Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.1.1. Defenisi PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalan komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu
masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam tatanan masingmasing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Depkes, 2009). Adapun sasaran PHBS
tersebut mencakup lima tatanan, yaitu : tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja,
sarana kesehatan dan tempat-tempat umum (Depkes RI 2009).
2.1.2. Manfaat PHBS di Tatanan Rumah Tangga
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit sehingga
dapat berproduktivitas

2. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya

Universitas Sumatera Utara

pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah
tangga.
2.1.3. Kegiatan PHBS
Depkes (2006) menjelaskan Kegiatan PHBS mencakup enam bidang yaitu :
bidang gizi, KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), kesehatan lingkungan, jaminan
pemeliharaan kesehatan, gaya hidup sehat, dan bidang obat dan farmasi.
PHBS dalam bidang gizi adalah makan dengan gizi seimbang, minum tablet
besi selama hamil, memberi ASI Eksklusif, menkonsumsi garam beryodium, member
bayi dan balita kapsul vitamin A.
PHBS bidang KIA dan KB adalah memeriksa kehamilan, persalinan ditolong
tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan, mengimunisasi lengkap bayi, ikut
keluarga berencana, makan makanan bergizi dan ibu hamil tidak merokok di dalam
rumah.
PHBS bidang lingkungan adalah cuci tangan dengan sabun dan air setelah
buang air besar, menghuni rumah sehat, memiliki dan menggunakan jamban yang

sehat, memberantas jentik nyamuk, membuang sampah pada tempatya.
PHBS pada bidang pemeliharaan kesehatan, misalnya memiliki jaminan
pemaliharaan kesehatan, aktif mengurus Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM)/sebagai kader, memanfaatkan puskesmas/sarana kesehehatan.
PHBS bidang gaya hidup sehat, misalnya : tidak merokok dalam rumah,
melakukan aktifitas fisik/olah raga setiap hari, makan sayur dan buah-buahan setiap
hari.

Universitas Sumatera Utara

PHBS bidang obat dan farmasi, misalnya: memiliki tanaman obat keluarga,
tidak menggunakan napza, menggunakan obat generik, jauhkan anak-anak dari
bahan-bahan berbahaya/beracun, minum oralit jika diare.
2.1.4. Indikator PHBS pada Tatanan Rumah Tangga
Indikator yang dipakai dalam sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Rumah
Tangga adalah:
1. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan
Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter dan para medis lainnya).
2. Memberi Bayi ASI Eksklusif
Bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan

atau minuman lain.
3. Menimbang Bayi dan Balita Setiap Bulan
Penimbangan bayi dilakukan setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di
sarana pelayanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan bayi dan balita.
4. Menggunakan Air Bersih
Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah air bersih yang bersumber
dari mata air, air sumur pompa, air ledeng, air hujan dan air dalam
kemasan.Sumber air sumur pompa dan mata air harus berjarak minimal10 meter
dari tempat pembuangan kotoran atau limbah.
5. Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun
Mencuci tangan dengan air yang bersih dan menggunakan sabun, mencuci tangan
setiap kali tangan kotor, setelah buang air besar, setelah menceboki bayi atau

Universitas Sumatera Utara

anak, sebelum makanan menyuapi anak, sebelum memegang makanan dan
sebelum menyusui bayi.
6. Menggunakan Jamban Sehat
Jamban yang digunakan dapat berbentuk leher angsa, tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk

membersihkannya dan Jamban harus dijaga kebersihannya.
7. Memberantas Jentik di Rumah
Rumah bebas jentik dapat dicapai dengan pemeriksaan tempat perkembang
biakan nyamuk seperti : bak mandi, vas bunga, tatakan kulkas,talang air, alas pot
kembang, lubang pohon, pagar bambu. Pemberantasan sarang nyamuk dengan
cara 3M plus (menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk).
8. Makan Sayur dan Buah Setiap Hari
Setiap anggota keluarga mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran
setiap hari.
9. Melakukan Aktifitas Fisik Setiap Hari
Setiap anggota keluarga melakukan aktifitas fisik 30 menit setiap hari, dapat
berupa kegiatan berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian, dan olah raga.
10. Tidak Merokok di Dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak merokok didalam rumah selama bersama dengan
anggota keluarga lainnya.

Universitas Sumatera Utara

2.2. Determinan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor –faktor

baik dari dalam maupun dari luar diri subjek. Faktor yang menentukan atau
membentuk perilaku ini disebut determinan.
Dalam bidang perilaku kesehatan, ada 3 teori yang sering menjadi acuan
dalam

penelitian-penelitian

kesehatan

masyarakat,

berdasarkan

pendapat

Notoatmodjo (2010) menjelaskan teori tersebut adalah teori Green, (1980); Karr
(1983); dan WHO (1984).
1. Teori Green menjelaskan ada dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor
perilaku (behavioral factor), dan faktor non-perilaku (non-behavioral factor).
Selanjutnya Green menganalis, bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga

faktor utama, yaitu:
a. Faktor-faktor predisposisi (pre disposing factors), yaitu faktor-faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara
lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan , nilai-nilai, tradisi dan
sebagainya.
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factor), adalah faktor-faktor yang
memungkinkan atau yang mempasilitasi perilaku atau tindakan. Yang
dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factor), adalah faktor-faktor yang
mendorong atau yang memperkuat terjadinya perilaku.Kadang-kadang

Universitas Sumatera Utara

meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak
melakukannya. Dalam hal ini dukungan dari tokoh masyarakat dibutuhkan
sebagai contoh dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.
2. Teori Karr, mengidentifikasi adanya 5 determinan perilaku, yaitu:
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan
objek atau stimulus diluar dirinya. Misalnya, apabila ada niat dari

masyarakat untuk mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan
sehat, seperti membuat jamban, maka hal itu akan terlaksana.
b. Adanya dukungan dari masyarakat sekitarnya (social support). Didalam
kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung
memerlukan legitimasi dari masyarakat di sekitarnya. Apabila perilaku
tersebut bertentangan atau tidak memperoleh dukungan dari masyarakat,
maka ia akan merasa kurang atau tidak nyaman. Demikian pula, untuk
berperilaku sehat orang memerlukan dukungan masyarakat sekitarnya,
paling tidak, tidak menjadi gunjingan atau bahan pembicaraan di
masyarakat.
c. Terjangkaunya informasi (accessibility of information), adalah tersedianya
informasi-informasi terkait tindakan yang akan diambil seseorang.
d. Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk
mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan
pribadinya masih terbatas, terutama di pedesaan. Seorang isteri, dalam
mengambil keputusan masih sangat tergantung pada suami. Contoh : untuk

Universitas Sumatera Utara

periksa hamil isteri harus memperoleh persetujuan dari suami, dan kalau

suami tidak setuju maka tidak ada pemeriksaan kehamilan.
e. Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation). Untuk
bertindak apapun dibutuhkan suatu kondisi dan situasi yang tepat. Kondisi
dan situasi mempunyai pengertian yang luas, baik fasilitas yang tersedia
serta kemampuan yang ada. Untuk membangun rumah yang sehat
misalnya, jelas sangat tergantung pada kondisi ekonomi dari orang yang
bersangkutan. Meskipun faktor yanga lain tidak ada masalah, tetapi apabila
situasi dan kondisi tidak mendukung, maka perilaku tersebut tidak akan
terjadi.
3. WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana dan ada 4 faktor
(determinan) yang memengaruhi perilaku seseorang, yaitu:
a. Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)
Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih
tepat diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau
stimulus, merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku.
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
(personal References). Didalam masyarakat, di mana sikap paternalistik
masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku
acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat
setempat. Orang mau membangun jamban keluarga, kalau tokoh

masyarakat sudah terlebih dahulu mempunyai jamban keluarga sendiri.

Universitas Sumatera Utara

c. Sumber daya (recourses) yang tersedia merupakan pendukung untuk
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sumber daya ini sama
dengan faktor enabling (sarana dan prasarana atau fasilitas).
d. Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang. Faktor sosio-budaya merupakan faktor
eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini dapat kita lihat
dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda, karena
memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang khas.
Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang
diterima. Kemudian timbul sikap dari individu dan memunculkan keyakinan/
kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu
perbuatan.
2.2.1. Faktor Predisposisi
Menurut teori Green dan Anderson (dalam Notoadmojo, 2010) salah satu
faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor predisposisi.

Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
pada diri seseorang atau masyarakat, adalah :
1. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang atau masyarakat berpengaruh terhadap apa yang akan
dilakukan. Misalnya perilaku ibu untuk memeriksa kehamilannya akan

Universitas Sumatera Utara

dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat periksa hamil, tahu siapa dan
dimana periksa hamil tersebut dilakukan.
Pengetahuan berasal dari kata dasar tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui proses panca indera manusia, berupa indera penglihatan, pendengaran,
pengecap, penciuman dan perasa, yang memberikan rangsangan kepada otak
sehingga dapat mengenali suatu objek. Dengan sendirinya, pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
intensitas dan persepsi terhadap objek yang diamati (Notoatmodjo, 2010).
Menurut Bloom 1908 (dalam Notoatmodjo, 2010) secara garis besar pengetahuan
dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya jamban adalah tempat
membuang air besar. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu
sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar

dapat

menyebutkan,

tetapi

orang

tersebut

harus

dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Universitas Sumatera Utara

c. Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain.Misalnya seorang ibu hamil apabila telah
memahami resiko yang dapat terjadi pada kehamilan, maka ibu tersebut akan
memeriksakan kehamilan secara rutin ke petugas kesehatan yang menangani
persalinan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi
e. Sintesis
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
Notoatmodjo (2003) menjelaskan Indikator-indikator yang dapat digunakan
untuk

mengetahui

tingkat

pengetahuan

terhadap

kesehatan,

dapat

dikelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi :

Universitas Sumatera Utara

-

penyebab penyakit

-

bagaimana cara pencegahan penyakit

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi:
a. jenis-jenis makanan yang bergizi
b. manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan
c. pentingnya olah raga bagi kesehatan
d. penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan:
-

manfaat air bersih

-

cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan
kotoran yang sehat dan sampah

-

manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

2. Sikap
Sikap seseorang atau masyarakat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan.
Misalnya perilaku ibu untuk memeriksa kehamilannya akan dipermudah apabila
ibu tersebut mempunyai sikap yang positif terhadap periksa hamil.
Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau
objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan). Setelah seseorang mengetahui
stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap
stimulus atau objek kesehatan tersebut. Indikator untuk sikap kesehatan meliputi:

Universitas Sumatera Utara

a.

Sikap terhadap sakit dan penyakit
Dalam hal ini terdapat penilaian atau pendapat seseorang terhadap penyebab
penyakit, bagaimana cara pencegahan penyakit, dan sebagainya.

b.

Sikap cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat
Penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan caracara berperilaku hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian
terhadap makanan yang bergizi, manfaat makanan yang bergizi bagi
kesehatan, pentingnya olah raga bagi kesehatan, dan sebagainya.

c.

Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Penilaian atau pendapat seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya
dengan kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih,
pembuangan sampah, limbah, dan kotoran, dan sebagainya.
Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai
komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (dalam
Mar'at, 1991) ada tiga yaitu:
a. Komponen Kognitif : yaitu komponen yang tersusun atas dasar
pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek
sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan
tertentu tentang sikap objek tersebut.

Universitas Sumatera Utara

b. Komponen Afektif.
Afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya
evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem
nilai yang dimilikinya.
c. Komponen Konatif : yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk
bertingkah laku yang berhubungan dengan objeknya.
3.

Kepercayaan, tradisi dan nilai dimasyarakat
Kepercayaan, tradisi, nilai dimasyarakat dapat menjadi mempermudah (positif)
atau mempersulit (negatif) terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
Kepercayaan bahwa orang hamil tidak boleh keluar rumah, dengan sendirinya
akan menghambat perilaku periksa hamil (negatif). Tetapi kepercayaan bahwa
orang hamil harus banyak jalan mungkin merupakan faktor positif bagi perilaku
ibu hamil tersebut.

4.

Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini. Umur
merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan yang baru. Faktor umur
termasuk dalam aspek perkembangan kehidupan manusia, menentukan
bagaimana pola dan cara berkomunikasi seorang individu.Umur yang semakin
tua maka seseorang semakin banyak pengalamannya, sehingga pengetahuannya
makin bertambah, karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih
siap menghadapi sesuatu (Notoatmodjo,2003).

Universitas Sumatera Utara

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan perilaku dan dengan
bertambahnya umur seseorang akan sulit menerima informasi, mereka kurang
aktif, mudah terserang penyakit dan cenderung mengabaikan perilaku hidup
sehat. Pada usia muda penerimaan informasi akan lebih mudah dan lebih dinamis
dibandingkan usia tua sehingga lebih mudah menerima perubahan perilaku.
Disamping itu pada umur dewasa muda apabila dilihat dari perkembangan
kognitifnya maka kebiasaan berpikir rasional mereka meningkat, juga biasanya
mereka cukup aktif dan jarang mengalami penyakit yang berat Suryanto (dalam
Wantiyah, 2004).
5. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi pribadinya yang berupa rohani
(cipta rasa, dan karsa) dan jasmani (panca indera dan keterampilan) (Budioro,
2002).
Pendidikan untuk mengubah pengetahuan/pengertian , pendapat, konsepkonsep, sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan yang
baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengatahuan yang cukup atau
kurang (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada
orang lain agar mereka dapat memahami, semakin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah untuk menerima informasi dan pengetahuan yang mereka miliki.

Universitas Sumatera Utara

Pendidikan merupakan salah satu usaha pengorganisasian masyarakat
untuk meningkatkan kesehatan karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
perilaku sehat keluarga dengan tingkat pendidikan yang kurang mendukung akan
menyebabkan rendahnya kesadaran lingkungan, semakin baik tingkat pendidikan
formal, sehingga akan mematangkan pemahaman tentang pengetahuan kesehatan
dan kesadaran menjaga kesehatan lingkungan termasuk penerapan prinsip-prinsip
PHBS.
Menurut pendapat Mubarak (2007) bahwa pendidikan sebagai suatu
proses dalam rangkaian mempengaruhi dan dengan demikian akan menimbulkan
perilaku pada dirinya, karena tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseoarang semakin mudah pula mereka menerima informasi
kesehatan. Sebaliknya jika seseorang yang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan seseorang terhadap penerimaan, informasi kesehatan,
dan nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
6. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan sesuatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu
menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan
atau barang dalam kurun waktu tertentu (Mantra, 2007).
Pekerjaan mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku hidup
bersih dan sehat dalam keluarga. Makin tinggi status sosial ekonomi yang
meliputi jenis pekerjaan, maka makin baik perilaku hidup bersih dan sehat dalam

Universitas Sumatera Utara

keluarga, dan sebaliknya makin rendah makin buruk perilaku hidup sehatnya
Zaahara dalam kusumawati, dkk (2008).
7. Pendapatan
Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau
rumah tangga dalam kurun waktu tertentu. Makin tinggi tingkat pendapatan maka
tingkat konsumsi makin tinggi, karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan
rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi makin besar.
Pendapatan mempunyai peranan penting terutama dalam memberikan efek
terhadap taraf hidup. Efek disini lebih berorientasi pada kesejahteraan dan
kesehatan. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas
lain (rumah yang nyaman, pendidikan, pemeliharaan kesehatan).
Menurut pendapat Faturrahman dan Mollo (1995) tingkat penghasilan berkaitan
dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat.
8. Jenis Kelamin
9. Golongan Etnik atau Suku
10. Kelas Sosial
Kelas Sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, tempat tinggal. Hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

2.3.

Dukungan Sosial

2.3.1. Defenisi Dukungan Sosial
Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh
para ahli. Sheridan dan Radmacher (1992) menekankan pengertian dukungan sosial
sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. “Social
support is the resources provided to us through our interaction with other people”.
Menurut Cobb (dalam Gottlieb, 1983) dukungan sosial adalah informasi yang
mengarah ke individu untuk percaya bahwa dia diperhatikan dan dicintai, dihargai
serta ia menjadi bagian dari suatu kelompok yang saling bertanggung jawab.
Pendapat lain dikemukakan oleh siegel (dalam Taylor, 1999) menyatakan
bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan
diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan
komunikasi dan kewajiban bersama. “ Social support is information from others that
one is loved and cared for, esteemed and valued, and part of a network of
communication and mutual obligation “.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial
merupakan ketersediaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan
psikologis yang didapat lewat pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai,
diperhatikan, dihargai oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu
kelompok yang berdasarkan kepentingan bersama.

Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Sumber Dukungan Sosial
Dari definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber dari dukungan
sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi dengan individu sehingga individu
tersebut dapat merasakan kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini
terdiri dari pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja, staf
medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.
2.3.3. Bentuk Dukungan Sosial
Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999)
membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :
1. Dukungan Instrumental (Tangible Assisstance)
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat
langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan
instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih
mudah.
2.

Dukungan Informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik
tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong
individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

Universitas Sumatera Utara

3. Dukungan Emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,
diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat
menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam
menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.
4.

Dukungan pada Harga Diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian
semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif
dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam
membangun harga diri dan kompetensi.

5.

Dukungan dari Kelompok Sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu
kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan
begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

2.3.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial
Stanley (2007) mengatakan faktor-faktor yang memengaruhi dukungan sosial
adalah :
1. Kebutuhan Sosial
Seseorang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik akan lebih dikenal di
masyarakat dibandingkan dengan orang yang tidak pernah bersosialisasi dengan
orang lain. Orang yang mempunyai aktualisasi diri yang baik akan cenderung
selalu ingin mendapatkan pengakuan di dalam kehhidupan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

2. Kebutuhan Fisik
Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik
meliputi sandang, pangan, dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi
kebutuhan fisiknya maka seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial.
3. Kebutuhan Psikis
Apabila seseorang menghadapi masalah baik ringan maupun berat, maka orang
tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang-orang sekitar
sehingga dirinya merasa di hargai.

2.4.

Landasan Teori
Pada penelitian ini, landasan teori yang digunakan adalah teori-teori relevan,

yang disusun untuk menjelaskan tentang variabel-variabel yang akan diteliti. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat merupakan bentuk dari perilaku setiap anggota rumah tangga
dalam meningkatkan derajad kesehatannya. Menurut Green dalam Notoatmodjo
(2010) bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: faktor
predisposisi (pengetahuan,sikap,keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi dan
sebagainya), faktor pemungkin (sarana dan prasarana kesehatan) dan faktor penguat
(faktor yang mendorong agar masyarakat mau melaksanakan PHBS). Kemudian
Teori Snehandu B.Karr dalam Notoatmodjo (2010).

mengidentifikasi adanya 5

determinan perilaku, yaitu: Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak
sehubungan dengan objek atau stimulus diluar dirinya. Misalnya, apabila ada niat dari
masyarakat untuk mau dan mampu melakukan perilaku hidup bersih dan sehat,

Universitas Sumatera Utara

seperti membuat jamban, maka hal itu akan terlaksana, Adanya dukungan dari
masyarakat sekitarnya (social support), Terjangkaunya informasi (accessibility of
information), adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk
mengambil keputusan serta Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action
situation). WHO merumuskan determinan perilaku ini sangat sederhana dan ada 4
faktor (determinan) yang memengaruhi perilaku seseorang, yaitu: Pemikiran dan
perasaan (thoughts and feeling), Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau
pribadi yang dipercayai (personal References). Didalam masyarakat, di mana sikap
paternalistik masih kuat, maka perubahan perilaku masyarakat tergantung dari
perilaku acuan (referensi) yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat
setempat. Orang mau membangun jamban keluarga, kalau tokoh masyarakat sudah
terlebih dahulu mempunyai jamban keluarga sendiri. Sumber daya (recourses) yang
tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku Sosio budaya (culture)
setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang.
Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang
diterima. Kemudian timbul sikap dari individu dan memunculkan keyakinan/
kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu
perbuatan.

Universitas Sumatera Utara

Teori Lawrence Green (1980)

Teori WHO (1984)

a. Faktor Predisposisi
(Predisposing Factors)
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Keyakinan Nilai-nilai

1. Pemahaman dan
Pertimbangan
(Thought and Feeling)
- Pengetahuan
- Kepercayaan
- Sikap

b. Faktor Pendukung
(Enabling Factors),
- Ketersediaan Sarana dan
Prasarana Kesehatan

2. Orang Penting sebagai
Referensi (Personal
Reference)
- Guru
- Alim Ulama
- Kepala Adat (Suku)
- Kepala Desa
- dan sebagainya

c. Faktor Pendorong
(Reinforcing Factors)
- perilaku Petugas Kesehatan
- Perilaku Masyarakat

Teori Snehandu B. Kar (1983)
1. Niat untuk Bertindak
(Behaviour Intention)
2. Dukungan Sosial
(Social-Support)
3. Informasi tentang Kesehatan
(Accessebility of Information)
4. Otonomi Pribadi
(Personal Autonomy)
5. Situasi yang Memungkinkan
untuk Bertindak
(Action Situation)

Perilaku

3. Sumber-sumber Daya
(Resources)
- Fasilitas
- Uang
- Waktu
- Tenaga,
- dan sebagainya.
4. Kebudayaan (Culture)
- Kebiasaan
- Nilai-nilai
- Tradisi-tradisi
- Sumber-sumber di
dalam Masyarakat

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara

2.5.

Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan

kerangka konsep penelitian sebagai berikut:








Faktor Predisposisi :
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Pengetahuan
Sikap
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat

Dukungan Sosial :
• Dukungan instrumental
• Dukungan Informasional
• Dukungan Emosional
• Dukungan Harga diri
• Dukungan Kelompok
Sosial
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep menggambarkan bahwa variabel independen yaitu variabel
faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan dan dukungan sosial terhadap pelaksanaan perilaku hidup bersih dan
sehat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Penyakit Malaria di Desa Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan Tahun 2004

1 37 82

Pengetahuan Masyarakat Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Lingkungan III Kelurahan Kayu Jati Kabupaten Mandailing Natal

0 54 71

Komposisi Dan Distribusi Mesofauna Tanah Di Perkebunan Kelapa Sawit PT Moeis Dan Perkebunan Rakyatdi Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara

1 74 58

Komposisi Dan Distribusi Cacing Tanah Di Kawasan Perkebunan Kelapa Sawit PT. Moeis Dan Di Perkebunan Rakyat Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara

1 68 57

Pengaruh Persepsi Dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

7 74 85

Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013

0 0 16

Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013

0 0 2

Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013

0 0 10

Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013

1 4 3

Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013

0 0 45