh pemberi kerja ataupun asosiasi yang menaunginya. Beberapa elemen dalam
(15)
pelatihan profesional antara lain: pelatihan sebelum bekerja, mengikuti pelatihan di luar lembaga, mengikuti pelatihan rutin lembaga, dan variasi pengalaman kerja (Aprilyan, 2011).
2.3.5. Pengakuan Profesional
2.3.5.1. Pengertian Pengakuan Profesional
Istilah “Profesional” diadaptasikan dari istilah bahasa Inggris yaitu
Profession yang berarti pekerjaan atau karir. Pengakuan profesioanl ini dapat juga dikategorikan sebagai penghargaan yang tidak berwujud finansial (Stolle,1976). Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan/atau organisasi profesi. Sedangkan secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa, dalam hal ini jasa akuntan publik.
Rahayu, dkk (2003) mengungkapkan bahwa mahasiswa yang memilih profesi akuntan publik dan akuntan perusahaan menganggap bahwa profesi yang mereka pilih akan memberikan banyak kesempatan untuk berkembang. Mahasiswa yang memilih profesi akuntan perusahaan menganggap bahwa pengakuan prestasi atas profesi mereka lebih tinggi dibanding dengan profesi yang lain. Sedangkan mahasiswa yang memilih profesi akuntan pendidik menganggap bahwa profesi yang mereka pilih memberikan kesempatan berkembang yang lebih rendah jika dibandingkan dengan profesi akuntan pemerintah. Hal diatas dapat diartikan bahwa pengakuan profesional dalam berkarir akan dapat meningkatkan motivasi yang pada akhirnya juga akan meningkatkan produktivitas kerja.
(16)
2.3.5.2. Parameter Pengakuan Profesional
Pengakuan profesional yang diberikan dapat berupa hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Perlu adanya indikator-indikator tertentu agar pengakuan yang diberikan sesuai dengan target yang diharapkan. Misalnya pemberian penghargaan terhadap prestasi kerja yang diharapkan dapat memotivasi semangat kerja agar menjadi lebih giat lagi. Hal ini dapat dilihat apakah pekerjaan yang dilakukannya menjadi lebih baik dari sebelumnya atau malah mengurangi semangat kerjanya karena ia mengira pencapaiannya telah selesai.
Merdekawati dan Sulistyawati (2011) mengungkapkan elemen-elemen dalam pengakuan profesional diantaranya adalah adanya pelatihan kerja, adanya pelatihan profesi, adanya pengakuan prestasi, pengalaman kerja yang bervariasi, kesempatan berkompetisi dan perlunya keahlian untuk mencapai sukses. Hal ini dapat berarti bahwa pengakuan profesional dapat diukur melalui adanya kesempatan untuk berkembang yang diberikan, adanya pengakuan apabila berprestasi, memiliki cara untuk naik pangkat, dan memiliki keahlian untuk mencapai sukses agar dapat diakui. Dengan diakuinya prestasi kerja akan dapat meningkatkan kualitas pekerjaan yang dihasilkan dan dapat memotivasi untuk meningkatkan karir (Wudjud, 2010).
(17)
Wikipedia Indonesia (2013) mendefinisikan nilai sosial sebagai “nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat”. Nilai-nilai sosial ditunjukkan sebagai faktor yang menampakkan kemampuan seseorang pada masyarakatnya atau dengan kata lain, nilai seseorang dari sudut pandang orang-orang lain di lingkungannya (Aldahar, 2013). Nilai sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam memilih karir.
Mahasiswa akuntansi beranggapan bahwa profesi akuntan publik lebih memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, lebih memberi kesempatan untuk menyediakan jasa sosial dan lebih prestisius dibandingkan profesi akuntan perusahaan (Stolle, 1976). Nilai-nilai sosial dapat diindikasikan melalui enam pernyataan mengenai kesempatan melakukan kegiatan sosial, kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, kesempatan untuk menjalankan hobi, memperhatikan perilaku individu, pekerjaan yang lebih bergengsi di bidang karir lainnya dan kesempatan untuk bekerja dengan ahli di bidang lain (Wijayanti, 2001). Carpenter dan Strawser (1970) menyatakan bahwa reputasi pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan profesi. Hal ini berarti bahwa faktor pandangan orang lain terhadap suatu pekerjaan mempengaruhi keputusan seseorang dalam memilih profesi.
(18)
Menurut Robbins (2006) “lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan”.Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap prestasi kerja. Wudjud (2010) mengungkapkan “lingkungan kerja merupakan sesuatu yang berkaitan dengan sifat pekerjaan, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan kerja”. Hal ini berhubungan dengan rutinitas sehari-hari, atraktif dalam kerja dan seringnya memerlukan waktu lembur.
Hasil penelitian Stolle (1970) dan Felton (1994) menyatakan bahwa faktor lingkungan tidak dipertimbangkan mahasiswa dalam memilih suatu karir. Berbeda dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2001) menunjukkan bahwa lingkungan kerja dipertimbangkan dalam pemilihan profesi mahasiswa terutama pada sifat pekerjaan rutin dan pekerjaan cepat diselesaikan. Lingkungan kerja sangat besar pengaruhnya pada kebiasaan-kebiasaan seseorang dalam melakukan pekerjaannya. Apabila lingkungan kerja yang ada di sekitar seseorang baik, maka seseorang tersebut akan mempunyai disiplin kerja yang tinggi dan otomatis akan terjalin kerja sama yang baik sehingga akan berpengaruh pada kepuasan kerja.
Selanjutnya Rahayu,dkk (2003) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memilih profesi akuntan pendidik menganggap pekerjaan yang dijalani lebih rutin dibandingkan karir yang lain. Mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan pemerintah menganggap pekerjaannya memiliki rutinitas lebih tinggi dibanding akuntan perusahaan. Mahasiswa yang memilih
(19)
profesi sebagai akuntan publik menganggap jenis pekerjaannya tidak rutin, akan tetapi pekerjaannya mempunyai banyak tantangan dan tidak dapat dengan cepat terselesaikan. Dengan mengetahui lingkungan kerja masing-masing profesi maka dapat memberikan pertimbangan yang matang sebelum memilih karir apa yang cocok untuk dijalani. Oleh karena itu, lingkungan kerja akuntan publik perlu dipertimbangkan sebelum memilih karir tersebut. 2.3.8. Pertimbangan Pasar Kerja
2.3.8.1. Pasar Kerja Akuntan Publik
Keterbatasan informasi bagi sebagian kalangan akan mempengaruhi banyak tidaknya lapangan pekerjaan yang bisa diketahui atau diakses sehingga pertimbangan pasar kerja turut menjadi faktor yang mempengaruhi pilihan karir (Wudjud, 2010). Setiap orang menginginkan keamanan kerja yang terjamin dan kemudahan mengakses lowongan kerja pada pilihan karir mereka. Pertimbangan pasar kerja berhubungan dengan pekerjaan yang dapat diakses di masa yang akan datang.
Pasar kerja merupakan suatu hal yang pantas untuk dipertimbangkan sebelum seseorang memilih karirnya. Terlebih pada masa sekarang ini telah dibuka Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan memberikan peluang dan tantangan yang cukup besar bagi profesi akuntan publik. Akuntan publik sebagai salah satu jenis profesi yang mampu memberikan peluang dalam dunia kerja saat ini karena akuntan publik merupakan salah satu profesi yang diberi kewenangan untuk memberikan jasa audit (Chelz, 2010). Pasal 68 ayat (1) poin e Undang-Undang Republik
(20)
Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa “Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada akuntan publik untuk diaudit apabila Perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha dengan jumlah nilai paling sedikit Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)”. Hal ini dapat menguatkan jika profesi akuntan publik sangat diperlukan mengingat jumlah perseroan terbatas di Indonesia relatif banyak.
2.3.8.2. Pertimbangan Pasar Kerja sebagai Parameter Minat Mahasiswa
Hasil penelitian Carpenter dan Strawser (1970); Zikmund et al
(1977); Horowitz dan Riley (1990), menemukan bahwa pertimbangan pasar kerja menempati peringkat tinggi diantara faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan profesi mahasiswa. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Paolillo and Estes (1982); Zikmund et al(1977) yang menemukan bahwa faktor pertimbangan pasar kerja merupakan faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memilih profesi akuntan publik. Aprilyan (2011) juga meneliti mengenai pengaruh nilai intrinsik pekerjaan, gaji, pelatihan professional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, personalitas terhadap pemilihan karir menjadi akuntan publik. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel pertimbangan pasar kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir menjadi akuntan publik baik secara parsial maupun simultan.
(21)
Sementara itu, Chairunnisa (2014) menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut adalah penghasilan berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa untuk menjadi akuntan publik. Sedangkan variabel nilai intrinsik pekerjaan, pertimbangan pasar kerja dan lingkungan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa untuk menjadi akuntan publik.Hal ini karena dalam pemilihan karir ada yang memilihnya berdasarkan peluang kerja yang besar, dan ada juga yang memilih karir dikarenakan semata-mata karena tekad dan keinginan diri untuk mempelajari karir tersebut (secara naluriah).Dalam hal ini yang menjadi parameter pertimbangan pasar kerja meliputi tersedianya lapangan kerja, keamanan kerja, fleksibilitas karir, dan kesempatan promosi (Wheeler, 1983).
2.3.9. Personalitas
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “personalitas adalah keseluruhan reaksi psikologis dan sosial seorang individu, sintesis kehidupan emosionalnya dan kehidupan mentalnya, tingkah laku dan reaksinya terhadap lingkungan”. Sobur (2003 : 301) menyebut personalitas sebagai kepribadian yang juga berarti “ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya suatu identitas sebagai individu yang khusus”. Hal ini menjelaskan bahwa personalitas berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang dalam lingkungannya. Personalitas mencerminkan kepribadian seseorang dalam bekerja secara profesional.
(22)
Aprilyan (2011) meneliti mengenai pengaruh nilai intrinsik pekerjaan, gaji, pelatihan professional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, personalitas terhadap pemilihan karir menjadi akuntan publik. Salah satu hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan, variabel personalitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir menjadi akuntan publik. Berbeda dengan itu, Sulistyawati, dkk (2013) pernah meneliti persepsi mahasiswa akuntansi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir diantaranya gaji, pelatihan profesional, keprofesionalan, nilai sosial, tempat kerja, pasar tenaga kerja dan kepribadian. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa kepribadian (personalitas) bukanlah faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa. Hal ini disesuaikan dengan tempat penelitian yang berbeda dan dengan personal yang berbeda pula. Dikarenakan personalitas sangat berkaitan erat dengan personal dan lingkungan yang ditinggalinya maka hasil penelitian dapat berbeda-beda sesuai dengan personalnya.
(23)
2.4. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian (Tahun) Judul
Penelitian Variabel Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
M. Simba Sembiring (2009) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Menjadi Akuntan Publik Oleh Mahasiswa Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi USU Medan 1. Penghargaan Finasial(X1) 2. Pelatihan
Profesional (X2) 3. Pengakuan
Profesional (X3) 4. Nilai-Nilai
Sosial (X4) 5. Lingkungan
Kerja (X5) 6. Pertimbangan
Pasar Kerja (X6) 7. Personalitas
(X7)
8. Minat Menjadi Akuntan Publik (Y)
Terdapat variabel yang sama yaitu Penghargaan Finasial, Pelatihan Profesional, Pengakuan Profesional, Nilai-Nilai Sosial, Lingkungan Kerja, Pertimbangan Pasar Kerja, dan Personalitas
1. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi USU Program Strata-1 Reguler Angkatan 2005 dan 2006.
2. Proses pengambilan sampel dengan metode
purposive sampling.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa penghargaan finasial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas berpengaruh terhadap minat menjadi akuntan publik secara simultan dengan variasi yang terjelaskan yang
dinyatakan dalam adjusted R2 sebesar 31,7% variabel penghargaan finasial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas berpengaruh positif terhadap pemilihan profesi/karir menjadi Akuntan Publik. Sedangkan sisanya sebesar 68,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel pengakuan profesional berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan karir sebagai Akuntan Publik, sedangkan penghargaan finasial, pelatihan profesional, nilai-nilai sosial,
(24)
lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitastidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan karir sebagai Akuntan Publik. Andi Setiawan Chan (2012) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Menjadi Akuntan Publik Oleh Mahasiswa Jurusan Akuntansi 1. Penghargaan Finasial (X1) 2. Pelatihan
Profesional (X2) 3. Pengakuan
Profesional (X3) 4. Nilai-Nilai
Sosial (X4) 5. Lingkungan
Kerja (X5) 6. Pertimbangan
Pasar Kerja (X6) 7. Personalitas
(X7)
8. Pencapaian Akademik (X8) 9. Pemilihan Karir
Menjadi
Akuntan Publik (Y)
1. Variabel Independen yaitu Penghargaan Finasial, Pelatihan Profesional, Pengakuan Profesional, Nilai-Nilai Sosial, Lingkungan Kerja, Pertimbangan Pasar Kerja, dan Personalitas. 2. Variabel Dependen
Pemilihan Karir Menjasi Akuntan Publik.
3. Data dianalisis dengan Analisis Regresi Linier Berganda.
1. Terdapat variabel independen yang berbeda yaitu
Pencapaian Akdemik. 2. Penelitian ini dilakukan
di Surabaya dengan sampel penelitian terhadap mahasiswa jurusan akuntansi fakultas bisnis Unika Widya Mandala
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pelatihan profesional dan personalitas berpengaruh signifikan terhadap minat menjadi akuntan publik. Semakin banyak pelatihan profesional yang diterima dan makin tinggi kesesuaian pekerjaan dan kepribadian maka semakin tinggi pula minat menjadi akuntan publik. Variabel penghargaan finansial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan
pencapaian akademik tidak berpengaruh signifikan terhadap minat menjadi akuntan publik. Sukardi Ikhsan dkk (2013) Dampak Implementasi Undang-Undang Akuntan Publik 1. Danpak Imlementasi UU Akuntan Publik (X)
1. Variabel dependen sama yaitu Minat Menjadi Akuntan Publik
1. Ruang lingkup pengambilan sampel dalam penelitian ini pada mahasiswa
Hasil penelitian menunjukkan bukti empiris bahwa implementasi UU Akuntan Publik berpengaruh positif terhadap minat menjadi akuntan publik. Namun demikian pengaruh
(25)
Terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Semarang
2. Minat Menjadi Akuntan Publik (Y)
2. Menggunakan skala likert untuk
pengukuran variabel 3. Data diolah dan
dianalisis
menggunakan analisis statistik deskriptif.
akuntansi Universitas Negeri Semarang. 2. Penentuan Sampel
berdasarkan rumus Solvin
3. Variabel independen yang berbeda yaitu Dampak Implementasi UU Akuntan Publik.
tersebut sangat kecil, hal tersebut ditengarahi oleh pemahaman responden terhadap UU Akuntan Publik yang masih minim.
Fifi Chairunnis a (2014) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Berkarir Sebagai Akuntan Publik (Studi Kasus Pada Mahasiswa Ekonomi Akuntansi Universitas Tanjungpura Pontianak)
1. Nilai Intrinsik Pekerjaan (X1) 2. Penghasilan (X2) 3. Pertimbangan
Pasar Kerja (X3) 4. Lingkungan
Kerja (X4)
5. Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Berkarir Sebagai Akuntan Publik (Y)
1. Variabel independen yang sama yaitu Penghasilan,
Pertimbangan Pasar Kerja, dan Lingkungan Kerja.
2. Variabel dependen sama yaitu Minat Mahasiswa Akuntan Untuk Berkarir Sebagai Akuntan Publik.
3. Ruang lingkup pengambilan sampel dalam penelitian ini pada mahasiswa akuntansi Universitas Tanjungpura
Pontianak.
4. Variabel Independen lebih kompleks jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu. 5. Proses pengambilan
sampel dengan metode
simple random sampling.
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah penghasilan berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa untuk menjadi akuntan publik. Variabel nilai intrinsik pekerjaan,
pertimbangan pasar kerja dan lingkungan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa untuk menjadi akuntan publik. Sri Rahayu Ningsih Pengaruh Motivasi dan Self
1. Motivasi Karir (X1)
2. Motivasi
Terdapat variabel independen yang sama yaitu Motivasi.
1. Terdapat variabel independen yang berbeda yaitu Self
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi karir dan self efficacy mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat
(26)
(2008) EfficacyTerhada p Minat Mahasiswa Jurusan Akuntansi pada Pemilihan Karir Sebagai Akuntan Publik
Ekonomi (X2) 3. Motivasi
Berprestasi (X3) 4. Self Efficacy
(X4)
5. Pemilihan Karir Sebagai
Akuntan Publik (Y)
Efficacy.
2. Lokasi penelitian berbeda.
mahasiswa pada pemilihan karir sebagai akuntan publik, sedangkan motivasi ekonomi dan motivasi berprestasi tidak berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa pada pemilihan karir sebagai akuntan publik. Terdapat perbedaan minat antara mahasiswa awal dan mahasiswa tingkat akhir tehadap pemilihan karir sebagai akuntan publik serta tidak ada perbedaan minat antara mahasiswa pada universitas negeri dan mahasiswa pada universitas swasta dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik.
Lara Absara Aprilyan dan Herry Laksito (2009) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi dalam Pemilihan Karir menjadi Akuntan Publik (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi UNDIP dan Mahasiswa Akuntansi UNIKA)
1. Nilai Intrinsik (X1)
2. Penghargaan Finasial/Gaji (X2)
3. Pelatihan
Profesional (X3) 4. Pengakuan
Profesional (X4) 5. Nilai-Nilai
Sosial (X5) 6. Lingkungan
Kerja (X6) 7. Pertimbangan
Pasar Kerja (X7) 8. Personalitas
1. Variabel independen yang sama yaitu Pengahargaan Finansial, Pelatihan Profesional, Pengakuan Profesional, Niali-nilai Sosial, Lingkungan Kerja, Pertimbangan Pasar Kerja, dan Personalitas.
2. Menggunakan skala likert untuk
pengukuran variabel.
1. Ruang lingkup pengambilan sampel dalam penelitian ini pada Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta di Semarang.
2. Variabel independen yaitu Nilai Intrinsik. 3. Proses pengambilan
sampel dengan metode
purposivesampling.
Secara simultan faktor/variabel nilai intrinsik pekerjaan, penghargaan finansial/ gaji, lingkungan kerja, pelatihan profesional, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir menjadi akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi.
(27)
(X8)
9. Pemilihan Karir Menjadi Akuntan Publik (Y) Mochamm ad Audi Aldahar (2013) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Sebagai Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Dan Ppak Universitas Hasanuddin) 1. Penghargaan Finansial (X1) 2. Pelatihan
Profesional (X2) 3. Pengakuan
Profesional (X3) 4. Lingkungan
Kerja (X4) 5. Nilai-nilai Sosial (X5) 6. Pertimbangan
Pasar Kerja (X6) 7. Personalitas
(X7)
8. Pemilihan Karir Sebagai
Akuntan Publik (Y)
1. Variabel Independen yaitu Penghargaan Finansial, Pelatihan Profesional, Pengakuan Profesional, Lingkungan Kerja, Nilai-Nilai Sosial, Pertimbangan Pasar Kerja dan Personalitas. 2. Variabel Dependen
yaitu Pemilihan Karir Sebagai Akuntan Publik.
3. Data dianalisis dengan Analisis Regresi Linier Berganda
1.Ruang lingkup
penelitian ini dilakukan pada mahasiswa
akuntansi dan PPAk di Universitas Hasanuddin.
Secara simultan faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, lingkungan kerja, nilai-nilai sosial,
pertimbangan pasar kerja dan personalitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi dan PPAk di
Universitas Hasanuddin. Secara parsial faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja dan personalitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi dan PPAk di Universitas Hasanuddin.
Sedangkan faktor pengakuan profesional dan lingkungan kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi dan PPAk di Universitas Hasanuddin. Hasil Uji One Way ANOVA
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pandangan antara kelompok data mahasiswa akuntansi yang pernah magang di
(28)
KAP, mahasiswa akuntansi non-magang, dan mahasiswa PPAk terhadap pemilihan karir sebagai akuntan publik, ditinjau dari faktor-faktor penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, lingkungan kerja, nilai-nilai sosial,
pertimbangan pasar kerja dan personalitas. Lara Absara Aprilian (2011) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Akuntansi Dalam Pemilihan Karir Menjadi Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Undip Dan Mahasiswa Akuntansi Unika)
1. Nilai Intrinsik Pekerjaan (X1) 2. Gaji (X2) 3. Lingkungan
Kerja (X3) 4. Pelatihan
Profesional (X4) 5. Pengakuan
Profesional (X5) 6. Nilai-Nilai Sosial
(X6)
7. Pertimbangan Pasar Kerja (X7) 8. Personalitas (X7) 9. Pemilihan Karir
menjadi Akuntan Publik (Y)
1. Variabel independen yaituGaji, Lingkungan Kerja, Pelatihan Profesional, Pengakuan Profesional, Nilai-Nilai Sosial, Pertimbangan Pasar Kerja dan Personalitas. 2. Variabel Dependen
Pemilihan Karir Sebagai akuntan Publik.
3. Anlisis data dengan Regresi Berganda
1.Ruang lingkup
penelitian ini dilakukan pada mahasiswa
akuntansi UNDIP dan UNIKA yang berlokasi di Semarang.
2.Metode penentuan sample dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel nilai intrinsik pekerjaan, gaji, lingkungan kerja, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir menjadi akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi, namun secara parsial variabel lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan karir menjadi akuntan publik oleh mahasiswa akuntansi, sedangkan variabel nilai intrinsik pekerjaan, gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas masing-masing berpengaruh signifikan. Satoshi Sugahara dan Gregory The Accounting Profession as a Career Choice for Tertiary
1. Intrinsic Value
(X1)
2. Career Prospect
(X2)
1. Terdapat variabel independen yang sama yaituPertimbangan Pasar Kerja,
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Jepang.
Hasil dari dua analisis faktor individual menunjukkan perbedaan yang signifikan antara faktor yang mempengaruhi profil karir antara mahasiswa akuntansi dan
(29)
non-Boland (2009) Business Students in Japan-A Factor Analysis
3. Job Market Consideration
(X3) 4. Working
Environment (X4) 5. Financial
Rewards (X5) 6. Person Influence
(X6)
7. Career Choice as A Accountant(Y)
Lingkungan Kerja dan Penghargaan Finansial. 2. Variabel dependen
yaitu Pilihan Karir Sebagai Akuntan.
akuntansi. Lebih lanjut menunjukkan bahwa pengaruh utama yang mempengaruhi pilihan mahasiswa jurusan akuntansi didasarkan pada nilai-nilai intrinsik. Mahasiswa non-akuntansi menunjukkan prospek karir sebagai faktor utama ketika memilih karir. Hasil ini sangat penting bagi pendidik akuntansi di Jepang karena mereka berusaha untuk mengatasi masalah kurangnya minat pada profesi akuntansi saat ini.
Felton et al (1994)
Factors
influencing the business
student’s choice of a career in chartered accountancy
1. Nilai Intrinsik Pekerjaan (X1) 2. Penghargaan
Finansial/Gaji (X2)
3. Jumlah Tawaran Lowongan Pekerjaan (X3) 4. Persepsi Mahasiswa Tentang Benefit Profesi Akuntan Publik (X4) 5. Persepsi Mahasiswa Tentang Pengorbanan
1. Terdapat variabel independen yang sama yaitu Penghargaan Finansial.
2. Variabel dependen yaitu Pemilihan Profesi Sebagai Akuntan Publik.
Ada variabel independen yang berbeda yaitu Nilai Intrinsik Pekerjaan, Jumlah Tawaran Lowongan Pekerjaan, Persepsi Mahasiswa Tentang Benefit Profesi Akuntan Publik, dan Persepsi Mahasiswa Tentang Pengorbanan Profesi Akuntan Publik.
Hasil penelitian menunjukkan mahasiswa yang memilih untuk berprofesi sebagai akuntan publik lebih mempertimbangkan penghargaan finansial/ gaji jangka panjang dan kesempatan kerja yang lebih menjanjikan dari profesi ini lebih besar daripada
(30)
Profesi Akuntan Publik (X5) 6. Pemilihan Profesi
Sebagai Akuntan Publik (Y)
(31)
2.5. Keterkaitan Antar Variabel dengan Hipotesis
2.5.1. Motivasi Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Menurut Sembiring (2009), motivasi sangat penting dimiliki setiap individu dalam dirinya karena motivasi menyebabkan individu mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi minat seseorang. Mahasiswa akuntansi tidak akan berminat menjadi seorang akuntan publik jika tidak memiliki dorongan motivasi yang kuat. Dalam hal ini motivasi bisa datang darimana saja, misalnya pengaruh orangtua yang ingin agar anaknya menjadi seorang akuntan publik. Semakin besar dorongan motivasi tersebut maka akan semakin kuat minat untuk berkarir sebagai akuntan publik. Maka hipotesis pertama adalah sebagai berikut :
Ha1 : Motivasi berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
2.5.2. Gender Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Andersen (2012) mengungkapkan dalam bidang akuntansi, seorang wanita dapat menjadi seorang akuntan, baik akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan perusahaan maupun akuntan pemerintah. Namun ada beberapa karakter dasar yang tidak dapat disamaratakan antara pria dan wanita yakni emosi dan pola pemikiran yang cukup berbeda antara wanita
(32)
dan pria. Oleh karena itu gender sangat berperan dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik. Kebanyakan wanita akan memilih menjadi akuntan pendidik atau akuntan pemerintah. Pada dasarnya wanita memiliki pergerakan yang terbatas sehingga akuntan perusahaan jarang menjadi pilihan karena biasanya memiliki jam kerja yang panjang bahkan bisa sampai malam jika mengharuskan untuk lembur. Sementara itu, akuntan publik biasanya harus survei langsung ke lapangan sehingga sedikit lebih sulit.Akan tetapi hal tersebut tidak mutlak selalu menjadi batu sandungan dalam pemilihan karir sebagai akuntan publik oleh wanita. Pada masa sekarang ini, sudah banyak wanita yang berkarir sebagai akuntan publik. Peran wanita tersebut akan menimbulkan semangat wanita lain khususnya mahasiswa freshgraduate untuk berkarir sebagai akuntan publik. Hipotesis kedua adalah sebagai berikut :
Ha2 : Gender berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
2.5.3. Penghargaan Finansial Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Penghargaan finansial dapat diartikan sebagai bentuk imbalan timbal balik berbentuk nilai mata uang yang diberikan atas pemberian jasa, tenaga, usaha, pikiran, dan manfaat seseorang dalam suatu ikatan kerja (Dwinanda, 2014). Penghargaan finansial merupakan salah satu indikator dalam mengukur kepuasaan kerja dan selalu menjadi pertimbangan dalam pemilihan karir. Semakin tinggi penghargaan finansial yang diberikan
(33)
ataupun ditawarkan maka akan semakin tinggi pula minat seseorang untuk memilih berkarir dalam profesi tersebut. Akuntan publik tidak hanya mengaudit satu perusahaan saja dalam sekali tempo waktu akan tetapi bisa dua atau lebih perusahaan. Berkarir di Kantor Akuntan Publik dapat memberikan pendapatan yang tinggi dan bervariasi sesuai dengan perusahaan yang diauditnya. Semakin besar perusahaan yang diaudit maka biasanya akan semakin besar fee audit yang akan dibayarkan.Fee audit yang besar dapat menjadi salah satu motivasi untuk meningkatkan minat mahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik. Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis ketiga adalah :
Ha3 : Penghargaan finansial berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
2.5.4. Pelatihan Profesional Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Tak cukup hanya dengan bekal pendidikan formal semata, seorang yang ingin berkarir sebagai akuntan publik harus memiliki pengalaman praktek di lapangan dengan jam kerja yang memadai agar dapat melaksanakan pekerjaan audit dengan baik. Untuk itu pelatihan kerja sangat diperlukan sebelum memasuki dunia kerja. Selain itu pelatihan-pelatihan setelah memasuki dunia kerja juga diperlukan miningkatkan keahlian, mengembangkan potensi, serta menjadi sarana untuk berprestasi. Oleh sebab itu pelatihan profesional yang diberikan merupakan suatu daya tarik tersendiri sehingga dalam memilih karir sebagai akuntan publik seseorang
(34)
mempertimbangkan terlebih dahulu pelatihan profesional seperti apakah yang nantinya akan diberikan. Hipotesis keempat adalah sebagai berikut : Ha4 : Pelatihan profesional berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa
akuntansi berkarir sebagai akuntan publik
2.5.5. Pengakuan Profesional Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Penghargaan finansial tidak hanya menjadi satu-satunya tujuan dalam berkarir, akan tetapi penghargaan tak berwujud seperti pengakuan berprestasi juga menjadi tolak ukur dalam pemilihan karir. Oleh sebab itu pertimbangan akan pengakuan profesional yang akan diberikan oleh suatu karir sangat dipertimbangkan dalam pemilihan karir tersebut karena pada dasarnya suatu pengakuan merupakan salah satu kebutuhan manusia (Ramdani dan Zulaikha, 2013). Pengakuan profesional biasanya beredar melaui isu-isu yang ada di masyarakat ketika seseorang sedang mencari pekerjaan. Isu tersebut yang kemudian menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan karir. Maka semakin baik isu mengenai pengakuan profesional dalam bidang profesi akuntan publik akan berdampak semakin banyaknya mahasiswa yang berminat berkarir sebagai akuntan publik. Hipotesis kelima adalah sebagai berikut :
Ha5 : Pengakuan profesional berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik
(35)
2.5.6. Nilai-nilai Sosial Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Nilai-nilai sosial yang dimaksud ialah nilai-nilai sosial yang berkaitan dengan pandangan masyarakat terhadap nilai-nilai sosial dari suatu karir yang dipilih. Kepedulian dan perhatian pada sekitar oleh seorang akuntan akan meningkatkan nilai instrinsik dan nilai jual akuntan. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya (Aprilyan dan Laksito, 2009). Dengan kepercayaan masyarakat yang tinggi maka profesi akuntan publik akan menjadi populer dan memiliki prestisius tersendiri. Seiring sejalan dengan itu, minat terhadap karir sebagai akuntan publik pun akan melonjak tinggi. Berdasarkan analogi diatas maka hipotesis keenam adalah :
Ha6 : Nilai-nilai sosial berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
2.5.7. Lingkungan Kerja Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Lingkungan kerja terdiri dari sifat pekerjaan, tingkat persaingan, dan banyaknya tekanan. Setiap orang mendambakan mendapat lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sesuai dengan pribadinya. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Orang tidak akan mau bekerja dengan banyak tekanan yang dapat
(36)
mengakibatkan produktivitas akan dirinya tidak maksimal. Bagi sebagian orang, kantor tempat ia bekerja merupakan rumah kedua baginya. Oleh karena itu, lingkungan kerja sangat dipertimbangkan karena menyangkut kenyamanan kerja nantinya jika menekuni suatu karir. Semakin nyaman lingkungan kerja seorang akuntan publik maka akan semakin banyak mahasiswa berminat menjadi akuntan publik. Hipotesis ketujuh adalah sebagai berikut :
Ha7 : Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
2.5.8. Pertimbangan Pasar Kerja Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Menurut Wheeler (1983), pertimbangan pasar kerja meliputi, tersedianya lapangan kerja, keamanan kerja, fleksibilitas karir, dan kesempatan promosi. Pasar kerja memang menjadi faktor penting yang selalu dipertimbangakan sebelum memilih sebuah karir. Bahkan pasar kerja sudah dipertimbangkan sebelum seseorang memasuki dunia perkuliahan. Prospek mahasiswamengenai profesi akuntan publik di masa depan dapat menjadi pertimbangan untuk berkarir sebagai akuntan publik. Semakin bagus prospek mereka mengenai akuntan publik maka akan semakin banyak yang berminat berkarir sebgai akuntan publik. Hipotesis kedelapan adalah : Ha8 : Pertimbangan pasar kerja berpengaruh positif terhadap
(37)
2.5.9. Personalitas Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Rahayu, dkk (2003) mengatakan personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi/kondisi tertentu. Personalitas yang baik dari seorang akuntan publik tercermin dari sikap skeptisme profesional yang ia miliki. Di dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik, sikap skeptisme ini diantaranya terlihat dari independensi, integritas dan obyektivitas, kejujuran, mampu menjaga kerahasiaan informasi klien serta mengkomunikasikan adanya penyimpangan kepada klien jika ditemukan.Personalitas ini sendiri merupakan kepribadian yang telah tertanam lama dalam diri seseorang. Penanaman kepribadian yang sesuai dengan akuntan publik akan memberikan dampak minat berkarir sebagai akuntan publik. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang masih mencari jati diri pastilah akan memilih karir sesuai dengan pribadinya. Oleh karena itu hipotesis kesembilan dan kesepuluh adalah :
Ha9 : Personalitas berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik
Ha10 : Motivasi, gender, penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas berpengaruh secara simultan terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
(38)
2.6. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ha2
Pertimbangan Pasar Kerja (X8)
Personalitas (X9) Lingkungan Kerja
(X7) Nilai-nilai Sosial
(X6)
Ha8
Ha9 Motivasi
(X1)
Penghargaan Finasial (X3)
Gender (X2)
Ha1
Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan
Publik(Y) Pengakuan Profesional
(X5)
Pelatihan Profesional (X4)
Ha6 Ha5
Ha7 Ha3
(39)
2.7. Kerangka Operasional Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara skematis dapat dipaparkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian
USU, UINSU, dan UNIMED
Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai
Akuntan Publik (Y)
Penghargaan Finansial (X3)
Pengakuan Profesional
(X5)
Lingkungan Kerja(X7)
Pelatihan Profesional
(X4)
Statistik Deskriptif
Uji Kualitas Data : 1. Uji Validitas Data 2. Uji Reliabilitas
Nilai-nilai Sosial (X6)
Personalitas (X9)
Pertimbangan Pasar Kerja
(X8) Peran Gender
(X2) Motivasi
(40)
Lanjutan Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Uji Asumsi Klasik : 1. Normalitas
2. Multikolonieritas 3. Heteroskedastisitas
Uji Regresi Berganda
Uji F Uji t Adjusted R2
Analisis dan Pembahasan Uji Hipotesis Penelitian
One Way ANOVA
(1)
2.5.6. Nilai-nilai Sosial Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Nilai-nilai sosial yang dimaksud ialah nilai-nilai sosial yang berkaitan dengan pandangan masyarakat terhadap nilai-nilai sosial dari suatu karir yang dipilih. Kepedulian dan perhatian pada sekitar oleh seorang akuntan akan meningkatkan nilai instrinsik dan nilai jual akuntan. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya (Aprilyan dan Laksito, 2009). Dengan kepercayaan masyarakat yang tinggi maka profesi akuntan publik akan menjadi populer dan memiliki prestisius tersendiri. Seiring sejalan dengan itu, minat terhadap karir sebagai akuntan publik pun akan melonjak tinggi. Berdasarkan analogi diatas maka hipotesis keenam adalah :
Ha6 : Nilai-nilai sosial berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
2.5.7. Lingkungan Kerja Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Lingkungan kerja terdiri dari sifat pekerjaan, tingkat persaingan, dan banyaknya tekanan. Setiap orang mendambakan mendapat lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sesuai dengan pribadinya. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja. Orang tidak akan mau bekerja dengan banyak tekanan yang dapat
(2)
mengakibatkan produktivitas akan dirinya tidak maksimal. Bagi sebagian orang, kantor tempat ia bekerja merupakan rumah kedua baginya. Oleh karena itu, lingkungan kerja sangat dipertimbangkan karena menyangkut kenyamanan kerja nantinya jika menekuni suatu karir. Semakin nyaman lingkungan kerja seorang akuntan publik maka akan semakin banyak mahasiswa berminat menjadi akuntan publik. Hipotesis ketujuh adalah sebagai berikut :
Ha7 : Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
2.5.8. Pertimbangan Pasar Kerja Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Menurut Wheeler (1983), pertimbangan pasar kerja meliputi, tersedianya lapangan kerja, keamanan kerja, fleksibilitas karir, dan kesempatan promosi. Pasar kerja memang menjadi faktor penting yang selalu dipertimbangakan sebelum memilih sebuah karir. Bahkan pasar kerja sudah dipertimbangkan sebelum seseorang memasuki dunia perkuliahan. Prospek mahasiswamengenai profesi akuntan publik di masa depan dapat menjadi pertimbangan untuk berkarir sebagai akuntan publik. Semakin bagus prospek mereka mengenai akuntan publik maka akan semakin banyak yang berminat berkarir sebgai akuntan publik. Hipotesis kedelapan adalah : Ha8 : Pertimbangan pasar kerja berpengaruh positif terhadap
(3)
2.5.9. Personalitas Dengan Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan Publik
Rahayu, dkk (2003) mengatakan personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi/kondisi tertentu. Personalitas yang baik dari seorang akuntan publik tercermin dari sikap skeptisme profesional yang ia miliki. Di dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik, sikap skeptisme ini diantaranya terlihat dari independensi, integritas dan obyektivitas, kejujuran, mampu menjaga kerahasiaan informasi klien serta mengkomunikasikan adanya penyimpangan kepada klien jika ditemukan.Personalitas ini sendiri merupakan kepribadian yang telah tertanam lama dalam diri seseorang. Penanaman kepribadian yang sesuai dengan akuntan publik akan memberikan dampak minat berkarir sebagai akuntan publik. Hal ini dikarenakan mahasiswa yang masih mencari jati diri pastilah akan memilih karir sesuai dengan pribadinya. Oleh karena itu hipotesis kesembilan dan kesepuluh adalah :
Ha9 : Personalitas berpengaruh positif terhadap minatmahasiswa akuntansi berkarir sebagai akuntan publik
Ha10 : Motivasi, gender, penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas berpengaruh secara simultan terhadap minatmahasiswa akuntansiberkarir sebagai akuntan publik
(4)
2.6. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Ha2
Pertimbangan Pasar Kerja (X8)
Personalitas (X9) Lingkungan Kerja
(X7) Nilai-nilai Sosial
(X6)
Ha8
Ha9 Motivasi
(X1)
Penghargaan Finasial (X3)
Gender (X2)
Ha1
Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai Akuntan
Publik(Y) Pengakuan Profesional
(X5)
Pelatihan Profesional (X4)
Ha6 Ha5
Ha7 Ha3
(5)
2.7. Kerangka Operasional Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka secara skematis dapat dipaparkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran Penelitian
USU, UINSU, dan UNIMED
Minat Mahasiswa Akuntansi Berkarir Sebagai
Akuntan Publik (Y)
Penghargaan Finansial (X3)
Pengakuan Profesional
(X5)
Lingkungan Kerja(X7)
Pelatihan Profesional
(X4)
Statistik Deskriptif
Uji Kualitas Data : 1. Uji Validitas Data 2. Uji Reliabilitas
Nilai-nilai Sosial (X6)
Personalitas (X9)
Pertimbangan Pasar Kerja
(X8) Peran Gender
(X2) Motivasi
(6)
Lanjutan Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Penelitian
Uji Asumsi Klasik : 1. Normalitas
2. Multikolonieritas 3. Heteroskedastisitas
Uji Regresi Berganda
Uji F Uji t Adjusted R2
Analisis dan Pembahasan Uji Hipotesis Penelitian
One Way ANOVA