makalah harga pokok pesanan (2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan

rahmat,

karunia,

serta taufik dan hidayah-Nya penulis

dapat

menyelesaikan paper tentang “Masalah-masalah Khusus yang Berhubungan
dengan Bahan Baku” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga penulis berterima kasih pada Ibu Tuti Zakiyah, S.E., M.M. selaku dosen
mata kuliah Akuntansi Biaya yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam paper ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga paper sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Terima kasih.
Kebumen, Januari 2016
Penulis

STIE Putra Bangsa Kebumen

1

ABSTRAK
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk
jadi. Persediaan bahan baku memiliki kaitan yang erat dengan proses produksi
baik itu dalam perusahaan jasa maupun perusahaan dagang dimana kepuasan
konsumen merupakan sesuatu yang sangat penting, akan tetapi setiap perusahaan
akan memiliki tingkat penjualan yang tidak merata sehingga sering timbul
masalah kelebihan atau kekurangan bahan baku.

Dalam proses produksi tidak semua bahan baku dapat menjadi bagian
produk jadi. Bahan baku akan mengalami kerusakan dalam proses produksi. Sisa
bahan juga merupakan hal yang lazim terjadi dalam proses produksi.
Dengan memperhitungkan sisa bahan baku dan produk rusak yang masih
mempunyai harga jual diharapkan akan dapat menambah penghasilan di luar
usaha bagi perusahaan. Baik untuk menambah kas perusahaan maupun sebagai
pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

STIE Putra Bangsa Kebumen

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................1
ABSTRAK...............................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................4

B. Rumusan Masalah.....................................................................................4
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN..................................................................................................4
A. Sisa Bahan (scrap materials)..............................................................5
B. Produk Rusak (spoiled goods)...........................................................6
BAB III...................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................11
A. Simpulan.......................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12
LAMPIRAN...........................................................................................................13

STIE Putra Bangsa Kebumen

3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Bahan baku merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk
selesai dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang

bersangkutan” (Halim, 2010: 39).
Dalam proses produksi tidak semua bahan baku dapat menjadi produk jadi.
Produk akan mengalami kerusakan maupun menimbulkan sisa bahan dalam
proses produksi.
Mengingat bahwa produk rusak maupun sisa bahan masih mempunyai harga
jual yang dapat menambah penghasilan diluar usaha, maupun menjadi pengurang
biaya overhead pabrik yang sesungguhnya, penulis tertarik untuk membahas
masalah-masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka pokok
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
Apa saja masalah-masalah khusus yang berhubungan dengan persediaan
bahan baku ?

BAB II
PEMBAHASAN
Sudah menjadi hal yang umum bahwa operasi suatu pabrik tidak dapat
menghindari kerugian tertentu seperti adanya sisa bahan baku yang tidak bisa
digunakan dan bahan baku yang rusak. Berikut beberapa masalah yang timbul
diantaranya:


STIE Putra Bangsa Kebumen

4

A. Sisa Bahan (scrap materials)
Menurut Mulyadi (2008: 298) sisa bahan adalah “bahan yang mengalami
kerusakan di dalam proses pengerjaannya”. Sisa bahan ada yang bisa dijual
kembali ada pula yang tidak.
Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai berikut:
1. Pengurang biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan
sisa bahan tersebut. Hasil penjualan ini akan dicatat pada kartu harga pokok
pesanan dalam kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurang biaya tersebut,
dengan catatan bahwa bahan baku dapat diidentifikasikan dengan pesanan
tertentu.
Jurnal pencatatan saat penjualan sisa bahan adalah:
Kas/Piutang Dagang

Rp xx


Barang dalam proses-biaya bahan baku

Rp xx

2. Pengurang terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Hasil
penjualan dari sisa bahan dapat diperlakukan sebagai pengurang pada biaya
overhead pabrik jika tidak bisa diidentifikasikan pada pesanan tertentu atau
sebagai hal yang biasa terjadi dalam proses pengerjaan.
Jurnal pencatatan saat penjualan sisa bahan:
Kas/Piutang Dagang

Rp xx

Biaya overhead pabrik sesungguhnya

Rp xx

3. Penghasilan di luar usaha (other income).
Jurnal pencatatan saat penjualan sisa bahan:
Kas/Piutang Dagang


Rp xx

Hasil penjualan sisa bahan

Rp xx

Contoh kasus:
STIE Putra Bangsa Kebumen

5

Sweet Bakery dalam proses produksinya mempunyai sisa bahan baku berupa
tepung sejumlah 3500kg, ditaksir laku dijual Rp 5.000/kg. Setelah terjual ternyata
laku 1500kg dengan harga Rp 5.500/kg. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut !
Penyelesaian:
- Jurnal saat penyerahan kembali ke gudang
Persediaan sisa bahan (3500 x Rp 5.000)


Rp 17.500.000

Hasil penjualan sisa bahan

Rp. 17.500.000

- Jurnal saat penjualan
Kas / Piutang dagang (1500 x Rp 5.500)

Rp 8.250.000

Persediaan sisa bahan

Rp 8.250.000

- Jurnal penyesuaian untuk mengakui sisa bahan yang belum terjual
Hasil penjualan sisa bahan (2000 x Rp 5.000)

Rp 10.000.000


Pendapatan yg belum terealisasi

Rp 10.000.000

- Jurnal penyesuaian untuk mencatat perbedaan harga taksiran dengan nilai jual
sesungguhnya (Rp 5.500 – Rp 5.000) x 1500kg = Rp 750.000
Persediaan sisa bahan

Rp 750.000

Hasil penjualan sisa bahan

Rp 750.000

B. Produk Rusak (spoiled goods)
“Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk
yang baik” (Mulyadi, 2012: 302).
Berbeda dengan sisa bahan yang belum mengalami kerusakan dalam
proses produksi sehingga belum sempat menjadi produk, produk rusak merupakan


STIE Putra Bangsa Kebumen

6

produk yang sudah menyerap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya
overhead pabrik.
Produk rusak bisa disebabkan karena sulitnya pengerjaan pesanan dan
biasanya dibebankan sebagai tambahan harga pokok dalam pesanan yang
bersangkutan, atau disebabkan oleh hal-hal yang bersifat normal yang
diperhitungkan dalam tarif BOP.
Contoh kasus jika produk rusak dibebankan pada pesanan:
Sweet Bakery berproduksi berdasarkan pesanan. Perusahaan menerima pesanan
pembuatan 500 kue. Untuk memenuhi pesanan tersebut Sweet Bakery membuat
600 kue. Berikut kartu pesanan yang dibuat oleh Sweet Bakery !
KARTU HARGA POKOK PESANAN
Nama Pelanggan
: Ny. Santi
Job no
: 012

Nama Produk
: Kue coklat keju
Tgl. pesan
: 24-10-2015
Kuantitas
: 500 pieces
Tgl. selesai : 26-10-2015
Bahan Baku
Tenaga Kerja
BOP-Dibebankan
Tgl
No. PO
Jumlah
Tgl
Jumlah
Tgl
Jumlah
25 Okt
87/10
Rp 150.000 25 Okt Rp 300.000 25 Okt Rp 450.000
Total
Rp 150.000
Rp 300.000
Catatan: BOP dibebankan 150% dari BTKL

Rp 450.000

Pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan ternyata terdapat 100 kue yang rusak
dan secara ekonomis tidak dapat diperbaiki. Kue tersebut diperkirakan laku dijual
Rp 900 per satuan.
Penyelesaian:
- Jurnal untuk mencatat biaya mengolah 600 kue
Barang dalam proses-biaya bahan baku

Rp 150.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja

Rp 300.000

Barang dalam proses-BOP

Rp 450.000

STIE Putra Bangsa Kebumen

7

Persediaan bahan baku

Rp 150.000

Gaji dan upah

Rp 300.000

BOP-dibebankan

Rp 450.000

- Jurnal untuk mencatat produk rusak
Persediaan produk rusak (100 x Rp 900)

Rp 900.000

Barang dalam proses-biaya bahan baku

Rp 15.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja

Rp 30.000

Barang dalam proses-BOP

Rp 45.000

Perhitungan elemen biaya produk rusak:
Elemen harga produk

Total biaya

Biaya /satuan

rusak
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
Total

produksi
Rp 150.000
Rp 300.000
Rp 450.000
Rp 900.000

600 unit
Rp 250
Rp 500
Rp 750
Rp 1.500

HP. produk rusak
100 unit
Rp 25.000
Rp 50.000
Rp 75.000
Rp 150.000

Nilai jual produk rusak
Rp 90.000
=
=60
Harga pokok produk rusak Rp150.000
Pembagian nilai jual produk rusak adalah:
Barang dalam proses-biaya bahan baku

60% x Rp 25.000 = Rp 15.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja

60% x Rp 50.000 = Rp 30.000

Barang dalam proses-BOP

60% x Rp 75.000 = Rp 45.000

Catatan:
Jika tidak ada produk rusak maka harga pokok/unit = Rp 900.000:600 = Rp 1.500.

STIE Putra Bangsa Kebumen

8

Namun, dengan adanya produk rusak 100 unit maka harga pokok produk menjadi
lebih besar yaitu Rp 900.000:500 = Rp 1.800.
Harga jual produk rusak senilai 100 x Rp 900 = Rp 90.000 akan mengurangi harga
pokok pesanan.

- Jurnal untuk mencatat produk jadi
Persediaan produk jadi (Rp 900.000-Rp 90.000)

Rp 810.000

BDP-BBB (Rp 150.000-Rp 15.000)

Rp 135.000

BDP-BTK (Rp 300.000-Rp 30.000)

Rp 270.000

BDP-BOP (Rp 450.000-Rp 45.000)

Rp 405.000

Jadi, harga pokok satuan kue yang baik adalah Rp 810.000 : 500 = Rp 1.620.
Contoh kasus jika produk rusak dibebankan pada semua produk
- Jurnal untuk mencatat biaya mengolah 600 kue
Barang dalam proses-biaya bahan baku

Rp 150.000

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja

Rp 300.000

Barang dalam proses-BOP

Rp 450.000

Persediaan bahan baku

Rp 150.000

Gaji dan upah

Rp 300.000

BOP-dibebankan

Rp 450.000

Karena dalam tarif biaya overhead pabrik telah diperhitungkan kerugian
produk rusak, maka seluruh produk yang diproduksi akan dikenai biaya produk
rusak tersebut. Sehingga kerugian sesungguhnya akan didebetkan dalam biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya.
Dalam kasus Sweet Bakery diatas maka perhitungan produk rusak adalah:

STIE Putra Bangsa Kebumen

9

Nilai jual prosuk rusak

100 x Rp 900

= Rp 90.000

Harga pokok produk rusak

100 x Rp 1.500

= Rp 150.000 -

Kerugian produk rusak

= Rp 60.000

- Jurnal pencatatan produk rusak dan kerugiannya
Persediaan produk rusak

Rp 90.000

BOP sesungguhnya

Rp 60.000

BDP-biaya bahan baku (100 x Rp 250)

Rp 25.000

BDP-biaya tenaga kerja (100 x Rp 500)

Rp 50.000

BDP-BOP (100 x Rp 750)

Rp 75.000

Jurnal pencatatan produk jadi yang baik
Persediaan produk jadi

Rp 750.000

BDP-biaya bahan baku (500 x Rp 250)

Rp 125.000

BDP-biaya tenaga kerja (500 x Rp 500)

Rp 250.000

BDP-BOP (500 x Rp 750)

Rp 375.000

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bahan baku merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk
produk selesai dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang
bersangkutan.

STIE Putra Bangsa Kebumen

10

Dalam proses produksi suatu pabrik tidak dapat menghindari kerugian
tertentu seperti adanya sisa bahan baku yang tidak bisa digunakan dan bahan
baku yang rusak.
Produk rusak maupun sisa bahan masih mempunyai harga jual dapat
menambah penghasilan diluar usaha, maupun menjadi pengurang biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. (2010). Dasar-dasar Akuntansi Biaya. Edisi 4. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Mulyadi. (2012). Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan STIE YKPN.

STIE Putra Bangsa Kebumen

11

LAMPIRAN

STIE Putra Bangsa Kebumen

12

STIE Putra Bangsa Kebumen

13