20. PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT SETELAH TRANSPLANTASI KULIT SECARA AUTOGRAFT DAN ISOGRAFT PADA ANJING LOKAL (Canis lupus familiaris) Description of Leucocyte on Skin Transplantation Lessio by Autograph and Isograph on Local Canine (Canis Lupus familiaris) |

Jurnal Medika Veterinaria
P-ISSN : 0853-1943; E-ISSN : 2503-1600

Vol. 10 No. 2, Mei 2016

PERBEDAAN JUMLAH LEUKOSIT SETELAH TRANSPLANTASI
KULIT SECARA AUTOGRAFT DAN ISOGRAFT PADA
ANJING LOKAL (Canis lupus familiaris)
Description of Leucocyte on Skin Transplantation Lessio by Autograph and Isograph on
Local Canine (Canis Lupus familiaris)
Irnandha Rafdinal1*, Amiruddin2, Nuzul Asmilia2, Zuraidawati2, Arman Sayuti2, Zuhrawati2, dan Razali Daud2
1

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
2
Laboratorium Klinik Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
*Corresponding author: [email protected]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran jumlah leukosit antara penyembuhan luka transplantasi secara autograft dan isograft pada anjing
lokal. Dalam penelitian ini digunakan empat ekor anjing lokal. Sebelum melakukan operasi, hewan percobaan dipuasakan, selanjutnya diinjeksi

dengan atropin sulfat secara subkutan sebagai premedikasi dan dianestesi menggunakan ketamin dan xilazin secara intramuskular. Setelah dianestesi,
dibuat insisi kulit dengan luas 3x3 cm pada bagian dada sebelah kanan dan paha sebelah kanan, kemudian baru dilakukan transplantasi autograft dan
isograft. Pengambilan darah dilakukan pada vena chepalica sebanyak 1 ml pada hari ke-0, 3, 6, 9, dan 12 setelah transplantasi. Data dianalisis dengan
analisis varian pola split-plot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah leukosit setelah transplantasi kulit secara autograft pada hari ke-0
(7,80±0,57) x 103/mm3, hari ke-3 (12,36±0,06) x 103/mm3, hari ke-6 (12,98±0,32) x 103/mm3, hari ke-9 (15,42±0,11) x 103/mm3, hari ke-12 (17,66 ±
0,45) x 103/mm3 dan jumlah leukosit setelah transplantasi kulit secara isograft adalah hari ke-0 (6,80±0,57) x 103/mm3, hari ke-3 (9,35±0,36) x
103/mm3, hari ke-6 (12,59±4,17) x 103/mm3, hari ke-9 (16,11±1,10) x 103/mm3, hari ke-12 (18,57±0,33) x 103/mm3. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa jumlah leukosit lebih tinggi pada perlakuan isograft dibandingkan dengan transplantasi autograft.
____________________________________________________________________________________________________________________
Kata kunci: leukosit, autograft, isograft

ABSTRACT
This research aimed to determined the description of leucocyte on transplantation wound by autograph and isograph on local canine. This
research used 4 local dogs. Sample animals were fasted 6 hours before surgery, then injected with atropine sulfate subcutaneously as
premedication, followed by anaesthesized by ketamine and xylazine intramuscularly. The incision 3x3 cm was made on right chest’s skin and
right side of thigh, then transplantation was carried out by autograft and isograph. Blood colection was conducted through chepalica vein for 1
ml on 0,3,6,9, and 12 day after treatment. Data were analyzed using split plot pattern ANOVA. The results showed that the total of leucocyte after
skin transplantation by autograph on day 0, 3, 6, 9, and 12 were (7.80±0.57) x 103/mm3, (12.36±0.06) x 103/mm3, (12.98±0.32) x 103/mm3, (15.42
± 0.11) x 103/mm3, and (17.66±0.45) x 103/mm3, and total of leucocyte after skin transplantation by isograph on day 0, 3, 6, 9, and 12 were
(6.80±0.57) x 103/mm3, (9.35±0.36) x 103/mm3, (12.59±4.17) x 103/mm3, (16.11± 1.10) x 103/mm3, and (18.57±0.33) x 103/mm3. Based on the

result it can be concluded that total of leucocyte on isograph skin transplantation is higher than autograph skin transplantation.
____________________________________________________________________________________________________________________
Key words: leucocyte, autograph, isograph

PENDAHULUAN
Anjing merupakan salah satu hewan kesayangan
yang digemari dan dipelihara oleh manusia karena
setia, lucu, dan pandai. Selain sebagai hewan
kesayangan, anjing juga dimanfaatkan oleh manusia
sebagai hewan penjaga rumah, berburu, bahkan sebagai
anjing pelacak (Mugford, 1994). Berdasarkan sejarah,
di Sumatera Barat anjing dimanfaatkan sebagai hewan
pemburu untuk mengusir hama babi yang merusak
tanah pertanian penduduk. Sebagian besar pemilik
anjing pemburu mendapatkan anjing peliharaannya dari
Pulau Jawa yang secara genetik merupakan anjing yang
digunakan untuk berburu (Davis, 2006).
Luka pada anjing bisa terjadi saat anjing lagi bermain
atau anjing lagi berburu. Luka adalah suatu trauma pada
kulit, jaringan bawah kulit, otot, ligamentum, dan selaput

lendir yang mengakibatkan jaringan yang menderita
kehilangan kesinambungan. Luka pada anjing akibat
bermain atau berburu bisa saja berukuran besar atau
kecil. Pada luka ukuran kecil, luka akan sembuh dengan
cepat, sedangkan luka besar penyembuhan akan lama
144

jika penanganannya tidak baik. Kesembuhan luka akan
lebih lama apabila luka terkena infeksi. Proses
kesembuhan luka merupakan suatu fase yang kompleks
yang membutuhkan waktu yang lama (Enquist, 1968).
Salah satu upaya untuk menangani luka yang besar
adalah dengan transplantasi. Transplantasi adalah
pemindahan jaringan atau dari suatu tempat yang satu ke
tempat lainnya. Hal ini bisa terjadi dalam satu individu
atau dua individu. Transplantasi terbagi menjadi empat
bentuk atau teknik, yaitu autograft, isograft, allograft,
xenograft. Transplantasi yang sering digunakan adalah
teknik autograft dan isograft. Autograft adalah
transplantasi yang memindahkan jaringan atau organ dari

salah satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lainnya
dalam individu yang sama, sedangkan isograft adalah
transplantasi yang memindahkan jaringan atau organ di
antara individu yang genetisnya sama, seperti antara
anak kembar yang berasal dari satu zigot atau kelompokkelompok binatang yang berbeda yang masih satu jenis
keturunan (Deddy dan Yulli., 2007).
Kesembuhan luka adalah suatu fase yang kompleks
yang melibatkan berbagai fase inflamasi akut

Jurnal Medika Veterinaria

menyusul, akibat kerusakan jaringan, regenerasi sel
parenkim, migrasi dan proliferasi sel parenkim, akuisisi
kekuatan luka, fibrin, kolagen sitokin dan darah
(Sabiston, 1992). Darah adalah jaringan cair yang
terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel
darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit,
leukosit, dan eritrosit. Trombosit berperan dalam tahap
awal kesembuhan luka yaitu pada fase pembekuan
darah. Leukosit dibagi dalam dua kelompok yaitu

granulosit yang memiliki butir spesifik dan agranulosit
yang tidak memiliki butir spesifik dalam sitoplasma
(Dellman dan Brown, 1987).
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti,
disebut juga sel darah putih. Leukosit secara normal
dapat ditemukan di dalam darah sebagai leukosit
granulosit (leukosit bergranul) dan leukosit agranulosit
(leukosit tidak bergranul). Leukosit granulosit dicirikan
oleh adanya granular spesifik dalam sitoplasma dan
berdasarkan dengan reaksi zat warna dikelompokkan
menjadi neutrofil, eosinophil, dan basofil. Jumlah
leukosit darah anjing normal berkisar antara 618x103/mm3 dan jumlah pada anjing umur 2 sampal 8
bulan rata rata jumlah leukosit adalah 12168 per mm
(Mayer et al., 1957). Leukosit berfungsi sebagai sel
pertahanan tubuh. Leukosit akan memfagositosis seluruh
benda asing pada tubuh dalam proses kesembuhan luka.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui gambaran jumlah leukosit
pada fase penyembuhan luka tranplantasi secara
autograft dan isograft pada anjing lokal.

MATERI DAN METODE
Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini
adalah anjing lokal yang berumur 3-6 bulan, dan bobot
badan 3-7 kg. Empat ekor anjing lokal diadaptasikan
dalam kandang percobaan selama satu minggu. Secara
acak anjing dibagi menjadi dua kelompok perlakuan
yaitu terdiri atas dua ekor pada masing-masing
kelompok. Semua anjing diberi makan tiga kali sehari
dan air minum ad libitum. Kelompok I diberi perlakuan
transplantasi autograft, sedangkan kelompok II diberi
perlakuan transplantasi isograft.
Hewan percobaan dipuasakan selama enam jam
sebelum operasi, selanjutnya atropin sulfat dengan
dosis 0,04 mg/kg bobot badan diinjeksikan secara
subkutan sebagai premedikasi, kemudian hewan coba
dianestesi menggunakan kombinasi ketamin dosis 10
mg/kg bobot badan dan xilazin dengan dosis 1 mg/kg
bobot badan secara intramuskular.
Kelompok I, diinsisi kulit dengan luas 3x3 cm pada
bagian dada sebelah kanan dan paha sebelah kanan,


Irnandha Rafdinal, dkk

kemudian baru dilakukan transplantasi autograft,
sedangkan pada kelompok II masing-masing anjing
diinsisi kulit seluas 3x3 cm pada dada sebelah kanan
kemudian kulit dari anjing ke-3 ditransplantasikan pada
anjing ke-4 dan sebaliknya kulit yang dari anjing ke-4
di transplantasikan pada anjing ke- 3.
Jaringan kulit yang diambil pada masing-masing
kelompok dimasukkan ke dalam natrium klorida
(NaCl) fisiologis agar tetap basah dan ditempatkan
langsung pada luka di punggung anjing dan dijahit
menggunakan jahitan simple interupted dengan jarak 34 mm. Luka transplantasi dioleskan iodium tincture lalu
diperban dengan kasa steril selama 12 hari. Perban
diganti setiap tiga hari sekali, yakni pada hari 3, 6, 9,
dan12. Benang dilepas pada hari ke-15 setelah
dilakukan transplantasi.
Pengambilan Darah
Pengambilan darah dilakukan melalui daerah vena

chepalica (terlebih dulu daerah sekitar vena chepalica
dibersihkan dengan alkohol 70%) sebanyak 2 ml pada
hari ke-0, 3, 6, 9, dan hari ke-12 setelah perlakuan.
Darah dikoleksi ke dalam vacutainer yang berisi
ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA). Pemeriksaan
jumlah leukosit dilakukan dengan hemocytometer dan
menggunakan metode Neubeur. Pembacaan hasil dilakukan
dengan menghitung jumlah leukosit pada masing-masing
kelompok perlakuan dan periode waktu pengamatan.
Analisis Data
Data jumlah leukosit dianalisis dengan analisis
varian (Anava) pola split-plot dan dilanjutkan dengan
uji lanjut Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perubahan pada jumlah leukosit mengindikasikan
adanya perubahan fungsi sistem tubuh. Perubahan jumlah
leukosit ini dapat terjadi karena faktor eksogen (patologis)
dan endogen (fisiologis) (Guyton, 1996). Hasil
pengamatan jumlah leukosit setelah transplantasi kulit
secara autograft dan isograft pada anjing lokal (Canis

Lupus Familiaris) menunjukkan bahwa kedua jenis
perlakuan berpengaruh nyata terhadap peningkatan jumlah
leukosit dan waktu pengamatan berpengaruh sangat nyata
terhadap peningkatan jumlah leukosit pada kedua jenis
transplantasi seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Berdasarkan Tabel 1 antara kedua perlakuan
(autograft dan isograft) terdapat perbedaan jumlah
leukosit yang nyata pada waktu pengamatan hari ke-3
dan hari ke-6, sedangkan pada waktu pengamatan hari
ke-0, ke-9 dan ke-12 tidak terdapat perbedaan jumlah

Tabel 1. Rata-rata (+SD) jumlah leukosit (x103/mm3) kelompok perlakuan pada anjing lokal
transplantasi autograft
Pemeriksaan hari keKelompok Perlakuan
0
3
6
9
P1 (autograph)
7,8±0,57Aa

12,36±0,06Ab
12,98±0,32Ac
15,42±0,11Ad
P2 (isograph)
6,8±0,57Aa
9,35±0,36 Bb
12,59±4,17Bc
16,11±1,10Ad
Rata-rata
7,30±0,74
10,97±1,62
12,06±3,27
15,77±0,80

setelah transplantasi isograft dan

12
17,66±0,45Ae
18,57±0,33Ae
18,12±0,62


Rata-rata
13,4±3,51Ba
12,37±4,85

A, B

Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaaan yang nyata (P

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Zat Makanan Pakan Lokal dengan Sumber Protein yang Berbeda pada Anjing Pelacak (Canis familiaris)

0 9 74

Gambaran darah anjing kampung jantan (Canis familiaris) umur 3 sampai 7 bulan

0 10 63

Endoskop Fleksibel Untuk Pencitraan Permukaan Mukosa Laring, Esofagus, dan Lambung Anjing Lokal (Canis lupus)

0 11 54

Gambaran Eritrosit, Hemoglobin dan Packed Cell Volume Anjing Lokal (Canis familiaris)yang Diinfeksi Microsporum canis.

0 0 14

Gambaran Radiografi Patah Tulang Paha setelah Pemakaian PIN Intrameduler pada Anjing (Canis familiaris) | . | Jurnal Sain Veteriner 467 259 1 PB

0 0 4

5. PERBANDINGAN ONSET DAN SEDASI KETAMIN-XILAZIN DAN PROPOFOL PADA ANJING JANTAN LOKAL (Canis familiaris) (Comparison of Onset and Sedation of Ketamine-Xylazine and Propofol on Local Male Dog (Canis familiaris)) | Fadhli | Jurnal Medika Veterinaria 4605 9

0 0 3

8. GAMBARAN HISTOPATOLOGIS PARU ANJING LOKAL (Canis lupus familiaris) YANG MENDERITA ANTRAKOSIS Histopathology of Lung of Local Dog (Canis lupus familiaris) with Anthracosis | Ulfah | Jurnal Medika Veterinaria 4635 9205 1 SM

0 0 4

Identifikasi Molekuler Bakteri pada saliva Anjing (canis Lupus Familiaris) ras Golden Retriever - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 103

Identifikasi Molekuler Bakteri pada Saliva Anjing (Canis lupus familiaris) Ras Pitbull - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 101

Identifikasi Molekuler Bakteri Saliva Anjing (Canis lupus familiaris) Pada Ras Siberian Husky - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 85