Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Gangguaan Istirahat dan Tidur di RSUD dr. Pirngadi Medan

(1)

A. Konsep Dasar Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam Teori Hierarki Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum), keamanan, cinta, harga diri dan aktualisasi diri (Potter & Patricia, 1997).

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis tubuh. Sebagai syarat dasar, kebutuhan fisiologis ini mutlak terpenuhi. Jika tidak, ini dapat berpengaruh terhadap kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen dapat mangalami ketidaknyamanan atau bahkan kematian. Peran perawat disini adalah membantu klien memenuhi kebutuhan fisiologis mereka. Kebutuhan fisiologis tersebut meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual dan lain-lain (Asmadi, 2008).

Menurut Virginia Henderson (dalam Potter & Perry, 1997), kebutuhan dasar manusia tidur dan istirahat termasuk dalam urutan kelima dari empat belas komponen kebutuhan dasar manusia. Sedangkan menurut Abdellah mempertahankan aktivitas, latihan fisik, istirahat dan tidur yang optimal merupakan urutan kedua dari dua puluh satu masalah keperawatan Abdellah. Sedangkan menurut NANDA internasional (2007-2008), aktivitas / istirahat berada pada urutan domain keempat dari tiga belas domain. 1. Pengertian Istirahat dan Tidur

a. Pengertian Istirahat

Menurut Asmadi (2008), kata “istirahat” mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas).


(2)

Istirahat merupakan keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan (Hidayat, 2006). Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar (Tarwoto danWartonah, 2006).

Menurut Asmadi (2008), seseorang dapat benar-benar istirahat bila: 1) Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya. 2) Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor atau

dimanapun. Juga ternasuk ide-idenya diterima oleh orang lain. 3) Mengetahui apa yang terjadi.

4) Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan.

5) Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya.

6) Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya.

Istirahat dan tidur yang sesuai adalah sama pentingnya bagi kesehatan yang baik dengan nutrisi yang baik dan olahraga yang cukup. Tiap individu membutuhkan jumlah yang berbeda untuk istirahat dan tidur. Tanpa jumlah istirahat dan tidur yang cukup, kemampuan untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan partisipasi dalam aktivitas harian akan menurun, dan meningkatkan iritabilitas (Potter & Perry, 2005).

Kebutuhan istirahat dapat dirasakan apabila semua karakteristik tersebut di atas dapat terpenuhi. Hal ini dapat dijumpai apabila pasien merasakan segala kebutuhannya dapat diatasi dan adanya pengawasan maupun penerimaan dari asuhan keperawatan yang diberikan sehingga dapat memberikan kedamaian. Apabila pasien tidak merasakan enam kriteria tersebut di atas, maka kebutuhan istirahatnya masih belum terpenuhi sehingga diperlukan tindakan keperawatan yang dapat meningkatkan terpenuhinya kebutuhan istirahat dan tidur, misalnya mendengarkan secara hati-hati tentang kekhawatiran personal pasien dan mencoba meringankannya jika memungkinkan (Hidayat, 2006).

Pasien yang mempunyai perasaan tidak diterima tidak mungkin dapat beristirahat dengan tenang. Oleh sebab itu, perawat harus sensitif terhadap kekhawatiran atau masalah yang dialami pasien. Pengenalan pasien terhadap apa yang akan terjadi adalah keadaan lain yang penting agar dapat beristirahat. Adanya


(3)

ketidaktahuan akan menimbulkan kecemasan dengan tingkat yang berbeda-beda dan dapat menimbulkan gangguan pada istirahat pasien sehingga perawat harus membantu memberikan penjelasan kepada pasiennya (Hidayat, 2006).

Agar pasien merasa diterima dan mendapatkan kepuasan, maka pasien harus dilibatkan dalam melaksanakan berbagai aktivitas yang mempunyai tujuan sehingga pasien merasa dihargai tentang kompetensi yang ada pada dirinya. Pasien akan merasa aman jika mengetahui bahwa ia akan mendapat bantuan yang sesuai dengan yang diperlukannya. Pasien yang merasa terisolasi dan kurang mendapat bantuan tidak akan dapat istirahat, sehingga perawat harus dapat menciptakan suasana agar pasien tidak merasa terisolasi dengan cara melibatkan keluarga dan teman-teman pasien. Keluarga dan teman-teman pasien dapat meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dengan cara membantu pasien dalam tugas sehari-hari dan dalam mengambil keputusan yang sukar (Hidayat, 2006).

b. Pengertian Tidur

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tujuan seseorang tidur tidak jelas diketahui, namun diyakini tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologi, dan kesehatan (Asmadi, 2008).

Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto dan Wartonah, 2006).

Tidur suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran yang terjadi selama periode tertentu. Jika orang memperoleh tidur yang cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih. Beberapa ahli tidur yakin bahwa perasaan tenaga yang pulih ini menunjukkan tidur memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan sistem tubuh untuk periode keterjagaan yang berikutnya (Potter & Perry, 2005).

Tidur merupakan kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minim, memiliki kasadaran yang


(4)

bervariasi, terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar (Hidayat, 2006).

2. Pengaturan tidur

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf ferifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskletal (Robinson, 1993 dalam Potter & Perry). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromiogram (EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme serebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) dibagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir).

Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin, misalnya norepineprinen. Saat tidur mungkin disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel-sel spesifik di pons dan batang otak tengah yaitu bulbar synchronizing regional (BSR). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya dan sistem limbiks seperti emosi. 3. Tahapan tidur

EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot, dan aktivitas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu Inonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir (Tarwoto dan Wartonah, 2006).


(5)

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), tahapan tidur dibagi menjadi tahapan tidur NREM, tahapan tidur REM, dan karakteristik tidur REM.

a. Tahapan tidur NREM 1) NREM tahap I:

a) Tingkat transisi b) Merespons cahaya

c) Berlangsung beberapa menit

d) Mudah terbangun dengan rangsangan

e) Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun f) Bila terbangun terasa sedang bermimpi

2) NREM tahap II

a) Periode suara tidur b) Mulai relaksasi otot c) Berlangsung 10-20 menit

d) Fungsi tubuh berlangsung lambat e) Dapat dibangunkan dengan mudah 3) NREM tahap III

a) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak b) Sulit dibangunkan

c) Relaksasi otot menyeluruh d) Tekanan darah menurun e) Berlangsung 15-30 menit 4) NREM tahap IV

a) Tidur nyenyak

b) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif c) Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun d) Sekresi lambung menurun

e) Gerak bola mata cepat b. Tahapan tidur REM

1) Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM.

2) Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25% dari tidur malamnya. 3) Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi. 4) Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan


(6)

c. Karakteristik tidur REM

1) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.

2) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar imobilisasi. 3) Pernapasan : Tidak teratur, kadang kadang dengan apnea. 4) Nadi : Cepat dan ireguler.

5) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi. 6) Sekresi gaster : Meningkat.

7) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik. 8) Gelombang otak : EEG aktif.

9) Siklus tidur : Sulit dibangunkan. 4. Jenis- jenis Tidur

Menurut Hidayat (2006), dalam prosesnya, tidur dibagi ke dalam dua jenis. Pertama, jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasireticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) karena gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga non rapid eye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradoks, atau disebut juga dengan tidur rapid eye movement (REM).

Menurut Hidayat (2006), jenis-jenis tidur terdiri dari: a. Tidur Gelombang Lambat

Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, atau juga dikenal dengan tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi. Tidur gelombang lambat bisa juga disebut dengan tidur gelombang delta, dengan cirri-ciri: betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuwensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme turun (Hidayat, 2006). b. Tidur Paradoks

Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100 menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur paradoks adalah sebagai berikut:


(7)

2) Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis.

3) Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.

4) Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur.

5) Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat.

6) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori dan adaptasi.

5. Fungsi dan Tujuan Tidur

Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi stres pada paru, kardiovaskular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi seluler yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur. Pertama, efek pada system saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf; dan kedua, efek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan (Hidayat, 2006).

Menurut teori, tidur adalah waktu perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya. Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang hari rata-rata 70 hingga 80 denyut per menit atau lebih rendah jika individu berada pada kondisi fisik yang sempurna. Akan tetapi selama tidur laju denyut jantung turun sampai 60 denyut per menit atau lebih rendah. Hal ini berarti bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih sedikit dalam setiap jam. Secara jelas, tidur yang nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung (Potter & Perry, 2005).


(8)

6. Kebutuhan Tidur

Menurut Hidayat (2006), kebutuhan tidur pada manusia bergantung pada tingkat perkembangan.

Tabel 2.1 Menerangkan Kebutuhan Tidur Manusia Berdasarkan Usia

Usia Tingkat

Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur 0-1 bulan Masa neonates 14-18 jam/hari

1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari 18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari 3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari 6 tahun-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari 12 tahun- 18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari 18 tahun -40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari 40 tahun-60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari 60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi tidur adalah sebagai berikut:

a. Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronchitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

b. Lingkungan

Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya. c. Motivasi

Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

d. Kelelahan

e. Apabila mengalami kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.


(9)

f. Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.

g. Alkohol

AlKohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

h. Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain: 1) Diuretik: menyebabkan insomnia.

2) Antidepresan: supresi REM.

3) Kafein: meningkatkan saraf simpatis. 4) Beta bloker: menimbulkan insomnia. 5) Narkotika: mensupresi REM.

8. Masalah Kebutuhan Tidur

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), ada 6 masalah kebutuhan tidur antara lain: a. Insomnia

Insomnia merupakan suatu keadaan ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas, dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi atas tiga jenis, yaitu: initial insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur; intermiten insomnia, merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari dan terminal insomnia, merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa khawatir, tekanan jiwa, ataupun stress.

b. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan, pada umumnya lebih dari sembilan jam pada malam hari, disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.

c. Parasomnia

Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur, seperti somnambulisme (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak


(10)

terjadi pada anak-anak, yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulisme ini dapat menyebabkan cedera.

d. Apnea Tidur dan Mendengkur

Mendengkur pada umumnya tidak termasuk dalam gangguan tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat menjadi masalah. Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh adanya adenoid, amandel, atau mengendurnya otot dibelakang mulut. Terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya pernapasan sehingga dapat mengakibatkan henti napas. Bila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur. e. Narcolepsy

Narcolepsy merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat sedang membicarakan sesuatu. Hal ini merupakan suatu gangguan neurologis.

f. Mengingau

Mengingau dikategorikan dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan diluar kebiasaan. Dari hasil pengamatan, ditemukan bahwa hampir semua orang pernah mengingau dan terjadi sebelum tidur REM.

9. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Menurut Asmadi (2008), aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahatdan tidur meliputi pengkajian mengenai:

a. Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien.

b. Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang air kecil, dan lain-lain.

c. Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya. d. Kebiasaan tidur siang.

e. Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur klien?, apakah kondisinya bising, gelap atau suhunya dingin?, dan lain-lain.


(11)

f. Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan tidur.

g. Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stress emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stress yang dialami klien.

h. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:

1) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap disekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung, dan lain-lain.

2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirahat tidur, misalnya apakah klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat bigung, dan lain-lain.

3) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu dan lain-lain.

Menurut Potter & Perry (2005), untuk meningkatkan tidur nyenyak yang normal bagi klien, perawat mengkaji pola tidur mereka dengan menggunakan riwayat keperawatan untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi tidur diantaranya adalah:

a. Pengkajian tidur

Pengkajian ditujukan pada pemahaman karakteristik suatu masalah tidur dan kebiasaan tidur klien yang biasa sehingga cara untuk meningkatkan tidur dapat diintegrasikan ke dalam asuhan keperawatan. Sumber untuk pengkajian tidur, biasanya klien merupakan sumber terbaik untuk menggambarkan masalah tidur dan sampai sejauh mana masalah tersebut mengubah pola tidur dan mereka yang biasa. Seringkali klien mengetahui penyebab masalah tidur tersebut, seperti kebisingan lingkungan atau kekhawatiran akan suatu hubungan.

Selain itu, pasangan tidur juga dapat memberi informasi tentang pola tidur klien yang dapat mengungkapkan sifat gangguan tidur tertentu. Misalnya, pasangan klien yang mengalami apnea tidur sering mengeluh bahwa tidur


(12)

mereka terganggu oleh dengkuran klien. Perawat harus menanyakan pada pasangan tidur klien apakah klien pernah mengalami henti napas ketika tidur dan seberapa sering serangan apnea itu terjadi.

Pada saat merawat anak-anak, perawat perlu mencari informasi tentang pola tidur dari orang tua karena biasanya mereka adalah sumber informasi yang baik tentang mengapa anak mereka mengalami masalah tidur.

b. Riwayat tidur

Menurut Potter dan Perry (2005), riwayat tidur terdiri dari: 1) Deskripsi masalah tidur.

Pada saat klien mengakui atau perawat mencurigai adanya masalah tidur, riwayat keperawatan harus dibuat terperinci agar asuhan yang terapeutik dapat diberikan. Deskripsi umum tentang masalah yang diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terfokus biasanya mengungkapkan karakteristik spesifik yang dapat digunakan dalam merencanakan terapi.

Untuk memulai, perawat terlebih dahulu memahami sifat dari masalah tidur, tanda dan gejala, awitan dan durasinya, keparahan, dan adanya faktor pencetus atau penyebab lain, serta efeknya secara umum pada klien.

Pertanyaan-pertanyaan pengkajian antara lain mencakup:

a) Sifat dari masalah: Beritahu saya jenis masalah tidur apa yang anda alami. Beritahu saya mengapa anda beranggapan bahwa tidur anda tidak adekuat. Jelaskan pada saya tentang karakteristik tidur malam anda saat ini dari tidur anda yang dulu?

b) Tanda dan gejala: Apakah anda mengalami kesulitan untuk tidur, tetap tidur, atau untuk bangun? Apakah anda pernah mendengkur keras pada saat tidur? Apakah anda sakit kepala ketika bangun? c) Awitan dan durasi: Kapan pertama kali anda menyadari masalah

ini? Sudah berapa lama masalah ini terjadi?

d) Keparahan: Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk tidur?seberapa sering dalam seminggu anda mengalami kesulitan untuk tidur? Beritahu saya berapa jam tidur malam yang anda lakukan minggu ini; bandingkan dengan tidur malam anda yang


(13)

biasa. Apa yang anda lakukan di saat terbangun di malam hari atau terbangun terlalu dini di pagi hari?

e) Faktor pencetus: Beritahu saya apa yang anda lakukan sesaat sebelum tidur. Apakah baru-baru ini anda mengalami perubahan di tempat kerja atau di rumah? Obat apa yang anda gunakan secara teratur? Apakah anda meminum obat dari resep yang baru atau obat bebas? Sudah berapa lama anda menggunakan obat tersebut? Apakah anda memakan makanan (mis: makanan pedas atau berminyak) atau zat minuman (mis: minuman beralkohol atau berkafein) yang dapat mengganggu tidur anda? Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur anda?

f) Efek pada klien: Bagaimana pengaruh kurang tidur ini bagi anda? apakah anda merasa kantuk yang berlebihan, sensitife, atau kesulitan berkonsentrasi selama terjaga? Apakah anda pernah tertidur di saat yang tidak tepat, misalnya, ketika mengemudi. 2) Pola tidur biasa

Tidur normal sulit untuk didefenisikan karena sangat bervariasi dalam hal kuantitas dan kualitas yang dirasa adekuat pada setiap orang. Namun, meminta klien untuk menjelaskan pola tidur mereka yang biasa merupakan hal yang sangat penting, karena berguna untuk menentukan signifikasi perubahan yang ditimbulkan oleh gangguan tidur. Untuk menentukan pola tidur klien perawat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut:

a) Pukul berapa biasanya anda naek ke tempat tidur setiap malam? b) Pukul berapa biasanya anda tertidur? Apakah anda melakukan

sesuatu yang khusus untuk membantu anda tertidur?

c) Berapa kali anda terbangun di malam hari? Mengapa anda beranggapan bahwa anda terbangun? apa yang anda lakukan terhadap hal yang membuat anda bangun tersebut?

d) Pukul berapa biasanya anda terbangun di pagi hari?

e) Pukul berapa anda turun dari tempat tidur setelah anda terbangun? f) Berapa jam rata-rata anda tidur di setiap malam?


(14)

3) Penyakit fisik

Perawat menentukan apakah klien menderita masalah kesehatan yang sudah ada sebelumnya, yang mungkin saja dapat mengganggu tidur. Riwayat masalah psikiatrik juga dapat menimbulkan perbedaan.Klien depresi seringkali mengalami jumlah tidur yang tidak adekuat, yang terputus-putus. Penyakit kronik seperti penyakit paru obstruksi menahun dan gangguan nyeri seperti arthritis juga mengganggu tidur. Perawat juga mengkaji riwayat medis klien, termasuk deskrifsi penggunaan obat-obatan bebas dan obat-obatan yang diresepkan. Apabila klien meminum obat untuk membantu tidur, perawat mengumpulkan informasi tentang jenis dan jumlah obat yang digunakan. Perawat juga dapat mengkaji asupan kafein sehari-hari.

Jika klien baru saja mengalami pembedahan, perawat dapat memperkirakan bahwa klien akan mengalami gangguan tidur. Efek tidur bergantung pada keparahan nyeri yang dialami setelah pembedahan (Closs, 1992).

4) Peristiwa hidup yang baru terjadi.

Perawat mempelajari apakah klien mengalami suatu perubahan gaya hidup yang mengganggu tidur. Pekerjaan seseorang dapat memberikan petunjuk tentang sifat masalah tidur. Perubahan tanggung jawab pekerjaan, rotasi jam dinas, atau kerja dalam waktu yang lama dapat menimbulkan gangguan tidur.

5) Status emosional dan mental

Apabila klien merasa cemas, sensitif, atau marah, yang menarik perhatian mental dapat mengganggu tidur secara serius. Klien dapat mengalami stress emosional yang beerhubungan dengan penyakit atau krisis situasional seperti kehilangan pekerjaan atau orang yang dicintai. Oleh karena itu emosi klien dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. 6) Rutinitas menjelang tidur.

Perawat menanyakan tentang apa yang klien lakukan untuk bersiap-siap tidur. Misalnya, klien meminum segelas susu, mengonsumsi pil tidur, memakan makanan ringan, atau menonton televisi. Perawat mengkaji kebiasaan yang menguntungkan dibandingkan dengan kebiasaan yang mengganggu tidur. Menonton televisi dapat meningkatkan tidur untuk


(15)

seseorang, sedangkan bagi orang lain hal tersebut dapat menstimulasi agar tetap terjaga.

7) Lingkungan tidur

Perawat meminta klien untuk menjelaskan kondisi kamar tidur yang diinginkan. Kamar tidur dapat gelap atu terang dan pintu kamar dapat di buka atau di tutup. Klien dapat mendengarkan radio atau menonton televisi, atau memilih lingkungan yang tenang karena lingkungan yang bising dapat mencegah klien untuk tertidur. Perawat juga mengobservasi tempat tidur dan matras yang disukai (misalnya empuk). Di lingkungan pelayanan kesehatan mungkin terdapat distraksi lingkungan yang dapat mengganggu tidur seperti televisi di kamar, monitor elektronoik di koridor, atau klien lain yang menangis di malam hari. Perawat mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat di kurangi atau dikendalikan.

8) Perilaku deprivasi tidur

Beberapa klien mungkin tidak menyadari bagaimana masalah tidur mempengaruhi perilaku mmereka. Perawat mengobservasi perilaku seperti mudah marah (irritabilitas), disorientasi, dan bicara tidak jelas. Apabila defrivasi tidak berlangsung lama dapat terjadi prilaku psikotok seperti delusi, paranoia.Misalnya, klien dapat melaporkan melihat benda-benda aneh atau warna-warna di dalam ruangan. Klien dapat bersikap ketakutan pada saat perawat memasuki ruangan.

2. Analisa Data

Menurut Wilkinson (2006), analisa data dari diagnosa keperawatan gangguan pola tidur dibagi menjadi data subjektif dan data objektif antara lain:

a. Data subjekif

Bangun lebih awal atau lebih lambat dari yang diinginkan, ketidakpuasan tidur, keluhan verbal tentang kesulitan untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat istirahat dengan baik.

b. Data objektif

Penurunan kemampuan berfungsi, penurunan proporsi tidur fase REM, (misalnya, mengantuk yang berlebihan, dan penurunan motivasi), penurunan proporsi tidur tahap 3dan 4 insomnia dini hari, peningkatan proporsi tidur tahap 1, total waktu tidur kurang dari usia normal, perpanjangan waktu bangun, gangguan dorongan diri untuk tidur dengan


(16)

pola normal, insomnia pada saat tidur, awitan tidur lebih dari 30 menit, bangun 3 kali atau lebih di malam hari.

c. Diagnosa keperawatan

Menurut Potter dan Perry (2005), diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan istirahat dan tidur adalah: Gangguan pola tidur

d. Intervensi Keperawatan

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2006), intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur adalah:

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan dan Rasional

Intervensi Rasional

1. Lakukan kajian masalah gangguan tidur pasien, karakteristik, dan penyebab kurang tidur.

2. Lakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien.

3. Lakukan mandi air hangat sebelum tidur.

4. Ajarkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur

5. Berikan susu hangat sebelum tidur. 6. Keadaan tempat tidur yang nyaman,

bersih, dan bantal yang nyaman. 7. Bunyi telepon, alarm dikecilkan.

8. Berikan pengobatan seperti analgetik dan sedatif setengah jam sebelum tidur.

9. Lakukan masase pada daerah belakang, tutupjendela/pintu jika perlu. 10. Tingkatkan aktivitas sehari-hari dan

Kurangi aktivitas sebelum tidur.

1. Memberikan

informasidasardalam menentukanrencana perawatan.

2. Mengatur pola tidur.

3. Meningkatkan tidur.

4. Meningkatkan tidur.

5. Meningkatkan tidur. 6. Meningkatkan tidur.

7. Mengurangi gangguan tidur.

8. Mengurangi gangguan tidur.

9. Mengurangi gangguan tidur.


(17)

11. Pengetahuan kesehatan: jadwal tidur mengurangi stress, cemas, dan latihan relaksasi.

11. Meningkatkan pola tidur.

Menurut Potter & Perry (2005), intervensi keperawatan dengan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur adalah:

Tabel 2.3. Intervensi Keperawatan dan Rasional

Intervensi Rasional 1. Anjurkan agar kafein dan

alkohol dihilangkan dari diet klien di malam hari.

2. Minta klien mengikuti ritual tidur, naik ke tempat tidur pada jam yang sama setiap malam, dan minum segelas susu.

3. Tentukan waktu sebelum klien pergi tidur untuk latihan relaksasi yang tenang, mandi, atau latihan relaksasi progresif.

4. Kendalikan sumber-sumber kebisingan di lingkungan dan pastikan bahwa kamar tidur sudah digelapkan dan memiliki ventilasi yang baik.

1. Kafein dan alkohol mengganggu siklus tidur.

2. Susu mengandung Lo-triptopan, asam amino alami yang merangsang tidur (Ross et al 1986) 3. Efek dari relaksasi memerlukan

penelitian lebih lanjut. Klien insomnia dapat mengalami peningkatan tonus simpatik, dan relaksasi dapat membantu menguranginya.

4. Suara yang keras dapat mengganggu dan mempengaruhi istirahat.


(18)

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian Pasien di Rumah Sakit

Berikut deskripsi dari hasil pengkajian yang dilakukan (secara lengkap terdapat di lampiran 1).

Pada tanggal 2 Juni 2014, mahasiswa praktek di rumah sakit Pirngadi Medan dan tiba di ruangan tulip 3 pada pukul 14.30 WIB. Pukul 15.00 WIB dilakukan pengkajian tentang biodata pasien kelolaan antara lain An.H (Laki-laki), berusia 17 tahun, belum menikah, dan beragama Islam. An.H adalah seorang anak dengan pendidikan SMA kelas II, tinggal di Jln. SM. Raja, Garu 1 Medan. Pada tanggal 29 Mei 2014 pasien dirawat di ruangan Tulip 3, kamar 701, dengan nomor rekam medik 00.10.10.20. dan diagnosa medis dari pasien adalah Hemoptoe.

Pada pukul 15.15 WIB dilakukan pengkajian tentang keluhan utama pasien diantaranya pasien mengeluh sering batuk-batuk dan sesak napas. Kemudian dilakukan pengkajian tentang pola kebiasaan sehari-hari. Hasil yang didapat dari pasien adalah makan 3 kali sehari (pagi, siang, malam), namun sejak seminggu sebelum di rawat di rumah sakit pasien sering tidak selera makan karena penyakitnya, klien tidak ada alergi makanan. Jumlah porsi makanan satu piring setiap makan namun sering tidak dihabiskan, jenis makanan nasi keras. Biasanya klien minum sesuai dengan kebutuhan klien. Tidak ada kesulitan untuk menelan dan mengunyah saat makan dan minum. Pada pengukuran berat badan didapat hasil 50 kg dan tinggi badan 165 cm. Hal ini dialami klien sekitar seminggu yang lalu sebelum masuk RS. Pukul 16.30 WIB dilakukan pemeriksaa fisik dengan hasil yang didapat pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan baik, dengan suhu tubuh 37,4°C, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 24 x/menit.

Kemudian dilakukan pengkajian tentang pemeriksaan thoraks/dada dan pemeriksaan jantung pada pukul 17.00 dan hasil yang didapat adalah frekuensi pernapasan 24x/menit, irama irregular, klien mengatakan hari pertama masuk RS mengalami sesak dan diberikan oksigen. Saat palpasi pemeriksaan paru vokalfremitus, suara perkusi resonan dan saat auskultasi suara napas tidak normal. Pada pemeriksaan jantung tidak ada tanda sianosis, tampak denyut jantung pada celah intercosta 4, 5, 6 sebelah kiri, pulsasi teraba, suara dullnes saat perkusi, bunyi jantung 1 dan 2 normal.

Pada pukul 18.00 WIB dengan hasil data yang didapat ditegakkan diagnosa keperawatan tentang gangguan pola tidur dan nutrisi kurang dari kebutuhan. Kemudian intervensi keperawatan dilakukan pada pukul 19.00 WIB kepada pasien. Pukul 20.00


(19)

WIB dilakukan evaluasi kepada pasien dengan intervensi keperawatan yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasil gangguan pola tidur, dan nutrisi kurang dari kebutuhan belum teratasi.

Tanggal 3 Juni 2014 pukul 14.30 WIB dilakukan pengkajian kembali tentang kondisi pasien. Pasien mengeluh sering mengalami batuk-batuk yang sangat sakit. Pasien juga mengatakan kadang sering batuk-batuk disertai dengan dahak berdarah dan sering mengalami demam hilang timbul. Pada pengkajian tentang riwayat kesehatan sekarang didapat pasien sering mengalami sakit demam yang hilang timbul, flu, dan batuk -batuk. Jika pasien merasa batuk-batuk, biasanya pasien langsung istirahat di tempat tidur. Saat melakukan pengkajian didapati klien dengan muka kering dan lemah, jika dilihat dari ekspresi wajahnya, pasien tampak gelisah dan meringis kesakitan. Pasien mengatakan batuk ini terjadi lebih sering pada malam hari.

Pada pukul 15.30 WIB ditegakkan diagnosa keperawatan ketiga yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Intervensi dengan diagnosa gangguan pola tidur dilakukan kembali pukul 16.30 WIB, intervensi dengan diagnosa nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan pukul 16.45 WIB dan intervensi bersihan jalan napas dilakukan pukul 18.00 WIB. Pukul 19.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan diperoleh hasil ketidakefektifan jalan napas belum teratasi, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dan gangguan pola tidur belum teratasi.

Tanggal 4 Juni 2014 pukul 08.30 WIB dilakukan pemeriksaan keadaan umum pasien dan dilakukan pengkajian lanjutan tentang riwayat kesehatan masa lalu. Hasil yang didapat adalah pasien mengatakan belum pernah dirawat sebelumnya di rumah sakit. Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan. Pasien juga mengatakan waktu kecil klien mendapatkan imunisasi yang lengkap. Saat melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan keluarga didapati ada riwayat penyakit ginjal dari orang tua (ayah) klien, saudara kandung tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti yang di derita klien dan tidak ada juga riwayat keturunan dari keluarga yang lain, klien memiliki 4 saudara kandung. Pasien mengatakan yakin akan penyakit yang dideritanya akan bisa sembuh dengan total. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin berkumpul bersama keluarganya dan kawan sekolahnya. Pasien mengatakan ia adalah seorang anak SMA kelas II. Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga dan orang lain. Dalam pengkajian tentang riwayat keadaan psikososial, pasien mengatakan yakin akan penyakit yang dideritanya akan sembuh


(20)

total. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin berkumpul bersama keluarganya dan temannya. Pasien memiliki hubungan baik dengan keluarga dan orang lain.

Pukul 09.00 dilakukan intervensi kembali kepada pasien dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif, pukul 09.30 WIB dilakukan intervensi dengan diagnosa gangguan pola tidur, dan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada pukul 10.00 WIB. Pukul 12.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi keperawatan dengan diagnosa bersihan jalan napas tidak efektif, gangguan pola tidur belum teratasi, evaluasi nutrisi kurang dari kebutuhan sudah teratasi dengan hasil klien sudah bisa menghabiskan porsi makanan dari RS.

Pada pukul 13.00 dilakukan pengkajian lanjutan tentang personal hygine didapat hasil tubuh klien tampak kurang bersih, kebersihan gigi dan mulut juga kurang, kuku kaki dan tangan tampak panjang dan kurang bersih. Pasien melakukan aktifitas makan, ganti pakaian, aktifitas mandi atau eliminasi kadang-kadang dibantu oleh keluarga klien. Kemudian dilanjutkan dengan pengkajian pada eliminasi didapat hasil pasien BAB 1 kali sehari, karakteristik feses lembek dan tidak ada perdarahan. Pasien BAK lebih dari 6-9 kali per hari dengan karakteristik urine kuning keruh karena pengaruh obat.

Tanggal 5 Juni 2014 pukul 14.20 WIB sampai 15.25 WIB dilakukan pengkajian lanjutan tentang pemeriksaan fisik. Dengan hasil kepala dan rambut didapati bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan atau masa, ubun-ubun tertutup dan keras, kepala terlihat bersih. Rambut tumbuh merata dengan kebersihan rambut kurang bersih. Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak kuning langsat dengan struktur wajah oval dan simetris. Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada tanda peradangan di palpebra, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, pupil isokor kanan dan kiri, reflek cahaya ada (mengecil saat diberikan rangsangan), kornea tidak ada peradangan dan pengapuran katarak, iris simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan baik dengan jarak 6 meter. Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi simetris, lubang hidung normal dan simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran telinga anatomis, simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman pendengaran baik.

Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir kering, keadaan gusi baik, gigi sehat, keadaan lidah bersih tidak ada jamur, pita suara baik. Posisi trakhea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal. Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba.


(21)

Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen terlihat bersih. Akral hangat, warna kulit kuning langsat, tidak ada sianosis, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, kelembaban kulit baik, tidak ada kelainan pada kulit. Abdomen terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri saat di tekan. Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) otot tampak simetris, tidak ada edema dan kekuatan otot 5.

Pukul 17.00 WIB dilakukan intervensi dengan diagnosa gangguan pola tidur dan bersihan jalan napas tidak efektif sudah teratasi. Pukul 18.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dengan diagnosa gangguan pola tidur dan bersihan jalan napas tidak efektif sudah teratasi. Pada tanggal 6 Juni 2014 pukul 09.00 WIB klien sudah bisa pulang.

2. Analisa Data dan Rumusan Masalah Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2 juni-6 juni 2014 dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data subjek.

Tabel 2.3 Analisa Data dan Rumusan Masalah Keperawatan

No. Data Etiologi Masalah

Keperawatan 1. Do:

Pasien kelihatan kurang tidur ,kurus, lemah dan sekali-kali batuk.

Ds:

Pasien mengatakan pola tidurnya terganggu, pasien mengatakan sesak napas, pasien mengatakan sering batuk berdahak, pasien mengatakan sering demam

Batuk darah

Sesak napas, batuk, demam

Nyeri dada

Gangguan pola tidur

Gangguan pola tidur


(22)

3. Diagnosa keperawatan

Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah dikaji. Dari hasil perumusan diperoleh diagnosa yaitu:

1) Tanggal 2 juni 2014 ditemukan diagnosa keperawatan:

a) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dada ditandai dengan sesak napas, dan batuk-batuk.

b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.

2) Tanggal 3 juni 2014 ditemukan diagnosa keperawatan:

a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah.

2. Ds:

Klien mengatakan tidak nafsu makan karena penyakitnya.

Do:

Klien hanya menghabiskan ½ porsi dari yang disediakan oleh RS

Peningkatan produksi sputum/batuk

Dyspnea

Anoreksia

Nutrisi kurang dari

kebutuhantubuh

3. Ds:

Klien mengatakan sesak bila beraktivitas, dan batuk berdahak disertai darah.

Do: Batuk berdahak bercampur darah, terdengar ronchi basah pada dada kiri dan kanan., frekuensi napas 30x/mnt., ritme tidak teratur.

Penumpukan sekret di saluran pernapasan

Sekresi yang kental/darah

Bersihan jalan napas tidak efektif

Bersihan jalan

napas tidak


(23)

4. Perencanaan keperawatan

Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada An.H.

Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.4. Diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan

No. Dx Perencanaan keperawatan

Dx.1: Gangguan pola tidur

Tujuan: Pasien Menunjukkan Tidur. Kriteria Hasil:

a. Jumlah jam tidur tidak terganggu.

b. Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur atau istirahat.

c. Perasaan segar saat tidur atau istirahat, tidur siang yang sesuai usia.

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab kurang tidur

Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan.

2. Kaji tanda-tanda vital klien Untuk mengetahui status perkembangan pasien.

3. Berikan keaadaan tempat tidur nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.

Meningkatkan tidur

4. Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur.

Meningkatkan tidur.

5. Anjurkan pasien untuk mandi sebelum tidur.

Meningkatkan tidur.

6. Anjurkan pasien untuk membaca buku.

Meningkatkan tidur.

7. Lakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien.


(24)

Dx.2: Nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Kriteria Hasil:

a. Nafsu makan meningkat

b. Berat badan dalam batas normal

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji pola kebiasaan makan klien

2. Jaga kebersihan mulut pasien.

3. Menganjurkan pada keluarga pasien untuk oral hygiene setiap 4 jam

Mengetahui pola makan pasien Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

Meningkatkan nafsu makan pasien

4. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering.

Meningkatkan selera makan dan intake makanan.

5. Atur posisi fowler saat memberikan makanan.

Mengurangi regurtasi.

6. Anjurkan selingi makan dengan minum.

Memudahkan makanan untuk masuk.

7. Hindari makanan yang banyak mengandung gas.

Mengurangi rasa nyaman.

8. Tingkatkan intake makanan melalui:

a) Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain.

b) Jaga privasi klien.

c) Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi.

Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.


(25)

Dx.3: Bersihan jalan napas tidak efektif

Tujuan: menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif. Kriteria Hasil:

a. Pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya

b. Perilaku mengontrol gejala-gejala secara konsisten ditunjukkan. c. Mudah untuk bernapas

d. Dispnea tidak ada

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji bersihan jalan napas klien 2. Sediakan alat suction dalam

kondisi baik

3. Latihan pernapasan dalam dan batuk efektif

4. Berikan pendidikan kesehatan (efek merokok, alkohol, menghindari alergan, latihan bernapas).

5. Posisi pasien fowler

6. Berikan obat ventolin, dengan menggunakan nebulizer.

Mengetahui pola napas pasien Peralatan dalam keadaan siap

Mengeluarkan sekret.

Mencegah komplikasi paru-paru.

Meningkatkan pengembangan paru.

Mengurangi sesak napas

sehingga meningkatkan kebutuhan tidur pasien.

7. Implementasi dan Evaluasi keperawatan

Dari perencanaan yang dilakukan semua tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan (secara lengkap terdapat pada lampiran 2).

Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan pola tidur dan nutrisi kurang dari kebutuhan yang ditegakkan tanggal 2 Juni 2014, dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien dari intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan adalah mengkaji masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab kurang tidur, mengkaji tanda-tanda vital klien, memberikan keadaan tempat tidur nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman, menganjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur, menganjurkan pasien untuk membaca buku, melakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien (Tabel 2.2). Tindakan yang dilakukan untuk diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah mengkaji


(26)

pola kebiasaan makan klien, menjaga kebersihan mulut pasien, menyajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering, mengatur posisi fowler saat memberikan makanan, menganjurkan selingi makan dengan minum, menghindari makanan yang banyak mengandung gas, meningkatkan intake makanan melalui:

a. Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain. b. menjaga privasi klien.

c. memberikan obat sebelum makan jika ada indikasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari maka pada hari keempat tanggal 5 Juni 2014 diagnosa kedua nutrisi kurang dari kebutuhan telah teratasi. Dan untuk diagnosa keperawatan pertama gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari maka pada hari keempat tanggal 5 juni 2014 masalah telah teratasi. Pasien mengatakan gangguan pola tidur dan nutrisi kurang dari kebutuhan sudah berkurang dengan tanda-tanda vital: TD= 120/80 mmHg, HR= 80x/menit, RR= 20x/menit, Temp= 36°C.

Untuk diagnosa ketiga yaitu bersihan jalan napas tidak efektif yang ditegakkan tanggal 3 Juni 2014, dilakukan tindakan keperawatan dari intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan adalah mengkaji bersihan jalan napas klien, menyediakan alat suction dalam kondisi baik, melatih pernapasan dalam dan batuk efektif, memberikan pendidikan kesehatan (efek merokok, alkohol, menghindari alergan, latihan bernapas), memposisikan pasien posisi fowler, memberikan obat ventolin dengan menggunakan nebulizer (Tabel 2.2). Dari tindakan yang dilakukan selama 3 hari maka pada hari ketiga tanggal 5 Juni 2014 diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif telah teratasi. Pasien mengatakan sudah bisa bernapas dengan baik. Pasien tampak lebih segar,dan pasien tidak gelisah.


(1)

Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen terlihat bersih. Akral hangat, warna kulit kuning langsat, tidak ada sianosis, turgor kulit baik, CRT < 2 detik, kelembaban kulit baik, tidak ada kelainan pada kulit. Abdomen terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri saat di tekan. Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) otot tampak simetris, tidak ada edema dan kekuatan otot 5.

Pukul 17.00 WIB dilakukan intervensi dengan diagnosa gangguan pola tidur dan bersihan jalan napas tidak efektif sudah teratasi. Pukul 18.30 WIB dilakukan evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dengan diagnosa gangguan pola tidur dan bersihan jalan napas tidak efektif sudah teratasi. Pada tanggal 6 Juni 2014 pukul 09.00 WIB klien sudah bisa pulang.

2. Analisa Data dan Rumusan Masalah Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 2 juni-6 juni 2014 dari data-data yang diperoleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data subjek.

Tabel 2.3 Analisa Data dan Rumusan Masalah Keperawatan

No. Data Etiologi Masalah

Keperawatan

1. Do:

Pasien kelihatan kurang tidur ,kurus, lemah dan sekali-kali batuk.

Ds:

Pasien mengatakan pola tidurnya terganggu, pasien mengatakan sesak napas, pasien mengatakan sering batuk berdahak, pasien mengatakan sering demam

Batuk darah

Sesak napas, batuk, demam

Nyeri dada

Gangguan pola tidur

Gangguan pola tidur


(2)

3. Diagnosa keperawatan

Masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam bentuk diagnosa keperawatan berdasarkan keterkaitan dan faktor-faktor yang menandai masalah yaitu data subjek dan data objek yang telah dikaji. Dari hasil perumusan diperoleh diagnosa yaitu:

1) Tanggal 2 juni 2014 ditemukan diagnosa keperawatan:

a) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dada ditandai dengan sesak napas, dan batuk-batuk.

b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.

2) Tanggal 3 juni 2014 ditemukan diagnosa keperawatan:

a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental atau darah.

2. Ds:

Klien mengatakan tidak nafsu makan karena penyakitnya.

Do:

Klien hanya menghabiskan ½ porsi dari yang disediakan oleh RS

Peningkatan produksi sputum/batuk

Dyspnea

Anoreksia

Nutrisi kurang dari

kebutuhantubuh

3. Ds:

Klien mengatakan sesak bila beraktivitas, dan batuk berdahak disertai darah.

Do: Batuk berdahak bercampur darah, terdengar ronchi basah pada dada kiri dan kanan., frekuensi napas 30x/mnt., ritme tidak teratur.

Penumpukan sekret di saluran pernapasan

Sekresi yang kental/darah

Bersihan jalan napas tidak efektif

Bersihan jalan napas tidak efektif


(3)

4. Perencanaan keperawatan

Setelah melakukan pengkajian keperawatan, dari data yang diperoleh dilakukan analisa dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian dirumuskan dalam diagnosa keperawatan. Pada saat itu juga perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada An.H.

Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.4. Diagnosa keperawatan dan perencanaan keperawatan

No. Dx Perencanaan keperawatan

Dx.1: Gangguan pola tidur

Tujuan: Pasien Menunjukkan Tidur. Kriteria Hasil:

a. Jumlah jam tidur tidak terganggu.

b. Tidak ada masalah dengan pola, kualitas, dan rutinitas tidur atau istirahat.

c. Perasaan segar saat tidur atau istirahat, tidur siang yang sesuai usia.

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab kurang tidur

Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan.

2. Kaji tanda-tanda vital klien Untuk mengetahui status perkembangan pasien.

3. Berikan keaadaan tempat tidur nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman.

Meningkatkan tidur

4. Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur.

Meningkatkan tidur.

5. Anjurkan pasien untuk mandi sebelum tidur.

Meningkatkan tidur.

6. Anjurkan pasien untuk membaca buku.

Meningkatkan tidur.

7. Lakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien.


(4)

Dx.2: Nutrisi kurang dari kebutuhan

Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Kriteria Hasil:

a. Nafsu makan meningkat

b. Berat badan dalam batas normal

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji pola kebiasaan makan klien

2. Jaga kebersihan mulut pasien.

3. Menganjurkan pada keluarga pasien untuk oral hygiene setiap 4 jam

Mengetahui pola makan pasien Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan.

Meningkatkan nafsu makan pasien

4. Sajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering.

Meningkatkan selera makan dan intake makanan.

5. Atur posisi fowler saat memberikan makanan.

Mengurangi regurtasi.

6. Anjurkan selingi makan dengan minum.

Memudahkan makanan untuk masuk.

7. Hindari makanan yang banyak mengandung gas.

Mengurangi rasa nyaman.

8. Tingkatkan intake makanan melalui:

a) Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain.

b) Jaga privasi klien.

c) Berikan obat sebelum makan jika ada indikasi.

Cara khusus untuk meningkatkan nafsu makan.


(5)

Dx.3: Bersihan jalan napas tidak efektif

Tujuan: menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif. Kriteria Hasil:

a. Pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya

b. Perilaku mengontrol gejala-gejala secara konsisten ditunjukkan. c. Mudah untuk bernapas

d. Dispnea tidak ada

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji bersihan jalan napas klien 2. Sediakan alat suction dalam

kondisi baik

3. Latihan pernapasan dalam dan batuk efektif

4. Berikan pendidikan kesehatan (efek merokok, alkohol, menghindari alergan, latihan bernapas).

5. Posisi pasien fowler

6. Berikan obat ventolin, dengan menggunakan nebulizer.

Mengetahui pola napas pasien Peralatan dalam keadaan siap

Mengeluarkan sekret.

Mencegah komplikasi paru-paru.

Meningkatkan pengembangan paru.

Mengurangi sesak napas

sehingga meningkatkan kebutuhan tidur pasien.

7. Implementasi dan Evaluasi keperawatan

Dari perencanaan yang dilakukan semua tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan (secara lengkap terdapat pada lampiran 2).

Untuk diagnosa pertama yaitu gangguan pola tidur dan nutrisi kurang dari kebutuhan yang ditegakkan tanggal 2 Juni 2014, dilakukan tindakan keperawatan kepada pasien dari intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan adalah mengkaji masalah gangguan tidur pasien, karakteristik dan penyebab kurang tidur, mengkaji tanda-tanda vital klien, memberikan keadaan tempat tidur nyaman, bersih, dan bantal yang nyaman, menganjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur, menganjurkan pasien untuk membaca buku, melakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien (Tabel 2.2). Tindakan yang dilakukan untuk diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan adalah mengkaji


(6)

pola kebiasaan makan klien, menjaga kebersihan mulut pasien, menyajikan makanan yang mudah dicerna, dalam keadaan hangat, tertutup, dan berikan sedikit-sedikit tetapi sering, mengatur posisi fowler saat memberikan makanan, menganjurkan selingi makan dengan minum, menghindari makanan yang banyak mengandung gas, meningkatkan intake makanan melalui:

a. Mengurangi gangguan dari lingkungan seperti berisik dan lain-lain. b. menjaga privasi klien.

c. memberikan obat sebelum makan jika ada indikasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari maka pada hari keempat tanggal 5 Juni 2014 diagnosa kedua nutrisi kurang dari kebutuhan telah teratasi. Dan untuk diagnosa keperawatan pertama gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 hari maka pada hari keempat tanggal 5 juni 2014 masalah telah teratasi. Pasien mengatakan gangguan pola tidur dan nutrisi kurang dari kebutuhan sudah berkurang dengan tanda-tanda vital: TD= 120/80 mmHg, HR= 80x/menit, RR= 20x/menit, Temp= 36°C.

Untuk diagnosa ketiga yaitu bersihan jalan napas tidak efektif yang ditegakkan tanggal 3 Juni 2014, dilakukan tindakan keperawatan dari intervensi yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan adalah mengkaji bersihan jalan napas klien, menyediakan alat suction dalam kondisi baik, melatih pernapasan dalam dan batuk efektif, memberikan pendidikan kesehatan (efek merokok, alkohol, menghindari alergan, latihan bernapas), memposisikan pasien posisi fowler, memberikan obat ventolin dengan menggunakan nebulizer (Tabel 2.2). Dari tindakan yang dilakukan selama 3 hari maka pada hari ketiga tanggal 5 Juni 2014 diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif telah teratasi. Pasien mengatakan sudah bisa bernapas dengan baik. Pasien tampak lebih segar,dan pasien tidak gelisah.