MODELS OF TEACHING Model Pembelajaran

Bruce Joyce & Marsha Weil (1980). Models of Teaching.
London: Prentice Hall International.

MODELS OF TEACHING
(Model Pembelajaran)
BAHRUR ROSYIDI DURAISY

1. Information Processing Models

2. Personal Models

Models of
Teaching 3. Social Interaction Models
4. Behavioral Models

Bruce Joyce & Marsha Weil (1980). Models of Teaching.
London: Prentice Hall International.

2

Information Processing models

• Model-model pembelajaran yang
menitikberatkan pada peningkatan kemampuan
pebelajar
• Dalam rangka memecahkan masalah,
• Menekankan pada produktivitas berfikir, dan
pada peningkatan kualitas kemampuan berfikir
secara umum

3

Personal Models
• Menekankan pada peningkatan kapabilitas proses-proses
individual untuk fokus dan mampu mengorganisir keunikan
realitas yang dihadapi. Beberapa model memfokuskan
perhatian pada pengembangan kemampuan emosional para
pebelajar.
• Model-model yang dimunculkan diarahkan untuk
menolong/membantu individu mengembangkan hubunganhubungan yang produktif dengan lingkungan sekitarnya,
menerima/menyadari dirinya sendiri yang memiliki kemampuan
untuk melakukan hubungan interpersonal dan mampu

memproses informasi secara lebih efektif.

4

Social Interaction models


Model-model pembelajaran yang menekankan pada
pengembangan hubungan-hubungan sosial antara individu
dengan masyarakat dan dengan individu lain.



Orientasi model memberikan lebih banyak proritas bagi
peningkatan kemampuan individu melakukan hubungan dan
kerjasama dengan individu lain, sehingga terjadi proses-proses
sosial secara demokratis, dan agar masing-masing individu
mampu bekerja secara produktif.




Terfokus pada peningkatan kemampuan individu melakukan
proses-proses sosial dimana realitas kehidupan itu bisa
dinegosiasi secara sosial.



Strategi yang ditempuh melalui pengembangan kemampuan
berfikir, lebih mengenal diri sendiri dan penguasaan bahan belajar
secara akademis . Ketiga hal tersebut menjadi dasar peningkatan
kemampuan melakukan hubungan-hubungan sosial secara efektif
dan produktif.
5

Behavioral Models










Seluruh model pada kelompok ini didasarkan pada hasil sharing
kajian teori-teori secara umum, yang kemudian dipersandingkan/
diintegrasikan dengan teori-teori perilaku (yang dikondisikan).
Beberapa teori yang mendasari: teori-teori belajar secara umum, teori
belajar sosial, teori modifikasi perilaku, dan teori-teori terapi perilaku.
Secara umum menekankan pada perubahan perilaku yang terlihat
(observable) dibanding perilaku-perilaku secara psikologis atau
perilaku yang tidak bisa diamati.
Penerapan prinsip-prinsip stimulus terkontrol dan reinforcement yang
menjadi dasar penerapan model pembelajaran interaktif dan mediasi
belajar terkondisikan, baik pada pembelajaran secara individu
maupun kelompok.
Pengembangan kemampuan belajar melaui fakta-fakta, konsepkonsep dan keterampilan dipandang sama baiknya untuk mereduksi
tingkat kecemasan maupun untuk memperoleh kegiatan relaksasi
individu.


6

INFORMATION PROCESSING MODELS

Information
Processing
Models

MODEL

TOKOH

1. Inductive thinking
2. Inquiry Training

Hilda Taba
Richard Suchman

3. Scientific Inquiry


Joseph J. Schwab

4. Concept attainment

Jerome Bruner

5. Cognitive Growth

Jean Piaget
Irving Sigel
Edmund Sullivan
Lawrence Kohlberg

6. Advance Organizer

David Ausubel

7. Memory

Harry Lorayne

Jerry Lucas

7

Tabel : Information Processing Model
MODEL

TOKOH

MISI DAN TUJUAN

Inductive
thinking

Hilda Taba

Inquiry Training

Richard
Suchman


• Mengembangkan kemampuan berfikir/
proses mental secara induktif
• Meningkatkan kemampuan berfikir rasional
akademis (ilmiah)
• Kemampuan membangun/menemukan teori.
• Digunakan secara baik pula untuk
meningkatkan kecakapan personal dan
sosial

Scientific Inquiry

Joseph J.
Schwab

• Mengembangkan kecakapan berfikir
menggunakan langkah-langkah penelitian
(ilmu pasti)
• Juga bisa diterapkan pada bidang ilmu sosial,
khususnya meningkatkan pemahaman

permasalahan sosial dan pemecahanan
permasalahan sosial

8

Tabel : Information Processing Model (lanjutan)
MODEL

TOKOH

MISI DAN TUJUAN

Concept
attainment

Jerome Bruner

• Mengemb kemampuan berfikir induktif
• Juga kemampuan pengembangan konsep dan
kemampuan analisis


Cognitive
Growth

Jean Piaget
Irving Sigel
Edmund Sullivan
Lawrence
Kohlberg

• Meningkatkan kemampuan intelektual/
kecerdasan berfikir secara umum, khususnya
berfikir logis/rasional
• Juga dapat diaplikasikan secara baik utk
meningkatkan pengembangan kemampuan
moral dan sosial

Advance
organizer
Model


David a Ausubel

• Meningkatkan kapasitas pemrosesan informasi
secara efesien

Memory

Harry Lorayne
Jerry Lucas

• Meningkatkan kapasitas daya ingat
(memorize)

9

Personal Models

MODEL

Personal
Models

TOKOH

1. Nondirective Teaching

Carl Rogers

2. Awareness Training

Fritz Perts
William Schutz

3. Synectics

William Gordon

4. Conceptual Systems

David Hunt

5. Classroom Meeting

William Glasser

10

Tabel : Personal Models
MODEL

TOKOH

MISI DAN TUJUAN

Nondirective
Teaching

Carl Rogers

• Menekankan pada pengembangan kapasitas
personal, pada aspek self awareness,
understanding, autonomy dan self-concept

Awareness
Training

Fritz Perts
William Schutz

• Meningkatkan kapasitas individu pada bidang
kemampuan self exploration dan self
awareness. Lebih menekankan pada
pengembangan interpersonal awareness dan
understanding, juga pada aspek body dan
sensory awareness.

Synectics

William Gordon

• Pengembangan kreativitas secara personal
dan pemecahan masalah secara kreatif
(creativity and creative problem solving).

Conceptual
Systems

David Hunt

• Dirancang untuk meningkatkan kompleksitas
dan fleksibilitas personal/individu.

Classroom
Meeting

William Glasser

• Pengembangan self understanding dan
responsibility secara individu maupun sosial

11

Social Interaction models
MODEL

Social
Interaction
Models

TOKOH

1. Group investigation

Herbert Thelen
Dewey

2. Social Inquiry

Byron Massialas
Benjamin Cox

3. Laboratory Method

National Training Laboratory
(NTL)
Bethel, Maine

4. Jurisprudential

Donald Oliver
James P. Shaver

5. Role Playing

Fannie Shaftel
George Shaftel

6. Social Simulation

Sarene Boocock
Harold Guetzkow
12

Tabel : Social Interaction Models
MODEL

TOKOH

MISI DAN TUJUAN

Group
investigation

Herbert Thelen
Dewey

• Pengembangan keterampilan berpartisipasi pada
proses sosial secara demokratis yang dipadukan
dengan kecakapan interpersonal (group) dan
academic inquiry. Aspek-aspek pengembangan
personal (individu) sangat dipentingkan.

Social Inquiry

Byron Massialas
Benjamin Cox

• Social problem solving, utamanya dengan strategi
academic inquiry dan logical reasoning.

Laboratory
Method

National Training
Laboratory (NTL)
Bethel, Maine

• Pengembangan kecakapan interpersonal dan
kelompok, khususnya personal awareness dan
flexibility

Jurisprudential

Donald Oliver
James P. Shaver



Dirancang secara khusus untuk mengajar
menggunakan kerangka berfikir secara
Jurisprudential sebagai cara berfikir tentang isu-isu
sosial maupun cara
memecahkamengungkapkannya

13

Tabel : Social Interaction Models (lanjutan)
MODEL

TOKOH

MISI DAN TUJUAN

Role
Playing

Fannie Shaftel • Didesain untuk membujuk/mengajak
George
siswa agar
Shaftel
mempersoalkan/mempertanyakan/menc
ari dan menemukan nilai-nilai personal
dan sosial dari perilaku sendiri dan dari
sumber-sumber nilai yang mereka
ungkap/temukan sendiri

Social
Simulation

Sarene
Boocock
Harold
Guetzkow

• Dirancang untuk memberikan sejumlah
pengalaman berdasarkan proses dan
realitas sosial yg langsung dihadapi
siswa sendiri, dan menguji reaksi yg
terjadi. Juga untuk meningkatkan
kecakapan perolehan konsep-konsep
utama dan keterampilam pengambilan
keputusan
14

Behavioral Models
MODEL

TOKOH

MISI DAN TUJUAN

Contingency
Management

B. F .Skinner

Self control

B. F .Skinner

Behavioral Relaxation
Models

Rimm & Masters,
Wolpe

Assertive training
Desentralization

Wolpe, Lazzarus, Salter
Wolpe

Direct training

Gagne
Smith and Smith

15

Tabel : Behavioral Models
MODEL

TOKOH

MISI DAN TUJUAN

Contingency
Management

B. F .Skinner

• Fakta-fakta. Konsep dan
kecakapan/keterampilan (perilaku)

Self control

B. F .Skinner

• Kecakapan/perilaku sosial

Relaxation

Rimm &
Masters,
Wolpe

• Pengalihan kegiatan relaksasi untuk
menangani kecemasan dalam
hubungan/situasi sosial

Assertive training
Desentralization

Wolpe,
Lazzarus,
Salter
Wolpe

• Direct, ekspresi spontan menggunakan
feelings dalam situasi sosial yang
dihadapi

Direct training

Gagne
Smith and
Smith

• Pola-pola perilaku, kecakapan

16

URAIAN SETIAP MODEL

• Uraian setiap model berisi 4 bagian
penting:
1.
2.
3.
4.

Orientasi tentang model
Model
Aplikasi (penerapannya)
Sistem dukungan (Support System)

17

ORIENTASI TENTANG MODEL
1. Tujuan dari model
2. Asumsi teoritis yang malatarbelakangi
3. Prinsip-prinsip dan konsep utama yang
mendasari
4. Beberapa model disertakan rancangan
pelaksanaan (transcript lesson)
pembelajarannya,
untuk model yang lain hanya disampaikan
deskripsi singkat rancangan
pembelajarannya

18

The Model
Analisis setiap model dalam bingkai
4 konsep utama:
1. Syntax,
2. Social system,
3. Principles of reaction,
4. Support system

19

Aplikasi
Informasi tentang penerapannya di
dalam kelas (pembelajaran sebenanya)
Menyediakan informasi tentang
bagaimana menggunakan (menerapkan)
model di dalam situasi pembelajaran
(kelas) sebenarnya.
1. Aktivitas apa saja yang perlu dilaksanakan?,
2. Kapan dilaksanakan?,
3. Bagaimana urutannya?.
20

Aplikasi (penerapannya): informasi lainnya

1.

2.

3.
4.
5.

Adakalanya beberapa model memberikan informasi
tentang ilustrasi penerapannya dalam mata-mata
pelajaran tertentu;
Informasi tentang petunjuk penerapan yang disesuaikan
dengan tingkatan usia tertentu (tingkatan kelas, usia, jenis
kelamin);
Informasi awal tentang rancangan kurikulum yang
semestinya disiapkan;
Saran-saran (rekomendasi) tentang upaya
mengkombinasikan satu model dengan model lain.
Juga diskusi tentang kesulitan-kesulitan yang mungkin
dihadapi guru (dan cara-cara mengatasinya) tentang
upaya menerapan model secara lebih efektif dan efesien.

21

Support System (Sistem Pendukung)
Deskripsi tentang dampak (arah/nilai
guna/manfaat) yang ingin dicapai
dari setiap model
1. Instructional effects (dampak
pembelajaran)
2. Nurturant effects (dampak pengiring)

22

DAMPAK: Instructional and Nurturant Effects
1. Instructional effects (dampak pembelajaran)
sebagai hal utama yang harus dicapai/dikuasai
pebelajar, ditetapkan dalam bentuk rumusan
kompetensi belajar – tujuan pembelajaran – hasil
belajar (sesuai mata pelajaran)
2. Nurturant effects (dampak pengiring, dampak
ikutan), artinya tidak secara langsung ditetapkan
sebagai tujuan pembelajaran tapi penting untuk
dimunculkan, dibinakan dan dicapai/dikuasai
para pebelajar) – berupa nilai-nilai (values),
moral, sikap, norma, aturan, afektif.

23

Joyce & Weil, menyatakan:
“Kelima hal utama (syntax, social system,
principles of reaction, support system and
Instructional & Nurturant Effects) adalah
sebagai temuan mereka berdua dan sebagai
jalan untuk mengkomunikasikan prosedur
dasar setiap model dan bagaimana upaya
mengimplementasikannya”

24

SYNTAX
• Syntax atau tahapan pengunaan model,
mendeskripsikan model dalam pelaksanaannya
(sebagai dasar pelaksanaan di kelas)
a.
b.
c.

Kegiatan seperti apa yang akan dipilih dan dilaksanakan?
Bagaimana memulainya?
Apa yang terjadi selanjutnya?

• Syntax digunakan dalam pengertian sebagai
“urutan kegiatan” atau “tahapan kegiatan”.
• Beberapa model menggambarkan urutan/tahapan
dengan flowchart (bagan alir/alur).

25

Contoh: dua model yang berbeda
PHASE ONE

PHASE TWO

PHASE THREE

Model 1

Presentation of
Concept

Presentation of
Data

Relating Data to
Concept

Model 2

Presentation of
Data

Development of
categories of
students

Identification
and naming of
concepts

26

The Social System
• Social system berkaitan dengan upaya mendeskripsikan peranperan dan hubungan pebelajar (siswa) dan pembelajar (guru)
dalam situasi pembelajaran
• Juga menjelasakan norma, nilai, aturan yang harus ditaati (atau
dicapai) oleh keduanya.
• Peran kepemimpinan yang dilaksanakan guru adalah hal yang
diutamakan.
• Pada beberapa model, peran guru sangat sentral, yaitu sebagai
reflector atau sebagai fasilitator aktivitas siswa dalam
kelompoknya.
• Di beberapa model guru berperan sebagai Counsellor bagi
pebelajar (secara individual).
• Pada aktivitas lain, guru adalah pengatur kegiatan yang harus
dilakukan para pebelajar (taskmaster)

27

The Social System (Lanjutan)
• Pada beberapa model yang lain, guru berperan
sebagai pusat kegiatan (centre of activities), sebagai
sumber informasi, sebagai organisator dan
dinamisator lingkungan (situasi) belajarpembelajaran bagi individu.
• Pada beberapa model, terjadi pendistribusian
kegiatan (yang seimbang) antara pebelajar dan
pembelajar (moderate structure)
• Sementara di lain model menempatkan pebelajar
sebagai pusat kegiatan pembelajaran.
28

The Social System (Lanjutan)
• Segala peran, interaksi yang dijalin, norma-norma,
dan kegiatan yang dilakukan meminimalkan
penekanan secara eksternal dan lebih menekankan
munculnya kontrol pada diri para pebelajar sendiri,
sehingga meminimalkan hal-hal yang bersifat
terstruktur (terkondisikan)
• Setiap model memiliki struktur/pola-pola sistem sosial
yang bervariasi dan lebih banyak menyesuasikan
(mendasarkan) pada peningkatan kecakapankecakapan personality para pebelajar.
• Ketat atau tidaknya sistem sosial yang akan
diterapkan harus dipertimbangkan secara bijaksana.

29

Principles of Reaction







Principles of Reaction berkaitan dengan bagaimana pembelajar
(guru) memberikan perhatian dan merespons terhadap hal-hal
yang dilakukan pebelajar (siswa).
Di beberapa model para pembelajar menekankan pada penguatan
perilaku positif melalui pemberian reward (penghargaan), dan di
beberapa aktivitas lain berupaya secara netral memposisikan
dirinya (namun tetap sbg sebagai pemimpin pembelajaran).
Pada beberapa model, pembelajar berupaya memunculkan
kreativitas siswa dengan menerapkan prinsip non-evaluative,
kesetaraan posisi (equal), sehingga para pebelajar berupaya
mengarahkan dirinya sendiri.
Kesimpulan: Principles of Reaction berkaitan dengan aturanaturan pemberian reward (atensi) berdasarkan pada kesiapan
belajar para pebelajar dan penyediaan respons-respons (positif)
atas dasar kegiatan yang dilakukan para pebelajar.

30

SUPPORT SYSTEM
• Berkenaan pada penyediaan dukungan yang bisa
diupayakan pada pelaksanaan setiap model.
• Setiap model memiliki kekhususan tertentu sehingga
dukungan yang diberikanpun akan berbeda-beda.
• Beberapa model membutuhkan pembelajaran di kelas
sedangkan lainnya tidak
• Beberapa model menekankan ketersediaan buku teks
sedangkan model lain tidak.
• Sistem dukungan bisa dalam bentuk penyediaan filmfilm, sistem belajar individual, field trip, atau malah
tidak membutuhkan dukungan (media, alat, bahan,
sarana, prasarana) sama sekali.
31

Instructional and Nurturant effects


Dampak pembelajaran dapat diarahkan sedemikian rupa, dapat
dirancang berdasarkan isi bahan belajar ataupun keterampilan/
kecakapan-kecakapan atas dasar aktivitas-aktivitas yang dilakukan.



Dampak pembelajaran bisa juga hanya secara implisit dimunculkan
dalam situasi pembelajaran.

• Diskusi:
a) beberapa model menekankan pada penguasaan akademik sehingga
secara ketat menekankan dampak pembelajaran (tapi ternyata hal itu
tidak dibutuhkan siswa),
b) sedangkan model lain menekankan pengembangan kepribadian (tapi
ternayata hal itu tidak dibutuhkan siswa ),
c) persoalan lainnya: apakah hal-hal yang latent bisa diujikan seperti
halnya ujian untuk penguasaan hal-hal yang bersifat akademis.

32

DAMPAK BELAJAR
1. Instructional effects (dampak pembelajaran –
kompetensi belajar – tujuan pembelajaran)

2.

Nurturant effects (dampak pengiring, dampak
ikutan, artinya tidak secara langsung ditetapkan
sebagai tujuan pembelajaran tapi penting untuk
dicapai atau penting untuk dibinakan kepada anak
didik) – nilai-nilai (values), moral, sikap, norma,
afektif.

33

Instructional and Nurturant Effects

Effect A
(it is desirable?)

Effect B
(it is desirable?)

Effect C
(it is desirable?)
Instructional
Nurturant

34

••••••••••••••••••••••••••••••••••

35