Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Pinjaman dan Jumlah Pengusaha UKM terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan pada PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA PINJAMAN

DAN JUMLAH PENGUSAHA UKM TERHADAP

JUMLAH KREDIT YANG DISALURKAN

PADA PT BANK MANDIRI (PERSERO), Tbk

CABANG SBDC MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

SRI REJEKI HUTAPEA 040501080

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2008


(2)

ABSTRACT

Small and middle industry is one industry that its edurance had beeb tested on multidimensional crisis in Indonesia. For this reason, small and middle industry need to be developed in addition not only entrepreneurship’s income will increase but also unemployment matter will be solved.

In developing small and middle industry, many barriers should be handled seriously so that small and middle industry can be improved and developed in quality, size, management, and even its human resources. Lack of information and technology have limited the access of small and middle industry with world wide, so the entrepreneur couldn’t use banking facilities. For that reason, a way to introduce

banking facilities such as credit facilities should be done.

PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan is one of banking institution that has been trying to help small and middle industry with giving loan and managing the industry. These made a beneficial relationship between both. In other words, small and middle industry have no need to borrow money from usurer.


(3)

ABSTRAK

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu usahayang sudah teruji daya tahannya pada krisis multidimensional di Indonesia. Untuk itu, UKM perlu dikembangkan dengan tujuan tidak hanya meningkatkan pendapatan pengusaha tetapi juga mengatasi pengangguran.

Dalam pengembangannya, banyak hambatan yang harus ditangani dengan serius agar UKM dapat maju dan berkembang dari segi kualitas, kuantitas, manajemen, bahkan sumber daya manusianya. Kurangnya informasi dan minimnya teknologi telah membatasi akses UKM dengan dunia luar, sehingga pengusaha UKM tidak dapat menggunakan fasilitas perbankan. Untuk itu perlu diberdayakan suatu cara pengenalan fasilitas-fasilitas perbankan seperti fasilitas kredit.

PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan merupakan salah satu institusi perbankan yang telah berusaha membantu UKM dengan pemberian kredit dan pembinaan manajemen UKM. Hal ini membentuk hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak sehingga UKM tidak perlu lagi meminjam uang dari rentenir.


(4)

Kata Pengantar

Segala puji, hormat, dan kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus karena atas kasih dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Pinjaman dan Jumlah Pengusaha UKM terhadap Jumlah Kredit yang Disalurkan pada PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan”, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Strata 1 ( S-1 ) pada Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, SE, MEc. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec selaku ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak DR. Irsyad Lubis, MSoc, Sc, Phd. selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(5)

4. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, C. A. E, Msi selaku dosen pembimbing skripsi penulis

5. Bapak Drs. Jonathan Sinuhaji, MSi, dan Ibu DR. Murni Daulay, SE, MSi selaku dosen penguji penulis

6. Bapak DR. Syaad Afifuddin, SE, MEc. Selaku dosen wali penulis

7. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Pembangunan yang telah banyak membantu penulis dalam masa perkuliahan

8. Bapak Hermawan selaku Manager PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan, Bapak Julhadi selaku Personal Staff dan Ibu Romsida Simanjuntak selaku Assistant Personal Staff serta seluruh staff PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian dan mau meluangkan waktunya untuk mencari dan memberikan data kepada penulis

9. Orangtua tercinta, Bapak M. Hutapea, SE dan Ibu H. R. Hutagaol yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk penulis serta saudara-saudara penulis yang tersayang, Daud, Elvina, Renova, Dora, Nenny, dan Samuel atas doa dan dukungan yang selalu diberikan

10.Teman-teman terbaik penulis yang selalu setia membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yaitu Ronal, Maria, Jemmima, Titin, Sylvina, Ika, yenni, Chandra, terima kasih atas perhatian dan pengertian teman-teman semua, urutan nama bukan berarti urutan prioritas


(6)

11.Seluruh teman-teman stambuk 2004 yangs angat banyak membantu penulis dalam perkuliahan maupun penulisan skripsi ini yang tidak bias disebutkan satu per satu.

Akhir kata, kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca semuanya dan semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah banyak berjasa bagi penulis, atas segala bimbingan, bantuan, dukungan, dan cinta yang telah diberikan. Kemuliaan bagi Allah di tempatYang Maha Tinggi. Amin.

Medan, Maret 2008

Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT …...………...…… i

ABSTRAK ………...………. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ……….. vi

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR SINGKATAN ……… xi

DAFTAR LAMPIRAN ………. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ………1

1.2Perumusan Masalah ………... 4

1.3Hipotesis ……… 5

1.4Tujuan Penelitian ………... 5

1.5Manfaat Penelitian ………. 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank ……… 7

2.1.2 Jenis-jenis Bank ……… 8

2.2 Kredit 2.2.1 Pengertian Kredit ………. 11

2.2.2 Jenis Kredit ……….. 12

2.2.3 Kriteria Penilaian Kredit ………. 14

2.3 Tingkat Suku Bunga 2.3.1 Teori Klasik tentang Tingkat Bunga ………17

2.3.2 Teori Keynes tentang Tingkat Bunga ……….. 19


(8)

2.4 Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

2.4.1 Pengertian UKM ………. 20

2.4.2 Permasalahan UKM ……… 22

2.4.2 Pengembangan UKM ………. 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ……… 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ………. 31

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ………... 31

3.4 Pengolahan Data ………... 32

3.5 Model Analisis Data ………. 32

3.6 Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Daterminasi (R-Square) ………... 33

3.6.2 Uji t-statistik ………. 34

3.6.3 Uji F-statistik ……… 35

3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multicollinearity ……… 36

b. Autokorelasi ……….. 36

3.7 Definisi Operasional ………... 38

BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Penelitian 4.1.1 Sejarah Berdirinya Bank Mandiri ………. 39

4.1.2 Pembentukan Bank Mandiri Cabang SBDC Medan ………. 41

4.1.3 Organisasi Perkreditan SBDC dan Cabang Pilot ………... 42

4.1.4 Segmentasi Kredit dan Unit Kerja Pengelolaan Debitur …………... 45

4.2 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.2.1 Deskripsi Data Sekunder ……… 48

4.2.2 Analisis Hasil Penelitian a. Hasil Model Estimasi ……….. 51


(9)

c. Test Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ………... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……….. 61 5.2 Saran ……… 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

SURAT RISET


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal

2. 1. Banyaknya Pengusaha IK dan IRT yang Mengalami 23 Kesulitan Modal Menurut Subsektor, 1998

2. 2 Banyaknya IK yang Mempunyai Bapak Angkat (BA) 26 dan Bentuk-bentuk Kemitraan Usaha

4. 3 Jumlah Kredit yang Disalurkan kepada UKM pada 46 PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan

Tahun 2006 – 2007


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal

2. 1 Tingkat Bunga Menurut Klasik 17

3. 1 Uji Durbin-Watson 36

4. 1 Struktur Organisasi SBDC 42

4. 2 Struktur Organisasi SBB 43

4. 3. Kurva Uji t pada Variabel Tingkat Suku Bunga 53

Pinjaman

4. 4 Kurva Uji t pada Variabel Jumlah Pengusaha UKM 54

4. 5 Uji F-statistik 55


(12)

DAFTAR SINGKATAN

BA = Bapak Angkat

CBC = Credit Bussines Center GAS = Gross Annual Sale IK = Industri Kecil

INDEF = Institute for Development of Economic and Finance IRT = Industri Rumah Tangga

KIK = Kredit Investasi Kecil KKP = Kredit Ketahanan Pangan KMKP = Kredit Modal Kerja Permanen KPI = Key Perfomance Indicator KUK = Kredit Usaha Kecil SBB = Small Bussines Branch

SBDC = Small Bussines District Center SUP = Surat Utang Pemerintah UKM = Usaha Kecil Menengah


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Variabel Lampiran 2 Hasil Regresi Data

Lampiran 3 Hasil Regresi Tingkat Suku Bunga Pinjaman (X1) terhadap Jumlah

Pengusaha UKM (X2)

Lampiran 4 Hasil Regresi Jumlah Pengusaha UKM (X2) terhadapTingkatSuku


(14)

ABSTRACT

Small and middle industry is one industry that its edurance had beeb tested on multidimensional crisis in Indonesia. For this reason, small and middle industry need to be developed in addition not only entrepreneurship’s income will increase but also unemployment matter will be solved.

In developing small and middle industry, many barriers should be handled seriously so that small and middle industry can be improved and developed in quality, size, management, and even its human resources. Lack of information and technology have limited the access of small and middle industry with world wide, so the entrepreneur couldn’t use banking facilities. For that reason, a way to introduce

banking facilities such as credit facilities should be done.

PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan is one of banking institution that has been trying to help small and middle industry with giving loan and managing the industry. These made a beneficial relationship between both. In other words, small and middle industry have no need to borrow money from usurer.


(15)

ABSTRAK

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu usahayang sudah teruji daya tahannya pada krisis multidimensional di Indonesia. Untuk itu, UKM perlu dikembangkan dengan tujuan tidak hanya meningkatkan pendapatan pengusaha tetapi juga mengatasi pengangguran.

Dalam pengembangannya, banyak hambatan yang harus ditangani dengan serius agar UKM dapat maju dan berkembang dari segi kualitas, kuantitas, manajemen, bahkan sumber daya manusianya. Kurangnya informasi dan minimnya teknologi telah membatasi akses UKM dengan dunia luar, sehingga pengusaha UKM tidak dapat menggunakan fasilitas perbankan. Untuk itu perlu diberdayakan suatu cara pengenalan fasilitas-fasilitas perbankan seperti fasilitas kredit.

PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan merupakan salah satu institusi perbankan yang telah berusaha membantu UKM dengan pemberian kredit dan pembinaan manajemen UKM. Hal ini membentuk hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak sehingga UKM tidak perlu lagi meminjam uang dari rentenir.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 yang dengan cepat berubah menjadi krisis ekonomi yang pada akhirnya menyebabkan krisis multidimensional menyebabkan perekonomian Indonesia ambruk. Hal ini terjadi karena kurang tepatnya kebijakan ekonomi pemerintah yang memberikan dukungan finansial dan fasilitas secara berlebihan kepada pengusaha besar agar dapat menggerakkan perekonomian Indonesia dengan asumsi bahwa dari pengusaha besar tersebut akan mengalir kepada pengusaha kecil (trickle down effect). Tetapi akibat dukungan yang berlebihan ini, pengusaha besar menjadi rapuh dan tidak dapat bertahan sewaktu terjadi goncangan ekonomi dan menyebabkan perusahaan besar tersebut mengurangi produksi ataupun tenaga kerjanya bahkan ada yang sampai gulung tikar.

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai pihak perantara antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana yang sering disebut fungsi intermediasi bank. Dana yang dihimpun bank tersebut dari pihak yang kelebihan dana disalurkan ke masyarakat berupa kredit yang merupakan kegiatan utama bank. Dari kegiatan ini, bank memperoleh pendapatan


(17)

bunga yang disebut spread yang merupakan selisih dari bunga simpanan yang diberikan kepada penabung dengan bunga kredit yang dibayar oleh debitur.

Sebelum krisis ekonomi 1997, bank lebih suka memberikan kredit kepada perusahaan besar terutama perusahaan afiliasinya sendiri sehingga pada saat perekonomian bergejolak, perusahaan tersebut tidak mampu bertahan yang menyebabkab kredit macet pada bank dan bank tersebut kekurangan likuiditas sehingga menyebabkan likuidasi.

Di tengah krisis ekonomi 1997, usaha kecil dan menengah (UKM) mampu bertahan dan justru semakin bertambah sehingga tidak dapat dipungkiri UKM telah menjadi tiang penyangga perekonomian karena UKM ini membuka lapangan pekerjaan dan mengatasi kemiskinan di saat banyak usaha besar berguguran. Hal ini dapat dilihat dari jumlah UKM yang meningkat pesat dari 7000 pada tahun 1980 menjadi sekitar 40 juta pada tahun 2001 dan kemampuannya menyerap tenaga kerja juga meningkat dari 12 juta pada tahun 1980, 45 juta pada tahun 1990, 71 juta pada tahun 1993, dan 74,5 juta pada tahun 2001. Kenyataan ini menunjukkan jika potensi UKM dikembangkan dengan mengucurkan dana lebih besar tentu sektor bisnis ini dapat menjadi katup pengaman krisis sosial karena dapat mengatasi pengangguran walaupun sebenarnya permasalahannya tidak selalu menyangkut masalah kekurangan modal, tetapi modal merupakan salah satu faktor utama penghambat pengembangan usahanya. Karena jumlahnya banyak dan nilai kreditnya kecil, bank-bank nasional merasa kerepotan mengurus UKM. Hal ini disebabkan karena bank membutuhkan sistem administrasi yang rumit jika mengurus UKM sedangkan jika perusahaannya


(18)

besar, nilai kreditnya besar sehingga jumlah perusahaan yang akan diberikan kredit sedikit maka sistem administrasinya tidak rumit. Lagipula, kondisi UKM itu sendiri yang belum layak secara teknis perbankan (bankable) misalnya saja ada pengusaha yang belum memiliki pembukuan yang layak sesuai penilaian kriteria perbankan juga membuat sulitnya UKM untuk memperoleh kredit dari bank. Dalam kondisi demikianlah sesungguhnya dibutuhkan bantuan dari semua pihak terutama perbankan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan bagi UKM yang memiliki keterbatasan sehingga UKM dapat maju dan berkembang.

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Expor Impor Indonesia, dan Bank Pembangunan Indonesia bergabung menjadi Bank Mandiri.

Bank Mandiri bergerak di bidang investment banking, perbankan syariah, serta bancassurance dan menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi perusahaan swasta maupun milik negara, komersiil, usaha kecil dan mikro serta nasabah consumer. Oleh karena itu, Bank Mandiri juga turut andil dalam berusaha membantu UKM dengan membentuk Small Business District Center (SBDC) pada tahun 2005. Adanya SBDC memungkinkan dilakukannya penyaluran kredit yang lebih fokus, penetapan target, kontrol dan pengawasan dalam penyaluran kredit yang prosesnya memerlukan jaringan / struktur organisasi yang lebih terintegrasi dan lebih fokus maka SBDC bertugas untuk memasarkan produk dan mencari peluang pasar


(19)

segmen Small Business, membina dan mengembangkan relationship dengan nasabah untuk memantau dan mempertahankan kualitas kredit dari debitur yang menjadi kelolaannya demi mencapai pertumbuhan portfolio kredit yang sehat dan tingkat profitabilitas yang tinggi dengan analisa kredit yang comprehensive dan akurat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Walaupun sebelum SBDC terbentuk, Bank Mandiri juga telah menyalurkan kredit kepada UKM tapi belum ada bidang yang secara spesifik menangani hal ini.

Akan tetapi dalam menyalurkan kredit terhadap UKM tersebut tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain besarnya suku bunga kredit yang disalurkan dan jumlah pelaku UKM. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik memilih dan menetapkan PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk sebagai obyek penelitian dengan judul penelitian “ Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Pinjaman dan Jumlah Pengusaha UKM terhadap Penyaluran Kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan “.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang pemilihan judul di atas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga pinjaman terhadap jumlah penyaluran kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan selama periode 2006-2007


(20)

2. Bagaimana pengaruh jumlah pengusaha UKM terhadap jumlah penyaluran kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan

1.3.Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap jumlah penyaluran kredit 2. Jumlah pengusaha UKM berpengaruh positif terhadap jumlah penyaluran

kredit

1.4.Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suku bunga pinjaman terhadap jumlah penyaluran kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jumlah pengusaha UKM terhadap jumlah penyaluran kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan


(21)

1.5.Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni

2. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara terutama mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya

3. Sebagai masukan maupun perbandingan bagi kalangan akademisi dan peneliti lain yang tertarik untuk membahas mengenai pengaruh tingkat suku bunga pinjaman dan jumlah pengusaha UKM terhadap jumlah penyaluran kredit 4. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding hasil-hasil penelitian


(22)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Bank berasal dari kata banco dari bahasa Italia yang artinya meja atau bangku. Kegiatan perbankan ini dimulai dari jasa penukaran uang di Eropa. Kemudian kgiatan operasional perbankan berkembang menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan dan bertambah lagi dengan kegiatan peminjaman uang. Selanjutnya kegiatannya mencakup banyak kegiatan yang berhubungan dengan jasa-jasa keuangan dalam perekonomian.

Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana ataupun hanya menyalurkan dana maupun kedua-duanya.

Bank merupakan lembaga keuangan yang menawarkan jasa keuangan seperti kredit, tabungan, pembayaran jasa, dan melakukan fungsi-fungsi keuangan lainnya secara profesional. Untuk itu bank diistilahkan “department store of finance” yang merupakan organisasi jasa atau pelayan berbagai macam jasa keuangan (Irmadayanto, 2002 : 53).

Menurut UU No. 7 Tahun1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana


(23)

dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Ada juga yang mendefinisikan bank sebagai suatu badan yang usaha utamanya menciptakan kredit (Suyatno, 1996 :1).

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bank mempunyai tiga kegiatan utama :

1. menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk simpanan giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit) dengan sasaran meminimumkan biaya perolehan dana.

2. menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja, kredit perdagangan, kredit konsumsi, dan kredit produktif dengan sasaran memaksimumkan pendapatan bank.

3. memberikan jasa-jasa bank lainnya (service) seperti transfer, inkaso, kliring, safe deposit box, bank card, bank notes, bankgaransi, letter of credit, travelers cheque, dan lain-lain.

2. 1. 2 Jenis-jenis Bank

Bank dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan: 1. Fungsi

Menurut UU Pokok Perbankan No. 14 Tahun 1967, jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari :


(24)

a. bank umum

b. bank pembangunan c. bank tabungan d. bank pasar e. bank desa f. lumbung desa g. bank pegawai

Kemudian dengan adanya UU Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan UU No. 10 Tahun 1998, berdasarkan fungsinya bank terdiri dari :

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. BPR (Bank Perkreditan Rakyat)

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam kegiatannya BPR mempunyai batasan yaitu BPR tidak boleh menerima simpanan giro, melakukan kliring, dan melaksanakan transaksi valuta asing.


(25)

2. Kepemilikan

Kepemilikan bank ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan, yang dapat dibagi menjadi :

a. bank milik pemerintah b. bank milik swasta nasional c. bank milik koperasi

d. bank milik asing e. bank milik campuran 3. Status

Penggolongan bank menurut status didasarkan pada kemampuan bank dalam melayani masyarakat yang dilihat dari segi jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanannya, yang terdiri dari :

a. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran L/C, dan lain-lain.

Contoh : Bank Central Asia (BCA), Bank Ekonomi, Bank Kesawan b. Bank non-Devisa

Bank non devisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa.


(26)

Contoh : Bank Pembagunan Daerah Kalimantan Selatan, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur

4. Cara menentukan harga

Jenis bank dilihat dari caranya menentukan harga terbagi menjadi dua yaitu : a. bank konvensional

b. bank syariah

2.2 Kredit

2. 2. 1 Pengertian Kredit

Dalam kehidupan perusahaan sekarang ini, hampir tidak ada perusahaan yang tidak menikmati fasilitas kredit. Setiap usaha apakah itu sektor industri, perdagangan, pertanian, atau perhubungan, besar atau kecil, memerlukan kredit yang berfungsi sebagai faktor produksi sehingga melalui bantuan kredit bank, usaha akan semakin besar dan berkembang.

Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan dating disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga (Sinungan, 1995 : 3).

Menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 disebutkan :

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak


(27)

lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

2. 2. 2 Jenis Kredit

Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan sesuai dengan jenis usahanya. Untuk itu, pemberian fasilitas kredit oleh bank dikelompokkan ke dalam jenis yang masing-masing dapat dilihat dari berbagai segi yang bertujuan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu. Secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat dilihat sebagai berikut :

1. Kegunaan

Ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit yaitu :

a. Kredit investasi, yaitu kredit yang biasa digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek / pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. b. Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan

meningkatkan produksi dalam operasional dimana kredit ini mendukung kredit investasi yang sudah ada.

2. Tujuan


(28)

a. kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

b. kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi

c. kredit perdagangan, yaitu kredit untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.

3. Jangka waktu

Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu dapat dibedakan menjadi: a. Kredit jangka pendek ( short term loan ), yaitu kredit yang jangka waktu

pengembaliannya kurang dari 1 tahun.

b. Kredit jangka menengah ( medium term loan ), yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya 1 sampai dengan 3 tahun.

c. Kredit jangka panjang ( long term loan ), yaitu kredit yang jangka waktu pengembaliannya melebihi 3 tahun.

4. Jaminan

Setiap pemberian fasilitas kredit, maka harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit dilihat dari segi jaminan dapat dibagi menjadi dua yaitu :


(29)

b. Kredit tanpa jaminan 5. Sektor usaha

Berdasarkan sektor usaha, kredit dapat dibagi menjadi : a. Kredit pertanian

b. Kredit peternakan c. Kredit industri d. Kredit pertambangan e. Kredit pendidikan f. Kredit profesi g. Kredit perumahan

2. 2. 3 Kriteria Penilaian Kredit

Sebelum kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya melalui prosedur penilaian yang benar. Penilaian pemberian kredit ini dapat dilakukan dengan analisis 5 C maupun 7 P.

Analisis 5 C dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Character

Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya dapat dilihat dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat


(30)

latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup dan keadaan keluarga serta hobinya. Ini merupakan suatu ukuran kemauan membayar.

2. Capacity

Untuk melihat kemampuan nasabah dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikan, kemampuannya dalam memahami ketentuan-ketentuan pemerintah, dan kemampuannya menjalankan usaha. Dari kriteria tersebut akan terlihat kemampuannya mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif yanitu dengan melihat laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi ) dan melihat dari mana saja sumber dana yang ada.

4. Collateral

Collateral atau jaminan dapat bersifat fisik maupun non fisik dan jumlahnya harus melebihi jumlah kredit yang diberikan serta telah diteliti keabsahannya. 5. Condition

Dalam menilai kredit, hendaknya dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing serta prospek usaha dari sektor yang dijalankan sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah relatif kecil.


(31)

Penilaian kredit dapat juga dilakukan dengan analisis 7 P, yaitu :

1. Personality, yaitu penilaian nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya yang mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya dimana hal ini akan membedakan fasilitas yang akan diterima oleh nasabah.

3. Purpose, yaitu tujuan nasabah mengajukan kredit termasuk jenis kredit yang diinginkan .

4. Prospect, yaitu penilaian usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak.

5. Payment, yaitu ukuran bagaiman cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. 6. Profitability, yaitu analisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari

laba yang diukur dari period eke periode apakah tetap sama atau semakin meningkat.

7. Protection, yaitu bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan.


(32)

2. 3. Tingkat Suku Bunga

2. 3. 1 Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Menurut teori klasik, tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan. Berarti keinginan masyarakat untuk menabung sangat tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya.

Investasi merupakan fungsi tingkat bunga, semakin tinggi tingkat bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi karena keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut akan lebih dari tingkat bunga.

Tingkat bunga dalam kondisi keseimbangan artinya dorongan masyarakat untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk melakukan investasi.

Tingkat keseimbangan bunga berada pada io, dimana pada tingkat bunga ini

tingkat tabungan yang terjadi sama dengan investasi. jika tingkat bunga bergerak naik (berpindah dari io ke i1), maka jumlah investasi (keinginan investor guna melakukan

investasi) berkurang. Kondisi yang terjadi pada tingkat bunga i1 dananya akan


(33)

Gambar 2. 1

Tingkat Bunga menurut Klasik

Apabila tingkat bunga bergerak turun pada tingkat bunga i2, para investor

(pengusaha) akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Saling rebutan antara pengusaha untuk mendapatkan dana untuk investasi ini akan mendorong tingkat bunga kembali pada tingkat io.

Tingkat bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran dan permintaan suatu barang. Sejalan dengan proses terjadinya harga pasar untuk barang, maka tingkat bunga pun ditentukan antara keseimbangan penawaran tabungan dan permintaan tabungan. Jadi tingkat bungalah sebagai penggerak antara keseimbangan tabungan dan investasi.

Pendapat klasik tentang tingkat bunga ini didasarkan pada Hukum Say yang mengatakan bahwa penawaran akan menciptakan permintaan sendiri. Dengan bertitik

saving interest

saving 0

i1

io

i2

i1

io i2


(34)

tolak dari Hukum Say ini maka setiap tabungan akan otomatis sama dengan investasi. Tingkat bunga mengalami penurunan dan kenaikan atau bergerak naik turun dari titik keseimbangan yang hanya bersifat sementara. Bila terjadi tarik-menarik penawaran dan permintaan atau bekerjanya mekanisme harga (seperti pada pasar barang), tingkat bunga keseimbangan akan terjadi kembali.

2. 3. 2 Teori Keynes tentang Tingkat Bunga

Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga adalah balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preference-nya. Semakin besar liquidity preference seseorang, semakin besar keinginan orang tersebut untuk menahan uang tunai, maka semakin besar pula tingkat bunga yang diterima orang tersebut bila ia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain.

Setiap pengusaha yang menikmati kredit berarti memerlukan suatu likuiditas untuk usahanya. Liquidity preference disebabkan oleh tiga hal yaitu :

1. Transaction Motive, yaitu motif menyimpan uang tunai untuk melakukan pembayaran sehari-hari

2. Precautionary Motive, yaitu motif menyimpan uang tunai agar mempunyai persediaan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa tak terduga

3. Speculative Motive, yaitu motif mempunyai uang likuid untuk mencari untung pada saat ada kesempatan untuk melakukan spekulasi


(35)

2. 3. 3 Faktor-faktor dalam Penentuan Bunga Kredit

Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan bunga kredit. Di Indonesia, tingkat bunga kredit tidak lagi ditetapkan oleh pemerintah tetapi oleh masing-masing bank berdasarkan keadaan yang realistis. Ditinjau dari segi ekonomi dan perbankan sebagai perusahaan, maka faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan tingkat bunga adalah sebagai berikut :

1. keadaan ekonomi dan keuangan 2. degree of risk

3. hubungan rekening nasabah ( account relationship ) 4. kemampuan dalam perdagangan dan persaingan 5. cost of money dari bank

2. 4 Usaha Kecil Menengah ( UKM ) 2. 4. 1 Pengertian UKM

Definisi atau kriteria yang digunakan untuk usaha kecil dan usaha menengah di Indonesia sampai saat ini belum ada satu kesatuan yang pasti sebagai acuan oleh instansi atau institusi lain sehingga masing-masing institusi menggunakan definisi yang berbeda-beda.

Menurut UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang ini.


(36)

Adapun kriteria usaha kecil menurut undang-undang ini yaitu :

 memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha

 memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar

 milik warga Negara Indonesia

 berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar

 berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau

badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi

Menurut Keppres RI No. 99 Tahun 1998 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yangberskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Menurut Bank Indonesia, usaha kecil dan menengah adalah suatu perusahaan atau perseorangan yang mempunyai total asset maksimal Rp 600 juta tidak termasuk rumah dan tanah yang ditempati.

Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, usaha kecil menengah adalah kelompok industri kecil modern, industri tradisional, dan industri kerajinan yang mempunyai investasi modal untuk mesin-mesin dan peralatan sebesar Rp 70 juta ke bawah dengan resiko investasi modal / tenaga kerja Rp 625000 ke bawah dan usahanya dimiliki oleh warga Negara Indonesia.


(37)

Menurut Badan Pusat Statistik, kriteria usaha adalah sebagai berikut :  usaha kecil : 6 – 10 orang tenaga kerja

 usaha menengah : 20 – 99 orang tenaga kerja

 usaha besar : 100 orang ke atas tenga kerja

2. 4. 2 Permasalahan UKM

UKM menjadi pusat perhatian karena tingkat perekonomian dan pengetahuan yang kurang maju dalam berbisnis. Dengan adanya keterbatasan itu, timbul berbagai permasalahan dimana tingkat intensitas dan sifat dari masalah tersebut bias berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani tetapi juga berbeda antar wilayah, antar jenis kegiatan, bahkan antar unit dalam kegiatan yang sama.

Masalah umum yang biasanya terjadi pada UKM yaitu : 1. Keterbatasan Finansial

UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial yaitu mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja serta finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun sumber-sumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi apalagi untuk investasi. Walaupun begitu banyak skim-skim kredit dari perbankan dan dari bantuan BUMN, sumber pendanaan dari sektor informal masih tetap dominan


(38)

dalam pembiayaan kegiatan UKM. Hal ini disebabkan karena lokasi bank terlalu jauh bagi pengusaha yang tinggal di daerah, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi yang rumit, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada beserta prosedurnya. Lagipula, sistem pembukuan yang belum layak secara teknis perbankan menyebabkan UKM juga sulit memperoleh kredit.

Tabel 2. 1

Banyaknya Pengusaha Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga Yang Mengalami Kesulitan Modal menurut Subsektor, 1998

Subsektor Industri Kecil

Industri Rumah Tangga

Pertanian 19818 158108

Pertambangan 13951 82075

Manufaktur 20282 200374

Listrik, gas dan air 1741 5839

Bangunan 415 2849

Perdagangan,

hotel,dan restoran 16271 56402

Transpor dan

komunikasi - 289

Keuangan, sewa,

dan jasa 4762 18730

Jasa-jasa lainnya 1249 14954

Jumlah 78489 537620


(39)

2. Kesulitan Pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan UKM. Dari hasil studi yang dilakukan oleh James dan Akrasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN, menyimpulkan jika UKM tidak melakukan perbaikan yang cukup di semua aspek yang terkait dengan pemasaran seperti kualitas produk dan kegiatan promosi maka sulit sekali bagi UKM untuk dapat turut berpartisipasi dalam era perdagangan bebas. Masalah pemasaran yang dialami yaitu tekanan persaingan baik di pasar domestik dari produk yang serupa buatan sendiri dan impor maupun di pasar internasional dan kekurangan informasi yang akurat serta up to date mengenai peluang pasar di dalam maupun luar negeri.

3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala yang serius bagi banyak UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek entrepreneurship, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian ini sangat dibutuhkan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar barang.


(40)

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku dan kesulitan mendapatkannya karena harganya yang mahal menjadi salah satu kendala yang serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak UKM di Indonesia. Banyak pengusaha yang terpaksa menghentikan usaha dan berpindah profesi ke kegiatan ekonomi lainnya misalnya menjadi pedagang akibat masalah ini. 5. Keterbatasan teknologi

UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama / tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Hal ini membuat produksi rendah, efisiensi kurang, dan kualitas produk juga rendah.

2. 4. 3 Pengembangan UKM

Sejak awal tahun 1970-an, pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program promosi yang secara langsung bertujuan untuk membantu usaha kecil, termasuk program kredit bersubsidi (Program KIK / KMKP), program kredit tidak bersubsidi yang ditujukan untuk usaha kecil (KUK), dan program bantuan teknis (Program BIPIK dari Direktorat Jenderal Industri Kecil, Departemen Perindustrian dan Perdagangan). Program KIK / KMKP ini kurang berhasil sehingga diberhentikan karena menimbulkan banyak kredit macet. Kritik atas program ini terutama ditujukan pada administrasi pemberian kedit yang tidak baik. Program Kredit Usaha Kecil (KUK) menggantikan Program KIK / KMKP pada tahun 1980-an


(41)

sebagai program utama untuk menyalurkan kredit kepada usaha kecil juga tidak membawa hasil yang diharapkan karena bank komersil diwajibkan untuk menyalurkan sedikitnya 20% dari portfolio pinjaman mereka kepada usaha kecil dan jika tidak berhasil mencapai target 20% maka bank akan mendapat penalti. Ketidakberhasilan program ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah ini bersifat memaksa. Karena program-program promosi usaha kecil ini tidak berhasil maka digantikan dengan program Bapak Angkat Mitra Usaha pada awal 1992. Meskipun pada awal tahun 1992 dicanangkan sebagai suatu gerakan nasional, program bapak angkat ini juga kurang berhasil. Ketidakberhasilan program ini karena pada dasarnya program ini mewajibkan usaha besar (termasuk usaha swasta maupun BUMN) untuk membantu usaha kecil dalam berbagai bidang seperti pendanaan, pemasaran, dan pelatihan manajemen, dimana program ini tidak menunjukkan adaya kepentingan usaha besar. Jadi sama dengan program KUK, program bapak angkat ini juga merupakan program yang dipaksakan oleh pemerintah sehingga tidak berhasil mencapai tujuannya.


(42)

Tabel

Banyaknya IK yang Mempunyai Bapak Angkat (BA) dan Bentuk-bentuk Kemitraan Usaha: 1993

Kode Golongan Besar Industri Jumlah (Unit) Tidak Mem-punyai BA Mem-punyai BA

Bentuk Kemitraan Usaha (%)

Produksi Pemasar- an Bahan Baku Pemasa- ran Permo-dalan Manaje men Lain nya

Pertanian 35067 34427 640 10.0 25.9 13.6 42.9 - 7.7

Pertam-bangan 27455 26033 1422 9.4 35.6 28.7 22.4 3.0 0.9

Manufak-tur 25778 23859 1919 10.1 8.5 61.9 61.9 12.1 4.0

Listrik, gas dan air

1091 776 315 24.7 71.3 4.0 - - -

Bangun-an 1152 1152 - - -

Perda-gangan, hotel,dan restoran

27825 25409 2416 26.1 3.1 27.1 30.3 - 13.4

Transpor dan komuni-kasi

4521 3694 827 21.5 11.6 26.4 40.6 - -

Keuang-an, sewa, dan jasa

2101 1874 227 36.9 26.1 21.0 15.9 - -

Jumlah 124990 117224 7766 18.5 16.1 31.9 25.7 1.4 6.4


(43)

Setelah program bapak angkat ini, muncullah kebijakan-kebijakan pemerintah “reformasi” untuk mendukung apa yang dimaksud dengan ekonomi rakyat, termasuk diciptakannya sejumlah credit scheme yang baru dengan dukungan tambahan dana dari RAPBN 1999-2000 untuk usaha kecil dan menengah (UKM ).

Dari kejadian ini dapat disimpulkan bahwa program promosi UKM yang telah diimplementasikan di Indonesia lebih banyak didasarkan pada pertimbangan pemerataan atau kesejahteraan daripada pertimbangan efisiensi. Pertimbangan pemerataan ini melihat usaha kecil sebagai usaha yang memang lemah dan tidak mempunya prospek baik untuk berkembang menjadi usaha yang efisien dan mempunyai daya hidup ekonomi yang baik.

Di sisi lain, pertimbangan efisiensi dalam program promosi usaha kecil menekankan bahwa banyak usaha kecil dapat berkembang menjadi usaha yang efisien dan berdaya saing tinggi jika diberikan bantuan yang tepat guna (appropriate) bagi mereka. Pendekatan ini melihat bahwa program-program promosi usaha kecil di masa lampau lebih bersifat program “top-down” atau “supply driven”, yaitu program bantuan yang lebih banyak ditentukan oleh pemerintah tanpa benar-benar memperhatikan kebutuhan riil usaha kecil.

Pengembangan UKM ini juga tidak cukup hanya dengan membuat program-program pengembangan tetapi juga diperlukan adanya pembinaan baik dari pemerintah maupun dari instansi-instansi yang bersangkutan dan perlu juga dibuat strategi pengembangan UKM yang cocok.


(44)

Menurut Suryana (2001), teori resource-based strategy sangat sesuai bila diterapkan pada pengembangan UKM nasional. Resource-based strategy adalah strategi perusahaan yang memanfaatkan sumber daya internal yang superior untuk menciptakan kemampuan inti dalam menciptakan nilai tambah untuk mencapai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif, akibatnya perusahaan kecil tidak lagi tergantung pada strategi kekuatan pasar melalui monopoli dan fasilitas pemerintah. Dalam strategi ini UKM mengarah pada skill khusus secara internal yang bisa menciptakan produk inti yang unggul untuk memperbesar pangsa manufaktur. Strategi tersebut lebih murah dan ampuh dalam mengembangkan UKM karena UKM bisa memanfaatkan sumber daya lokalnya (Wijaya, 1993). Sumber daya perusahaan yang bisa dikembangkan adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kemampuan dan pengetahuan), modal dan warisan bakat keahlian yang turun-temurun (Pandian, dkk, 1992).

Dalam rangka memperkuat perekonomian nasional di masa akan datang, UKM harus dapat melakukan antisipasi secara tepat terhadap globalisasi ekonomi, karena dalam kondisi tersebut ekonomi Indonesia akan semakin terintegrasi ke dalam sistem ekonomi global yang ditandai oleh kemauan kuat untuk mengurangi berbagai bentuk proteksi serta mendorong proses deregulasi dan debirokrasi menuju sistem ekonomi yang terbuka dan lebih berorientasi pada mekanisme pasar. Untuk itu, tuntutan terhadap efisiensi dan produktivitas semakin tinggi agar dapat bersifat proaktif dalam proses globalisasi. Ekonomi kokoh yang ingin diwujudkan adalah ekonomi yang memiliki pertumbuhan tinggi, memiliki keterkaitan industri,


(45)

mendorong transformasi ekonomi, dan mampu memeratakan hasil-hasil pertumbuhannya. Dengan adanya pembinaan UKM diharapkan akan mampu memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan UKM, sehingga semakin memperkokoh ketahan perekonomian dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas. Strategi pengembangan UKM dapat dilakukan dengan kemitraan, bantuan keuangan, dan modal ventura.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat suku bunga pinjaman dan jumlah pengusaha UKM terhadap jumlah penyaluran kredit pada PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk Cabang SBDC Medan.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series yang bersifat kuantitatif yaitu berupa data yang berbentuk angka dengan kurun waktu 24 bulan dari tahun 2006 sampai 2007 yang diperoleh dari PT Bank Mandiri (PERSERO), Tbk, Cabang SBDC Medan.

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan metode kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, artikel, majalah, dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah melakukan pencatatan langsung berupa data time series yaitu dari tahun 2006-2007.


(47)

3.4. Pengolahan Data

Penulis melakukan pengolahan data dengan metode statistik menggunakan program komputer E-Views 4.1 dalam penulisan skripsi ini.

3.5. Model Analisis Data

Dalam menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tidak bebas digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variable-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik yaitu persamaan regresi linear berganda.

Model fungsi persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2 )………..(1)

Kemudian dibentuk ke dalam model linear sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + µ………...…..(2)

Dimana :

Y = Jumlah Kredit yang Disalurkan ( Milyar Rp )


(48)

β1β2 = Koefisien Regresi

X1 = Suku Bunga Pinjaman ( Persen )

X2 = Jumlah Pengusaha UKM ( Orang )

µ = Term of Error

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

0

1

X

LY

Artinya jika X1 ( suku bunga pinjaman) meningkat maka Y

(jumlah kredit yang disalurkan) akan mengalami penurunan, ceteris paribus.

0

2

X

LY

Artinya jika X2 (jumlah pengusaha UKM) meningkat maka Y

(jumlah kredit yang disalurkan) juga akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3.6. Test Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian ) 3.6.1. Koefisien Determinasi ( R-Square )

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 ( 0 < R2 < 1 ).


(49)

3.6.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung

> t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung = Sbi

b bi ) ( 

Dimana :

bi = Koefisien variabel independent ke-i b = Nilai hipotesis nol


(50)

3.6.3 Uji F-statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : bi = b2 = bk ……….. bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b2≠ 0 ……….. i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung = ) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R    Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

k = Jumlah variabel independen


(51)

3.6.4 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik a. Multicolinearity

Multicollinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat hubungan yang kuat (korelasi yang kuat) diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada tidaknya multicollinearity dapat dilihat dari R-Square, F-hitung, t-F-hitung, dan standard error.

Adanya multicollinearity ditandai dengan :

 Standard error tidak terhingga

 Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1%

 Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

 R2 sangat tinggi

b. Autokorelasi ( Serial Correlation )

Serial Correlation didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang dirutkan menurut waktu atau ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau gangguan µi dilambangkan dengan :

E (µ1 : µ2 ) = 0 i ≠ j

Terdapat beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu : 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik


(52)

2. Dengan D-W Test ( Uji Durbin – Watson ) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :

D-hitung =

 

t e

e

e t

2 2 1 1 )

(

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut : Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ho : ρ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Uji Durbin-Watson Inconclusive Inconclusive

Ho: Accept

Autokorelasi (-) Autokorelasi (+)


(53)

Dimana :

Ho : Tidak ada autokorelasi

DW < dl : Tolak Ho ( ada korelasi positif ) DW > 4-dl : Tolak Ho ( ada korelasi negatif ) du < DW < 4-du : Terima Ho ( tidak ada autokorelasi )

dl ≤ DW < 4-du : Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive) 4-du ≤ DW ≤ 4-dl : Pengujian tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.7 Definisi Variabel Operasional

1. Penyaluran kredit adalah jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Mandiri di kota Medan khususnya untuk UKM yang telah memiliki izin usaha.

2. Suku Bunga Pinjaman adalah besarnya tingkat bunga yang dikenakan pada kredit yang disalurkan oleh bank terhadap debitur sesuai dengan ketentuan BI yang dinyatakan dalam persen.

3. Pengusaha UKM adalah pelaku kegiatan usaha kecil dan menengah yang usahanya memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 10 milyar dan merupakan WNI yang berusaha di kota Medan yang telah memiliki izin usaha.


(54)

BAB IV

DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Deskripsi Penelitian

4. 1. 1 Sejarah Berdirinya Bank Mandiri

Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia, dan Bank Pembagunan Indonesia bergabung menjadi Bank Mandiri. Keempat bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan perbankan di Indonesia dimana sejarahnya berawal pada lebih dari 140 tahun yang lalu.

Pada saat ini, berkat kerja keras lebih dari 21000 karyawan yang tersebar di 909 kantor cabang dan didukung oleh anak perusahaan yang bergerak di bidang investment banking, perbankan syariah serta bancassurance, Bank Mandiri menyediakan solusi keuangan yang menyeluruh bagi perusahaan swasta maupun milik negara, komersiil, usaha kecil, dan mikro serta nasabah consumer.

Pada tanggal 14 Juli 2003, pemerintah Indonesia melakukan divestasi sebesar 20% atas kepemilikan saham di BankMandiri melalui penawaran umum perdana (IPO). Selanjutnya pada tanggal 11 Maret 2004, pemerintah Indonesia melakukan divestasi lanjutan atas 10% kepemilikan di Bank Mandiri.


(55)

Bank Mandiri saat ini merupakan bank terbesar di Indonesia dalam jumlah aktiva. Kredit, dan dana pihak ketiga. Total aktiva per 31 Desember 2005 adalah sebesar Rp 254, 3 Triliun (USD 25,9 Milyar) dengan pangsa pasar sebesar 18% dari total aktiva perbankan di Indonesia. Jumlah dana pihak ketiga Bank Mandiri sebesar Rp 199,0 triliun atau sama dengan 17, 6% dari total dana pihak ketiga secara nasional, dimana jumlah tabungan merupakan 16% dari total tabungan secara nasional. Begitu pula dengan pangsa pasar deposito berjangka sebesar 19,1% dari total deposito berjangka di Indonesia. Selama tahun 2005, pertumbuhan dana pihak ketiga yaitu sebesar 5,8%, sementara pertumbuhan kredit sebesar 13,3%. Bank Mandiri mempunyai struktur permodalan yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) sebesar 23,7% pada akhir tahun 2005, jauh di atas ketentuan minimum Bank Indonesia sebesar 8%.

Adapun yang menjadi visi Bank Mandiri adalah menjadi bank terpercaya pilihan Anda.

Sedangkan yang menjadi misi Bank Mandiri adalah sebagai berikut :  Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar

 Mengembangkan sumber daya manusia profesional

 Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder

 Melaksanakan manajemen terbuka


(56)

4. 1. 2 Pembentukan Bank Mandiri Cabang SBDC Medan

Menindaklanjuti project break through yang dilaksanakan oleh Boston Consulting Group bersama tim Bank Mandiri, telah diputuskan oleh manajemen untuk membentuk Small Bussines District center (SBDC) sebagai sentra penyaluran kedit segmen small bussines yang lebih fokus, penetapan target dan Key Perfomance Indicator (KPI) yang relevan, kontrol dan pengawasan dalam penyaluran kredit, dimana proses penyaluran kredit yangbaik memerlukan jaringan / struktur organisasi yang lebih terintegrasi dan lebih fokus. Dengan demikian, pembentukan SBDC akan berdampak pula diperlukannya penyesuaian terhadap kebijakan dan prosedur kredit yang telah ada.

Dasar hukum berdirinya Bank Mandiri Cabang SBDC ini yaitu :

1. Hasil rapat Project Break Through / Steering Committee 3 tanggal 11 November 2004 mengenai New Sales Model for Small Bussines.

2. Memorandum No. 017 tanggal 29 Oktober 2004 perihal Summary of Initiative One to One Briefing Meetings and Official Initiative Kick Off Meeting pada tanggal 26-28 Oktober 2004.

3. Nota Small Bussines Group No. CMB. SML/R-043/2004 perihal pembentukan CBC Jakarta Kota sebagai Pilot Project Small Bussines District Center.

4. Nota Small Bussines Group No. CMB.SML/1440/2004 pada tanggal 29 November 2004 perihal penunjukan cabang sebagai Small Bussines Branch Pilot dan penunjukan cabang sebagai referall branc.


(57)

Dengan adanya dasar-dasar tersebut dibentuklah SBDC di berbagai kota di Indonesia termasuk di Medan .

4.1. 3. Organisasi Perkreditan SBDC dan Cabang Pilot

Organisasi perkreditan SBDC dan cabang pilot ini dikelompokkan ke dalam:

1. SBDC (Small Bussines District Center)

SBDC merupakan saluran distribusi utama penyaluran kredit small bussines dan sekaligus sebagai koordinator segmen small bussines di wilayah kerjanya. Wilayah kerja SBDC meliputi :

a. cabang-cabang yang lokasinya dapat dijangkau dalam waktu 1 jam dari lokasi SBDC

b. cabang-cabang di luar butir a yang ditetapkan masih dalam koordinasi SBDC bersangkutan.

SBDC dipimpin SBDC manager dan bertanggung jawab langsung kepada Department Head Sales, Small Bussines Sales Group.


(58)

Gambar 4. 1

Struktur Organisasi SBDC

Adapun fungsi dan tanggung jawab SBDC adalah mengelola kredit segmen small bussines meliputi fungsi inisiasi, relationship, maintenance, analisa dan pemutusan kedit serta mengkoordinir aktivitas perkreditan segmen small bussines yang dikelola oleh Small Bussines Branch maupun aplikasi kredit yang berasal dari Referral Branch.

SBDC Manager Senior Relationship Manager Senior Relationship Manager Senior Relationship Manager Personal Staff Monitoring & Reporting Assistant Collector Relationship Manager Assistant Relationship Manager Sales Manager Assistant Relationship Manager Sales Manager Assistant Relationship Manager


(59)

2. SBB (Small Bussines Branch)

SBB merupakan salah satu saluran distribusi dalam penyaluran kredit yang lokasinya tidak dapat terjangkau dalam waktu 1 jam perjalanan dari lokasi SBDC, namun masih berada di bawah garis koordinasi SBDC dalam pengelolaan kredit segmen small bussines.

Gambar 4. 2 Struktur Organisasi SBB

Adapun fungsi, tugas, dan tanggung jawab SBB dalam kaitannya dengan pengelolaan kredit segmen small bussines secara umum adalah meliputi fungsi inisiasi, relationship, maintenance, analisa, dan pemutusan kredit dengan berkoordinasi dengan SBDC.

Branch Manager

Account Manager

Credit Analyst

Assistant Account Manager


(60)

3. Referral Branch

Referral Branch merupakan cabang yang berfungsi untuk memberikan referensi atas prospek customer segmen small bussines kepada SBDC atau SBB terdekat.

Fungsi, tugas, dan tanggung jawab referral branch meliputi kegiatan utama yaitu :

a. Mencari calon debitur baik yang baru maupun yang telah menjadi nasabah Bank Mandiri melalui cross selling untuk kemudian memberikan referral form kepada SBDC atau SBB terdekat.

b. Melayani walk-in customer segmen small bussines untuk kemudian memberikan referral kepada SBDC atau SBB terdekat.

c. Mengisi dan menyampaikan referral form yang telah diyakini kebenarannya kepada SBDC atau SBB terdekat.

4. 1. 4 Segmentasi Kredit dan Unit Kerja Pengelola Debitur

1. Segmentasi Kredit

a. Kredit small bussines adalah kredit-kredit untuk tujuan bisnis / usaha yang bersifat produktif yang diberikan kepada debitu / calon debitur dengan limit di atas Rp 100 juta dengan Grosss Annual Sales (GAS) sampai dengan Rp 5 Milyar


(61)

b. Termasuk dalam segmentasi kredit small bussines adalah kredit yang diberikan kepada debitur / calon debitur di bwah ini tanpa melihat Gross Annual Sales, yaitu :

 Kredit dengan limit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 5 milyar

 Pembiayaan Club Deal and Chanelling melalui modal ventura

 Kredit kepada koperasi primer yaitu usaha koperasi itu sendiri maupun

untuk usaha anggotanya secar kolektif baik executing maupun chanelling

 Pembiayaan plasma dengan pola inti plasma yang bersifat integrated

dimana inti sebagai avalist

 Kredit program (kecuali PKBL) yang meliputi :

i. KKPA dengan pola executing and chanelling ii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP)

iii. Kredit dari dana Surat Utang pemerintah (SUP)- 005

 Kredit kepemilikan kios dan ruko yang bersifat kolektif atas kerja

sama dengan pengembang dengan limit di atas Rp 100 juta 2. Unit Kerja Pengelola debitur

Small Bussines Sales Group mengelola :

a. Debitur yang termasuk dalam kategori kolektibilitas a dan b dengan limit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 5 milyar (ekuivalen dalam valuta asing) untuk usaha produktif.


(62)

b. Debitur-debitur yang termasuk dalam kategori kolektibilitas a dan b lainnya tanpa melihat GAS meliputi :

 Kredit dengan limit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 5 Milyar

 Pembiayaan club deal and chanelling melalui modal ventura dengan

limit di atas Rp 100 juta

 Kredit kepada koperasi primer untuk usaha koperasi itu sendiri

maupun untuk usaha anggotanya secara kolektif baik executing maupun chanelling

 Pembiayaan plasma dengan pola inti plasma yang bersifat integrated

dimana inti sebagai avalist

 Kredit program (kecuali PKBL) meliputi :

i. KKPA dengan pola exeuting and chanelling ii. KIK pasca konversi

iii. Kredit Ketahanan Pangan (KKP)

iv. Kredit dari dana Surat Utang Pemerintah (SUP) – 005

Kredit kepemilikan kios dan ruko yang bersifat kolektif atas kerjasama dengan pengembang dengan limit di atas Rp 100 juta sampai dengan Rp 5 milyar

c. Dalam hal terdapat penambahan limit fasilitas kredit menjadi di atas Rp 5 Milyar terhadap debitur butir (b) di atas, maka proses kredit dan pengelolaan atas fasilitas kredit tersebut tetap dilakukan oleh Small Bussines Sales Group akan dilakukan awal tahun berikutnya setelah perhitungan Key Perfomance Indicator selesai dilaksanakan.


(63)

d. Sampai dengan terbentuknya Unit Micro Banking Sales maka Small Bussines Sales Group juga mengelola :

 Debitur berkolektibilitas i (lancar) dan ii (dalam perhatian khusus)

dengan limit sampai dengan Rp 100 juta untuk usaha produktif

 Debitur-debitur berkolektibilitas i dan ii lainnya tanpa melihat GAS

meliputi :

 BPR termasuk bank pasar yang telah mendapat izin sebagai

BPR

 Perusahaan daerah yang jenis usahanya mengarah sebagai

lembaga keuangan seperti Lembaga Keuangan Mikro Desa, Bank Karya Produksi Desa, yang telah memiliki izin sebagai BPR dan lain-lain

 Kredit program kemitraan BUMN dengan usaha kecil

(dahulu disebut Program PUKK).

4. 2 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan 4. 2. 1 Deskripsi Data Sekunder

Adapun data sekunder yang digunakan berupa data time series yang diperoleh dari PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan yang meliputi data jumlah kredit yang disalurkan terhadap UKM, suku bunga pinjaman, dan jumlah pengusaha UKM dari tahun 2006-2007 (data bulanan).


(64)

Tahun

Jumlah Kredit yang Disalurkan (dalam Milyar

Rupiah) Suku Bunga (per tahun) Jumlah Pengusaha UKM

2

0

0

6

Jan 16,2435

13, 5

%

312

Feb 281,4424 605

Mar 286,6688 626

Apr 294,4521 633

Mei 298,9634 645

Jun 300,3727 648

Jul 306,3850 659

Agt 313,5140 670

Sept 313,9951 672

Okt 314,8157 674

Nov 313,8703 671

Des 308,7790 620

2

0

0

7

Jan 307,5364

16 %

611

Feb 352,7533 623

Mar 358,3181 628

Apr 357,8712 629

Mei 368,4750 633

Jun 382,0137 646

Jul 394,8157 681

Agt 398,0539 685

Sept 439,1950 752

Okt 481,3599 775

Nov 499,3401 791

Des 824,2041 856

Gambar 4. 3

Jumlah Kredit yang Disalurkan kepada UKM Pada PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan


(65)

Tingkat suku bunga pinjaman yang dibebankan terhadap UKM pada tahun 2006 oleh PT Bank Mandiri Cagang SBDC Medan, Tbk adalah sebesar 13,5% per tahun. Pada bulan Februari, terjadi peningkatan penyaluran kredit yang cukup pesat yaitu sekitar 17 kali lipat dari bulan Januari dan jumlah pengusaha yang memperoleh kredit juga meningkat hampir dua kali lipat dari bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan adanya ekspansi besar-besaran dari PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan dalam penyaluran kredit. Pada bulan November terjadipenurunan penyaluran kredit dari bulan sebelumnya sebesar Rp 945, 4 juta dan jumlah pengusaha UKM yang memperoleh kredit juga menurun sebanyak 3 orang. Pada bulan Desember juga terjadi penurunan yang signifikan yaitu sebesar Rp 5,0913 milyar dan jumlah pengusaha yang memperoleh kredit juga menurun sebanyak 51 orang. Kemudian pada tahun 2007, suku bunga pinjaman terhadap UKM adalah sebesar 16 % dimana dari bukan Desember 2006 ke bulan Januari 2007 juga masih terjadi penurunan penyaluran kredit yaitu sebesar Rp 1,2426 milyar dan jumlah pengusaha UKM juga berkurang sebanyak 9 orang. Penurunan penyaluran kredit ini terjadi karena adanya kredit macet ataupun adanya kredit yang sudah jatuh tempo. Pada bulan Februari 2007 terjadi peningkatan penyaluran kredit yang cukup signifikan sebesar Rp 45,2169 milyar dan jumlah pengusaha UKM yang memperoleh kredit juga bertambah sebanyak 12 orang dan sampai bulan Desember 2007 kredit yang disalurkan terus bertambah begitu pula dengan jumlah pengusaha UKM yang menerima kredit tersebut.


(66)

4. 2. 2 Analisis Hasil Penelitian a. Hasil Model Estimasi

Untuk melihat pengaruh antara variabel bebas ( independent variable ) yaitu suku bunga pinjaman ( X1 ) dan jumlah pengusaha UKM ( X2 ) terhadap variabel

terikat ( dependent variable ) yaitu jumlah kredit yang disalurkan terhadap UKM ( Y ) oleh PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan maka digunakan model ekonometrika dengan metode analisis data yang menggunakan model kuadrat terkecil biasa ( Ordinary Least Square ).

Fungsi persamaan yang telah dibentuk ke dalam model ekononometrika dirumuskan sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + µ

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program komputer E-Views 4. 1 maka hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(67)

Tabel 4. 4

Hasil Regresi Model Estimasi

Berdasarkan tabel di atas hasil model estimasinya adalah sebagai berikut: Y = -782,0012 + 344,7356 X1 + 1,086696 X2

b. Interpretasi Model

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer E-Views 4. 1 diperoleh hasil model estimasi sebagai berikut :

Y = -782,0012 + 344,7356 X1 + 1,086696 X2

Melalui hasil model estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen yaitu suku bunga pinjaman ( X1 ) dan jumlah pengusaha UKM ( X2 )

terhadap jumlah kredit yang disalurkan terhadap UKM ( Y ) sebagai berikut :

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/24/08 Time: 08:51 Sample: 2006:01 2007:12 Included observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -782.0012 136.7427 -5.718779 0.0000 X1 344.7356 117.3097 2.938681 0.0078 X2 1.086696 0.129593 8.385431 0.0000 R-squared 0.845610 Mean dependent var 354.5182

Adjusted R-squared 0.830906 S.D. dependent var 134.3391 S.E. of regression 55.24160 Akaike info criterion 10.97778 Sum squared resid 64084.33 Schwarz criterion 11.12504 Log likelihood -128.7333 F-statistic 57.50954 Durbin-Watson stat 1.252797 Prob(F-statistic) 0.000000


(68)

 Tingkat Suku Bunga Pinjaman

Tingkat suku bunga pinjaman mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan dengan koefisien sebesar 344,7356. Artinya, apabila terjadi kenaikan tingkat suku

bunga pinjaman sebesar 1% maka jumlah kredit yang disalurkan akan bertambah sebanyak 344,7356%. Hasil perhitungan ini tidak sesuai sejalan dengan hipotesis yang ada yaitu terdapat pengaruh negatif antara tingkat suku bunga pinjaman dengan jumlah kredit yang disalurkan.

 Jumlah Pengusaha UKM

Jumlah pengusaha UKM mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan oleh PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan dengan koefisien sebesar 1,086696%. Artinya, apabila jumlah pengusaha UKM bertambah sebanyak 1 orang maka akan menambah jumlah kredit yang disalurkan sebesar 1,086696%.

c. Test Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian )

Koefisien determinasi ( R2 ) R2 = 0.845610

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen mampu memberikan penjelasan mengenai variabel-variabel dependen. Dari data yang telah diolah, diperoleh nilai koefisien sebesar 0,845610.


(69)

Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas yaitu variabel X1 (tingkat suku

bunga pinjaman) dan X2 (jumlah pengusaha UKM) secara bersama-sama mampu

memberikan penjelasan sebesar 84% terhadap variabel terikat Y (jumlah penyaluran kredit terhadap UKM oleh PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan) dedangkan sisanya sebesar 16% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi atau dijelaskan oleh µ.

Uji t-statistik

Untuk mengetahui apakah variabel tingkat suku bunga pinjaman (X1) dan

jumlah pengusaha UKM (X2) nyata mempengaruhi variabel jumlah kredit

yang disalurkan terhadap UKM oleh PT bank Mandiri Cabang SBDC Medan (Y) dapat diketahui melalui uji t secara parsial yaitu sebagai berikut :

 Variabel tingkat suku bunga pinjaman (X1)

Hipotesa : Ho : β1 = 0

Ha : β2 ≠ 0

Kriteria : Ho diterima jika t* < ttabel

Ha diterima jika t* > ttabel

t* = 2,938681


(70)

Gambar 4. 4

Kurva Uji t pada Variabel Tingkat Suku Bunga Pinjaman

Kesimpulan : Hasil perhitungan di atas menunjukkan t* > ttabel ,dengan demikian

hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya variabel tingkat suku bunga pinjaman (X1) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel jumlah

kredit yang disalurkan terhadap UKM (Y) pada tingkat kepercayaan 95%.

 Variabel jumlah pengusaha UKM

Hipotesa : Ho : β1 = 0

Ha : β2 ≠ 0

Kriteria : Ho diterima jika t* < ttabel

Ha diterima jika t* > ttabel

t* = 8,385431

ttabel (α = 1%, df = n-k-1 = 21) = 2,831

-2.808 2.808

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

2.938681 0


(71)

Gambar 4. 5

Kurva Uji t pada Variabel Jumlah Pengusaha UKM

Kesimpulan : Hasil perhitungan di atas menunjukkan t* > ttabel ,dengan demikian

hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya variabel jumlah pengusaha UKM (X2) berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel jumlah

kredit yang disalurkan terhadap UKM (Y) pada tingkat kepercayaan 99%.

Uji F ( Overall Test )

Uji F-statistik ini digunakan untuk melihat apakah variabel tingkat suku bunga pinjaman (X1) dan jumlah pengusaha UKM (X2) secara serentak berpengaruh

terhadap jumlah kredit yang disalurkan (Y). Hipotesis : Ho : b1 = b2 = 0

Ha : b1≠ b2≠ 0

Kriteria : Ho diterima apabila F* < Ftabel (α)

Ha diterima apabila F* > Ftabel (α)

-2.831 2.831

H0 diterima

Ha diterima Ha diterima

8.385431 0


(72)

F* = 57,50954

Ftabel (α = 1%, df1=k-1 = 1, df2 = n-k = 22) = 4.3

Gambar 4. 6

Uji F-Statistik

Kesimpulan : Hasil perhitungan di atas menunjukkan F* > ttabel ,dengan demikian

hipotesis alternatif (Ha) diterima artinya secara serentak variabel tingkat suku bunga pinjaman (X1) dan jumlah pengusaha UKM (X2)

berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel jumlah kredit yang disalurkan terhadap UKM (Y) pada tingkat kepercayaan 99%.

H0 diterima

Ha diterima

4.3 57.509 0


(73)

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Multicollinearity

Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel-variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan.

Dari fungsi persamaan :

Y = f (X1, X2)

Model analisis :

Y = α + β1X1 + β2X2 +µ ………..…….. ………(1)

Maka dilakukan pengujian di antara masing-masing variabel independen, hal ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen.

Tingkat suku bunga pinjaman = f (jumlah pengusaha UKM)

X1 = α + β1X2 + µ………..………(2)

Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0,148475, dengan demikian persentase pengaruh variabel tingkat suku bunga pinjaman terhadap jumlah pengusaha UKM adalah sebesar 1%.

Dari hasil perhitungan persamaan (2) di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel-variabel independen


(74)

R2 karena pada persamaan (2) di atas lebih kecil daripada R2 pada model analisis persamaan (1) yaitu 0.845610 ( 0,148475 < 0.845610 ).

Jumlah pengusaha UKM = f (tingkat suku bunga pinjaman)

X2 = f ( X1 ) + µ ………..(3) Dari hasil analisis regresi diperoleh R2 sebesar 0,148475, dengan demikian persentase pengaruh variabel jumlah pengusaha UKM terhadap tingkat suku bunga pinjaman adalah sebesar 1%.

Dari hasil perhitungan persamaan (3) di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antara variabel-variabel independen R2 karena pada persamaan (3) di atas lebih kecil daripada R2 pada model analisis persamaan (1) yaitu 0.845610 ( 0,148475 < 0.845610 ).

Autocorrelation

Autokorelasi terjadi apabila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Adapun salah satu cara untuk menguji keberadaan autokorelasi adalah dengan DW-test.

Hipotesis : Ho : ρ = 0 Ha : ρ≠ 0 Kriteria :

Ho : Tidak ada autokorelasi


(75)

DW > 4-dl : Tolak Ho ( ada korelasi negatif ) du < DW < 4-du : Terima Ho ( tidak ada autokorelasi ) dl ≤ DW < 4-du : Pengujian tidak dapat disimpulkan

(inconclusive)

4-du ≤ DW ≤ 4-dl : Pengujian tidak dapat disimpulkan

(inconclusive)

DW* = 1,252797

k = 2; n = 24; dl = 0,96; du = 1;30; 4-dl = 3,04; 4-du=2,7

Kesimpulan : Berdasarkan data yang tertera di atas, hasilnya adalah dl

≤ DW < 4-du dimana nilainya adalah 0,96 ≤ 1,252797 < 2,7. dengan demikian diambil kesimpulan bahwa pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive).

0 0.96 1.3 2 2.7 3.04 4

Gambar 4. 5 Uji Durbin-Watson

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

inconclusive

H0


(76)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan

1. Hasil yang diperoleh dari data regresi menunjukkan bahwa tingkat suku bunga UKM berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Tetapi hal ini tidak sejalan dengan hipotesis yang ada yaitu terdapat pengaruh negatif antara tingkat suku bunga pinjaman dan jumlah kredit yang disalurkan terhadap UKM. Hal ini terjadi karena UKM punya keunikan. Tingkat suku bunga pinjaman tidak terlalu dipertimbangkan oleh para pengusaha UKM dalam meminta kredit. Para pengusaha UKM lebih mementingkan cepat tidaknya perolehan dana kredit tersebut, fasilitas apa saja yang dapat mereka terima, dan bagaimana sistem pengembaliannya. Para pengusaha UKM ini pun mau meminjam dari rentenir dengan tingkat bunga yang relatif tinggi asalkan perolehan dana cepat terlaksana. Hal ini disampaikan oleh karyawan PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan kepada penulis pada saat sedang melakukan penelitian. Hal ini juga disampaikan oleh Pengamat Ekonomi INDEF yang juga merupakan Komisaris Bank Rakyat Indonesia pada artikel yang penulis baca.

2. Hasil yang diperoleh dari data regresi juga menunjukkan bahwa jumlah pengusaha UKM berpengaruh positif terhadap jumlah kredit yang


(77)

disalurkan terhadap UKM. Hal ini sejalan dengan hipotesis yang ada. Jadi terbukti bahwa jika jumlah pengusaha UKM meningkat maka jumlah kredit yang disalurkan juga meningkat.

5. 2. Saran

Adapun saran yang yang dapat penulis berikan yaitu :

1. Pengusaha UKM harus mencoba meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya agar dapat bersaing di pasar lokal bahkan di pasar internasional di tahun-tahun mendatang dengan adanya manajemen yang baik dalam pelaksanaan usaha.

2. PT Bank Mandiri Cabang SBDC Medan harus tetap berusaha mengarahkan pengusaha UKM agar mampu membuat pembukan yang layak sesuai teknis perbankan dan semakin meningkatkan penyaluran kredit terhadap UKM agar UKM semakin maju dan berkembang yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

3. Pemerintah diharapkan lebih sering mengadakan penyuluhan, bimbingan, dan pelatihan bagi UKM agar dapat memberikan semangat bagi pengusaha UKM dalam meningkatkan usahanya dan menambah pengetahuan pengusaha UKM yang sebagian besar masih berpendidikan rendah sehingga mereka mampu mengatasi berbagai masalah yang mungkin timbul dan semakin luas pengetahuannya akan dunia usaha. Kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk membantu UKM sebaiknya dirancang sebaik mungkin agar


(78)

tidak bersifat memaksa seperti program-program sebelumnya tetapi justru menunjukkan peluang bisnis UKM yang menjanjikan dan profitable sehingga terjalin suatu kerja sama yang kondusif antara pihak-pihak yang bersangkutan.


(79)

Daftar Pustaka

Djohan, Warman, 2000, Kredit Bank, PT Musiora Sumber Widya, Jakarta.

Hanif, 2002, Usaha Kecil dan Mikro di Tengah Arus Globalisasi, Bitra Indonesia, Medan.

Irmadayanto, Drs. Juli, dkk, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.

Kasmir, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Kenneth, James, 1993, Aspek-aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah, PT Pustaka LP3ES, Jakarta.

Nazir, M, 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.

Nasution, Mulia, 1998, Ekonomi Moneter, Uang, dan Bank, Djambatan, Jakarta Partomo, Titik Sartika, dkk, 2002, Ekonomi Skala Kecil / Menengah dan Koperasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Subanar, Drs. Harimurti, 1994, Manajemen Usaha Kecil, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan, LPFE UI, Jakarta.

Sinungan, Drs. Muchdarsyah, 1993, Dasar-dasar dan Teknik Manajemen Kredit, Bumi Aksara, Jakarta.


(1)

Daftar Pustaka

Djohan, Warman, 2000, Kredit Bank, PT Musiora Sumber Widya, Jakarta.

Hanif, 2002, Usaha Kecil dan Mikro di Tengah Arus Globalisasi, Bitra Indonesia,

Medan.

Irmadayanto, Drs. Juli, dkk, 2002, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Penerbit

Universitas Trisakti, Jakarta.

Kasmir, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Kenneth, James, 1993, Aspek-aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah, PT

Pustaka LP3ES, Jakarta.

Nazir, M, 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor.

Nasution, Mulia, 1998, Ekonomi Moneter, Uang, dan Bank, Djambatan, Jakarta

Partomo, Titik Sartika, dkk, 2002, Ekonomi Skala Kecil / Menengah dan Koperasi,

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Subanar, Drs. Harimurti, 1994, Manajemen Usaha Kecil, BPFE-Yogyakarta,

Yogyakarta.

Siamat, Dahlan, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan, LPFE UI, Jakarta.

Sinungan, Drs. Muchdarsyah, 1993, Dasar-dasar dan Teknik Manajemen Kredit,

Bumi Aksara, Jakarta.


(2)

Yogyakarta.

Susilo, Sri Y, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta.

Tambunan, Tulus, 1999, Perkembangan Industri Skala Kecil di Indonesia, PT

Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Tambunan, Tulus, 2002, Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia, Salemba Empat,

Jakarta.

Widyaningrum, Nurul, dkk, Pola-pola Eksploitasi terhadap Usaha Kecil, Yayasan

Akatiga, Bandung.


(3)

Lampiran 1

Data Variabel

Tahun

Jumlah Kredit yang

Disalurkan (dalam Milyar

Rupiah)

Y

Suku

Bunga

(per

tahun)

X

1

Jumlah

Pengusaha UKM

X

2

2

0

0

6

Jan 16,2435

13, 5

%

312

Feb 281,4424

605

Mar 286,6688

626

Apr 294,4521

633

Mei 298,9634

645

Jun 300,3727

648

Jul 306,3850

659

Agt 313,5140

670

Sept

313,9951 672

Okt 314,8157

674

Nov

313,8703 671

Des 308,7790

620

2

0

0

7

Jan 307,5364

16 %

611

Feb 352,7533

623

Mar 358,3181

628

Apr 357,8712

629

Mei 368,4750

633

Jun 382,0137

646

Jul 394,8157

681

Agt 398,0539

685

Sept

439,1950 752

Okt 481,3599

775

Nov

499,3401 791


(4)

Hasil Regresi Data

Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 23:57 Sample: 2006:01 2007:12 Included observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -782.0012 136.7427 -5.718779 0.0000

X1 344.7356 117.3097 2.938681 0.0078

X2 1.086696 0.129593 8.385431 0.0000

R-squared 0.845610 Mean dependent var 354.5182

Adjusted R-squared 0.830906 S.D. dependent var 134.3391 S.E. of regression 55.24160 Akaike info criterion 10.97778 Sum squared resid 64084.33 Schwarz criterion 11.12504

Log likelihood -128.7333 F-statistic 57.50954


(5)

Lampiran 3

Hasil Regresi Tingkat Suku Bunga Pinjaman (X

1

)

terhadap Jumlah Pengusaha UKM (X

2

)

Dependent Variable: X1 Method: Least Squares Date: 03/25/08 Time: 23:48 Sample: 2006:01 2007:12 Included observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.949961 0.144021 6.595975 0.0000

X2 0.000426 0.000217 1.958568 0.0630

R-squared 0.148475 Mean dependent var 1.229167

Adjusted R-squared 0.109769 S.D. dependent var 0.106407 S.E. of regression 0.100397 Akaike info criterion -1.679712 Sum squared resid 0.221751 Schwarz criterion -1.581540

Log likelihood 22.15654 F-statistic 3.835987


(6)

Hasil Regresi Jumlah Pengusaha UKM (X

2

)

terhadapTingkat Suku Bunga Pinjaman (X

1

)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 03/26/08 Time: 11:21 Sample: 2006:01 2007:12 Included observations: 24

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 227.1827 219.6864 1.034123 0.3123

X1 348.8006 178.0896 1.958568 0.0630

R-squared 0.148475 Mean dependent var 655.9167

Adjusted R-squared 0.109769 S.D. dependent var 96.32098 S.E. of regression 90.88083 Akaike info criterion 11.93663 Sum squared resid 181705.2 Schwarz criterion 12.03480

Log likelihood -141.2396 F-statistic 3.835987