Tafsir ayat dan hadits ekonomi Al Amwal (1)

BAB I
PENDAHULUAN
Harta dalam Alquran disebut dengan al-mal jamaknya al-amwal yang secara
literal memiliki arti cenderung pada, doyong, miring, suka, senang, simpati
kepada, menyokong, membantu, melangkah menuju, menyimpang dari,
menghindar dari, mengelak, berpihak pada, dan mengalahkan. 1 Al-Mal khususnya
uang, merupakan sesuatu yang membuat semua dan setiap orang suka, bahkan jika
perlu ia siap menggapainya dengan menghalalkan segala cara.
Dalam terminologi syariat, para ulama memformulasikan al-mal dengan rumusan
yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Menurut ulama
Hanafiah, al-mal adalah sesuatu yang menurut tabiatnya orang merasa senang
dengan dan memungkinkan pengawetannya dalam kurun waktu tertentu sampai
kepada diperlukan pada waktu nanti. Adapun menurut kebanyakan ulama fiqih
selain Hanafiah, al-mal dirumuskan dengan sesuatu yang memiliki harga material
dikalangan manusia dan pemanfaatannya dibolehkan oleh syariat terutama di
waktu-waktu longgar serta ada kesempatan memilih, tidak di saat-saat waktu
sempit apabila dalam keadaan kritis atau bahaya.2 Dewasa ini, pengertian almal/al-amwal umumnya dihubungkan dengan benda-benda atau barang-barang
yang memiliki atau ditaksir dengan harga uang.
Dari pengertian harfiah tentang harta atau harta kekayaan, dapat dipahami bahwa
pada dasarnya setiap orang menyenangi harta, apapun nama atau sebutannya.
Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat al-Fajr ayat 20 :


    
“Dan kamu semua manusia mencintai al-mal dengan kecintaan yang berlebihan”

Karena kecintaannya yang berlebihan terhadap al-mal, maka banyak orang yang
siap melakukan apa saja (penipuan, penggelapan, pencurian, perjudian,
1
2

Ahmad Warson Munawir, Al Munawir Kamus Arab-Indonesia, hlm. 1469-1470
Rafiq Yunus al-Mashri, Fiqh al-Mu’amalat al-Malikiyyat, 1428/2007 M, hlm. 39.

1

penyuapan, perampokan, korupsi dan lain sebagainya) guna mendapatkan harta
kekayaan. Namun demikian, Alquran memberikan rambu-rambu tertentu untuk
memperoleh dan menggunakan al-amwal dengan cara-cara yang memenuhi
standar hukum maupun moral (etika). Ayat-ayat dan hadits dibawah ini, hanya
merupakan sebagian dari sekian banyak ayat dan hadits yang besinggungan
dengan ihwal kehartabendaan atau harta kekayaan di satu pihak dan dunia kerja

atau usaha untuk mendapatkan harta tersebut di pihak lain.
Satu hal penting yang layak dicatat ialah bahwa meskipun Alquran itu sangat
menghargai arti dan peran penting al-amwal bagi kehidupan manusia, namun pada
saat yang bersamaan, Alquran juga mengingatkan secara serius perihal
kemungkinan al-amwal bisa merusak kehidupan manusia manakala terdapat
kekeliruan atau kesalahan dalam cara memperoleh dan menggunakannya. Itulah
pula sebabnya mengapa sejumlah ayat Alquran mengingatkan manusia agar
berhati-hati dengan al-amwal yang bisa mencelakakan meskipun pada saat yang
bersamaan sangat pula dibutuhkan.3

BAB II
3

Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi: Teks,Terjemahan, dan Tafsir,
hlm. 54

2

PEMBAHASAN
A. Tafsir Ayat dan Hadits al-Amwal

Pertama: Harta adalah Ujian
1. Surat at-Taghabun : 15
a. Teks Ayat dan Terjemahannya

       
 
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
b. Makna Mufradat
1) terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama ahli tafsir
tentang maksud dari kalimat ini.
Imam Al Qurthubi
berkata : “yang dimaksud dengan disini yakni
kecintaan.” Adapun menurut pendapat lain bermakna ujian
atau cobaan.
2)  Maksudnya adalah surga.4
c. Tafsir Global
Ayat ini menjelaskan bahwa pada dasarnya harta dan anak merupakan cobaan dan
ujian dari Allah untuk hamba-hamba-Nya. Jangan sampai karena adanya anak dan
harta menyebabkan kita lalai dan berbuat maksiat kepada Allah swt. Oleh karena

itu, Allah menjajikan barang siapa yang bisa lolos dari ujian dan cobaan yang
berupa anak dan harta maka Allah akan memberinya pahala yang besar yaitu
surge.
d. Tafsir Ayat

    
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu),” Maksudnya adalah ujian dan cobaan yang akan
membawamu
4

pada

usaha

yang

diharamkan

syaikh imam al qurthubi, tafsir al qurthubi, jil.18, hlm. 602


3

dan

tidak

menunaikan hak Allah, maka janganlah kalian menaati mereka
jika menyebabkan maksiat kepada Allah. Kata fitnah dalam ayat
ini lebih dipahami sebagai ujian dan cobaan. Sebagaimana perkataan
ibnu mas’ud : “Janganlah salah seorang diantara kalian berkata: ‘Ya Allah,
peliharalah aku dari fitnah (ujian).’ Sebab tidak ada seorangpun dari kalian yang
kembali kepada harta, keluarga, dan anak kecuali ia diliputi fitnah (ujian). Akan
tetapi, katakanlah: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ujian
yang menyesatkan’.”
Diriwayatkan oleh imam Ahmad bahwa Abu Buraidah berkata,”Rasulullah saw.
Pernah berkhotbah, kemudian datang Hasan r.a dan Husain r.a. keduanya
memakai baju gamis berwarna merah, keduanya berjalan dan terjatuh. Kemudian
Rasulullah saw. turun dari mimbar, menggendong keduanya dan meletakkannya
dihadapannya lalu bersabda, ‘benarlah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhya harta

dan anak kamu itu merupakan fitnah (cobaan). Aku telah melihat dua anak yang
berjalan dan terjatuh ini, dan aku tidak sabar sehingga aku menghentikan
khotbahku dan menggendong keduanya.’

    
“Dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” Yang dimaksud dengan
pahala yang besar disini adalah surga. Sebab surga adalah
balasan yang paling tinggi dan menurut para mufassir tidak ada
pahala yang lebih besar dari pada surga. Disatu sisi harta dan anak
bisa menjerumuskan manusia ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa
menjadi peluang meraih pahala yang besar dari Allah swt.5

e. Istinbat Ayat
Dari ayat diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Pada dasarnya harta dan anak merupakan cobaan dan ujian dari Allah
untuk hamba-hamba-Nya. Kekayaan yang diamanatkan oleh Allah kepada
5

Ibid. , hlm 602-603.


4

kita, semua itu adalah titipan dan amanah yang diberikan oleh Allah
sebagai ujian, jangan sampai karena adanya anak dan harta menyebabkan
kita lalai dan berbuat maksiat kepada Allah swt.
2) Disatu sisi harta dan anak bisa menjerumuskan manusia ke dalam
kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang meraih pahala
yang besar dari Allah swt. Karena Allah telah menjajikan, barang siapa
yang bisa lolos dari ujian dan cobaan yang berupa anak dan harta maka
Allah akan memberinya pahala yang besar yaitu surga.

Kedua: Harta adalah Perhiasan Dunia
1. Surat al-Kahfi : 46
a. Teks Ayat dan Terjemahannya














      
 
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan
yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan.”
b. Makna Mufradat
1) yaitu amalan-amalan shaleh dari
semua jenis peribadatan dan yang mendekatkan diri kepada Allah
swt.
2) yaitu suatu keajaiban yang diangan-angankan dan
dinanti-nanti oleh setiap manusia.
c. Makna Global
Pada ayat sebelumnya6 menjelaskan tentang kenisbian kehidupan dunia yang

dilukiskan laksana air hujan yang turun dan menghidupkan pepohonan dengan
indahnya, tetapi kemudian dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama, berangsurangsur mengalami kekeringan dan daun-daunnya kemudian berguguran. Pada ayat
6

Lihat Surat al-Kahfi: 45.

5

ini kemudian dijelaskan bahwa kehidupan duniawi itu benar-benar dihiasi oleh
harta dan keturunan yang sangat dicintai manusia, tetapi pada saat yang bersamaan
Allah swt tetap mengingatkan keabadian amal shaleh yang kekal di balik
kehidupan duniawi yang nisbi itu.
d. Tafsir Ayat

    
Harta kekayaan dan anak keturunan merupakan sebagian dari perhiasan kehidupan
dunia, bukan perhiasan dari kehidupan akhirat yang langgeng (kekal), mengingat
harta dan anak keturuna adalah cepat rusak atau musnah dan lalu menghilang.
Dalam kehidupan dunia ini, harta kekayaan dan anak keturunan lebih ditonjolkan
karena dalam harta kekayaan terhimpun keindahan dan kemanfaatan, sementara

dalam anak keturunan terkumpul kekuatan dan pertahanan, maka tersusunlah
kehidupan dunia. Lebih dari itu, dalam kehidupan sosial kenyataan menunjukan
bahwa sesorang, terutama yang memiliki kedudukan penting, tidak merasa cukup
dengan hanya memiliki anak keturunan. Akan tetepi, sangat mungkin termasuk
didalamnya anak buah atau pengikut yang selalu berlomba-lomba untuk
mendapatkan jumlah terbanyak.
Singkatnya setiap komunitas dapat dipastikan berkeinginan untuk memiliki
pendukung atau pengikut sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, bagaimanapun semua
itu dipastikan tidak akan berjalan lama dan akan ditelan zaman.

       
Sesungguhnya amal kebajikan dan perbuatan-perbuatan yang bernilai ketaatan,
seperti shalat lima waktu, sedekah, jihad fi sabilillah, pelayanan terhadap orangorang kafir serta zikir yang menghadirkan pahala dan mendekatkan diri kepada
Allah swt, justru lebih kekal dimata Allah dan lebih abadi nilainya, mengingat
pahalanya kelak akan terus kembali dan mengalir kepada para pelakunya. Lagi
pula, amalan-amalan yang abadi itu akan diraih oleh pengamalnya kelak di akhirat
sesuai dengan yang didambakan di dunia.

6


Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan penggalan ayat:

 
Para ulama salaf, termasuk didalamnya Ibnu Abbas, menafsirkan kalimat tersebut
dengan shalat lima waktu dan zikir.7
Sementara mufassir kontemporer, didalamnya Wahbah al-Zuhaili, memasukan
aspek lain, semisal membantu orang-orang kafir termasuk amalan-amalan kekal.
Sebagaimana ungkapan Ali bin Abi Thalib: “Harta dan keturunan itu ladang
dunia, sedangkan amal shaleh itu ladang akhirat. Allah menghimpunkan keduanya
untuk (kekuatan) umat dan bangsa,”8

e. Istinbat Ayat
Dari ayat diatas, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1) Kehidupan duniawi itu bersifat sementara, tidak akan lama, apalagi abadi
selamanya. Seperti halnya harta dan keturunan yang sebatas perhiasan
dunia saja. Oleh karena itu, maka waspadalah dengan kehidupan dunia
yang bisa jadi sangat menipu dan palsu.
2) Amalan yang kekal abadi adalah amalan-amalan shaleh saja. para ulama
tafsir berbeda pendapat tentang jenis amalan-amalan shaleh itu sendiri.
Indahnya perbedaan pendapat disini tidak dalam konteks pertentangan,
melainkan dalam konteks melengkapi. Apalagi ungkapan kata mutiara Ali
bin Abi Thalib di atas, yang intinya perlu memadukan antara ladang dunia
dengan ladang akhirat.9

Ketiga: Anjuran Bekerja dan Usaha Mencari Harta
1. Surat al-Jumu’ah: 10
a. Teks Ayat dan Terjemahannya

7

Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’an al-Azhim, jil. 3, hlm. 85.
Wahbah al-Zuhaili, al-Tafsir fi al-Aqidah wa al-Syari’h wa al-Manhaj.
9
Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi: Teks,Terjemahan, dan Tafsir,
hlm. 82.
8

7

       
       
“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.”
b. Makna Mufradat
1) maka hendaklah kamu (umat islam) bertebaran. Kata
intasyara artinya terbentang, tersiar, tersebar, atau terpencar. Adapun yang
dimaksud
dengannya adalah bertebaran dimuka bumi usai melaksanakan shalat
Jumat.
2) terdapat perbedaan pendapat dikalangan ahli tafsir tentang
maksud dari kalimat ini. Salah satunya ada yang menafsirkan dengan
makna rezeki dari jual-beli atau perdagangan. Seperti penggalan ayat yang
menyatakan:

   
“ini adalah rezeki dari Rabb-ku.”

10

c. Tafsir Global
Pada ayat sebelumnya11 dijelaskan bahwa bagaimanapun sibuknya orang-orang
beriman di hari Jumat karena melakukan aktivitas ekonomi dan keuangan, maka
ketika kumandang adzan dilantunkan maka orang-orang beriman harus bergegas
meninggalkan aktivitas ekonomi tersebut untuk melaksanakan shalat Jumat secara
berjamaah. Kemudian pada ayat ini dijelaskan apabila usai memimpin atau
mengikuti

shalat

Jumat

tersebut,

barulah

dipersilahkan

kembali

untuk

melaksanakan aktivitas ekonomi sebagaimana dilakukan sebelum masuk waktu
shalat Jumat.

10
11

Lihat Surat an-Naml: 40.
Lihat Surat al-Jumu’ah: 9.

8

d. Tafsir Ayat

       
 
“Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di
muka bumi” al-Qurthubi dalam tafsirnya mengatakan bahwa perintah ini
merupakan perintah yang menunjukan hukum boleh ( bukan wajib), seperti halnya
dalam ayat berikut :12

  
“Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka
bolehlah berburu.”
Pada

ayat

diatas,

Allah

berfirman:

Apabila

kalian

selesai

menunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di bumi untuk
berniaga dan memenuhi kebutuhan.13
Jadi intinya, manakala telah menghadiri pangilan adzan dan
setelah menunaikan shalatnya, maka dipersilahkan bertebaran
kembali di muka bumi, untuk berdagang atau melakukan
aktivitas lain yang membawa mashlahat bagi kehidupanmu dan
silahkan juga mencari pemberian Allah serta nikmat-nikmat-Nya.
Dan adapun yang dimaksud dengan:

   
“Dan carilah karunia Allah.” Maksudnya adalah rezeki-Nya.14

    
Maksudnya adalah disaat-saat kita sedang berdagang atau
berbisnis, sebaiknya tetap berzikir kepada Allah swt dengan zikir
yang sangat banyak. Intinya, jangan sampai urusan duniawi
(termasuk
12
13
14

bisnis

dan

semua

aktivitas

yang

Lihat Surat al-Maidah: 2.
syaikh imam al qurthubi, tafsir al qurthubi, jil.18, hlm. 502.
Ibid.

9

bermotifkan

ekonomi), itu menyebabkanmu lupa diri dari hal-hal yang
memberikan manfaat di akhirat kelak.15
e. Istinbat Ayat
Dari ayat diatas, dapat disimpulkan:
1) Setelah selesai melaksanakan shalat Jumat, orang-orang beriman
dibolehkan kembali bertebaran di muka bumi untuk melakukan berbagai
aktivitas keduniawian. Ini mengisyaratkan prinsip keseimbangan antara
ibadah di satu pihak dengan muamalah di pihak lain.

2. Hadits tentang Usaha yang Paling Baik
a. Teks Hadits dan Terjemahnya

‫أ‬
‫ه‬
‫ " أن هن‬، ‫م‬
‫ه ع أل أي يهه وأ أ‬
‫سل ن أ‬
‫صنلىَّ الل ن ه‬
‫ي أ‬
‫ن الن نب ه ي‬
‫عأ ه‬
‫ أ أي ال يك أسسسب أ أ‬: ‫ل‬
‫ي‬
‫ب ؟ أقسساَ أ‬
‫سسسئ ه أ‬
:‫ل‬
‫يسس‬
‫ط‬
‫أ ه‬
‫ه‬
‫ي ه‬
‫ي‬
‫ وأك ه ي‬، ‫ل ب هي أد ههه‬
‫م ه‬
ٍ‫مب يهرور‬
‫ل النر ه‬
‫ل ب أي يعع أ‬
‫عأ أ‬
‫ج ه‬
Dari Nabi saw, sesungguhnya Beliau pernah ditanya: “Pekerjaan apa yang paling
baik?” Rasulullah saw menjawab: “pekerjaan sesorang yang dilakukan dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik”.
b. Peringkat Hadits

15

Muhammad Amin Suma, Tafsir Ayat Ekonomi: Teks,Terjemahan, dan Tafsir,
hlm. 72.

10

Hadits diatas adalah hadits shahih dengan berbagai sanad yang ada. Abdullah bin
Abdurrahman Al Bassam berkata: “Hadits di atas diriwayatkan oleh Al Bazzar dan
dinilai shahih oleh Al Hakim.”16
Dikatakan didalam At-Talkhis, “Hadits tadi diriwayatkan oleh Al Hakim dan AthThabrani, adapun Bukhari, Ibnu Abi Hatim, Al Baihaqi mengunggulkan hadits ini
adalah mursal dari Sa’id bin Umar.”17
Dikatakan di dalam Bulugh Al Amani, “Hadits di atas diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’ Ash-Shagir. Hadits ini
diriwayatkan oleh Al Baihaqi secara mursal dan ia berkata, ‘Ini adalah hadits yang
terpelihara’.”18
c. Makna Mufradat
1)

‫ب‬
‫ال يك أ ي‬: Usaha yang dilakukan dengan tangan sendiri. Al-Kasbu
‫س ه‬
adalah mencari rizki dan melakukannya dengan tindakan dan kerja keras.

2)

‫أ‬
‫ب‬
‫أط يي أ ه‬

: Maksudnya perbuatan yang paling utama, paling banyak

keberkahan dan paling halal.
3)

‫ب أييع‬

: Dua orang yang melakukan akad/transaksi. Penafsiran secara

umum berarti saling tukar-menukar.
4)

‫مب يهرور‬
‫أ‬

: Jual beli yang mabrur adalah jual beli yang tidak dicampur

dengan perbuatan dosa, seperti berbohong, menipu, sumpah palsu dan lain
sebagainya.
d. Perbedaan Pendapat di Kalangan Ulama
Para ulama berbeda pendapat mengenai jenis pekerjaan yang paling baik:
16

Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam, Taudih al-Ahkam min Bulugul Maram,
jil.4, hlm. 223.
17
Ibid.
18
Ibid, hlm. 224.

11

Al Mawardi berkata, “Pekerjaan yang paling baik adalah pertanian, karena ia lebih
mendekati kepada sifat tawakkal.” Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa
Pekerjaan terbaik dari harta orang kafir, yaitu dengan berjihad. Ini pekerjaan Nabi
saw, karena dai dalamnya terdapat unsur meninggikan kalimat Allah.
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di berkata, “Para ulama berbeda pendapat mengenai
pekerjaan duniawi yang paling utama, di antara mereka ada yang mengutamakan
pertanian dan di antara mereka juga ada yang mengutamakan perdagangan serta
sebagian ulama lainnya mengutamakan pekerjaan dengan tangan dari industri dan
keterampilan.”
Adapun Abdullah bin Abdurrahman Al Bassam mengatakan bahwa sesungguhnya
pekerjaan yang paling utama adalah pekerjaan yang sesuai dengan kondisi
seseorang. Seluruh pekerjaan harus bersifat bersih dan tidak ada unsur penipuan
serta melakukan kewajiban dari berbagai segi.
Ibnu Muflih di dalam Al Adab Asy-Syar’iyah berkata yang kesimpulannya sebagai
berikut: Sunnah hukumnya bekerja walaupun sudah berkecukupan, sebagaimana
juga diperbolehkan bekerja yang halal demi menambah harta dan pangkat,
kesejahteraan, kenikmatan dan dalam rangka menamba mensejahterakan keluarga
disertai dengan keselamatan agama, harga diri, sifat rendah hati dan dalam rangka
melepaskan tanggung jawab.
Bekerja menjadi wajib hukumnya bagi orang yang tidak memiliki makanan pokok
dan orang yang harus memberi nafkah keluarganya berdasarkan sabda Rasulullah
saw: “Cukuplah seseorang dianggap berdosa dengan menelantarkan orang yang
menjadi tanggungannya.” (HR. Muslim, 996)
Al Qadhi menjelaskan bahwa bekerja bukanlah untuk menumpuk harta,
melainkan hanya sekedar sebagai sarana untuk taat kepada Allah sebagai
hubungan persaudaraan atau sikap iffah (menjaga kehormatan) di hadapan
manusia, maka ia menjadi utama, karena di dalamnya teradapat manfaat untuk

12

orang lain dan untuk dirinya sendiri. Ia menjadi lebih utama dari meluangkan
waktu hanya untuk ibadah sunnah, karena di dalamnya terdapat manfaat untuk
orang lain. Sebaik-baiknya manusia adalah sosok yang dapat memberi manfaat
kepada orang lain.19
e. Istinbat Hadits
1) Hadits di atas merupakan dalil bahwa ajaran islam menganjurkan untuk
bergerak, bekerja dan berusaha termasuk melakukan aktivitas ekonomi.
2) Hadits di atas menunjukan bahwa pekerjaan yang paling utama adalah
pekerjaan seseorang dengan tangannya.
3) Hadits di atas menunjukan bahwa sesungguhnya berdagang adalah
pekerjaan paling baik, yaitu apabila ia terlepas dari transaksi yang haram,
seperti riba, penipuan, pemalsuan dan lain sebagainya, yang berupa
memakan harta manusia dengan cara yang bathil.
4) Hadits di atas menunjukan bahwa kebaikan itu sebagaimana ada di dalam
ibadah, maka ia juga ada di dalam muamalah. Apabila seorang muslim
bersih dalam penjualan, pembuatan, pekerjaan dan kemahirannya, maka
perbuatan ini termasuk kebaikan di mana ia mendapat pahala dunia dan
akhirat.
5) Hadits di atas menunjukan bahwaperbuatan apapun yang dilakukan oleh
setiap muslim untuk memperbaiki dirinya dan tidak memperdulikan
(merasa cukup) dengan apa-apa yang ada di tangan manusia, maka ia
termasuk pekerjaan-pekerjaan yang baik. Setiap manusia harus menerima
pekerjaan, kemahiran dan jenis industri yang sesuai dengan kemampuan
dirinya.
6) Ungkapan ar-Rajul (laki-laki) di dalam hadits ini bersifat umum. Karena
kaum laki-laki pada umumnya adalah orang-orang yang bekerja dan
mencarikan nafkah.
7) Jual beli yang baik adalah jual beli yang terjadi dengan tuntutan syariat,
yaitu
19

dengan

terkumpulnya

syarat,

Ibid, hlm. 227.

13

rukun,

dan

hal-hal

yang

menyempurnakan jual beli, tidak adanya hal yang mencegah dan hal yang
merusak syarat-syarat jual beli.

B. Konsep Harta
Secara bahasa harta berasal dari bahasa Arab yaitu al-mal jamaknya al-amwal
yang asal katanya ‫ ميل‬-‫ بميل‬-‫ مال‬yang berarti condong, cenderung, atau
berpaling dari tengah kesalah satu sisi. Menurut istilah syar’i harta diartikan
sebagai segala sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut
hukum syara’ (hukum islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan hibah atau
pemberian. Berdasarkan pengertian tersebut, maka seluruh apapun yang
digunakan oleh manusia dalam kehidupan dunia merupakan harta. Uang, tanah,
kendaraan, rumah, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, dan
pakaian termasuk kategori al-amwal, harta kekayaan.20

C. Hakikat Kepemilikan Harta
Dari konsep harta di atas, dapat kita ketahui bahwa harta memiliki implikasi dan
multi efek yang sangat luas. Tidak hanya berpengaruh terhadap sikap
kepemilikannya, akan tetapi lebih jauh lagi akan berpengaruh terhadap
mekanisme hak milik dan pemanfaatannya. Oleh karena itu, penting bagi kita
memahami dengan benar tentang hakikat kepemilikan harta.
Muhammad Sholahuddin dalam bukunya21 mengatakan bahwa hakikat harta itu
terbagi menjadi tiga:
1) Allah adalah Pencipta dan Pemilik Harta yang Hakiki
Di dalam ayat-ayat Alquran, Allah swt, terkadang menisbatkan langsung
kepemilikan harta tersebut kepada diri-Nya.

      
20
21

Muhammad Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, 2007 M, hlm. 40.
Ibid, hlm 41.

14

“Dan berikanlah kepada mereka, sebagian harta Allah yang telah Dia
berikan kepada kalian.”22
Allah swt. langsung menisbatkan (menyandarkan) harta kepada diri-Nya
yang berarti ‘harta milik Allah’ dalam ayat tersebut. Hal ini ditunjukan
oleh penggunaan kata ‘min maalillah’, yang bermakna sebagian harta
Allah swt. Allah adalah pemilik mutlak daari karta yang ada di seluruh
dunia. Dengan kata lain, tidak ada pemilik harta yang hakiki termasuk
manusia, kecuali Allah swt.
2) Harta adalah Fasilitas bagi Kehidupan Manusia
Setelah menyatakan bahwa Allah adalah pemilik harta yang hakiki,
kemudian

Allah

menganugrahkannya

kepada

umat

manusia.

Penganugrahan dari Allah ini dalam rangka memberi fasilitas bagi
kehidupan manusia. Dialah yang telah memberikan segalanya kepada
manusia, termasuk harta kekayaan yang ada di muka bumi ini.

       
“Dialah (Allah) yang telah menciptakan apa saja yang ada
di muka bumi buat kalian semua”23
Jelaslah, bahwa Allah swt. telah menciptakan semua harta yang ada di
dunia ini untuk memenuhi kebutuhan manusia dan juga makhluk lainnya.
Selain itu, Allah juga banyak menegaskan bahwa harta kekayaan yang
dimiliki manusia adalah berasal dari pemberian-Nya.
3) Allah Menganugerahkan Kepemilikan Harta kepada Manusia
Allah swt memberi manusia sebagian dari harta-Nya setelah ia berupaya
mencari kekayaan, maka jadilah manusia disebut “mempunyai” harta. Hai
ini tampak di dalam ayat Alquran yang kadangkala menyebutkan harta
sebagai milik manusia.

22
23

QS. An-Nuur: 33.
QS. al-Baqarah: 29.

15

    
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil”24
Ayat diatas memberi pengertian bahwa harta ketika dikaitkan dengan
manusia berarti dimiliki oleh manusia sebatas hidup di dunia dan itu pun
jika diperoleh dengan jalan yang dibenarkan oleh syariat islam.
Berdasarkan semua itu, dapat dikatakan bahwa harta hakikatnya hanyalah milik
Allah, sedangkan manusia hanyalah memiliki harta dalam arti diberi kuasa oleh
Allah swt. Dengan demikian, cara mendapatkannya haruslah sesuai dengan aturan
Islam.

D. Sifat dan Kedudukan Harta
Dengan memahami penafsiran surat at-Taghabun ayat 15 dan surat al-Kahfi ayat
46 yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulakan bahwa sifat dan kedudukan
harta adalah sabagai berikut:
1) Harta adalah Perhiasan Dunia

    
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan duni”25
Kebutuhan manusia dan kesenangan manusia terhadap harta sama dengan
kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan. Jadi, kebutuhan manusia
terhadap harta adalah kebutuhan yang mendasar dan harus dipenuhi. Akan
tetapi jangan sampai harta tersebut membuat kita terlena, karena pada
hakikatnya harta itu bersifat sementara.
2) Harta adalah Ujian

   
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu),”26
24
25
26

QS. al-Baqarah: 188.
QS. al-Kahfi: 46.
QS. at-Taghabun: 15.

16

Harta adalah fitnah (ujian dan cobaan) yang harus diemban oleh manusia.
Sebagaimana yang telah kita bahas diatas, bahwa hakikatnya harta adalah
titipan. Manusia tidak memiliki harta secara mutlak, manusia hanya bertugas
sebagai pengelola sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.
Berdasarkan semua itu, kita haruslah waspada dengan harta yang bisa jadi sangat
menipu dan palsu. Jangan sampai karena harta menyebabkan kita lalai dan berbuat
maksiat kepada Allah swt. Disatu sisi harta memang bisa menjerumuskan
manusia ke dalam kemaksiatan, namun di sisi lain justru bisa menjadi peluang
meraih pahala yang besar dari Allah swt. Maka oleh karena itu, pergunakanlah
harta dengan sebaik-baiknya.

E. Fungsi Harta
Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat dari harta
tersebut. Fungsi harta juga sangat banyak, ada yang baik dan banyak juga yang
buruk. Dibawah ini adalah beberapa dari fungsi harta:27
1) Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), contoh
pakaian untuk menutup aurat ketika shalat.
2) Untuk

meningkatkan

ketakwaan

kepada Allah,

sebab

kefakiran

mendekatkan kepada kukufuran sehingga pemilikan harta ditujukan untuk
meningkatkan keimanan kepada Allah.
3) Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya.
4) Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat
5) Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena saat ini
menuntut ilmu tanpa modal adalah sesuatu yang sulit dilaksanakan.
6) Untuk memutarkan peranan-peranan kehidupan
7) Untuk menumbuhkan silaturahim, Karena adanya perbedaan dan
keperluan.

27

Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, 2008, hlm. 27-29.

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan tentang harta di atas, dapat kita ketahui bahwa hakikatnya harta
memiliki implikasi dan multi efek yang sangat luas. Tidak hanya berpengaruh
terhadap sikap kepemilikannya, akan tetapi lebih jauh lagi akan berpengaruh
terhadap mekanisme hak milik dan pemanfaatannya. Pandangan Islam terhadap
harta adalah pandangan yang tegas dan bijaksana, karena Allah SWT. menjadikan
harta sebagai hak milik-Nya, kemudian harta ini diberikan kepada orang yang
dikehendakinya untuk dipergunakan pada jalan Allah. Selain itu, harta juga bisa
menjadi ladang pahala bagi kita dan harta juga bisa menjerumuskan kita kepada
perbuatan dosa. Oleh karena itu carilah dan pergunakanlah harta dengan sebaikbaiknya sesuai yang disyariatkan oleh ajaran Islam.

18

DAFTAR PUSTAKA
Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman. 2006. Taudhih Al Ahkam min Bulugh Al
Maram. Jakarta : Pustaka Azzam
Al Qurthubi. 2001. Tafsir Al Qurthubi Jilid.18, Jakarta: Pustaka Azzam.
Sholahuddin, Muhammad. 2007.Asas-asas Ekonomi Islam. Jakarta : Rajawali
Pers.
Suhendi, Hendi. 2008. Fiqih Muamalah. Jakarta: Rajawali Pers
Suma, M Amin. 2013. Tafsir Ayat Ekonomi Teks, Terjemah dan Tafsir. Jakarta:
Amzah.

19