Pengaruh Modal Awal dan Modal Pinjaman Pada Bank Syariah Terhadap Pendapatan Pengusaha UKM di Kecamatan Medan Johor - Medan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dalam Siamat (2008:
25) bank disebutkan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Suyatno (2007: 1), bank adalah suatu badan yang tugas utamanya
sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada
waktu yang ditentukan. Sedangkan definisi lain mengatakan bank adalah suatu
lembaga atau badan usaha yang berfungsi sebagai mediator dari pihak yang
berkelebihan uang kepada pihak yang kekurangan uang. Penulis lain
mendefinisikan bank adalah suatu badan yang usaha utamanya menciptakan
kredit. Proff. G. M Verryn Stuart dalam bukunya Bank Politik mengatakan,
“bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,
baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang
diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat
penukar baru berupa uang giral.” Dari berbagai definisi bank diatas pada

dasarnya tidak berbeda satu sama lainnya, kalaupun ada perbedaan hanya
terletak pada tugas atau usahanya saja.
7

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Jenis-jenis Bank
Dalam bukunya (Kasmir, 2009:34) menjelaskan jenis-jenis perbankan
antara lain:
1. Dilihat dari Segi Fungsinya
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967
jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum
b. Bank Pembangunan
c. Bank Tabungan
d. Bank Pasar
e. Bank Desa
f. Lumbung Desa
g. Bank Pegawai
Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun
1998 maka jenis perbankan terdiri dari:
a. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah
8

Universitas Sumatera Utara

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikan
Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan adalah dilihat dari siapa yang
memiliki bank tersebut anatara lain:
a. Bank Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank dimana akte pendirian maupun
modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank
ini dimiliki oleh pemerintah pula.
b. Bank Milik Swasta
Bank milik swasta adalah bank dimana seluruh atau sebagian besarnya
dimiliki oleh swasta serta akte pendiriaanya juga didirikan oleh swasta
dan keuntungannya pun untuk swasta pula.
c. Bank Milik Koperasi
Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan saham-saham nya
dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.
d. Bank Milik Asing
Bank milik asing adalah bank yang merupakan cabang dari bank yang
ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun atau pemerintah
asing.

9

Universitas Sumatera Utara

3. Dilihat dari Segi Status

Status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani
masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayanannya, yakni:
a. Bank Devisa
Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar
negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan.
b. Bank Non Devisa
Bank non devisa adalah bank yang mempunyai izin untuk
melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat
melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa dimana transaksi
yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.
4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga
Dari segi cara menetukan harga dilihat dari cara cara menetukan harga jual
dan harga beli, yakni:
a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank yang berorientasi
pada

prinsip


konvensional.

Kepada

para

nasabahnya

bank

konvensional merupakan dua metode yaitu menetapkan harga dan
untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase
tertentu atau dikenal dengan istilah fee based.
10

Universitas Sumatera Utara

b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank

berdasarkan

prinsip

syariah

adalah

bank

yang aturan

perjanjiannya berdasarkan hukum Islam atau penentuan harga atau
pelaksanaan kegiatan bank dasar hukumnya adalah Alquran dan
sunnah rasul.

2.2 Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No.21 Tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank
Umum Syariah (BUS) merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Ikit, 2015: 44).
Bank dibagi menjadi dua yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah. Bank
Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara
konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional
(BUK) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum Konvensional
merupakan bank konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran. Sedangkan Bank Perkreditan Rakyat adalah bank
konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. (Ikit, 2015: 44).

11

Universitas Sumatera Utara

Dari pengertian diatas ada perbedaan yang sangat jelas dalam operasionalnya

antara bank konvensional dengan bank syariah. Bank Syariah adalah bank yang
dalam operasionalnya harus mengikuti prinsip syariah dan hukum islam yang
tidak memberikan imbalan dalam bentuk bunga melainkan dalam bentuk bagi
hasil.

2.2.1 Asas dan Fungsi Bank Syariah
Sistem lembaga keuangan syariah di dalam operasionalnya harus
mengikuti ketentuan yang berlaku di dalam Al-Quran dan Hadist. Hal ini
sesuai dengan hukum muamalah dimana semua diperbolehkan kecuali ada
larangannya di dalam Al-Quran dan Hadist (Ikit, 2015: 45). Maka dari itu
operasional bank syariah haruslah memiliki asas dan fungsi yang sesuai
dengan prinsip dan hukum syariah pula.
Asas perbankan syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang bank syariah, menyatakan bahwa perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi
ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Sedangkan tujuan bank syariah adalah
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
keadailan, kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan ekonomi rakyat.
Fungsi Bank Syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008
dalam pasal 4 terdiri dari:

a. Menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat.

12

Universitas Sumatera Utara

b. Menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah atau dana
sosial lainnya dan menyalurkan kepada organisasi pengelola zakat.
c. Bank syariah dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan
kehendak pemberi wakaf (wakif).
d. Pelaksanaan sosial.
Selain itu terdapat pula fungsi bank syariah yang lain diantaranya adalah
(Ikit, 2015: 47):
a. Fungsi manajer investasi, dimana bank syariah bertindak sebagai manajer
investasi dari pemilik dana (sahibul maal) kemudian bank syariah
menyalurkan dana tersebut kepada usaha-usaha yang produktif sehingga
bank dapat menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang didapat oleh bank
syariah akan dibagihasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah

yang disepakati diawal akad.
b. Fungsi investor, bank syariah dapat melakukan penanaman atau
menginvestasikan dana kepada sektor-sektor yang produktif dengan resiko
yang kecil.
c. Fungsi sosial artinya bank syariah dapat menghimpun dana dalam bentuk
Zakat, Infak, Sedekah dan Wakat (ZISWAF). Setelah dana terkumpul
bank syariah dapat menyalurkan kepada pihak-pihak yang membutuhkan
tanpa mengharapkan keuntungan atau imbalan.

13

Universitas Sumatera Utara

d. Fungsi jasa keuangan, fungsi ini merupakan pelayanan yang diberikan
oleh bank syariah kepada masyarakat umum. Jasa keuangan merupakan
penunjang kelancaran kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana.
Semakin lengkap jasa keuangan bank syariah akan semakin baik dalam
pelayanan kepada nasabah.

2.2.2 Tujuan dan Peran Perbankan Syariah

Menurut Undang-Undang Nomor 10 perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan terdapat beberapa perubahan yang
memberikan peluang yang lebih beasar lagi bagi pengembangan perbankan
syariah. Dari Undang-Undang tersebut dapat disimpulkan, bahwa sistem
perbankan syariah dikembangkan dengan tujuan antara lain (Ikit, 2015: 44):
1. Memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak
menerima konsep bunga. Dengan ditetapkan sistem perbankan syariah
yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional (dual banking
sistem), mobilitas dana masyarakat dapat dilakukan secara lebih luas
terutama dari segmen yang selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem
perbankan konvensional yang menerapkan sistem bunga.
2. Membuka peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha berdasarkan
prinsip kemitraan. Dalam prinsip ini konsep yang diterapkan adalah
hubungan investor yang harmosnis (Mutual Investor Relationship).
Sementara dalam bank konvensional konsep yang diterapkan adalah
hubungan debitur dan kreditur (Debitur to Creditor Relationship).
14

Universitas Sumatera Utara

3.

Memenuhi kebutuhan akan produk dan jasa perbankan yang memiliki
beberapa keunggulan komparatif berupa peniadaan pembebanan bunga
yang berkesinambungan (Perpectual Interest Effect), membatasi kegiatan
spekulasi yang tidak produktif (Unproductif Speculation), pembiayaan
ditujukan kepada usaha-usaha yang memperhatikan unsur moral.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 direvisi

dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang Noor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka telah memberikan landasan
hukum yang kokoh bagi pengembangan industri perbankan syariah di Indonesia.
Perudang-undangan tersebut memberikan kesempatan yang luas bagi perbankan
syariah untuk mengembangkan jaringannya antara lain melalui izin pembukaan
Kantor Cabang Syariah (KCS) oleh Bank Konvensional. Dengan kata lain bank
umum dibolehkan untuk menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional
sekaligus dapat melakukan operasional berdasarkan prinsip syariah (dual
banking sistem).
Didalam bukunya (Ikit, 2015: 48) menuliskan bahwa menurut pendapat
Sudarsono (2003) berdirinya bank syariah mempunyai beberapa tujuan
diantaranya:
1.

Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam,
khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar
dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan lain yang
mengandung unsur Gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha tersebut

15

Universitas Sumatera Utara

selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif
terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
2.

Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang sangat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana. Keadilan dalam Islam memiliki implikasi sebagai
berikut diantaranya adalah; keadilan sosial dan keadilan ekonomi.

3.

Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang
berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan
kegiatan usaha yang poduktif, menuju terciptanya kemandirian usaha.

4.

Untuk menangulangi

masalah kemiskinan,

yang pada umumnya

merupakan program uatama dari Negara-negara yang sedang berkembang.
Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa
pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus
usaha yang lengkap seperti program pengusaha produsen, pembinaan
pedagang, pembinaan konsumen dan pengembangan usaha bersama.
5.

Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter dengan aktifitas bank
syariah akan mampu menghindari kendala-kendala ekonomi yang
dilibatkan oleh inflasi, menghindari persaingan yang tidak sehat antar
lembaga keuangan dan menyelamatkan umat Islam dari ketergantungan
terhadap bank non syariah.
Adanya bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang
16

Universitas Sumatera Utara

dikeluarkan oleh bank syariah. Melalui pembiayaan bank syariah dapat menjadi
mitra masyarakat, sehingga hubungan bank syariah dengan masyarakat tidak
lagi sebagai kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan.
Secara khusus mengenai peran bank syariah secara nyata dapat terwujud
dalam aspek-aspek sebagai berikut (Ikit, 2015: 50):
1.

Menjadi perakat nasionalisme baru, artinya bnk syariah dapat menjadi
fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan.

2.

Memperdayakan ekonomi umat dan beropersasi secara transparan. Artinya
pengolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan,
dan upaya ini terwujud jika ada mekanisme operasi yang teransparan.

3.

Memberikan return yang lebih baik. Artinya investasi di bank syariah
tidak memberikan janji yang pasti mengenai return (keuntungan) yang
diberikan kepada invetor. Oleh karena itu bank syariah harus mampu
memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan bank
konvensional. Disamping itu, nasabah pembiayaan akan memberikan bagi
hasil sesuai dengan keuntungan yang diperolehnya. Oleh karena itu,
pengusaha harus bersedia memberikan keuntungan yang tinggi kepada
bank syariah.

4.

Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya bank syariah
mendorong terjadinya produktif dari dana masyarakat. Dengan demikian
spekulasi dpat diperkecil.

5.

Mendorong

pemerataan

pendapat,

artinya

bank

syariah

bukan

mengumpulkan dana dari pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan dana
17

Universitas Sumatera Utara

Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS). Dana ZIS dapat disalurkan melalui
pembiayaan Qardul Hasan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi, pada akhirnya terjadi pemerataan ekonomi.
6.

Peningkatan efisiensi mobilisasi dana artinya adanya produk AlMudharabah Al-Muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk
melakukan invetasi atas dana yang diserahkan oleh investor maka bank
syariah sebagai Financial Arranger, bank memperoleh komisi atau bagi
hasil dari kesepakatan awal kedua belapihak.

7.

Uswah Hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha bank.

8.

Salah satu penyebab terjadinya krisis adalah korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN).

2.3 Jenis dan Kegiatan Usaha Bank Syariah
Menurut jenisnya bank syariah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Bnak Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). Bank Umum Syariah (BUS) merupakan bank syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah
(UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank
yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu
syariah dan/atau unit syariah. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
18

Universitas Sumatera Utara

(BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Kegitan usaha Bank Umum Syariah (BUS) menurut Undang-Undang
Nomor 21 tahun 2008 tentang bank syariah, diantaranya:
1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
2.

Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

3. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
4. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
5. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah.
6. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentanagan dengan
Prinsip Syariah.
7. Melalukan pengambilan utang berdasarkan Akad hawalh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

19

Universitas Sumatera Utara

8. Melakukan usaha kartu debit dan/ atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah.
9. Mebeli,menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga
yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara
lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau
hawalah.
10. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia.
11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah.
12. Melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad
yang berdasarkan Prinsip Syariah.
13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah.
14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah.
15. Melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah.
16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip
Syariah.
17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
20

Universitas Sumatera Utara

Selain melakukan kegiatan usaha diatas dalam UU No. 21 Tahun 2008 dalam
Pasal 20 menjelaskan Bank Umum Syariah (BUS) dapat pula melakukan:
1. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah.
2. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau lembaga
keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.
3. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat
kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus
menarik kembali penyertaannya.
4. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan Prinsip
Syariah.
5. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepajang tidak bertentangan dengan
Prinsipsyariah dan ketentuanperaturan perundang-undagan di bidang pasar
modal.
6. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Pinsip Syariah
dengan menggunakan sarana elektronik.
7. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
pendek berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pasar uang.
8. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka
panjang berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui pasar modal.
9. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah
lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah.
21

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan usaha Unit Usaha Syariah (UUS) menurut UU No. 21 Tahun 2008
antara lain:
1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
2. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudhrabah, Akad
musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan denagan Prinsip Syariah.
4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad
istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah.
7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah.

22

Universitas Sumatera Utara

9. Membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar
transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, anatara lain, seperti Akad ijarah,
musyarakah, mudaharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah.
10. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh
pemerintah dan/atau Bank Indonesia.
11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip
Syariah.
12. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah.
13. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah.
14. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdsarkan Prinsip
Syariah.
15. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di
bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundag-undangan.
Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut UU No.21
Tahun 2008 antara lain:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk: (1) Simpanan berupa
tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah, (2) Investasi
berupa Deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
23

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah.
2. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: (1) Pembiayaan bagi
hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah, (2) Pembiayaan
berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna, (3) Pembiayaan
berdasarkan Akad qardh, (4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak kepada
Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik, (5) Pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah.
3. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk tititpan berdasarkan
Akad wadi’ah atau investasi berdasarkan Akad mudharabah dan/atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip syariah.
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS.
5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya
yang sesuai dengan Prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.

2.4 Investasi dan Pembiayaan Bank Syariah
2.4.1 Pengertian
Dalam kegiatannya menyalurkan dana bank syariah melakukan
investasi dan pembiayaan. Disebut investasi karena menggunakan prinsip
penanaman dana atau penyertaan, dan keuntungan yang nantinya diperoleh
berdasarkan kinerja usaha yang menjadi objek penyertaan tersebut sesuai
24

Universitas Sumatera Utara

dengan nisbah bagi hasil yang telah diperjanjiakan sebelumnya. Disebut
pembiayaan karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai
kebutuhan nasabah yang memerlukannya dan layak memperolehnya
(Arifin, 2009: 233).

2.4.2 Jenis Pembiayaan
Kegiatan pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok dari bank,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan deficit unit. Menurut sifat penggunaannya
pembiayaan dibagi dua yaitu (Arifin, 2009: 234):
1. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan

konsumsi, yang akan habis dipakai untuk

memenuhi kebutuhan
2. Pembiayaan Produktif, yaitu produksi dalam arti luas yakni untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun
investasi.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua
hal yaitu (Arifin, 2009: 234):
1. Pembiayaan Modal Kerja, yaitu pembiayaan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan:
a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitif, yaitu jumlah hasil
produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau
mutu hasil produksi.
25

Universitas Sumatera Utara

b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari
suatu barang.
2. Pembiayaan Investasi, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
barang-barang modal (capital goods) beserta fasilitas-fasilitas yang
erat kaitannya dengan itu.

2.4.3 Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk
keperluan investasi, yaitu untuk keperluan penambahan modal guna
mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru.
Pada umumnya pembiayaan investasidiberikan dalam jumlah besar
dan pengendapan yang cukup lama. Melihat luasnya aspek yang harus
dikelola dan dipantau, maka untuk pembiayaan investasi bank syariah
menggunakan skema musyarakah mutanaqishah. Dalam hal ini bank
memberikan pembiayaan dengan prinsip penyertaan, dan secara bertahap
bank melepaskan penyertaannya, dan pemilik perusahaan nasabah akan
mengambil alih kembali porsi penyertaan bank, baik dengan menggunakan
dana sendiri sebagai penambahan setoran modal, ataupun dengan
mengundang pemegang saham baru.
Skema lain yang dapat digunakan oleh bank syariah adalah ijarah
muntahia bi tamlik, yaitu menyewakan barang modal dengan opsi
kepemilikan setelah masa sewa berakhir.

26

Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Tujuan Pembiayaan
Dalam membahas mengenai tujuan pembiayaan, mencakup lingkup
yang luas. Pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari
pembiayaan yaitu sebagai berikut (Veithzal, 2010: 711):
1.

Provitabilitiy, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari
usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya
menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini
mampu

dan

mau

mengembalikan

pembiayaan

yang

telah

diterimanya.
2.

Safety, keamanan dari prestasi dari fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga provitability dapat benar-benar
tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan
keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam
bentuk

modal,

barang,

pengembaliannya,

atau

sehingga

jsa

itu

keuntungan

betul-betul

terjamin

(Provitability)

yang

diharapkan dapat menjadi kenyataan.
2.4.5 Fungsi Pembiayaan
Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian,
perdagangan dan keuangan adalah sebagai berikut (Veithzal, 2010: 712):
1.

Pembiayaan

dapat

meningkatkan

Utility (Daya Guna) dari

Modal/Uang.
27

Universitas Sumatera Utara

Para penabung menyimpan uangnya dilembaga keuangan. Uang
tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh
lembaga keuangan. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank
untuk memperluas/memperbesar usahanya, baik untuk meningkatkan
produksi, perdagangan, untuk usaha-usaha rehabilitasi, ataupun
usaha peningkatan produktifitas secara menyeluruh.
2.

Pembiayaan meningkatkan Utility (Daya Guna) Suatu Barang
Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memproduksi bahan
jadi sehingga Utility dari bahan tersebut meningkat.

3.

Pembiayaan Meningkatkan Peredaran dan Lalulintas Uang
Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening Koran,
pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan
sejenisnya seperti cheque, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya
melalui pembiayaan. Peredaran uang kartal maupun giral akan lebih
berkembang, Karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan
berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah secara
kualitatif maupun kuantitatif.

4.

Pembiayaan Menimbulkan Gairah Usaha Masyarakat
Manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi,
yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha
sesuai dinamikanya akan selalu meningkat. Akan tetapi, peningkatan
usaha tidaklah seklalu diimbangi dengan keimbangan kemampuan.
28

Universitas Sumatera Utara

Karenanya manusia selalu berusaha dengan segala daya untuk
memenuhi

kekurangmampuannya

yang

berhubungan

dengan

manusia lain yang mempunyai kemampuan.
5.

Pembiayaan Sebagai Alat Stabilitasi Ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah
stabilitasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara
lain:
a. Pengendalian inflasi
b. Peningkatan ekspor
c. Rehabilitas saran
d. Pemenuhan kebutuhan – kebutuhan pokok rakyat
Untuk menentukan arus inflasi dan terlebih lagi untuk usaha,

pembangunan ekonomi, maka pembiayaan bank memegang peranan yang
sangat penting. Arah pembiayaan harus berpedoman pada segi-segi
pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sector-sektor produktif dan
sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat
hidup masyarakat.
6. Pembiayaan Sebagai Jembatan untuk Peningkatan Pendapatan
Nasional
Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk
meningkatkan usahanya.peningkatan usaha berarti peningkatan profit.
29

Universitas Sumatera Utara

Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti
kata dikembalikan ke dalam struktur permodalan maka peningkatan
akan berlangsung terus-menerus.
7. Pembiayaan Sebagai Alat Hubungan Ekonomi Internasional
Lembaga pembiayaan tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga
di dalam negeri. Beberapa negara kaya minyak yang telah sedemikian
maju organisasi dan sistem perbankannya yang telah melebarkan sayap
perbankannya ke seluruh pelosok dunia. Demikian pula beberapa
negara maju lainnya. Dari uraian tersebut, terasalah bagi kita betapa
besar fungsi di dalam negeri tetapi juga menyangkut hubungan antara
negara sehingga melalui pembiayaan hubungan ekonomi internasional
dapat dilakukan dengan lebih terarah. Lalu lintas pembayaran
internasional pada dasarnya berjalan lancar bila disertai kegiatan
pembiayaan yang sifatnya internasional.

2.5 Modal, Pendapatan dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
2.5.1 Pengertian Modal
Dalam membangun sebuah usaha dibutuhkan dana atau yang dikenal
dengan modal. Usaha yang sedang dibangun tidak akan bisa berkembang
tanpa didukung oleh modal. Ada banyak pendapat mengenai definisi modal,
tetapi modal yang saya maksud kan disini adalah modal awal dan modal
pinjaman.

30

Universitas Sumatera Utara

a. Modal Awal
Modal awal adalah modal sendiri atau modal mula-mula yang dimiliki
oleh seseorang ketika pertama sekali akan melakukan kegiatan usahanya baik
berupa uang ataupun dalam bentuk barang. Asal modal tidak menjadi
persoalan, tetapi cara mendapatkannya perlu diketahui untuk menjadi
informasi pihak-pihak yang akan memulai usaha.
Untuk dana sendiri, modal tersebut dapat berasal dari (Haymas, 2008: 15):
1) Tabungan
Tabungan yang dimaksudkan merupakan dana yang dimiliki oleh
pengusaha baik dalam bentuk tunai atau tabungan/deposito di bank.
Tabungan dalam bentuk tunai yaitu tabungan yang dilakukan pada brankas
atau bentuk celengan atau juga uang tunai yang belum sempat dimasukkan
ke bank.
2) Menjual barang yang dimiliki dan tidak pernah digunakan lagi.
Biasanya barang sangat menumpuk di gudang atau di lemari, dan sudah
tidak digunakan, tetapi ada rasa agak sungkan untuk menjualnya. Bila
memperhatikan dapur dan ruang tamu, pasti ada barang yang tidak perlu
tetap di tempat tersebut, karena tidak pernah dibersihkan dan dibiarkan
menumpuk terus di tempat itu. Selayaknya barang tersebut diperiksa dan
dicoba dijual ke pasar loak atau pedagang yang menjual barang bekas.
Sehingga tempat tersebut dapat digunakan untuk bahan baku usaha.

31

Universitas Sumatera Utara

3) Menagih dana dari pihak lain.
Pengusaha selayaknya meneliti apakah ada dana yang dimiliki sedang
dipinjam oleh pihak lain. Bila pengusaha mempunyai dana tersebut, maka
pengusaha harus menjumpai peminjam untuk meminta dana dibayarkan
secepatnya.
4) Menggadaikan barang.
Barang yang digadaikan sangat bervariasi mulai dari sepatu, baju
perhiasan, barang elektronik, dan kendaraan.
Selain itu, hasil survei yang dilakukan BPS (2005) terhadap UMI dan UK
di industri manufaktur (Tabel 2.1). Sumber terbesar modal di kelompok usaha
tersebut bukan dari sektor keuangan formal, termasuk lembaga-lembaga
keuangan mikro, tetapi dari modal sendiri, seperti uang tabungan pemilik
usaha, menjual barang yang dimiliki, bantuan dari keluarga, dan lain
sebagainya. Seperti yang ditunjukkan dalam table tersebut, modal sendiri
tercatat mencapai 82,41 persen di dalam kelompok usaha mikro, dan 68,85
persen dalam kelompok usaha kecil.
Tabel 2.1
Sumber Modal UMK di Industri Manufaktur Tahun 2005 (%)
Sumber modal
UMI
UK
Modal sendiri

82,41

68,85

Pinjaman

2,86

1,75

Modal sendiri dan pinjaman

14,73

29,40

Jumlah

100,00

100,00

Sumber: BPS (www.bps.go.id)

32

Universitas Sumatera Utara

b. Modal Pinjaman
Modal pinjaman adalah modal yang diperoleh seseorang melalui pinjaman
baik dari perorangan, bank ataupun lembaga keuangan lainnya.
Adapun sumber pinjaman tanpa agunan atau jaminan barang menurut Haymas
(2008: 23) adalah sebagai berikut:
1) Melakukan pinjaman kepada keluarga terdekat.
2) Melakukan pinjaman kepada teman terdekat.
3) Melakukan pinjaman kepada lembaga nonformal di dekat rumah.
4) Melakukan penarikan dana melalui kartu kredit yang dimiliki.
5) Pinjaman dari bank yang dikenal dengan kredit tanpa agunan.
Hampir seluruh pengusaha kecil dan menengah mengatakan bahwa
masalah yang paling besar yang mereka hadapi adalah masalah keuangan.
Mereka mengeluh tentang kekurangan modal. Dalam berbagai hal demi
kemajuan dan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, pemerintah
maupun berbagai lembaga keuangan, baik bank maupun lembaga keuangan
non bank telah berupaya dalam memberikan pelayanan, terutama dalam hal
pinjaman modal usaha.
Selanjutnya hasil survei BPS membuktikan bahwa untuk memenuhi
kebutuhan modal usahanya Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha
Menengah (UM) dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) lebih
banyak mengandalkan kredit perbankan seperti yang ditunjukkan pada tabel
2.2.

33

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2
Pinjaman Modal Kerja UMKM di Semua Sektor menurut Sebkelompok Usaha dan Sumber Tahun 2006 (%)
Sumber pinjaman
UMI
UK
UM
UMKM
Bank

30,59

53,14

67,09

59,35

Koperasi

15,36

9,48

1,69

5,56

Lembaga keuangan non-bank

9,10

6,25

9,02

8,02

Perorangan/keluarga

22,41

18,73

15,64

17,28

Lainnya

22,54

12,40

6,56

9,89

Jumlah

100,00

100,00

100,00

100,00

Sumber: BPS (www.bps.go.id)

2.5.2 Pengertian Pendapatan
Ada beberapa pengertian tentang pendapatan, namun secara umum ada
dua segi, yaitu dalam arti riil dan dalam arti jumlah uang. Pendapatan dalam
arti riil adalah nilai jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masyarakat selama jangka waktu tertentu. Sedangkan pendapatan dalam arti
jumlah uang diartikan sebagai penerimaan. (Tohar, 2000: 15).
Selanjutnya kutipan dari R.Malik (2009) mengatakan pendapatan juga
dapat didefinisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang
atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun),
pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari
kekayaan seperti, sewa, bunga dan deviden.
2.5.2.1 Komponen-komponen Pendapatan
Sebenarnya pendapatan sama besarnya dengan uang yang dibelanjakan
ditambah dengan uang yang diinvestasikan (modal) dan yang ditabung.
34

Universitas Sumatera Utara

Oleh karena itu pendapatan dalam arti luas (nasional) terdiri dari
komponen – komponen sebagai berikut (Tohar, 2000: 19):
1) Konsumsi seluruh lapisan masyarakat (rumah tangga, bisnis, dan
pemerintah).
2) Investasi untuk mendirikan atau memperluas usahanya.
3) Tabungan akibat pengeluaran konsumsi yang diinvestasikan.
Bagi usaha kecil yang tingkat pendapatannya rendah tentu harus
melakukan berbagai macam usaha agar mampu meningkatkan
pendapatannya guna memenuhi kebutuhan hidup saat ini maupun di
masa mendatang.

2.5.3 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
Menurut Tambunan (2012: 11) Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi. Di banyak
negara, definisi UMKM berbeda antarsektor misalnya di Thailand, India dan
China, atau bahkan berbeda antar lembaga atau departemen pemerintah,
misalnya Indonesia dan Pakistan.
Di Indonesia definisi UMKM diatur dalam Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Dalam Undang – Undang ini yang dimaksud
dengan

35

Universitas Sumatera Utara

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi

kriteria Usaha Mikro

sebagaimana diatur dalam Undang – Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang – Undang.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari Usaha Menengah, yag meliputi usaha nasional milik negara atau
swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia.
5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan
Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan
berdomisili di Indonesia.
36

Universitas Sumatera Utara

6. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
7. Pemerintah Daerah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah
sebagai unsure penyelenggara pemerintah daerah.
8. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk
penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil
dan Menegah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri.
9. Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk memeberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah secara
sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang – undangan dan
kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil
dan

Menengah

memperoleh

pernikahan,

kepastian,

kesempatan,

perlindungan dan dukungan yang seluas – luasnya.
10. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas bimbingan
pendamping

dan

bantuan

perkuatan

untuk

menumbuhkan

dan

meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
37

Universitas Sumatera Utara

11. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha dan masyarakat melalui bank, koperasi dan lembaga
keuangan

bukan

bank,

untuk

mengembangkan

dan

memperkuat

permodalan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
12. Penjamin adalah pemberian jaminan pinjaman Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk
memperbesar

kesempatan

memperoleh

pinjaman

dalam

rangka

memperkuat permodalannya.
13. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung
maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan,
mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang melibatkan pelaku
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar.
14. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
15. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab
untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Sektor
kegiatannya.

Adapun Asas Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Undang –
Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 pasal 2 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah sebagai berikut:
a. Kekeluargaan,
b. Demokrasi Ekonomi,
38

Universitas Sumatera Utara

c. Kebersamaan,
d. Efisiensi Berkeadilan,
e. Berkelanjutan,
f. Berwawasan Lingkungan,
g. Kemandirian,
h. Keseimbangan Kemajuan, dan
i. Kesatuan EKonomi Nasional.
Adapun Tujuan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menurut Undang –
Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 pasal 3 adalah bertujuan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun
perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Selanjutnya adapun kriteria Usaha Mikro menurut pasal 6 Undang –
Undang RI No.21 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

39

Universitas Sumatera Utara

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah).
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Berdasarkan data BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2012: 19)
dalam buku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia,
diketahui bahwa dari segi tenaga kerja, lebih dari sepertiga (sekitar 34,5
persen) UMKM dikelola oleh tenaga kerja berusia di atas 45 tahun, dan hanya
sekitar 5,2 persen pengusaha UMKM yang berumur di bawah 25 tahun.
Seperti yang dikutip oleh Sulistyastuti (2004) mengungkapkan bahwa
tenaga kerja yang diperlukan oleh industri kecil tidak menuntut pendidikan
formal yang tinggi. Sebagian besar tenaga kerja yang diperlukan oleh industri
ini didasarkan atas pengalaman (learning by doing) yang terkait dengan faktor
historis (path dependence).
Mengacu pada data BPS (2006) yang dikutip oleh Tambunan (2012: 6)
diketahui bahwa sebagian besar pengusaha UMKM mengungkapkan alasan
kegiatan usaha yang mereka lakukan adalah latar belakang ekonomi. Artinya
40

Universitas Sumatera Utara

usaha ini dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh perbaikan penghasilan
dan atau merupakan usaha untuk bertahan hidup. Hal ini didukung dengan
kondisi tingkat pendidikan pengusaha yang mayoritas tergolong rendah.
Usaha ini dilakukan dengan alasan tidak ada lagi jenis pekerjaan lain yang
dapat dilakukan dengan tingkat pendidikan formal yang tergolong rendah.

2.6 Penelitian Terdahulu
Adapun ide dan pengetahuan dalam penulisan penelitian ini tidak terlepas dari
penelitian terdahulu yang beragam. Penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.2.

No

Nama

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Peneliti
1.

2.

Ressa
Anastasia
Angelia
Depari
(2009)

Pengaruh
Pengalokasian Kredit
Terhadap Peningkatan
Pendapatan
Usaha
Kecil Pada Program
Kemitraan Dan Bina
Lingkungan (PKBL)
Bank X Sentra Kredit
Kecil Polonia Medan

Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji validitas dan
uji reliabilitas. Hasil penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
pengalokasian kredit yang diukur
melalui modal awal, jumlah
pinjaman kredit, dan penggunaan
kredit berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
pengembangan usaha kecil yang
diukur
melalui
jumlah
pendapatan.
Andry
Pengaruh Pembiayaan Metode yang digunakan dalam
Herdiansyah Modal Kerja Terhadap penelitian ini adalah metode
(2008)
Pendapatan Usaha
deskriptif analis. Hasil dari
Nasabah (Studi Pada
penelitian ini adalah pembiayaan
Bank DKI Syariah
modal kerja yang diberikan oleh
Cabang Wahid
Bank DKI Syariah ternyata
Hasyim)
berpengaruh secara signifikan
41

Universitas Sumatera Utara

3.

Fatmawati
(2014)

4.

Rahmawati
Malik
(2008)

terhadap penigkatan pendapatan
usaha nasabah, selain itu jumlah
pembiayaan modal dan jangka
waktu pembiayaan juga memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
pendapatan
usaha
nasabah sebesar 5,67%.
Analisis Faktor-Faktor Metode yang digunakan adalah
metode analisis statistik melalui
Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang analisis regresi linier berganda.
Hasil
dari
penelitian
ini
Kaki Lima Di Pasar
Raya Padang
menunjukkan bahwa variabel
pengalaman usaha, jam kerja,
dan modal secara simultan
berpengaruh
terhadap
pendapatan pedagang kaki lima
di Pasar Raya Padang.
Analisis Pengaruh
Metode analisis yang digunakan
Kredit, Aset, dan
dalam penelitian ini dilakukan
Jumlah Pegawai
secara kuantitatif. Berdasarkan
Terhadap Pendapatan hasil analisis yang dilakukan
Usaha Kecil
pada penelitian ini dapat ditarik
Menengah (UKM)
kesimpulan bahwa kredit yang
Penerima Kredit Bank diterima oleh UKM dari BPR
berpengaruh positif, langsung
Perkreditan Rakyat
dan signifikan terhadap jumlah
pegawai, jumlah aset dan
terhadap pendapatan UKM.

Sumber: Penulis, 2015

42

Universitas Sumatera Utara

2.7 Kerangka Konseptual
Penelitian ini mengkaji pengaruh modal awal dan modal pinjaman pada
perbankan syariah terhadap pendapatan usaha kecil dan menengah (UKM)
sehingga secara sistematis dapat digambar seperti gambar 2.1.

Modal Awal
Pendapatan UKM di
Kecamatan Medan
Modal Pinjaman pada
J h
Bank Syariah

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

43

Universitas Sumatera Utara