Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
memberikan penjelasan pada alinea pertama dan kedua, yaitu Indonesia
sebagai salah satu Negara kepulauan memiliki keanekaragaman seni dan
budaya yang sangat beragam dan dengan adanya keanekaragaman ini
dijadikan sebagai salah satu andalan Indonesia untuk meningkatkan ekonomi
kreatif di Indonesia yang didukung dengan perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi yang pesat. Keberagaman tersebut diikuti pula dengan
kemajuan teknologi yang semakin memberikan kemudahan dalam berinteraksi
dengan antarmanusia tanpa kendala jarak dan waktu. Melalui radio, televisi
dan kemudian internet, orang bisa menyaksikan kejadian yang terjadi
dibelahan bumi lain. Berkembangnya teknologi di Indonesia menyebabkan
meningkatnya kebutuhan manusia akan gaya hidup, diantaranya adalah
meningkatnya minat masyarakat di bidang hiburan, khususnya meningkatnya
minat masyarakat dalam hal bermusik.
Kemampuan

intelektual


masyarakat

dalam

suatu

bangsa

sangat

menentukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh individu dalam
suatu Negara. Kemampuan individu untuk melahirkan suatu karya baik itu karya
seni maupun sastra diantaranya seperti karya sinematografi serta lagu-lagu ciptaan
yang memiliki kualitas tinggi tidak dihasilkan begitu saja. Kelahiran karya

1
Universitas Sumatera Utara

2


tersebut harus diikuti pula dengan pengorbanan yang tidak sedikit, diantaranya
pengorbanan terhadap waktu, tenaga, pengeluaran biaya yang tentunya tidak
sedikit. Pengorbanan itulah yang membuat karya tersebut memiliki nilai. Seperti
contohnya pada kelahiran suatu karya cipta lagu. Seorang pencipta lagu harus
menguras energi dan tenaga untuk menghasilkan suatu karya cipta lagu. Dimulai
dari pencipta harus mencari inspirasi dari lagu yang akan dibuatnya, mencari
genre lagu yang akan dibuat, membuat lirik lagu, struktur lagu, menentukan nada
atau kunci dasar sampai dengan membuat nada awal sampai akhir. Terlihat bahwa
tidak mudah untuk melahirkan suatu karya cipta. Untuk itulah , sangat pantas
diterbitkan rumusan property rights yang bersifat eksklusif dan diberi
penghargaan yang setinggi-tingginya, dalam wujud perlindungan hukum.
Property rights yang bersifat eksklusif dimaksudkan sebagai penciptalah yang
memiliki hak untuk memiliki atau memanfaatkan karya cipta tersebut dan pihak
lain tidak boleh memilikinya, kecuali ada izin dari pemilik karya cipta tersebut.
Dalam hal perlindungan atas karya cipta, haruslah dituangkan dalam
wujud nyata. Hak kekayaan intelektual itu adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu
benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan
rasio manusia yang menalar. Hasil kerja itu berupa benda immaterial. Benda tidak
berwujud , misalnya karya cipta lagu. Untuk menciptakan alunan nada (irama)
diperlukan pekerjaan otak.1


1

OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
Cetakan Ke 9,Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada, 2015, hal. 10.

Universitas Sumatera Utara

3

Pada masa sekarang, permasalahan yang dihadapi adalah marak sekali
pelanggaran yang terjadi pada bidang seni terutama pada karya cipta lagu. Industri
musik pada saat sekarang memang sangatlah memprihatinkan

karena diikuti

dengan kerugian yang akan diterima oleh pencipta. Mulai dari pembajakan ,
penjiplakan sampai dengan pengubahan nada lagu tanpa adanya izin dari pencipta.
Itu menyebabkan orang memanfaatkan hal tersebut tanpa mengeluarkan biaya
sepeserpun. Tentunya hal ini sangat merugikan pencipta lagu. Hal ini disebabkan

oleh kecanggihan teknologi

yang semakin meningkat sehingga sangat

memberikan kesempatan bagi semua orang untuk melakukan penggandaan karya
cipta lagunya, mengunduh lagu secara ilegal atau mengubah instrumen musiknya
menjadi musik dengan instrumen yang berbeda. Oleh karena itu, apabila karya
cipta tidak dihargai dan dijiplak terus menerus oleh pihak lain tanpa adanya izin
dari pemegang hak cipta, maka hal tersebut akan membuat pemegang hak cipta
tidak ingin menghasilkan karya cipta apapun lagi dan pastinya akan menghentikan
daya kreasi dari anak-anak bangsa. Kondisi ini sering dimanfaatkan oleh orang
yang tidak menghargai hasil karya orang lain dan hanya mementingkan
kepentingan pribadi. Hal ini tidak hanya menyangkut kepentingan tentang
kepentingan pencipta sebagai pemegang hak atas kekayaan intelektual yang
bersangkutan lebih jauh karena menyangkut aspek penegakan hukumnya yang
kian hari semakin longgar yang dibuktikan dengan banyaknya pembajakan dan
pengubahan lagu tanpa izin.
Sejalan dengan hal tersebut, hukum sebagai bagian dari peradaban
manusia juga menuntut perubahan secara terus menerus.diperlukan adanya


Universitas Sumatera Utara

4

perlindungan untuk melindungi adanya penjiplakan atau pembajakan atas karya
seni tersebut. Karena sangat berkembangnya laju perekonomian di Indonesia
diikuti juga dengan perkembangan laju teknologi yang mengharuskan adanya
perlindungan akan karya seni yang terdapat didalamnya. Teknologi komunikasi
telah menciptakan kemudahan dalam berinteraksi antarmanusia tanpa kendala
jarak dan waktu. Melalui media radio, televisi, dan kemudian internet, orang bisa
menyaksikan kejadian yang terjadi dibelahan bumi lain.
Pertukaran tradisi, kebiasaan, dan adat istiadat antar Negara berlangsung
dengan cepat. Gaya hidup, fashion, perkawinan antara ras satu dengan ras yang
lain kemudian menciptakan kebudayaan baru yang disebut budaya modern.
Indonesia sebagai bagian dari dunia juga tidak bisa lepas dari adanya pengaruh
budaya modern. Budaya modern inilah yang mendorong lahirnya perlindungan
terhadap hak kekayaan intelektual di Indonesia.2
Untuk memberikan perlindungan hukum kepada pencipta, maka
pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan mengenai Hak
Kekayaan Intelektual yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta menggantikan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Peraturan ini
digunakan untuk memberikan perlindungan hak cipta terhadap kekayaan
intelektual yang hadir dari keanekaragaman tersebut, diantaranya di bidang
perdagangan, industri dan investasi. Pada bidang tersebut, telah berkembang
sangat pesat sehingga diperlukan adanya peningkatan perlindungan bagi Pencipta

2

Much. Nurachmad, Segala Tentang HAKI Indonesia, Jogjakarta, Buku Biru, 2012,

hal.17.

Universitas Sumatera Utara

5

karya dan Pemilik Hak Terkait dengan tetap memperhatikan kepentingan
masyarakat luas. Peraturan perundang-undangan yang lain adalah UndangUndang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Perlindungan Varietas Tanaman, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang

Rahasia Dagang, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri.
Secara historis pengaturan tentang Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia
sudah ada sejak zaman kolonial Belanda yaitu sejak tahun 1880-an. Pada tahun
1885, Undang-Undang Merek mulai diberlakukan oleh pemerintah kolonial
Belanda di Indonesia dan disusul dengan diberlakukannya Undang-Undang Paten
pada tahun 1910. Dua tahun kemudian, diberlakukanlah Undang-Undang Hak
Cipta yaitu Auteurswet 1912, staadblad Nomor 600 Tahun 1912 pada tanggal 23
September 1912.3
Setelah Indonesia merdeka, ketentuan perundang-undangan tentang Hak
Cipta yang pertama kali berlaku di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1987. Kemudian disempurnakan lagi dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1997 yang diundangkan pada tanggal 17 Mei 1997. Terakhir adalah
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta yang berlaku pada
tanggal 29 Juli 2003 yang mencabut berlakunya Undang-Undang Nomor 12

3

Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, (Yogyakarta :
Graha Ilmu, 2010), hal.6-7.


Universitas Sumatera Utara

6

Tahun 1999.4 Kemudian dilakuakan perubahan lagi yaitu Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berlaku pada tanggal 16 Oktober 2014.
Secara internasional, peraturan di bidang HKI pertama kali terjadi pada
tahun 1883 dengan lahirnya Paris Convention untuk masalah paten, merek dagang,
dan desain. Pada tahun 1886 terdapat perjanjian Berne Convention untuk masalah
hak cipta (copyright). Kedua konvensi tersebut antara lain membahas tentang
standarisasi, tukar-menukar informasi, perlindungan minimum dan prosedur
mendapatkan hak kekayaan intelektual. Hasil dari kedua konvensi tersebut adalah
dibentuknya biro administratif yang bernama The United International Bureau for
The Protection of Inttellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama
World Intellectual Property Organisation (WIPO). WIPO merupakan organisasi
internasional di bawah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang khusus
menangani masalah HKI. 5
Peraturan lainnya yang terkait dengan HKI secara internasional adalah
hasil dari perundingan di Uruguay yang disebut sebagai Putaran Uruguay

(Uruguay Round). Putaran Uruguay yang berlangsung pada tahun 1986 – 1994
membahas tentang tarif dan perdagangan dunia atau General Agreement on
Tariffs and Trade (GATT) yang kemudian membentuk organisasi perdagangan
dunia atau World Trade Organisation (WTO). Selain pembentukan WTO,
kesepakatan lain yang didapat dalam Putaran Uruguay adalah persetujuan tentang

4

Suyud Margono dan Amir Angkasa, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum
Bisnis, Edisi 1 (Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hal.8-9.
5
Krisnani Setyowati, Efridani Lubis, Elisa Aggraeni, M.Hendra Wibowo, Hak Kekayaan
Intelektual dan Tantangan Implementasinya di Perguruan Tinggi,Bogor, Kantor HKI-IPB, 2005,
hal 8.

Universitas Sumatera Utara

7

aspek-aspek yang berhubungan dengan perdagangan dan hak kekayaan intelektual

atau Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs).
Pada tahun yang sama, yaitu tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi persetujuan
WTO tersebut melalui UU No. 7 Tahun 1994.6
Permasalahan Hak Kekayaan Intelektual telah masuk kedalam Agreement
Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia) yang salah satu bagiannya adalah perumusan mengenai
aspek-aspek perdagangan Hak Kekayaan Intelektual yang dikenal sebagai
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (Persetujuan
tentang Aspek-Aspek Dagang dan Hak-Hak Kekayaan Intelektual) atau TRIP’s
Agreement tahun 1994. Perjanjian TRIP’s di maksudkan untuk menyeragamkan
perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual (asing) di suatu Negara.7
Hak cipta adalah suatu hak yang diberikan kepada pemegang suatu karya
baik di bidang ilmu pengetahuan, sastra maupun seni, dapat dilihat dalam Pasal 1
ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta . Dalam Pasal tersebut dapat
terlihat jelas hak yang dimiliki oleh seorang pemegang hak yang dikenal dengan
hak eksklusif Pencipta, yaitu hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasanpembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sehubungan dengan adanya hak eksklusif yang dimiliki oleh pemilik hak
cipta atas lagu sebagaimana yang telah diuraikan diatas, maka pemilik hak cipta


6
7

Krisnani Setyowati, Efridani Lubis, Elisa Aggraeni, M.Hendra Wibowo, Loc.Cit.
Otto Hasibuan, Op.Cit, hal. 24.

Universitas Sumatera Utara

8

lagu tersebut dapat memberi izin kepada orang lain untuk memperbanyak atau
menggunakan lagu ciptaan nya.Hal ini disebut dengan pemberian lisensi yang
ketentuannya telah diatur dalam pasal 80-83 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta.
Hak Cipta tidak hanya melindungi hak pencipta saja namun juga
memberikan perlindungan terhadap hak kepada Pelaku pertunjukan, Produser
rekaman dan juga lembaga penyiaran. Ide dasar sistem hak cipta adalah untuk
melindungi wujud hasil karya yang lahir karena kemampuan intelektualnya. 8 Hak
Cipta merupakan hak kebendaan yang bersifat absolut dimana sebagai hak
absolutdimana sebagai hak absolut maka hak itu pada dasarnya dapat
dipertahankan terhadap siapapun, dan yang memegang hak tersebut dapat
menuntut tiap pelanggaran yang dilakukan oleh pihak manapun juga.9
Dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
menetapkan sebagai berikut :
Dalam Undang-Undang ini ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam
bidang ilmu pengetahuan , seni dan sastra, yang mencakup :
1.

Buku, pamflet , perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
karya tulis lain ;

2.

Ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu ;

3.

Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

8

Muhammad Djumahana dan R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan
Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2003, Hal. 55.
9
Ibid, hal. 56.

Universitas Sumatera Utara

9

4.

Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks ;

5.

Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomin ;

6.

Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukisan, gambar, ukiran,
kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

7.

Karya seni terapan;

8.

Karya arsitektur ;

9.

Peta ;

10. Karya seni batik atau seni motif lain;
11. Karya fotografi ;
12. Potret;
13. Karya sinematografi ;
14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database ,adaptasi, aransemen,
modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
15. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi
budaya tradisional;
16. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan
karya asli;
17. Permainan video; dan
18. Program Komputer.
Pada uraian diatas, dapat dilihat bahwa pada poin (d) dinyatakan bahwa
lagu atau musik dengan atau tanpa teks termasuk dalam Ciptaan yang dilindungi
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.

Universitas Sumatera Utara

10

Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral
(moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi
atas ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada
diri Pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan
apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan.10
Pelanggaran Hak Cipta dengan berbagai bentuk memberikan bukti bahwa
orang tidak bisa menghargai hasil karya orang lain dan hanya memanfaatkan hasil
ciptaan yang telah dilindungi oleh Undang-Undang untuk kepentingan pribadi.
Seperti contohnya di Kota Medan, pengubahan lagu, salah satunya yaitu
pengubahan lagu remix sangat diminati oleh warga di Kota Medan dan dijadikan
sebagai sumber keuntungan yang besar oleh penjual. Lagu remix adalah suatu
bentuk lagu alternatif yang telah diubah ke genre yang berbeda dengan lagu
aslinya dengan memasukkan unsur-unsur elektro musiknya kedalam lagu
tersebut.11 Lagu –lagu remix tersebut dijual dalam bentuk CD (Compact Disc)
atau VCD ( Video Compact Disc). Dari pengertian diatas, dapat dilihat bahwa
pengubahan aransemen lagu tersebut telah melanggar hak eksklusif dari pencipta
lagu tersebut Selain melanggar hak eksklusif, orang tersebut juga melanggar hak
moral (moral right) serta hak ekonomi (economic right) yang sudah sangat jelas
hanya merupakan hak dari pencipta karya.
Persoalan ini haruslah diteliti secara mendalam. Persoalan penegakan
hukum di Indonesia setelah beberapa kali dilakukan perubahan terhadap peraturan
10
11

OK. Saidin.,Op.Cit.,hal.170.
http://en.wikipedia.org/wiki/Remix, diakses pada tanggal 21 September 2016 Pukul

23.27.

Universitas Sumatera Utara

11

perundang-undangan hak cipta belum memperlihatkan perkembangan yang
signifikan. Pelanggaran pengubahan lagu dinilai termasuk dalam pelanggaran hak
cipta yang berat tanpa disadari. Dimulai dengan pengerjaan lagu remix sampai
dengan dimasukkannya lagu tersebut dalam suatu kaset atau Compact.Karena
perkembangan teknologi pada masa sekarang, telah dibuat banyak aplikasi yang
sangat memudahkan orang untuk membuat sendiri lagu remix. Lagu remix
tersebut merupakan lagu atau musik hasil aransemen yang tentunya tidak
didasarkan dengan persetujuan dari pencipta-pencipta lagu yang bersangkutan.
Apabila dijual lagu-lagu remix tersebut, maka akan sangat menguntungkan dari
segi ekonomi, karena dengan lagu remix tersebut dapat memberikan keuntungan
yang cukup banyak.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas menurut Penulis perlu kiranya
diteliti lebih jauh mengenai Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 mengatur
hak moral terhadap pengubahan aransemen musik. Oleh karena itu,

Penulis

menulis kajian ilmiah akademis dengan judul “ PERLINDUNGAN HAK
PENCIPTA

TERHADAP

BERDASARKAN

PENGUBAHAN

UNDANG-UNDANG

ARANSEMEN

NOMOR

28

MUSIK

TAHUN

2014

TENTANG HAK CIPTA (STUDI DI KOTA MEDAN) ”.
B. Rumusan Masalah
1.

Bagaimana pengaturan perlindungan hukum yang diberikan oleh UndangUndang Nomor 28 tahun 2014 kepada pencipta lagu sebagai pemegang hak
cipta lagu terhadap pengubahan aransemen musik?

Universitas Sumatera Utara

12

2.

Apa faktor

yang menyebabkan timbulnya pengubahan aransemen musik

yang sudah ada?
3.

Bagaimana peran pemerintah Kota Medan dalam melindungi hak pencipta
lagu dalam pengubahan aransemen musik?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan di atas maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian hukum ini :
1. Untuk mengetahui pengaturan perlindungan hukum yang akan diberikan
kepada pencipta terhadap pengubahan aransemen musik berdasarkan UndangUndang Hak Cipta.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pengubahan
aransemen musik yang sudah ada.
3. Untuk mengetahui peran pemerintah Kota Medan dalam melindungi hak
pencipta lagu dalam pengubahan aransemen musik.
D. Manfaat penelitian
1.

Manfaat praktis

a.

Skripsi ini bermanfaat untuk para Pencipta Lagu supaya mengetahui hak-hak
yang dimilikinya sebagai pemegang hak cipta.

b.

Dan bermanfaat juga untuk masyarakat supaya dapat menyadari bahwa
pengubahan aransemen musik tanpa izin dari pemegang hak cipta telah diatur
dalam Undang-Undang Hak Cipta dan hal tersebut merupakan tindakan yang
dapat merugikan orang sehingga masyarakat tidak menggunakan atau
melakukan pengubahan lagu tersebut.

Universitas Sumatera Utara

13

2.

Manfaat Teoritis

a.

Skripsi ini diharapkan berguna sebagai bahan untuk pengembangan wawasan
dan kajian lebih lanjut bagi yang ingin mengetahui dan memperdalam tentang
masalah pengaturan perlindungan hak pencipta terhadap pengubahan
aransemen musik.

b.

Skripsi ini bermanfaat untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi
syaratnya untuk mencapai gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara yang merupakan kewajiban bagi setiap
mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.

E. Metode Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto, penelitian dimulai ketika seseorang berusaha
untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan
teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang
digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan
menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap
fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalahmasalah yang ditimbulkan faktor tersebut.12

12

Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2004. Hal.1.

Universitas Sumatera Utara

14

Metode penelitian hukum adalah prosedur atau cara yang dilakukan dalam
melakukan penelitian hukum.13
Dalam pengumpulan data dan informasi untuk penulisan skripsi ini,
penulis telah mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk dapat mendukung
penulisan skripsi ini dan hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Untuk memperkuat argumentasi dari penulisan skripsi ini, perlu didukung
oleh data-data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena data-data
ini merupakan suatu hal yang sangat penting untuk mendukung kebenaran ilmiah
dari skripsi ini.
1.

Jenis Penelitian
Ada 2 (dua) jenis penelitian

yaitu penelitian hukum normatif dan

penelitian hukum sosiologis atau empiris. Soerjono Soekanto memberi pendapat
mengenai penelitian hukum :
“Penelitian hukum itu berdasarkan tujuannya terdiri atas yang pertama, Penelitian
hukum normatif, yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian
terhadap sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum,
penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum. Kedua, Penelitian

13

M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, Jakarta, PT. RajaGrafindo
Persada, 2007, hal. 22.

Universitas Sumatera Utara

15

hukum sosiologis atau empiris, yang mencakup penelitian terhadap identifikasi
hukum dan penelitian efektivitas hukum.”14
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian
hukum normatif dan penelitian hukum sosiologis (empiris). Penelitian hukum
normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah
bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas,
norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, analisa kasus, perjanjian serta
doktrin (ajaran). 15 Jenis penelitian ini juga mengandalkan data dan informasi
tentang hukum, baik bahan hukum primer, badan hukum sekunder maupun badan
hukum tersier.
Penelitian hukum sosiologis atau empiris adalah penelitian yang dilakukan
di lapangan secara langsung pada objek yang diteliti dengan mengandalkan data
khusus melalui pengumpulan fakta, gagasan atau pendapat dari masyarakat yang
kemudian data yang dikumpulkan tersebut dipergunakan untuk menguji
kebenaran dari suatu peraturan perundang-undangan, teori dan konsep melalui
kenyataan di dalam praktek. Penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan
gamabaran secara jelas, lengkap, dan teliti dengan cara mengumpulkan, menyusun,
mengklarifikasikannya, menganalisa serta menginterprestasikan data yang didapat
guna memecahkan masalah yang dihadapi.
2.

Sumber Data

14

Fajar Mukti dan Achmad Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010, Hal. 153.
15
Ibid, hal.34.

Universitas Sumatera Utara

16

Dalam penelitian, 2 (dua) jenis data yang digunakan, yaitu data primer dan
data sekunder.
Pada penelitian ini, digunakan penelitian hukum sosiologis atau empiris dan
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum sosiologis atau empiris dilakukan
dengan meneliti perilaku hukum dari warga masyarakat secara langsung, sehingga
data yang digunakan adalah data primer. Penelitian normatif dilakukan dengan
batasan studi dokumen atau bahan pustaka saja yaitu berupa data sekunder.
Didalam penulisan skripsi ini, data sekunder yang digunakan antara lain :
a.

Bahan Hukum Primer
Yaitu berupa norma dasar, peraturan dasar, Undang-Undang dan peraturanperaturan yang terkait dengan objek penelitian, bahan hukum yang tidak
dikodifikasikan dan bahan hukum dari zaman penjajahan hingga kini masih
berlaku, antara lain Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b.

Bahan Hukum Sekunder
Yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer antara
lain: buku, makalah, pendapat para ahli dan hasil penelitian yang berkaitan
dengan objek penelitian ini.

c.

Bahan Hukum Tersier
Yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia,dan
seterusnya.

Universitas Sumatera Utara

17

3.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam menulis skripsi ini, penulis menggunakan 2 (dua) teknik
pengumpulan data yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian
lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan untuk meneliti data
sekunder yang berkaitan dengan penelitian skripsi ini, yaitu bahan hukum
primer,antara lain peraturan-peraturan mengenai Hak Kekayaan Intelektual
khususnya Hak Cipta, dan bahan hukum sekunder, antara lain jurnal, buku dan
lainnya.
Penelitan lapangan (field research) dilakukan untuk memperoleh data
primer yang dilakukan dengan wawancara dengan pegawai Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara dan Penyidik dari
Kepolisian di Kota Medan.
a.

Dalam penelitian Hukum Normatif dilakukan dengan studi pustaka terhadap
bahan hukum primer 16 yaitu Undang-Undang dan peraturan lainnya, yang
akan diinventarisasi dan atau disinkronisasi. Selain itu juga dilakukan studi
pustaka terhadap badan hukum sekunder yaitu buku, jurnal, pendapat ahli
yang akan dikembangkan untuk membentuk pandangan yang tegas dalam
persoalan yang berkaitan dengan judul skripsi ini.

b.

Dalam penelitian Hukum Sosiologis atau Empiris dilakukan dengan
menggunakan teknik wawancara yang akan disesuaikan dengan topik dari
skripsi ini.Dan dari hasil wawancara tersebut, akan diuraikan secara naratif
guna mendapatkan gambaran umum mengenai persoalan yang dikaji dalam
skripsi ini.

4.

Analisa Data

16

Fajar Mukti dan Achmad Yulianto, Op.Cit, Hal. 168.

Universitas Sumatera Utara

18

Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data
dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.17
Penelitian pada penulisan skripsi ini menggunakan analisa data kualitatif,
yaitu penelitian yang mengarah pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan judul skripsi ini serta norma-norma
hidup dan berkembang dalam masyarakat yang akan diinventarisir dan atau
disinkronisasi. Teknik analisa data kualitatif ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan data sekunder baik bahan hukum primer,misalnya UndangUndang dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan topik skripsi ini, dan juga
bahan hukum sekunder yaitu berupa tulisan-tulisan hukum yang akan
dikembangkan untuk membentuk pandangan yang tegas dalam persoalan ini. Data
sekunder tersebut akan diambil dari hasil wawancara yang akan disusun sesuai
dengan topic yang selanjutnya akan diuraikan secara naratif untuk mendapatkan
gambara umum persoalan yang dikaji.
F. Keaslian Penulisan
Sepanjang pengetahuan penulis, penulisan tentang perlindungan hak
pencipta terhadap pengubahan aransemen musik menurut Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2014 (Studi di Kota Medan) belum pernah diteliti.
Hal yang dikaji dalam tulisan ini adalah perlindungan hak pencipta terhadap
pengubahan aransemen musik menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
17

Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002,

Hal.103.

Universitas Sumatera Utara

19

(Studi di Kota Medan). Penulisan ini berdasarkan literatur-literatur yang berkaitan
dengan Hukum Hak atas Kekayaan Intelektual di Indonesia dan juga dengan hasil
wawancara. Oleh karena itu tulisan ini merupakan sebuah karya asli dan sesuai
dengan asas-asas keilmuan yang jujur , rasional, objektif dan terbuka. Semua ini
merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga
tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
G. Sistematika Penulisan
Suatu gambaran dari isi skripsi ini, di sini dapatlah dikemukakan
sistematika penulisan dari skripsi ini yang meliputi:
BAB I :

PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Latar Belakang,
Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode
Penelitian, Keaslian Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II:

TINJAUAN

UMUM

MENGENAI

HAK

KEKAYAAN

INTELEKTUAL (HKI)
Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian hak kekayaan
intelektual, ruang lingkup hak kekayaan intelektual, sumber hukum
hak kekayaan intelektual, pengertian hak cipta, prinsip-prinsip
dasar dalam hak cipta, pendaftaran hak cipta, pengalihan hak cipta,
lisensi hak cipta, pengertian neighboring rights, ruang lingkup
neighboring rights dan perlindungan hukum neighboring rights.

Universitas Sumatera Utara

20

BAB III :

TINJAUAN UMUM MENGENAI MUSIK DAN ARANSEMEN
Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian musik, instrumentinstrumen musik, , jenis aliran musik, pengertian aransemen, jenisjenis aransemen ,struktur menyusun aransemen dan perkembangan
pengubahan aransemen musik di Indonesia.

BAB IV :

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENCIPTA LAGU
Pada bab ini akan dibahas tentang pengaturan perlindungan hukum
yang diberikan oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014
kepada pencipta lagu, faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
pengubahan aransemen musik serta peran pemerintah Kota Medan
dalam melindungi hak pencipta lagu dalam pengubahan aransemen
musik.

BAB V :

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yaitu sebagai bab penutup yang
berisi kesimpulan dan saran-saran mengenai permasalahan yang
dibahas.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

1 5 12

SKRIPSI KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 2 12

PENDAHULUAN KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 4 17

A. Simpulan KONSEKUENSI PERUBAHAN SIFAT DELIK PELANGGARAN HAK CIPTA TERHADAP PERLINDUNGAN PENCIPTA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 3 4

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

2 47 153

KOMERSIALISASI HASIL PERUBAHAN ARANSEMEN KARYA CIPTA LAGU ATAU MUSIK BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

0 1 1

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 1 10

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 0 1

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 0 60

Perlindungan Hak Pencipta Terhadap Pengubahan Aransemen Musik Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Kota Medan)

0 3 6