islam dan dunia kontemporer docx

MAKALAH
ISLAM DAN DUNIA KONTEMPORER
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Pengantar Studi Islam
Dosen : Syaifuddin, M.Ag

Disusun oleh :
1. Gina Fuadah Khumairo
Nim. (14111620073)
2. Ratih Maryani
Nim. (141116)
3. Silviyani Saftori
Nim. (141116)

(Tarbiyah/IPA-Biologi-A/1)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2011

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Islam dan sejarah terus bergulir mengikuti arus yang sedang berkembang
disekitarnya, islam adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan yang
panjang itu sendiri. Lebih jauh perkembangan itu menghasilkan sesuatu
perubahan yang diakibatkan oleh daerah dimana islam berada. Pengenalan secara
pelan namun pasti hingga islam dapat diterima oleh semua golongan masyarakat
yang ada diseluruh penjuru dunia ini.
Keanekaragaman tempat dan budaya suatu daerah sangat kental memberi
warna bagi islam itu sendiri, sehingga sampai saat ini akan kita temukan berbagai
bentuk perkembangan dari islam dalam artian pola pengikutnya dalam suatu
daerah yang sangat kental terpengaruh oleh tradisi yang ada di daerah tersebut.
Dalam melaksanakan ajaran islam banyak para pengikutnya sendiri
diselimuti oleh tradisi atau adaptasi adat yang diyakininya, dan perilaku yang
melekat pada diri umat islam sebagai kebiasaan dari pemeluk islam itu sendiri.
Kita dapat mencermati beberapa contoh berikut tentang pemahaman
keislaman yang dimiliki oleh umat islam. Misalnya , kita melihat sejumlah orang
yang pengetahuan tentang keislamannya cukup luas dan mendalam, namun tidak
terkoordinsi dengan baik secara sistematik. Hal itu disebabkan biasanya mereka

belajar ilmu keislaman secara otodidak, atau kepada berbagai guru yang antara
satu dengan yang lainnya tidak pernah saling bertemu dan tidak pula berada dalam
satu acuan yang sama semacam kurikulum.
Contoh lain, kita melihat ada orang yang penguasaan salah satu ilmu
keislaman yang cukup mendalam, tetapi kurang memahami disiplin ilmu
keislaman lainnya. Bahkan, pengetahauan yang bukan keahliannya dianggap
sebagai ilmu yang kelasnya di bawah ilmu yang dipelajarinya. Ilmu fikih pernah
menjadi primadona dan mendapat perhatian yang cukup besar. Akibatnya segala
Islam dan Dunia Kontemporer

2

sesuatu masalah yang ditanyakan selalu dilihat dari paradigma fikih. Pada tahap
berikutnya, pernah teologi dianggap sebagai primadona dan mendapat perhatian
yang cukup besar di klangan masyarakat sehingga setiap masalah yang dihadapi
selalu dilihat berdasarkan paradigma teologi. Setelah itu, muncul pula paham yang
bercorak tasawuf yang terkesan kurang menyeimbangkan antara kehidupan dumia
dengan kehidupan akhirat. Umat selalu mementingkan akhirat, sedangkan urusan
dunia menjadi terbengkalai. Akibatnya, keadaan umat menjadi mundur dalam
kehidupan keduniaan.

Dapat diperoleh kesan bahwa hingga saat ini pemahaman tentang
keislaman dimasyarakat masih bercorak parsial, belum utuh dan komprehensif.
Sekalipun, sudah ada sebagian tokoh reformis yang telah mencoba mengadakan
pemahaman keislaman secara utuh dan komprehensif. Seperti, yang telah
dilakukan oleh Muhammad Abduh ( dari mesir), Muhammad Iqbal dan Fazlur
Rahman yang keduanya berasal dari Pakistan, serta Harun Nasution dan Nurcholis
Madjid (keduanya reformis yang berasal dari Indonesia).
Dalam hubungan ini, Mukti Ali pernah mengatakan bahwa metodologi
adalah masalah yang sangat penting dalam sejarah pertumbuhan ilmu. Oleh
karena itu, metode memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan dan
kemunduran untuk memahami islam. Lebih lanjut, Mukti Ali mengatakan bahwa
yang menentukan dan membawa stagnasi (tidak mengalami kemajuan),
kebodohan, atau kemajuan, bukan ada atau tidak adanya orang yang jenius,
melainkan karena metode dan cara melihat sesuatu.
B. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui tentang Islam dan Tradisi di Indonesia sekarang.
2. Dapat Mengetahui pengertian Paham Fundamentalis
3. Dapat mengetahui tentang Tendensi Kaum Modernis
4. Dapat Mengatahui KAitan juga perbedaan antara Islam, Jihad, dan
Terorisme.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kaitannya Islam dan Budaya Indonesia?
2. Apa yang dimaksud Paham Fundamentalis dalam Islam?
3. Apa itu Tendensi Kaum Modernis?
4. Bagaimana Jihad dalam Islam?
5. Apakah sama, Teroris dengan Jihad?

Islam dan Dunia Kontemporer

3

BAB II
PEMBAHASAN

Islam dan Dunia Kontemporer

4

1. Islam dan tradisi di indonesia sekarang
Meskipun islam datang dan berkembang di indonesia lebih dari 5 (lima)

abad,pemahaman dan penghaytan keagamaan kita masih cenderung sinkretik,
tarik menarik antara nilai nilai luhur islam dan budaya lokal.
Meskipun banyak mendapat kritik dan banyak pihak, Clofford Ceertz di
pandang telah berhasil mengkategorisasi Islam di indonesia dalam bukunya yg
sering dirujuk para penulis sesudahnya, yaitu The Religion of java.
Kategorisasinya yang banyak dikritik banyak peneliti sesudahnya adalah
priyayi,santri, dan abangan. Kategrisasi tersebut dipandang “keliru” karena
patokan (ugeran) yang d gunakan dinilai tidak konsisten. Priyayi tidaklah sama
dengan

kategori

santri

dan abangan. Priyayi

adalah kelas sosial

yang


lawannya adalah wong cilik atau proletar. Oleh karena itu, baik dalam golongan
santri maupun golongan abangan priyayi (elite) maupun wong cilik. Kritik
tersebut,antara lain dikemukakan oleh Zaini Muchtarom dalam karyanya, santri
dan abangan di jawa(1998). Paling tidak, di Indonesia terdapat dua penelitian
yang dilakukan secara mendalam yang menjelaskan hubungan tradisi lokal dengan
Islam. Pertama, penelitian yang dilakukan Califford geertz di Mojokuto yang hasil
penelitiannya pertama kali diterbitkan di Amerika pada tahun 1960. Kedua,
penelitian yang dilakukan oleh Howard M. Federspiel tentang Persatuan Islam
(PERSIS) yag diterbitkan di New York pada (1970). Buku yang kedua ini telah
alihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Yudian W. Asmin dan Afandi
Mochtar dengan judul persatuan islam: Pembaharuan Islam di Indonesia Abad
XX (1996).
Dalam dua karya tersebut dielaborasi tradisi yang berkembang ketika itu Clifford
Geertz (1964: 16-25), misalnya menggambarkan kepercayaan pada masyarakat
pada metafisik, seperti kepercayaan masyarakat pada memedi, lelembut, dan
demit (dedemit Sunda). Di samping itu, ia juga menjelaskn tentang upacara atau
slametan yang berhubungan dengan kelahiran , yaitu : tingkeban ( upacara yang
dilakukan ketika istri telah hamil tujuh bulan), dalam tradisi orang Sunda,
Islam dan Dunia Kontemporer


5

kebiasaan ini disebut nujuh bulan; babarab atau brokokan ( upacara kelahiran itu
sendiri);
pasaran ( slametan yang dilakukan lima hari setelah melhirkan); dan pitonan
(slametan yang dilakukan tujuh bulan setelah lahir).
Disamping itu masih ada upacara lain yang boleh dilakukan atau tidak, yaitu
telonan ( tiga bulan kehamilan pertama); selapanan ( uapacara satu bulan setelah
melahirkan); dan tauman ( upacara setelah satu tahun melahirkan). ( Clifford
Geertz, 1964 : 38 ).Sekarang ini, bak di desa maupun di pedesaan kita masih
menyaksikan upacara-upacara seperti yang disebutkan oleh dua peneliti yang
dilakukan pada awal abad XX, meskipun tidak semuanya sama.Amaliah
keagamaan kita di masyarakat dapat dilihat dari upacara nujuh bulan dengan
menyediakan makanan kecil yang yang kemudian di bagikan kepada masyarakat
sekitar.
Namun menurut pendapat kami, jika sesuatu yang tidak di dasari dengan sunnah
Rosul maka sebaiknya jangan dilaksanakan. Dikhawatirkan orang-orang yang
kurang faham (awwam) ,mengira bahwa tradisi seperti itu dinilai sebagai
ibadah,padaha tidak ada contoh dari Rosululloh SAW dan hanya persangkaan
belaka.

Dalam Al-qur’an

“ Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali

persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk
mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan” (QS. Yunus; 36).
2. Paham Fundamentalisme dalam Islam
Belakangan ini istilah fundamentalisme cukup hangat dibicarakan di media
massa, tidak hanya di tingkat nasional tapi internsional juga. Hal ini terjadi seiring
merebaknya aksi terorisme yang berlindung di bawah paham fundamentalis
agama

terutama

islam.

Sehingga

istilah


fundamentalis

identik

dengan

“fundamentalisme islam” atau “islam fundamentalis” yang memiliki kesan negatif
dan ekstrimisme.

Islam dan Dunia Kontemporer

6

Padahal kalau dilihat lebih dalam lagi fundamentalis yang berakar pada agama
ini tidak hanya islam saja tapi juga agama lain (Kristen, Katolik, Hindu, Budha,
Yahudi dan Konghucu). Bahkan istilah fundamentalisme itu muncul pertama
kalinya di dunia Barat oleh gerakan Kristen Protestan Amerika. Mereka
memerangi masyarakat sekuler yang baik maupun yang buruk, mengisolasi dari
kehidupan bermasyarakat dan memusuhi akal pikiran hasil penemuan ilmiah.

Sementara itu dalam bahasa Arab istilah fundamentalisme tidak dikenal, akan
tetapi para peneliti barat menyebutkan istilah ‘ushuliyah’ yang memiliki arti sama
dengan fundamentalisme. Ushuliyah dalam bahasa arab ini memiliki arti prinsipprinsip dasar atau akar yang memiliki makna posistifm, yaitu kelompok ulama
yang paling menonjol dalam memberikan sumbangsih dalam kajian-kajian akal
atau mereka yang adalah ahli penyimpulan hukum, pengambilan dalil, ijtihad dan
pembaruan. Perbedaan persepsi dan substansi penggunaan istilah yang sama ini,
mengakibatkan timbulnya kesalahan dalam proses komunikasi.
Terlepas dari semua itu, istilah fundamenetalisme yang dipersepsikan
masyarakat dunia saat ini merupakan pemaknaan yang diproduksi oleh bangsa
Barat. Fundamentalisme yang menunjuk pada sikap-sikap yang ekstrem, hitam
putih, tidak toleran, tidak kompromi, dan segalanya yang asosiatif.
Agama dijadikan mereka sebagai alat untuk melakukan intimidasi, penindasan
kepada sekelompok orang yang bertentangan dengan paham mereka. Padahal
agama manapun tidak mengajarkan demikian. Nilai-nilai kemanusiaan agama
mereka tinggalkan.
Agama yang dibangun dari integrasi akal pikiran rasional dengan non-rasional
sehingga menciptakan pikiran yang masuk akal (rasional), telah beralih peran
yang mengarah kepada penciptaan rasionalitas untuk berindak anarkhis. Agama
yang berfungsi memenuhi kebutuhan rohani manusia menjadi tenteram, damai,
dan aman telah beralih pada kebencian, kegelisahan dan ketakutan. Dan Agama

yang memiliki prinsip nilai-nilai kemanusiaan untuk meningkatkan kulaitas
kemanusiaan manusia telah berganti dengan nilai-nilai kekerasan dan fanatisme
sempit.
Islam dan Dunia Kontemporer

7

Paham fundamentalisme agama yang demikian inilah, yang harus dibenarkan
dan diluruskan. Sebenarnya paham fundamentalisme agama ini tidaklah harus
dihapus keberadaannya. Paham fundamentalisme itu diperlukan dalam kehidupan
beragama, untuk menunjukkan eksistensi keyakinan manusia. Sehingga agama
dapat menyebar sampai saat ini tidak lain adalah peran para fundamentalis agama
untuk mengajarkan arti eksistensi manusia hidup di dunia sesuai tatanan fitrahnya
dan menanamkan norma-norma moralitas kemanusiaan manusia. Akan tetapi
melencengnya para fundamentalis agama dari koridor-koridor aturan agama ini,
telah mengakibatkan berkembangnya paham fundamentalisme baru yang
berpandangan sempit.
Paham inilah yang berbahaya dan hraus dibenarkan dan diluruskan untuk
kembali kepada koridor-koridor fitrah agama yang benar. Paham seperti ini sangat
berbahaya tidak hanya akan menimbulkan kerusakan dan arkhis saja, akan tetapi
yang lebih berbahaya akan merusak fungsi dan peran agama itu sendiri. Nilai
moralitas yang timbul dari agama akan semakin ditinggalkan para pengikutnya.
Untuk melawan fundamentalisme agama yang berpikiran sempit ini, perlu
diperlukan proses tashfiyah (pelurusan) dan tarbiyah (pendidikan) sesuai dengan
ajaran agama masing-masing. Proses pelurusan ini dilakukan dengan meluruskan
persepsi manusia akan agama untuk kembali kepada koridor yang benar.
Kesalahan perspesi ini telah menimbulkan paham-paham fundamentalisme yang
akan merusak nilai universalitas agama itu sendiri. Pelurusan ini sebagai langkah
untuk mengembalikan posisi paham fundamentalisme agama ke jalan yang benar.
Posisi fundamentalisme agama yang mampu mengantarkan kebersamaan dan
berdampingan hidup dalam sebuah perbedaan. Dan posisi yang tetap memberi
kebebasan untuk menyebarluaskan ajaran agama dengan tetap memperhatikan
ukhuwah atau persaudaraan, kerukunan dengan penganut agama lainnya.
Setelah itu proses pendidikan juga diperlukan sebagai bentuk pembinaan
ditanamkannya nilai-nilai agama dengan benar untuk tidak kembali kepada paham
fundamentalisme sempit. Selain akan mengenalkan nilai dan prinsip agama,
proses pendidikan ini juga sebagai langkah untuk membentuk kader-kader

Islam dan Dunia Kontemporer

8

manusia yang religius dan memiliki spiritulisme yang tinggi. Pendidikan ini
dilakukan untuk melakukan optimalisasi kualitas kemanusiaan manusia sesuai
fitrahnya, dan nantinya akan dapat diaplikasikan ke dalam kehidupan masyarakat
yang kompleks.
Dalam proses pelurusan dan pendidikan ini perlu dilibatkannya para pemuka
dan tokoh agama sebagai pelaku utama dalam menyebarkan agama secara benar
dan meluruskan paham fundamentalisme. Sementara pemerintah bersama
masyarakat menegakkan pasal 29 dengan memberikan kebebasan setiap umat
beragama untuk memeluk suatu agama sesuai keyakinannya masing-masing dan
memberikan kesempatan untuk menjalankan ibadah.
Dengan demikian diharapkan fundamentalisme agama yang mengarah kepada
tindakan anarkhis dan teror dapat diluruskan dan dibenarkan menuju paham
fundamentalis agama yang humanistik dengan tetap memperhatikan koridorkoridor prinsip agama. Pemahaman fundamentalis yang dilandasi semangat
kemanusiaan universal dan harkat martabat manusia. Tidak ada satupun agama
yang mengajarkan kejelekan dan permusuhan. Hanya manusia saja yang salah
mempersepsikannya. Alangkah Indahnya melihat perbedaan sebagai rahmat
Tuhan dalam khasanah beragama untuk hidup bersama dan toleransi sehingga
dunia ini akan damai terbebas dari konflik-konflik negatif antar umat beragama.

3. Tendensi Kaum Modernis

Untuk mengejar ketertinggalan uamt islam ,perlu adanya perubahan pola
pikir di kalangan umat islam. Yakni, dari tradisi berpikir konvesional yang jauh
tertinggal dari kemajuan zaman, diubah menajdi pola pikir yang berorientasi
kepada kemajuan perekmbangan zaman dilandasi nilai islam.

1.

Memberikan pandanagan dan pengetahuan umat islam yang memiliki
Islam dan Dunia Kontemporer

9

ketrikatan kepada salah satu mazhab utnuk kembali pada sumber hokum
asli, yakni Al Qu’an dan hadis. Jangan sebaliknya,justru kaum intelektual
yang
2.

mensponsori

kerikatan

kepada

salah

satu

mazhab.

Memeberikan pandangan dan pengetahauan bahwa ajaran islam

menekankan keseimbangan antara persoalan duniawi dan ukhrowi.
3.

Memberikan pandangan bahwa untuk memahami prisip ajaran sosial

kemasyarakatan, bukan pada pilihan antara “islam harus menyesuaikan
dengan perkembangan zaman , atau perkembangan zaman yang harus
menyesuaikan islam”.

4.

Menyesuaikan fikih islam terhadap kebutuhan masyarakat, sebab fikih

sebagai produk pemikiran manusia bukan sesuatu yang rigit terhadap
perubahan-perubahan. Oleh sebab itu,peluang kajain fikih harus seanniasa
terbuka dan harus dilakukan, dnegan mempertahtiakan implikasi social
dari penerapan produk hokum. Namun tetap menajga relevansinya dengan
kehendak doktrin Al Qur’an dan hadis.

5.

Memperhatikan

dalam

bidang

pendidikan,sebab

masyarakat

merupakan suatu proses dan memiliki hubungan timabal balik dengan
berbagai aspek kehidupan.

6.

Memberikan pandangan bahwa pendidikan berfungdi sebagai inovasi

dan modernisasi bagi perubahan masyarakat.

7.

Pendidikan Islam harus mampu berperan aktif,konstruktif, dan direktif

menuju kea rah pembinaan SDM. Serta selektif dalam menghayati tata
nilai baru.

8.

Umat islam harus dibekali pemikiran-pemikiran teologi yang
Islam dan Dunia Kontemporer

10

mendorong untuk maju. Berusaha sekuat tenaga dan menyerahkan
hasilnya dengan berdoa kepada Allah Swt.

9.

Umat islam harus dibekali rasa ukhuwah islamiyah agar tidak saling

baku hantam. Dan, diberikan suri teladan yang baik kepada kalangan
intelektual atau pembaharu agar tidak saling mencerca dan memfitnah.

4. Islam, Jihad, dan Terorisme
Jihad adalah salah satu syi’ar Islam yang terpenting dan me-rupakan puncak
keagungannya. Kedudukan jihad dalam agama sangat penting dan senantiasa
tetap terjaga. Jihad fii sabiilillaah tetap ada sampai hari Kiamat.
Menurut istilah syar’i (terminologi):
“Al-Jihad artinya memerangi orang kafir, yaitu berusaha dengan sungguhsungguh mencurahkan kekuatan dan kemampuan baik berupa perkataan atau
perbuatan.”
“Jihad artinya mencurahkan segala kemampuan untuk memerangi musuh.”
Jihad ada tiga macam:
1. Jihad melawan Musuh yang Nyata
2. Jihad melawan Syaithan
3. Jihad melawan hawa nafsu
Tiga macam jihad ini termaktub di dalam Al-Qur-an surat al-Hajj: 78, at-Taubah:
41, al-Anfaal: 72

Al-Hajj: 78
Islam dan Dunia Kontemporer

11

“ Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah)
telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu[993], dan (begitu
pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan
supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia
adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik
Penolong. ”(QS. Al- Hajj: 78)
Menurut al-Hafizh Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-Asqalani (yang terkenal dengan
al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalany, wafat th. 852 H) rahimahullahu:
“Jihad menurut syar’i adalah mencurahkan seluruh kemampuan untuk memerangi
orang-orang kafir.”

Istilah Jihad digunakan juga untuk melawan hawa nafsu, syaithan, dan orangorang fasiq. Adapun melawan hawa nafsu yaitu dengan belajar agama Islam
(belajar dengan benar), lalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya. Adapun
jihad melawan syaithan dengan menolak segala bentuk syubhat dan syahwat yang
selalu dihiasi oleh syaithan. Jihad melawan orang kafir dengan tangan, harta,
lisan, dan hati. Adapun jihad melawan orang-orang fasiq dengan tangan, lisan dan
hati.
Perkataan al-Hafizh Ibnu Hajar tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Berjihadlah melawan orang-orang musyrikin dengan harta, jiwa, dan lisan
kalian.”
Jihad menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu adalah:
“Mencurahkan segenap kemampuan untuk mencapai apa yang dicintai Allah Azza
wa Jalla dan menolak semua yang dibenci Allah.” Kata beliau: “Bahwasanya jihad

Islam dan Dunia Kontemporer

12

pada hakikatnya adalah mencapai (meraih) apa yang dicintai oleh Allah berupa
iman dan amal shalih, dan menolak apa yang dibenci oleh Allah berupa
kekufuran, kefasikan, dan maksiyat.”
Definisi ini mencakup setiap macam jihad yang dilaksanakan oleh seorang
Muslim, yaitu meliputi ketaatannya kepada Allah Azza wa Jalla dengan
melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhkan larangan-larangan-Nya.
Kesungguhan mengajak (mendakwahkan) orang lain untuk melaksanakan
ketaatan, yang dekat maupun jauh, muslim atau orang kafir dan bersungguhsungguh memerangi orang-orang kafir dalam rangka menegakkan kalimat Allah
dan selain itu
Jihad tidak dikatakan jihad yang sebenarnya melainkan apabila jihad itu
ditujukan untuk mencari wajah Allah, menegakkan kalimat-Nya, mengibarkan
panji kebenaran, menyingkirkan kebathilan dan menyerahkan segenap jiwa raga
untuk mencari keridhaan Allah. Akan tetapi bila seseorang berjihad untuk mencari
dunia, maka tidak dikatakan jihad yang sebenarnya.
Barangsiapa yang berperang untuk mendapatkan kedudukan, memperoleh harta
rampasan, menunjukkan keberanian, mencari ketenaran (kehebatan), maka ia
tidak akan mendapatkan ganjaran dan tidak akan mendapat pahala.
Jihad dalam Islam merupakan seutama-utama amal. Allah memerintahkan jihad
yang termaktub di dalam Al-Qur-an, yaitu pada surat al-Baqarah: 190, 193, 216,
Ali ‘Imran: 142, an-Nisaa’: 95, at-Taubah: 73, al-Anfaal: 74, al-Hajj: 78, alFurqaan: 52 dan ash-Shaaf: 11.
“Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Amal
apa yang paling utama?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
‘Shalat pada waktunya.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya
lagi: ‘Kemudian apa lagi?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:
‘Jihad fii sabiilil-laah.”

Islam dan Dunia Kontemporer

13

Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Amal apa saja yang paling utama?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: “Beriman kepada Allah dan berjihad fii
sabiilillaah…”
‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Sesungguhnya seutamautama amal sesudah shalat adalah jihad fii sabilillaah.”
Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai
Rasulullah, ada seseorang yang berperang karena mengharap ghani-mah (harta
rampasan perang), ada yang lain berperang supaya disebut namanya, dan yang
lain berperang supaya dapat dilihat kedudukannya, siapakah yang dimaksud
berperang di jalan Allah?” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang berperang supaya kalimat Allah tinggi, maka ia fii sabiilillaah
(di jalan Allah).” (Al-hadits)
Hukum jihad adalah fardhu (wajib) dengan dasar firman Allah Al-Qaahir:
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci se-suatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu,
Allah Maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” [Al-Baqarah: 216]
Ayat ini merupakan penetapan kewajiban jihad dari Allah Azza wa Jalla bagi
kaum Muslimin, agar mereka menghentikan kejahatan musuh dari wilayah Islam.
Muhammad bin Syihab az-Zuhri (wafat th. 124 H) rahimahullahu berkata: ‘Jihad
itu wajib bagi setiap individu, baik yang dalam keadaan berperang maupun yang
sedang duduk (tidak ikut berperang). Orang yang sedang duduk, apabila dimintai
bantuan, maka ia harus memberikan bantuan, jika diminta untuk maju berperang,
maka ia harus maju perang, dan jika tidak dibutuh-kan, maka hendaklah ia tetap di
tempat (tidak ikut).’”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada waktu Fat-hu Makkah
(pembebasan kota Makkah):.

Islam dan Dunia Kontemporer

14

“Tidak ada hijrah setelah Fat-hu Makkah (pembebasan kota Makkah), akan tetapi
yang ada adalah jihad dan niat baik. Bila kalian diminta untuk maju perang, maka
majulah!”
Hukum jihad adalah fardhu kifayah dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan AsSunnah yang shahih serta penjelasan ulama Ahlus Sunnah antara lain dari AlQur’an surat an-Nisaa’: 95-96, at-Taubah: 122, al-Muzzamil: 20, dan beberapa
hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih.
Empat Imam Madzhab dan lainnya telah sepakat bahwa jihad fii sabiilillaah
hukumnya

adalah

fardhu

kifayah,

apabila

sebagian

kaum

Muslimin

melaksanakannya, maka gugur (kewajiban) atas yang lainnya. Kalau tidak ada
yang melaksanakan-nya maka berdosa semuanya.
Para ulama menyebutkan bahwa jihad menjadi fardhu ‘ain pada tiga kondisi:
Pertama: Apabila pasukan Muslimin dan kafirin (orang-orang kafir) bertemu dan
sudah saling berhadapan di medan perang, maka tidak boleh seseorang mundur
atau berbalik.
Kedua: Apabila musuh menyerang negeri Muslim yang aman dan mengepungnya,
maka wajib bagi penduduk negeri untuk keluar memerangi musuh (dalam rangka
mempertahankan tanah air), kecuali wanita dan anak-anak.
Ketiga: Apabila Imam meminta satu kaum atau menentukan beberapa orang untuk
berangkat perang, maka wajib berangkat. Dalilnya adalah surat at-Taubah: 38-39.
Jihad diwajibkan atas:
1. Setiap Muslim
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
Islam dan Dunia Kontemporer

15

5. Laki-laki
6. Mempunyai kemampuan untuk berperang
7. Mempunyai harta yang memncukupi baginya dan keluarganya selama
kepergiannya dalam berperang.

Bagi kaum wanita tidak ada jihad, jihad mereka adalah haji dan ‘umrah. Hal ini
berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari ‘Aisyah
Radhiyallahu ‘anha, ketika beliau bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam:
“Wahai Rasulullah, apakah kaum wanita wajib berjihad? Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Ya, kaum wanita wajib berjihad (meskipun) tidak
ada peperangan di dalamnya, yaitu (ibadah) haji dan ‘umrah.’

Terorisme tidak bisa dikategorikan sebagai Jihad; Jihad dalam bentuk perang
harus jelas pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam peperangan, seperti halnya
perang yang dilakukan Nabi Muhammad yang mewakili Madinah melawan
Makkahdan sekutu-sekutunya. Alasan perang tersebut terutama dipicu oleh
kezaliman kaum Qurais yang melanggar hak hidup kaum Muslimin yang berada
di Makkah (termasuk perampasan harta kekayaan kaum Muslimin serta
pengusiran).
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang
yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya
berdoa: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim
penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami
penolong dari sisi Engkau !".(QS An-Nisa :75)

Islam dan Dunia Kontemporer

16

Perang yang mengatasnamakan penegakan Islam namun tidak mengikuti Sunnah
Rasul tidak bisa disebut Jihad. Sunnah Rasul untuk penegakkan Islam bermula
dari dakwah tanpa kekerasan. bukan dalam bentuk terorisme, hijrah ke wilayah
yang aman dan menerima dakwah Rasul, kemudian mengaktualisasikan suatu
masyarakat Islami (Ummah) yang bertujuan menegakkan Kekuasaan Allah di
muka bumi.
"Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada
hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh
Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah
- islam), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai
mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk."

Islam dan Dunia Kontemporer

17

BAB III
KESIMPULAN
Islam dan Tradisi atau Budaya di Indonesia sekarang masih cenderung sinkretik,
tarik menarik antara nilai-nilai luhur Islam dengan budaya lokal. Kategorisasinya
yang banyak di kritik banyak peneliti sesudahnya adalah priyayi, santri, dan
abangan.
Paham Fundamentalisme dalam Islam yaitu paham yang fitrahnya adalah Islam
yang lurus, namun banyak sekali orang-orang yang berpemahaman ini kurang
berfikir luas. Dalam arti masih berpandangan yang sempit. Paham Fundamentalis
ini, mengajarkan pada banyak orang tentang eksistensi agama dalam kehidupan.
Seolah-olah orang yang berpemahaman fundamentalis ini adalah yang keras,
bahkan dikaitkan dengan terorisme yang kini sedang hangat dibicarakan di
berbagai media massa. Padahal jika kita paham dengan itu, maka akan mengetahui
mana yang harus kita lakukan dan mana yang harus kita tinggalkan, pastinya
harus sesuai dengan Firman Alloh. Jihad misalnya, sudah jelas perintah Alloh
kepada kita tentang jihad, namun kita masih enggan untuk berjihad. Memang
sebagian orang mengatakan bahwa jihad itu tidak selalu dengan peperangan
namun dengan akal fikiran.
Contoh arti ayat Al-qur’an yang menerangkan tentang kewajiban berjihad ialah
diantaranya.
“ Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
semata-mata untuk Allah[612]. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”.(QS. )

Islam dan Dunia Kontemporer

18

Tendensi kaum modernis ialah,cara –cara yang dapat diakukan oleh para
muslimin, dalam melawan musuh. Mislanya, merubah pola pikir, yang awalnya
konvensional, menjadi pola pikir yang berorientasi.
Jihad fi sabilillah dalam islam harus jelas. Apa yang harus jelas itu? Ya harus jelas
segala sesuatunya, dan harus mengikuti contoh Rosul. Jihad Rosululoh, yaitu
harus jelas pihak-pihak yang dituju dalam berperang, alasan pun sebagai prioritas
yang harus terpenuhi dalam berperang. Tidak boleh merusah tempat ibadah,
peremuan , juga anak-anak dan masih banyak lagi.
Terorisme tidak bisa dikatakan jihad apabila tidak mengikuti

Islam dan Dunia Kontemporer

19

DAFTAR PUSTAKA
http://fanny.staff.uns.ac.id/meluruskan_paham_fundamentalisme_agama_html
http://michailhuda.multiply.com/journal/item/80/ARUS_PEMIKIRAN_DALAM_
ISLAM_html
Abd Hakim, Tatang dan Mubaruk,Jaih .2011. Metodologi Studi Islam: Bandung.
PT Remaja Rosdakarya.
Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam: Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Islam dan Dunia Kontemporer

20