Stabilitas Keuangan Definisi Indikator d

Stabilitas Keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan
Andrew Toedjono 2013013010
Department of Economics
Faculty of Economics and Business Unika Atma Jaya

Abstract
This paper aims to give the explanations about the financial stability from various economic
papers and articles. Financial stability is a broad concept and considered as a continuum so
writer tries to find the right definition from various papers to make sure what the financial
stability is. Afterwards, writer tries to explain asymmetry information that cause the financial
instability and the indicator that depicts the level of stability. Last, writer discusses the right
policy to overcome financial instability and to achieve financial stability.
Key words: Financial stability, Financial Crisis

Pendahuluan
Selama beberapa tahun terakhir krisis keuangan kerap melanda perekonomian dunia dengan
intensitas dan frekuensi yang semakin kuat. Krisis keuangan Asia tahun 1997 – 1998 dan
krisis keuangan global di tahun 2008 adalah beberapa contoh yang paling massif. Krisis
keuangan yang terjadi, juga telah mengancam stabilitas dari sistem keuangan international.
Hal ini merupakan situasi yang sangat serius. Oleh karena itu, banyak studi yang dilakukan
untuk meneliti tentang stabilitas keuangan, indikator yang menjelaskan dan kebijakan yang

dapat diambil guna mencapai stabilitas. Karena hal ini menjadi sangat penting bagi para
penentu kebijakan untuk menentukan obat dan kebijakan yang tepat dalam mengatasi
instabilitas keuangan.
Mencapai suatu stabilitas keuangan adalah kondisi yang diinginkan oleh seluruh negara –
negara di dunia. Akan tetapi, sampai saat ini definisi dan indikator mengenai stabilitas
keuangan itu sendiri masih sering diperdebatkan oleh para ahli ekonomi dunia. Banyak
penelitian yang dilakukan tetapi menunjukan banyak perbedaan dan tidak ada definisi secara
jelas dan dapat diterima secara umum. Karenanya, stabilitas keuangan menjadi sesuatu yang
membingungkan dan kurang jelas. Bagaimana kita akan mencapai kondisi yang stabil? jika
definisi, penyebab dan indikator yang jelaspun masih diperdebatkan.
Untuk itu, agar ukuran tentang suatu stabilitas keuangan dalam suatu negara dapat dicapai
dengan jelas dan apa indikator dari stabilitas keuangan tersebut, kita terlebih dahulu harus
sepaham dan mengerti tentang definisi dari stabilitas keuangan melalui ulasan para ahli
ekonomi. Kemudian, dengan bersumber dari beberapa penelitian sebelumnya, kita dapat
mengamati bagaimana mencapai stabilitas, dan apakah penyebabnya. Oleh karena itu, di
dalam paper ini penulis akan berusaha mengulas penjelasan mengenai stabilitas keuangan
(Financial Stablity) dari beberapa sumber penelitian yang cukup penting.
Pada paper ini penulis akan mencoba mengulas stabilitas keuangan terlebih dahulu dari akar
dan definisinya, lalu penulis akan mengulas hal – hal yang dapat menggangu stabilitas
keuangan, kemudian penulis akan membandingkan indikator – indikator yang menunjukan

tingkat stabilitas keuangan suatu negara dari beberapa penelitian, dan beberapa kebijakan
yang diambil para pembuat kebijakan dalam mengatasi instabilitas atau yang lebih parah
krisis keuangan demi mencapai suatu stabilitas keuangan.
Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

1

I. Akar dan Definisi Stabilitas Keuangan
J. Schinasi, Defining Financial Stability
Stabilitas keuangan adalah suatu konsep yang luas maka banyak aspek yang harus
diperhatikan. Schinasi menekankan beberapa hal penting dalam paper nya. Pertama, belum
ada definisi tentang stabilitas keuangan yang dapat diterima dan dipahami secara umum.
Stabilitas yang coba untuk dijelaskan oleh para ekonom hanya tepat pada kondisi tertentu
yaitu kondisi saat dia menulis sebuah paper atau pada saat berpidato tema tertentu. Kedua,
tidak ada model yang tepat dan diterima secara umum untuk menjelaskan stabilitas keuangan
karena ilmu tentang stabilitas keuangan ini masih dalam tahap pengembangan.
Sebelum masuk ke definisi dari stabilitas keuangan Schinasi juga membuat beberapa poin
penting yang harus kita mengerti untuk memahami stabilitas keuangan yaitu :
1.


Stabilitas keuangan adalah konsep yang sangat luas dan mencakup berbagai aspek
dalam sistem keuangan, infrastruktur, institusi dan pasar.

2.

Konsep dari stabilitas keuangan tidak hanya berbicara bagaimana sektor keuangan
dapat memenuhi peranya dalam mengalokasi resiko juga sumber daya, mobilisasi
savings dan memfasilitasi akumulasi dari wealth, pengembangannya,dan
pertumbuhannya. Akan tetapi, bagaimana sistem pembayaran dalam ekonomi dapat
beroperasi secara baik dan tanpa halangan.

3.

Konsep stabilitas keuangan bukan hanya berbicara tentang absennya krisis keuangan
saja, akan tetapi bagaimana kemampuan sebuah sistem keuangan dalam membatasi
dan berhadapan dengan munculnya imbalance sebelum hal ini berubah menjadi
sebuah ancaman yang serius.

4.


Stabilitas keuangan ditulis dan dipahami dalam hal potensi konsekuensinya pada
ekonomi riil. Gangguan pada pasar finansial atau gangguan yang bersifat individu
pada institusi finansial, tidaklah harus dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas
keuangan, jika tidak memiliki dampak yang besar bagi perekonomian.

5.

Bahwa konsep utama stabilitas keuangan adalah stabilitas keuangan dipahami dan
terjadi dalam suatu rangkaian kesatuan (continuum). Implikasinya adalah, bahwa
untuk mencapai suatu stabilitas keuangan tidak perlu seluruh bagian dari
perekonomian beroperasi pada performa puncaknya, akan tetapi harus konsisten dari
waktu ke waktu (spare tire).

Setelah memahami beberapa poin penting yang harus dipertimbangkan dan dimengerti dalam
memahami konsep dan definisi dari stabiltas keuangan, maka kini kita masuk dalam
kesimpulan akhir yaitu definisi dari stabilitas keuangan yang benar.
Menurut Schinasi (2004), secara luas, stabilitas keuangan dapat didefiniskan sebagai
kemampuan dari sistem keuangan untuk: (a) memfasilitasi secara efisien alokasi dari sumber
daya ekonomi baik secara spasial dan intertemporal (b) mengatasi, mengalokasi dan menjaga
resiko finansial. (c) memelihara dan menjaga kemampuannya untuk beroperasi secara baik

meskipun terjadi guncangan dari luar (external shock) atau terjadi ketidak seimbangan
(imbalances),melalui mekanisme sistem keuangan itu sendiri (self-corrective mechanisms).

Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

2

Definisi Alternatif Lainnya
Deutsche Bank
: Mengatakan bahwa stabilitas keuangan secara luas menjelaskan
tentang steady state dimana sistem keuangan secara efisien menjalankan fungsi ekonominya.
Norges Bank
: Stabilitas keuangan adalah kondisi dimana sistem keuangan kokoh
terhadap segala macam gangguan dalam ekonomi.
Michael Food (UK Financial Service Authority) :
Stabilitas keuangan dapat terjadi jika ada: a) stabilitas moneter b) tingkat employment
mencapai tingkat naturalnya c) Keyakinan dalam menjalankan institusi keuangan dan pasar
keuangan dalam ekonomi d) tidak ada pergerakan harga baik aset keuangan atau rill yang
dapat mengganggu a atau b.


II. Apa yang Menyebabkan Terjadinya Instabilitas Keuangan?
F Mishkin, Financial Stability and The Macroeconomy
Setelah kita memahami secara jelas definisi dari stabilitas keuangan, sekarang F Mishkin
akan mencoba menjelaskan hal – hal apa saja yang dapat membuat stabilitas keuangan dalam
satu negara terganggu dan berujung pada terjadinya instabilitas keuangan (financial
instability). Studi tentang memahami instabilitas keuangan merupakan hal yang sangat
penting agar nantinya kebijakan yang dirancang dan dibuat benar – benar akan menuju
kepada stabilitas keuangan.
Dalam memahami stabilitas keuangan ada hal – hal yang harus kita mengerti lebih dalam.
Bank sentral sebagai lembaga dan regulator yang bertanggung jawab akan stabilitas keuangan
dalam satu negara, agar tidak hanya semata – mata fokus pada stabilitas harga. Akan tetapi,
banyak aspek makroekonomi lain yang harus diperhatikan dan yang terutama adalah business
cycle. Hal penting dari business cycle adalah kontraksi yang cukup parah pada perekonomian
sangat berhubungan erat dengan terjadinya instabilitas keuangan (Mishkin, 2000). Menurut
Mishkin, kunci utama dalam memahami instabilitas keuangan adalah bagaimana terjadinya
proses asymmetric information pada perekonomian. Dengan memahami framework dari
asymmetric information maka kita dapat memahami seberapa kuat asymmetric information
dapat merusak kondisi perekonomian.
Karena fungsi utama dari pasar keuangan sebagai penghubung dana kepada investor baik
individu atau perusahaan. Maka, jika pasar keuangan tidak beroperasi dengan baik, lalu

ekonomi tidak dapat beroperasi secara efisien pertumbuhan ekonomi akan sangat terhambat.
Salah satu hal yang menjadi penghambat sistem keuangan untuk berjalan dengan baik adalah
asymmetric information.
Asymmetric information ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu moral hazard dan adverse
selection. Adverse selection adalah asymmetric information yg terjadi sebelum terjadinya
transaksi. Contoh nyata adverse selection adalah proses penjualan mobil bekas yang mana
pemilik mobil pasti lebih tahu tentang kondisi mobilnya dibandingkan dengan calon pembeli.
Kasus ini dibahas dan diulas dalam paper berjudul the Lemons Problem oleh (Arkelof,
1970).

Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

3

Moral Hazard terjadi ketika transaksi telah berjalan, biasanya terjadi diakarenakan lender
dikenakan risiko atau hazard karena borrowers memiliki insentif lebih untuk bergerak dalam
suatu aktivitas yg immoral menurut lender, dan membuat peluang pinjaman tersebut
dikembalikan semakin kecil. Moral hazard juga terjadi jika borrowers melakukan investasi
dalam proyek yang beresiko besar atau borrowers memiliki insentif untuk mengalokasikan
pinjaman tersebut untuk kepentingan individu. Untuk itu, guna meminimalisir problem –

problem tersebut harus dilakukan restriksi dan monitoring oleh lender agar aktivitas
borrowers yang merugikan dapat dibatasi.

Karenanya, setelah kita fokus pada problem diatas yang berkaitan dengan informasi. Maka,
bisa ditarik kesimpulan definisi dari instabilitas keuangan (Financial Instability) menurut
Mishkin (2000) adalah bahwa instabilitas keuangan terjadi ketika shock pada sistem
keuangan melalui aliran informasi – informasi yang menyebabkan sistem keuangan tidak
dapat menjalankan fungsi utamanya dengan baik yaitu sebagai penyalur dana kepada
individu atau perusahaan dengan investasi – investasi yang produktif.
Problem yang dapat menyebabkan terjadinya asymmetric information
1. Memburuknya Neraca Bank
Bank merupakan hal yang terpenting dari perekonomian, tidak seperti pasar keuangan yang
sangat mudah terjadi asymmetric information melalui masalah free riders, bank dapat
mengeliminasi itu semua karena pinjaman yang diberikan oleh bank itu bersifat prifat.
Masyarakat juga tidak bisa mengintervensi keputusan bank dalam memberi pinjaman atau
menaikan jumlahnya, tidak seperti di pasar keuangan. Juga dalam memberikan pinjaman,
bank dan intermediasi keuangan lainnya melakukan monitoring sehingga dapat mencegah
terjadinya problem asymmetric information.
Jika melihat peranan bank diatas, maka sangatlah penting peran bank bagi perekonomian dan
bagi pasar keuangan, karena bank dapat mengeliminasi dan menyaring informasi juga dapat

memberikan pinjaman dengan tepat sasar sehingga dapat membantu dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, neraca bank sangat berhubungan dengan pinjaman yang
diberikan bank. Maka, jika terjadi gangguan pada neraca bank yang dilakukan adalah 1)
Bank akan mengurangi pinjamannya atau 2) Bank akan meningkatkan modal guna menjaga
kondisi neracanya. Akan tetapi dalam kondisi neraca bank sedang mengalami gangguan,
menaikan modal adalah hal yang cukup sulit. Maka, yang terjadi adalah bank akan
mengurangi jumlah pinjamannya dan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Terlebih lagi, apa bila gangguan yang dialami cukup parah, gangguan teresebut dapat
menyebabkan terjadinya bank panic dan dapat memicu terjadinya contagion.
2. Memburuknya Neraca Bank dikarenakan Terjadinya Perubahan Harga Aset
Memburuknya kondisi neraca akibat terjadinya perubahan harga aset baik pada perusahaan
keuangan dan non-keuangan, memang menjadi sumber penyebab dari terjadinya instabilitas
keuangan yang utama. Berikut ilustrasinya, hal yang dapat meminimalisir terjadinya
asymmetric information adalah jaminan atau collateral, jika terjadi gagal bayar oleh
borrower maka jaminanlah yang dapat mengcover itu semua. Sehingga, dengan kata lain
jaminan juga menjadi sarana meminimalisir resiko jika kualitas dari jaminan itu baik. Hal ini
juga berlaku bagi net worth perusahaan. Jika terjadi gagal bayar oleh perusahaan, akan tetapi
perusahaan memiliki net worth yang tinggi. Maka, lender tidak perlu khawatir karena semua
dapat dicover dengan net worth perusahaan yang baik.


Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

4

-

Kasus negara maju (developed countries)

Selain itu, memburuknya neraca bank juga disebabkan oleh hal – hal lain yang tidak kalah
penting. di negara maju atau developed countries ketika inflasi terjadi dengan kondisi yang
sangat kecil dan stabil, penurunan inflasi dari kondisi yang telah diperkirakan dapat
mempengaruhi penurunan dari net worth perusahaan. Karena dalam struktur hutang negara
maju, biasanya hutang berdurasi jangka panjang dan memiliki bunga yang fix. Sehingga, jika
terjadi penurunan inflasi yang terjadi dan tidak sesuai dengan yang telah diekspektasikan
maka, liabilitas perusahaan meningkat tetapi tidak ada peningkatan signifikan dari aset. Hal
ini menyebabkan net worth perusahaan menurun. Contoh langsung kejadian tersebut sesuai
dengan kondisi di Amerika pada tahun 80an dan Jepang pada saat ini. Menurunnya net worth
berujung pada meningkatnya moral hazard dan adverse selection.
-


Kasus negara berkembang (emerging countries)

Untuk emerging market, kasus seperti diatas tidaklah mempengaruhi karena kontrak hutang
di negara emerging market biasanya berjangka waktu pendek dan diadjust setiap bulan.
Faktor yang memberi pengaruh cukup kuat pada negara emerging market adalah depresiasi
atau devaluasi nilai tukar domestik. Karena struktur hutang pada negara – negara ini biasanya
dengan mata uang asing atau dollar, depresiasi pada mata uang domestik dapat menyebabkan
pembengkakan jumlah hutang. Hal ini terjadi pada krisis Asia 1997, Mexico 1994.
3. Meningkatnya Suku Bunga
Asymmetric information yang berujung pada adverse selection dapat menyebabkan credit
rationing / pembatasan kredit dimana borrower ditolak pengajuan pinjamannya padahal
borrower sanggup dalam membayar bunga yang tinggi. Hal ini terjadi karena, borrower baik
individu atau perusahaan dengan proyek investasi yang paling beresikolah yang bersedia
membayar bunga yang mahal tersebut. Maka, semakin meningkatnya suku bunga semakin
tinggi pula adverse selection yang terjadi dengan kata lain, semakin tinggi suku bunga maka
probabilita kredit yang diberikan kepada proyek beresiko semakin tinggi. Sehingga, yang
terjadi adalah bank sangat berhati – hati dalam memberikan kredit karena hal tersebut cukup
beresiko dan berujung pada pemotongan kredit yang menyebabkan supply kredit turun.

4. Ketidakpastian (uncertainty)
Ketidakpastian yang terjadi pada pasar keuangan membuat bank sulit untuk menditeksi
investor mana yang layak untuk diberikan kredit karena banyaknya bad credit yang beredar.
Karenanya, hal tersebut menyebabkan berkurangnya kemampuan lender dalam menyeleksi
adverse selction dan moral hazard yang menyebabkan bank enggan memberikan kredit. Hal
ini menyebabkan penurunan jumlah pinjaman, investasi dan total aktifitas agregat dalam
perekonomian

III. Indikator dari Stabilitas Keuangan
Adam Geršl and Jaroslav Heřmánek, CNB, Financial Stability Indicator: Advantages
and Disadvantages of Their
Setelah kita memahami definisi secara jelas akan stabilitas keuangan, kemudian hal – hal apa
saja yang dapat menjadi penghalang dari stabilitas keuangan terjadi, dapat disimpulkan
terutama berpusat pada asymmetric information. Sekarang, penulis akan mencoba
menjelaskan indikator – indikator stabilitas keuangan dari beberapa penelitian terdahulu.
Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

5

Seperti menurut pendapat Schinasi (2004), menurut Geršl dan Heřmánek (2006) bahwa
belum ada definisi yang jelas dan indikator agregat yang dapat digunakan oleh bank sentral
dalam menjelaskan juga mengukur tingkat stabilitas keuangan. Tidak seperti stabilitas harga.
Akan tetapi, dengan adanya beberapa penelitian terdahulu yang sudah dapat menjelaskan
definisi dari stabilitas keuangan seperti menurut penelitian Schinasi, maka indikator yang
menjelaskan bisa dilakukan uji coba dan riset.
1. Financial Soundness Indicator (FSI)
Dalam menjelaskan stabilitas keuangan di negara Ceko, Geršl dan Heřmánek menggunakan
indikator yang berkaitan dengan kesehatan perbankan karena stabilitas keuangan erat
hubungannya dengan perbankan. Maka digunakan FSI (Financial Soundness Indicator ) yang
diprakarsai oleh IMF agar tingkat kesehatan perbankan tersebut mempunyai standarisasi dan
dapat dibandingkan antar negara. Indeks FSI ini dibagi menjadi 2 grup yang terdiri dari 39
indikator, grup pertama terdiri dari indikator utama (core) yang berhubungan pada sektor
perbankan (12 indikator). Sisa 27 indikator lainnya termasuk ke dalam grup ke 2 yang terdiri
dari beberapa indikator perbankan, institusi keuangan, non-keuangan, rumah tangga, pasar
finansial,dan harga aset (appendix 1). Indikator - indikator keuangan dan non-keuangan
dalam FSI juga merefleksikan hubungan antara industri keuangan dan riil.
Core utama dalam indeks FSI meliputi, capital adequacy, asset quality, management
soundness, earnings, liquidity, sensitivity to market (CAMEL). Capital adequacy
merefleksikan kemampuan sektor perbankan untuk mengatasi loss saat terjadi shock secara
tiba – tiba, asset quality menunjukan potensi resiko yang dihadapi, profitability menunjukan
kemampuan perbankan menyerap loss tanpa adanya shock, liquidity menunjukan kemampuan
bank dalam menghadapi shock pada cashflow. Sedangkan Foreign exposure menunjukan
resiko yang dihadapi bank dalam hubungan dengan pasar keuangan dan harga aset.

Selain FSI yang dikeluarkan oleh IMF ternyata ada indikator lain yang dikeluarkan oleh
ECB(European Central Bank) yang bernama MPI (Macroprudential Indicator) yang hampir
sama dengan FSI. Akan tetapi, setelah dilakukan penelitian ada overlap dalam kedua indeks
ini. Lebih lanjut, dalam menguji stabilitas keuangan yang memiliki indikator cukup luas
maka, lebih baik menggunakan banyak aspek. Sehingga, data FSI dan ECB digabungkan.

Tabel 1. Nilai Indikator core FSI Negara – negara eropa
Capital adequacy
Asset quality

Earnings and profitability

Liquidity
Exposure to FX risk

CZ

HU

PL

SK

SI

11.6 (11.9)

11.9

14.6

12.3

10.5

Regulatory Tier I capital to risk-weighted assets

11.1 (9.4)

11.8

14.4

13.1

8.9

Nonperforming loans net of provisions to capital

12.5

5.6

11.8

6.4

5.4

Nonperforming loans to total gross loans

2.8

2.2

4.8

5.0

3.0

Sectoral distribution of loans to total loans











Return on assets

1.7 (1.4)

2.1

1.6

1.1

1.0

Return on equity

Regulatory capital to risk-weighted assets

32.1 (25.2)

27.0

20.6

13.7

13.5

Interest margin to gross income

51.8

61.6

57.7

65.4

52.9

Noninterest expenses to gross income

50.1

58.7

72.3

69.1

62.4

Liquid assets to total assets

32.1

19.7

19.9

33.5

4.8

Liquid assets to short-term liabilities

87.7

33.7

27.5

40.3

8.8

Net open position in foreign exchange to capital

-0.1

-22.8

2.5

-49.1

21.8

Sumber : Adam Geršl and Jaroslav Heřmánek, CNB, Financial Stability Indicator: Advantages and Disadvantages of Their

Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

6

2. Indeks Agregat
Setiap sentral bank pasti menginginkan satu indikator yang dapat digunakan dalam
menunjukan tingkat stabilitas sistem keuangannya. Tidak seperti indeks FSI yang disusun
bersama – sama dengan beberapa negara, Indikator ini biasanya digunakan sebagai
preliminary tasting tingkat stabilitas sistem keuangan dalam satu negara. Lalu, tidak seperti
FSI yang menjadi standarisasi setiap negara biasanya, indikator ini berisi data – data agregat
yang berhubungan dengan sektor perbankan.
Dalam menyiapkan alternatif indikator agregat stabilitas keuangan, biasanya digunakan data
harian pasar keuangan karena data tersebut dapat menunjukan hal – hal yang memberatkan
sektor keuangan melalui persepsi pasar. Financial fragility indicator (Nelson dan Perli,
2005). Lain lagi menurut van den end (2006) untuk mengukur stabilitas keuangan
digunakan perluasan dari monetary condition index. Namun, untuk negara Ceko di dalam
paper ini penulis memilih untuk membuat simple agregat indeks saja karena jumlah bank yg
listed di bursa terbatas sehingga data keuangan sulit diakomodir. Jadi, hanya dilakukan
pembobotan dari indeks core FSI oleh para ahli yang sesuai dengan kondisi negara ceko.
Indikator ini bernama partial indicator banking stability index.

Tabel. 2 Indikator Indeks Agregat di Ceko (partial indicator banking stability index)
Partial indicator

Weight

Adjustments

Variables

Impact

in index
Capital adequacy

0.05

Normalisation

Capital adequacy (%)

Asset quality

0.25

Normalisation

Nonperforming loans/total loans (%)

Mean of normalised

Return on assets (%)

values

Return on equity (%)

Mean of normalised

Quick assets/assets (%)

values

Quick assets/client deposits (%)

Normalisation

Cumulative net balance sheet position to 3 months/assets (%)

Mean of normalised

Absolute value of open total position in foreign exchange/Tier 1 capital (%)

values

Absolute value of open balance sheet position in foreign exchange/Tier 1 capital (%)

Profitability

Liquidity

Interest rate risk
Foreign exchange risk

0.25

0.25
0.1
0.1

+
+
+
+
-

Sumber : Adam Geršl and Jaroslav Heřmánek, CNB, Financial Stability Indicator: Advantages and Disadvantages of Their

Kesimpulan dalam pembahasan indikator di atas adalah dalam membahas stabilitas keuangan
maka sangat erat hubungannya dengan sektor perbankan. Juga dengan adanya indeks FSI dan
ECB, sangat membantu dalam menilai standar kesehatan perbankan dan berguna dalam
menyiapkan indikator stabilitas keuangan antar negara. Adanya indeks tersebut juga sangat
membantu dalam membandingkan stabilitas dan kestabilan perbankan antar negara.

Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

7

Morris Verlis C.Measuring and Forecasting Financial Stability:
The Composition of an Aggregate Financial Stability Index for Jamaica
Setiap negara juga menyiapkan indikator agregat untuk meneliti stabilitas keuangan seperti
pada penelitian diatas. Menurut pembahasan diatas setiap bank sentral setiap negara pasti
menginginkan indikator stabilitas yang jelas. Berikut, indikator yang digunakan dalam
mengukur tingkat stabilitas di Jamaika yaitu Agregat Financial Stability Index (AFSI).
Tabel 3. Indikator AFSI
Indicators

Impact

Market Capitalization/GDP

+

Total Credit/GDP

+

Interest Spread

-

Herfindahl – Hirschmann Index (HHI)

+

Subgroup

Financial Development Index

Inflation Rate

-

General Budget Deficit/Surplus (%GDP)

+

Current Account Deficit/Surplus (%GDP)

+

REER (change)

-

Non Governmental Credit/Total Credit

+

Financial Vulnerability Index
Loans (%deposits)

-

Deposits/M2 (“moving ratio”)

+

(Reserves/Deposits) / (Note & Coins/M2)

+

Non Performing Loans/Total Loans

-

Capital/Assets

+

Z-Score

+

Liquidity Ratio

+

World Economic Growth

+

World Inflation Rate

-

Economic Climate Index

+

Financial Soundness Index

World Economic Climate Index

Sumber : Morris Verlis C.Measuring and Forecasting Financial Stability:
The Composition of an Aggregate Financial Stability Index for Jamaica

AFSI juga terdiri dari beberapa indeks yang telah eksis sebelumnya. Artinya, AFSI juga
menggunakan prinsip yang sama dengan indeks agregat yang digunakan di Ceko. Namun,
indikator yang digunakan sangat beragam selain kesehatan perbankan melalui FSI. Ada,
vulnerability index, financial development dan world economic climate index. Untuk
menentukan bobot dari indikator, AFSI menggunakan pendekatan overall weighting oleh
(van der end 2006). Hal tersebut juga membuktikan bahwa untuk mengukur suatu stabilitas
keuangan pada suatu negara memang digunakan indikator yang berbeda – beda tergantung
pendekatan sentral bank. Oleh karena itu, dibutuhkan standarisasi seperti pada indeks FSI.
Indikator Menurut Paper Lain
Untuk memperkuat pembanding, penulis mencoba memperlihatkan indikator dari beberapa
paper lain. Brave dan Butters (2011), mengukur stabilitas keuangan dengan financial
Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

8

condtion index. Gadanecz dan Jayaram (2009), mencoba mengukur stabilitas keuangan
menggunakan kombinasi dari indeks, yaitu banking index, financial condition index dan
monetary condition index. Selain indeks, digunakan indikator dari sektor lainnya yaitu sektor
rill, sektor eksternal , finansial sektor, dan finansial market. Hal ini semakin memperkuat
bahwa memang setiap negara memiliki caranya tersendiri dalam menguji stabilitas keuangan
internal. Aka tetapi, setiap negara tersebut umumnya mengkombinasikan dan menggunakan
indeks – indeks yang dibuat sebagai standarisasi pengukuran internasional seperti, FSI,
Financial condition index, dll.

IV Implikasi dan Kebijakan
Kita telah mengetahui bagaimana cara suatu negara mengukur tingkat stabilitas keuangannya,
bagaimana kerumitan membuat indikator, dan perbedaan setiap negara dalam menentukan
indikator agregat. Sekarang, apakah kebijakan yang dapat dilakuakan dalam menjaga
stabilitas keuangan dan terhindar dari instabilitas. Sebelum itu, menurut Schinasi (2004)
dalam membuat kebijakan ada sebuah implikasi penting dari stabilitas keuangan yang harus
kita pahami bersama yaitu :
1.

Penjelasan akan stabilitas keuangan (financial stability) tidak bisa hanya
dijelaskan dari satu indikator saja. Hal ini, sesuai dengan kasus diatas
bagaimana satu indikator / indeks yang dibuat terdiri dari indikator – indikator
lainnya.

2.

Stabilitas keuangan akan sulit untuk diperkirakan / forecast. Karena terdiri
dari banyak aspek dan juga instabilitas atau krisis yang menggangu pun sulit
diprediksi. Maka, untuk memperkirakan stabilitas keuangan dibutuhkan
indikator yang luas dan pemahaman yang mendalam.

3.

Stabilitas keuangan tidak dapat dikontrol secara penuh. Karena kebijakan yang
digunakan untuk menjaga stabilitas keuangan bisanya memiliki fungsi lain
misal, stabilitas harga (kebijakan moneter). Karena itu, kebijakan yang
digunakan ini menjadi tidak langsung tertuju (indirect) dan ada unsur time-lag.

4.

Kebijakan yang dibutuhkan dalam menjaga stabilitas keuangan biasanya
membuat suatu trade off dengan ketahanan dan efisiensi. Artinya, pemerintah
biasanya harus mengorbankan hal – hal lain demi mencapai stabilitas
keuangan.

5.

Kebijakan yang dibutuhkan dalam menjaga stabilitas keuangan biasanya time
inconsistent.Artinya, kebijakan yang dilakukan untuk menjaga stabilitas ini
belum tentu memiliki hasil yang sama dalam event yang berbeda.

Dalam memahami stabilitas dan implikasinya penulis mencoba menyimpulkan, bahwa
stabilitas keuangan merupakan hal yang kompleks, bersifat intertemporal dan merupakan
rangkaian kesatuan (continuum). Lalu, stabilitas keuangan mencakup banyak aspek di dalam
perekonomian tetapi yang terutama adalah sektor perbankan dan keuangan. Gangguan pada
sektor perbankan dan keuangan lainnya dapat memicu instabilitas terlebih lagi krisis (contoh,
asymmetry information). Untuk itu, dalam menciptakan indeks yang dapat menjelaskan
tingkat stabilitas membutuhkan banyak aspek, tidak bisa hanya dengan satu indikator saja.
Terlebih lagi, setiap negara memiliki indikator sendiri dalam menjelaskan stabilitas maka
juga dibutuhkan standarisasi indeks agar stabilitas dapat dibandingkan antar negara.

Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

9

Kebijakan dalam menjaga stabilitas
Berikut ini adalah beberapa poin kebijakan yang dapat digunakan dalam menjaga sistem
keuangan dari instabilitas (Mishkin, 2000). Karena sumber dari instabilitas dan stabilitas
keuangan itu berpusat pada sektor perbankan maka kebijakan yang di jalankan mentitik
beratkan pada sektor tersebut dan bagaimana kita menjaga sistem perbankan kita. Berikut
adalah poin kebijakan :
1. Regulasi dan supervisi dari sistem keuangan meliputi :
a. Penguatan sumber daya dan hukum bagi otoritas / regulator keuangan (OJK)
b. Dibutuhkan tindakan perbaikan yang cepat dalam menangani masalah
perbankan oleh regulator
c. Fokus pada Risk Management
d. Membuka peluang bagi bank asing - jika kondisi perbankan domestic tidak
cukup dalam sarana difersifikasi resiko.
e. Independensi dari regulator dalam menentukan kebijakan
f. Pemahaman too big to fail sudah tidak relevan
g. Keterbukaan dan standarisasi pada sistem pencatatan akuntansi bank
h. Pembatasan pinjaman pada pihak yang masih berelasi
i. Penguatan sistem hukum dan peradilan
2. Liberalisasi Sistem Keuangan
Dari berbagai literatur, ditemui bahwa liberalisasi menjadi penyebab utama terjadinya
krisis keuangan. Akan tetapi, liberalisasilah juga yang menyebabkan kondisi ekonomi
suatu negara semakin baik dan berkembang. Untuk itu, dibutuhkan sistem dan
regulasi yang kuat. Biasanya, suatu negara terlalu terburu – buru dalam melakukan
liberalisasi sistem keuangan dan perekonomian sehingga apa yang terjadi tidak
berjalan seperti yang diinginkan. Karena itu, seluruh regulasi dan ketentuan yang baik
seperti di atas harus ditegakan dengan benar, agar liberalisasi yang ada membawa
dampak yang baik bagi suatu negara.

Penutup
Cakupan dari stabilitas keuangan memang cukup luas. Karenanya, dalam membahas stabilitas
keuangan dibutuhkan dasar ilmu yang cukup. Maka, penulis mencoba menjelaskan dari dasar
sampai contoh kebijakan yang dilakuakan, agar para pembaca mengerti benar dan paham
mengenai stabilitas dan cara mencapainya. Karena menurut penulis hal ini sangat penting
bagi perekonomian Indonesia kedepannya.
Berdasarkan pembahasan, sektor perbankan ternyata memang menjadi sumber dari stabilitas
dan instabilitas keuangan. Oleh karena itu, penulis berharap agar sektor ini menjadi concern
dari pemerintah guna mencapai kondisi ekonomi yang diinginkan. Regulasi harus ditegakan
dan kalau perlu dilakukan deregulasi agar sektor ini terkawal dan menghalangi terjadinya
asymmetric information. Lalu, penulis berharap agar penelitian lebih dalam dilakukan
terutama untuk mencari indikator dan indeks stabilitas keuangan yang tepat bagi negara ini
agar stabilitas yang kita ingin tuju dapat tercapai dan dapat dijaga.

Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

10

Daftar Pustaka
Brave, C. dan Butters, R, A. (2011). Monitoring financial stability: A financial conditions
index approach. 1Q/2011, Economic Perspectives. Chicago : Federal Reserve Bank of
Chicago.
Gadanecz, B. dan Jayaram, K. (2008). Proceedings of the IFC Conference on Measures of
financial stability – a review.IFC Bulletin No. 31.
Mishkin, F. (2000). Financial Stability and The Macroeconomy. Central Bank of Iceland
working paper no 9. Iceland : Economic Department of the Central Bank of Iceland.
Morris,V.C. (2010). Measuring and Forecasting Financial Stability: The Composition of an
Aggregate Financial Stability Index for Jamaica. Bank of Jamaica Working Paper .
Kingston: Bank of Jamaika.
Nelson, W. R. , Perli, R. (2005). Selected Indicators of Financial Stability. 4th Joint
Central Bank Research Conference on "Risk Measurement and Systemic Risk", ECB
Frankfurt am Main, November 2005
Schinasi,G. J. (2004). Defining Financial Stability. IMF working paper 4 / 187. Washington :
International Monetary Fund.
Van den End, J. W. (2006). Indicator and Boundaries of Financial Stability. DNB Working
Paper No. 97/March 2006.

Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

11

Appendix
Financial Soundness Indicator (FSI)
Category

Indicator

Core set
Deposit Takers (DTs)

Capital adequacy

Regulatory capital to risk-weighted assets
Regulatory Tier I capital to risk-weighted assets
Nonperforming loans net of provisions to capital

Asset quality

Nonperforming loans to total gross loans
Sectoral distribution of loans to total loans

Earnings and profitability

Return on assets
Return on equity
Interest margin to gross income
Noninterest expenses to gross income

Liquidity

Liquid assets to total assets
Liquid assets to short-term liabilities

Exposure to FX risk

Net open position in foreign exchange to capital

Encouraged set
Deposit Takers (DTs)

Capital to assets
Large exposures
(i) total number of large exposures
(ii) total exposure of 5 largest DTs to 5 largest resident entities to capital
(iii) total exposures of DTs to affil. entities & connected parties to capital
Geographical distribution of loans to total loans
Gross asset position in financial derivatives to capital
Gross liability position in financial derivatives to capital
Trading income to total income
Personnel expenses to noninterest expenses
Spread between reference lending and deposit rates (in basis points)
Spread between highest and lowest interbank rate (in basis points)
Customer deposits to total (non-interbank) loans
Foreign currency-denominated loans to total loans
Foreign currency-denominated liabilities to total liabilities
Net open position in equities to capital

Other Financial Corporations (OFCs)

OFCs assets to total financial system assets
OFCs assets to Gross Domestic Product (GDP)

Nonfinancial Corporations (NFCs)

Total debt to equity
Return on equity
Earnings to interest and principal expenses
Net foreign exchange exposure to equity
Number of applications for protection from creditors

Households (HHs)

Household debt to GDP
Household debt service and principal payments to income

Market Liquidity

Average bid-ask spread in the securities market (percentage of mid-point price)
Average daily turnover ratio in the securities market

Real Estate Markets

1)

1)

Residential and commercial real estate prices (annual percentage increase)
Residential real estate loans to total loans
Commercial real estate loans to total loans

Andrew toedjono /Stabilitas keuangan: Definisi, Indikator dan Kebijakan

12

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi (Studi Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012) Analysis of Banking Financial Performance Before and After Merger and Acquisition (Studies in Banki

7 55 8

Analisis Komparasi Kinerja Keuangan dan Sosial Bank Umum Syariah Devisa dan Bank Umum Syariah Non Devisa di Indonesia; Shela Ayu Istighfarah; 080810201124

1 33 19

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

Penerapan Manajemen Keuangan Pendidikan di MAN Insan Cendekia Serpong

15 117 208

Pengaruh Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Study Kasus Pada Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Di Pemerintah Kota Bandung)

3 29 3

Perancangan Sistem Informasi Akuntansi Laporan Keuangan Arus Kas Pada PT. Tiki Jalur Nugraha Ekakurir Cabang Bandung Dengan Menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0 Dan SQL Server 2000 Berbasis Client Server

32 174 203

Pengaruh Modal Kerja Dan Leverage Keuangan Tehadap Profitabilitas (Penelitian Pada Perusahaan Tekstil Dan Garmen Yang Terdaftar Di BEI)

10 68 1

Analisis Rasio Keuangan Dengan Menggunakan Leverage Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) TBK

2 11 1

Sistem Informasi Rekapitulasi Absensi dan Penggajian pada Lembaga Keuangan Rakyat BMT Kariman Al Falah

13 105 54

SOP Akuntansi Keuangan

7 62 5