Laporan Praktek Kerja Lapangan (8)

Laporan Praktek Kerja Lapangan
DTSD Kepabeanan dan Cukai Angkatan II
T.A. 2014
di KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok
Tanggal 13 s.d. 18 Juni 2014

Mekanisme Pengawasan Pembongkaran Barang Impor dari Sarana Pengangkut ke
Dermaga Pelabuhan Tanjung Priok

Oleh:
Kelompok 1
Ketua

:

Rio Artha Yudha Prawira

NIP 199005222013101001

Sekretaris


:

Aron Melky Mario

NIP 199202042013101003

Anggota

: 1. Ersa Pradika Arvianto

NIP 199104112013101001

2. Muhammad Rafiq

NIP 198812222013101001

3. Yosua Risputra

NIP 199201232013101001


A. Aktivitas PKL
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di ruang Bidang Penindakan dan
Penyidikan pada KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok dengan aktivitas
sebagai berikut:
No

Tanggal

Unit Kerja

Jenis Pekerjaan

.
1.

13 Juni 2014

-

- Sambutan dan pemutaran


Bidang Bimbingan
Kepatuhan dan

profil video KPU Bea dan

Layanan Informasi

Cukai Tipe A Tanjung
Priok oleh Bapak Iwan
Agung Selaku Kepala

-

Tempat
Pemeriksaan Hi-Co

-

Scan X-Ray

Tempat
Pemeriksaan Fisik
Barang Impor

Seksi Layanan Informasi
- Penjelasan mekanisme
pemeriksaan Hi-Co Scan
X-Ray oleh petugas
- Penjelasan langsung di
lapangan tentang
mekanisme pemeriksaan
barang oleh petugas

-

Tempat
Pemeriksaan

pemeriksa fisik barang
- Penjelasan mekanisme


Gamma Ray

pemeriksaan barang
ekspor dengan

-

Bidang Penindakan
dan Penyidikan

menggunakan Gamma
Ray oleh petugas
- Pengarahan tentang
pengawasan
pembongkaran dan
penimbunan barang impor
oleh Bapak Waloyo
selaku Kepala Seksi


2.

16 Juni 2014

-

Bidang Penindakan
dan Penyidikan

Penindakan
- Penjelasan proses bisnis
pembongkaran dan
penimbunan barang impor
di KPU Bea dan Cukai
Tipe A Tanjung Priok
- Pengumpulan data dan
bahan pendukung laporan

3.


17 Juni 2014

-

Bidang Pelayanan

- Pengumpulan data dan

-

Pabean dan Cukai
Bidang Penindakan

-

-

dan Penyidikan
Dermaga
Pelabuhan Tanjung


bahan pendukung laporan
Pengumpulan data dan
bahan pendukung

-

laporan
Peninjauan lokasi

Priok wilayah kerja

pembongkaran barang

Seksi Penindakan I

berupa Coil dan Gypsum
dari sarana pengangkut

4.


18 Juni 2014

-

-

Aula Lantai 5 Ruang

-

Kesempurnaan
Aula Lantai 5 Ruang Kesempurnaan

ke dermaga
Penyusunan draft
Laporan PKL
Penyusunan draft
Laporan PKL


B. Konsentrasi Laporan
1. Jenis Pekerjaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI nomor: 68/PMK.01/2007 Tgl
27 Juni 2007, disebutkan bahwa KPU Bea dan Cuka Tipe A Tanjung Priok
yang berkedudukan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, mempunyai
tugas melaksanakan pelayanan dan pengawasan, penelitian atas keberatan
serta audit di bidang kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Salah satu kegiatan utama pada KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok
adalah

pengawasan

pembongkaran

dan

penimbunan

barang


impor.

Pembongkaran barang impor dari sarana pengangkut yang datang dari luar
daerah pabean wajib dilakukan:
a. Di kawasan pabean; atau
b. Di tempat lain setelah mendapat izin kepala kantor yang mengawasi
tempat tersebut.
Pada pembahasan kali ini penulis lebih memfokuskan pada mekanisme
pengawasan pembongkaran barang impor dari sarana pengangkut ke
dermaga Pelabuhan Tanjung Priok. Alasan kami memfokuskan topik bahasan
pada proses pengawasan pembongkaran adalah karena pembongkaran
merupakan salah satu kegiatan awal yang harus dilalui oleh barang impor
pada saat sampai di kawasan pabean. Pada titik ini sangat rawan terjadi
pelanggaran terhadap peraturan kepabeanan. Komoditi yang paling sering

dilakukan pengawasan pembongkaran adalah komoditi dengan jenis barang
Coil, barang pabrikasi, gandum, sulfur, dan gypsum.
Menurut praktik yang terjadi di lapangan,definisi dari pembongkaran itu
sendiri adalah membongkar/memindahkan kontainer yang berisi barang impor
dari sarana pengangkut laut ke dermaga. Kontainer-kontainer tersebut masih
belum dapat diketahui apakah berisi barang yang terkena jalur merah, jalur
kuning atau jalur hijau, sehingga setiap kontainer yang akan dilakukan
pembongkaran mengalami tatalaksana pembongkaran yang sama dengan
kontainer-kontainer lainnya, tanpa adanya perbedaan. Titik akhir dari
pembongkaran itu sendiri adalah apabila kontainer sudah berada di atas
dermaga. Ketentuan “di atas dermaga” berarti mencakup juga kontainer yang
tidak diletakkan dahulu di atas dermaga, tapi langsung diletakkan atau
dipasang di atas sarana pengangkut darat yang akan mengangkut kontainer
itu keluar dari pelabuhan. Sarana pengangkut darat yang dimaksud adalah
truk (trucklossing) atau kereta api.
2. Unit Kerja yang Melaksanakan
Unit kerja yang terlibat dalam kegiatan pengawasan pembongkaran
adalah:
a. Kepala KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok
Setiap Surat Pemberitahuan awal yang disampaikan kepada Kantor Bea
dan Cukai Tanjung Priok ditujukan kepada Kepala Kantor.
b. Bidang Pabean dan Cukai
Berperan sebagai tempat bagi petugas pengawas pembongkaran untuk
menyampaikan informasi tentang hasil pembongkaran dengan kondisi
lebih atau kurang untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
c. Bidang Penindakan dan Penyidikan
Berperan dalam pemberian wewenang kepada seksi penindakan untuk
melaksanakan pengawasan pembongkaran barang impor.
d. Seksi Penindakan
Berperan dalam pelaksanaan pengawasan pembongkaran barang impor
dari sarana pengangkut ke dermaga Pelabuhan Tanjung Priok.
e. Bidang Manifes
Berperan dalam menentukan apakah atas selisih lebih atau kurang hasil
pembongkaran barang impor harus dikenai saknsi administrasi berupa
denda dan/atau membayar bea masuk sebesar yang diberitahukan.

3. Bahan-bahan yang Digunakan untuk Menyelesaikan Pekerjaan
Peraturan-peraturan yang menjadi dasar hukum dalam pelaksanaan ketentuan
teknis di bidang kepabeanan untuk tema yang kami bahas kali ini adalah:
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU
Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.01/2007 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
c. Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

88/PMK.04/2007

tentang

Pembongkaran dan Penimbunan Barang Impor
d. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-25/BC/2007 tentan
Perubahan atas Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor:
P-21/BC/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di
Bidang Impor pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tanjung Priok
e. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-10/BC/2006 tentang
Tata Cara Penyerahan dan Penatausahaan Pemberitahuan Rencana
Kedatangan

Sarana

Pengangkut,

Manifes

Kedatangan

Sarana

Pengangkut, dan Manifes Keberangkatan Sarana Pengangkut
4. Prosedur Kerja
Mekanisme

pengawasan

pembongkaran

dimulai

dari

penyampaian

Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP) atau Jadwal Kedatangan
Sarana Pengangkut (JKSP) oleh sarana pengangkut kemudian dilanjutkan
dengan penyampaian inward manifest yang juga berfungsi sebagai dokumen
persetujuan pembongkaran barang. Pengangkut yang sarana pengangkutnya
akan datang dari:
a. Luar Daerah Pabean; atau
b. Dalam Daerah Pabean yang mengangkut barang impor, barang ekspor
dan/atau barang asal Daerah Pabean yang diangkut ke dalam Daerah
Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean,
wajib menyerahkan pemberitahuan berupa RKSP/JKSP (lampiran 1) kepada
Pejabat di setiap Kantor Pabean yang akan disinggahi, paling lambat 24 jam
sebelum kedatangan sarana pengangkut. Jika sarana pengangkut mempunyai
jadwal kedatangan secara teratur, cukup menyerahkan Jadwal Kedatangan
Sarana Pengangkut kepada pejabat di setiap Kantor Pabean yang akan
disinggahi paling lambat 24 jam sebelum kedatangan yang pertama dalam
jadwal tertentu. RKSP dan JKSP yang telah diterima dan mendapat nomor
pendaftaran, merupakan pemberitahuan pabean BC 1.0.

Selain kewajiban menyampaikan RKSP dan JKSP, pengangkut juga wajib
menyerahkan pemberitahuan berupa inward manifest (lampiran 2) dalam
Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris kepada Pejabat di KPU Bea dan Cukai
Tipe A Tanjung Priok. Untuk Sarana Pengangkut yang melalui jalur laut dan
mendarat di Pelabuhan Tanjung Priok, kewajiban menyerahkan inward manifest
dilaksanakan paling lama pada saat sebelum pembongkaran dilakukan. Dalam
hal pembongkaran tidak dapat segera dilakukan, inward manifest diserahkan
paling lama 24 jam sejak kedatangan untuk sarana pengangkut yang melalui
jalur laut.
Penyerahan inward manifest tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu:
a. Melalui sistem PDE, untuk Kantor Pabean yang menerapkan sistem PDE
Kepabeanan
b. Melalui Media Penyimpan Data Elektronik, untuk Kantor Pabean yang
menerapkan sistem pertukaran data dengan Media Penyimpan Data
Elektronik
c. Secara manual, untuk Kantor Pabean selain yang menerapkan sistem PDE
ataupun Media Penyimpan Data Elektronik.
Dalam hal penyerahan inward manifest, KPU Bea dan Cukai Tipe A
Tanjung Priok termasuk ke dalam kategori kantor yang telah menggunakan
sistem PDE atau EDI (Electronic Data Interchange).
Setelah

inward

manifest

disampaikan,

sarana

pengangkut

akan

mendapatkan respon berupa nomor dan tanggal pendaftaran. Manifes yang
telah memiliki nomor dan tanggal pendaftaran ini merupakan Pemberitahuan
Pabean BC 1.1 yang dapat dijadikan sebagai dokumen persetujuan
pembongkaran barang. Atas pembongkaran barang impor tersebut, petugas
bea dan cukai dapat melakukan kegiatan pengawasan dan dibuatkan laporan
mengenai pembongkaran (lampiran 3).
Pengawasan pembongkaran atas barang impor di kawasan pabean
Pelabuhan Tanjung Priok antara lain betujuan:
a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran yang dilakukan dalam
pembongkaran barang impor
b. Untuk mengetahui apakah jumlah barang yang dibongkar sama dengan
jumlah barang yang diberitahukan dalam inward manifest
c. Untuk menentukan besarnya bea masuk dan/atau denda yang harus
dibayar sehubungan dengan selisih lebih atau kurang pembongkaran.

Setelah selesai melakukan pembongkaran barang impor, pengangkut wajib
menyampaikan daftar bongkar yang berisi jumlah kemasan, jenis kemasan,
dan/atau jumlah barang curah yang telah dibongkar kepada pejabat bea dan
cukai di KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok dalam jangka waktu paling
lama 24 jam terhitung sejak pembongkaran selesai. Hal ini sesuai dengan
Peraturan

Kementerian

Keuangan

Nomor:

88/PMK.04/2007

tentang

Pembongkaran dan Penimbunan Barang Impor.
Daftar bongkar yang disampaikan oleh pengangkut didasarkan pada
jumlah barang yang dibongkar yang tercantum dalam Statement of Fact
(lampiran 4) yang diterbitkan oleh Perusahaan Bongkar Muat (PBM). Petugas
pengawas pembongkaran wajib mencocokkan antara jumlah barang yang
dilaporkan pegangkut dalam inward manifest dengan jumlah yang tercantum
dalam Statement of Fact.
Di dalam kegiatan pembongkaran, hasil jumlah bongkar yang dapat terjadi
antara lain kondisi sesuai, kurang, atau lebih. Pengenaan sanksi administrasi
berupa denda dan/atau bea masuk sebesar yang diberitahukan ditetapkan
apabila

pengangkut

tidak

dapat

mempertanggungjawabkan

selisih

lebih/kurang tersebut. Dalam hal kondisi sesuai, pengangkut tidak ada
kewajiban
pengangkut

membayar
wajib

apa-apa.

membayar

Dalam
denda

kondisi
dan

Bea

selisih
Masuk

kurang,

maka

senilai

yang

diberitahukan. Sedangkan dalam kondisi selisih lebih, maka pengangkut
hanya diwajibkan membayar denda. Apabila dari hasil penyampaian daftar
bongkar didapati terjadi kondisi selisih lebih atau kurang, maka petugas
pengawas pembongkaran, dalam hal ini mewakili seksi penindakan akan
menindaklanjuti kepada bidang pabean untuk diteruskan kepada bidang
manifest agar dilakukan penelitian terkait keputusan pengenaan sanksi
berupa denda dan/atau pembayaran bea masuk.
Untuk barang curah, diberikan toleransi lebih atau kurang dari jumlah yang
diberitahukan. Nilai toleransi yang diberikan adalah sebesar 0,5% dari total
jumlah barang yang diberitahukan. Pencocokan antara jumlah yang
diberitahukan dengan jumlah yang dibongkar untuk barang curah harus
dilakukan secara apple to apple. Maksud pembandingan secara apple to
apple adalah membandingkan secara setara atas jumlah barang dengan
menggunakan

sumber/cara

perhitungan

yang

sama.

Jika

dalam

pemberitahuan menggunakan Draught Survey (lampiran 5) untuk menentukan
jumlah barang, maka untuk perhitungan jumlah barang yang dibongkar juga
harus menggunakan Draught Survey. Hal ini dimaksudkan agar proses

pembandingan jumlah dapat diyakini akurasinya dan menghindari terjadinya
selisih yang terlalu besar.
Draught

Survey

adalah

salah

suatu

sisem

perhitungan

muatan,

berdasarkan pengukuran draft kapal sebelum dan sesudah pembongkaran
dengan memperhitungkan perubahan berat barang-barang yang berada di
atas

kapal

selain

muatan

yang

mungkin

terjadi

selama

operasi

pembongkaran. Untuk pengukuran Draught Survey lazimnya menggunakan
jasa perusahaan inspeksi misalnya PT. SUCOFINDO. Selain menggunakan
metode Draught Survey juga dapat digunakan metode lainnya seperti metode
timbangan.
Pada saat pembongkaran diawasi oleh 2 (dua) orang petugas pengawas
pembongkaran yang ditunjuk berdasarkan surat tugas bulanan (lampiran 6).
Dalam melaksanakan pembongkaran, alat-alat berat yang digunakan adalah
Crane, Forklift, dan Hover (Hover untuk membongkar barang curah). Alat-alat
berat ini disediakan oleh PBM (Perusahaan Bongkar Muat) yang merupakan
perusahaan swasta di area Kawasan Pelabuhan.
Setelah selesai pembongkaran, maka selanjutnya barang dapat ditimbun.
Barang dapat ditimbun di TPS ataupun di gudang/lapangan importir di luar
Kawasan Pabean.
Sejak diterapkan sistem EDI pada Kantor Pelayanan Utama Tipe A Tanjung
Priok, secara tidak langsung mengurangi peranan petugas pengawas
pembongkaran. Hal ini dikarenakan ketentuan peraturan perundangan di
bidang pabean menyatakan bahwa, ketika inward manifest yang telah
disampaikan oleh pengangkut melalui system EDI telah mendapat respon
nomor dan tanggal pendaftaran, maka dokumen BC 1.1 tersebut dapat
digunakan sebagai dokumen persetujuan pembongkaran barang impor.
Sehingga, walaupun pengangkut membongkar barang tanpa ada pengawasan
langsung oleh petugas bea dan cukai, tindakan ini tidak dapat dipersalahkan
menurut hukum apabila pengangkut dapat menunjukkan dokumen BC 1.1.
yang bernomor dan tanggal pendaftaran. Namun, pada dasarnya manajemen
resiko telah dilaksanakan di dalam sistem. Sistem akan mengidentifikasi
barang-barang

mana

saja

yang

membutuhkan

pengawasan

dalam

pembongkaran. Untuk barang-barang jenis ini, petugas bea dan cukai akan
melakukan pengawasan yang lebih instensif.
Mekanisme pembongkaran mulai dari penyampaian RKSP/JKSP hingga
selesainya

proses

pengawasan

digambarkan dalam flowchart berikut:

pembongkaran

barang

impor

dapat

Sumber: KPU Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok

4. Permasalahan

dan

Kendala

yang

Dihadapi

dalam

Melaksanakan

Pekerjaan
Setelah melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan mengenai mekanisme
pembongkaran barang impor dari sarana pengangkut ke dermaga
Pelabuhan Tanjung Priok, Kami menemukan beberapa permasalahan
antara lain:
a. Tidak adanya ketentuan peraturan yang mengatur sanksi administrasi
keterlambatan penyampaian daftar bongkar
Terkait dengan batas waktu penyampaian daftar bongkar, di dalam
peraturan hanya menyebutkan bahwa batas waktu maksimal adalah
penyampaian adalah 24 jam sejak selesai pembongkaran. Hingga saat ini
masih belum diatur mengenai ketentuan sanksi apabila penyampaian daftar
bongkar melebihi 24 jam. Padahal, faktanya di lapangan banyak sekali
penyampaian daftar bongkar yang melebihi 24 jam dengan berbagai alasan.
Petugas Bea dan Cukai tidak dapat bertindak dengan tegas karena
keterbatasan dasar hukum yang kuat terkait hal ini.
b. Standar Operasi dan Prosedur (SOP) pengawasan pembongkaran
barang impor masih dalam bentuk draft
Selama ini, pelaksanaan tugas pengawasan pembongkaran atas barang
impor belom memiliki standar yang baku. Cara pengawasan yang dilakukan

antara petugas yang satu dengan petugas yang lain dapat saja berbeda. Hal
ini jelas sangat menyulitkan untuk menentukan apakah pengawasan yang
dilakukan telah optimal dan sesuai standar atau tidak. Tata cara pelaksanaan
pengawasan pembongkaran saat ini masih dalam bentuk draft, sehingga
belum dapat diterapkan oleh petugas pengawas pembongkaran.
c. Terdapat dokumen lain selain BC 1.1 yang berfungsi sebagai
persetujuan bongkar barang berupa makhluk hidup
Dalam hal perijinan pembongkaran barang impor, pada dasarnya BC 1.1
(inward manifest) merupakan dokumen yang sah yang dijadikan sebagai
persetujuan

pembongkaran.

Namun,

yang

perlu

dicermati

adalah

pembongkaran terhadap barang impor berupa makhluk hidup seperti hewan
dan tumbuhan. Untuk barang-barang impor tersebut, selain manifest, ada
dokumen lain yang seharusnya dijadikan dasar persetujuan pelaksanaan
pembongkaran. Untuk hewan, dokumen yang dibutuhkan yakni dokumen KH5 (Surat Perintah Bongkar, lampiran 7), KH-7 (Instalasi Karantina Hewan),
atau KH-12 (Sertifikat Pelepasan). Untuk tumbuhan, dokumen yang
dibutuhkan yakni dokumen SP-7 (Surat Pemberitahuan Tidak Diperlukan
Tindakan Karantina Tumbuhan), KT-2 (Surat Persetujuan Pelaksanaan
Tindakan Karantina Tumbuhan), atau KT-9 (Sertifikat Pelepasan Karantina
Tumbuhan).
Pada

kenyataannya,

petugas

pengawas

di

lapangan

seringkali

menemukan kasus pembongkaran barang impor berupa hewan dan
tumbuhan yang hanya disertai dengan dokumen manifest saja tanpa ada
dokumen lainnya terkait karantina. Petugas yang pengawas pembongkaran
tidak dapat dipersalahkan dalam kondisi ini, karena dalam pandangan bea
cukai pembongkaran yang dilakukan oleh pengangkut telah sesuai dengan
aturan. Pengangkut telah memiliki dokumen BC 1.1 yang telah memiiliki
tanggal dan nomor pendaftaran. Dalam hal ini, perlu adanya koordinasi yang
baik antara pihak bea dan cukai dengan pihak karantina terkait dokumen
persetujuan pembongkaran.
d. Tidak adanya pembatasan akses orang masuk/keluar dermaga
Terkait pembatasan akses keluar masuk dermaga yang tidak terlalu ketat,
membuat orang-orang yang sebenarnya tidak berkepentingan juga dapat
masuk ke kawasan dermaga. Hal ini cukup menjadi kendala bagi petugas
pengawas pembongkaran. Pengawas susah membedakan mana orang yang
memang berkepentingan dengan proses pembongkaran dan mana yang tidak.
Kondisi yang seperti ini justru memberikan peluang untuk terjadinya

penyelundupan barang yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab.
5. Saran/Usul Solusi Pemecahan Masalah
Dari berbagai permasalahan dan kendala pelaksanaan pengawasan
pembongkaran di lapangan, saran yang dapat kami berikan antara lain:
a. Perbaikan peraturan-peraturan yang dapat dijadikan dasar hukum terkait
dengan pengenaan sanksi berupa denda atau lainnya apabila pengangkut
terlambat menyampaikan daftar bongkar kepada Kantor Bea Cukai
Pengawasnya
b. Menetapkan

Standar

Operasi

dan

Prosedur

(SOP)

pengawasan

pembongkaran menjadi standar baku yang harus dilakukan oleh setiap
petugas pengawas pembongkaran. SOP juga dapat memuat hal-hal lain
yang dapat dilakukan oleh petugas pengawas pembongkaran jika kondisi
di lapangan tidak sesuai dengan SOP.
c. Melakukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait, misalnya karantina,
dalam hal perijinan pembongkaran untuk jenis barang impor tertentu yang
membutuhkan perijinan dari instansi teknis yang bersangkutan. Untuk
barang impor selain hewan dan tumbuhan, dokumen yang dibutuhkan
hanya BC 1.1 sebagai persetujuan bongkar. Sedangkar untuk barang
impor berupa hewan, selain BC 1.1 juga harus disertai dokumen KH-5, KH7, atau KH-12. Untuk barang impor berupa tumbuhan juga harus disertai
dokumen SP-7, KT-2, atau KT-9.
d.

Memperbaiki sistem pembatasan akses masuk/keluar dermaga agar
pengawasan yang dilakukan oleh petugas pengawas pembongkaran lebih
optimal. Pembatasan akses yang kami usulkan dapat dilakukan dengan
cara penggunaan nametag petugas yang dilengkapi dengan magnetic tape
yang penggunaannya dengan cara menggesek ID Card tersebut pada
mesin Electronic Data Capture. Penempatan petugas bea dan cukai pada
pintu masuk/keluar dermaga untuk

mengawasi masuk dan keluarnya

orang di dermaga. Pihak yang dapat mengakses masuk/keluar dermaga
hanya pihak Customs, Imigration, and Quarantine (CIQ) dan pihak lain atas
seizing CIQ.

Jakarta, 18 Juni 2014
No

Nama

NIP

.
1

Aron Melky Mario Hutabarat

199202042013101003

2

Ersa Pradika Arvianto

199104112013101001

3

Muhammad Rafiq

198812222013101001

4

Rio Artha Yudha Prawira

199005222013101001

5

Yosua Risputra

199201232013101001

Tanda Tangan
1.
2.
3.
4.
5.

Pengesahan Pembimbing
Tanda Tangan

Tanggal

Nama : Marlinah
NIP

: 196911061996032001

18 Juni 2014