Historiografi Islam Antara Riwayat dan D
Historiografi Islam: Antara Riwayat dan Dirayat
Banyak hal yang dapat diperoleh ketika kita memahami berbagai peristiwa kehidupan yang
penting, yang akhirnya menjadi sejarah dalam kehidupan manusia.Begitupun juga dengan
Sejarah Islam dan Historiografi Islam, berkembang seiring dengan perkembangan umat Islam
dan tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan peradaban Islam pada umumnya.
Perkembangan peradaban Islam boleh dikatakan berlangsung secara cepat, dalam bidang politik
misalnya, hanya dalam satu abad lebih sedikit, Islam sudah menguasai Spanyol, Afrika Utara,
Siria, Palestina, semenanjung Arabia, Irak, Persia, Afganistan, Pakistan, Uzbekestan dan Kirgis.
Kebangkitan Islam itu telah melahirkan sebuah imperium besar yang mengalahkan dua
imperium besar yang sudah ada sebelumnya yaitu Persia dan Bizantium.Sejalan dengan
menanjaknya imperium besar itu, umat Islam juga menggalakkan pengembangan ilmu
pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun umum.
Seiring dengan perkembangan peradaban Islam itulah ilmu sejarah dalam Islam lahir dan
berkembang. Sebagai komparasi, ketika umat Islam sudah mencapai kemajuan dalam penulisan
sejarah, tidak ada bangsa lain pada waktu itu yang menulis seperti halnya kaum Muslimin. Umat
Islam memandang sejarah sebagai ilmu yang sangat bermanfaat.Sebagai hasil pencermatan dan
kenyataan sejarah menunjukkan bahwa para khalifah yang berhasil membangun kejayaan politik
dan peradaban Islam pada masa klasik adalah mereka yang paling banyak memperhatikan dan
belajar sejarah. Muawiyyah bin Abu Sofyan, berhasil membangun wilayah kekuasaan Islam
demikian luas yang membentang di tiga benua, dan khalifah Abbasyiah yaitu Harun al Rasyid
dan putranya Makmun yang berhasil membawa Dinasti Abbasyiah ke puncak kejayaan
peradaban Islam pada periode klasik, rupanya para khalifah itu memang membutuhkan
pengetahuan sejarah yang dapat membimbing mereka dalam menjalankan roda pemerintahan.
Demikian besar manfaat belajar Sejarah Islam dan Historiografi, maka dalam makalah ini akan
membahas hal-hal yang berkaitan dengan itu, yang saya titik beratkan pada perkembangan
metode penulisan sejarah.
Dr. Muhammad Amhazun menyebutkan bahwa dalam studi sejarah setidaknya ada dua metode
yang dipakai.Pertama:Metode At-Tautsiq wa Itsbatul Haqaiq dan keduaMetode At-Tafsir AtTarikhi.
Metode pertama dikenal dengan historiografi dengan riwayat yaitu suatu metode yang
menghubungkan suatu informasi sejarah (riwayat) dengan sumber-sumbernya yang menurut
ukuran sekarang dapat dipandang telah memenuhi secara ideal dalam penelitian historis dan
ketelitia il iah. U wah i Zu ai da at Tha a i adalah tokoh yang mengembangkan metode
ini.
Sedangkan metode kedua dikenal dengan historiografi dengan dirayat yaitu metode sejarah
yang menaruh perhatian terhadap pengetahuan secara langsung dari satu segi dan interpretasi
rasional dari segi lainnya. Tokoh ya g
e ge
a gka
etode i i a ta a lai al Mas udi, I
Maskawaih dan Ibn Khaldun.
Metode Pertama: Historiografi Dengan Riwayat
Metode ini adalah metode dengan mempelajari sanad dan matan peristiwa sejarah yang
berpegang pada nash yang benar dan berita yang terfilter. Yaitu dengan mengkaitkan ilmu
sejarah dengan salah satu cabang ilmu hadits yang disebut dengan il u Jarh wa Ta’dil, yang
membahas biografi, sifat, akhlaq dan aqidah seorang rawi.
Dengan bantuan kitab-kitab tentang kaidah-kaidah periwayatan dalam ilmu Jarh wa Ta’dilsangat
bermanfaat untuk mendalami sejarah sedalam-dalamnya. Dengan kaidah-kaidah ini akan
tersingkap keadaan para rawi yang berguna untuk membedakan mana yang kuat, mana yang
lemah, mana yang jujur dan mana yang dusta. Dengan kaidah ini juga akan diketahui nilai dari
se uah e ita apakah shahih atau hasa da
e jauhi iwayat ya g dhaif atau
audhu .Apalagi
tujuan dari studi sejarah adalah untuk menguak hakekat sejarah.
Adapun ahli hadits yang memiliki perhatian terhadap sirah nabawiyah adalah Abban bin
Utsman, Urwah bin Zubair bin Awam, Ashim bin Umar bin Qatadah, Muhammad bin Muslim bin
Syihab Az-Zuh i, Musa i U
ah, Ma
a
i ‘asyid, Muha
ad i Isha .
Ada juga ahli sejarah yang memiliki riwayat sejarah seperti Muhammad bin Saib Al-Kalbi,
Awwanah ibnul Hakam, Abu Mikhnaf Luth bin Yahya, Saif bin Umar At-Tamimi, Haitsam bin Adi
dan Nashr bin Muzahim. Dari mereka kemudian muncul ahli sejarah terkenal dalam islam seperti
Khalifah bin Khayath, Ibnu Qutaibah, Al-Baladzari, Abu Hanifah Ad-Dainuri, Al-Ya u i, AlMas udi da I a
ya ahli seja ah, Muha
ad i Ja i Ath-Thabari.Semenjak itu penulisan
sejarah nabi mulai berkembang yang mayoritas sumber beritanya dari ahli hadits.
Imam Thabari adalah ulama yang berjuang dengan metode At-Tautsiq wa Itsbatul Haqaiq lewat
kitab-kitab sejarahnya. Dalam menulis sejarah beliau selalu (a)Meneliti Jalur Periwayatan Salah
satu persoalan yang dihadapi para Muarikh (Ahli Sejarah) terutama pada masa sekarang adalah
tidak mampu membedakan khabar atau riwayat yang benar dan yang salah dan diperparah lagi
mereka tidak mengetahui metode kritik sanad sebagaimana pendahulu mereka.
Imam Thabari telah berusaha semampu mungkin untuk tidak mencantumkan riwayat kecuali
yang shahih saja, kalaupun ada riwayat yang tidak benar, riwayat tersebut hanya ia nukil dari
pendapat sebelum beliau, jika memang ia tidak tahu asal muasal riwayat tersebut. 1
1
Imam Thabari, Muqaddimah Tarikh at-Thabari, 1/13. Maktabah Syamilah
Kemudian dia juga (b)Berpegang hanya pada Sumber-sumber Syar’I, Al-Quran dan Sunnah.
Keduanya adalah sumber terpercaya dalam sejarah karena sumbernya yang pasti dapat
dipercaya, Al-Quran sampai kepada kita dengan jalan mutawatir dan Hadits sampai kepada kita
dengan cara yang sangat teliti yang telah dibuat oleh ulama hadits.
Dalam metode dirayah ini ada dua ilmu yang dipelajari yaitu ilmu sanad hadits dan matan atau
isi hadits.
Pertama;Dirasatul Asnad (mempelajari sanad atau jalur periwayatan)
Sanad secara bahasa adalah al- u’ta ad artinya yang dapat dipercaya, dan secara istilah
adalah silsilah perawi yang menyampaikan berita dari orang perorang sampai kepada riwayat
dari sumber yang asli.
Metode ini digunakan untuk menyepakati validitas suatu informasi, dalam proses kodifikasi
hadis-hadis Nabi, metode ini juga telah dilakukan agar para pengumpul hadis meyakini
kesinambungan sanad hadis-hadis dengan Nabi. Hal ini semakin menjelaskan bahwa sejarah
mengikuti metode hadis pada awal pencatatannya, dan bahkan sejarah mengambil berita dari
suatu rangkaian riwayat otoritatif yang juga diambil dari hadis.
Ulama hadits telah membuat literature-literatur yang memungkinkan peneliti hadits untuk
e getahui keadaa seo a g awi apakah sa g pe awi te
asuk tsi ah, dha if atau te a pu
a ta a tsi ah da dhaif, da juga te ta g ja h wa ta dil ya, di a ta a kita -kitab tersebut adalah
sebagai berikut:
Kitab Ats-Tsiqaat:
1. Kitab Ats-Tsiqat karangan Abu Hasan Ahmad bin Abdullah Alijli
2. Kitab Ats-Tsiqat karangan Umar bin Ahmad bin Syahin
Kitab Dhu’afa:
1. Kitab Adh-Dhu’afa As-Shaghir wa Dhu’afa’ Al-Kabir karangan Muhammad bin Ismail AlBukhari.
2. Kitab Adh-Dhu’afa wal Matrukii ka a ga A u Zu ah A -Raazi.
Kitab yang mengumpulkan antara Tsiqah dan Dhaif:
1. Al-Jarh wa Ta’dil karangan Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi
2. Tarikh Imam Bukhari: Al-Kabir, Al-Ausath dan As-Shaghir.
Kedua;Dirasatul Matan (mempelajari matan atau isi hadits)
Matan yaitu apa yang disampaikan dari sanad berupa perkataan atau berita, objek dari studi ini
meliputi; meneliti nash agar tidak menyelisihi syarat, kaidah-kaidah dan urf (kebiasaan) manusia,
menyelisihi pengetahuan dan sejarah manusia, perkara yang mustahil dan yang lainnya.
Objeknya juga bisa dalam bentuk hukum-hukum fiqih.
Metode kedua: Historiografi Dengan Dirayat
Di atas sudah kita definisikan pengertian dari historiografi dengan dirayat yaitu metode sejarah
yang menaruh perhatian terhadap pengetahuan secara langsung dari satu segi dan interpretasi
rasional dari segi lainnya.
Senada dengan definisi di atas, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Studi sejarah merupakan
studi yang membahas keterkaitan antara peristiwa dan kejadian-kejadian yang berbeda-beda,
supaya jelas faktor pendorong, titik tolak dan nilainya, guna menemukan pelajaran dan ibrah
dari peristiwa tersebut.
Definisi Ibnu Khaldun di atas termasuk definisi sejarah yang tepat, karena menyebutkan
pentingnya meneliti validitas berita dan meneliti sebab atauillah dari peristiwa tersebut.Dari
pengertian ini maka sejarah tidak lagi dianggap hanya sebagai sebuah peristiwa, tetapi sekaligus
tafsir dari peristiwa itu.Terlebih lagi sejarah menjadi salah satu senjata untuk memola satu
fikiran, menyebarkan dan membela fikiran tersebut sebagaimana sejarah juga berperan dalam
perdebatan teologis antar umat dan bangsa.
Dr. Muhammad Amhazun menyebut sejarah Islam sebagai sejarah agama dan keyakinan
sebelum menjadi sejarah sebuah kerajaan,negara dan aturan politik.Karena aqidahlah yang
telah membangun negara dan tatanan masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial dan yang
lainnya.
Oleh sebab itu, menurutnya dalam mempelajari sejarah harus sesuai dengan pandangan dan
kaidah-kaidah syariat, yang mampu menjelaskan peran dan tanggung jawab manusia dalam
mereformasi masyarakat dan sejarah sesuai kehendak ilahiyah.Sejarah manusia dalam
pandangan Islam adalah mengejawantahkan kehendak rabbani. Metode islam dalam
menafsirkan sejarah tidak keluar dari aqidah islam dan dibangun dengan akhlaq yang
membuatnya istimewa dari gerakan sejarah lainnya dengan pengaruh wahyu.
Selanjutnya, apa saja kaidah-kaidah yang perlu dipelajari bagi orang yang ingin mempelajari
sejarah dengan metode ini. Berikut ini kaidah-kaidah tersebut:
Pertama: Berpegang dengansumber-sumber syariat dan mendahulukannya dari setiap berita,
ketentuan dan kaidah yang lain.
ت ديم ع ى كل مصدر فيم نص ع يه من أخب ر ض ابط أحك
اعتم د المص در الشرعي
Kedua: Memiliki pemahaman yang benar tentang iman dan perannya dalam menafsirkan
peristiwa-peristiwa.
الصحيح لإيم ن د ره في تفسير اأحداث
الف
Ketiga: Pengaruh aqidah dalam merubah perilaku orang islam.
لدى المس مين
أثر الع يدة في د افع الس
Keempat:Peristiwa besar yang menggerakkan sejarah.
الع امل الم ثرة في حرك الت ريخ
Kelima: Mengetahui kadar, keadaan dan posisi manusia dan mengecek dan recek tiap yang
mereka katakan.
التثب فيم ي ل عن
من زل
الع بم دير الن س أح ال
Keenam: Membicarakan manusia harus berdasarkan ilmu, adil dan berimbang.
عدل إنص ف
الكا في الن س يج أن يك ن بع
Ketujuh: Melihat banyaknya keutamaan.
العبرة بكثرة الفض ئل
Kedelapan: Memahami peristiwa yang terjadi karena salah ijtihad.
إح ل الح ادث ع ى الخط في ااجت د
Di adaptasi dari artikel bahasa arab yang berjudul: Manhaj At-Tautsiq wa Itsbatul Haqaiq fi
Dirasah At-Tarikh Al-Islami dan Manhaj At-Tafsir At-Tarikhi, Qawaid Manhajiiyah fi Tafsiril
Hawadits wal Hukmu Alaiha dan buku Tahqiq Mawaqif Shahabah fil Fitan min Marwiyyat Ath-
Thabari wal Muhadditsin, Maktabah Al-Kautsar, cet.I, Riyadh, 1994 oleh Dr. Muhammad
Amhazun.
Banyak hal yang dapat diperoleh ketika kita memahami berbagai peristiwa kehidupan yang
penting, yang akhirnya menjadi sejarah dalam kehidupan manusia.Begitupun juga dengan
Sejarah Islam dan Historiografi Islam, berkembang seiring dengan perkembangan umat Islam
dan tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan peradaban Islam pada umumnya.
Perkembangan peradaban Islam boleh dikatakan berlangsung secara cepat, dalam bidang politik
misalnya, hanya dalam satu abad lebih sedikit, Islam sudah menguasai Spanyol, Afrika Utara,
Siria, Palestina, semenanjung Arabia, Irak, Persia, Afganistan, Pakistan, Uzbekestan dan Kirgis.
Kebangkitan Islam itu telah melahirkan sebuah imperium besar yang mengalahkan dua
imperium besar yang sudah ada sebelumnya yaitu Persia dan Bizantium.Sejalan dengan
menanjaknya imperium besar itu, umat Islam juga menggalakkan pengembangan ilmu
pengetahuan, baik dalam bidang agama maupun umum.
Seiring dengan perkembangan peradaban Islam itulah ilmu sejarah dalam Islam lahir dan
berkembang. Sebagai komparasi, ketika umat Islam sudah mencapai kemajuan dalam penulisan
sejarah, tidak ada bangsa lain pada waktu itu yang menulis seperti halnya kaum Muslimin. Umat
Islam memandang sejarah sebagai ilmu yang sangat bermanfaat.Sebagai hasil pencermatan dan
kenyataan sejarah menunjukkan bahwa para khalifah yang berhasil membangun kejayaan politik
dan peradaban Islam pada masa klasik adalah mereka yang paling banyak memperhatikan dan
belajar sejarah. Muawiyyah bin Abu Sofyan, berhasil membangun wilayah kekuasaan Islam
demikian luas yang membentang di tiga benua, dan khalifah Abbasyiah yaitu Harun al Rasyid
dan putranya Makmun yang berhasil membawa Dinasti Abbasyiah ke puncak kejayaan
peradaban Islam pada periode klasik, rupanya para khalifah itu memang membutuhkan
pengetahuan sejarah yang dapat membimbing mereka dalam menjalankan roda pemerintahan.
Demikian besar manfaat belajar Sejarah Islam dan Historiografi, maka dalam makalah ini akan
membahas hal-hal yang berkaitan dengan itu, yang saya titik beratkan pada perkembangan
metode penulisan sejarah.
Dr. Muhammad Amhazun menyebutkan bahwa dalam studi sejarah setidaknya ada dua metode
yang dipakai.Pertama:Metode At-Tautsiq wa Itsbatul Haqaiq dan keduaMetode At-Tafsir AtTarikhi.
Metode pertama dikenal dengan historiografi dengan riwayat yaitu suatu metode yang
menghubungkan suatu informasi sejarah (riwayat) dengan sumber-sumbernya yang menurut
ukuran sekarang dapat dipandang telah memenuhi secara ideal dalam penelitian historis dan
ketelitia il iah. U wah i Zu ai da at Tha a i adalah tokoh yang mengembangkan metode
ini.
Sedangkan metode kedua dikenal dengan historiografi dengan dirayat yaitu metode sejarah
yang menaruh perhatian terhadap pengetahuan secara langsung dari satu segi dan interpretasi
rasional dari segi lainnya. Tokoh ya g
e ge
a gka
etode i i a ta a lai al Mas udi, I
Maskawaih dan Ibn Khaldun.
Metode Pertama: Historiografi Dengan Riwayat
Metode ini adalah metode dengan mempelajari sanad dan matan peristiwa sejarah yang
berpegang pada nash yang benar dan berita yang terfilter. Yaitu dengan mengkaitkan ilmu
sejarah dengan salah satu cabang ilmu hadits yang disebut dengan il u Jarh wa Ta’dil, yang
membahas biografi, sifat, akhlaq dan aqidah seorang rawi.
Dengan bantuan kitab-kitab tentang kaidah-kaidah periwayatan dalam ilmu Jarh wa Ta’dilsangat
bermanfaat untuk mendalami sejarah sedalam-dalamnya. Dengan kaidah-kaidah ini akan
tersingkap keadaan para rawi yang berguna untuk membedakan mana yang kuat, mana yang
lemah, mana yang jujur dan mana yang dusta. Dengan kaidah ini juga akan diketahui nilai dari
se uah e ita apakah shahih atau hasa da
e jauhi iwayat ya g dhaif atau
audhu .Apalagi
tujuan dari studi sejarah adalah untuk menguak hakekat sejarah.
Adapun ahli hadits yang memiliki perhatian terhadap sirah nabawiyah adalah Abban bin
Utsman, Urwah bin Zubair bin Awam, Ashim bin Umar bin Qatadah, Muhammad bin Muslim bin
Syihab Az-Zuh i, Musa i U
ah, Ma
a
i ‘asyid, Muha
ad i Isha .
Ada juga ahli sejarah yang memiliki riwayat sejarah seperti Muhammad bin Saib Al-Kalbi,
Awwanah ibnul Hakam, Abu Mikhnaf Luth bin Yahya, Saif bin Umar At-Tamimi, Haitsam bin Adi
dan Nashr bin Muzahim. Dari mereka kemudian muncul ahli sejarah terkenal dalam islam seperti
Khalifah bin Khayath, Ibnu Qutaibah, Al-Baladzari, Abu Hanifah Ad-Dainuri, Al-Ya u i, AlMas udi da I a
ya ahli seja ah, Muha
ad i Ja i Ath-Thabari.Semenjak itu penulisan
sejarah nabi mulai berkembang yang mayoritas sumber beritanya dari ahli hadits.
Imam Thabari adalah ulama yang berjuang dengan metode At-Tautsiq wa Itsbatul Haqaiq lewat
kitab-kitab sejarahnya. Dalam menulis sejarah beliau selalu (a)Meneliti Jalur Periwayatan Salah
satu persoalan yang dihadapi para Muarikh (Ahli Sejarah) terutama pada masa sekarang adalah
tidak mampu membedakan khabar atau riwayat yang benar dan yang salah dan diperparah lagi
mereka tidak mengetahui metode kritik sanad sebagaimana pendahulu mereka.
Imam Thabari telah berusaha semampu mungkin untuk tidak mencantumkan riwayat kecuali
yang shahih saja, kalaupun ada riwayat yang tidak benar, riwayat tersebut hanya ia nukil dari
pendapat sebelum beliau, jika memang ia tidak tahu asal muasal riwayat tersebut. 1
1
Imam Thabari, Muqaddimah Tarikh at-Thabari, 1/13. Maktabah Syamilah
Kemudian dia juga (b)Berpegang hanya pada Sumber-sumber Syar’I, Al-Quran dan Sunnah.
Keduanya adalah sumber terpercaya dalam sejarah karena sumbernya yang pasti dapat
dipercaya, Al-Quran sampai kepada kita dengan jalan mutawatir dan Hadits sampai kepada kita
dengan cara yang sangat teliti yang telah dibuat oleh ulama hadits.
Dalam metode dirayah ini ada dua ilmu yang dipelajari yaitu ilmu sanad hadits dan matan atau
isi hadits.
Pertama;Dirasatul Asnad (mempelajari sanad atau jalur periwayatan)
Sanad secara bahasa adalah al- u’ta ad artinya yang dapat dipercaya, dan secara istilah
adalah silsilah perawi yang menyampaikan berita dari orang perorang sampai kepada riwayat
dari sumber yang asli.
Metode ini digunakan untuk menyepakati validitas suatu informasi, dalam proses kodifikasi
hadis-hadis Nabi, metode ini juga telah dilakukan agar para pengumpul hadis meyakini
kesinambungan sanad hadis-hadis dengan Nabi. Hal ini semakin menjelaskan bahwa sejarah
mengikuti metode hadis pada awal pencatatannya, dan bahkan sejarah mengambil berita dari
suatu rangkaian riwayat otoritatif yang juga diambil dari hadis.
Ulama hadits telah membuat literature-literatur yang memungkinkan peneliti hadits untuk
e getahui keadaa seo a g awi apakah sa g pe awi te
asuk tsi ah, dha if atau te a pu
a ta a tsi ah da dhaif, da juga te ta g ja h wa ta dil ya, di a ta a kita -kitab tersebut adalah
sebagai berikut:
Kitab Ats-Tsiqaat:
1. Kitab Ats-Tsiqat karangan Abu Hasan Ahmad bin Abdullah Alijli
2. Kitab Ats-Tsiqat karangan Umar bin Ahmad bin Syahin
Kitab Dhu’afa:
1. Kitab Adh-Dhu’afa As-Shaghir wa Dhu’afa’ Al-Kabir karangan Muhammad bin Ismail AlBukhari.
2. Kitab Adh-Dhu’afa wal Matrukii ka a ga A u Zu ah A -Raazi.
Kitab yang mengumpulkan antara Tsiqah dan Dhaif:
1. Al-Jarh wa Ta’dil karangan Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi
2. Tarikh Imam Bukhari: Al-Kabir, Al-Ausath dan As-Shaghir.
Kedua;Dirasatul Matan (mempelajari matan atau isi hadits)
Matan yaitu apa yang disampaikan dari sanad berupa perkataan atau berita, objek dari studi ini
meliputi; meneliti nash agar tidak menyelisihi syarat, kaidah-kaidah dan urf (kebiasaan) manusia,
menyelisihi pengetahuan dan sejarah manusia, perkara yang mustahil dan yang lainnya.
Objeknya juga bisa dalam bentuk hukum-hukum fiqih.
Metode kedua: Historiografi Dengan Dirayat
Di atas sudah kita definisikan pengertian dari historiografi dengan dirayat yaitu metode sejarah
yang menaruh perhatian terhadap pengetahuan secara langsung dari satu segi dan interpretasi
rasional dari segi lainnya.
Senada dengan definisi di atas, Ibnu Khaldun menyebutkan bahwa Studi sejarah merupakan
studi yang membahas keterkaitan antara peristiwa dan kejadian-kejadian yang berbeda-beda,
supaya jelas faktor pendorong, titik tolak dan nilainya, guna menemukan pelajaran dan ibrah
dari peristiwa tersebut.
Definisi Ibnu Khaldun di atas termasuk definisi sejarah yang tepat, karena menyebutkan
pentingnya meneliti validitas berita dan meneliti sebab atauillah dari peristiwa tersebut.Dari
pengertian ini maka sejarah tidak lagi dianggap hanya sebagai sebuah peristiwa, tetapi sekaligus
tafsir dari peristiwa itu.Terlebih lagi sejarah menjadi salah satu senjata untuk memola satu
fikiran, menyebarkan dan membela fikiran tersebut sebagaimana sejarah juga berperan dalam
perdebatan teologis antar umat dan bangsa.
Dr. Muhammad Amhazun menyebut sejarah Islam sebagai sejarah agama dan keyakinan
sebelum menjadi sejarah sebuah kerajaan,negara dan aturan politik.Karena aqidahlah yang
telah membangun negara dan tatanan masyarakat dari segi politik, ekonomi, sosial dan yang
lainnya.
Oleh sebab itu, menurutnya dalam mempelajari sejarah harus sesuai dengan pandangan dan
kaidah-kaidah syariat, yang mampu menjelaskan peran dan tanggung jawab manusia dalam
mereformasi masyarakat dan sejarah sesuai kehendak ilahiyah.Sejarah manusia dalam
pandangan Islam adalah mengejawantahkan kehendak rabbani. Metode islam dalam
menafsirkan sejarah tidak keluar dari aqidah islam dan dibangun dengan akhlaq yang
membuatnya istimewa dari gerakan sejarah lainnya dengan pengaruh wahyu.
Selanjutnya, apa saja kaidah-kaidah yang perlu dipelajari bagi orang yang ingin mempelajari
sejarah dengan metode ini. Berikut ini kaidah-kaidah tersebut:
Pertama: Berpegang dengansumber-sumber syariat dan mendahulukannya dari setiap berita,
ketentuan dan kaidah yang lain.
ت ديم ع ى كل مصدر فيم نص ع يه من أخب ر ض ابط أحك
اعتم د المص در الشرعي
Kedua: Memiliki pemahaman yang benar tentang iman dan perannya dalam menafsirkan
peristiwa-peristiwa.
الصحيح لإيم ن د ره في تفسير اأحداث
الف
Ketiga: Pengaruh aqidah dalam merubah perilaku orang islam.
لدى المس مين
أثر الع يدة في د افع الس
Keempat:Peristiwa besar yang menggerakkan sejarah.
الع امل الم ثرة في حرك الت ريخ
Kelima: Mengetahui kadar, keadaan dan posisi manusia dan mengecek dan recek tiap yang
mereka katakan.
التثب فيم ي ل عن
من زل
الع بم دير الن س أح ال
Keenam: Membicarakan manusia harus berdasarkan ilmu, adil dan berimbang.
عدل إنص ف
الكا في الن س يج أن يك ن بع
Ketujuh: Melihat banyaknya keutamaan.
العبرة بكثرة الفض ئل
Kedelapan: Memahami peristiwa yang terjadi karena salah ijtihad.
إح ل الح ادث ع ى الخط في ااجت د
Di adaptasi dari artikel bahasa arab yang berjudul: Manhaj At-Tautsiq wa Itsbatul Haqaiq fi
Dirasah At-Tarikh Al-Islami dan Manhaj At-Tafsir At-Tarikhi, Qawaid Manhajiiyah fi Tafsiril
Hawadits wal Hukmu Alaiha dan buku Tahqiq Mawaqif Shahabah fil Fitan min Marwiyyat Ath-
Thabari wal Muhadditsin, Maktabah Al-Kautsar, cet.I, Riyadh, 1994 oleh Dr. Muhammad
Amhazun.