Ekonomi makro dan mikro. doc
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kehendakNya penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Adapun judul
yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu mengenai Kebijakan Makro Ekonomi di
Indonesia.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada guru dan pihak yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini juga diharapkan dapat
menambah pengetahuan kita tentang perkembangan kebijakan-kebijakan ekonomi makro di
negara kita dan masalah ekonomi yang sering terjadi. Untuk kesempurnaan dari makalah ini,
maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun makalah
berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan kita semua, terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang................................................................................
1
1.2. Permasalahan.................................................................................
1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................
1
BAB II
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Kondisi Makro Ekonomi Indonesia...............................................
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Makro Ekonomi....................
2.3. Kebijakan & Masalah Makro Ekonomi Di Indonesia....................
3
4
5
PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................
3.2. Saran..............................................................................................
8
8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara
keseluruhan. Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi
banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat
digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target
kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan
pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat
(keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan
kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi,
maupun neraca pembayaran internasional. Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari
variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.
Masalah-masalah makro ekonomi terjadi di setiap negara, baik Negara maju dan
juga negara berkembang. Oleh karena itu, Pemerintah menciptakan kebijakan-kebijakan
makro ekonomi agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik. Makalah ini
akan membahas mengenai kebijakan-kebijakan makro ekomoni yang ada di Indonesia
dan masalah ekonomi yang terjadi.
1.2.Permasalahan
Indonesia adalah Negara berkembang yang masih memiliki masalah khususnya
masalah ekonomi, baik ekonomi mikro ataupun ekonomi makro. Dalam makalah ini akan
membahasan mengenai kondisi makro ekonomi dan bagaimana kebijakan-kebijan
ekonomi makro di Indonesia, apakah sudah berjalan dengan baik?.
1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kondisi makro
ekonomi di Indonesia, membahas mengenai kebijakan makro ekonomi yang ada masalah
makro ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Kondisi Ekonomi Makro Indonesia
Fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk menghadapi
ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997. Jika dilihat
dari sisi arus investasi portofolio, keadaan Indonesia saat ini memang sama seperti yang
terjadi pada 1997. Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang mencapai indeks 2000
merupakan angka tertinggi dalam sejarah Indonesia. Meski demikian, konstelasi
perekonomian sekarang jauh lebih bagus dari 2007. Hal itu ditandai dengan kuatnya
cadangan devisa saat ini yang mencapai 49 miliar dolar AS, sedangkan pada 1997
cadangan devisa diserbu para spekulan. Indikasi kuatnya perekonomian tersebut adalah
nilai ekspor yang menguat, selain itu ditandai juga dengan penguatan nilai rupiah.
Namun, tidak ada buruknya jika dilakukan langkah pencegahan terhadap
munculnya krisis ekonomi Asia, sehingga negara-negara di ASEAN lebih siap
menghadapinya. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama ekonomi secara
internasional untuk menggalang kekuatan ekonomi bersama. Kuatnya perekonomian juga
ditandai dengan nilai investasi yang positif di mana modal yang masuk lebih besar dari
pada modal yang ke luar. Kondisi tersebut berbeda jauh dibanding pada 2007 di mana
investasi yang datang banyak yang hengkang. Karena itu, modal yang masuk saat ini
harus dipertahankan agar tidak ke luar sehingga dapat memperkuat perekonomian
disamping cadangan devisa yang besar harus dipertahankan.
Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum bergeraknya sektor riil.
Uang yang diperoleh dari penanaman modal, yang sebenarnya merupakan dana jangka
pendek, banyak digunakan untuk investasi jangka panjang seperti investasi properti.
2.2.Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Makro di Indonesia
Krisis Subprime mortgage dan Pelemahan US Dollar.
Krisis keuangan dunia yang sedang dihadapi saat ini salah satu penyebabnya
bermula dari adanya krisis akibat default dari subprime mortgages di Amerika Serikat
yang telah merugikan berbagai lembaga keuangan dunia. Akibat krisis itu Bank Sentral
(Fed) Amerika terpaksa menurunkan suku bunga sampai 3% dan menyuntikan dana
segar dalam jumlah besar untuk memulihkan kepercayaan investor setelah pasar modal di
Amerika Serikat anjlok.
Kenaikan Harga Minyak
Kemelut ekonomi dunia saat ini selain dipicu oleh krisis keuangan di Amreika
Serikat juga dipicu oleh kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga
berbagai komoditi baik yang berhubungan langsung dengan minyak bumi maupun
komoditi yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena dampak kenaikan harga
minyak. Walaupun harga BBM bersubsidi belum naik, namun kenaikan harga minyak
dunia sudah dirasakan dampaknya. Harga BBM untuk industri yang mengikuti harga
pasar terus naik, sehingga mendorong naiknya biaya produksi. Akibatnya harga berbagai
barang sudah mulai merangkak naik.
Kenaikan Harga Komoditi Primer
Dampak kenaikan harga berbagai komoditi primer di dunia saat ini memiliki dua
sisi yang berbeda. Sebagai produsen berbagai komoditi primer baik barang tambang
seperti Nikel, batubara, emas, timah, minyak dan gas, maupun komoditi agribisnis seperti
Kelapa sawit, karet, dll, kenaikan harga komoditi menyebabkan nilai ekspor Indonesia
meningkat. Namun kenaikan harga komoditi juga berdampak kepada kenaikan harga
barang-barang dipasar dalam negeri, seperti naiknya harga minyak goreng, kacang
kedelai, batubara, dll yang menyebabkan meningkatnya biaya yang harus ditanggung
masyarakat. Akibatnya daya beli masyarakat menurun karena meningkatnya inflasi.
Kenaikan harga bahan Makanan
Seakan reaksi berantai, kenaikan harga minyak mendorong naiknya biaya
produksi dan produk substitusinya. Akibatnya harga bahan makanan juga naik. Hal ini
didorong oleh kekhawatiran didunia bahan persediaan bahan makanan pokok seperti
beras tidak mencukupi kebutuhan sehingga harganya naik.
Proyeksi menurut Bank Dunia
Dengan melambatnya ekonomi dunia, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia
juga akan terkena dampaknya. Hal ini disebabkan Indonesia masih bergantung kepada
ekspor kenegara maju seperti Amerika Serikat yang sedang menuju resesi sehingga
permintaan terhadap produk impor menurun.
2.3.Kebijakan dan Masalah Makro Ekonomi di Indonesia
Kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini adalah baik. Namun dibalik kondisi itu
tersimpan masalah yang kiranya perlu dipersoalkan. Masalah ini menyangkut pada
kebijakan yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, selaku bank
sentral. Kedua institusi ini telah gagal atau memang sengaja untuk tidak menjaga
keseimbangan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) dengan maksud untuk
mengejar target inflasi yang rendah. Atau dengan kata lain, berupaya agar nilai tukar
rupiah menguat untuk menekan tingkat inflasi. Kebijakan ini berdampak pada tingkat
pengangguran menjadi tinggi dan tidak bangkitnya sektor riil. Pengangguran yang tinggi
dan tersendatnya sektor riil inilah yang merupakan masalah dari kebijakan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga keseimbangan pada
perdagangan luar negeri. Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga
kepentingan kegiatan ekspor dan impor. Dalam kebijakan yang berjalan, hal ini tidak
dilakukan sehingga terjadi kepincangan antara kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan
impor berjalan mulus dengan kuatnya nilai tukar rupiah. Namun kegiatan ekspor
terganggu karena daya saingnya di pasar ekspor menjadi menurun dan dorongan untuk
memperkuat ekspor juga menjadi menurun, dampak dari menguatnya nilai tukar rupiah
tersebut. Harga barang ekspor Indonesia saat ini relatif mahal sementara harga barang
impor menjadi murah karena nilai tukar rupiah yang semakin kuat. Inilah kepincangan
yang dimaksud. Kekuatan dari keduanya (ekspor dan impor) menjadi tidak seimbang dan
ini tidak menyehatkan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Kepincangan ini akan mempengaruhi (mengurangi) penerimaan cadangan devisa
dan ini sangat berbahaya. Hal ini juga memungkinkan bertambahnya tenaga kerja yang
menganggur jika nilai tukar rupiah semakin menguat, sejalan dengan semakin turunnya
kegiatan ekspor. Bank Indonesia selalu mengumumkan bahwa jumlah cadangan devisa
Indonesia terus bertambah sehingga mereka sangat optimis dengan kekuatan ekonomi
makro yang sebenarnya rapuh. Mereka tidak menyatakan bahwa naiknya jumlah
cadangan devisa bukan dari ekspor tapi sebagian besar dari masuknya modal luar negeri
(capital inflow) yang sifatnya sementara, disaat imbal hasil yang diberikan perekonomian
Indonesia relatif tinggi.
Tapi bagaimana jika keadaan ekonomi global membaik. Tentu capital inflow akan
berubah menjadi capital outflow dan cadangan devisa akan turun dan nilai tukar rupiah
akan terkoreksi sangat dalam. Jadi apa yang dikatakan bahwa cadangan devisa Indonesia
cukup kuat sifatnya adalah sementara (kondisional), yang di dasarkan pada kondisi
ekonomi global bukan atas dasar kekuatan inti ekonomi Indonesia. Kekuatan inti
ekonomi Indonesia saat ini adalah kegiatan agraria dan ekspor (pertanian dan industri),
bukan pada sektor keuangan seperti yang dibanggakan oleh Kementerian Keuangan dan
Bank Indonesia.
Dengan demikian terjawablah sudah mengapa perekonomian makro yang semakin
kuat tidak menyentuh dan mendorong sektor ekonomi riil. Dengan demikian terjawablah
sudah mengapa ditengah ekonomi makro yang kuat, yang dinyatakan pemerintah, justru
tingkat pengangguran semakin tinggi. Sehingga sebagian orang mengatakan bahwa
ekonomi Indonesia saat ini adalah ekonomi baying-bayang, cukup indah tapi tidak
mempunyai kekuatan apapun bagi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kebijakan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia ini didasarkan pada
keinginan mereka untuk memfokuskan peran mereka pada tingkat inflasi yang rendah
dan ingin mendapatkan suku bunga yang rendah. Memang benar bahwa nilai tukar rupiah
dan suku bunga merupakan faktor pendorong naiknya inflasi dan oleh sebab itu perlu
dikawal.
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia menjadikan pencapaian tingkat
inflasi yang rendah sebagai suatu prestasi. Mereka tidak melihat pada sektor yang lainnya
seperti semakin tingginya jumlah tenaga kerja yang menganggur dan sebagainya. Itu
berarti mereka lebih senang bermain di sektor keuangan dari pada di sektor riil. Mereka
lebih senang bermain dalam hitungan angka angka yang tidak membumi pada
perekonomian Indonesia daripada bagaimana mendorong perekonomian riil,
meningkatkan produksi dan meningkatkan kesempatan kerja.
Berdasarkan pengamatan, Bank Indonesia sendiri selalu terlambat melakukan
intervensi dikala nilai tukar rupiah menguat. Tidak demikian yang dilakukan oleh Bank
of Japan, bank sentral Jepang. Mereka sangat sensitif dengan menguatnya mata uang Yen
karena akan mengganggu kinerja ekspor mereka. Kekuatan ekonomi Jepang ada pada
ekspor barang barang industri. Jepang sangat kuat menjaga kestabilan nilai tukar mata
uang Yen. Berbeda dengan Jepang, justru Bank Indonesia segera melakukan intervensi
dikala nilai tukar rupiah melemah. Bank Indonesia sangat berkepentingan dengan
penguatan nilai tukar rupiah dalam upaya mengejar target inflasi. Kebijakan Bank
Indonesia tidak memihak pada pengembangan sektor riil, khususnya kegiatan ekspor.
Kita juga melihat bagaimana kebijakan Kementerian Perdagangan tidak
diperhatikan dikala Kementerian Keuangan menetapkan sebuah kebijakan. Kebijakan
ekonomi makro yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia betulbetul hanya bermain disektor keuangan dengan mengabaikan sektor riil. Dalam jangka
panjang ini sangat berisiko. Diharapkan agar kebijakan ini dapat ditinjau kembali
sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Kebijakan ekonomi makro adalah suatu
kebijakan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Seharusnya, itulah yang perlu
dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Ciptakanlah suatu kebijakan
ekonomi makro yang bisa menaungi kepentingan sektor keuangan dan sektor riil secara
bersama sama agar perekonomian Indonesia bisa bangkit.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak
rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro Indonesia saat ini jauh
lebih kuat untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi
ekonomi pada 1997.
Kebijakan makro ekonomi ditujukan untuk memperbaiki dan menjaga kestabilan
perekonomian Negara. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah tidak hanya sekadar
mengejar target inflasi yang rendah guna memperbaiki kondisi keuangan negara.
Seharusnya tidak demikian karena kebijakan ekonomi makro menyangkut pada banyak
hal seperti bagaimana mendorong sektor riil, bagaimana memperbesar kesempatan kerja,
bagaimana menjaga kestabilan nilai tukar rupiah (bukan penguatan nilai tukar) dan
bagaimana menjaga keseimbangan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor). Makro
ekonomi mencakup pada kegiatan yang luas dan tidak hanya dengan memperhatikan satu
elemen saja.
3.2.Saran
Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak
yang terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang yang akan
terjadi di masyarakat. Kebijakan-kebijakan makro ekonomi yang baik seharusnya
memperkuat perekonomian Negara secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
http:// payakumbuhh.blogspot.com
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kehendakNya penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro. Adapun judul
yang dibahas dalam makalah berikut ini yaitu mengenai Kebijakan Makro Ekonomi di
Indonesia.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada guru dan pihak yang
telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini juga diharapkan dapat
menambah pengetahuan kita tentang perkembangan kebijakan-kebijakan ekonomi makro di
negara kita dan masalah ekonomi yang sering terjadi. Untuk kesempurnaan dari makalah ini,
maka penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dalam menyusun makalah
berikutnya dapat lebih baik lagi. Akhirnya dengan tersusunnya makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan kita semua, terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LatarBelakang................................................................................
1
1.2. Permasalahan.................................................................................
1
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................
1
BAB II
BAB III
PEMBAHASAN
2.1. Kondisi Makro Ekonomi Indonesia...............................................
2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Makro Ekonomi....................
2.3. Kebijakan & Masalah Makro Ekonomi Di Indonesia....................
3
4
5
PENUTUP
3.1. Kesimpulan....................................................................................
3.2. Saran..............................................................................................
8
8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ekonomi makro atau makroekonomi adalah studi tentang ekonomi secara
keseluruhan. Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi
banyak rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat
digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk mempengaruhi target-target
kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan
pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat
(keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan
kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi,
maupun neraca pembayaran internasional. Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari
variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.
Masalah-masalah makro ekonomi terjadi di setiap negara, baik Negara maju dan
juga negara berkembang. Oleh karena itu, Pemerintah menciptakan kebijakan-kebijakan
makro ekonomi agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik. Makalah ini
akan membahas mengenai kebijakan-kebijakan makro ekomoni yang ada di Indonesia
dan masalah ekonomi yang terjadi.
1.2.Permasalahan
Indonesia adalah Negara berkembang yang masih memiliki masalah khususnya
masalah ekonomi, baik ekonomi mikro ataupun ekonomi makro. Dalam makalah ini akan
membahasan mengenai kondisi makro ekonomi dan bagaimana kebijakan-kebijan
ekonomi makro di Indonesia, apakah sudah berjalan dengan baik?.
1.3.Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kondisi makro
ekonomi di Indonesia, membahas mengenai kebijakan makro ekonomi yang ada masalah
makro ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Kondisi Ekonomi Makro Indonesia
Fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini jauh lebih kuat untuk menghadapi
ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi ekonomi pada 1997. Jika dilihat
dari sisi arus investasi portofolio, keadaan Indonesia saat ini memang sama seperti yang
terjadi pada 1997. Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) yang mencapai indeks 2000
merupakan angka tertinggi dalam sejarah Indonesia. Meski demikian, konstelasi
perekonomian sekarang jauh lebih bagus dari 2007. Hal itu ditandai dengan kuatnya
cadangan devisa saat ini yang mencapai 49 miliar dolar AS, sedangkan pada 1997
cadangan devisa diserbu para spekulan. Indikasi kuatnya perekonomian tersebut adalah
nilai ekspor yang menguat, selain itu ditandai juga dengan penguatan nilai rupiah.
Namun, tidak ada buruknya jika dilakukan langkah pencegahan terhadap
munculnya krisis ekonomi Asia, sehingga negara-negara di ASEAN lebih siap
menghadapinya. Langkah tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama ekonomi secara
internasional untuk menggalang kekuatan ekonomi bersama. Kuatnya perekonomian juga
ditandai dengan nilai investasi yang positif di mana modal yang masuk lebih besar dari
pada modal yang ke luar. Kondisi tersebut berbeda jauh dibanding pada 2007 di mana
investasi yang datang banyak yang hengkang. Karena itu, modal yang masuk saat ini
harus dipertahankan agar tidak ke luar sehingga dapat memperkuat perekonomian
disamping cadangan devisa yang besar harus dipertahankan.
Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum bergeraknya sektor riil.
Uang yang diperoleh dari penanaman modal, yang sebenarnya merupakan dana jangka
pendek, banyak digunakan untuk investasi jangka panjang seperti investasi properti.
2.2.Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Ekonomi Makro di Indonesia
Krisis Subprime mortgage dan Pelemahan US Dollar.
Krisis keuangan dunia yang sedang dihadapi saat ini salah satu penyebabnya
bermula dari adanya krisis akibat default dari subprime mortgages di Amerika Serikat
yang telah merugikan berbagai lembaga keuangan dunia. Akibat krisis itu Bank Sentral
(Fed) Amerika terpaksa menurunkan suku bunga sampai 3% dan menyuntikan dana
segar dalam jumlah besar untuk memulihkan kepercayaan investor setelah pasar modal di
Amerika Serikat anjlok.
Kenaikan Harga Minyak
Kemelut ekonomi dunia saat ini selain dipicu oleh krisis keuangan di Amreika
Serikat juga dipicu oleh kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga
berbagai komoditi baik yang berhubungan langsung dengan minyak bumi maupun
komoditi yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena dampak kenaikan harga
minyak. Walaupun harga BBM bersubsidi belum naik, namun kenaikan harga minyak
dunia sudah dirasakan dampaknya. Harga BBM untuk industri yang mengikuti harga
pasar terus naik, sehingga mendorong naiknya biaya produksi. Akibatnya harga berbagai
barang sudah mulai merangkak naik.
Kenaikan Harga Komoditi Primer
Dampak kenaikan harga berbagai komoditi primer di dunia saat ini memiliki dua
sisi yang berbeda. Sebagai produsen berbagai komoditi primer baik barang tambang
seperti Nikel, batubara, emas, timah, minyak dan gas, maupun komoditi agribisnis seperti
Kelapa sawit, karet, dll, kenaikan harga komoditi menyebabkan nilai ekspor Indonesia
meningkat. Namun kenaikan harga komoditi juga berdampak kepada kenaikan harga
barang-barang dipasar dalam negeri, seperti naiknya harga minyak goreng, kacang
kedelai, batubara, dll yang menyebabkan meningkatnya biaya yang harus ditanggung
masyarakat. Akibatnya daya beli masyarakat menurun karena meningkatnya inflasi.
Kenaikan harga bahan Makanan
Seakan reaksi berantai, kenaikan harga minyak mendorong naiknya biaya
produksi dan produk substitusinya. Akibatnya harga bahan makanan juga naik. Hal ini
didorong oleh kekhawatiran didunia bahan persediaan bahan makanan pokok seperti
beras tidak mencukupi kebutuhan sehingga harganya naik.
Proyeksi menurut Bank Dunia
Dengan melambatnya ekonomi dunia, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia
juga akan terkena dampaknya. Hal ini disebabkan Indonesia masih bergantung kepada
ekspor kenegara maju seperti Amerika Serikat yang sedang menuju resesi sehingga
permintaan terhadap produk impor menurun.
2.3.Kebijakan dan Masalah Makro Ekonomi di Indonesia
Kondisi ekonomi makro Indonesia saat ini adalah baik. Namun dibalik kondisi itu
tersimpan masalah yang kiranya perlu dipersoalkan. Masalah ini menyangkut pada
kebijakan yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, selaku bank
sentral. Kedua institusi ini telah gagal atau memang sengaja untuk tidak menjaga
keseimbangan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) dengan maksud untuk
mengejar target inflasi yang rendah. Atau dengan kata lain, berupaya agar nilai tukar
rupiah menguat untuk menekan tingkat inflasi. Kebijakan ini berdampak pada tingkat
pengangguran menjadi tinggi dan tidak bangkitnya sektor riil. Pengangguran yang tinggi
dan tersendatnya sektor riil inilah yang merupakan masalah dari kebijakan yang
dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.
Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga keseimbangan pada
perdagangan luar negeri. Kebijakan ekonomi makro seharusnya dapat menjaga
kepentingan kegiatan ekspor dan impor. Dalam kebijakan yang berjalan, hal ini tidak
dilakukan sehingga terjadi kepincangan antara kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan
impor berjalan mulus dengan kuatnya nilai tukar rupiah. Namun kegiatan ekspor
terganggu karena daya saingnya di pasar ekspor menjadi menurun dan dorongan untuk
memperkuat ekspor juga menjadi menurun, dampak dari menguatnya nilai tukar rupiah
tersebut. Harga barang ekspor Indonesia saat ini relatif mahal sementara harga barang
impor menjadi murah karena nilai tukar rupiah yang semakin kuat. Inilah kepincangan
yang dimaksud. Kekuatan dari keduanya (ekspor dan impor) menjadi tidak seimbang dan
ini tidak menyehatkan perekonomian Indonesia dalam jangka panjang.
Kepincangan ini akan mempengaruhi (mengurangi) penerimaan cadangan devisa
dan ini sangat berbahaya. Hal ini juga memungkinkan bertambahnya tenaga kerja yang
menganggur jika nilai tukar rupiah semakin menguat, sejalan dengan semakin turunnya
kegiatan ekspor. Bank Indonesia selalu mengumumkan bahwa jumlah cadangan devisa
Indonesia terus bertambah sehingga mereka sangat optimis dengan kekuatan ekonomi
makro yang sebenarnya rapuh. Mereka tidak menyatakan bahwa naiknya jumlah
cadangan devisa bukan dari ekspor tapi sebagian besar dari masuknya modal luar negeri
(capital inflow) yang sifatnya sementara, disaat imbal hasil yang diberikan perekonomian
Indonesia relatif tinggi.
Tapi bagaimana jika keadaan ekonomi global membaik. Tentu capital inflow akan
berubah menjadi capital outflow dan cadangan devisa akan turun dan nilai tukar rupiah
akan terkoreksi sangat dalam. Jadi apa yang dikatakan bahwa cadangan devisa Indonesia
cukup kuat sifatnya adalah sementara (kondisional), yang di dasarkan pada kondisi
ekonomi global bukan atas dasar kekuatan inti ekonomi Indonesia. Kekuatan inti
ekonomi Indonesia saat ini adalah kegiatan agraria dan ekspor (pertanian dan industri),
bukan pada sektor keuangan seperti yang dibanggakan oleh Kementerian Keuangan dan
Bank Indonesia.
Dengan demikian terjawablah sudah mengapa perekonomian makro yang semakin
kuat tidak menyentuh dan mendorong sektor ekonomi riil. Dengan demikian terjawablah
sudah mengapa ditengah ekonomi makro yang kuat, yang dinyatakan pemerintah, justru
tingkat pengangguran semakin tinggi. Sehingga sebagian orang mengatakan bahwa
ekonomi Indonesia saat ini adalah ekonomi baying-bayang, cukup indah tapi tidak
mempunyai kekuatan apapun bagi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kebijakan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia ini didasarkan pada
keinginan mereka untuk memfokuskan peran mereka pada tingkat inflasi yang rendah
dan ingin mendapatkan suku bunga yang rendah. Memang benar bahwa nilai tukar rupiah
dan suku bunga merupakan faktor pendorong naiknya inflasi dan oleh sebab itu perlu
dikawal.
Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia menjadikan pencapaian tingkat
inflasi yang rendah sebagai suatu prestasi. Mereka tidak melihat pada sektor yang lainnya
seperti semakin tingginya jumlah tenaga kerja yang menganggur dan sebagainya. Itu
berarti mereka lebih senang bermain di sektor keuangan dari pada di sektor riil. Mereka
lebih senang bermain dalam hitungan angka angka yang tidak membumi pada
perekonomian Indonesia daripada bagaimana mendorong perekonomian riil,
meningkatkan produksi dan meningkatkan kesempatan kerja.
Berdasarkan pengamatan, Bank Indonesia sendiri selalu terlambat melakukan
intervensi dikala nilai tukar rupiah menguat. Tidak demikian yang dilakukan oleh Bank
of Japan, bank sentral Jepang. Mereka sangat sensitif dengan menguatnya mata uang Yen
karena akan mengganggu kinerja ekspor mereka. Kekuatan ekonomi Jepang ada pada
ekspor barang barang industri. Jepang sangat kuat menjaga kestabilan nilai tukar mata
uang Yen. Berbeda dengan Jepang, justru Bank Indonesia segera melakukan intervensi
dikala nilai tukar rupiah melemah. Bank Indonesia sangat berkepentingan dengan
penguatan nilai tukar rupiah dalam upaya mengejar target inflasi. Kebijakan Bank
Indonesia tidak memihak pada pengembangan sektor riil, khususnya kegiatan ekspor.
Kita juga melihat bagaimana kebijakan Kementerian Perdagangan tidak
diperhatikan dikala Kementerian Keuangan menetapkan sebuah kebijakan. Kebijakan
ekonomi makro yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia betulbetul hanya bermain disektor keuangan dengan mengabaikan sektor riil. Dalam jangka
panjang ini sangat berisiko. Diharapkan agar kebijakan ini dapat ditinjau kembali
sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Kebijakan ekonomi makro adalah suatu
kebijakan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Seharusnya, itulah yang perlu
dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Ciptakanlah suatu kebijakan
ekonomi makro yang bisa menaungi kepentingan sektor keuangan dan sektor riil secara
bersama sama agar perekonomian Indonesia bisa bangkit.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Makro ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak
rumah tangga (household), perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro Indonesia saat ini jauh
lebih kuat untuk menghadapi ancaman krisis ekonomi dibandingkan dengan kondisi
ekonomi pada 1997.
Kebijakan makro ekonomi ditujukan untuk memperbaiki dan menjaga kestabilan
perekonomian Negara. Namun, kebijakan yang diambil pemerintah tidak hanya sekadar
mengejar target inflasi yang rendah guna memperbaiki kondisi keuangan negara.
Seharusnya tidak demikian karena kebijakan ekonomi makro menyangkut pada banyak
hal seperti bagaimana mendorong sektor riil, bagaimana memperbesar kesempatan kerja,
bagaimana menjaga kestabilan nilai tukar rupiah (bukan penguatan nilai tukar) dan
bagaimana menjaga keseimbangan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor). Makro
ekonomi mencakup pada kegiatan yang luas dan tidak hanya dengan memperhatikan satu
elemen saja.
3.2.Saran
Dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak-pihak
yang terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang yang akan
terjadi di masyarakat. Kebijakan-kebijakan makro ekonomi yang baik seharusnya
memperkuat perekonomian Negara secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
http:// payakumbuhh.blogspot.com