Pages from Prosiding Seminar Nasional %2818 Okt 2008%29 oke

:

:r) usunan Pes, Rr:rf ,{rarsir hama lalat buah.

',

Pujiastuti

d
I

PEI\TYUSUNAN PEST RISK ANAIY.SI.S HAMA LALAT BUAH (DIPTERA:
TEPHRITIDAI,) DI ST]MATERA SELATAN: SEBUAII LANGKAH AWAL

-"rr*i?#'ff*'fl-tas

pertanian uNSRr
Jurusan Hama dan
JL Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Ogan Ilir

e-mail : vulunsritEvahoo.com


ABSTRAK
Pest Risk Arulysis (PRA) merupakan penilaian dan pengelolaan risiko Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang akan digunakan oleh institusi Karantina pertanian
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk penerbitan Surat Kesehatan
Tanaman (Phytosanitary CertiJicate). Dalam proses penpsunan PRA, beberapa data
dasar tentang bioekologi, bioekonomi dan pengelolaan OPT harus tersedia. publikasi
Entang PRA di Indonesia masih sangat sedikit mengingat keterbatasan data dan sumber

daya manusia. Data sekunder dari penelitian atau pengamatan instansi yang berkaitan
dengan OPT dapat juga dimanfaatkan, bahkan juga data dari publikasi tentang OpI
)ang bersangkutan. Makalah ini me.nguraikan usaha awal untuk menyusun pRA lalat
buah (Diptera: Tephritidae) di Sumatera Selatan yang dimulai dengan pengumpulan
data tentang jenis, populasi, daerah sebar, parasitoid dan bioekonominya. penelitian
dilakukan sedang dilakukan di beberapa kabupaten dan kota di Sumatera Selatan dan
ditambah dengan informasi dari berbagai pihak. Penyusunan PRA dilakukan sesuai
dengan prosedur yang diatur dalam ISPM Pub. No. 2. FAO (FAO, 1995).
Kata kunci; PRA, lalat buah, karantina tumbuhan

PENDAHT'LUAN

Lalat buah (fruit flies) (Diptera: Tephdtidae) merupakan salah satu hama yang
paling merugikan dalam budidaya tanaman buah-buahan maupun sayuran di dunia.
Penyebaran lalat buah sangat luas dan bersifat kosmpolitan. Serangga hama ini
merugikan karena menyerang langsung produk pertanian, yaitu buah. Gejala kerusakan
pada buah yang diserangnya bervariasi. Serangan pada buah muda menyebabkan
bentuk buah menjadi tidak normal, dan gugur. Serangan pada buah tua menyebabkan
buah menjadi busuk basah karena bekas lubang larva umumnya terinfeksi bakteri dan
jamur (Chang & Kumshima, 1999). Kerugian yang dialami oleh petani akibat serangan
lalat buah dapat mencapai 100 % (Pujiastuti et a1.,2004). Oleh karena itu usaha
pencegahan s€rangan lalat buah harus selalu dilakukan agar kerugian dapat ditekan
serendah mungkin. Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan baik secara
tradisional maupun penggunaan insektisida kimia. Usaha untuk mencegah serangan
hama lalat buah secara tradisional dilalekan dengan cara membungkus buah dengan
berbagai alat pembungkus antara lain kantong plastilg dan kertas koran. Bahan atraktan
paraferomon seperai met@ eugerol, dan cw lure lelah digunakan untuk memerangkap
lalat buahjantan yang pada akhimya akan mengurangi tingkat populasinya (Iwashi et al,
1996). Pengendalian hama lalat buah di beberapa negara telah dilakukan dengan

f,,6iding Seminsr Nosionol "Pengelolmn organisne Fagotigu nnbahan fun wmber dosu hapri yqng
netyitapi danpal pemorcsan global" Polenbang, l8 Ohober 2008


bened',easan lingkungan dalon

103

Penyusunan Pes,

Xitl,{rarJr:t

hama lalat buah.

. Pujiastut:

menggunakan bahan atraktan, teknik pembinasaan serangga jantan dan teknik jantao
mandul sudah lazim (Shiga, 1991, Vijaysegaran & Osman, l99l).
Dalam kaitannya dengan lalulintas perdagangan komoditas tanaman, terdapd
aturan perkarantinaan yang harus dipatuhi antara lain dengan adanya penerbitan
Sanitary and Phytosanitary (SPS) atau Surat Kesehatan Tumbuhan. Sertifikat tersebrn

4.


akan dikeluarkan oleh institusi karantina pertanian apabila telah memenuhi berbagai
persyaratan yang dibutuhkan antara lain telah melalui suatu proses Pest Risk Analysis
(PRA) atau analisis resiko organisme pengganggu tumbuhan (OPf) dan atau OPT
Karantina Dalam penerapannya, dibutuhkan berbagai data berupa bioekologi,
bioekonomi rlan Frengelolaan OPT untuk selanjutnya dianalisis melalui suatu prosedur

sep€ni )ang termuat dalam Standar Intemasional Ketentuan Fitosanitari
Iaezoiorul Standord for Plrytosanitary Mearzres (ISPM) No.2. (FAO, 1995).

atau

PESTRISKANALYSB
Dalam ISPM yang dikeluarkan oleh.FAO tahun 1995 terdapat 17 atumn yang
trri-_rgrrir teertang Standar Internasional Ketentuan Fitosanitari. Ketentuan No.2 secara
lhrs.rs membahas tentang PRA. Dalam pelaksanaan PRA, dibagi dalam 3 tahap yaitu :

Telep l. Pengenalan.
Untuk mengidentifikasi suatu OPT dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
a- PRA Berdasarkan Cara Masuk.

Identifikasi cara masuk, biasanya dilakukan pada komoditas pertanian yang
diimpor, yang mernungkinkan terjadinya introduksi dan/atau penyebaran OPTK, dan
identifikasi OPT yang dapat memenuhi syarat sebagai OPTK. Setiap kegiatan tersebrl
dapat melibatkan OPT yang sudah ada di daerah PRA tetapi tidak tersebar secara luas
dan secara resmi sedang diawasi/ dikendalikan dan OPT yang tidak ada di daerah PRA,
sepanjang keduanya tercakup dalam definisi OPTK.
Ketentuan PRA yang baru atau yang direvisi berdasarkan cara masuk yang
spesifik pada umumnya dikeluarkan dalam situasi sebagai berikut :
1. Perdagangan internasional dilaksanakan untuk satu komoditas baru (biasanya
tanaman atau produk tanamaQ atau komoditas dari daerah asal yang baru. PRA
dilaksanakan karena adanya permintaan impor, atau karena penampakan
komodititas yang dikirimkan. Cara masuk dapat menyangkut satu atau beberapa
daerah asal.

2. Spesies tanaman yang baru diimpor untuk keperluan seleksi dan penelitian
ilmiah. Cara masuk selain impor misalnya penyebaran alami, pengiriman pos,
buangan sampah, bagasi penumpang dll. Kebijaksanaan diambil untuk
menetapkan atau menyempumakan perafuran-peraturan fitosanitari atau
persyaratan bagi komoditas khusus.
b. PRA Berdasarkan jenis OPT

Ketentuan PRA yang baru atau yang direvisi berdasarkan OPT yang spesifik
pada umumnya dikeluarkan dalam situ4si sebagai berikut :
l. Tindakan darurat diambil karena adanya infestasi atau ledakan OPT baru di
daerah PRA. Tindakan darurat diambil karena adanya intersepsi (penahanan)
OPT baru pada komoditas yang diimpor.
2. Risiko yang baru diketahui melalui penelitian ilmiah.

Ptmi.ltrrg Serninat Nasionol "Pengelolaan organisme pengangu tut tMron dan sunber doya holati yang
ber*owasan lindungqn dalam meryikapi danpat pnanasan global" Polenbang, 18 Oktober 2008

104

:EtrFd
ffit

R\I
,Lr ki
hil

6uir

fiartr[

,raeE

f-{
herda

Katu

Esd
>"ln

4c
ia

:trft
@i

hft.


atcl
'rii

{kh

ogl
:iI

ofll

Frt

Penyusrman Pesl

3.
4.

5.

iisl


,{na}sis hama lala buah.

....

..

.

Pujiattuli

Suatu OPT diintroduksi ke daerah baru di luar daerah PRA.
Suatu OPT dilaporkan lebih merusak di daerah baru di luar daerah PRA dari
pada di daerah asalnya. Pemeriksaan menunjukkan bahwa suatu OIrf tertentu
mengalami penahanan berulang-ulang.
Adanya permintaan untuk mengimpor, misalnya suatu organisme, yang
diajukan oleh peneliti, pengajar, praktisi biologi, pengusaha (pemilik toko

binatang peliharaan), industri makanan (siput untuk dikonsumsi) atau
penggemar tumbuhan air untuk aquarium.


Kebijaksanaan diambil untuk merevisi peraturan-peraturan fitosanitari atau
persyaratan bagi OPT-OPT tertentu. Proposal (usulan) dibuat oleh negara lain
atau oleh organisasi internasional @PPO, FAO).
6. Sistem perlakuan, proses, atau informasi baru berdampak terhadap keputusan
sebelumnya. OPT spesifik yang telah diketahui selanjutnya menjadi subyek
Tahap Kedua dalam proses PRA.
Sebelum melaksanakan PRA, perlu dicek terlebih dahulu apakah terhadap media
pembawa atau OPT tersebut telah pernah dilakukan PRA, baik secara nasional maupun
intemasional. Apabila pemah dilakukan PRA, selanjutnya perlu diteliti apakah hasil
PRA tersebut masih dapat dipergunakan (valid) sesuai dengan perkembangan situasi
dan kondisi. Apabila masih dapat dipergunakan, maka PRA tidak perlu dilanjutkan.
Demikian pula sebaliknyg apabila hasilnya tidak dapat dipergunakan lagi, maka PRA
dilanjutkan.
Ke s impul an Tahap P e rt oma
Di akhir Tahap Pertama, suatu OPT telah diidentifikasikan sebagai OPT
potensial, baik secara individu maupun dalam hubungannya dengan cara masuknya.
Tahap 2 : Penilaian Besarnya Risiko
Tahap Pertama telah mengidentifikasikan suatu


O[rf

atau daftar sejumlah OPT

berdasarkan cara masuk, yang akan menjadi subyek penilaian besamya risiko. Tahap
Kedua menyoroti OIrI-OPI ini secara individu. Untuk tiap OPT akan diuji apakah

kriteria sebagai OPTK dipenuhi, yaitu : "Suatu OPT yang mempunyai nilai ekonomi
potensial bagi daerah terancam dan belum ada di tempat itu, atau dliumpai di tempat
tersebut tetapi tidak tersebar secara luas dan secara resmi sedang diawasi/dikendalikan '.
Dalam hubungan ini "daerah" harus dipahami sebagai "suatu negara, bagian dari suatu
negara, atau seluruh atau bagian dari beberapa negara", yang ditetapkan secara resmi,
dan "daerah terancam" harus dipahami sebagai :"Suatu daerah yang fattor-faktor
ekologinya mendukung perkembangan suatu OPT yang keberadaannya akan
menimbulkan kerugian ekonomi".
Dalam tahap ini, PRA mempertimbangkan semua aspek setiap OPT terutama
informasi terkini tentang penyebaran geogmfis, biologi/morfologi dan potensi kerugian
ekonomi yang dapat ditimbulkannya. Keterangan dari pakar kemudian dimanfaatkan
untuk menilai perkembangan, penlebaran dan nilai ekonomi OPT di daerah PRA.
Akhirnya, potensi introduksi OPT ke daerah PRA diberi ciri khusus.
Untuk mencirikan risiko, informasi yang tersedia.akan beragam, tergantung pada
OPT nya. Demikian pulq kernampuan melakukan penilaian akan bervariasi berdasarkan
sarana/cara yang tersedia. Sebagai contoh, suatu negara dapat menguraikan database
OPT dan sistem informasi geografis, sementara negara lain mernanfaatkan buku, peta

Ptosidirrg S{r,rrinat Ndiorrol "Pengelolaon oryonisne pngangu tumhthon fut nmber doyo ha;ati yang
betwa*asan liaghmgan folan nenyikapi danph pmanasan global" Palembang 18 OLAber 2008

105

Penyusunan PeJ, Ris,t,4rdlysis hama lalat buah

Y.

Pujiastu:.

bumi, dan peta iklim. Dalam beberapa hal, informasi yang diperlukan tidak tersedia
untuk itu diperlukan penelitian. Kurangnya informasi tentang biologi OPT tertentu akan
menyebabkan terbatasnya penilaian yang diberikan. Negara:negara yang mengalami
hal-hal tersebut dapat meminta informasi dari negara lain yang melaksanakan PRA.
Selain itu, beberapa kitoria harus diperimbangkan untuk menentukan penilaian
resiko OPT yaitu meliputi kriteria pengaturan dan geografis, kriteria nilai ekonomi
potensi berkembang, potensi menyebar setelah berkembang,

,

t-i

cri:

1

:

![&-:
rE.€

nilai ekonomi potensial dan potensi introduksi

fEsco,

rin i

Tahap 3. Pengelolaan resiko OPT
Pengelolaan Risiko OPT untuk melindungi daerah terancam harus proporsional
dengan risiko yang telah diketahui dalam tahap penilaian risiko OPT. Dalam banyark
hal, dapat didasarkan pada informasi yang dikumpulkan di Tahap Kedua. Tindakan

fitosanitari harus diterapkan pada sekurang-kurangnya daerah terancam

EccE,

!cd.E

yang

memerlukan perlindungan secara efektif.

Alternatif Pengelolaan Risiko
Daftar altematif untuk mengurangi risiko OPT sampai pada tingkat yang dapat
diterima (tidak merugikan) harus disusun. Alternatif-alternatif tersebut terutama
menyangkut berbagai cara masuk, dan khususnya syarat-syarat untuk membolehkan
pemasukan komoditas pertanian. Contoh altematif yang perlu dipertimbangkan adalah :
1. memasukkannya ke dalam daftar OPT yang dilarang
2. pemeriksaan fitosanitari dan sertifikat sebelum ekspor
3. ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi sebelum ekspor (misalnya perlakuan yang
diberikan, asal dari daerah bebas OPT, pemeriksaan musim tanam, skern
sertifikasi)

4. pemeriksaan saat pemasukan
5. perlakuan di tempat pemasukan,
6.
7.
8.
9.

tempat pemeriksaan lain, atau

jika memungkinkaq

di tempat tujuan
penahanan di karantina masuk
tindakan di tempat pemasukan (pembatasan pemanfaatan komoditas, tindakan
pengawasan dan pengendalian)
larangan pemasukan komoditas tertentu dari wilayah tertentu.
Beberapa altematif tersebut juga mencakup cara mengurangi risiko kerusakan,
sebagai contoh introduksi agens hayati, eradikasi atau penahanan.

Peugumpulan data lalat buah di Sumatera Selatan

Data tentang keanekaragaman spesies lalat buah, tanaman inang, tingka
serangan, daerah sebar dan musuh alaminya telah dilakukan oleh Jurusan Hama dan
penyakit Tumbuhan Fakultas pertanian Universitas Sriwijya, antara lain Tamariana el
al. (2006), Siagian et al. (2004), Adam et al. (2006), Pujiastirti et al. (2004), Lukman er

al.

Q004), dan Opriana et al. (2004). Beberapa instansi pdmerintah seperti Balai
Karantina Boom Baru Palembang Q004,2005,2006), Balai Proteksi Tanaman Pangan
dan Hortikultura dan lembagaJembaga yang berada dibawahnya secara rutin mengamati

Prorfulln* Seminar Nofllonal "Pengelolaon organisme pengangu unbuhan fun sumber doya hatsti yang
be:vowaanlingkangan dolan nenyifupi donpk pmanasan global" Palenbang, l8 Ohtober 2008

t06

lrDI@

eir
slh,

M

Che
,1rGd

I*t
Cbrn

hoin
Shio

AJ

Pennsunan

Pdl -Riji ,4ralFir

hama lalat buah. . ..

',

Pljiosluli

OPT pada berbagai jenis komoditi. Namun demikian, pengamatan secara khusus untuk
jenis hama lalat buah masih sedikit dilakukan.

PENUTI'P
Dalam usaha meningkatkan perdagangan atau lalulintas komoditi khususnya
buah-buahan, maka serangan lalat buah harus dihindarkan. Untuk itu cara pencegahan
(preventif) dan pengobatan (kuratif) hendaknya selalu dilakukan. Kepentingan surat
kesehatan tanaman menjadi kebutuhan yang tak terelakan, sehingga harus didukung
oleh data penunjang guna penlusunan Pest Risk Analysis (PRA). Karena keterbatasan

tenaga dari instansi pemerintah maka perguruan tinggi sebagai akademisi harus
bekerjasama dengan berbagai pihak guna melengkapi kekurangan data yang diperlukan
sehingga nantinya dapat disusun PRA khususnya bagi lalat buah di Sumatera Selatan.

DAFTARPUSTAKA
Adam, T., N. ljahjadi dan SS, Silalahi. 2006. Pengujian Beberapa Jenis Tumbuhan
Sebagai Sumber Atraktan Lalat Buah Bactrocera spp. (Diptera : Tephritidae)
Pada Tanaman Belimbing Manis (Averhoa carambola). Makalah seminar
bulanan (Oktober) Jurusan HPT FP LTNSPJ.
Balai Karantina Tumbuhan kelas I Boombaru Palembang. 2004. Laporan hasil
pemantauan lalat buah di propinsi Sumatera Selatan. proyek pengembangan
Karantina Pertanian Sumatera Sel atan.22 hal.
Balai Karantina Tumbuhan kelas I Boombaru Palembang. 2005. Laporan hasil
pemantauan lalat buah di propinsi Sumatera Selatan. 30 hal.
Balai Karantina Tumbuhan kelas I Boombaru Palembang. 2006. Laporan hasil
pemantauan lalat buah di propinsi Sumatera Selatan. 32 hal.
Chang C.L. and R. Kurashim a. 1999. Effect of ascorbic acid-rich bell pepper on
development of Bactrocera lati/rons (Diptera : Tephritidae). J. Econ.

:l I 0 8-l I 1 2.
T.S.S. Subazar and S. Sastrodihardjo. 1996. Attractiveness of Methyl
eugenol to fr:uit fly Bactocera carambolae (Diptera: Tephtritidae) in Indonesia.
Ann. Entomol. Soc. Am. 89 (5): 653-660.
Lukman, H., Pujiastuti, Y. dan Effendy. 2004. Pengenalan jenis lalat buah yang
menyerang tanaman buah di Kecamatan Inderalaya, Fakultas pertanian.
Universitas Sriwijaya
Opriana, E., Pujiastuti Y., dan Thalib, R.2004. Jenis tanaman buah dan lalat buah yang
menyerang sayuran Solanaceae di Kecamatan Inderalaya. Jurusan Hama dan
Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian UNSRI
Pujiastuti, Y.,'Samad, S. dan Harnisah. 2004. Pengujian beberapa ketinggian perangkip
berwarna dengan metil eugenol untuk pengendalian hama lalaLb:uah Bactrocem
dorsalis. Fakr tzs Pertanian Universitas Sriw[iaya.
Shige, M. 1991. Future prospects of eradication of fruit flies. proceeding of
International Symposium on T'he Biologt and Control of Fruir F/res. Okinawa, lapan2-4 September. 126-136
Ent om o 1.92

Iwashi,

O.

PrNldw Saniaar

Na$iorral "Pengelolaan organisme penwngu tumbuhan fua *nber &rya hq ti yang
beneowasan lingkungan dalan neryikopi danpk penonasan globl" Palembang 18 Oktotet 2008

' -

107

Penyusunal PeJ,

Rirl lrarsis

hama lalat boah.

Pxjidir;

Siagian, F. , Pujiastuti, Y., dan Adam T.2004. Tingkat serangan dan jenis lalat buah
yang menyerang pada tanaman belimbing di Kecamatan Inderalaya, Kabupatr
Ogan I I ir.Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Tamariana, D., Y. Pujiastuti, dan R. Thalib.2006. Efektivitas Minyak Selasih
(Ocimum tenuiflorum L.) Terhadap Jumlah Tangkapan Lalat B:uah @actr.ocen

-l

{d.

Hijr

spp.) (Diptera: Tephritidae) Pada Tanaman Buah-Buahan. Makalah seminr

bulanan (Nopember) Jurusan HPT FP UNSRI.
Vijaysegaran, S., and M.S. Osman. 1991. Fruit flies in Peninsular Malaysia: Their
economic importance and control strategies. Proceeding oflnternational Synposium
The Biolog and Contol of Fruit Flies. Okinawa-Japan 24 September. 103-1 13.

n

lu
Jf
re

pD

.&

E6

c5
I

k

b!trr

ri
E

I:A

:

hd*
6

gf,

h

ffin-r

df pt

Ptotiding Sernina. N4{ional "Pengeloldqn orgsnisme pengangu nmbahan dan ,unber doya hayatl
dolan neryikapi danpk penanoson global,, palenbang, lg Okatter 20ig

108

-Wg-

Jenis-jenis parasitoid

telv

Eurydema

pxlchrun (West.).............. ....-........p. Stkmayrati,

o,

S.

Herlinda, y. pujiastuti

o q o,?ig

JENIS-JENIS PARASITOID TE,LTJR Euryitemd pulchtum (WEST.)
(HEMIPTERA: PENTATOMIDAE) PADA TANAMAN BRAssIcAcEAE
Pepsy Sukmawatyl, Siti Herlinda2, yulia pujiastuti2
)
Alumni Jurusan Hama dari penyalit Tumbuhan
2)
Dosen Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas pertanian Universitas
sriwijaya
Jl. Palembang-Prabumulih Km. 32 Indralaya Ogan llir 30662

ABSTRAK
Penelitian bertujuan mengidentifikasi spesies parasitoid yang mem arasit telw Eurydema

pulchrum (west.) (Hemiptera: pentatomidae) pada tanaman Brassicaceai dan
mengetahui kemampuan parasitoid itu memarasit telur. penelitian dilalorkan di
daerah
dataran rendah (Talang Buruk, Sukarame dan Bukit Sangkal, palembang), dan
di aaeratr
dataran tinggi (Pagardin, Muarasiban, Tegurwangi, Beding Kresek, ain-rara villages,
Pagaralam)
Sumatera Selatan dari Januari sampai Juni 200g. Identifiiasi

.provinsi
parasitoid dilakukan di Labomtorium Entomologi, Jurusan Hama dan penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian universitas Sriwijaya. pengambilan telw E putc'hrum
dari tanaman dilakukan dengan disengaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
parasitoid yang muncul dari telur E. pulchrum ialah relenomus rp. (Hy*"nopt".u,
Scelionidae). Tingkat parasitisasi tertinggi terjadi di tanaman caisin di aut** .*a*,
di ralang Buruk (58,06%) tanggal 5 April 2008. Tingkat parasitisasi tertinggi te4adi di
tanaman caisin di datarar tinggi di Muarasiban (75Vo) taiggat 2 Mei 200g.
Kata Kunci: parasitoid, Brassicaceae, Eurydema putchrii, Telenomus sp.
PENDAHULUAN
sayuan memp,nyai arti penting karena dapat menghasilkan
,bahan Tanaman
makanan. yang

salah satu

sangat diperlukan bagi manusia.- usaha masyarakat dalam
meningkatkan nilai gizi makanan sehari-hari semakin nyata dan untuk iiu peningkatan
produksi sayuran menjadi sangat penting. Sa1,r:ran merupakan sumber vitamil
dan
mineral, terutama vitamin B dan C ( Nazarudin, 1993).
Salah satu dari saluran penting tersebut adalah tanaman Brassicaceae (kubiskubisan) memiliki ciri daun dan bunga yang berbentuk vas kembang. umumnya'b,nga
berwama kuning nam,n ada pula yang berwama putih. Bunganya teidapat dalam
tandin
yang muncul dari ujung batang/tunas. Brassicaceae berbunga sempuma
dengan enam
benang sari dalam lingkaran dalam, sisanya dalam lingkaran luar.'Buahnya ["ru"i*polong (s/rgae). Biji buahnya merekat pada kedua sisi sekat bitik yang
mlmbagi buahmenjadi dua ruangan. Sayuran Brassicaceae atau cruciferae metiputi ieuoupaie""s,
diantaranya adalah kubis (kol), petsai, sawi, dan lobak (Sunarjono, )00:).
Tanaman sayuran' dari famili Brassicaceae banyak digemari dan perlu
ditingkatkan kualitasnya dengan mempertahankan nilai kosmetika aari tanaman iniagar
nilai ekonomisnya tinggi. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mengendalifan
hama yang terdapat pada tanaman jenis Brassicaieae. Kepik {rfiis E.- purchrii
Nasroy( "Pengelglaan otganis,ne Wnggdnggu tumbuhan don sa ber dayd hayati yarg
*rvavasah lingluhgan dalam menyihapi dampak penanosan global" palembang, Ig Otaober 20iE -

Prosiding Seminar

Jenis-jenis parasitoid telur Eurydema parcihrun (west.).............. --...........p. suronawati, s. Herlihda, y. puji,L:-

Ienis-jenis

(Westw.) (Hemiptera: Pentatomidae) merupakan salah satu jenis hama yang perh

pemeliha
gelang.
P

dikendalikan.
Kepik kubis E pulchrum tercebar luas di wilayah paleartik, khususnya di nega
Eropa dan Mediterania (Kivan & Kilic, 2000). Kepik kubis berwama oranye hitam yaog
unik. Panjang tubuh kepik berkisar antara 7-11 mm. Kepik tersebut sering ditemi,kpada tanaman sawi-sawian dan lobak putih, khususnya pada brmga dan buah (Kalsover1981).
Kepik Kubis dilaporkan menyerang lebih dari 50 spesies tanaman termast
tanaman kubis-kubisan. Hama ini menyerang tanaman muda mzupun dewasa. Tanamdewasa terserang dapat bertahan sedangkan tanaman muda yang terserang akr
mengalami kematian (Lugwig & Kok, 2000).
Kepik kubis merupakan salah salah satu hama penting pada tanaman kubir
caisim dan tanamarl lainnya yang termasuk dalam famili Brassicaceae. Di sumatere
Selatan, hama ini menyebabkan daun caisin layu, bunga dan buah kempis berwarrr
putih dan hangus seperti terbakar. Serangan berat hama tersebut menyebabkan darr
daun membusuk, sedangkan bunga-brmga tidak dapat menghasilkan biji. selain caisiukepik ini dapat menyerang brokoli, kembang kol, sawi, petsai dan sawi jabung. Haoe
ini juga dapat menyerang tumbuhan liar, seperti kanoli, sawi tanah atau sawi lemah.
kardamin. Karena caisin sering dikonsumsi dalam bentuk segar (lalapan), maka dala
pengendalian harus aman bagi konsumen. Untuk itu, atematif yang baik dalo
pengenrlaliarurya adalah secara hayati, menggunakan jamur entomopatogen, parasitr*!
dan predator (Herlinda et a|.2005).
Pengendalian hayati memiliki kelebihan dibanding dengan cara pengend2tiyang lain karena tidak memiliki dampak samping yang merugikan terhadap prodrl
pertanian (produk bebas racun). Parasitoid, predator, dan patogen bersifat spesifik ine,E
atau mangsa sehingga tidak merugikan organisme lain, serta tidak membahayakr
lingkungan (Bosch et al. 1985).
Tujuan penelitian ialah Mengidentifikasi jenis-jenis parasitoid yang berasosiasi dengn
telur kepik kubis dari sentra produksi sayuran di sumatera Selatan. Dan
-"nentuk r
potensi parasitoid yang ditemukan dari sentra produksi sayuan di Sumatera Selatan.

Penelitian ini telah dilaksanakan di pertanaman sayuran milik petani y_ane
menanam sayuran jenis Brassicaceae yang berada di sentra produksf sayuran d
Sumatera Selatan, yaitu dataran tinggi Pagaralam dan sekitamya (pagardin, Muarasirra,.
Tegurwangi, Bedeng Kresek), dataran sedang Lahat dan sekitamya (Jarai Kab. Laha!
dan dataran rendah Palembang dq] sekitamya (Sukarame, Talang Buruk, Bnki
Sangkal), serta Laboratorium Entomologi Jurusan Haina dan penyakit Tumbuha
Fakultas Pertanian universitas sriwijaya Inderalaya dan telah dilaksanakan pada bul.a

Januari sampai Juni 2008.
Bahan-bahan yang digunakan adalah tanaman jenis Brassicaceae sebagai paka
E. pulchrum selama pengamatan di lapangan, alkohol 70%. Sedangkan alat-alat yang
digunakan adalah, tabung reaksi (diameter I cm, tinggi 72 cm), gunting/ cutter, pem.
kertas label, kotak kaca berukuran 20 cmx 30 cm yang diberi lampu l0 Watt (unnt

"Pengelolaan organisme penEgonggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang
berwawasan liaghngan dalam menyikopi dampak pemanasan global" palembang, 18 Oktobir

20bg -

246

langsmg
dalam br
sampline
pulchrun

Cara Ke

E

(5-1.s00
Pagarala

sedang L
berkisar

Buruk, S
akan dil

populasi
Oleh kar
serangan

I\

jel
lokasi, v
tabung r,
setiap

pendataa
setiap lo.

guna me
ketinggir

I

BAHANDAI{METODE

losiding Sentnar Nosronol

1

dipanasl

yang tel
kedalam

Parame

I

mikrosk

Fakultas
morfolol

al.Q00t

Ptosiding,
bervdtasa

Jenis-jeris parasitoid te}ur Eurydemq pulchr rt (west.)..............

............,p.

Sakmdvlati, s. Herlinda,

y pujiastuti

pemeliharaan telur), buku, botol vial, kamera
digitar, kuas kecil, kain hitam, karet
gelang.

ini menggunakan metode observasi, yaifu dengan pengamatan
langsmg ke lapangan, kemudian data yang diperoleh
disajitan a*g*
dalam. bentuk tabel dengan pengambilan-co"tof,
y*g dilakukan secara purposive
sampling yaitu pengambilan telur contoh pada beberapJl"dir;;
pulchrum pada pertanaman Brassicaceae.
Penelitian

*.tIi"i"bJ^i

,.;.;;;##;.

Cara Kerja
1. Penentuan lokasi

penelitian

lksnlgrasi parasitod telw E. pulchrum dilakukan di berbagai ketinggian temoat
gi11"n" produksi sayuran di s"ruto" i"ru-t*11ari,"iffi,L'i#i
S1^,;139:,1t,1
ragaratam
dan sekrtarnya (pa.gardin, I4uarasiban,Tegurwangi, Bedeng
IGesek), dataia;
sedang Lahat dan sekitamya (Jarai, Kab. Lahat).
iok'asi yang diamati mempunyai luas
berkisar antara 2500-7500 m2 . Dataran r"niun
Buruk, Sukarame, Bukit Sangkal). Dengan luas lokasi 300"m1
akan. dilakukan pada daerah yang tersJrang berat
maupun ringan karena dinamika
hala
yang tinggi dapat mengiindikasikan ketidakefektiian ,n*rh;;;;;,
npllf
oleh karena itu, koleksi musuh alami sebuiknya dilakukan jula
;i;;.*h;il;ci;
serangan E. pulchrum retdah.
2. pengambilan Telur Contoh
._

-

_ ^

rr.*r*"g-d*-;;kffi;'1i;;
p;;;iliil'"il;f;

Minimal satu jenis tanaman ada l0 kelompok terur contoh dari
setiap lokasi dan
j:TIr*sicaceae.yang
berbeda dimasukkan dalam tempat yang terpisah, dicatat
::l:,:t
ro{asr, waKtu pengambilan contoh Brassicaceae. Telur contoh
dimasukk* t" auu*
tabung reaksi (diameter

.

1 cm dan tinggi 12 cm). Setiap pengambilan contoh
dilakukan
pendataan tentang jenis Brassicaceae baik yang aibudiduyik*
_urrp* y."g
ai
setiap lokasi pengamatan. Imago parasitoid iu"irrtu l.
tingkat parasitasi telur dan penyebaran parasitoii
Keungglan lempat.

lr*
pitrn** y-giio,,; ;;;;
a*ii.ri-uiI
"fi"

gT:^T::lgT

3, Pemeliharaan Telur di Laboratorium

Di laboratorium telur dipelihara sampai telur menetas, tetapi seberumnya
telur

dipanaskan dengan menggunakan kotak kaca yang disinari
lampu
14
dipisahkan antara nimfa dan parasitoia t"rn"ai*
,
IiC,
.T"l"F
Keoalam botor vial yang terpisah berisi alkohol 70%o dengan
mengg,nakan kuas kecil.

r;h-;

"tf

fi. i;i;

air"*i.lil

Parameter PEngamatan

l. Jenis parasitoid yang

muncul

-"

yang didapat sela4iutnya diidentifikasi dengan menggunakan
.. -Parasitoid
mikoskop
di Laboratorium Entomologi iurusan Hama dan pJnyakit i;;-d
Fakultas Pertania universitas Sriwijayilnderalaya. Identifikasi
aal*k*
Jf

dengan mengg'nakan buku acuan Fittton dan Walker (1992)
"G,
d;b;;i;;
ry{qt:g
at. (2000).

Syr:nlt Nasalal

fo$idtn9
berwowason

-

pengelolaan

penganggu nmbuhan dan sumber daya furdti yanr!

.oryanisme
linghtngan datam menyikopi dampak
pninalan [i-obaf, patiiibang, ]8 Okober 2008

Jenis-jenis parasitoid lelur Eurydema pulchrrr,

2,

(west.).......,.........,,,...,...P.

Sulonawali, S.

He inda,

Y. Pujiastut:

Tingkat parasitasi

Tingkat parasitisasi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat parasitasi =

!

telur ternarasit

ffi

*toox

aills-Jenrs pi

M
menentul

imago

b<

imago be
Calam m
preferens
makanan

IIASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Parasitoid Telur Eurydema pulchrzn (West.) yang Muncul
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lapangan ditemukan satu jenis
parasitoid yaitu parasitoid Telenomus sp. (Hymenoptera: Scelionidae). Parasitoid ini
muncul dari tehx E. pulchrun yang terdapat pada tanaman caisim dan tanaman sawi
pahit.
Telur E pulchrum yang terparasit oleh Telenomus sp. Mengalami perubahan
wama yaitu berwama hitam, menjadi lebih keras, pada sisi sebelah atas menjadi lebih
menonjol. Telur yang terparasit, telumya berlubang tempat dimana parsitoid tersebut
keluar. Sedangkan telur yang tidak terparsit warnanya keabuan, lingkaran putih pada
permukaan telur terlihat sangat jelas.
Flander (1937) menyatakan perubahan wama ini disebabkan oleh pengendapan
pigrnen hitam pada selaput vitelin. Imago parasitoid muncul dari telur E pulchrum
sekitar 8- 1 5 hari setelah peletakkan telur parasitoid.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa nimfa dari .E. 'pulchrum rnenetas dari
bagian samping telur. Hal tersebut terjadi karena pada wakhr menetas hama ini
mempunyai kebiasan mengumpul, sehingga jika mereka keluar dari atas maka ada saja
nimfa E Pulchrum yang jatuh ke tanah dan mati. Sedangkan telur yarg terparasit,
parasitoidnya keluar dari permukaan atas telur dan terdapat lubang pada tempat
keluamya. Karena setelah kelum dari telur, parasitoid ini langsung aktif memarasit telur
yang lain.
Menurut Deli (2006) berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa
Telenomus sp. memiliki panjang tubuh 1-2,5 mm, yang paling kecil 0,imm tapi jarang
ditemukan. Sebagian besm panjangnya 1,5 mm. lmago berwama hitam bercampur
wama kuning. Ada juga yang berwama metalik. Antera dominan terdiri dari 9-10 ruas.
Pada jantan juga terdapat flagella yang terdiri dari tiga modifikasi segmen. Sayap
mempunyai lapisan submarginal pembuluh sayap mulai dari bagian depan sayap sampai
berlanjut pada lapisan marginal pembuluh sayap.
' Antena imago jantan tidak memiliki club. Imago jantan memiliki femur dan tibia
berwama cokat pucat. lmago Telenomus sp. betina memiliki femur dan tibia berwama
coklat pucat. Imago betina meletakkan satu telur dalam satu inang dan inang itu
merupakan tempat berkembangnya embrio parasitoid. Pada ujmg abdomen betina
terdapat ovipositor yang berfungsi untuk meletakkan telur. Parasitoid ini bersifat
superparasitoid, tetapi kematian akibat persaingan larva atau keterbatasan makanan di
dalam telur menyebabkan hanya satu larva parasitoid yang berkembang sempurna
Telur yang diparasit ialah telur yang kurang dai 72 jmn setelah diletakkan @ass &
Parshad 1983).

Ptosldlng Sen ln$ Nosionol " Pengelolaan organist te pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayati yang
berwawasan linghtngon dalam menyikapi dampak pemanasan global " Palembang, 1 8 Olaober 2008

B. Tingli

T
gYulan

I

rata-rata

Tabel

1.

Waktu

Talang

I

28 Janua

23 Marel

April 2
Sukarar

5

9 Maret

l

24Marc
Bukit S:

30 Janue
24 Mare

Total
Rata-ra

pulchru
karena
sehingg

f)i

daer

tahun.

l

inang I
dapat b

peneliti
Penggt
resister
di lapa

Prosidiq
henltbl)a

Jenis-jenis pamsiloid

tel]Ui.

Euryde

a

pulchruD, (west.)...........

...-..-..-....,.p. Suknawati,

S.

Herlinda, y- pujiastuti

Mennrut Herlinda et al. e005) ada parasitoid yang memilih
inang dalam
jenis kelamin
diletakkan. Apabiia ii*g
.y*C
lmago betrna akan meletakkan
"*"p b"r'*
telur bakal betina, jika inang birukuran
kecil
maka
-b.J"r*
imago betina akan meletakkan telur bakar jantan. rieruagai ail..
rir-g[*g*
dalam menenhrkan laju memarasit oleh suatu parasitold terhadap
preferensi makanan, parasitoid terhadap inangnya,
kerapatan parasitoid, kualitas
-

laT$i

;i;

+q

;;il,;;#;,

makanan dan adanya altematif.

B. Tingkat Parasitisasi

Tingkat parasitisasi telur E. pulchrum oleh relenomus sp. Di
senha produksi
sayuran dataran rendah tertinggi terdapat pada derah Talang
Buruk a.rgu, pJrr"ntu."
rata-rata 58,06%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

1.

-

Tabel 1. Tingkat parsitis asi teh.o Eurydema purchrum (west.) oleh
Telenomus
sentra produksi sayuran dataran rendah
Waktu pengamatan/
lokasi

Jumlah telur contoh

(butir)

sp.

Jumlah

Parasitisasi

Telenomus sp.

(%)

di

muncul (ekor)

Talang Buruk
28 Januari 2008
23 Maret 2008
5

April 2008

Sukarame
9 Maret 2008
24 Meret 2008
Bukit Sangkal
30 Januari 2008
24 Maret 2008

208
48

41

19,71

12

62

36

25
58,06

181

96

53,03

30

12

40

84
38

l1

13,09

12

31,s7
34,35

Dari. hasil perhitungan yang dilahrkan, tata-rata persentase parasitisasi
telur.E

-.
pulchrum.d

Pu"."t, Talang Buruk dan Sukarame olei T"l"ro*is

;.;rkd-;;;
p",J*;; ;;;i;
p"i*rr;;;;i;;:
,.0*j;;
t"r*'rd[i
fd"*;;;.

karena pada daerah tersebut cukup tersedianya telur.E pulchrum
di
gehingga imago parasitoid tersebut banyak blterbangan di sekitar
Di daerah ralang Buruk, Bukit_ Sangkal dan sukarine, tanaman caisin
ada
tahun. Dengan adanya hal tersebut.maka E pulchrum yang
menghasilk*
i,nane.bagi Telenomus sp. Tersedia dalam-sepanjang tahL seiingga
dapat berkembang biak.
terur E. purchrum oreh Terenomus sp. pada tanaman caisin
di lokasi
,. .Parasitisasi
penerrtran tergorong tinggi karena pada lokasi tersebut
tidak digunakan insektisida.
Pengg,naan insektisida yang berlebihan
dapat membuat rru-u ,n"ojuai
r_esisten juga dapat menekan maksimal bagi.disamping
musui Jami atau membunuh musuh a-ami
di lapangan, termasuk parasitoid di lapangan.

Proslding Sen ln@ Nasional 'pengelolaan organishe
Wrrgganggu tumbuhan dan sumber dava havali vano
- oerulavasan ttngk ngon datam meryikapi dampak penanason globa!,, palembang, g
t
Otaotir ZOitg

Jenis-jenis parasitoid telw Eurydema

pulchnti (West.)...""

Suknawati' S' Herlihda' Y' Puiiastuil

" " """ """P'

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Deli (2005) dimana
tingkat parasitis asi tefu E.-pulihrum oleh Telenomus sp. pada tanaman caisin di Talang
S;ok ..t".* 100% pada umur tanaman berumur 30 hst sampai akhir pengamatan..Hal
ini disebabkan karena keberadaan imago di lapangan mulai meningkat. Tingginya
iingkut parasitisasi telur E pulchrum oleh Telenomus sp. pada tanaman caisin di lokasi
tinggi karena pada lokasi tersebut tidak digunakan insektisida. _
p.- --firgfut
' "hiu, t"rgolong
paiasit[isi tehtt E. pulchrum oleh Telenom,s sp. di sentra produksi
sayura, ditara, tinggi tertinggi Grdapat pada daerah Muarasiban pada waktu
p.'rg"*r* Z tr,tei ZO'd'S di pertanaman caisin dengan persentase rata-mta 75%. Untuk
_

iebih j elasnya dapat dilihat pada Tabel 2.

"

sedangkan rendahnya tingkat parasitisasi telur. E. pulchrum pada daerah
pagardin, Tegi'wangi dan Bedeng Kresek dibandingkan di daerah Muarasiban dan Jarai
-tur""uintensitas penyemprotan insektisida cukup tinggi. Iltensitt
aifr.iU"**
tlal
p*V"rrpi"t"" yang dilakukan puau du..utr fug*din sampai mencapai 2 kali sehari,
iur
i.il"riaau"tian-keberadaan-parasitoid di tempat-tersebut menjadi rendah. Selain
jrg" t*L* yang telah berbunga yang berfrrngsi sebagai pakan E pulchram tidak
oleh bunga pada
i&dt;, paaan* ni ini sangat pe-nting karena nektar- yang dihasilkanpulchrum
kareoa
t*u.*'"uiti" merupakan pakan yang sangat baik bagi E'
-

-"ngana*gt*yaknutrisiyangbergunabagiperkembarrgarrE.pulchrumdilapangan
d
Tabel 2. Tingkat parsitisasi lehtr Eurydema pulchrum (west.) oleh Telenomus sp.
sentra produksi sayuran dataran tinggi
Waktu pengamatan/
lokasi

Jumlah telur contoh

Jumlah

Parasitisasi

(butir)

Telenomus sp.

(%)

muncul (ekor)

petani me
Josis yanl
Ciantaranl

Hi
laerah

ter

menurun.
memberil
p€rtanami

Pe

lihtrodul

-r'ang dig
Spesies-q
16 famili,
1'ang lain
,lalam far

l.
l.

A
Parar

Selat:

Tinel

s8,06
datari
B
-.ebaiknyr

Jarai
8 Februari 2008

290

93

32,06

2 Mei 2008

108

1

0,92

Bedeng Kresek
8 Februari 2008
2 Mei 2008

228

4l

0

0

18,8s
0

698

l0l

14,46

fi

0

0

290

154

53,10

120

90

'15

Tegurwangi
8 Februari 2008

2 Mei 2008

Muarasiban
8 Februari 2008
2

:nrs-Jen6 pa

Mei 2008

Dass R,
p

o"

Flander

E

Herlinda

B

C

Pagardin
d Februari 2008
2 Mei 2008

84

4

4,76

0

0

0

181,8

Rata-rata

19,915

Irrvan I

I

j

Kalsover

Terkadang penyemprotan insektisida yang dilakukan oleh petani melebihi dosis
yang dianjurkan.-suhk* unhrk mengendalikan hama pada tanaman caisim dan sasi
'Pengelolaan organisme pengganggu lumbuhan don sumber doya hoyati yang
dalam -e-nvikopi dampak pema'asan global" Palembang' 18 otaober 2008

prosidine Seminor Noslonal
'b;;;;";;ii;;iretn

hosiding i

Jenis-jenis parasitoid telut Eurydema pulchn0a (W€st.)............,.
----.........p. Subnawari, S. Herlinda, y. pujiasruti

petani menggunakan 3-5 insektisida. pemakaian 3-5 jenisjenis insektisida
dan melebihi
dosis yang dianjurkan disebabkan adanya serangan beberapa hama selain z. pitcnrii,
diattarunya Plutela xylostella, Spodoptera litura dan Myzus persicae.
Hal tersebut selain terjadinya resurjensi hama juga mengakibatkan parasitoid di
daerah tersebut berkurang populasinya sehingga p"rrintas" parasitisasi oleh parasitoid
menumn. Adanya penyemprotan insektisida pada pertanaman caisim dan ,u*i put
it
memberikan pengaruh yang kurang baik bagi keberadaan parasitoid yang ada ai iarran
pertanaman tersebut,
Paxasitoid adalah kelompok musuh alami serangga hama yang paling banyak
diintroduksikan untuk pengendalian hayati serangga hama. Sebagian iesar parasiioia
yang digunakan dalam pengendalian hayati tergorong dalam ordo Hymenoptera.
Spesies-spesies parasitoid yang dimanfaatkan dalam pengendalian itu t"rgotong
iala*
26 famili, namun kategori tertentu spesies-spesiesnya-lebih banyak digunikan jaripaaa
yang lain. Famili yang terbanyak digunakan adalah ordo HymenoptJra salah
satirnya
dalam famili Scelionidae.

SIMPULAT{ DA}t SARAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini ialah:
Parasitoid yang ditemukan pada telur E. pulchrum di sentra sayuran Sumatera
Selatan ialah Telenomus sp.
2. Tin-gkat parasitasi telw E pulchrum oleh relenomus sp. di dataran rendah mencapai
58,06%. Sedangkan tingkat parasitisasi telur E. pulchrum oleh Telenomus sp.'Di
dataran tinggi mencapu 75%o
_ ., B,nga caisin dapat menyediakan pakan bagi relenomus sp.; oleh karena.itu
sebaiknya tanaman caisin yang telah berbunga tidak disemprot dengan insektisida.

1.

DAF'TARPUSTAKA
Dass R, Parshad B. 1983. Influence of age of Spodoptera litura (Fabicius) egg on
parasitisation by Telenomus remzs Nixon (Hymenoptera: Scelionidaej Jiirnal
of Entomological Research 7 :lB-20 .

Flander SE. 1937. Notes on the life hostory and anatomy
Entomol. Soc. Am. 30:304-308.

of Trichogramma Awt.

Herlinda, S., Harnadiyah., T. Adam, dan R. Thalib. 2005. Toksisitas Isolat-isolat
Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. Terhadap Nimfa Eurydema pulchrum
(Westw.) (Hemiptera: Pentatomidae). Agia 2(Z): 34-37.

Irwan D. 2005. Populasi Serangan Eurydema pulchrum (West.)

(Hemiptera:
Pentatomidae), serta Parasitoid relumya pada Tanaman caisin (Brissica
juncea Linrt.) [Skripsi]. Indralaya: Fakultas pertanian, Universitas Sriwijaya.

Kalsoven, L.G.E. 1981. The Pest crops in Indonesia. Resived and rranslated by p.A
Van der Lan. PT. Ichtiar Baru. Jakarta.

Prosiding seoinar Nosiafial " Pengelolaan
pengganggu tumbuhan dan sumber daya hayoti yang
-aganisme
bert)qwasqn linghtngat dalam neryikapi dantpak
pemanasan [iobal ,' palembang, I g Oktober 20ig

' -

251

Jenis-jenis pamsitoid t€lv Eurydema

pulchnn (West.)........... .......... --....P.

Suknavtnti, S. Herlinda, Y. Pu- -:---a

Kivan, M and N. Kilic. 2000. Fencundity of Eurydema omatum Feending on a Variq
of Seeds under Laboratory Conditions (online) Hhtp://Search. YahaCom/search?p=red+cabbage+bug frTP-tab-web+&too gle=I&ei--UT&8.
Lugrvrg, S. W. and L. T. Kok. 2000. Harlequin bug, Murgantia histrionica
(Heteroptera: Pentatomidae) Development on Three Crucifers and
Damage on Broccoli. Crop Protection (2001).

-:

JaJl sara

h)PULASI
Rosdah
j.rrusan

Ha.t

Nazarudin. 1993. Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. JakartaSunarjono. 2003. Bercocok Tanam Sayur-sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadalr
Jakarta.

&

Messenger PS, Gitierrez AP. 1985. An Introduction to
Control. Plenum Press. New York and London.

Van den Bosch

Biologid

objecti

toid

s

csearch '*'a

,irect obse
tree days u

p.pulation,
:r:rasitation
'taichrum

I

)amage

Pe

:etd was

l

l:lenomus
:r.51%.

Kel
?entatomi<
Brassicac,

Linn.)

(

.LepidoPtt
'dama tadi
lan buah
rlenYebab
]lenghasil
sawi, Pet:
kanola (r,
K(
60%. KeP
menyebat
kempis. I
rendah Sr

lHerlinda

Sr

kubis ini
saytuan

nammpr
Prosiding Seminar Nosional "Pengelolaan organisme penggangg tumbuhan dan srmber dqn hdyqti )ong
berwawasan liagktngan dalam menyikapi dampak pemanasan global " Palembang I 8 Oktober 2008

)