AIK IV Islam dan Kesehatan

May 25 2016

Islam &Kesehatan
Dewi Nur Aprilianingsih 201310180311131
Zuroida Nurul Isnaini
201310180311133
Muhammad Agung sutopo 201310180311134
ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

Islam
&Kesehatan
Urgensi hidup sehat bagi
manusia
Pandangan Islam
tentang hidup sehat

Prinsip-prinsip
Islam dalam

mewujudkan
hidup sehat

Menjaga Keseimbangan
Lingkungan Hidup untuk
Mewujudkan Hidup Sehat

Salah satu penekanan tersebut adalah
ihwal kesehatan dan tuntunan untuk
hidup sehat. Bahkan, Islam juga
menetapkan bahwa tujuan pokok
kehadirannya (maqasidusy syari’ah),
selain dalam rangka untuk;
(1) memelihara agama, (2) harta,
(3) keturunan, juga menekankan
pada pentingnya pemeliharaan; (4)
jiwa, (5) akal, dan (6) jasmani.
Tiga hal yang disebut terakhir, dalam
pelaksanaannya mensyaratkan adanya
praktik hidup sehat.


Urgensi hidup sehat bagi
manusia
manusia dituntut untuk memperhatikan
anatomi tubuhnya dan kebutuhan-kebutuhan
yang harus dipenuhinya agar tidak mengalami
hambatan atau bahkan kerusakan pada
bagian-bagian tertentu atau keseluruhan
dalam sistem tubuhnya. Hal yang paling
mendasar pemenuhan untuk hidup sehat bagi
manusia adalah bagaimana menciptakan pola
hidup sehat, mulai dari perhatian pola makan,
minum, keseimbangan gizi dan cara-cara lain
yang menghantarkan untuk mendapatkan
paket menuju sehat.

Tidak hanya faktor makanan yang bergizi
untuk menjadikan tubuh sehat. Banyak faktor
lain yang saling terkait yang memiliki kontribusi
besar terhadap kesehatan. Misalnya; istirahat

yang cukup, rajin berolah raga, lingkungan
yang ramah, dan sebagainya.
Namun, dari sudut pandang anatomi tubuh
manusia, untuk mendapatkan tubuh yang sehat
kuncinya bermula pada otak dan jantung. Dua
organ tubuh manusia tersebut, menurut analisis
dr. Egha Zainur Ramadhani, seorang penulis
buku best seller Super Health, mempunyai
peran yang sangat vital

Dalam dunia kesehatan, jantung mempunyai sistem
komunikasi yang lebih luas dan jauh dengan otak
daripada yang dilakukan organ-organ tubuh yang lain.
Antara keduanya selalu terjalin komunikasi yang intens,
dan instensitas komunikasi tersebut sekaligus sebagai
indikasi bahwa seseorang itu dapat dikatakan sehat.
Kedua organ tersebut sama-sama sangat canggih, hanya
saja jantung masih lebih unggul atas otak.
Hal ini dibuktikan secara mengagumkan dalam dunia
kesehatan bahwa jantung mulai berdetak pada janin

sebelum otak terbentuk sempurna. Karena itu jantung
sesungguhnya pemrakarsa utama kehidupan manusia. Di
jantung juga ada 40 ribu sel (neuron), yang sebagian dari
sel itu berperan sebagai “otak” (neuron nodus SA dan
jaringannya) yang membuat ia bekerja secara otomatis
tanpa menunggu perintah dari otak.

Segi keunggulan jantung (hati) atas
otak, dapat juga dipahami dalam hadits
Nabi saw. sebagai berikut:

“Ketahuilah bahwa dalam diri
manusia itu terdapat segumpal
darah. Jika segumpal darah itu
baik, maka akan baik pula seluruh
jasadnya. Dan apabila segumpal
darah tersebut buruk, maka buruk
pula seluruh jasadnya. Ketahuilah
bahwa segumpal darah itu adalah
hati” (HR. Bukhari)


Dengan demikian, urgensi hidup sehat bagi
manusia, hal yang paling mendasar untuk
diperhatikan adalah bagaimana pemanfaatan dan
pemeliharaan yang tepat fungsi otak pada
dirinya dan secara bersamaan adanya
keseimbangan sistem “komunikasi sadar”
dengan jantung atau hatinya dalam mencapai
keinginan-keinginan hidup yang menyehatkan.
Dalam bahasa yang sederhana, bicara tentang
sehat dan kesehatan selalu menyertakan sistem
kesadaran yang semua itu diawali dengan
harmonisasi fungsi otak dan jantung (hati/jiwa).

Pandangan Islam tentang
hidup sehat
Dalam Islam, baik yang terapresiasi
melalui al-Qur’an maupun Hadits Nabi
saw., tidak sedikit ajaran-ajarannya
berkenaan dengan anjuran hidup

sehat, baik sehat secara jasmani,
jiwa/mental, maupun sehat secara
ruhani/spiritual. Bahkan tidak luput
pula anjuran untuk menciptakan
lingkungan yang sehat.

1) Sehat Jasmani
Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an memberikan
informasi perihal bagaiman memenuhi
kebutuhan jasmani agar menjadi sehat, mulai
dari proporsi makanan yang harus
dikonsumsinya, jenis makanan apa saja dan
yang bagaimana, sampai pada detail
praktisnya, sebagaimana yang dijalankan Nabi
saw. Tentang proporsi makanan, misalnya,
Allah menjelaskan dalam al-Qur’an sebagai
berikut:

“Hai anak Adam, pakailah pakaian
yang indah di setiap (memasuki)

masjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan.
sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”
(QS. Al-A’arf: 31)

Proporsi makanan yang seimbang (tidak berlebihan dan
tidak terlalu kenyang), dikarenakan lambung juga
memerlukan kadar air dan oksigen. Dalam sabda Nabi
Saw dijelaskan:
“Tidak ada bejana yang diisi manusia lebih
buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak
Adam mengisi beberapa suap, suapan yang
dapat menegakkan tulang belakangnya
(untuk menunaikan kewajibannya). Kalau ia
harus mengisi perutnya maka sepertiga
untuk ruang makannya, sepertiga untuk
ruang minumnya, dan sepertiga untuk ruang
napasnya” (HR. Turmudzi).


Dapatlah dikatakan, bahwa dalam
pandangan Islam tubuh/ jasmani
mempunyai hak-hak yang harus dipenuhi
untuk menjadi sehat. Mengenai hak tubuh
tersebut sampai-sampai Nabi saw. pernah
suatu ketika menegur beberapa sahabatnya
yang bermaksud melampaui batas
beribadah, sehingga kebutuhan
jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya
terganggu. Sabda beliau; “Sesungguhnya
badanmu mempunyai hak atas dirimu”
(HR. Bukhari).

“Ingatlah lima perkara sebelum datangnya lima
perkara; sehatmu sebelum sakitmu, mudamu
sebelum tua, kayamu sebelum miskin, waktu
senggangmu sebelum sibuk, dan hidupmu
sebelum mati’ (HR. al-Hakim dan Baihaki).

“Ada dua kenikmatan yang membuat

banyak orang terperdaya, yakni nikmat
sehat dan waktu senggang” (HR.
Bukhari)

“Mohonlah kepada Allah Kesehatan.
Sesungguhnya karunia yang lebih baik
sesudah keimaman adalah kesehatan”
(HR. Ibnu Majah)

2) Sehat jiwa/ hati
Mengenai kesehatan jiwa, salah satunya dijelaskan dalam
al-Qur’an surat al-Syams ayat 7-10, yaitu sebagai berikut:

“Dan jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang

mengotorinya”.

Dampak berantai ketika jiwa terkotori
dengan hal-hal negatif, dapat
menyebabkan ketidakstabilan mental
dengan berbagai ragam wujudnya.
Misalnya; kecemasan, gelisah, hidup
terasa tertekan (stress), bahkan juga
terasa berat untuk membangun harmoni
dengan kehidupan sesama. Kalau sudah
pada titik tersebut, organ tubuh dapat
terganggu atau terserang penyakit.

hal yang perlu diperhatikan terkait dengan kesehatan jiwa,
adalah pola perasaan. Perasaan positif (positive feeling),
misalnya, adalah model pengembangan potensi diri yang
sangat spektakuler hasilnya bagi kesehatan jiwa. Ini
berlawanan dengan konsep pikiran positif (positive
thinking),
karena dalam pikiran positif, pelibatan pikiran bawah

sadar seringkali tidak disertakan atau setidaknya sangat
sedikit. Cukup berasalan, sebab pikiran sadar terbukti
hanya kisaran 12% sementara bawah sadar (perasaan)
88%. Jadi, dengan kekuatan positive feeling,
menunjukkan pelibatan suasan hati yang sangat
mendalam yang dari sinilah akan muncul emosi-emosi
positif yang menyehatkan jiwa, bahkan dapat berdampak
menentramkan.

3) Sehat Ruhani/ Spiritual
manusia tidak hanya sebagai makhluk
biologis dan sosial semata, tetapi juga
sebagai makhluk ruhani/ spiritual. Sehat
ruhani adalah adanya jalinan yang murni
seorang hamba dengan Allah, tanpa
sedikitpun terinfeksi oleh keterikatan hati
dan sifat-sifat negatif dalam diri.

untuk mendapatkan kesehatan ruhani, adalah
dengan cara memurnikan diri, yang dalam bahasa
agama dinamai dengan ikhlas. Bahkan, ikhlas-lah
yang menjadi tolok ukur diterima tidaknya amal
perbuatan manusia oleh Allah. Yang menjadi
pertanyaan adalah, mengapa ikhlas berkolerasi
dengan kesehatan ruhani, bahkan vibrasi energinya
dapat menyehatkan jiwa/ hati dan jasmani? Ada tiga
alasan terkait hal tersebut;

Pertama, manusia terdiri dari dua unsur, yaitu
materi dan nonmateri. Unsur materi berwujud
seluruh organ tubuh, sedangkan unsur nonmateri
berupa ruh.
Kedua; karena ruh adalah penggerak utama segala
aktifitas manusia, maka ketika ia terus dirawat
dengan cara memurnikannya (yaitu hidup berserah
diri dengan selalu memurnikannya [ikhlas] sejalan
dengan fitrah manusia), dengan sendirinya
menjadikan seseorang sehat secara ruhani/
spiritual.
Ketiga; Karena ikhlas merupakan syarat utama dan
pertama diterimanya amal perbuatan manusia, maka
apabila ia (ikhlas) sudah kuat tertanam dalam jiwa/
hati kita secara otomatis berdampak pada kesehatan
jiwa/ hati kita, dan bahkan berpengaruh signifikan
terhadap kondisi tubuh.

Prinsip-prinsip Islam
dalam mewujudkan hidup
sehat
bahwa prinsip-prinsip Islam dalam
mewujudkan hidup sehat, adalah;
(1) Mememnuhi hak-hak fisiologis secara
tepat dan benar,
(2) Membangkitkan dan mengembangkan
jiwa-jiwa positif (akhlak terpuji), dan
(3) Mengembangkan fitrah bertuhan
dengan hidup penuh ikhlas.

Menjaga Keseimbangan Lingkungan
Hidup untuk Mewujudkan Hidup Sehat
wacana global dalam rangka menciptakan
tatanan dunia yang lebih damai dan beradab,
salah satu perhatiannya adalah dialamatkan
pada lingkungan hidup. Ini semua
disebabkan karena seiring dengan kemajuan
ilmu dan teknologi untuk kepentingan
peningkatan kesejahteraan hidup material
manusia, pada saat yang sama menyisakan
keprihatinan yang sangat mendalam,

yaitu rusaknya lingkungan hidup.
Pencemaran lingkungan, limbah industri,
tanah lonsor, pemanasan global (misalnya,
penggundulan hutan tropis secara membabi
buta sebagaimana terjadi di bumi Nusantara,
Kalimantan), adalah sebagian kecil contoh
rusaknya lingkungan hidup itu. Akibatnya, umat
manusia sekarang (termasuk masyarakat kita)
dihadapkan pada apa yang disebut dengan
alienasi ekologis, yaitu keterasingan diri untuk
berhubungan secara timbal balik dan harmonis
dengan lingkungan hidup.

Dalam al-Qur’an, sinyalemen rusaknya
ligkungan hidup itu dapat ditemukan dalam
Firman Allah Swt:

Telah nampak kerusakan di darat dan di
lautan disebabkan ulah tangan manusia,
supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatannya, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”
(QS. Ar-Rum [30]: 41)

rusaknya lingkungan hidup atau alam itu,
manusialah yang menjadi penyebabnya. Dan
semua itu berawal dari kegagalan dalam
menjaga dan atau cara memanfaatkannya.
Firman Allah Swt:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orangorang yang berbuat baik”.
(QS. Al-A’raf [7]: 56)

Ungkapan “dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Allah
memperbaikinya” mengandung dua pengertian;
Pertama, larangan merusak bumi setelah
adanya perbaikan, yaitu saat penciptaan bumi
oleh Allah sendiri. Pengertian ini
mengisyaratkan agar manusia memelihara
bumi, yang sudah merupakan tempat yang baik
bagi manusia.
Kedua, larangan membuat kerusakan di bumi
setelah adanya perbaikan oleh sesama
manusia. Hal ini terkait dengan peran aktif
manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru,
baik, dan membawa kebaikan (maslahah).

Dengan demikian, arti penting menjaga
lingkungan hidup (alam) ataupun
memanfaatkannya dengan baik dan berakhir
pada kebaikan (maslahah), sama halnya
sebagai bentuk apresiasi yang tinggi terhadap
tujuan diciptakan alam itu sendiri. Karena yang
demikian itu, maka termasuk bagian dari
menerapkan etika beragama dengan berbasis
pada kesalehan sosial.

Sebagai bentuk apresiasi terhadap lingkungan
hidup maka umat manusia juga dituntut untuk
memahami hukum-hukum keseimbangan alam.
Pemahaman, apresiasi, dan pemanfaatn potensi
alam dan lingkungan hidup yang baik, bijak, tepat
dan benar, tidak hanya akan berpulang pada
suatu pola hidup yang sinergis dan harmonis
antara manusia dan lingkungan hidupnya, tapi
juga sebagai suatu cara bagaimana manusia
menemukan dan memaknai hakikat eksistensinya
sebagai makhluk makrokosmis. Inilah starting
point menjaga keseimbangan lingkungan hidup
untuk mewujudkan hidup sehat dalam pengertian
yang sebenarnya.

Questio
ns