PIP Laras Habibie dan Budaya Politik W

Opini
Habibie dan Budaya Politik
Agnes Retno Larsasati (16/399313/SP/27446)

Gambar 1. ARSIP KOMPAS: Berita utama harian Kompas, 20 Mei 1998, berjudul "Pak Harto: Saya
Kapok Jadi Presiden" dan berita di sampingnya, "Puluhan Ribu Mahasiswa Duduki DPR".1

Presiden ketiga Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie atau biasa dipanggil
Eyang Habibie adalah salah satu tokoh penting sejarah perpolitikan di Indonesia.
Pada tahun 1998, saat reformasi sedang gencar-gencarnya dikumandangkan dan
berhasil ‘memaksa’ Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya, lebih
tepatnya Soeharto memilih lengser keprabon dan mandek ngamandito. Wakil
Presiden Habibie pun menggantikan Soeharto sebagai presiden. Indonesia saat itu
1 Robert Adhi KSP., 2015, Ribuan Mahasiswa Duduki DPR, Belasan Menteri
Ekuin
Mundur,
Rezim
Soeharto
Tumbang,
BJ
Habibie

Presiden ,
http://print.kompas.com/baca/opini/kolom/2015/05/21/Ribuan-MahasiswaDuduki-DPR%2c-Belasan-Menteri-Ekuin, tanggal akses 5 November 2016.

sedang dalam kondisi sakit. Krisis moneter telah memporak-porandakan berbagai
lapisan masyarakat. Tragedi kemanusiaan terjadi dari penjarahan mall, hingga
pemerkosaan perempuan etnis Tionghoa. Setelah dilantik sebagai presiden,
Habibie menjalankan pemerintahannya. Ekonomi yang menjadi penyebab
kerusuhan diselesaikannya lebih dahulu. Bank Indonesia dibuat mandiri, tidak lagi
berada di bawah pemerintah. Analis politik melihat bahwa pemerintahan Presiden
Habibie tidak akan berumur lama, paling lama hanya tiga bulan. Bahkan ada yang
meramalkan hanya tiga hari. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya.
Kala itu, generasi muda sebagai agent of change telah berhasil
menghentikan pemerintahan Orde Baru yang sarat akan sensor, baik film, lagu,
buku fiksi maupun buku nonfiksi tak ada satupun yang sorot dari penyensoran
oleh Departemen Penerangan Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
siapapun ia yang terkena sensor, dapat dipidana penjara. Pada tahun 1998, Eyang
Habibie mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) yang termaktub
dalam Permenpen Nomor 1 Tahun 1984 oleh Menteri Penerangan Yusuf Yosfiah.
Seperti dikutip dari “BJ Habibie: Kisah Hidup dan Kariernya”, pencabutan beleid
itu diikuti dengan penetapan aturan baru dalam bentuk Permenpen Nomor 1

Tahun 1998. Dengan ketetapan baru tersebut, majalah dan tabloid yang pernah
dibredel bisa mengajukan SIUPP kembali. Sampai dengan Juni 1999, tak kurang
dari 400 SIUPP dikeluarkan pemerintah. “Kini pers bebas bersuara apa saja.
Kebebasan pers ini merupakan kebijakan yang paling dramatis, yang telah
membuat kehidupan pers di Indonesia mungkin yang paling bebas di seluruh
dunia,” tulis Makmur Makka dalam buku tersebut. Wartawan senior Parni Hadi
menjelaskan, terdapat sejumlah kebijakan yang dinilainya mencengangkan. Salah
satunya adalah kebebasan pers. “Pers juga diberikan kebebasan yang puncaknya
dilakukan dalam UU No 40 Tahun 1999. Itulah Pak Habibie,” katanya
kepada Republika.2

2 Reja Irfa Widodo., 2016. Jokowi Hadiri Syukuran Ulang Tahun ke-80
Habibie, diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/06/25/o9bsvz365-jokowihadiri-syukuran-ulang-tahun-ke80-habibie, tanggal akses 5 November 2016.

Menurut pendapat saya, Habibie bukan orang pers atau ahli media. Tapi
prinsip dasar Presiden Habibie adalah menyukai kebebasan. Karena intelektual,
pemikir, dan cendekiawan suka dengan kebebasan. Kebebasan membuat orang
berpikir lebih mendalam. Kalau dibatasi pasti mandeg pikirannya. Habibie suka
berdiskusi, dengan siapapun dan dimanapun. Dalam pemerintahannya, Habibie

membentuk kabinet yagn dinamai Kabinet Reformasi Pembangunan. Untuk
menjalankan kebijaksaanannya, Habibie berusaha mendapat informasi sebanyak
mungkin dari berbagai pihak, terutama dari menteri-menteri yang telah dipilihnya.
Dengan dialog yang dikembangkan ia juga menghilangkan kesan angker lembaga
kepresidenan.
“Sebenarnya Pimpinan DPR/MPR tiap saat siap untuk dipanggil dan
berkonsultasi dengan Presiden baik di Kantor Bina Graha, Istana
Merdeka maupun di kediaman presiden di Kuningan. Tetapi, saya
memutuskan utnuk datang berkonsultasi dengan Pimpinan DPR/MPR
ke Gedung DPR/MPR, tempat para wakil-wakil rakyat berkantor.”3
Apabila kita melihat dari sisi budaya politik, Habibie adalah tokoh yang
cukup menarik. Beliau kuliah dan bekerja di Jerman, Jerman memiliki budaya
politik yang berbeda dengan budaya politik Indonesia. Habibie merupakan
seorang ilmuwan yang sangat tekun menggeluti bidangnya selama puluhan tahun.
Ia tidak penrah berpikir bahwa dirinya akan menjadi presiden, dan menghadapi
masalah bangsa yang disebutnya multikomples dan multidimensi. Saya yakin,
latar belakangnya sebagai individu yang dua dasawarsa lebih hidup di negara
barat yang lebih terbuka dan egaliter, telah mempengaruhi cara pandangnya
terhadap masalah, maupun keputusan-keputusan yang dibuatnya. Saat Habibie
tinggal di Jerman, sedikit-banyak ia dipengaruhi oleh budaya politik di sana

sehingga saat menjadi Presiden RI, Habibie mengambil keputusan dengan tegas
melaksanakan kebebasan mengekspresikan pendapat melalui kebebasan pers.
Bagi saya, keruntuhan Orba merupakan kemenangan bagi seluruh
masyarakat Indonesia. Keruntuhan Orba merupakan tonggak Reformasi.
Kebebasan pers, ciri khas Reformasi telah mendorong terjadinya perubahan cukup
3 Dwi Purbaningrum., Komunikasi & Identitas Kepemimpinan: Studi tentang
Kepemimpinan Habibie (Yogyakarta: Lokus, 2011), hlm. 149

mendasar di berbagai bidang. Salah satunya bidang politk, lebih tepatnya budaya
politik yang sebelumnya condong pada satu partai, dan segelintir manusia yang
sarat akan kekuasaan menjadi lebih bebas, lebih bertanggung jawab, dan lebih
berani. Sayangnya, kala itu Habibie masih dianggap ‘antek Soeharto’. Habibie
sering dianggap bagian dari Orde Baru yang masih tersisa, seakan agar Reformasi
betul-betul tercapai beliau perlu diganti. Habibie yang cuek dan memiliki cara
berpikir lebih simpel, dan teknis kurang cocok dengan budaya politik masyarakat
Indonesia. Keputusan yang diambil oleh Presiden Habibie memunculkan pendapat
yagn berbeda-beda. Ada yang pro dan ada yang kontra. Pada akhirnya, laporan
pertanggungjawaban Habibie pada Sidang Umum MPR ditolak, sehingga ia pun
memutuskan untuk tidak mencalonkan diri sebagai capres dalam pilpres 1999.
Habibie lebih memilih mendukung terselenggaranya pilpres yang luberjudil.


Referensi
KSP, Robert Adhi, 2015, Ribuan Mahasiswa Duduki DPR, Belasan Menteri Ekuin
Mundur,

Rezim

Soeharto

Tumbang,

BJ

Habibie

Presiden,

http://print.kompas.com/baca/opini/kolom/2015/05/21/Ribuan-MahasiswaDuduki-DPR%2c-Belasan-Menteri-Ekuin, diakses tanggal 5 November
2016.
Purbaningrum, Dwi. (2011). Komunikasi & Identitas Kepemimpinan: Studi

tentang Kepemimpinan Habibie. Yogyakarta: Lokus.
Widodo, Reja Irfa, 2016, Jokowi Hadiri Syukuran Ulang Tahun ke-80 Habibie,
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/06/25/o9bsvz365jokowi-hadiri-syukuran-ulang-tahun-ke80-habibie,
November 2016.

diakses

tanggal

5