Perbedaan Model Kooperatif Tipe TGT dan (4)

BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil penelitian
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan
teknik wawancara, teknik tes, teknik dokumentasi dan teknik observasi.
Teknik wawancara ditujukan kepada pihak sekolah, guru mata pelajaran
matematika dan siswa-siswi SMPN 2 Pakel untuk menggali informasi
tentang bagaimana pembelajaran di SMPN 2 Pakel. Teknik dokumentasi,
digunakan untuk memperoleh data nilai ulangan siswa, data tentang
keadaan atau jumlah guru, siswa, susunan organisasi dan sebagainya.
Sedangkan teknik observasi digunakan untuk mengetahui tentang obyek
yang diteliti secara lebih dekat, agar mendapatkan data yang diperlukan
seperti tentang kondisi sekolah, ruang kelas, sarana dan prasarana serta
segala aspek yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Untuk teknik tes, peneliti memberikan tes berupa soal uraian yang
berjumlah 8 butir pertanyaan terkait materi luas permukaan kubus dan
balok kepada kelas VIII A (kelas jigsaw) dan kelas VIII B (kelas TGT)
yang sebelumnya sudah di uji cobakan untuk mengetahui validitas dan
reabelitasnya. Tes bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar

antara kelas Jigsaw dan kelas TGT.
Adapun hasil tes dari kedua kelas tersebut sebagaimana terlihat
pada tabel 4.1 berikut:

49

50

Tabel 4.1
Data Hasil Belajar Siswa
KELAS A (JIGSAW)
NO

NAMA

NILA
I

1
2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

J-1
J-2
J-3

J-5
J-6
J-7
J-8
J-9
J-10
J-11
J-12
J-13
J-14
J-15
J-17
J-18
J-19
J-20

72
20
53
44

56
53
100
44
31
19
75
44
56
41
53
53
44
72

KELAS B (TGT)
NILA
NAMA
I
81

T-1
72
T-3
70
T-4
81
T-5
60
T-6
44
T-7
47
T-8
20
T-9
60
T-10
75
T-11
10

T-12
87
T-13
47
T-14
65
T-15
87
T-16
75
T-17

Setelah data terkumpul, dilakukanlah analisis menggunakan t-test.
namun, sebelum analisis menggunakan t-test dilakukan, diadakan uji
prasarat. Adapun persyaratan tersebut adalah:
a.

Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah


model t-test, mempunyai distribusi normal atau tidak.
Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan hasil uji
Kolmogorof-Smirnov pada tabel 4.2, disimpulkan bahwa data rata-rata
berdistribusi normal karena memiliki Asymp.Sign > 0,05. Hasil belajar
kelas eksperimen jigsaw memiliki sign. 0,529 dan hasil belajar kelas

51

eksperimen TGT memiliki sign. 0,780. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal.
Tabel 4.2
Uji Normalitas Kelas Jigsaw
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kelas_jigsaw
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation

Absolute
Positive
Negative

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

18
51.67
19.701
.191
.191
-.127
.809
.529

a. Test distribution is Normal.

Tabel 4.3
Uji Normalitas Kelas TGT

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kelas TGT
N
Normal Parametersa
Most Extreme Differences

Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative

16
61.31
22.694
.164
.129

-.164
.658
.780

a. Test distribution is Normal.

b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model t-test data homogen apakah tidak. Apabila homogenitas
terpenuhi maka peneliti dapat melakukan pada tahap analisa data

52

lanjutan, apabila tidak maka harus ada pembetulan-pembetulan
metodologis.
Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan hasil uji
homogenitas dari data UTS yang terlihat pada tabel 4.3, dapat dilihat
homogenitas melalui nilai signifikan. Jika nilai signifikan > 0,05 maka
data bisa dikatakan homogen. Tabel uji homogenitas menunjukkan
signifikan 0,056 yang berarti > 0,05, sehingga data bisa dikatakan

homogen.
Tabel 4.3
Uji Normalitas Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
nilai_UTS
Levene Statistic
3.908

df1

df2
1

Sig.
35

.056

Berdasarkan data di atas, data dapat dikatakan normal dan
homogen, sehingga dapat dilanjutkan analisis data t-test. berikut adalah
tabel perhitungan t-test.
Tabel 4.4
Perhitungan Teknik t-Test

No
1
2
3
Lanjutan tabel... 4
5
6

KELAS A (JIGSAW)
X2
X22
72
5184
20
400
53
2809
44
1936
56
3136
53
2809

KELAS B (TGT)
X1
X12
72
5184
70
4900
81
6561
60
3600
44
1936
47
2209

53

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18



100
44
31
19
75
44
56
41
53
53
44
72
930
51,667

10000
1936
961
361
5625
1936
3136
1681
2809
2809
1936
5184
54648
3036

20
60
75
10
87
47
65
87
75
81

400
3600
5625
100
7569
2209
4225
7569
5625
6561

981
61,312

67873
4242,063

Selanjutnya, untuk rumus t-test yang digunakan adalah sebagai berikut:
t −test =

SD 2=
1

∑ x2 − X
N

Keterangan

( 1)

:

X̄ 1− X̄ 2

√(

2

SD

SD

12

N 1 −1

)( )
+

22

N 2−1

SD 2=
2

1

∑ x2 − X
N

(

2

2

)

X̄ 1

= Mean pada distribusi sampel 1

X̄ 2

= Mean pada distribusi sampel 2

SD

12

= Nilai varian pada distribusi sampel

22

= Nilai varian pada distribusi sampel

1
SD

2
1 Tulus Winarsunu, Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan,... ... ...,hlm.
82

54

N1

= Jumlah individu pada sampel 1

N2

= Jumlah individu pada sampel 2.

Dari tabel dan rumus di atas maka diperoleh perhitungan t-test sebagai
berikut:
a. Mencari nilai masing-masing varian:
2

SD 2 =

¿

[

∑ X 22 − ( X́ )2
2
N
2

]

54648
−51,667 2
18

2

SD 1 =

¿

¿ 3036−2669,479

[

∑ X 12 −( X́ )2
1
N

¿ 4242,063−3759,901

X́ 1− X́ 2

√(
¿

¿

SD 12
SD 22
+
N 1−1
N 2−1

)(

)

61,312−51,667
61,312
+(
(√ 366.521
)
18−1
16−1 )
9,645
61,312
+(
(√ 366,521
)
17
15 )

¿

9,645
√( 21,56 )+ (32,193 )

¿

9,645
√ 53,753

¿

9,645
7,332

¿ 1,315

]

67873
−61,3122
16

¿ 366,521
¿ 482,901
b. Memasukkan hasil varian ke rumus t-test
t−test =

1

55

Dari perhitungan diatas diketahui nilai t-test sebesar 1,315 disebut nilai
tempirik (te). Untuk menentukan taraf signifikan perbedaannya harus digunakan
nilai tteoritik (tt) yang terdapat di dalam tabel nilai-nilai t. Untuk memeriksa tabel
nilai t harus ditemukan terlebih dulu derajat kebebasan (db) pada seluruh
distribusi yang diteliti. Untuk derajat kebebasan (db) dari tes signifikasi dalam
t-test adalah N1+N2-2 dimana N1 = 18 dan N2 = 16, jadi db-nya adalah 18+162=32. Nilai db = 32 berada diantara 30 dan 40, digunakan db yang terdekat
yaitu 30.
Berdasarkan db = 30, diketahui pada taraf signifikansi 5 % nilai tt
sebesar 2,042. Dari nilai tt ini, dapat dituliskan sebagai berikut: tt (5% = 2,042)
 te (= 1,315) Dapat diartikan nilai te berada dibawah nilai t teoritik 5%.
2. Pengujian Hipotesis
a. Menentukan hipotesis
Ha : Ada perbedaan hasil belajar matematika siswa antara yang
menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournament dan Jigsaw
H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar matematika siswa antara
yang menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament dan Jigsaw
b. Menentukan dasar pengambilan keputusan berdasarkan t-hitung
Jika tempirik > t-teoritik, maka Ha diterima/ H0 ditolak
Jika tempirik < t-teoritik, maka Ha ditolak/ H0 diterima
Berdasarkan pada perhitungan diatas diketahui tt (5% = 2,042)  te (=
1,315)). Karena nilai tempirik berada dibawah nilai tteoritik baik 5% maka Ha

56

ditolak yang artinya “tidak ada perbedaan hasil belajar matematika siswa
antara yang menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan
Jigsaw”.

B. Pembahasan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Pakel tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel pada penelitian
ini menggunakan teknik sampel purposif. Sampel purposif (purposive
sampling) yaitu dikenakan pada sampel yang karakteristiknya sudah
ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya.
Peneliti menggunakan pengambilan sampel tersebut dikarenakan kebijakan
dari pihak sekolah yang hanya mengizinkan melakukan penelitian pada siswa
kelas VIII, dan pihak sekolah yang memilihkan kedua kelas (kelas VIII A dan
VIII B) tersebut sebagai objek penelitian maka dari itu pada penelitian ini
diambil sampel dari kelas VIII A dan VIII B yang mulanya kelas VIII A
berjumlah 20 siswa dan VIII B berjumlah 17 siswa. Pada praktiknya kelas
VIII A diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
sedangkan kelas VIII B diterapkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Teams games Tournament) dan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar

57

matematika. Adapun tes yang dilakukan pada akhir penelitian adalah tes hasil
belajar berupa soal uraian. Soal berjumlah 8 butir.
Penelitian ini menggunakan teknik analisa data kuantitatif. Teknik
digunakan untuk menghitung data-data yang bersifat kuantitatif atau dapat
diwujudkan dengan angka yang didapat dari lapangan untuk menganalisa
data, peneliti menggunakan analisis statistik. Dalam statistik, teknik yang
digunakan untuk mengetahui koefisien perbedaan antara dua buah distribusi
data adalah tehnik t-Test dan chi-square. Dalam hal ini untuk mengetahui
perbedaan mean dari hasil belajar antara kelas yang diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament dan jigsaw peneliti
menggunakan rumus t-test.
Namun, sebelum menggunakan rumus t-test data penelitian harus
memenuhi beberapa asumsi yaitu data berdistribusi normal, bersifat
homogen. Dengan menggunakan SPSS 16.0 for Windowhasil uji KolmogorovSmirnov dapat disimpulkan bahwa data rata-rata berdistribusi normal karena
memiliki Asymp. Sign > 0,05. Hasil belajar kelas VIII A memiliki Sig 0,529
dan kelas VIII B memiliki Sig 0,780. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
data berdistribusi normal. Sedangkan berdasarkan uji homogenitas diperoleh
Tabel menunjukkan Sig 0,056 yang berarti > 0,05, sehingga data bisa
dikatakan homogen. Setelah diketahui bahwa kelas berdistribusi normal dan
bersifat homogen, dilakukanlah perhitungan menggunakan t-test yang
ternyata didapat nilai tempirik berada dibawah nilai tteoritik baik 5%. yaitu nilai
tempirik = 3,15 nilai tteoritik 5% = 2,042.

58

Hipotesis alternatif (Ha) ditolak karena nilai tempirik berada dibawah nilai
tteoritik baik 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “tidak ada perbedaan hasil
belajar matematika siswa antara yang menggunakan Model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dan Jigsaw”. Hal ini disebabkan pada proses
pembelajaran berlangsung terdapat kendala yang terjadi seperti pada kelas
VIII A yang diterapkan jigsaw, siswa yang mempunyai kepercaya diri kurang
cenderung sulit untuk berdiskusi dan menjelaskan hasil diskusi kepada teman
dikelompok asal. Sesuai dengan pendapat Roy killen dalam makalah yang
ditulis Danang Iswahyudi salah satu kendala yang menghambat model
pembelajaran jigsaw yaitu “Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu
berdiskusi menyampaikan meteri pada teman, jika siswa tidak punya rasa
percaya diri”. 2 Peneliti menyadari bahwa nilai separuh lebih siswa pada nilai
harian dan UTS memang dibawah KKM. Selain itu banyaknya siswa yang
tidak hadir ketika proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw menjadi salah satu penyebab hasil belajar yang kurang
sehingga mempengaruhi hasil akhir dari penelitian ini.
Pada umumnya kelas VIII B yang diterapkan model pembelajaran
kooperatif Teams Games Tournament hampir sama dengan kelas VIII A yang
diterapkan model kooperatif tipe Teams Games Tournament , pada saat
pembelajaran teams siswa yang mempunyai kepercaya diri kurang juga
cenderung sulit untuk berdiskusi dan menjelaskan hasil diskusi kepada teman
satu kelompoknya. Pada dasarnya setiap model pembelajaran kooperatif
2http://bachtiar-toto.blogspot.com/2011/03/teori-belajar-dan-pembelajaran-jigsaw.html.
diakses pada 24 Mei 2013

59

mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing dan kebutuhan akan
model pembelajaran setiap siswa juga tidak sama. siswa yang tinggal di desa,
siswa yang tinggal dikota, siswa yang tinggal dipesisir dan yang tinggal
dipinggir hutan mereka semua mempunyai karakter yang berbeda dan
lingkungan yang menyuguhkan sumber daya alam maupun sumberdaya
manusia yang berbeda. Namun, sebagai peneliti dan calon pendidik/guru kita
tidak bisa menyalahkan begitu saja karakter siswa dan lingkungan yang
membesarkan mereka, sudah sepantasnya kita sebagai calon pendidik/guru
muda berusaha membuat perubahan yang baik untuk generasi pendidikan
dibelakang kita. Untuk guru, sebaiknya mau membuka diri dan tidak bosan
meng-update informasi tentang model pembelajaran terbaru untuk
meningkatkan mutu pendidikan pelajaran matematika terlebih model
pembelajaran yang cocok untuk kelas yang akan diajarnya. Disamping itu,
agar model pembelajaran yang diterapkan berjalan dengan baik, peran serta
guru membimbing siswa juga sangat penting dalam pelaksanaannya. Siswa
juga seharusnya menyadari akan pentingnya pendidikan terlebih matematika.
Jadi, jika guru telah memainkan perannya membimbing, mengarahkan, dan
memotivasi seharusnya siswa juga mampu memainkan perannya sehingga
lebih aktif, kreatif dan giat belajar dari sebelumnya.