Diversitas Serangga Hama dan Predator pa
Diversitas Serangga Hama dan Predator
pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di
Persawahan Desa Sukarami Kecamatan
Kota Agung Kabupaten Lahat
Oleh:
Irham Falahudin1, Dian Mutiara2, Amelia Lestari3
1. Dosen Prodi Tadris Biologi Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah
Palembang, email: [email protected].
2. Dosen Biologi Fak. MIPA Universitas PGRI Palembang
3. Mahasiswa Prodi Tadris Biologi Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden
Fatah Palembang, email: [email protected]
ABSTRACT
Rice plants (Oryza sativa L.) is an annual plant that
ecological conditions change often. The presence of insect pests
and insect predators is very influential in rice plants. This study
aims to determine the diversity of insect pests and predators in
rice (Oryza sativa L.) in the Sukarami Village Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat. The study was conducted from May to
June 2013. Tools and material are: soil ph, GPS Garmin, basins,
sample bottles, wipes, rope, tape measure, insect nets, emergent
light, tweezers, scissors, killing bottle, luv, makroskop, camera,
paper labels, stationery, and identification book. While the
ingredients are: insects are caught, clean water, detergent, and
alcohol 70%. This research use purposive sampling method with
subplots measuring 10 m x 10 m by 4 plot. Sampling insects
using insect nets and light traps. The research found 7 species of
familia 5 and 3 orders for pest insects and 12 species of 6 familia
and orders for insect predators. Data analysis using Shannon
Wiener diversity index. Insect pest that has the highest density
value is Leptocorisa oratorius species with density 0.62 and
46.41% relative density. While insect predators that have the
highest density value is Orthetrum sabina with 0.07 density and
relative density of 22.58%. Criteria values diversity index of
insect pests and predators in rice fields Sukarami Village
Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat is moderate, ie 1.4 for
insect pests and 2.35 for insect predators. Insectarium of insect
pests and predators in the form of dry curing is used as a
medium of learning.
Keywords:
Diversity
Pest,
Predators
Leptocorisa
oratorius, Orthetrum sabina, Oryza sativa L.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal
dengan sebutan “Mega Biodiversity”, setelah negara Brazil dan
Madagaskar. Diperkirakan 25 % aneka spesies dunia berada di
Indonesia, yang mana dari setiap spesies jenis tersebut terdiri
dari ribuan plasma nutfah dalam kombinasi yang cukup unik
sehingga terdapat aneka gen dalam setiap individu. Biodiversitas
di Indonesia meliputi jenis flora dan fauna. Biodiversitas menurut
UU No 5 tahun 1994 adalah variabilitas antar makhluk hidup dari
semua sumber daya, termasuk ekosistem daratan, ekosistem
perairan dan komplek ekologis termasuk juga diversitas dalam
spesies di antara spesies dan ekosistemnya (Arief, 2001).
Ekosistem
persawahan
secara
teoritis
merupakan
ekosistem yang tidak stabil. Kestabilan ekosistem persawahan
tidak
hanya
ditentukan
oleh
keanekaragaman
struktur
komunitas, tetapi juga oleh sifat-sifat komponen serta interaksi
antar komponen ekosistem. Hasil penelitian mengenai kajian
habitat menunjukkan bahwa tidak kurang dari 700 serangga
termasuk parasitoid dan predator ditemukan di ekosistem
persawahan dalam kondisi tanaman tidak ada hama. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa komunitas persawahan
ternyata beranekaragam (Untung, 1993).
Tanaman padi merupakan tanaman semusim sehingga
keadaan ekologinya sering berubah-ubah. Hal ini mengakibatkan
tidak stabilnya keseimbangan antara populasi serangga hama
dan musuh alami (predator, parasit dan patogen). Karena pada
tanaman semusim sering terjadi pemutusan masa bertanam
yang akan mengakibatkan tidak berkembangnya musuh alami.
Dengan demikian, perkembangan hama meningkat terus tanpa
ada faktor pembatas dari alam (Tjahjadi, 2008).
Informasi yang terhimpun dari beberapa hasil penelitian
yang dilakukan ternyata hasilnya tidak sama mengenai diversitas
serangga hama dan predator tanaman padi pada masing-masing
daerah. Diversitas serangga hama dan predator tanaman padi di
suatu daerah dipengaruhi oleh waktu, heterogenitas ruang,
kompetisi, pemangsaan, kestabilan iklim, dan produktifitas.
Keenam
faktor
ini
saling
berinteraksi
untuk
menetapkan
keanekaragaman spesies dalam komunitas yang berbeda.
Umumnya serangga dari aspek yang merugikan manusia
terdiri dari hama perusak dan pemakan tanaman pertanian.
Sebenarnya jenis serangga perusak tidak banyak, diperkirakan
kurang dari 1% dari semua jenis serangga yang terdapat
dipermukaan bumi ini. Dengan mengenal serangga terutama
biologi dan perilakunya maka dapat diharapkan lebih efisien
dalam
melakukan
pengendalian
kehidupan
serangga
yang
merugikan (Borror, 1992).
Serangga hama memiliki daya merusak yang terdiri dari
berbagai macam cara, yaitu menghisap, menggigit, menggerek,
dan
merusak
titik
tumbuh.
Serangga
juga
terbagi
dalam
beberapa ordo, yang mana masing-masing ordo mempunyai ciri
khas yang berbeda satu sama lain yang secara sederhana dapat
digunakan
untuk
mengenali
atau
menentukan
kelompok
serangga tersebut (Sastrodihardjo, 1980).
Kehadiran serangga sangat berpengaruh pada tanaman
padi (Oryza sativa L.), baik serangga hama maupun serangga
predator. Begitu juga pada tanaman padi (Oryza sativa L.) di
persawahan desa Sukarami kecamatan Kota Agung kabupaten
Lahat.
Sebagai suatu ekosistem
terdapat organisme yang
memanfaatkan tanaman padi sebagai tempat hidup. Selama ini
diversitas serangga pada tanaman padi di daerah ini belum
diteliti.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2013,
bertempat di persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung
Kabupaten Lahat. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium
Biologi FakultasTarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling,
masing-masing
titik
sampel
ditentukan
dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu
dilaksanakan survei dengan menentukan lokasi penelitian dan
menjelajahi lokasi pengambilan sampel.
2. Pengambilan sampel serangga ditentukan dengan petak
contoh utama berukuran 50 m x 50 m. Kemudian dibagi
menjadi anak petak berukuran 10 m x 10 m sebanyak 25
petak. Anak petak yang menjadi sampling ditentukan 4 plot di
keempat sisi petak contoh utama, seperti pada Gambar 7.
3. Penangkapan serangga yang aktif pagi hari dilakukan pukul
08.00 - 10.00 wib dengan menggunakan jaring serangga.
Sedangkan, penangkapan serangga yang aktif malam hari
dengan menggunakan perangkap light trap di mulai pukul
18.00 - 06.00 wib. Interval sampling dilakukan 2 kali seminggu
selama sebulan.
4. Serangga yang didapat dimasukan dalam killing bottle yang
berisi alkohol 70% yang diresapkan pada kapas, selanjutnya
disimpan dalam botol sampel dan dipisahkan sesuai dengan
plot masing-masing.
5. Kemudian identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium
Biologi IAIN Raden Fatah menggunakan buku identifikasi
(Borror), luv, makroskop dan pinset yang berguna untuk
mengamati morfologinya.
6. Bagian yang diamati meliputi warna tubuh dan morfologi
tubuh yaitu: kepala, toraks dan abdomen.
Analisa Data
Serangga-serangga
penangkapan
yang
dikumpulkan,
diperoleh
dikelompokkan
pada
dan
setiap
selanjutnya
diidentifikasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumusrumus sebagai berikut:
Frekuensi (F) Suatu Jenis Serangga:
Frekuensi menunjukkan jumlah individu serangga tertentu
yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak
(Suin, 2002).
Jumlah ditemukan suatu jenis serangga
F =
Jumlah seluruh penangkapan
Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga:
Frekuensi relative menunjukkan keseringhadiran suatu
jenis
serangga
pada
habitat
dan
dapat
menggambarkan
penyebaran jenis serangga tersebut (Suin, 2002).
Nilai F suatu jenis serangga setiap penangkapan
FR =
x 100
%
Total jumlah seluruh serangga setiap penangkapan
Kepadatan (K) Suatu Jenis Serangga:
Kepadatan menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan
pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 2002).
Jumlah individu jenis yang tertangkap
K
=
Jumlah penangkapan
Kepadatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga:
Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan
KR =
x 100
%
Total individu dalam setiap penangkapan
Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga:
Untuk mengetahui keanekaragaman serangga dalam suatu
kawasan
digunakan
indeks
keanekaragaman
jenis
yang
dikemukakan oleh Shanon dan Wiener (Michael, 1995), yakni:
H' = - Σ [(ni/N) ln (ni/N)]
Keterangan :
H' = Keanekaragaman Jenis Serangga
ni = Jumlah Individu Tiap Jenis Serangga
N = Jumlah Total Individu Seluruh Serangga
Semakin besar nilai
keanekaragaman
spesies.
H’ menunjukkan semakin tinggi
Besarnya
nilai
keanekaragaman
spesies indeks Shannon Winner didefinisikan sebagai berikut:
Keragaman jenis rendah bila H’ = < 1 (kondisi lingkungan
tidak stabil)
Keragaman jenis sedang bila H’ = 1-3 (kondisi lingkungan
sedang)
Keragaman jenis tinggi bila H’ = > 3 (kondisi lingkungan
stabil)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Komposisi Serangga Hama dan Musuh Alami (Predator)
yang Teridentifikasi
Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan komposisi
serangga hama dan serangga predator yang ditemukan pada
tanaman padi (Oryza sativa L.) di persawahan Desa Sukarami
Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat. Komposisi serangga
hama dapat dilihat pada Tabel 1 dan komposisi serangga
predator pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi Serangga Hama pada Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat
No
Ordo
1
Hemipter
a
Familia
Alydidae
Spesies
Leptocorisa
oratorius
Nama Lokal
Pianggang
∑
24
8
Pentatomi
dae
2
3
Lepidopt
era
Orthopte
ra
Pyrrhocori
dae
Pyralidae
Tettigoniid
ae
Jumlah
Nezara viridula
L.
Scotinophara
coartata
Scotinophara
lurida
Dysderus
cingulatus
Tryporyza
innotata
Sexava nubila
Kepik Hijau
14
Kepinding Tanah
37
Kepinding Tanah
55
Kepik
Bapak
Pucung
Penggerek Padi
Putih
Belalang
Ekor
Pedang
20
15
4
7
53
5
Tabel 2. Komposisi Serangga Predator pada Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat
No
1
Ordo
Familia
Coleopter
a
Coccinellidae
Spesies
Nama Lokal
∑
Coleophora inaequalis
Kumbang Kubah
14
Coelophora bisellata
Kumbang Kubah
6
Coccinella transversalis
Kumbang Kubah
8
Harmonia axyridis
Kumbang Kubah
8
Micraspis discolor
Kumbang Kubah
6
Curinus coeruleus
Kumbang Kubah
10
Staphylinidae
Paederus tamulus
Tomcat
5
2
Mantodae
Mantidae
Hierodula vitrea
Belalang Sembah
3
3
Odonata
Coenagrionid
ae
Agriocnemis
feminafemina
Ischnura senegalensis
Kinjeng
23
Kinjeng
17
Libellulidae
Orthetrum sabina
Capung Badak
28
Tettigoniidae
Conocephalus sp.
Belalang
Bertanduk Panjang
6
4
Orthopter
a
Jumlah
13
4
Nilai kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi
relatif,
dan
indeks
keanekaragaman
serangga
hama
dan
serangga predator pada tanaman padi (Oryza sativa L.) di
persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten
Lahat dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi
Relatif, dan Indeks Keanekaragaman Serangga Hama
pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa
Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Spesies
Leptocorisa
oratorius
Tryporyza
innotata
Nezara viridula L.
Scotinophara
coartata
Scotinophara
lurida
Dysderus
cingulatus
Sexava nubila
Jumlah
∑
K
F
0,62
KR
%
46,41
1
FR
%
25
248
154
0,385
14
37
H’
0,36
28,82
1
25
0,36
0,035
0,092
2,62
6,89
0,25
0,5
6,25
12,5
0,09
0,18
55
0,137
10,25
0,5
12,5
0,23
20
0,05
3,74
0,5
12,5
0,12
7
535
0,017
1,336
1,27
100
0,25
4
6,25
100
0,06
1,4
Keterangan : ∑ = Jumlah Spesies; K = Nilai Kepadatan; KR =
Kepadatan relative;
F = Frekuensi; FR = Frekuensi relative; H’
= Indeks Keanekaragaman Shannon
Tabel 4. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi
Relatif, dan Indeks Keanekaragaman Serangga Predator
pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa
Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.
No
Nama Spesies
∑
K
1
Coleophora inaequalis
14
2
Coelophora bisellata
6
3
8
4
Coccinella
transversalis
Harmonia axyridis
0,03
5
0,01
5
0,02
8
0,02
6,45
5
Micraspis discolor
6
4,84
6
Curinus coeruleus
10
7
23
8
Agriocnemis feminafemina
Ischnura senegalensis
9
Orthetrum sabina
28
0,01
5
0,00
2
0,05
7
0,04
2
0,07
10
Hierodula vitrea
17
3
0,00
7
KR
(%)
11,2
9
4,84
6,45
0,65
18,3
9
13,5
5
22,5
8
2,26
F
0,5
0,2
5
0,5
0,2
5
0,2
5
0,5
FR
(%)
10
5
10
5
5
10
0,7
5
0,5
15
0,7
5
0,2
5
15
10
5
H’
0,2
3
0,1
4
0,1
7
0,1
7
0,1
4
0,1
3
0,3
0
0,2
6
0,3
3
0,0
8
11
Paederus tamulus
5
12
Conocephalus sp.
6
Jumlah
134
0,01
2
0,01
5
0,28
7
3,87
4,84
100
0,2
5
0,2
5
5
5
5
100
0,1
2
0,1
4
2,2
1
Keterangan : ∑ = Jumlah Spesies; K = Nilai Kepadatan; KR =
Kepadatan relative; F = Frekuensi; FR = Frekuensi relative; H’ =
Indeks Keanekaragaman Shannon
2. Komposisi Serangga Hama dan Musuh Alami (Predator)
yang Teridentifikasi
Hasil pengamatan dan identifikasi ditemukan 7 spesies, 5
familia, dan 3 ordo yang berperan sebagai serangga hama dan
12 spesies, 6 familia, dan 4 ordo yang berperan sebagai musuh
alami (predator). Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa serangga
hama dari 5 familia tersebut yaitu familia Alydidae dengan
spesies
Leptocorisa
oratorius
(walang
sangit);
familia
Pentatomidae dengan spesies Nezara viridula, Scotinophara
coartata, dan Scotinophara lurida; familia Pyralidae dengan
spesies Tryporyza innotata (penggerek padi putih); familia
Pyrrhocoridae dengan spesies Dysderus cingulatus (kepik bapak
pucung); dan familia Tettigoniidae dengan spesies Sexava nubila
(belalang ekor pedang). Selanjutnya, pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa serangga predator dari 6 familia tersebut yaitu familia
Coccinellidae dengan spesies Coleophora inaequalis, spesies
Coleophora bisellata, spesies Coccinellidae transversalis, spesies
Harmonia axyridis, spesies Micrapis discolor, dan spesies Curinus
coeruleus; familia Coenagrionidae dengan spesies Agriocnemis
femina-femina dan Ischnura senegalensis; familia Libellulidae
dengan spesies Orthetrum sabina (capung badak); familia
Mantidae dengan spesies Hierodula vitrea; familia Staphylinidae
dengan
spesies
Paederus
tamulus
(tomcat);
Tettigoniidae dengan spesies Conocephalus sp.
dan
familia
Semua spesies yang ditemukan memang hidup pada
tanaman padi (Oryza sativa L.) fase generatif dan memiliki daya
adaptasi yang cukup tinggi terhadap kondisi lingkungan yang
sesuai
dengan
kehidupannya.
Pada
Tabel
3
dapat
dilihat
komposisi serangga hama lebih tinggi dari komposisi serangga
predator. Hal ini didukung oleh pernyataan Noviar (2001) yang
menyatakan bahwa kelimpahan populasi serangga pada suatu
habitat ditentukan oleh kelimpahan pakan maupun sumber daya
lain yang tersedia pada habitat tersebut. Meskipun ditemukan
serangga
hama
sebanyak
535
individu
(Tabel
1),
tetapi
ditemukan juga serangga predator sebanyak 134 individu (Tabel
2).
Nilai
Kepadatan,
Kepadatan
Relatif,
Frekuensi,
dan
Frekuensi Relatif Serangga Hama dan Predator pada
Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Kepadatan merupakan jumlah individu suatu jenis persatuan luas, kepadatan relatif merupakan persentase kepadatan
suatu jenis terhadap kepadatan seluruh jenis. Ketinggian tempat
dan
keadaan
air
yang
selalu
menggenangi
persawahan
mendukung tingginya tingkat kepadatan populasi baik serangga
hama maupun serangga predator.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa serangga hama
yang mempunyai kepadatan tertinggi adalah spesies Leptocorisa
oratorius (walang sangit) dengan kepadatan 0,62 dan kepadatan
relatif 46,41%. Serangga ini merupakan salah satu hama penting
pada tanaman padi. Walang sangit menyerang tanaman padi
pada fase masak susu dengan mengisap cairan biji padi. Padi
yang terserang walang sangit bobotnya akan menurun bahkan
menjadi hampa/ kosong. Penyemprotan dengan pestisida tidak
begitu mempengaruhi kelimpahan walang sangit. Karena saat
tanaman padi disemprot pestisida, serangga ini bermigrasi
dengan terbang ke tempat yang terlindung dari pestisida, yaitu
rerumputan yang berada di sekitar sawah (Gambar 10). Jika efek
pestisida sudah berkurang, walang sangit dewasa yang resisten
akan kembali lagi. Hasil yang sama sejalan dengan penelitian
Purnomo (2005) di pertanaman padi gogo di Natar Lampung
Selatan bahwa kelimpahan populasi walang sangit diduga
disebabkan
oleh
migrasi
walang
sangit,
dua
arah
dari
rerumputan ke tanaman padi dan sebaliknya. Dimana walang
sangit biasanya berkembangbiak dengan baik di rerumputan .
Siklus hidup walang sangit sekitar 35-56 hari, biasa aktif pada
pagi dan sore hari. Waktu siang hari serangga ini bersembunyi
dibawah tanaman atau rerumputan.
Untuk
serangga
predator
yang
memiliki
kepadatan
tertinggi dapat dilihat pada Tabel 4, yaitu spesies Orthetrum
sabina (capung badak) dengan kepadatan 0,07 dan kepadatan
relatif 22,58%. Capung dapat berfungsi sebagai serangga
predator dengan memangsa berbagai jenis serangga hama,
seperti: penggerek batang padi (Tryporyza innotata) dan walang
sangit (Leptocorisa oratorius). Tingginya kepadatan spesies
Orthetrum sabina karena faktor abiotik yang mendukung, yaitu
air dan ketinggian tempat. Lokasi persawahan yang menjadi
objek penelitian terletak pada ketinggian 747 dpl, merupakan
sawah irigrasi dengan air yang mengalir sepanjang tahun. Hal
yang sama dengan penelitian Achmad (2002), kehidupan spesies
Orthetrum sabina (capung badak) yang termasuk ordo Odonata
memang tidak dapat dipisahkan dari air. Sebelum menjadi fase
dewasa, capung hidup sebagai serangga air selama beberapa
bulan hingga tahun dan hanya dapat bertahan hidup di dalam air
yang bersih dan tidak tercemar.
Frekuensi merupakan nilai besaran yang menyatakan
derajat penyebaran suatu jenis dalam komunitasnya. Pada Tabel
3 menunjukkan spesies serangga hama yang memiliki nilai
frekuensi tinggi mencapai 1 dengan frekuensi relatif 25% adalah
spesies Leptocorisa oratorius (walang sangit). Selanjutnya, pada
Tabel. 4 menunjukkan bahwa serangga predator yang memiliki
nilai frekuensi tinggi mencapai 0,75 dengan frekuensi relatif
16,67% adalah spesies Orthetrum sabina (capung badak).
Kehadiran serangga hama Leptocorisa oratorius dan serangga
predator spesies Orthetrum sabina frekuensinya lebih tinggi
disebabkan oleh perangkap yang digunakan, artinya perangkap
yang
digunakan
cocok
untuk
menangkap
serangga
hama
Leptocorisa oratorius dan serangga predator spesies Orthetrum
sabina.
Spesies yang menyebar secara merata mempunyai nilai
frekuensi
yang
besar,
sebaliknya
spesies-spesies
yang
mempunyai nilai frekuensi kecil memiliki pola penyebaran tidak
merata. Hal ini dapat dilihat pada spesies Sexava nubila
(serangga hama) yang mempunyai nilai frekuensi 0,25 dengan
frekuensi relatif 6,25% dan spesies Hierodula vitrea (serangga
predator) yang mempunyai nilai frekuensi 0,25 dengan frekuensi
relatif 5%. Letak lokasi penelitian yang bersebelahan dengan
kebun kopi dan sawah yang lain, diduga menjadi penyebab
perbedaan frekuensi serangga hama dengan predator. Banyak
serangga
yang
makanannya
berasal
dari
tanaman,
berkembangbiak dan memiliki sarang di tanaman, bahkan bisa
dikatakan bahwa salah satu fase dalam daur hidup serangga
pasti
berhubungan
keberadaan
budidaya
langsung
sawah-sawah
jenis
lain,
dengan
yang
mutlak
tanaman.
berdekatan,
diperlukan
Untuk
dan
untuk
itu
tanaman
menunjang
keberadaan serangga-serangga predator.
3. Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga Hama dan
Predator
pada
Tanaman
Padi
(Oryza
sativa
L.)
di
Persawahan Desa Sukarami
Menurut Soegianto (1994), keanekaragaman spesies dapat
digunakan
untuk
mengukur
stabilitas
komunitas,
yaitu
kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun terjadi gangguan terhadap komponen-komponennya.
keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu
komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi yang
terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.
Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman Shannon
Winner untuk serangga hama dan serangga predator dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Nilai indeks keanekaragaman
serangga hama 1,4 dan serangga predator 2,21. Hal ini
menunjukkan bahwa kriteria komunitas serangga hama maupun
predator adalah sedang, yaitu dengan kisaran 1 < H' < 3. Sejalan
dengan hasil penelitian Dina (2004) yang mendapatkan nilai
indeks keanekaragaman pada pertanian padi di Desa Jarangan
dengan
kriteria
sedang.
Kriteria
sedang
dalam
komunitas
serangga hama maupun predator di persawahan Desa Sukarami
karena kemampuan serangga hama maupun serangga predator
bertahan hidup, seperti serangga hama walang sangit yang
dapat
mengeluarkan
bau
untuk
menghindari
musuhnya
(predator). Selain itu, keadaan persawahan yang dialiri air jernih
mendukung serangga capung badak dapat bertahan hidup.
Faktor keseimbangan antara jumlah serangga herbivor dan
musuh alami (predator) diduga sebagai salah satu faktor yang
menjadikan tidak terjadi peningkatan populasi serangga hama.
Serangga herbivor memiliki populasi relatif tinggi, serta adanya
sifat seleksi yang cepat serta mempunyai resistensi fisiologis.
Sebaliknya predator memiliki populasi relatif rendah, siklus hidup
juga relatif lebih lama dan mempunyai daya adaptasi yang
lambat terhadap insektisida. Penyemprotan insektisida tidak
begitu efektif menanggani serangga hama, tetapi justru dapat
merugikan organisme lain yang lebih tinggi tingkatannya dalam
rantai makanan, salah satunya serangga predator.
4. Hubungan antara Serangga Hama dan Predator pada
Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi
dengan
organisme
ketergantungan
lainnya
yang
dalam
kompleks.
suatu
Interaksi
keterkaitan
antar
dan
organisme
tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik.
Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada serangga predator
sebagai musuh alami yang merupakan agen hayati dalam
pengendalian hama. Serangga predator memiliki peranan dalam
pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor
yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran
tertentu serangga predator dapat mempertahankan populasi
hama di sekitar aras keseimbangan umum. Predator juga
merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau
memangsa organisme lain. Predator bersifat polifag memangsa
berbagai jenis mangsa dan memiliki daya cari (searching
capacity) yang tinggi. Keuntungan dari serangga predator yang
bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada kondisi jumlah
populasi hama yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa
alternatif. Kelemahan kecil pemanfaatan serangga predator
adalah perlunya waktu cukup lama untuk mendapatkan predator
yang efektif sebagai agen hayati pengendalian serangga hama.
Penggunaan
serangga
predator
sebagai
agen
hayati
pengendalian hama memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
dengan cara pengendalian lainnya karena aman, permanen dan
ekonomis.
Keamanan
dari
pemanfaatan
serangga
predator
merupakan faktor penting, sebab banyak musuh alami bersifat
spesifik (khusus) terhadap mangsa tertentu. Oleh sebab itu tidak
mungkin spesies bukan sasaran akan dipengaruhi oleh predator,
seperti pada penggunaan insektisida yang berspektrum luas.
Penggunaan serangga predator juga relatif permanen, ketika
mereka merasa kenyang, perburuan dan penangkapan mangsa
akan berhenti. Musuh alami yang efisien memberikan pengaruh
pada fluktuasi populasi serangga hama tanpa adanya campur
tangan manusia. Sekali serangga predator mapan di suatu
tempat
maka
untuk
jangka
lama
mereka
secara
alami
mengendalikan populasi mangsanya.
5.
Pemanfaatan
Insektarium
Serangga
Hama
dan
Predator pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) sebagai
Media Pembelajaran Biologi
Kegiatan belajar biologi merupakan suatu proses yang
menuntut
adanya
aktivitas
siswa,
dengan
demikian
pengembangan media diarahkan pada kegiatan yang ditunjang
oleh alat peraga berupa media pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran biologi materi keanekaragaman, khususnya pada
bab kingdom Animalia (Insekta), kegiatan praktikum merupakan
bagian
yang
penting
dalam
pembelajaran
untuk
menyempurnakan materi yang disampaikan guru di dalam kelas.
Kegiatan pratikum di sekolah biasanya jarang dilakukan, karena
waktu yang tidak efisien dan kurangnya fasilitas praktikum serta
media pendukung. Salah satu cara yang baik untuk mempelajari
serangga yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan.
Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di
lapangan setiap jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut
dapat dilakukan dengan mengadakan koleksi terhadap serangga
dan
mengawetkannya
dalam
awetan
kering.
Mempelajari
serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telah
diawetkan
(insektarium)
akan
lebih
menarik
dibandingkan
dengan hanya mempelajari dan mengamati gambar serangga
yang ada pada buku. Tanpa diawetkan serangga-serangga
tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu kali praktikum tetapi
jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Dengan
mengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu
sering mengadakan koleksi yang mungkin akan mengganggu
keseimbangan alam.
Pemanfaatan insektarium sebagai media pembelajaran
Biologi diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam
mempelajari dan memahami pelajaran tentang serangga dan
peranannya
bagi
kehidupan.
Peserta
didik
juga
dapat
mengembangkan ketrampilannya dengan melakukan koleksi
serangga sendiri dan menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
Diversitas Serangga Hama dan Predator pada tanaman Padi
(Oryza sativa L.) di Persawahan desa Sukarami Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Serangga hama yang ditemukan ada 7 spesies, 5 familia,
dan 3 ordo. Sedangkan serangga predator yang ditemukan ada
12 spesies, 6 familia, dan 4 ordo.
2.
Nilai kriteria indeks keanekaragaman baik serangga hama
maupun serangga predator adalah sedang, yaitu 1,4 untuk
serangga hama dan 2,21 untuk serangga predator. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, ketinggian
tempat, keterbatasan makanan, dan vegetasi lingkungan.
Saran
Agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang serangga hama
dan predator di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan
Kabupaten Lahat dengan menggunakan perangkap yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Altieri MA. 1999. The ecological role of biodiversity in
agroecosystems. Agriculture Ecosystems & Environment.
74:19-31. Dalam Herlina, Nina., Rizali, Akhmad., Moerfiah.
Sahari, Bandung., dan Buchori, Damayanti (2011).
Pengaruh Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur
Tanaman Padi terhadap Keanekaragaman Hymenoptera
Parasitika. Jurnal Entomologi Indonesia, Vol. 8 No. 1 pp 1726
Anonim. 1970. “Rice Production Manual”. Revised Edition. Los
Banos: UPCA-IRRI, Philippines. 382 p. Dalam A. Karim
Makarim dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi
Tanaman
Padi.
Jurnal.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009
_itkp_11.pdf. Diakses 22/05/2013 pukul 10:42 wib.
Arief. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta: Kanisius. Dalam Abadi
Pramana Pelawi. 2009. Indeks Keanekaragaman Jenis
Serangga Pada Beberapa Ekosistem di Areal Perkebunan
PT. Umbul Mas Wisesa Kabupaten Labuhanbatu. Skripsi.
Sarjana Pertanian Univ. Sumatera Utara.
Asyhar, R. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Jakarta: GP Press.
Baehaki. 1992. Berbagai Hama
Bandung: Penerbit Angkasa.
Serangga
Tanaman
Padi.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn and N. F. Johson. 1992. Pengenalan
Pelajaran
Serangga.
Terjemahan
Oleh
Soetiyono
Partoseodjono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Budidaya Pertanian. 2000. Padi (Oryza sativa L.). Jakarta: Sistim
Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek
PEMD, BAPPENAS.
Chang, Te-Tzu and E.A Bardenas. 1976. “The Morphology and
Varietal Caharacteristics of the Rice Plant. Technical”
Bulletin 4. The International Rice Research Institute, Los
Banos, Philippines. Dalam A. Karim Makarim dan E.
Suhartatik.
2009.
Morfologi
dan
Fisiologi
TanamanPadi.Jurnal.http://www.litbang.deptan.go.id/speci
al/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf.
Diakses 22/05/2013
pukul 10:30 wib.
Christina, L.S., Subyanto, Sulthoni, Achmad., dan Siwi, S.S. 2003.
Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius
Datta, S.K. 1981. “Principles and Practices of Rice Production”. A.
Wiley-Interscience Publication. New York: John Wiley &
Sons.618 p. Dalam A. Karim Makarim dan E. Suhartatik.
2009.
Morfologi
dan
Fisiologi
TanamanPadi.Jurnal.http://www.litbang.deptan.go.id/speci
al/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf.
Diakses 22/05/2013
pukul 10:35 wib.
Dewani, M. 2001. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman
Padi (Oryza Sativa. L) di Lahan Kering. J. Habitat. Sci. 12(3):
32-38. Dalam Eva, Kurnia. 2008. Keanekaragaman
Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan Anorganik di
Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri.
Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.
Firmanto, Bagus Herdy. 2011. Sukses Bertanam Padi Organik.
Bandung : Angkasa
Hadi, Tarwotjo, dan Rahadian. 2009. Biologi Insekta Entomologi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Heinrichs, E.A., Aguda, R.M., Barrion, A.T., Bharathi, M., Chelliah,
S., Dalle, D., Gallagher, K.O., Kritani, K., Litsinger, J.A.,
Loevinsohn, M.E, Naba, K., and Rombach, M.C. 1994.
Biology and Management of Rice Insects. New Delhi, India:
International Rice Research Institute - Willey Eastern.
Dalam Herlina, Nina., Rizali, Akhmad., Moerfiah. Sahari,
Bandung., dan Buchori, Damayanti (2011). Pengaruh
Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur Tanaman Padi
terhadap Keanekaragaman Hymenoptera Parasitika. Jurnal
Entomologi Indonesia, Vol. 8 No. 1 pp 17-26
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung :ITB
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Krebs, J.C. 1989. Ecology Methodology. New York: Herper Collins
Peblisher.
Litsinger, J. A., Shepard, dan Barrion. A. T. 1987. SeranggaSerangga, Laba-Laba dan Patogen yang Membantu.
Philippines: International Rice Research Institute. Dalam
Eva, Kurnia. 2008. Keanekaragaman Arthropoda Pada
Lahan Padi Organik dan Anorganik di Desa Bantengan
Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Skripsi. Sarjana
Sains Univ. Islam Negeri Malang.
Mahmud, Taufiq. 2006. Identifikasi Serangga di Sekitar
Tumbuhan Kangkungan (Ipomoeas crassicaulis Roob).
Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan
dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R, Koester. Jakarta: UIPress.
Natawigena, Hidayat. 1990. Entomologi Pertanian. Penerbit orba
sakti. Bandung.
Noviar, P dkk. 2007. Daya Mangsa Predator Micropis crocea
Mulsant.
Dalam Seragih,
Agustina.
2008.
Indeks
Keragaman Jenis Serangga pada Tanaman Stroberi (Fragari
sp.) di Lapangan. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Sumatera
Utara Medan.
Odum, P. E. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyono
Samingan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Oka,
I.
D.
2005.
Pengendalian
Hama
Terpadu
dan
Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pielou, E.C. 1975. Ecology Diversity. John Wipley & Sonts, Inc.
New York. Dalam Eva, Kurnia. 2008. Keanekaragaman
Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan Anorganik di
Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri.
Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.
Purnomo. 2005. Pengamatan Hama Utama dan Keanekaragaman
Arthropoda pada Pertanaman Padi Gogo di Ntara Lampung
Selatan. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Lampung.
Puspita, L., Ratnawati, E., Suryadiputra, N., & Meutia, A. 2005.
Lahan Basah Buatan di Indonesia. Bogor: Katalog Dalam
Terbitan (KDT).
Riyanto.
2010.
Penilaian
Insektarium
sebagai
Media
Pembelajaran Materi Klasifikasi Seranggga pada Mata
Kuliah Entomologi di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Unsri. Skripsi. Univ. Sriwijaya Palembang.
Rizali, A., Buchori, D., dan Triwidodo, H. 2002. Keanekaragaman
Serangga Pada Lahan Persawahan-Tepian Hutan: Indikator
Untuk Kesehatan Lingkungan. HAYATI Journal of Biosciences
9:41-48.
Sastrodihardjo. 1980. Pengantar Entomologi Terapan. Bandung:
ITB Bandung.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Penerbit Usaha
Nasional.
Steenis, Van 2008. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Suin, M.N. 2002 Metoda Ekologi. Padang: Univ. Andalas Press.
Dalam
Abadi
Pramana
Pelawi.
2009.
Indeks
Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Beberapa Ekosistem
di Areal Perkebunan PT. Umbul Mas Wisesa Kabupaten
Labuhanbatu. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Sumatera
Utara.
Tjahyadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta
: Gajah Mada University Press.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu.
Yogyakarta: UGM Press. Dalam Taufiq, Mahmud. 2006.
Identifikasi Serangga di Sekitar Tumbuhan Kangkungan
(Ipomoeas crassicaulis Roob). Skripsi. Sarjana Sains Univ.
Islam Negeri Malang.
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu Edisi
Kedua. Yogyakarta: UGM Press. Dalam Eva, Kurnia. 2008.
Keanekaragaman Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan
Anorganik di Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo
Kabupaten Kediri. Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri
Malang.
Wirakusumah, Sambas. 2002. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: UIP
Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science.
International Rice Institute. Los Banos, Philippines.p.3-6.
Dalam Makarim, Karim, A dan Suhartatik, E. 2009.
Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Jurnal.
BIODATA
Nama
: Irham Falahudin, S.Pd. M.Si.
NIP
: 19711002 199903 1 002
Tempat, Tgl Lahir : Bengkulu, 2 Oktober 1971
Pangkat/Gol. Ruang
: Penata Tk I/ III.d/Lektor
Jabatan
: Ketua Jurusan Pend. Biologi
Unit Kerja
: Fakultas Tarbiyah, IAIN Raden
Palembang
Fatah
Alamat Kantor
: Jl. Prof. KH. Zainal Abidin Fikri KM 3,5
Palembang 30126
Alamat Rumah
: Komp. Citra Kencana 2 Blok B.6 RT 57/13 Kel.
Kebun Bunga KM. 9 Palembang 30152
Telp. Kantor
: 0711 353276
Telp. Rumah/HP : 0711 7422864/ 0813 746 65651
Hasil Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah
1. Komposisi Dan Struktur Komunitas Hewan Permukaan
Tanah Pada Lahan Gambut Di Sumatera Selatan. Tesis
2007.
2. Penerapan Teori Belajar Thorndike Pada pembelajaran
Biologi Dalam Konsep Ekosistem Sebagai Salah Satu
Pendekatan Dalam Meningkatkan Pretasi Belajar Siswa
Kelas 1.2 SLTPN 8 Bengkulu. Skripsi 1998.
3.
Pengelolaan Sampah Masyarakat Perkotaan dalam
Dimensi Ekologi Budaya (Tamaddun, No. 1/Vol V/2005)
4. Prospek Pendidikan Sains pada Perguruan Tinggi Islam:
Rencana Pengembangan IAIN Raden Fatah Palembang
menjadi UIN serta Pengembangan Program Studi Baru.
(Mimbar Akademik, No. 2 Vol. 1/2005)
5. Budaya Instan Masyarakat Terhadap Teknologi: Dampak
Teknologi Rekayasa Genetik bagi Perlindungan Hukum
Keanekaragaman Hayati dan Permasalahan Lingkungan.
(Tamaddun, No. 1 Vol. VII/2007)
6. Perkembangan Teori Evolusi dalam Perspektif Sains Modern
dan al-Qur'an. (Mimbar Akademik, No. 1 Vol. 3/2007)
7. Manusia Sebagai Makhluk Sosial, Biologis Dan Kultural
Dalam Tinjauan Teori Sosiobiologi Dan Kebudayaan (Studi
Tentang Sejarah Perkembangan Asal-Usul Manusia )
(Tamaddun, No. 2 Vol. VII/2008)
8. Inovasi Pendidikan Mengajar Berbasis ICT Dalam Proses
Belajar.(Jurnal STITQ Vol I/2009)
9. Prospek Pendidikan Umum Pada Institusi Perguruan Tinggi
Islam (Studi Kasus Pada Pembentukan Jurusan Tadris Di Iain
Raden Fatah Palembang) (Jurnal Akademik Vol. /2009)
10.
P
emberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan
(Implementasi Dari UU Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah) (Buku Fiqh Lingkungan PPs IAIN RF
2009)
11.
B
uku Pedoman Panduan Praktikum Lapangan, Fak. Adab,
2008
Pertemuan Ilmiah
Kegiatan
Sebagai
Tempat
Waktu
Workshop Penelitian Naskah
Peserta
Simposium Internasional
-“-
Bedah Buku Nasional
-“-
Seminar Nasional
-“-
Lokakarya Pemanfaatan
SPSS
-“Pemakalah
Seminar Hasil Penelitian
Proceeding
Annual Conferences Islam
Studies (ACIS)
Seminar Nasional Biologi
Seminar International “
Epistemology of Islam
Studies”
Seminar Nasional
“Sosialisasi Pemilu 2009”
Seminar Biologi dan
Kesehatan “kanker Mulut
Rahim”
Seminar Internasional
Ekonomi Islam 2009
Seminar dan Kongres
Biologi XX 2009
Workshop TOEFL 2009
SEMIRATA BKN PT WIL. B
Seminar Nasional Biologi
VIII
SEMIRATA BKN PT WIL. B
Seminar Nasional
Entomologi
Pemakalah
Proceeding
Moderator
Pemakalah
Proceeding
Peserta dan
pemakalah
Peserta
Pemakalah
Pemakalah
Pemakalah
Pemakalah
IAIN RFPalembang
UNANDPadang
IAIN IB
Padang
IAIN RFPalembang
IAIN RFPalembang
Padang/BKSD
dan Univ.
Andalas
Diktis Depag
RI di
Palembang
UIN Malang
Palembang
07-092005
12-092005
04-022006
16-092006
22-092006
Palembang
IAIN
Palembang
2009
2009
2009
2007
2008
2009
2009
2009
PPs IAIN RF
Palembang
UIN Malang
Palembang
Riau
ITS- Surabaya
Banjarmasin
PEI Bandung
2009
2009
2010
2010
2011
2011
pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di
Persawahan Desa Sukarami Kecamatan
Kota Agung Kabupaten Lahat
Oleh:
Irham Falahudin1, Dian Mutiara2, Amelia Lestari3
1. Dosen Prodi Tadris Biologi Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Fatah
Palembang, email: [email protected].
2. Dosen Biologi Fak. MIPA Universitas PGRI Palembang
3. Mahasiswa Prodi Tadris Biologi Fak. Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden
Fatah Palembang, email: [email protected]
ABSTRACT
Rice plants (Oryza sativa L.) is an annual plant that
ecological conditions change often. The presence of insect pests
and insect predators is very influential in rice plants. This study
aims to determine the diversity of insect pests and predators in
rice (Oryza sativa L.) in the Sukarami Village Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat. The study was conducted from May to
June 2013. Tools and material are: soil ph, GPS Garmin, basins,
sample bottles, wipes, rope, tape measure, insect nets, emergent
light, tweezers, scissors, killing bottle, luv, makroskop, camera,
paper labels, stationery, and identification book. While the
ingredients are: insects are caught, clean water, detergent, and
alcohol 70%. This research use purposive sampling method with
subplots measuring 10 m x 10 m by 4 plot. Sampling insects
using insect nets and light traps. The research found 7 species of
familia 5 and 3 orders for pest insects and 12 species of 6 familia
and orders for insect predators. Data analysis using Shannon
Wiener diversity index. Insect pest that has the highest density
value is Leptocorisa oratorius species with density 0.62 and
46.41% relative density. While insect predators that have the
highest density value is Orthetrum sabina with 0.07 density and
relative density of 22.58%. Criteria values diversity index of
insect pests and predators in rice fields Sukarami Village
Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat is moderate, ie 1.4 for
insect pests and 2.35 for insect predators. Insectarium of insect
pests and predators in the form of dry curing is used as a
medium of learning.
Keywords:
Diversity
Pest,
Predators
Leptocorisa
oratorius, Orthetrum sabina, Oryza sativa L.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara yang dikenal
dengan sebutan “Mega Biodiversity”, setelah negara Brazil dan
Madagaskar. Diperkirakan 25 % aneka spesies dunia berada di
Indonesia, yang mana dari setiap spesies jenis tersebut terdiri
dari ribuan plasma nutfah dalam kombinasi yang cukup unik
sehingga terdapat aneka gen dalam setiap individu. Biodiversitas
di Indonesia meliputi jenis flora dan fauna. Biodiversitas menurut
UU No 5 tahun 1994 adalah variabilitas antar makhluk hidup dari
semua sumber daya, termasuk ekosistem daratan, ekosistem
perairan dan komplek ekologis termasuk juga diversitas dalam
spesies di antara spesies dan ekosistemnya (Arief, 2001).
Ekosistem
persawahan
secara
teoritis
merupakan
ekosistem yang tidak stabil. Kestabilan ekosistem persawahan
tidak
hanya
ditentukan
oleh
keanekaragaman
struktur
komunitas, tetapi juga oleh sifat-sifat komponen serta interaksi
antar komponen ekosistem. Hasil penelitian mengenai kajian
habitat menunjukkan bahwa tidak kurang dari 700 serangga
termasuk parasitoid dan predator ditemukan di ekosistem
persawahan dalam kondisi tanaman tidak ada hama. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa komunitas persawahan
ternyata beranekaragam (Untung, 1993).
Tanaman padi merupakan tanaman semusim sehingga
keadaan ekologinya sering berubah-ubah. Hal ini mengakibatkan
tidak stabilnya keseimbangan antara populasi serangga hama
dan musuh alami (predator, parasit dan patogen). Karena pada
tanaman semusim sering terjadi pemutusan masa bertanam
yang akan mengakibatkan tidak berkembangnya musuh alami.
Dengan demikian, perkembangan hama meningkat terus tanpa
ada faktor pembatas dari alam (Tjahjadi, 2008).
Informasi yang terhimpun dari beberapa hasil penelitian
yang dilakukan ternyata hasilnya tidak sama mengenai diversitas
serangga hama dan predator tanaman padi pada masing-masing
daerah. Diversitas serangga hama dan predator tanaman padi di
suatu daerah dipengaruhi oleh waktu, heterogenitas ruang,
kompetisi, pemangsaan, kestabilan iklim, dan produktifitas.
Keenam
faktor
ini
saling
berinteraksi
untuk
menetapkan
keanekaragaman spesies dalam komunitas yang berbeda.
Umumnya serangga dari aspek yang merugikan manusia
terdiri dari hama perusak dan pemakan tanaman pertanian.
Sebenarnya jenis serangga perusak tidak banyak, diperkirakan
kurang dari 1% dari semua jenis serangga yang terdapat
dipermukaan bumi ini. Dengan mengenal serangga terutama
biologi dan perilakunya maka dapat diharapkan lebih efisien
dalam
melakukan
pengendalian
kehidupan
serangga
yang
merugikan (Borror, 1992).
Serangga hama memiliki daya merusak yang terdiri dari
berbagai macam cara, yaitu menghisap, menggigit, menggerek,
dan
merusak
titik
tumbuh.
Serangga
juga
terbagi
dalam
beberapa ordo, yang mana masing-masing ordo mempunyai ciri
khas yang berbeda satu sama lain yang secara sederhana dapat
digunakan
untuk
mengenali
atau
menentukan
kelompok
serangga tersebut (Sastrodihardjo, 1980).
Kehadiran serangga sangat berpengaruh pada tanaman
padi (Oryza sativa L.), baik serangga hama maupun serangga
predator. Begitu juga pada tanaman padi (Oryza sativa L.) di
persawahan desa Sukarami kecamatan Kota Agung kabupaten
Lahat.
Sebagai suatu ekosistem
terdapat organisme yang
memanfaatkan tanaman padi sebagai tempat hidup. Selama ini
diversitas serangga pada tanaman padi di daerah ini belum
diteliti.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2013,
bertempat di persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung
Kabupaten Lahat. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium
Biologi FakultasTarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling,
masing-masing
titik
sampel
ditentukan
dengan
prosedur sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu
dilaksanakan survei dengan menentukan lokasi penelitian dan
menjelajahi lokasi pengambilan sampel.
2. Pengambilan sampel serangga ditentukan dengan petak
contoh utama berukuran 50 m x 50 m. Kemudian dibagi
menjadi anak petak berukuran 10 m x 10 m sebanyak 25
petak. Anak petak yang menjadi sampling ditentukan 4 plot di
keempat sisi petak contoh utama, seperti pada Gambar 7.
3. Penangkapan serangga yang aktif pagi hari dilakukan pukul
08.00 - 10.00 wib dengan menggunakan jaring serangga.
Sedangkan, penangkapan serangga yang aktif malam hari
dengan menggunakan perangkap light trap di mulai pukul
18.00 - 06.00 wib. Interval sampling dilakukan 2 kali seminggu
selama sebulan.
4. Serangga yang didapat dimasukan dalam killing bottle yang
berisi alkohol 70% yang diresapkan pada kapas, selanjutnya
disimpan dalam botol sampel dan dipisahkan sesuai dengan
plot masing-masing.
5. Kemudian identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium
Biologi IAIN Raden Fatah menggunakan buku identifikasi
(Borror), luv, makroskop dan pinset yang berguna untuk
mengamati morfologinya.
6. Bagian yang diamati meliputi warna tubuh dan morfologi
tubuh yaitu: kepala, toraks dan abdomen.
Analisa Data
Serangga-serangga
penangkapan
yang
dikumpulkan,
diperoleh
dikelompokkan
pada
dan
setiap
selanjutnya
diidentifikasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumusrumus sebagai berikut:
Frekuensi (F) Suatu Jenis Serangga:
Frekuensi menunjukkan jumlah individu serangga tertentu
yang ditemukan pada habitat yang dinyatakan secara mutlak
(Suin, 2002).
Jumlah ditemukan suatu jenis serangga
F =
Jumlah seluruh penangkapan
Frekuensi Relatif (FR) Suatu Jenis Serangga:
Frekuensi relative menunjukkan keseringhadiran suatu
jenis
serangga
pada
habitat
dan
dapat
menggambarkan
penyebaran jenis serangga tersebut (Suin, 2002).
Nilai F suatu jenis serangga setiap penangkapan
FR =
x 100
%
Total jumlah seluruh serangga setiap penangkapan
Kepadatan (K) Suatu Jenis Serangga:
Kepadatan menunjukkan jumlah serangga yang ditemukan
pada habitat yang dinyatakan secara mutlak (Suin, 2002).
Jumlah individu jenis yang tertangkap
K
=
Jumlah penangkapan
Kepadatan Relatif (KR) Suatu Jenis Serangga:
Jumlah individu suatu jenis dalam setiap penangkapan
KR =
x 100
%
Total individu dalam setiap penangkapan
Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga:
Untuk mengetahui keanekaragaman serangga dalam suatu
kawasan
digunakan
indeks
keanekaragaman
jenis
yang
dikemukakan oleh Shanon dan Wiener (Michael, 1995), yakni:
H' = - Σ [(ni/N) ln (ni/N)]
Keterangan :
H' = Keanekaragaman Jenis Serangga
ni = Jumlah Individu Tiap Jenis Serangga
N = Jumlah Total Individu Seluruh Serangga
Semakin besar nilai
keanekaragaman
spesies.
H’ menunjukkan semakin tinggi
Besarnya
nilai
keanekaragaman
spesies indeks Shannon Winner didefinisikan sebagai berikut:
Keragaman jenis rendah bila H’ = < 1 (kondisi lingkungan
tidak stabil)
Keragaman jenis sedang bila H’ = 1-3 (kondisi lingkungan
sedang)
Keragaman jenis tinggi bila H’ = > 3 (kondisi lingkungan
stabil)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Komposisi Serangga Hama dan Musuh Alami (Predator)
yang Teridentifikasi
Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan komposisi
serangga hama dan serangga predator yang ditemukan pada
tanaman padi (Oryza sativa L.) di persawahan Desa Sukarami
Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat. Komposisi serangga
hama dapat dilihat pada Tabel 1 dan komposisi serangga
predator pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi Serangga Hama pada Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat
No
Ordo
1
Hemipter
a
Familia
Alydidae
Spesies
Leptocorisa
oratorius
Nama Lokal
Pianggang
∑
24
8
Pentatomi
dae
2
3
Lepidopt
era
Orthopte
ra
Pyrrhocori
dae
Pyralidae
Tettigoniid
ae
Jumlah
Nezara viridula
L.
Scotinophara
coartata
Scotinophara
lurida
Dysderus
cingulatus
Tryporyza
innotata
Sexava nubila
Kepik Hijau
14
Kepinding Tanah
37
Kepinding Tanah
55
Kepik
Bapak
Pucung
Penggerek Padi
Putih
Belalang
Ekor
Pedang
20
15
4
7
53
5
Tabel 2. Komposisi Serangga Predator pada Tanaman Padi (Oryza
sativa L.) di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat
No
1
Ordo
Familia
Coleopter
a
Coccinellidae
Spesies
Nama Lokal
∑
Coleophora inaequalis
Kumbang Kubah
14
Coelophora bisellata
Kumbang Kubah
6
Coccinella transversalis
Kumbang Kubah
8
Harmonia axyridis
Kumbang Kubah
8
Micraspis discolor
Kumbang Kubah
6
Curinus coeruleus
Kumbang Kubah
10
Staphylinidae
Paederus tamulus
Tomcat
5
2
Mantodae
Mantidae
Hierodula vitrea
Belalang Sembah
3
3
Odonata
Coenagrionid
ae
Agriocnemis
feminafemina
Ischnura senegalensis
Kinjeng
23
Kinjeng
17
Libellulidae
Orthetrum sabina
Capung Badak
28
Tettigoniidae
Conocephalus sp.
Belalang
Bertanduk Panjang
6
4
Orthopter
a
Jumlah
13
4
Nilai kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi
relatif,
dan
indeks
keanekaragaman
serangga
hama
dan
serangga predator pada tanaman padi (Oryza sativa L.) di
persawahan Desa Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten
Lahat dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi
Relatif, dan Indeks Keanekaragaman Serangga Hama
pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa
Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.
No
1
2
3
4
5
6
7
Nama Spesies
Leptocorisa
oratorius
Tryporyza
innotata
Nezara viridula L.
Scotinophara
coartata
Scotinophara
lurida
Dysderus
cingulatus
Sexava nubila
Jumlah
∑
K
F
0,62
KR
%
46,41
1
FR
%
25
248
154
0,385
14
37
H’
0,36
28,82
1
25
0,36
0,035
0,092
2,62
6,89
0,25
0,5
6,25
12,5
0,09
0,18
55
0,137
10,25
0,5
12,5
0,23
20
0,05
3,74
0,5
12,5
0,12
7
535
0,017
1,336
1,27
100
0,25
4
6,25
100
0,06
1,4
Keterangan : ∑ = Jumlah Spesies; K = Nilai Kepadatan; KR =
Kepadatan relative;
F = Frekuensi; FR = Frekuensi relative; H’
= Indeks Keanekaragaman Shannon
Tabel 4. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, Frekuensi, Frekuensi
Relatif, dan Indeks Keanekaragaman Serangga Predator
pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) di Persawahan Desa
Sukarami Kecamatan Kota Agung Kabupaten Lahat.
No
Nama Spesies
∑
K
1
Coleophora inaequalis
14
2
Coelophora bisellata
6
3
8
4
Coccinella
transversalis
Harmonia axyridis
0,03
5
0,01
5
0,02
8
0,02
6,45
5
Micraspis discolor
6
4,84
6
Curinus coeruleus
10
7
23
8
Agriocnemis feminafemina
Ischnura senegalensis
9
Orthetrum sabina
28
0,01
5
0,00
2
0,05
7
0,04
2
0,07
10
Hierodula vitrea
17
3
0,00
7
KR
(%)
11,2
9
4,84
6,45
0,65
18,3
9
13,5
5
22,5
8
2,26
F
0,5
0,2
5
0,5
0,2
5
0,2
5
0,5
FR
(%)
10
5
10
5
5
10
0,7
5
0,5
15
0,7
5
0,2
5
15
10
5
H’
0,2
3
0,1
4
0,1
7
0,1
7
0,1
4
0,1
3
0,3
0
0,2
6
0,3
3
0,0
8
11
Paederus tamulus
5
12
Conocephalus sp.
6
Jumlah
134
0,01
2
0,01
5
0,28
7
3,87
4,84
100
0,2
5
0,2
5
5
5
5
100
0,1
2
0,1
4
2,2
1
Keterangan : ∑ = Jumlah Spesies; K = Nilai Kepadatan; KR =
Kepadatan relative; F = Frekuensi; FR = Frekuensi relative; H’ =
Indeks Keanekaragaman Shannon
2. Komposisi Serangga Hama dan Musuh Alami (Predator)
yang Teridentifikasi
Hasil pengamatan dan identifikasi ditemukan 7 spesies, 5
familia, dan 3 ordo yang berperan sebagai serangga hama dan
12 spesies, 6 familia, dan 4 ordo yang berperan sebagai musuh
alami (predator). Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa serangga
hama dari 5 familia tersebut yaitu familia Alydidae dengan
spesies
Leptocorisa
oratorius
(walang
sangit);
familia
Pentatomidae dengan spesies Nezara viridula, Scotinophara
coartata, dan Scotinophara lurida; familia Pyralidae dengan
spesies Tryporyza innotata (penggerek padi putih); familia
Pyrrhocoridae dengan spesies Dysderus cingulatus (kepik bapak
pucung); dan familia Tettigoniidae dengan spesies Sexava nubila
(belalang ekor pedang). Selanjutnya, pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa serangga predator dari 6 familia tersebut yaitu familia
Coccinellidae dengan spesies Coleophora inaequalis, spesies
Coleophora bisellata, spesies Coccinellidae transversalis, spesies
Harmonia axyridis, spesies Micrapis discolor, dan spesies Curinus
coeruleus; familia Coenagrionidae dengan spesies Agriocnemis
femina-femina dan Ischnura senegalensis; familia Libellulidae
dengan spesies Orthetrum sabina (capung badak); familia
Mantidae dengan spesies Hierodula vitrea; familia Staphylinidae
dengan
spesies
Paederus
tamulus
(tomcat);
Tettigoniidae dengan spesies Conocephalus sp.
dan
familia
Semua spesies yang ditemukan memang hidup pada
tanaman padi (Oryza sativa L.) fase generatif dan memiliki daya
adaptasi yang cukup tinggi terhadap kondisi lingkungan yang
sesuai
dengan
kehidupannya.
Pada
Tabel
3
dapat
dilihat
komposisi serangga hama lebih tinggi dari komposisi serangga
predator. Hal ini didukung oleh pernyataan Noviar (2001) yang
menyatakan bahwa kelimpahan populasi serangga pada suatu
habitat ditentukan oleh kelimpahan pakan maupun sumber daya
lain yang tersedia pada habitat tersebut. Meskipun ditemukan
serangga
hama
sebanyak
535
individu
(Tabel
1),
tetapi
ditemukan juga serangga predator sebanyak 134 individu (Tabel
2).
Nilai
Kepadatan,
Kepadatan
Relatif,
Frekuensi,
dan
Frekuensi Relatif Serangga Hama dan Predator pada
Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Kepadatan merupakan jumlah individu suatu jenis persatuan luas, kepadatan relatif merupakan persentase kepadatan
suatu jenis terhadap kepadatan seluruh jenis. Ketinggian tempat
dan
keadaan
air
yang
selalu
menggenangi
persawahan
mendukung tingginya tingkat kepadatan populasi baik serangga
hama maupun serangga predator.
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa serangga hama
yang mempunyai kepadatan tertinggi adalah spesies Leptocorisa
oratorius (walang sangit) dengan kepadatan 0,62 dan kepadatan
relatif 46,41%. Serangga ini merupakan salah satu hama penting
pada tanaman padi. Walang sangit menyerang tanaman padi
pada fase masak susu dengan mengisap cairan biji padi. Padi
yang terserang walang sangit bobotnya akan menurun bahkan
menjadi hampa/ kosong. Penyemprotan dengan pestisida tidak
begitu mempengaruhi kelimpahan walang sangit. Karena saat
tanaman padi disemprot pestisida, serangga ini bermigrasi
dengan terbang ke tempat yang terlindung dari pestisida, yaitu
rerumputan yang berada di sekitar sawah (Gambar 10). Jika efek
pestisida sudah berkurang, walang sangit dewasa yang resisten
akan kembali lagi. Hasil yang sama sejalan dengan penelitian
Purnomo (2005) di pertanaman padi gogo di Natar Lampung
Selatan bahwa kelimpahan populasi walang sangit diduga
disebabkan
oleh
migrasi
walang
sangit,
dua
arah
dari
rerumputan ke tanaman padi dan sebaliknya. Dimana walang
sangit biasanya berkembangbiak dengan baik di rerumputan .
Siklus hidup walang sangit sekitar 35-56 hari, biasa aktif pada
pagi dan sore hari. Waktu siang hari serangga ini bersembunyi
dibawah tanaman atau rerumputan.
Untuk
serangga
predator
yang
memiliki
kepadatan
tertinggi dapat dilihat pada Tabel 4, yaitu spesies Orthetrum
sabina (capung badak) dengan kepadatan 0,07 dan kepadatan
relatif 22,58%. Capung dapat berfungsi sebagai serangga
predator dengan memangsa berbagai jenis serangga hama,
seperti: penggerek batang padi (Tryporyza innotata) dan walang
sangit (Leptocorisa oratorius). Tingginya kepadatan spesies
Orthetrum sabina karena faktor abiotik yang mendukung, yaitu
air dan ketinggian tempat. Lokasi persawahan yang menjadi
objek penelitian terletak pada ketinggian 747 dpl, merupakan
sawah irigrasi dengan air yang mengalir sepanjang tahun. Hal
yang sama dengan penelitian Achmad (2002), kehidupan spesies
Orthetrum sabina (capung badak) yang termasuk ordo Odonata
memang tidak dapat dipisahkan dari air. Sebelum menjadi fase
dewasa, capung hidup sebagai serangga air selama beberapa
bulan hingga tahun dan hanya dapat bertahan hidup di dalam air
yang bersih dan tidak tercemar.
Frekuensi merupakan nilai besaran yang menyatakan
derajat penyebaran suatu jenis dalam komunitasnya. Pada Tabel
3 menunjukkan spesies serangga hama yang memiliki nilai
frekuensi tinggi mencapai 1 dengan frekuensi relatif 25% adalah
spesies Leptocorisa oratorius (walang sangit). Selanjutnya, pada
Tabel. 4 menunjukkan bahwa serangga predator yang memiliki
nilai frekuensi tinggi mencapai 0,75 dengan frekuensi relatif
16,67% adalah spesies Orthetrum sabina (capung badak).
Kehadiran serangga hama Leptocorisa oratorius dan serangga
predator spesies Orthetrum sabina frekuensinya lebih tinggi
disebabkan oleh perangkap yang digunakan, artinya perangkap
yang
digunakan
cocok
untuk
menangkap
serangga
hama
Leptocorisa oratorius dan serangga predator spesies Orthetrum
sabina.
Spesies yang menyebar secara merata mempunyai nilai
frekuensi
yang
besar,
sebaliknya
spesies-spesies
yang
mempunyai nilai frekuensi kecil memiliki pola penyebaran tidak
merata. Hal ini dapat dilihat pada spesies Sexava nubila
(serangga hama) yang mempunyai nilai frekuensi 0,25 dengan
frekuensi relatif 6,25% dan spesies Hierodula vitrea (serangga
predator) yang mempunyai nilai frekuensi 0,25 dengan frekuensi
relatif 5%. Letak lokasi penelitian yang bersebelahan dengan
kebun kopi dan sawah yang lain, diduga menjadi penyebab
perbedaan frekuensi serangga hama dengan predator. Banyak
serangga
yang
makanannya
berasal
dari
tanaman,
berkembangbiak dan memiliki sarang di tanaman, bahkan bisa
dikatakan bahwa salah satu fase dalam daur hidup serangga
pasti
berhubungan
keberadaan
budidaya
langsung
sawah-sawah
jenis
lain,
dengan
yang
mutlak
tanaman.
berdekatan,
diperlukan
Untuk
dan
untuk
itu
tanaman
menunjang
keberadaan serangga-serangga predator.
3. Nilai Indeks Keanekaragaman Serangga Hama dan
Predator
pada
Tanaman
Padi
(Oryza
sativa
L.)
di
Persawahan Desa Sukarami
Menurut Soegianto (1994), keanekaragaman spesies dapat
digunakan
untuk
mengukur
stabilitas
komunitas,
yaitu
kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun terjadi gangguan terhadap komponen-komponennya.
keanekaragaman spesies yang tinggi menunjukkan bahwa suatu
komunitas memiliki kompleksitas tinggi karena interaksi yang
terjadi dalam komunitas itu sangat tinggi.
Hasil perhitungan nilai indeks keanekaragaman Shannon
Winner untuk serangga hama dan serangga predator dapat
dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Nilai indeks keanekaragaman
serangga hama 1,4 dan serangga predator 2,21. Hal ini
menunjukkan bahwa kriteria komunitas serangga hama maupun
predator adalah sedang, yaitu dengan kisaran 1 < H' < 3. Sejalan
dengan hasil penelitian Dina (2004) yang mendapatkan nilai
indeks keanekaragaman pada pertanian padi di Desa Jarangan
dengan
kriteria
sedang.
Kriteria
sedang
dalam
komunitas
serangga hama maupun predator di persawahan Desa Sukarami
karena kemampuan serangga hama maupun serangga predator
bertahan hidup, seperti serangga hama walang sangit yang
dapat
mengeluarkan
bau
untuk
menghindari
musuhnya
(predator). Selain itu, keadaan persawahan yang dialiri air jernih
mendukung serangga capung badak dapat bertahan hidup.
Faktor keseimbangan antara jumlah serangga herbivor dan
musuh alami (predator) diduga sebagai salah satu faktor yang
menjadikan tidak terjadi peningkatan populasi serangga hama.
Serangga herbivor memiliki populasi relatif tinggi, serta adanya
sifat seleksi yang cepat serta mempunyai resistensi fisiologis.
Sebaliknya predator memiliki populasi relatif rendah, siklus hidup
juga relatif lebih lama dan mempunyai daya adaptasi yang
lambat terhadap insektisida. Penyemprotan insektisida tidak
begitu efektif menanggani serangga hama, tetapi justru dapat
merugikan organisme lain yang lebih tinggi tingkatannya dalam
rantai makanan, salah satunya serangga predator.
4. Hubungan antara Serangga Hama dan Predator pada
Tanaman Padi (Oryza sativa L.)
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi
dengan
organisme
ketergantungan
lainnya
yang
dalam
kompleks.
suatu
Interaksi
keterkaitan
antar
dan
organisme
tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik.
Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada serangga predator
sebagai musuh alami yang merupakan agen hayati dalam
pengendalian hama. Serangga predator memiliki peranan dalam
pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor
yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran
tertentu serangga predator dapat mempertahankan populasi
hama di sekitar aras keseimbangan umum. Predator juga
merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau
memangsa organisme lain. Predator bersifat polifag memangsa
berbagai jenis mangsa dan memiliki daya cari (searching
capacity) yang tinggi. Keuntungan dari serangga predator yang
bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada kondisi jumlah
populasi hama yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa
alternatif. Kelemahan kecil pemanfaatan serangga predator
adalah perlunya waktu cukup lama untuk mendapatkan predator
yang efektif sebagai agen hayati pengendalian serangga hama.
Penggunaan
serangga
predator
sebagai
agen
hayati
pengendalian hama memiliki beberapa keuntungan dibandingkan
dengan cara pengendalian lainnya karena aman, permanen dan
ekonomis.
Keamanan
dari
pemanfaatan
serangga
predator
merupakan faktor penting, sebab banyak musuh alami bersifat
spesifik (khusus) terhadap mangsa tertentu. Oleh sebab itu tidak
mungkin spesies bukan sasaran akan dipengaruhi oleh predator,
seperti pada penggunaan insektisida yang berspektrum luas.
Penggunaan serangga predator juga relatif permanen, ketika
mereka merasa kenyang, perburuan dan penangkapan mangsa
akan berhenti. Musuh alami yang efisien memberikan pengaruh
pada fluktuasi populasi serangga hama tanpa adanya campur
tangan manusia. Sekali serangga predator mapan di suatu
tempat
maka
untuk
jangka
lama
mereka
secara
alami
mengendalikan populasi mangsanya.
5.
Pemanfaatan
Insektarium
Serangga
Hama
dan
Predator pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) sebagai
Media Pembelajaran Biologi
Kegiatan belajar biologi merupakan suatu proses yang
menuntut
adanya
aktivitas
siswa,
dengan
demikian
pengembangan media diarahkan pada kegiatan yang ditunjang
oleh alat peraga berupa media pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran biologi materi keanekaragaman, khususnya pada
bab kingdom Animalia (Insekta), kegiatan praktikum merupakan
bagian
yang
penting
dalam
pembelajaran
untuk
menyempurnakan materi yang disampaikan guru di dalam kelas.
Kegiatan pratikum di sekolah biasanya jarang dilakukan, karena
waktu yang tidak efisien dan kurangnya fasilitas praktikum serta
media pendukung. Salah satu cara yang baik untuk mempelajari
serangga yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan.
Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di
lapangan setiap jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut
dapat dilakukan dengan mengadakan koleksi terhadap serangga
dan
mengawetkannya
dalam
awetan
kering.
Mempelajari
serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telah
diawetkan
(insektarium)
akan
lebih
menarik
dibandingkan
dengan hanya mempelajari dan mengamati gambar serangga
yang ada pada buku. Tanpa diawetkan serangga-serangga
tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu kali praktikum tetapi
jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Dengan
mengawetkan serangga yang telah dikoleksi kita tidak perlu
sering mengadakan koleksi yang mungkin akan mengganggu
keseimbangan alam.
Pemanfaatan insektarium sebagai media pembelajaran
Biologi diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam
mempelajari dan memahami pelajaran tentang serangga dan
peranannya
bagi
kehidupan.
Peserta
didik
juga
dapat
mengembangkan ketrampilannya dengan melakukan koleksi
serangga sendiri dan menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai
Diversitas Serangga Hama dan Predator pada tanaman Padi
(Oryza sativa L.) di Persawahan desa Sukarami Kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Serangga hama yang ditemukan ada 7 spesies, 5 familia,
dan 3 ordo. Sedangkan serangga predator yang ditemukan ada
12 spesies, 6 familia, dan 4 ordo.
2.
Nilai kriteria indeks keanekaragaman baik serangga hama
maupun serangga predator adalah sedang, yaitu 1,4 untuk
serangga hama dan 2,21 untuk serangga predator. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, ketinggian
tempat, keterbatasan makanan, dan vegetasi lingkungan.
Saran
Agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang serangga hama
dan predator di Persawahan Desa Sukarami Kecamatan
Kabupaten Lahat dengan menggunakan perangkap yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Altieri MA. 1999. The ecological role of biodiversity in
agroecosystems. Agriculture Ecosystems & Environment.
74:19-31. Dalam Herlina, Nina., Rizali, Akhmad., Moerfiah.
Sahari, Bandung., dan Buchori, Damayanti (2011).
Pengaruh Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur
Tanaman Padi terhadap Keanekaragaman Hymenoptera
Parasitika. Jurnal Entomologi Indonesia, Vol. 8 No. 1 pp 1726
Anonim. 1970. “Rice Production Manual”. Revised Edition. Los
Banos: UPCA-IRRI, Philippines. 382 p. Dalam A. Karim
Makarim dan E. Suhartatik. 2009. Morfologi dan Fisiologi
Tanaman
Padi.
Jurnal.
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009
_itkp_11.pdf. Diakses 22/05/2013 pukul 10:42 wib.
Arief. 2001. Hutan dan Kehutanan. Jakarta: Kanisius. Dalam Abadi
Pramana Pelawi. 2009. Indeks Keanekaragaman Jenis
Serangga Pada Beberapa Ekosistem di Areal Perkebunan
PT. Umbul Mas Wisesa Kabupaten Labuhanbatu. Skripsi.
Sarjana Pertanian Univ. Sumatera Utara.
Asyhar, R. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran.
Jakarta: GP Press.
Baehaki. 1992. Berbagai Hama
Bandung: Penerbit Angkasa.
Serangga
Tanaman
Padi.
Borror, D. J., C. A. Triplehorn and N. F. Johson. 1992. Pengenalan
Pelajaran
Serangga.
Terjemahan
Oleh
Soetiyono
Partoseodjono. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Budidaya Pertanian. 2000. Padi (Oryza sativa L.). Jakarta: Sistim
Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, Proyek
PEMD, BAPPENAS.
Chang, Te-Tzu and E.A Bardenas. 1976. “The Morphology and
Varietal Caharacteristics of the Rice Plant. Technical”
Bulletin 4. The International Rice Research Institute, Los
Banos, Philippines. Dalam A. Karim Makarim dan E.
Suhartatik.
2009.
Morfologi
dan
Fisiologi
TanamanPadi.Jurnal.http://www.litbang.deptan.go.id/speci
al/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf.
Diakses 22/05/2013
pukul 10:30 wib.
Christina, L.S., Subyanto, Sulthoni, Achmad., dan Siwi, S.S. 2003.
Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta: Kanisius
Datta, S.K. 1981. “Principles and Practices of Rice Production”. A.
Wiley-Interscience Publication. New York: John Wiley &
Sons.618 p. Dalam A. Karim Makarim dan E. Suhartatik.
2009.
Morfologi
dan
Fisiologi
TanamanPadi.Jurnal.http://www.litbang.deptan.go.id/speci
al/padi/bbpadi_2009_itkp_11.pdf.
Diakses 22/05/2013
pukul 10:35 wib.
Dewani, M. 2001. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman
Padi (Oryza Sativa. L) di Lahan Kering. J. Habitat. Sci. 12(3):
32-38. Dalam Eva, Kurnia. 2008. Keanekaragaman
Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan Anorganik di
Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri.
Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.
Firmanto, Bagus Herdy. 2011. Sukses Bertanam Padi Organik.
Bandung : Angkasa
Hadi, Tarwotjo, dan Rahadian. 2009. Biologi Insekta Entomologi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Heinrichs, E.A., Aguda, R.M., Barrion, A.T., Bharathi, M., Chelliah,
S., Dalle, D., Gallagher, K.O., Kritani, K., Litsinger, J.A.,
Loevinsohn, M.E, Naba, K., and Rombach, M.C. 1994.
Biology and Management of Rice Insects. New Delhi, India:
International Rice Research Institute - Willey Eastern.
Dalam Herlina, Nina., Rizali, Akhmad., Moerfiah. Sahari,
Bandung., dan Buchori, Damayanti (2011). Pengaruh
Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur Tanaman Padi
terhadap Keanekaragaman Hymenoptera Parasitika. Jurnal
Entomologi Indonesia, Vol. 8 No. 1 pp 17-26
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung :ITB
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Krebs, J.C. 1989. Ecology Methodology. New York: Herper Collins
Peblisher.
Litsinger, J. A., Shepard, dan Barrion. A. T. 1987. SeranggaSerangga, Laba-Laba dan Patogen yang Membantu.
Philippines: International Rice Research Institute. Dalam
Eva, Kurnia. 2008. Keanekaragaman Arthropoda Pada
Lahan Padi Organik dan Anorganik di Desa Bantengan
Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Skripsi. Sarjana
Sains Univ. Islam Negeri Malang.
Mahmud, Taufiq. 2006. Identifikasi Serangga di Sekitar
Tumbuhan Kangkungan (Ipomoeas crassicaulis Roob).
Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan
dan Laboratorium. Terjemahan Yanti R, Koester. Jakarta: UIPress.
Natawigena, Hidayat. 1990. Entomologi Pertanian. Penerbit orba
sakti. Bandung.
Noviar, P dkk. 2007. Daya Mangsa Predator Micropis crocea
Mulsant.
Dalam Seragih,
Agustina.
2008.
Indeks
Keragaman Jenis Serangga pada Tanaman Stroberi (Fragari
sp.) di Lapangan. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Sumatera
Utara Medan.
Odum, P. E. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyono
Samingan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Oka,
I.
D.
2005.
Pengendalian
Hama
Terpadu
dan
Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pielou, E.C. 1975. Ecology Diversity. John Wipley & Sonts, Inc.
New York. Dalam Eva, Kurnia. 2008. Keanekaragaman
Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan Anorganik di
Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri.
Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri Malang.
Purnomo. 2005. Pengamatan Hama Utama dan Keanekaragaman
Arthropoda pada Pertanaman Padi Gogo di Ntara Lampung
Selatan. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Lampung.
Puspita, L., Ratnawati, E., Suryadiputra, N., & Meutia, A. 2005.
Lahan Basah Buatan di Indonesia. Bogor: Katalog Dalam
Terbitan (KDT).
Riyanto.
2010.
Penilaian
Insektarium
sebagai
Media
Pembelajaran Materi Klasifikasi Seranggga pada Mata
Kuliah Entomologi di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Unsri. Skripsi. Univ. Sriwijaya Palembang.
Rizali, A., Buchori, D., dan Triwidodo, H. 2002. Keanekaragaman
Serangga Pada Lahan Persawahan-Tepian Hutan: Indikator
Untuk Kesehatan Lingkungan. HAYATI Journal of Biosciences
9:41-48.
Sastrodihardjo. 1980. Pengantar Entomologi Terapan. Bandung:
ITB Bandung.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya: Penerbit Usaha
Nasional.
Steenis, Van 2008. Flora. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Suin, M.N. 2002 Metoda Ekologi. Padang: Univ. Andalas Press.
Dalam
Abadi
Pramana
Pelawi.
2009.
Indeks
Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Beberapa Ekosistem
di Areal Perkebunan PT. Umbul Mas Wisesa Kabupaten
Labuhanbatu. Skripsi. Sarjana Pertanian Univ. Sumatera
Utara.
Tjahyadi, N. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta
: Gajah Mada University Press.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu.
Yogyakarta: UGM Press. Dalam Taufiq, Mahmud. 2006.
Identifikasi Serangga di Sekitar Tumbuhan Kangkungan
(Ipomoeas crassicaulis Roob). Skripsi. Sarjana Sains Univ.
Islam Negeri Malang.
Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu Edisi
Kedua. Yogyakarta: UGM Press. Dalam Eva, Kurnia. 2008.
Keanekaragaman Arthropoda Pada Lahan Padi Organik dan
Anorganik di Desa Bantengan Kecamatan Ringinrejo
Kabupaten Kediri. Skripsi. Sarjana Sains Univ. Islam Negeri
Malang.
Wirakusumah, Sambas. 2002. Dasar-Dasar Ekologi. Jakarta: UIP
Yoshida, S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science.
International Rice Institute. Los Banos, Philippines.p.3-6.
Dalam Makarim, Karim, A dan Suhartatik, E. 2009.
Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Jurnal.
BIODATA
Nama
: Irham Falahudin, S.Pd. M.Si.
NIP
: 19711002 199903 1 002
Tempat, Tgl Lahir : Bengkulu, 2 Oktober 1971
Pangkat/Gol. Ruang
: Penata Tk I/ III.d/Lektor
Jabatan
: Ketua Jurusan Pend. Biologi
Unit Kerja
: Fakultas Tarbiyah, IAIN Raden
Palembang
Fatah
Alamat Kantor
: Jl. Prof. KH. Zainal Abidin Fikri KM 3,5
Palembang 30126
Alamat Rumah
: Komp. Citra Kencana 2 Blok B.6 RT 57/13 Kel.
Kebun Bunga KM. 9 Palembang 30152
Telp. Kantor
: 0711 353276
Telp. Rumah/HP : 0711 7422864/ 0813 746 65651
Hasil Penelitian dan Karya Tulis Ilmiah
1. Komposisi Dan Struktur Komunitas Hewan Permukaan
Tanah Pada Lahan Gambut Di Sumatera Selatan. Tesis
2007.
2. Penerapan Teori Belajar Thorndike Pada pembelajaran
Biologi Dalam Konsep Ekosistem Sebagai Salah Satu
Pendekatan Dalam Meningkatkan Pretasi Belajar Siswa
Kelas 1.2 SLTPN 8 Bengkulu. Skripsi 1998.
3.
Pengelolaan Sampah Masyarakat Perkotaan dalam
Dimensi Ekologi Budaya (Tamaddun, No. 1/Vol V/2005)
4. Prospek Pendidikan Sains pada Perguruan Tinggi Islam:
Rencana Pengembangan IAIN Raden Fatah Palembang
menjadi UIN serta Pengembangan Program Studi Baru.
(Mimbar Akademik, No. 2 Vol. 1/2005)
5. Budaya Instan Masyarakat Terhadap Teknologi: Dampak
Teknologi Rekayasa Genetik bagi Perlindungan Hukum
Keanekaragaman Hayati dan Permasalahan Lingkungan.
(Tamaddun, No. 1 Vol. VII/2007)
6. Perkembangan Teori Evolusi dalam Perspektif Sains Modern
dan al-Qur'an. (Mimbar Akademik, No. 1 Vol. 3/2007)
7. Manusia Sebagai Makhluk Sosial, Biologis Dan Kultural
Dalam Tinjauan Teori Sosiobiologi Dan Kebudayaan (Studi
Tentang Sejarah Perkembangan Asal-Usul Manusia )
(Tamaddun, No. 2 Vol. VII/2008)
8. Inovasi Pendidikan Mengajar Berbasis ICT Dalam Proses
Belajar.(Jurnal STITQ Vol I/2009)
9. Prospek Pendidikan Umum Pada Institusi Perguruan Tinggi
Islam (Studi Kasus Pada Pembentukan Jurusan Tadris Di Iain
Raden Fatah Palembang) (Jurnal Akademik Vol. /2009)
10.
P
emberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan
(Implementasi Dari UU Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah) (Buku Fiqh Lingkungan PPs IAIN RF
2009)
11.
B
uku Pedoman Panduan Praktikum Lapangan, Fak. Adab,
2008
Pertemuan Ilmiah
Kegiatan
Sebagai
Tempat
Waktu
Workshop Penelitian Naskah
Peserta
Simposium Internasional
-“-
Bedah Buku Nasional
-“-
Seminar Nasional
-“-
Lokakarya Pemanfaatan
SPSS
-“Pemakalah
Seminar Hasil Penelitian
Proceeding
Annual Conferences Islam
Studies (ACIS)
Seminar Nasional Biologi
Seminar International “
Epistemology of Islam
Studies”
Seminar Nasional
“Sosialisasi Pemilu 2009”
Seminar Biologi dan
Kesehatan “kanker Mulut
Rahim”
Seminar Internasional
Ekonomi Islam 2009
Seminar dan Kongres
Biologi XX 2009
Workshop TOEFL 2009
SEMIRATA BKN PT WIL. B
Seminar Nasional Biologi
VIII
SEMIRATA BKN PT WIL. B
Seminar Nasional
Entomologi
Pemakalah
Proceeding
Moderator
Pemakalah
Proceeding
Peserta dan
pemakalah
Peserta
Pemakalah
Pemakalah
Pemakalah
Pemakalah
IAIN RFPalembang
UNANDPadang
IAIN IB
Padang
IAIN RFPalembang
IAIN RFPalembang
Padang/BKSD
dan Univ.
Andalas
Diktis Depag
RI di
Palembang
UIN Malang
Palembang
07-092005
12-092005
04-022006
16-092006
22-092006
Palembang
IAIN
Palembang
2009
2009
2009
2007
2008
2009
2009
2009
PPs IAIN RF
Palembang
UIN Malang
Palembang
Riau
ITS- Surabaya
Banjarmasin
PEI Bandung
2009
2009
2010
2010
2011
2011