pengaruh khawarij syiah dan sunni terhad

Makalah Kelompok VI
COVER

PENGARUH KHAWARIJ, SYI’AH DAN SUNNI TERHADAP
PERKEMBANGAN TASYRI’
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah :Tarikh Tasyri’
Dosen :Drs. Surya Sukti, M.Ag.

Disusun Oleh
Dwi Nur Rochman
NIM: 1302120234
Deti Kurniasih
NIM: 13021202043
Wahyuni
NIM: 13021202076

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
JURUSAN SYARI’AH
PRODI EKONOMI SYARI’AH
TAHUN 2014 M / 1435 H


MOTO

“AN ACTION IS THE
FOUNDATION OF A SUCCESS”
(SEBUAH TINDAKAN ADALAH
DASAR DARI SEBUAH
KESUKSESAN)

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala Puji bagi Allah Swt,Tuhan semesta alam.Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Atas berkat, rahmat dan karunia-Nya lah kita diberi kesehatan
dan nikmat yang takkan pernah bisa ternilai.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw. beserta
keluarga, sahabat dan pengikut-pengikut beliau hingga akhir zaman. Karna
dengan perjuangan beliau dan para sahabatya, kita mampu menikmati indahnya
hidup bernuansa Islami,InsyaAllah.
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas makalah yang berjudul
“Pengaruh Khawarij, Syi’ah dan Sunni terhadap Perkembangan Tasyri” untuk

memenuhi tugas Tarikh Tasyri. Serta menambah wawasan pembaca tentang aliran
Khawarij, Syi’ah dan Sunni secara lebih mendalam.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada orang tua penulis karena
telah memberi kami kesempatan untuk dapat menjalankan aktifitas kuliah di
STAIN PALANGKARAYA dan terima kasih kepada dosen pengajar Drs. Surya
Sukti, M.A yang telah berjasa dalam membimbing dan memotivasi kami untuk
terus belajar, dan mengajarkan arti sebuah Akhlak mulia dan juga telah
mengarahkan kami untuk hidup lebih mandiri dalam menambah wawasan ilmu
pengetahuan.
Akhirnya, Semoga yang penulis bahas dapat bemanfaat bagi pembaca.
WassalamualaikumWr.Wb
Pangkaraya, April 2014

Penulis

3

DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

MOTO......................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I 1
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1
D. Metode Penulisan...........................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
A. Latar Belakang Munculnya aliran-aliran........................................................3
B. Karakteristik Berpikir Aliran-aliran................................................................7
C. Pengaruh Aliran Terhadap Perkembangan Tasyri’.......................................10
BAB III..................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................15
A. Buku..............................................................................................................15
B. Internet..........................................................................................................15

4


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak masa khulafaur rasyidin berakhir, fase selanjutnya dikenal dengan
tabi’in atau sahabat yang pemerintahannya dipimpin oleh Bani Umayah.
Pemerintahan Bani Umayah menggunakan sistem monarki yang menggantikan
sistem pemerintahan sebelumnya, yang bersifat kekhalifahan.
Umat Islam pada saat itu terpecah menjadi tiga kelompok; Khawarij sebagai
penentang Ali, Syi’ah sebagai pendukung Ali, dan kelompok mayoritas (jumhur).
Munculnya kelompok-kelompok itu berpengaruh besar dalam mewarnai proses
perkembangan hukum Islam.
Pada fase ini perkembangan hukum Islam ditandai dengan munculnya aliranaliran politik yang secara implisit mendorong terbentuknya aliran hukum.
Walaupun panasnya suasana politik yang dipengaruhi oleh golongan-golongan
pemberontak yakni golongan Khawarij dan Syi’ah mewarnai pada periode ini,
akan tetapi fase-fase ini disebut juga masa keemasan Islam yang mana tumbuh
banyak perkembangan-perkembangan keilmuan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja latar belakang munculnya aliran Khawarij, Sy’iah dan Sunni ?
2. Bagaimana karakteristik berpikir aliran-aliran tersebut ?
3. Apa pengaruh aliran-aliran tersebut terhadap perkembangan Tasyri’ ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini agar mahasiswa:
1. Mengetahui dan menjelaskan latar belakang munculnya aliran-aliran
seperti Khawarij, Syi’ah dan Sunni.
2. Memahami dan menjelaskan karakteristik berpikir aliran-aliran seperti
Khawarij, Syi’ah dan Sunni.
3. Mengetahui dan menjelaskan apa pengaruh aliran-aliran Khawarij, Syi’ah
dan Sunni terhadap perkembangan Tasyri’.

1

2

D. Metode Penulisan
Adapun metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah sederhana ini
yaitu:
1. Metode kepustakaan (Library Research),
2. Metode penelurusan internet (Web Search).

BAB II

PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Munculnya aliran-aliran
1. Khawarij
Secara etimologis kata khawarij berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja
yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Ini yang mendasari
Syahrastani untuk menyebut khawarij terhadap orangvyang memberontak
imam yang sah. Berdasarkan pengertian etimologi khawarij berarti setiap
muslim yang ingin keluar dari kesatuan umat Islam.1
Asal mulanya kaum khawarij adalah orang-orang yang mendukung
Sayyidinna Ali. Akan tetapi, akhirnya mereka membencinya karena dianggap
lemah dalam menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim yang sangat
mengecewaka, sebagaimana mereka juga membenci Mu’awiyah karena
melawan Sayyidina Ali khalifah yang sah. Mereka menuntut agar Sayyidina
Ali mengakui kesalahannya, karena mau menerima tahkim. Bila Sayyidina
Ali mau bertobat, maka mereka mau bersedia lagi bergabung dengannya
untuk menghadapi Mu’awiyah. Tetapi bila dia tidak bersedia bertobat, maka
orang-orang Khawarij menyatakan perang terhadapnya, sekaligus juga
menyatakan perang terhadap Mu’awiyah.2
Tetapi Ali membatalkan syarat-syarat yang diikatnya bersama
Mu’awiyah. Namun Ali tidak menggapai hal itu, kelakuan mereka ketika Ali

khutbah di masjid atau berkumpul di majlis Ali selalu melontarkan ucapannya
“Tidak ada hukum selai hukum Allah”. Dan mereka telah putus asa mengajak
Ali agar mengikuti pendapatnya, dan Ali mengkhutbahi mereka dengan
mengajaknya agar lebih berpegang teguh dengan prinsip yang dianutnya serta
menyarankan mereka agar keluar dari Kufah yang penduduknya aniaya
menuju sebuah
1Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001, h.49.
2Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010,
h. 123.

3

4

kampung yang tidak terlalu jauh yang disebut Harura. Maka mereka
menuruti seruan tersebut, sejak hari itu kelompok ini disebut Haruriah
sebagaimana disebut Khawarij karena mereka keluar dari barisan Ali atau
karena mereka keluar menuju jalan Allah sebagaimana pandangan mereka,
seperti demikian. Dan kaum ini juga disebut Al-Muhakkimah karena mereka
berpegang teguh dengan kata “La Hukm Illa Lillah” (tidak ada hukum selai

humu islam).3
2. Syi’ah
Syi’ah dilihat dari bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau
kelompok, sedangkan secara terminologis adalah sebagian kaum muslimin
yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk kepada
keturunan Nabi Muhammad saw. atau orang yang disebut sebagai ahl al-bait.
Menurut Thabathbai, istilah Syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada
para pengikut Ali (Syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi
Muhammad saw. para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu di anratanya adalah
Abu Dzar Al-Ghiffari, Miqadi bin Al-Aswad, dan Ammar bin Yasir.4
Syi’ah adalah segolongan dari umat Islam yang sangat mencintai Ali bin
Abi Thalib dan keturunannya secara berlebih-lebihan. Golongan syi’ah
berpendapat bahwa yang paling berhak memangku jabatan khalifah adalah Ali
bin Abi Thalib dan keturunannya, sebab dialah yang diwasiatkan oleh Nabi
SAW untuk menjadi khalifah setelah beliau wafat.5
Firman Allah SWT. dalam surah AL-An’am ayat 159, yaitu:

‫ن فشلرهقوا ا فدين شههمي وش ش‬
‫منيههمي ففي ش‬
‫شييءء‬

‫ت ف‬
‫كاهنوا ا ف‬
‫ن ٱل ل ف‬
‫إف ل‬
‫شي شععا ل لسي ش‬
‫ذي ش‬
‫ش‬
‫ما ش‬
١٥٩ ‫ن‬
‫كاهنوا ا ي شفيعشهلو ش‬
‫م ي هن شب بئ هههم ب ف ش‬
‫ما أميهرههمي إ فشلى ٱلل لهف ث ه ل‬
‫إ فن ل ش‬
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka
menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka.
Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian
3Muahammad Ali As-Sayis, Sejarah Fikih Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003, h. 96-97.
4Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, h. 89.
5Abdul Wahab Khallaf, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam, Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 2002, h. 61.


5

Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat”
(Q.S Al-An’am: 159)
Dari sini Syi’ah dimaksudkan sebagai suatu golongan dalam Islam yang
beranggapan bahwa Sayydina Ali bin Abi Thalib ra. adalah orang yang berhak
sebagai khalifah pengganti Nabi, berdasarkan wasiatnya. Sedangkan khalifahkhalifah Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan
adalah penggasab (perampas) kedudukan khalifah.6
Mengenai kemunculan Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat
dikalangan para ahli. Menurut Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa
akhir pemerintahan Usman bin Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada
masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Adapun menurut Watt, Syi’ah baru
benar-benar muncul kertika berlangsung peperangan antara Ali dan Mu’awiyah
yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam peperangan ini, sebagai respon atas
penerimaan Ali terhadap arbitrase yang ditawarkan Mu’awiyah, pasukan Ali
diceritakan terpecah menjadi dua, satu kelompok mendukung sikap Ali kelak
disebut Syi’ah dan kelompol lain yang menolak sikap Ali, kelak disebut
Khawarij.
Kalangan Syi’ah sendiri berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan

dengan masalah pengganti (khalifah) Nabi saw. mereka menolak kekhalifahan
Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Usman bin Affan karena dalam pandangan
mereka hanya Ali bin Abi Thaliblah yang berhak menggantikan Nabi.7
3. Sunni (Ahlus- Sunnah Wal Jama’ah)
Ungkapan Ahlussunnah (sering juga disbut dengan Sunni) dapat
dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam
pengertian umum adalah lawan kelompok Syi’ah. Sunni dalam pengertian
khusus adalah mahzab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan
lawan mu’tazilah.8

6Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), h. 72.
7Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, h. 90.
8 Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, h. 119.

6

Secara etimologis, istilah “Ahlus Sunnah Wal Jamaah” berarti golongan
yang senantiasa mengikuti jalan hidup Rasulullah Saw. dan jalan hidup para
sahabatnya. Atau, golongan yang berpegang teguh pada Sunnah Rasul dan
Sunnah para sahabat, lebih khusus lagi, sahabat yang empat, yaitu Abu Bakar
As – Siddiq, Umar Bin Khattab, Utsman bin ‘Affwan dan Ali bin Abi Thalib.9
Berdasarkan data sejarah yang ada, setelah terjadinya fitnah pada masa
kholifah Utsman bin Affan kemudian aliran-aliran yang menyimpang dari
ajaran islam yang murni dan asli bermunculan satu persatu, maka pada
periode akhir generasi sahabat Nabi SAW istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
mulai diperbincangkan dan dipopulerkan sebagai nama bagi kaum muslimin
yang masih setia kepada ajaran islam yang murni dan tidak terpengaruh
dengan ajaran-ajaran baru yang keluar dari mainstrem. Hal ini dapat
dibuktikan dengan memperhatikan beberapa riwayat yang menyebutkan
bahwa istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah diriwayatkan dari sahabat Nabi
generasi junior (sighor al-shohabah) sepert Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Ibnu
Sa’id al-Khurdi. Ibnu Abbas (3SH-68H/619-688) mengatakan:
Ibnu abbas berkata ketika menafsirkan firman Allah: “pada hari yang
diwaktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam”

‫ش‬
‫ن ٱسيوشد لتي‬
‫ما ٱل ل ف‬
‫جوهه وشت شسيوشد د وه ه‬
‫ض وه ه‬
‫ي شوي ش‬
‫جو ههء فشأ ل‬
‫م ت شبيي ش د‬
‫ذي ش‬
‫ما ه‬
‫ذوهقوا ا ٱليعش ش‬
‫من فك همي فش ه‬
‫كنت همي‬
‫جوههههمي أ شك ش ش‬
‫ذا ش‬
‫وه ه‬
‫ب بف ش‬
‫فريهتم ب شعيد ش فإي مش‬
١٠٦ ‫ن‬
‫ت شكي ه‬
‫فهرو ش‬

Artinya : “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada
pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram
mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu
beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu."10

9 Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), h. 187.
10 Ahmad Sarwono, Latar Belakang Lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,
http://sarwana09.blogspot.com/2012/11/latar-belakang-lahirnya-ahlus-sunnah.html, diakses pada
tanggal 25 April 2014 pukul 23:14 WIB.

7

E. Karakteristik Berpikir Aliran-aliran
1. Khawarij
Berikut berapa gagasan Khawarij tentang hukum Islam, di antaranya
sebagai berikut.
Pertama, umat Islam yang tergolong jumhur atau Suni percaya bahwa
kepemimpinan mesti depegang oleh Quraisy. Sebaliknya menurut Khawarij,
pemimpin umat Islam tidak mesti keturunan Quraisy, setiap orang yang
beragama Islam berhak menjadi pemimpin, apakah ia berhasil dari kalangan
merdeka maupun kalangan budak.
Kedua, dalam Al-Quran terdapat sanksi bagi pelaku zina, yaiti dicambuk
(al-jilid) seratus kali (al-Nur: 2). Di samping itu, dalam Sunnah ditentukan
bahwa sanksi bagi pelaku zina adalah rajam. Khawarij tidak menerima dan
tidak mau melaksanakan tambahan sanksi bagi pelaku zina yang terdapat
dalam hadis. Mereka berpendapat bahwa sanksi bagi pelaku zina adalah
seratus kali pukulan, tidak tambah dengan rajam.
Ketiga, dalam Al-Qur’an terdapat perempuan yang haram dinikahi.
Diantara yang haram dinikahi adalah anak perempuan, banatukum (al-Nisa :
23-24). Khawarij (sekte al-Maimuniyyah) berpendapat bahwa menikahi cucu
perempuan adalah boleh (halal atau tidak haram), sebab yang diharamkan
dalam Al-Qur’an adalah anak, cucu tidak diharamkan.
Keempat, Khawarij pada umumnya berpendapat bahwa menikah dengan
perempuan yang tidak masuk sekte Khawarij tidaklah sah.
Kelima, ketika terjadi perang antara kelompok Khawarij dan umat Islam
yang bukan Khawarij, yang boleh dijadikan ghanimah menurut Ibadiyah
hanyalah senjata dan kuda. Selain senjata dan kuda tidak halal dijadikan harta
rampasan perang.11

11Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000, h. 59-60.

8

4. Syi’ah
Seperti halnya dengan Khawarij, Syi’ah tidak mengakui adanya ijma’ atau
qiyas. Qiyas ditolak karena berdasarkan pada akal, bukan nash. Syi’ah hanya
mengakui Allah, Rasul-Nya dan Imam sebagai sumber otoritas pembentukan
hukum Islam, sehingga pendapat kelompok ini banyak berbeda dengan
pendapat Sunni, baik dalam Ushul atau Furu’. Dalam Ushul misalnya, mereka
menolak adanya nasakh dan mansukh, sehingga mereka membolehkan adanya
nikah mut’ah sampai hari kiamat kelak.
Diantara contoh pemikiran hukum golongan Syi’ah adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur’an mempunyai dua arti lahir dan bathin, yang mengetahui
keduanya hanyalah Allah, Rasul dan Imam. Imam mengetahui makna
bahtin Al-Qur’an, karena para Imam tersebut dianggap maksum oleh
mereka dan diberikan ilmu yang setaraf dengan kenabian, masyarakat
umum hanya mengetahui dzahirnya saja.
b. Membolehkan nikah mut’ah.
c. Orang syiah mengharamkan seorang muslim menikahi wanita ahli kitab.
d. Hadits Nabi yang dianggap shahih oleh kelompok ini hanyalah haditshadits yang diriwayatkan dengan jalur-jalur para imam mereka. Hadits
yang diriwayatkan oleh kalangan Ahlus Sunnah, meskipun derajat
keshahihannya tinggi tidak akan diterima oleh mereka. Demikian pula
dalam masalah furu’ dan ushul mereka akan menerima jika disetujui oleh
Imam mereka.
e. Dalam kalimat azan “Hayya ‘Alal Falah” dalam pandangan Syi’ah
ditambah satu kalimat lagi yaitu “Hayya ‘Ala Khairil Amal”.
f. Masalah warisan bagi perempuan, perempuan hanya mendapatkan benda
bergerak saja, tidak seluruh jenis harta.
g. Waktu shalat hanya tiga, dzuhur dan ashar (Dhuluqi syamsi), Magrib dan
Isya (Ghosyaqillaili) dan subuh (Qur’anal Fajri).
h. Dalam sujud tidak menggunakan alas tempat sujud yang dibuat tangan.
Biasanya mereka menggunakan tanah atau batu dari karbala.12

12Yayan Sopyan, Tarikh Tasyri (Sejarah Pembentukan Hukum Islam), Depok: Gramata
Publishing, 2010, h. 106-107.

9

5. Sunni (Ahlus- Sunnah Wal Jama’ah)
Diantara pemikiran hukum Islam Ahlussunnah wal jama'ah adalah :
a. Penolakan terhadap keabsahan nikah mut'ah. Bagi Jumhur, nikah
mut'ah haram dilakukan.
b. Jumhur menggunakan konsep aul dalam pembagian harta pusaka.
c. Nabi Muhammad saw tidak dapat mewariskan harta.
d. Jumlah perempuan yang boleh dipoligami dalam satu periode adalah 4
orang (penafsiran terhadap surat An Nisa ayat 3 dan hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
e. Persaudaraan iman masih tetap berlaku dan dibenarkan meskipun
mereka bermaksiat.
f. Orang-orang fasik tidak berarti kehilangan iman secara keseluruhan,
dan mereka tidak kekal dalam neraka, dan masih tergolong beriman
atau bisa juga dikatakan beriman tidak secara mutlak.
g. Para sahabat itu dimaafkan Allah, baik mereka yang melakukan ijtihad
dengan hasil yang benar maupun yang salah. Akan tetapi mereka tidak
meyakini bahwa para sahabat itu ma'sum dari dosa-dosa besar dan
kecil.13
F. Pengaruh Aliran Terhadap Perkembangan Tasyri’
1. Khawarij
Pemahaman Khawarij ini berimlpikasi terhadap pemahaman fiqih.
Beberapa pendapat mereka yang dapat dikemukakan diantaranya adalah masalah
thaharah. Sebagaimana disebutkan oleh Manna Al-Qatthan, kaum Khawarij salah
satu kelompok Islam yang paling ekstrim dalam melihat sesuatu, baik itu dalam
iman atau kekafiran.
Khawarij hanya mengakui Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber Tasyri’
sehingga mereka tak mengakui adanya sunnah, ijma’ atau yang lainnya. Akibatnya
adalah mereka selalu menentang dan tidak sependapat ketika salah satu paham

13Mufy World, Pengaruh aliran-aliran politik (syiah, khawarij dan sunni terhadap
perkembangan hukumislam), http://mufeecrf.blogspot.com/2011/08/pengaruh-aliran-aliran-politiksyiah.html, diakses pada tanggal 08 Mar. 14 pukul 22:57 WIB.

10

berbeda dengan Al-Qur’an. Hal ini terlihat ketika mereka menilai bagaimana para
sahabat atau tabi’in menggunakan sunnah dan ijma’.14
6. Syi’ah
Lantaran kesendirian Syi’ah dalam kehendak dan buruk sangkanya
terhadap orang yang berbeda dengannya, itu membawa pengaruh dalam
terhadap fikih Islam di antara mereka. Dan hal itu terjadi karena fikih menurut
mereka, meskipun bersandar pada Al-Qur’an dan Sunnah, tetap saja
menyalahi fikih ahli sunnah dalam beberapa segi.
Pertama, Syi’ah menafsirkan Al-Qur’an dengan penafsiran yang sesuai
prinsip yang dianutnya dan tidak menerima tafsir dan tidak menerima tafsir
yang bersandar pada hadis yang bukan dari imamnya.
Kedua, mereka tidak menerima berbagai hadis, kaidah-kaidah dasar fikih
dan masalah furu, yang berasal dari Ahli Sunnah apapun jua tingkat
keshahihhannya.
Ketiga, mereka tidak mengakui Ijma’ seperti pokok-pokok syara’ dan
mereka juga tidak menerima Qiyas (analogi).
Dari penjelasan ini, terlihat bahwa sikap mereka dalam lingkaran isi terlalu
sempit hingga membuat fiqih itu kaku tidak lentur karena banyak
permasalahan yang berjalan bersama dalil-dalil bukan dari mereka dan banyak
hadis-hadis kuat dan pendapat-pendapat yang benar. Perbedaan mereka dalam
masalah pokok ini berpengaruh terhadap perbedaan dalam furu’ cabang
diantaranya:
a. Mereka berpendapat bahwa nikah mut’ah (kawin kontrak) itu boleh
sampai hari kiamat, bahkan mereka memandangnya sebagai ibadah kepada
Allah. Dalam hal ini mereka bersandar dengan ayat: “Maka isteri-isteri
yang telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada
mereka maharnya.”(An-Nisa: 24). Dan sebagian imam mereka berkata :
tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghalalkan mut’ah
kami.
14Yayan Sopyan, Tarikh Tasyri (Sejarah Pembentukan Hukum Islam), h.104-105.

11

b. Syi’ah tidak memperbolehkan seorang muslim menikah dengan ahli kitab
baik Yahudi maupun Nasrani. Dengan bersandarkan pada ayat : “Dan
janganlah kamu berpegang pada tali (perkawinan) denagan perempuanperempuan kafir.”(Al-Mumtahnah: 10)
c. Syi’ah banyak berbeda dalam masalah waris. Mereka tidak memberi waris
kepada kaum wanita baik tanah maupun benda tak bergerak, tetapi hanya
mendapat benda bergerak saja, dan mereka melihat bahwa para nabi
memberikan waris dan mereka juga mendahulukan anak paman sekandung
dari pada paman sebapak.15
7. Sunni (Ahlus- Sunnah Wal Jama’ah)
Golongan ini adalah orang-orang yang bersikap abstain (apolitis) dan
tidak ikut-ikutan terjun kedalam pergolakan politik. Mereka tidak mau
bergabung dengan pasukan Ali dan para lawan politiknya. Kelompok ini
menempuh jalur ilmu yang benar dan manhaj yang lurus serta kajian yang
tepat dalam memahami agama Allah, memahami secara teliti terhadap ajaran
syari’at berdasarkan penjelasan Al-Qur’an dan Sunnah yang suci serta
riwayat-riwayat dari para sahabat, serta menghindari segala pengaruh fitnah
yang terjadi diantara sahabat diakhir khalifah Ali bin Abi Thalib.16
Metode yang dipakai golongan ini pada akhirnya melahirkan dua aliran
dalam mengistinbat hukum Syari’at:
a. Kelompok yang berpegang pada dzahirnya nash-nash saja dan
pengikut aliran ini dinamakan ahli hadits.
b. Kelompok yang mencari ilat-ilat hukum dan hikmahnya dari nashnash baik Al-Qur’a dan sunnah dan kelompok ini dinamakan ahlul
ra’yi.17

15 Muahammad Ali As-Sayis, Sejarah Fikih Islam, h. 101-103.
16Mufy World, Pengaruh aliran-aliran politik (syiah, khawarij dan sunni terhadap
perkembangan hukumislam), http://mufeecrf.blogspot.com/2011/08/pengaruh-aliran-aliran-politiksyiah.html, diakses pada tanggal 08 Mar. 14 pukul 22:57 WIB.
17 Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyi (Sejarah Legsilasi Hukum Islam), Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2009, h. 83.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Asal mulanya kaum khawarij adalah orang-orang yang mendukung
Sayyidinna Ali. Akan tetapi, akhirnya mereka membencinya karena
dianggap lemah dalam menegakkan kebenaran.
Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin
Affan kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin
Abi Thalib.
Sunni mulai mucul akibat karena banyaknya aliran-aliran yang
menyimpang dari ajaran Islam. Itulah yang melatarbelakangi sliran Sunni

itu timbul.
2.
Khawarij hanya mengakui Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber
Tasyri’ sehingga mereka tak mengakui adanya sunnah, ijma’ atau yang
lainnya. Akibatnya adalah mereka selalu menentang dan tidak sependapat
ketika salah satu paham berbeda dengan Al-Qur’an.
Seperti halnya dengan Khawarij, Syi’ah tidak mengakui adanya
ijma’ atau qiyas. Qiyas ditolak karena berdasarkan pada akal, bukan nash.
Syi’ah hanya mengakui Allah, Rasul-Nya dan Imam sebagai sumber
otoritas pembentukan hukum Islam, sehingga pendapat kelompok ini
banyak berbeda dengan pendapat Sunni, baik dalam Ushul atau Furu’
Ahlussunnah wal Jama'ah adalah golongan umat Islam yang tidak
mengikuti pendirian Syiah dan Khawarij. Golongan ini tidak berpendapat
bahwa jabatan khalifah itu merupakan wasiat yang diberikan kepada
seseorang. Tetapi mereka berpendapat bahwa jabatan khalifah itu dipilih
dari suku Quraisy yang cakap kalau ada.
3.
Kaum Khawarij salah satu kelompok Islam yang paling ekstrim
dalam melihat sesuatu, baik itu dalam iman atau kekafiran.
Kaum Syi’ah sikap mereka dalam lingkaran isi terlalu sempit
hingga membuat fiqih itu kaku tidak lentur karena banyak permasalahan
yang

13

14

berjalan bersama dalil-dalil bukan dari mereka dan banyak hadis-hadis
kuat dan pendapat-pendapat yang benar.
Kaum Sunni kelompok ini menempuh jalur ilmu yang benar dan
manhaj yang lurus serta kajian yang tepat dalam memahami agama Allah,

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Anwar, Rosihon dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
A.Nasir, Sahilun, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2010.
Ali As-Sayis, Muahammad, Sejarah Fikih Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
2003.
Khallaf, Abdul Wahab, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Islam,
Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2002.
Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Sopyan, Yayan, Tarikh Tasyri (Sejarah Pembentukan Hukum Islam), Depok:
Gramata Publishing, 2010.
Khalil, Rasyad Hasan, Tarikh Tasyi (Sejarah Legsilasi Hukum Islam), Jakarta:
Sinar Grafika Offset, 2009.
B. Internet
Sarwono, Ahmad Latar Belakang Lahirnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah,
http://sarwana09.blogspot.com/2012/11/latar-belakang-lahirnya-ahlussunnah.html, diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 23:14 WIB.
World, Mufy, Pengaruh aliran-aliran politik (syiah, khawarij dan sunni terhadap
perkembangan hukumislam),
http://mufeecrf.blogspot.com/2011/08/pengaruh-aliran-aliran-politiksyiah.html, diakses pada tanggal 08 Mar. 14 pukul 22:57 WIB.

15