Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-Anggota Badan Permusyawaratan Perwakilan Rakyat Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 1980
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1969
TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA-ANGGOTA BADAN
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN RAKYAT SEBAGAIMANA TELAH
DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1975
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan dan berpegang teguh pada Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978 tentang Garisgaris Besar Haluan Negara dan Ketetapan Majelis Permusaywaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor VII/MPR/1978 tentang Pemilihan Umum dipandang perlu
mengadakan perubahan terhadap Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang
Pemilihan Umum Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1975, dengan
tujuan untuk menyempurnakannya sesuai dengan perkembangan keadaan;

Mengingat

: 1.
2.


3.
4.

5.
6.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat (2) Pasal 5 ayat (1), dan
Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia Nomor II/MPR/ 1978
tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya
Pancakarsa);
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
IV/WR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara;
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
VI/MPR/1978 tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah Timor Timur Ke Dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
VII/MPR/ 1978 tentang Pemilihan Umum;
Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggotaanggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat (Lembaran Negara Tahun

1969 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2914)jo. Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1975 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 15 Tahun

www.djpp.depkumham.go.id

1969 (Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3063);
7. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2915) jo. Undang-undang Nomor 5 Tahun
1975 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1969 (Lembaran
Negara Tahun 1975 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3064);
8. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3037);
9. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian
(Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3041);
10. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan

Karya (Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3062);

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR 15 TAHUN 1969 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTAANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN RAKYAT
SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4
TAHUN 1975.
Pasal 1

Ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum
Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1975, diubah lagi sebagai berikut :
1.

Pada Pasal 8 diantara ayat (4) dan ayat (5) disisipkan ketentuan yang dijadikan ayat (4a) dan

ayat (4b) yang berbunyi sebagai berikut :
(4a)

Di dalam Panitia Pemilihan Indonesia, Panitia Pemilihan Daerah Tingkat 1, Panitia
Pemilihan Daerah Tingkat II, dan Panitia Pemungutan Suara diikutsertakan unsur
Partai Politik dan Golongan Karya sebagai Anggota.

(4b)

Pada Panitia Pemilihan Indonesia, Panitia Pemilihan Daerah Tingkat I, Panitia
Pemilihan Daerah Tingkat II dan Panitia Pemungutan Suara dibentuk Panitia Pengawas
Pelaksanaan Pemilihan Umum, yaitu Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum

www.djpp.depkumham.go.id

Pusat, Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Daerah Tingkat I, Panitia
Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Daerah Tingkat II dan Panitia Pengawas
Pelaksanaan Pemilihan Umum Kecamatan dengan ketentuan sebagai berikut :

2.


3.

a.

Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Pusat, Panitia Pengawas
Pelaksanaan Pemilihan Umum Daerah Tingkat I, Panitia Pengawas
Pelaksanaan Pemilihan Daerah Tingkat II dan Panitia Pengawas Pelaksanaan
Pemilihan Umum Kecamatan masing-masing berturut-turut sesuai dengan
tingkatannya terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota dan seorang Wakil
Ketua merangkap Anggota yang dijabat oleh pejabat Pemerintah serta beberapa
orang Anggota yang diambilkan dari unsur Pemerintah, Partai Persatuan
Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, Golongan Karya dan Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia;

b.

Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum bertugas melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan Pemilihan Umum Anggota-anggota DPR,
DPRD I dan DPRD II dalam wilayah kerjanya masing-masing sesuai dengan

tingkatannya dan bertanggung jawab kepada Ketua Panitia Pemilihan/Panitia
Pemungutan Suara yang bersangkutan;

c.

Panitia Pengawas pelaksanaan Pemilihan Umum Kecamatan juga melakukan
pengawasan terhadap pendaftaran pemilih dan penyampaian surat
pemberitahuan/panggilan, yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah."

Ketentuan Pasal 8 ayat (7) diganti dengan ketentuan yang berbunyi sebagai berikut :
"Lembaga Pemilihan Umum terdiri dari :
a.

Dewan Pimpinan yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri dengan Anggotaanggotanya terdiri dari beberapa orang Menteri;

b.

Dewan Pertimbangan yang terdiri dari seorang Ketua merangkap Anggota yang dijabat
oleh seorang Menteri, empat orang Wakil Ketua merangkap Anggota dan beberapa

orang Anggota, yang di ambilkan dari Partai Persatuan Pembangunan, Partai
Demokrasi Indonesia, Golongan Karya dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia;

c.

Sekretariat Umum yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Umum".

Pada Pasal 8 diantara ayat (7) dan ayat (8) disisipkan ketentuan yang dijadikan ayat (7a) yang
berbunyi sebagai berikut :
"a.

Tugas Dewan Pimpinan sebagai dimaksud dalam ayat (7) adalah
(i)
menentukan garis-garis kebijaksanaan pelaksanaan Pemilihan Umum;
(ii)
mengambil keputusan atas pertimbangan-pertimbangan dan usul-usul yang
diberikan oleh Dewan Pertimbangan.

www.djpp.depkumham.go.id


b.

Tugas Dewan Pertimbangan sebagai dimaksud dalam ayat (7) adalah memberikan
pertimbangan-pertimbangan dan usul-usul, baik atas permintaan Dewan Pimpinan
maupun atas prakarsa sendiri."

4.

Pada Pasal 8 ayat (10) di antara perkataan "ayat (4)" dan kata "diatur" disisipkan perkataan
"dan ayat (4b)" sehingga ketentuan Pasal 8 ayat (10) berbunyi sebagai berikut :
"Susunan, tatakerja, pembentukan dan hal-hal lain mengenai Lembaga Pemilihan Umum dan
Panitia-panitia tersebut dalam ayat (4) dan ayat (4b) diatur dengan Peraturan Pemerintah."

5.

Pada Pasal 10 di antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan ketentuan yang dijadikan ayat (2a) yang
berbunyi sebagai berikut :
"Seorang Warganegara Republik Indonesia yang setelah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata
tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), tidak dapat menggunakan
hak memilihnya."


6.

Pada Bab V sebelum Pasal 14 ditambah ketentuan yang dijadikan Pasal 13a yang berbunyi
sebagai berikut :
Pemilihan Umum diikuti oleh 3 (tiga) organisasi kekuatan sosial politik, yaitu Partai Persatuan
Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, dan Golongan Karya".

7.

Ketentuan Pasal 15 ayat (1) diganti dengan ketentuan yang berbunyi sebagai berikut :
"Yang mengajukan calon untuk keanggotaan Badan Perwakilan Rakyat dalam Pemilihan
Umum adalah 3 (tiga) organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13a."

8.

Ketentuan Pasal 17 ayat (3) diganti dengan ketentuan yang berbunyi sebagai berikut :
"Dalam mengajukan calon, organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 a, menyampaikan
surat-surat keterangan dari masing-masing calon, yang menyatakan bahwa syarat-syarat
sebagai calon telah dipenuhi."


9.

Ketentuan Pasal 19 ayat (2) diganti dengan ketentuan yang berbunyi sebagai berikut :
"Pengisian dan penyusunan urutan calon dalam daftar calon yang dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh organisasi yang berwenang mengajukan calon termaksud."

10.

Pada Pasal 19 ayat (3) perkataan "organisasi golongan politik/karya" di antara kata "Antara"
dan kata "dapat" diganti dengan perkataan "3 (tiga) organisasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13a", sehingga Pasal 19 ayat (3) berbunyi sebagai berikut :
"Antara 3 (tiga) organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13a dapat diadakan
penggabungan suaranya untuk diperhitungkan dalam pembagian kursi. Keinginan
penggabungan suara itu harus dinyatakan oleh organisasi yang mengemukakan daftar calon di
dalam surat isian untuk pencalonan dan juga di dalam daftar calon yang bersangkutan."

www.djpp.depkumham.go.id

11.


Pada Pasal 19 ayat (4b) huruf b kata "memperbaikinya" diganti dengan perkataan "membela
calon yang ditolak dan memperbaiki daftar calon", sehingga ketentuan Pasal 19 ayat (4b) huruf
b berbunyi sebagai berikut: "Pengeluaran seorang calon dari daftar calon oleh Panitia Pemilihan
yang bersangkutan diberitahukan kepada organisasi yang mengajukan calon dengan disertai
alasannya, dan organisasi tersebut diberi kesempatan untuk membela calon yang ditolak dan
memperbaiki daftar calon."

12.

Ketentuan Pasal 20 ayat (1) diganti dengan ketentuan yang berbunyi sebagai berikut :
"Untuk memperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam Pemilihan Umum 3 (tiga) organisasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13a mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama
dalam melaksanakan kampanye Pemilihan Umum di seluruh wilayah Indonesia."

13.

Pada Pasal 20 di antara ayat (1) dan ayat (2) disisipkan ketentuan yang dijadikan ayat (1 a)
terdiri dari huruf a dan huruf b yang berbunyi sebagai berikut :
"(1a) a. Dalam kampanye Pemilihan Umum dilarang mempersoalkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945;
b. Tema kampanye Pemilihan Umum adalah program tiap organisasi peserta Pemilihan
Umum yang berhubungan dengan Pembangunan Nasional."

14.

Pada Pasal 20 sesudah ayat (1a) ditambahkan ayat (1b) yang berbunyi sebagai berikut :
"Dalam kampanye Pemilihan Umum di seluruh Indonesia rakyat mempunyai kesempatan dan
kebebasan untuk menghadiri kampanye Pemilihan Umum."

15.

Pasal 22 ayat (3) dihapus.

16.

Pada Bab VII sesudah Pasal 22 ditambah dengan ketentuan baru yang dijadikan Pasal 22a
terdiri dari 4 (empat) ayat yang berbunyi sebagai berikut :
"(1)

Organisasi kekuatan sosial politik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13a masingmasing mengirimkan seorang wakilnya untuk menjadi saksi dalam pemungutan suara
dan penghitungan suara di tempat pemungutan suara.

(2)

Saksi-saksi tersebut pada ayat (1) di dalam melakukan tugasnya merangkap sebagai
pengawas pelaksanaan kegiatan Pemilihan Umum di tempat pemungutan suara dan
memulai tugasnya sejak penyiapan tempat pemungutan suara sampai dengan
pengiriman kotak suara kepada Panitia Pemungutan Suara.

(3)

Saksi/Pengawas secara organik masuk Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
dan menerima petunjuk tehnis dari Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum
Kecamatan.

(4)

Pelaksanaan pemungutan suara dan tatacara penghitungan suara diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah."

www.djpp.depkumham.go.id

17.

Pada Pasal 27 ayat (9) kata "penjara" di antara kata "pidana" dan kata "selama-lamanya"
diganti dengan kata "kurungan", sehingga ketentuan Pasal 27 ayat (9) berbunyi sebagai
berikut :
"Seorang majikan yang tidak memberikan kesempatan kepada seorang pekerja untuk
memberikan suaranya tanpa alasan bahwa pekerjaan daripada pekerja itu tidak
memungkinkannya, dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya tiga bulan."

18.

Pada Bab XII ditambah ketentuan yang dijadikan Pasal 29a terdiri dari 3 (tiga) ayat, yang
berbunyi sebagai berikut :
"(1) Mengingat keadaan dan perkembangan Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur, maka
cara pelaksanaan Pemilihan Umum di Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur dapat
berbeda dengan di daerah-daerah lain dalam wilayah Republik Indonesia.
(2) Setelah dalam Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur dibentuk Daerah Tingkat II
sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah, maka dengan mengingat keadaan dan
perkembangan daerahnya, pengaturan cara pelaksanaan Pemilihan Umum di Propinsi
Daerah Tingkat I Timor Timur dapat lebih disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
Undang-undang Pemilihan Umum.
(3) Pelaksanaan ketentuan ayat (1) dan ayat (2) lebih lanjut diatur dengan Peraturan
Pemerintah."

19.

Pada Pasal 31 a ayat (1) perkataan "dimulai sampai dengan diresmikannya" diganti dengan
perkataan "sampai dengan pengambilan sumpah/janji secara bersama-sama", sehingga
ketentuan Pasal 31a ayat (1) berbunyi sebagai berikut :
"Penyelenggaraan Pemilihan Umum menurut Undang-undang ini adalah sejak saat pendaftaran
pemilih sampai dengan pengambilan sumpah/janji secara bersama-sama keanggotaan Badan
Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat."
Pasal II

Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-anggota Badan
Permusyawaratan / Perwakilan Rakyat setelah diubah yang pertama kali dengan Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1975 dan yang kedua kali dengan Undang-undang ini disusun dalam satu naskah oleh
Pemerintah dan selanjutnya tetap disebut Undang-undang Pemilihan Umum.
Pasal III
Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Perubahan Kedua Undang-undang Pemilihan Umum
dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.djpp.depkumham.go.id

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Maret 1980
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 20 Maret 1980
MENTERI/SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SUDHARMONO, SH.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1980 NOMOR 24

www.djpp.depkumham.go.id

PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1980
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1969 TENTANG
PEMILIHAN UMUM ANGGOTA-ANGGOTA BADAN
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN RAKYAT SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1975
UMUM.
Undang-undang tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan
Umum Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1975 yang dapat disebut Undang-undang Perubahan Kedua
Undang-undang Pemilihan Umum, didasarkan atas Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor VII/MPR/1978 tentang Pemilihan
Umum.
Undang-undang Perubahan Kedua Undang-undang Pemilihan Umum ini pada hakekatnya bermaksud
mengadakan perubahan terhadap Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1975. Pada prinsipnya perubahan-perubahan yang diadakan
itu tidak bersifat fundamental yang berarti tidak mengubah dasar pikiran, tujuan, asas dan sistim
Pemilihan Umum.
Tujuan diadakan perubahan itu adalah untuk lebih menyempurnakan Undang-undang Nomor 15 Tahun
1969 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1975, disesuaikan dengan
perkembangan, keadaan dalam bidang politik dan kenegaraan sehubungan dengan adanya kedua
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tersebut serta sehubungan pula
dengan adanya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1976 tentang Pengesahan Penyatuan Timor-Timur Ke
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pembentukan Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur
yang dikukuhkan dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
VI/MPR/1978 tentang Pengukuhan Penyatuan Wilayah Timor Timur ke Dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi diadakannya perubahan dimaksud adalah antara lain
sebagai berikut :
a.

Bahwa dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum oleh Presiden/Mandataris, 3 (tiga) organisasi
kekuatan sosial politik, yaitu Partai Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia dan
Golongan Karya, di tingkatkan peranannya dalam pelaksanaan dan pengawasan dari tingkat.
Pusat sampai Daerah yang diatur dengan Undang-undang Pemilihan Umum.

b.

Bahwa dalam Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur diselenggarakan juga Pemilihan, namun
mengingat perkembangan keadaan di daerah tersebut mengenai hal-hal tertentu dapat diatur
tersendiri berdasarkan, ketentuan-ketentuan undang-undang Pemilihan Umum.

c.

Bahwa menurut pengalaman dalam, pelaksanaan Undang-undang Pemilihan Umum Tahun
1977, ternyata antara lain di perlukan adanya pnyempurnaan organisasi

www.djpp.depkumham.go.id

penyelenggara/pelaksana Pemilihan Umum.
Perubahan-perubahan terhadap Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1975 yang diatur dalam Undang-undang ini dapat
dikelompokkan dalam 3 (tiga) hal pokok yaitu :
1.

Perubahan terhadap Pasal 8, Pasal 15, Pasal 19, Pasal 20 dan penambahan ketentuan yang
dijadikan Pasal 13a dan Pasal 22a pada hekekatnya merupakan pengaturan dalam
Undang-undang Pemilihan Umum untuk meningkatkan peranan Partai Politik dan Golongan
Karya di bidang pelaksanaan dan pengawasan dari tingkat Pusat sampai Daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemilihan Umum dibawah pimpinan Presiden/Mandataris MPR.
Pengaturan tersebut terutama mengenai pembentukan Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan
Umum Pusat, Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Daerah Tingkat I, Panitia
Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum Daerah Tingkat II dan Panitia Pengawas Pelaksanaan
Pemilihan Umum Kecamatan yang anggota-anggotanya terdiri dari unsur Pemerintah, Partai
Persatuan Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia, Golongan Karya dan Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia, masing-masing sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang. Demikian
pula mengenai pemberian kesempatan bagi peserta Pemilihan Umum dalam pengisian dan
penyusunan urutan calon dalam daftar calon maupun untuk membela calon yang ditolak dan
memperbaiki daftar calon, serta mengenai pemberian kesempatan mengirimkan seorang
waktunya masing-masing sebagai saksi tidak saja dalam penghitungan suara dan penetapan
hasil Pemilihan umum, tetapi juga dalam pemungutan suara ditiap tempat pemungutan suara ,
yang juga merangkap sebagai pengawas pelaksanaan kegiatan Pemilihan Umum ditempat
pemungutan suara dan memulai tugasnya sejak penyiapan tempat pemungutan suara sampai
dengan pengiriman kotak suara kepada panitia Pemungutan Suara.
Dalam hal saksi tersebut berhalangan, maka organisasi peserta Pemilihan Umum yang
bersangkutan dapat menunjuk penggantinya.
Setiap organisasi kekuatan sosial politik dapat menugaskan anggota-anggotanya untuk
mengawasi apakah surat pemberitahuan/panggilan sudah diterima oleh para Pemilih.
Dewan Pertimbangan L.P.U. akan senantiasa diminta pertimbangannya dalam mempersiapkan
peraturan perundang-undangan yang menyangkut Pemilihan Umum yang diprakarsai oleh
L.P.U.
Pegawai Negeri Sipil yang dicalonkan oleh Partai Politik/Golongan Karya untuk keanggotaan
Badan Perwakilan Rakyat diatur sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pencalonannya dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
bagi Pegawai Negeri Sipil.
Yang dimaksud dengan kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam melaksanakan
kampanye Pemilihan Umum sebagai dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) adalah, bahwa kepada
tiap organisasi kekuatan sosial politik diberi kedudukan, kebebasan, kesempatan, perlakuan dan
pelayanan yang sama dalam melaksanakan kampanye serta kewajiban yang sama untuk
mentaati Peraturan Perundangan-undangan yang berlaku.
Yang dimaksud dengan "dilarang mempersoalkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
dalam kampanye Pemilihan Umum", adalah bahwa dalam kegiatan kampanye semua pihak
tidak boleh mempermasalahkan eksistensi, menyelewengkan, memutar balikkan arti dan isi,
merongrong Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta membuat rakyat ragu-ragu
terhadap kebenaran Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karenanya dalam

www.djpp.depkumham.go.id

melaksanakan Pemilihan Umum, semua pihak harus tetap berpedoman kepada Ketetapan
Mejelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetya Pancakarsa) dan tetap memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam menggunakan kesempatan dan kebebasan untuk menghadiri kampanye Pemilihan
Umum sebagai dimaksud dalam Pasal 20 ayat (lb), semua fihak memperhatikan keamanan dan
ketertiban umum. Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota/Pengurus Partai Politik
/Golongan Karya dan atau yang dicalonkan untuk keanggotaan Badan Perwakilan Rakyat
dapat melakukan kampanye Pemilihan Umum.
2.

Penambahan ketentuan pada BAB XII yang dijadikan Pasal 29a. adalah untuk mengadakan
ketentuan dalam Undang-undang Pemilihan Umum mengenai pelaksanaan. Pemilihan Umum di
Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur.
Dengan memperhatikan keadaan serta perkembangan daerah dan masyarakatnya, adalah wajar
bahwa dalam pelaksanaan Pemilihan Umum, Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur mendapat
pengaturan dan perlakuan tersendiri berdasarkan Undang-undang Pemilihan Umum.
Pengaturan tersendiri tersebut adalah mengenai cara pelaksanaan Pemilihan Umum, sedangkan
perlakuan tersendiri tersebut adalah mengenai penentuan jumlah Anggota DPR yang dipilih
bagi Daerah Pemilihan Timor Timur yang tidak diambilkan dari jumlah Anggota DPR yang 360
(tigaratus enampuluh) orang yang dipilih bagi daerah-daerah di luar Timor Timur, dan
pengaturannya diserahkan kepada Presiden.

3.

Perubahan terhadap Pasal 10, Pasal 17, Pasal 18, dan Pasal 31a adalah penyempurnaan
pengaturan dalam Undang-undang Pemilihan Umum mengenai hal-hal sehubungan dengan
pengalaman dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 1977.
Pengaturan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut : penyempurnaan ketentuan bahwa
seseorang yang telah terdaftar dalam daftar pemilih dan kemudian sebelum menggunakan hak
memilihnya diketahui tidak lagi memenuhi persyaratan untuk dapatdidaftar sebagai pemilih,
ditentukan tidak dapat menggunakan hak memilihnya, memantapkan ketentuan mengenai
tatacara pencalonan, serta mempertegas ketentuan bahwa penyelenggaraan Pemilihan Umum
yang dimulai dengan pendaftaran pemilih berakhir sampai dengan kegiatan pengambilan
sumpah/janji secara bersama-sama keanggotaan Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat.
Untuk menyatakan seseorang yang telah terdaftar dalam daftar pemilih tidak diperbolehkan
menggunakan hak memililihnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat(2a), diperlukan
keterangan dari pihak/instansi yang berwenang, dan bagi yang sedang terganggu
jiwa/ingatannya didasarkan pada kenyataan keadaan orang yang bersangkutan pada saat
pemungutan suara dilaksanakan.

Yang dimaksud dengan "tindak pidana yang dikenakan ancaman pidana sekurang-kurangnya 5 tahun"
dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c dan Pasal 16 huruf f adalah tindak pidana yang ancaman hukumannya 5
tahun sebagai ancaman hukuman maksimum, atau lebih.
Yang dimaksud dengan Keterangan dalam pasal 17 ayat(3) adalah surat-surat pernyataan dan atau
surat-surat keterangan yang berfungsi sebagai bukti bahwa syarat sebagai calon telah dipenuhi, dan
yang dikeluarkan/disah kan oleh penjabat/instansi berwenang,
Keamanan dan ketertiban umum merupakan faktor yang penting dalam Pemilihan Umum oleh karena
itu perlu diperhatikan dan dipelihara oleh seluruh masyarakat.

www.djpp.depkumham.go.id

Meskipun G.30.S/PKI tetap merupakan bahaya latent tetapi mengingat makin terkendalinya stabilitas
keamanan dan ketertiban, maka "kewenangan yang diberikan kepada Pemerintah dalam membuat
penilaian terhadap mereka yang kehilangan hak pilihnya untuk pada suatu waktu dapat
dipertimbangkan penggunaan hak memilihnya dengan penelitian secara cermat" sebagaimana dimaksud
dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1975 mengenai Pasal 2 ayat (1) Undang-undang
Nomor 15 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1975 tidak
14 terbatas hanya diantara Golongan C saja.
Kemudian dalam perubahan Undang-undang ini, apabila ada ketentuan atau perkataan dari
Undang-undang yang dinyatakan dihapus atau diganti atau ditambah, maka ketentuan atau perkataan
tersebut dalam Penjelasannya juga dihapus atau diganti atau ditambah.
PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Cukup jelas
Pasal II
Cukup Jelas
Pasal III
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3163

www.djpp.depkumham.go.id

Dokumen yang terkait

Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Pengangkatan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

0 4 93

Kewenangan Badan Legislasi Sebagai Alat Kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat RI dalam Penyelesaian dan Optimalisasi Program Legislasi Nasional Prioritas Tahun 2015-2016

2 17 80

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1998 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1998 1999 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1998

0 0 18

Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan Pokok Pers Sebagaimana Telah Diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1967

0 0 12

PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 1976 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1969 SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1975

0 0 7

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1969 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA-ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN RAKYAT SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1975

0 0 85

Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-anggota Badan Permusyawaratan Perwakilan Rakyat

0 0 11

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 1969 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA-ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN RAKYAT

0 0 69

Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008;

0 0 26

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republ

0 0 6