01 Badrus Zaman 215 225 = 11 hal
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
TEKNIK
KEAIRAN
STUDI ANALISA DAN POLA PERSEBARAN RADIOAKTIVITAS
PERAIRAN DAN SEDIMEN
(STUDI KASUS: SUNGAI CODE YOGYAKARTA)
Badrus Zaman *), Agus Taftazani *), Rr. Pasca Sri Retnaningrum*)
ABSTRACT
The around area in the river of Code Yogyakarta represent area which have the
potency to yield waste in the form of radioactive waste which can enable the happening
of radioactive contamination. This research done as a mean to identify radionuclide
which implied in water and sediment samples in the river of Code Yogyakarta, knowing
data of concentration (activity of average) of radionuclide which identified to transmit
betha (β) and gamma (γ) radiation in territorial water of river Code Yogyakarta and their
distribution pattern with estimate of source, and also comparing concentration (activity
of average) of radionuclide transmitting betha (β) and gamma (γ) radiation that implied
in water and sediment of river Code Yogyakarta with permanently quality of PPRI No.
82/2001 and SK Gubernur DIY No. 214/KPTS/1991 . The sampel used by river water
and sediment which is there in eleven (11) station of river Code, Yogyakarta. This water
and sediment samples taken at dry season (August 2005). The result of this research
got the activity of average of radionuclide transmitting betha (β) radiation at water
sample is still below/under value float according to PPRI No. 82/2001 and SK Gubernur
DIY No. 214/KPTS/1991 ( equal to 1 Bq/L). Others, element of radionuclide which have
been identified at this research represent group of nature radionuclide ( 210Pb, 226Ra,
212
Pb, 214Pb, 208Tl, 214Bi, 228Ac, and 40K). Inferential thereby that the environmental
quality condition of river Code Yogyakarta from radioekology aspect is still be good.
Keywords : radioactivity, distribution, betha (β), gamma (γ), radionuclide, river Code
Yogyakarta
PENDAHULUAN
Pada perairan sungai biasanya terdapat
radionuklida yang berasal dari jatuhan
debu radioaktif ataupun dari alam
(batuan) dengan konsentrasi yang
sangat rendah atau kecil. Di samping itu
*)
dimungkinkan pula adanya tambahan
radioaktif yang berasal dari radionuklida
buangan industri (seperti: industri plat
logam, kertas, plastik, tekstil, kertas,
pertambangan, pupuk tanaman, dan
lain-lain) yang hanyut terbawa air
(Wardhana, 1994). Demikian halnya
Jurusan Teknik Lingkungan FT. UNDIP
Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang Semarang
215
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
dengan sungai Code Yogyakarta, unsur
radioaktif yang mungkin terdeteksi
diperkirakan dapat berasal dari limbah
industri serta limbah rumah sakit yang
berada di sekitar sungai ini. Unsur
radioaktif dapat masuk ke dalam
ekosistem air sungai melalui udara atau
terbawa oleh air permukaan.
Sedangkan
penyebarannya
dalam
bentuk partikel atau padatan akan
mengendap di dasar sungai (Uktolseya,
1991 dalam Utami, 2005).
Untuk mengetahui kualitas lingkungan
sungai Code Yogyakarta dari aspek
radioekologi, maka perlu dilakukan
kajian radioaktivitas pada lingkungan
perairan sungai tersebut yang meliputi
konsentrasi/aktivitas rerata (gross), dan
identifikasi radionuklida.
AIR DAN SEDIMEN SUNGAI
Air sungai merupakan air yang mengalir
dari hulu ke hilir yang biasanya berupa
aliran air dari mata air, limpasan air
hujan maupun dari penambahan
buangan air domestik atau industri.
Pembuangan limbah ke sungai akan
membuat ekosistem sungai menjadi
tercemar. Selain itu, unsur radioaktif
yang
terlarut
dalam
air
akan
menyebabkan
terkontaminasinya
ekosistem tersebut.
Sedimen adalah padatan yang dapat
langsung mengendap jika air didiamkan
tidak terganggu selama beberapa
waktu. Padatan yang mengendap
tersebut terdiri dari partikel–partikel
padatan yang mempunyai ukuran relatif
besar dan berat sehingga dapat
mengendap dengan sendirinya. Begitu
juga dengan unsur radioaktif dalam
sistem perairan dapat mengendap di
dasar sungai.
216
PENCEMARAN RADIOAKTIVITAS
LINGKUNGAN
Pencemaran radioaktivitas lingkungan,
baik yang melalui udara maupun air,
pada akhirnya akan dapat mencemari
manusia. Menurut Wardhana (1994)
untuk dapat mengetahui masalah
pencemaran radioaktivitas lingkungan
terlebih
dahulu
harus
diketahui
kemungkinan
sumber-sumber
pencemaran radioaktivitas lingkungan,
yang antara lain dapat berasal dari:
a. Penambangan, Pengolahan dan
Proses Kimia Bahan Nuklir
b. Proses Pengkayaan dan Fabrikasi
Bahan Bakar Nuklir
c. Operasi Reaktor Nuklir
d. Reprocessing Bahan Bakar
e. Pengelolaan Limbah Radioaktif
f. Proses Pembuatan Radionuklida
g. Penggunaan Radioisotop di Bidang
Riset, Industri dan Kedokteran
h. Proses
Dekontaminasi
dan
Dekomisioning suatu Fasilitas Nuklir
i. Akselerator
j. Pemakaian Bahan Bakar Fosil
k. Percobaan dan Ledakan Bom Atom
Proses masuknya zat radioaktif ke
dalam tubuh dapat dilihat pada Gambar
1 berikut ini :
Gambar 1 Proses masuknya zat
radioaktif ke dalam tubuh
(Sumber: UNEP dalam Akhadi, 2003)
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
METODOLOGI
Sedangkan preparasi sampel sedimen
dilakukan
dengan
membersihkan
sedimen dari pengotor. Setelah itu
dikeringkan pada suhu ruangan selama
kurang lebih 14 hari. Sedimen yang
telah kering ditumbuk halus hingga lolos
dalam
ayakan
100 mesh, dan
dihomogenkan. Serbuk yang dihasilkan
dimasukkan ke dalam plastik klip yang
telah diberi label yang berbeda untuk
setiap lokasi.
Sampel diambil dari sebelas (11) stasiun
sebanyak 10 liter/stasiun. Sampel air
diambil dari kedalaman ± 1/2 sampai 2/3
tinggi penampang basah dari bawah
permukaan air. Sampel sedimen diambil
dari perairan sebanyak 2 kg/lokasi,
dibuang
airnya
dan
dimasukkan
kedalam plastik klip yang sudah diberi
label lokasi pengambilan sampel.
Preparasi terhadap sampel air sungai
untuk cacah betha (β) adalah air diambil
sebanyak 2 liter kemudian dipekatkan
sampai volume 10 ml dengan kompor
listrik. Residu yang telah dihasilkan
kemudian diteteskan ke dalam planset
yang telah diberi label, kemudian
dipanaskan di bawah lampu pijar 500
Watt, sehingga diperoleh sampel kering
homegen serta permukaan sampel rata.
Sampel air sungai kemudian siap untuk
dicacah dengan LBC (Low Background
Counter) Geiger Muller selama 20 menit
setelah sebelumnya dilakukan kalibrasi
terlebih dahulu.
Preparasi terhadap sampel sedimen
untuk cacah betha (β) adalah serbuk
sedimen yang telah dihaluskan dan
diayak tersebut ditimbang sebanyak 1
gram dan ditempatkan pada planset
yang telah diberi label. Kemudian
dilakukan seperti pada air. Preparasi
terhadap sampel sedimen untuk cacah
gamma (γ) adalah serbuk sedimen yang
telah dihaluskan dan diayak tersebut
ditimbang sebanyak 100 gram dan
ditempatkan pada wadah plastik tertutup
yang telah diberi label. Kemudian
dilakukan seperti pada air.
Berdasarkan
data
dari
analisa
laboratorium dan hasil pencatatan
pengamatan langsung di lapangan
(seperti: suhu, pH, kedalaman, arus)
serta data-data sekunder dari masingmasing lokasi sampling, maka pola
sebaran polutan radioaktif sepanjang
daerah penelitian akan didapatkan
dengan
menggunakan
software
Surfer7.0. Lokasi sampling dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut ini :
Sedangkan perlakuan untuk preparasi
sampel air sungai cacah gamma (γ)
adalah air diambil sebanyak 1 liter
kemudian dipekatkan sampai volume 20
ml dengan kompor listrik. Residu yang
telah dihasilkan kemudian ditempatkan
pada wadah plastik tertutup yang telah
diberi label. Setelah dilakukan kalibrasi
spektrometer, maka sampel air sungai
kemudian siap untuk dicacah dengan
LBC
(Low
Background
Counter)
detektor gamma HPGe selama 7200
detik.
S k e ts a L o k a s i S u m b e r P e n c e m a r d a n T itik S a m p lin g S u n g a i C o d e
S ta s iu n 1 T u rg o , B o y o n g a ta s
S ta s iu n 2 B o y o n g b a w a h
S ta s iu n 3 N g e n ta k , S in d u h a rjo
217
S ta s iu n 4 R in g ro a d u ta ra
R S D r . S a r d jito
S ta s iu n 5 S a rd jito
S ta s iu n 6 T u k a n g a n
H o te l P h o e n ix
H o te l G a ru d a
H o te l Ib is
H o te l M e lia P u ra s a n i
P T S in a r O b o r
R S . B e th e s d a
H o te l N o v o te l
R B . B e th e s d a L e m p u y a n g a n
R S . D K T Y o g y a k a r ta
S ta s iu n 7 T u n g k a k
P T S a p ta T u n g g a l
P T B ro m o S a k ti
R S U D K o ta Y o g y a k a rta
P T B a y u In d ra G ra fik a
S ta s iu n 8 K a ra n g k a je n
S e n tr a in d . ta h u /te m p e
S ta s iu n 9 R in g ro a d s e la ta n
S ta s iu n 1 0 N g o to
S ta s iu n P a c a r, W o n o k ro m o
S. O pak
S a m u d e r a I n d o n e s ia
S. O pak
S. O yo
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
Gambar 2. Lokasi Sampling
HASIL DAN PEMBAHASAN
Besarnya aktivitas (konsentrasi rerata)
gross betha (β) dalam sampel air dan
sedimen sungai Code Yogyakarta
disajikan pada Tabel 1.
Radionuklida yang teridentifikasi pada
sampel air dan sedimen sungai Code
Yogyakarta adalah radionuklida alam
yang meliputi: 210Pb, 226Ra, 212Pb,
214
Pb, 208Tl, 214Bi, 228Ac, dan 40K. Pola
Sebarannya setelah diolah dengan
Surfer 7.0 adalah sebagai berikut :
Dalam Air
210
Pb
•
218
Tabel 1. Hasil Pengukuran Aktivitas
Rerata Betha (β) pada Sampel Air
dan Sedimen
Lokasi
Aktivitas Betha
Sampel Air
Sampel Sedimen
(Bq/liter)
(Bq/kg)
Hulu :
I
0.079
290.084
II
0.080
292.722
III
0.100
295.359
Rata-rata
0.086
292.722
Tengah :
IV
0.150
300.633
V
0.153
313.819
VI
0.156
324.367
VII
0.169
342.827
VIII
0.200
345.464
Rata-rata
0.175
337.553
Hilir :
IX
0.219
366.561
X
0.235
374.473
XI
0.237
414.030
Rata-rata
0.230
385.021
Sumber : Hasil perhitungan data, 2005
Dalam Sedimen
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
H ilir S . C o d e
11
870000
870000
8
7
10
9
8
7
0 .1 2
0 .1 1 8
6
865000
Hilir S. Code
11
10
9
2.6
2.5
2.4
2.3
2.2
2.1
2
1.9
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1
0.9
0.8
0.7
6
865000
0 .1 1 4
0 .1 1
5
5
0 .1 0 8
4
860000
0 .1 0 6
4
860000
0 .1 0 4
0 .1 0 2
3
3
0 .1
855000
0 .0 9 8
855000
0 .0 9 6
0 .0 9 4
0 .0 9 2
850000
850000
0 .0 9
2
0 .0 8 8
K o n s e n t r a s i P b -2 1 0 (B q /lit e r )
845000
2
Konsentrasi Pb-210 (Bq/Kg)
845000
1
1
Hulu S. Code
H u lu S . C o d e
12252000
•
12256000
12252000
12256000
212
Pb
Hilir S. Code
11
11
Hilir S. Code
10
10
870000
870000
9
8
7
0.132
0.131
0.13
0.129
0.128
0.127
0.126
0.125
0.124
0.123
0.122
0.121
0.12
0.119
0.118
0.117
0.116
0.115
0.114
0.113
6
865000
5
4
860000
3
855000
850000
2
Konsentrasi Pb-212 (Bq/liter)
845000
1
12252000
•
9
8
7
1.8
6
1.7
865000
1.6
5
1.5
4
860000
1.4
1.3
3
1.1
1
0.9
0.8
850000
0.7
0.6
2
Konsentrasi Pb-212 (Bq/Kg)
845000
1
Hulu S. Code
12252000
12256000
1.2
855000
Hulu S. Code
12256000
214
Pb
11
870000
Hilir S. Code
Hilir S. Code
10
11
870000
9
8
7
6
0.177
865000
0.176
865000
10
9
8
7
2.6
6
2.55
2.5
0.175
5
5
2.45
0.174
860000
4
0.173
860000
4
2.4
2.35
0.172
3
855000
0.17
2.3
3
0.171
2.25
855000
2.2
0.169
2.15
0.168
850000
2.1
850000
0.167
2
Konsentrasi Pb-214 (Bq/liter)
845000
1
12252000
•
226
2.05
0.166
12256000
2
2
Konsentrasi Pb-214 (Bq/Kg)
845000
1
Hulu S. Code
12252000
Hulu S. Code
12256000
Ra
219
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
Hilir S. Code
11
870000
8
0.065
0.0645
0.064
0.0635
0.063
0.0625
0.062
0.0615
0.061
0.0605
0.06
0.0595
0.059
0.0585
0.058
0.0575
0.057
0.0565
0.056
0.0555
7
6
865000
5
4
860000
3
855000
850000
0.85
0.8
5
0.75
0.7
4
860000
0.65
0.6
3
0.55
855000
0.5
0.45
0.4
0.35
850000
0.3
0.25
2
Konsentrasi Ra-226 (Bq/Kg)
845000
1
Hulu S. Code
1
12252000
0.9
6
865000
Konsentrasi Ra-226 (Bq/liter)
2
845000
•
10
9
8
7
870000
9
Hilir S. Code
11
10
12252000
12256000
Hulu S. Code
12256000
208
Tl
870000
10
9
8
7
870000
9
8
7
Hilir S. Code
11
Hilir S. Code
11
10
2.3
0.218
6
865000
0.216
6
865000
2.2
2.1
0.214
5
5
2
0.212
4
860000
0.21
4
1.9
860000
1.8
0.208
3
1.7
3
0.206
1.6
855000
855000
0.204
1.5
0.202
1.4
0.2
1.3
850000
850000
0.198
1.2
1.1
0.196
2
2
Konsentrasi Tl-208 (Bq/liter)
845000
Konsentrasi Tl-208 (Bq/Kg)
845000
1
1
Hulu S. Code
12252000
•
12252000
12256000
Hulu S. Code
12256000
214
Bi
Hilir S. Code
11
870000
865000
10
9
8
7
0.51
6
0.505
870000
0.5
860000
7.4
6
7.2
865000
7
5
0.495
5
Hilir S. Code
11
10
9
8
7
6.8
0.49
0.485
4
6.6
860000
4
6.4
0.48
6.2
0.475
3
0.47
0.465
855000
6
3
855000
5.8
0.46
5.6
0.455
5.4
0.45
850000
0.445
5.2
850000
5
0.44
4.8
0.435
2
845000
•
220
228
Ac
Konsentrasi Bi-214 (Bq/Kg)
845000
1
12252000
2
Konsentrasi Bi-214 (Bq/liter)
1
Hulu S. Code
12256000
12252000
12256000
Hulu S. Code
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
Hilir S. Code
11
11
Hilir S. Code
10
870000
865000
870000
9
8
7
0.6
6
0.55
6
16
15
5
14
0.45
4
860000
18
17
865000
0.5
5
10
9
8
7
0.4
860000
13
4
12
0.35
11
0.3
3
0.25
855000
10
3
855000
9
8
0.2
7
0.15
0.1
850000
6
850000
5
0.05
4
0
2
Konsentrasi Ac-228 (Bq/liter)
845000
1
12252000
•
Konsentrasi Ac-228 (Bq/Kg)
845000
Hulu S. Code
1
12252000
12256000
3
2
Hulu S. Code
12256000
40
K
Hilir S. Code
11
Hilir S. Code
11
10
870000
870000
865000
10
9
8
7
9
8
7
30
1.6
1.5
6
865000
1.4
6
29.5
29
5
1.3
5
1.1
860000
28.5
1.2
4
860000
4
28
1
27.5
0.9
3
0.8
3
0.7
855000
27
855000
26.5
0.6
0.5
26
0.4
0.3
850000
0.2
25.5
850000
25
0.1
Konsentrasi K-40 (Bq/liter)
845000
1
12252000
24.5
0
2
2
1
Hulu S. Code
12256000
Berdasarkan tabel 1, 2, dan gambargambar pola persebaran radionuklida
pada air dan sedimen, serta hasil
analisa statistik
dengan uji hipotesa, maka dapat
diketahui bahwa konsentrasi/rerata
radioaktivitas gross betha (β) dan
gamma (γ) yang telah terdeteksi dalam
sampel air dan sedimen sungai Code
mengalami peningkatan dari daerah
hulu ke daerah hilir. Sebagai contoh,
terjadinya peningkatan aktivitas betha
(β) dalam sampel air yang cukup besar
Konsentrasi K-40 (Bq/Kg)
845000
12252000
Hulu S. Code
12256000
dari daerah hulu ke daerah tengah
sungai Code yakni sebesar ±103,48 %.
Hal ini diduga terjadi karena adanya
aktivitas kehidupan yang lebih beragam
di sekitar wilayah tengah sungai Code
jika dibandingkan dengan daerah hulu,
seperti terdapatnya 4 buah rumah sakit,
6 buah hotel, dan 4 buah pabrik di
sekitar wilayah tengah sungai Code
yang
diperkirakan
membuang
limbahnya ke lokasi ini.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Wardhana (2001) bahwa semakin ke
221
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
hilir sungai maka kadar pencemaran
semakin meningkat, yang disebabkan
karena lebih banyak dan beragamnya
aktivitas kehidupan yang dilakukan di
daerah hilir jika dibandingkan dengan di
daerah hulu yang relatif masih bersih
dan jauh dari pencemaran. Adapun
distribusi pencemaran radioaktivitas
gross (β) dan gamma (γ) ini juga di
pengaruhi oleh arah aliran sungai, yang
secara gravitasi membawa bahanbahan pencemar radioaktivitas gross
(β) dan gamma (γ) dari daerah hulu
hingga daerah hilir sungai Code.
Sebagai contoh terjadinya peningkatan
aktivitas betha (β) dalam sampel air
dari daerah tengah ke daerah hilir
sungai Code yakni sebesar ±31,43%.
Terjadinya peningkatan konsentrasi ini
diduga karena arah aliran sungai pada
daerah hilir sungai Code tersebut
mendapat limpasan bahan pencemar
radioaktivitas gross betha (β) dari
daerah tengah sungai Code yang
diperkirakan telah membawa bahan
pencemar radioaktivitas gross betha (β)
dari kawasan industri (industri kertas,
tekstil, mesin), dan kesehatan (rumah
sakit). Aktivitas betha (β) dan gamma
(γ) yang terlarut dalam air dan sedimen
penyebarannya dipengaruhi pula oleh
kecepatan arus. Debit air sungai dan
kecepatan arus daerah hulu yang
masih cukup kecil menyebabkan unsur
radionuklida akan semakin banyak
mengendap pada sedimen di lokasi
tersebut. Hal ini terlihat pula pada
perhitungan
faktor
distribusi
radionuklida dari air ke sedimen sungai
Code yang menunjukkan bahwa nilai
faktor distribusi di daerah hulu lebih
besar daripada daerah hilir sehingga
membuktikan bahwa banyak terjadi
pengendapan di daerah hulu. Menurut
Alaerts dan Santika (1984), kecepatan
arus
mempengaruhi
distribusi
222
pencemaran radioaktivitas sehingga
tersebar luas ke lingkungan karena
menyebabkan pergerakan massa air
yang
memungkinkan
terjadinya
penyebaran radioaktivitas walaupun
sumbernya jauh dari tempat tersebut.
Peristiwa
turbulensi
(tergerusnya)
sedimen/endapan di dasar sungai
terjadi akibat pergerakan arus yang
kuat.
Turbulensi
tersebut
mengakibatkan
terbawanya
sedimen/endapan oleh aliran ke daerah
hilir. Demikian pula halnya dengan
sungai Code, adanya kecepatan arus
yang besar di stasiun 8 (daerah tengah
sungai Code) mengakibatkan pada
daerah hilir sungai Code dapat
dimungkinkan terjadinya percampuran
atau akumulasi endapan hasil buangan
dari berbagai kegiatan yang ada di
daerah hulu dan tengah sungai Code
(seperti: industri, pemukiman/rumah
tangga, fasilitas-fasilitas kesehatan dan
pariwisata/perhotelan,
dan
lain
sebagainya). Limbah yang dibuang ke
dalam sungai di daerah tengah ini
diperkirakan mengandung lumpur yang
kemudian tercampur dengan endapan
yang berada di daerah hilir sehingga
membentuk sedimen yang kemudian
mengendap di dasar hilir sungai Code.
Selanjutnya menurut Alaerts dan
Santika
(1984),
konsentrasi
radioaktivitas (aktivitas rerata) gross
betha (β) dan gamma (γ) yang terlarut
dalam air juga dipengaruhi oleh musim.
Adanya perbedaan musim berpengaruh
terhadap konsentrasi radioaktivitas.
Penelitian ini dilakukan pada musim
kemarau,
sehingga
kandungan
radioaktivitas gross betha (β) dan
gamma (γ) akan lebih tinggi pada
musim kemarau apabila dibandingkan
dengan
musim
hujan.
Hal
ini
dikarenakan pada musim hujan terjadi
pengenceran dalam sungai karena
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
kenaikan debit yang lebih besar
sedangkan pada musim kemarau
kandungan radioaktivitas gross betha
(β) dan gamma (γ) akan tinggi karena
terkonsentrasi. Selain dari buangan
industri di sekitarnya, radioaktivitas
gross betha (β) dan gamma (γ) pada
cuplikan air dan sedimen sungai juga
dapat berasal dari alam (dari ruang
angkasa dalam bentuk radiasi kosmis
maupun dari permukaan bumi, udara,
batuan, dan lain-lain). Sebagai contoh,
debu dan asap yang dihasilkan dari
aktivitas penduduk dan berakibat
terjadinya
polusi
udara,
akan
disebarkan
melalui
udara
dan
bercampur
dengan
unsur-unsur
radioaktif,
kemudian
bahan-bahan
pencemar yang mengandung partikel
betha (β) ataupun gamma (γ) jatuh dari
atmosfer, bersama hujan masuk ke
dalam sungai dan terlarut di dalamnya
(Thayib, 1985). Hal ini juga terlihat dari
hasil identifikasi unsur radionuklida
(menggunakan spektrometer gamma)
di perairan sungai Code, yang ternyata
menunjukkan radionuklida alamlah
yang dominan di perairan tersebut.
Dengan demikian telah sesuai dengan
pernyataan Akhadi (2003) bahwa
dalam kondisi normal, radiasi alam
mempunyai kontribusi terbesar dalam
jumlah dosis yang diterima lingkungan
setiap saat. Adapun keberadaan
radionuklida di perairan sungai Code ini
diperkirakan berasal dari batuan
(material) letusan gunung merapi yang
tersebar di sepanjang sungai Code
ataupun dari aktivitas penduduk yang
menyebabkan terjadinya polusi udara
(misal : asap kendaraan bermotor,
limbah industri, limbah domestik, dan
lain sebagainya). Dari hasil perhitungan
konsentrasi/aktivitas betha (β) dan
gamma (γ) dalam sampel air dan
sedimen sungai Code, didapatkan
bahwa konsentrasi/aktivitas dalam
sampel sedimen sungai Code lebih
tinggi daripada sampel air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Taftazani
dalam Utami (2005) dan Palar (2004),
yang menyatakan bahwa secara
normal konsentrasi radionuklida di
sedimen lebih tinggi bila dibandingkan
dengan perairannya, disamping karena
keberadaan unsur radioaktif tersebut
secara alami terkonsentrasi dalam
batuan dan sedimen, juga karena sifat
sedimen yang lebih stabil dan susunan
partikel sedimen yang lebih rapat
sehingga cenderung menangkap unsur
radioaktif yang masuk ke dalam
perairan. Adapun hasil dari analisa
statistik dengan uji regresi, didapatkan
bahwa ternyata model regresi tidak
dapat menjelaskan pengaruh debit
terhadap konsentrasi (aktivitas rerata)
radionuklida pemancar betha (β)
ataupun
gamma (γ) yang telah
terdeteksi. Maksudnya besar kecilnya
debit pada tiap-tiap lokasi tidak
mempengaruhi
secara
signifikan
terhadap
peningkatan
konsentrasi
(aktivitas rerata) radionuklida yang
telah terdeteksi dari satu lokasi ke
lokasi yang lain. Nilai R square juga
cukup kecil berarti hubungan kedua
variabel sangat lemah. Hanya sebagian
kecil saja mempengaruhi dan sebagian
besar dipengaruhi oleh sebab lain
seperti kecepatan aliran sungai, letak
geografis dan keadaan geologi tempat
tersebut, keadaan tanah, batuan, dan
pasir,
proses
pencampuran,
persebaran, serta interaksi dengan
sedimen
atau
material
biologis
(Taftazani, dkk., 1998 dan Wardhana,
1994). Namun demikian, nilai paparan
radioaktivitas
dari
tiap
unsur
radionuklida alam yang diukur dari
sampel air maupun sedimen sungai
Code tidak dapat dijadikan ukuran
223
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
untuk menentukan kondisi perairan
tersebut melebihi ambang batas
ataupun tidak, karena belum ada baku
mutu untuk tiap unsur tersebut.
Sementara baku mutu yang ada saat
ini merupakan baku mutu untuk
paparan gross alfa (α) dan betha (β)
secara kumulatif (bukan tiap unsur).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan :
1. Radionuklida yang teridentifikasi
pada sampel air dan sedimen
sungai Code Yogyakarta adalah
radionuklida alam yang meliputi:
210
Pb, 226Ra, 212Pb, 214Pb, 208Tl,
214
Bi, 228Ac, dan 40 K . dengan
konsentrasi dalam sampel air dan
sedimen sungai Code meningkat
dari daerah hulu ke daerah hilir
2. Konsentrasi (rerata radioaktivitas)
gross betha (β) yang diukur dari
sampel air sungai Code Yogyakarta
masih berada di bawah nilai
ambang
batas
radioaktivitas
menurut Peraturan Pemerintah No.
82/2001 dan SK Gubernur DIY No.
214/KPTS/1991
(1
Bq/liter).
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kondisi kualitas lingkungan
perairan sungai Code Yogyakarta
dari aspek radioekologis adalah
masih relatif baik dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 2002. Mengenali
Risiko Radio Ekologis Bahan
Asbes.http://
www.tempointeraktif.com/medika/ar
sip/052002/top-1.htm -
224
Akhadi, Mukhlis. 2003. Pengantar
Teknologi Nuklir. Penerbit Rineka
Cipta: Jakarta.
Alaerts,
Santika.
1984.
Metoda
Penelitian Air. Penerbit: Usaha
Nasional: Surabaya
Beiser, A. 1987. Konsep Fisika Modern;
Alih Bahasa The Houw Liong. Edisi
Keempat.
Penerbit
Erlangga:
Jakarta.
Beiser, A. 1987. Konsep Fisika Modern;
Alih Bahasa The Houw Liong. Edisi
Keempat.
Penerbit
Erlangga:
Jakarta.
Montgomery,
C.W.
2003.
Environmental
Geology.
Sixth
Edition. McGraw-Hill Companies,
Inc: New York.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Rineka
Cipta: Jakarta
Permana, Dedi. 2001. Intisari Kimia.
Pustaka Setia: Bandung.
Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary
Rocks. Second Edition. Harper and
Row Publiser: New York.
Purba, Agustinus N, H. 2001.
Pengukuran Radioaktivitas Alpha
dan
Betha
dan
Identifikasi
Radionuklida
Dalam
Sampel
Sedimen, Eceng Gondok di Air
Sungai
Kenjeran
dan
Morokrembangan
Surabaya.
Skripsi Sekolah Tinggi Teknik
Lingkungan (STTL): Yogyakarta.
Pusat Kesehatan Kerja. 2005. Ada
Radiasi
di
sekitar
kita!.
http://www.depkes.go.id
Sebastian, Ryan. 2005. Kepedulian.
Kompas.
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
http://ryan.blog.m3access.com/post
s/cat_517_Kesehatan.html
Sukendar dan Farida. 2005. Ancaman
Logam Maut dari Jalanan. Gatra.
http://www.gatra.com/versi_cetak.p
hp?id
Suratman.
1997.
Pengukuran
Radioaktivitas
Beta.
Pusat
Penelitian
Nuklir
BATAN:
Yogyakarta.
Suratman. 2001. Introduksi Proteksi
Radiasi Bagi Siswa/Mahasiswa
Praktek. Pusat Penelitian Nuklir
BATAN: Yogyakarta.
Sumining, Agus Taftazani. 1999.
Radioaktivitas Lingkungan Perairan
Sekitar Muria. Prosiding Pertemuan
dan Prosentasi Ilmiah Litdas Iptek
Nuklir PPNY-BATAN Yogyakarta
14-15 Juli 1999. ISSN 02163128.
BATAN: Yogyakarta
Susetyo, W. 1988. Spektrometri
Gamma dan Penerapannya dalam
Analisis
Pengaktifan
neutron.
Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Taftazani
Agus.
2004.
Petunjuk
Praktikum (sampling, preparasi,
analisis
dengan
spektrometer
gamma. BATAN: Yogyakarta.
Taftazani Agus, Sasongko P. Dwi, Tri
Basuki Kris. 1997. Radioaktivitas
Lingkungan Pesisir Laut Semarang.
Prosiding Temu Ilmiah Jaringan
Kerjasama Kimia Indonesia dan
Lingkungan. BATAN: Yogyakarta.
Taftazani
Agus,
Suhardi,
Wahyuningsih, Suharini. 2003.
Penentuan Aktivitas β-Total pada
berbagai
cuplikan
kerang,
Prosiding PPI Pranata Nuklir.
BATAN: Yogyakarta.
Tamzil, HM. 2006. Gerakan Kultural
Kebijakan Lingkungan. http://www.
infonuklir.com/Kamus/b.htm
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai.
Beta Offset: Yogyakarta.
Utami,
R.N.
2005.
Distribusi
Pencemaran Radioaktivitas gross β
dan Identifikasi Radionuklida Alam
Dalam Cuplikan Air, Sedimen, dan
Biota di Perairan Surabaya.
Laporan Tugas Akhir Jurusan
Teknik Lingkungan Universitas
Islam Indonesia: Yogyakarta.
Wardhana, W.A. 1994. Teknik Analisis
Radioaktivitas
Lingkungan.
Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Wardhana, W.A. 1996. Radioekologi.
Edisi Pertama. Penerbit ANDI:
Yogyakarta.
Wardhana, W.A. 2001. Dampak
Pencemaran Lingkungan. Edisi
Revisi. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Wartunut.
2003.
Estimasi
Laju
Sedimentasi Berdasarkan Aktivitas
210
Pb di Pesisir Semenanjung
Muria. Skripsi Jurusan Fisika –
FMIPA Undip: Semarang.
Wisnubroto, Djarot. 2003. Studi NORM
dan TENORM dari Kegiatan
Industri
Non
Nuklir.
Jurnal
Teknologi Pengelolaan Limbah
Volume 6 No. 2. P2PLR BATAN:
Serpong
225
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
TEKNIK
KEAIRAN
STUDI ANALISA DAN POLA PERSEBARAN RADIOAKTIVITAS
PERAIRAN DAN SEDIMEN
(STUDI KASUS: SUNGAI CODE YOGYAKARTA)
Badrus Zaman *), Agus Taftazani *), Rr. Pasca Sri Retnaningrum*)
ABSTRACT
The around area in the river of Code Yogyakarta represent area which have the
potency to yield waste in the form of radioactive waste which can enable the happening
of radioactive contamination. This research done as a mean to identify radionuclide
which implied in water and sediment samples in the river of Code Yogyakarta, knowing
data of concentration (activity of average) of radionuclide which identified to transmit
betha (β) and gamma (γ) radiation in territorial water of river Code Yogyakarta and their
distribution pattern with estimate of source, and also comparing concentration (activity
of average) of radionuclide transmitting betha (β) and gamma (γ) radiation that implied
in water and sediment of river Code Yogyakarta with permanently quality of PPRI No.
82/2001 and SK Gubernur DIY No. 214/KPTS/1991 . The sampel used by river water
and sediment which is there in eleven (11) station of river Code, Yogyakarta. This water
and sediment samples taken at dry season (August 2005). The result of this research
got the activity of average of radionuclide transmitting betha (β) radiation at water
sample is still below/under value float according to PPRI No. 82/2001 and SK Gubernur
DIY No. 214/KPTS/1991 ( equal to 1 Bq/L). Others, element of radionuclide which have
been identified at this research represent group of nature radionuclide ( 210Pb, 226Ra,
212
Pb, 214Pb, 208Tl, 214Bi, 228Ac, and 40K). Inferential thereby that the environmental
quality condition of river Code Yogyakarta from radioekology aspect is still be good.
Keywords : radioactivity, distribution, betha (β), gamma (γ), radionuclide, river Code
Yogyakarta
PENDAHULUAN
Pada perairan sungai biasanya terdapat
radionuklida yang berasal dari jatuhan
debu radioaktif ataupun dari alam
(batuan) dengan konsentrasi yang
sangat rendah atau kecil. Di samping itu
*)
dimungkinkan pula adanya tambahan
radioaktif yang berasal dari radionuklida
buangan industri (seperti: industri plat
logam, kertas, plastik, tekstil, kertas,
pertambangan, pupuk tanaman, dan
lain-lain) yang hanyut terbawa air
(Wardhana, 1994). Demikian halnya
Jurusan Teknik Lingkungan FT. UNDIP
Jl. Prof. Soedarto SH, Tembalang Semarang
215
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
dengan sungai Code Yogyakarta, unsur
radioaktif yang mungkin terdeteksi
diperkirakan dapat berasal dari limbah
industri serta limbah rumah sakit yang
berada di sekitar sungai ini. Unsur
radioaktif dapat masuk ke dalam
ekosistem air sungai melalui udara atau
terbawa oleh air permukaan.
Sedangkan
penyebarannya
dalam
bentuk partikel atau padatan akan
mengendap di dasar sungai (Uktolseya,
1991 dalam Utami, 2005).
Untuk mengetahui kualitas lingkungan
sungai Code Yogyakarta dari aspek
radioekologi, maka perlu dilakukan
kajian radioaktivitas pada lingkungan
perairan sungai tersebut yang meliputi
konsentrasi/aktivitas rerata (gross), dan
identifikasi radionuklida.
AIR DAN SEDIMEN SUNGAI
Air sungai merupakan air yang mengalir
dari hulu ke hilir yang biasanya berupa
aliran air dari mata air, limpasan air
hujan maupun dari penambahan
buangan air domestik atau industri.
Pembuangan limbah ke sungai akan
membuat ekosistem sungai menjadi
tercemar. Selain itu, unsur radioaktif
yang
terlarut
dalam
air
akan
menyebabkan
terkontaminasinya
ekosistem tersebut.
Sedimen adalah padatan yang dapat
langsung mengendap jika air didiamkan
tidak terganggu selama beberapa
waktu. Padatan yang mengendap
tersebut terdiri dari partikel–partikel
padatan yang mempunyai ukuran relatif
besar dan berat sehingga dapat
mengendap dengan sendirinya. Begitu
juga dengan unsur radioaktif dalam
sistem perairan dapat mengendap di
dasar sungai.
216
PENCEMARAN RADIOAKTIVITAS
LINGKUNGAN
Pencemaran radioaktivitas lingkungan,
baik yang melalui udara maupun air,
pada akhirnya akan dapat mencemari
manusia. Menurut Wardhana (1994)
untuk dapat mengetahui masalah
pencemaran radioaktivitas lingkungan
terlebih
dahulu
harus
diketahui
kemungkinan
sumber-sumber
pencemaran radioaktivitas lingkungan,
yang antara lain dapat berasal dari:
a. Penambangan, Pengolahan dan
Proses Kimia Bahan Nuklir
b. Proses Pengkayaan dan Fabrikasi
Bahan Bakar Nuklir
c. Operasi Reaktor Nuklir
d. Reprocessing Bahan Bakar
e. Pengelolaan Limbah Radioaktif
f. Proses Pembuatan Radionuklida
g. Penggunaan Radioisotop di Bidang
Riset, Industri dan Kedokteran
h. Proses
Dekontaminasi
dan
Dekomisioning suatu Fasilitas Nuklir
i. Akselerator
j. Pemakaian Bahan Bakar Fosil
k. Percobaan dan Ledakan Bom Atom
Proses masuknya zat radioaktif ke
dalam tubuh dapat dilihat pada Gambar
1 berikut ini :
Gambar 1 Proses masuknya zat
radioaktif ke dalam tubuh
(Sumber: UNEP dalam Akhadi, 2003)
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
METODOLOGI
Sedangkan preparasi sampel sedimen
dilakukan
dengan
membersihkan
sedimen dari pengotor. Setelah itu
dikeringkan pada suhu ruangan selama
kurang lebih 14 hari. Sedimen yang
telah kering ditumbuk halus hingga lolos
dalam
ayakan
100 mesh, dan
dihomogenkan. Serbuk yang dihasilkan
dimasukkan ke dalam plastik klip yang
telah diberi label yang berbeda untuk
setiap lokasi.
Sampel diambil dari sebelas (11) stasiun
sebanyak 10 liter/stasiun. Sampel air
diambil dari kedalaman ± 1/2 sampai 2/3
tinggi penampang basah dari bawah
permukaan air. Sampel sedimen diambil
dari perairan sebanyak 2 kg/lokasi,
dibuang
airnya
dan
dimasukkan
kedalam plastik klip yang sudah diberi
label lokasi pengambilan sampel.
Preparasi terhadap sampel air sungai
untuk cacah betha (β) adalah air diambil
sebanyak 2 liter kemudian dipekatkan
sampai volume 10 ml dengan kompor
listrik. Residu yang telah dihasilkan
kemudian diteteskan ke dalam planset
yang telah diberi label, kemudian
dipanaskan di bawah lampu pijar 500
Watt, sehingga diperoleh sampel kering
homegen serta permukaan sampel rata.
Sampel air sungai kemudian siap untuk
dicacah dengan LBC (Low Background
Counter) Geiger Muller selama 20 menit
setelah sebelumnya dilakukan kalibrasi
terlebih dahulu.
Preparasi terhadap sampel sedimen
untuk cacah betha (β) adalah serbuk
sedimen yang telah dihaluskan dan
diayak tersebut ditimbang sebanyak 1
gram dan ditempatkan pada planset
yang telah diberi label. Kemudian
dilakukan seperti pada air. Preparasi
terhadap sampel sedimen untuk cacah
gamma (γ) adalah serbuk sedimen yang
telah dihaluskan dan diayak tersebut
ditimbang sebanyak 100 gram dan
ditempatkan pada wadah plastik tertutup
yang telah diberi label. Kemudian
dilakukan seperti pada air.
Berdasarkan
data
dari
analisa
laboratorium dan hasil pencatatan
pengamatan langsung di lapangan
(seperti: suhu, pH, kedalaman, arus)
serta data-data sekunder dari masingmasing lokasi sampling, maka pola
sebaran polutan radioaktif sepanjang
daerah penelitian akan didapatkan
dengan
menggunakan
software
Surfer7.0. Lokasi sampling dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut ini :
Sedangkan perlakuan untuk preparasi
sampel air sungai cacah gamma (γ)
adalah air diambil sebanyak 1 liter
kemudian dipekatkan sampai volume 20
ml dengan kompor listrik. Residu yang
telah dihasilkan kemudian ditempatkan
pada wadah plastik tertutup yang telah
diberi label. Setelah dilakukan kalibrasi
spektrometer, maka sampel air sungai
kemudian siap untuk dicacah dengan
LBC
(Low
Background
Counter)
detektor gamma HPGe selama 7200
detik.
S k e ts a L o k a s i S u m b e r P e n c e m a r d a n T itik S a m p lin g S u n g a i C o d e
S ta s iu n 1 T u rg o , B o y o n g a ta s
S ta s iu n 2 B o y o n g b a w a h
S ta s iu n 3 N g e n ta k , S in d u h a rjo
217
S ta s iu n 4 R in g ro a d u ta ra
R S D r . S a r d jito
S ta s iu n 5 S a rd jito
S ta s iu n 6 T u k a n g a n
H o te l P h o e n ix
H o te l G a ru d a
H o te l Ib is
H o te l M e lia P u ra s a n i
P T S in a r O b o r
R S . B e th e s d a
H o te l N o v o te l
R B . B e th e s d a L e m p u y a n g a n
R S . D K T Y o g y a k a r ta
S ta s iu n 7 T u n g k a k
P T S a p ta T u n g g a l
P T B ro m o S a k ti
R S U D K o ta Y o g y a k a rta
P T B a y u In d ra G ra fik a
S ta s iu n 8 K a ra n g k a je n
S e n tr a in d . ta h u /te m p e
S ta s iu n 9 R in g ro a d s e la ta n
S ta s iu n 1 0 N g o to
S ta s iu n P a c a r, W o n o k ro m o
S. O pak
S a m u d e r a I n d o n e s ia
S. O pak
S. O yo
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
Gambar 2. Lokasi Sampling
HASIL DAN PEMBAHASAN
Besarnya aktivitas (konsentrasi rerata)
gross betha (β) dalam sampel air dan
sedimen sungai Code Yogyakarta
disajikan pada Tabel 1.
Radionuklida yang teridentifikasi pada
sampel air dan sedimen sungai Code
Yogyakarta adalah radionuklida alam
yang meliputi: 210Pb, 226Ra, 212Pb,
214
Pb, 208Tl, 214Bi, 228Ac, dan 40K. Pola
Sebarannya setelah diolah dengan
Surfer 7.0 adalah sebagai berikut :
Dalam Air
210
Pb
•
218
Tabel 1. Hasil Pengukuran Aktivitas
Rerata Betha (β) pada Sampel Air
dan Sedimen
Lokasi
Aktivitas Betha
Sampel Air
Sampel Sedimen
(Bq/liter)
(Bq/kg)
Hulu :
I
0.079
290.084
II
0.080
292.722
III
0.100
295.359
Rata-rata
0.086
292.722
Tengah :
IV
0.150
300.633
V
0.153
313.819
VI
0.156
324.367
VII
0.169
342.827
VIII
0.200
345.464
Rata-rata
0.175
337.553
Hilir :
IX
0.219
366.561
X
0.235
374.473
XI
0.237
414.030
Rata-rata
0.230
385.021
Sumber : Hasil perhitungan data, 2005
Dalam Sedimen
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
H ilir S . C o d e
11
870000
870000
8
7
10
9
8
7
0 .1 2
0 .1 1 8
6
865000
Hilir S. Code
11
10
9
2.6
2.5
2.4
2.3
2.2
2.1
2
1.9
1.8
1.7
1.6
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1
0.9
0.8
0.7
6
865000
0 .1 1 4
0 .1 1
5
5
0 .1 0 8
4
860000
0 .1 0 6
4
860000
0 .1 0 4
0 .1 0 2
3
3
0 .1
855000
0 .0 9 8
855000
0 .0 9 6
0 .0 9 4
0 .0 9 2
850000
850000
0 .0 9
2
0 .0 8 8
K o n s e n t r a s i P b -2 1 0 (B q /lit e r )
845000
2
Konsentrasi Pb-210 (Bq/Kg)
845000
1
1
Hulu S. Code
H u lu S . C o d e
12252000
•
12256000
12252000
12256000
212
Pb
Hilir S. Code
11
11
Hilir S. Code
10
10
870000
870000
9
8
7
0.132
0.131
0.13
0.129
0.128
0.127
0.126
0.125
0.124
0.123
0.122
0.121
0.12
0.119
0.118
0.117
0.116
0.115
0.114
0.113
6
865000
5
4
860000
3
855000
850000
2
Konsentrasi Pb-212 (Bq/liter)
845000
1
12252000
•
9
8
7
1.8
6
1.7
865000
1.6
5
1.5
4
860000
1.4
1.3
3
1.1
1
0.9
0.8
850000
0.7
0.6
2
Konsentrasi Pb-212 (Bq/Kg)
845000
1
Hulu S. Code
12252000
12256000
1.2
855000
Hulu S. Code
12256000
214
Pb
11
870000
Hilir S. Code
Hilir S. Code
10
11
870000
9
8
7
6
0.177
865000
0.176
865000
10
9
8
7
2.6
6
2.55
2.5
0.175
5
5
2.45
0.174
860000
4
0.173
860000
4
2.4
2.35
0.172
3
855000
0.17
2.3
3
0.171
2.25
855000
2.2
0.169
2.15
0.168
850000
2.1
850000
0.167
2
Konsentrasi Pb-214 (Bq/liter)
845000
1
12252000
•
226
2.05
0.166
12256000
2
2
Konsentrasi Pb-214 (Bq/Kg)
845000
1
Hulu S. Code
12252000
Hulu S. Code
12256000
Ra
219
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
Hilir S. Code
11
870000
8
0.065
0.0645
0.064
0.0635
0.063
0.0625
0.062
0.0615
0.061
0.0605
0.06
0.0595
0.059
0.0585
0.058
0.0575
0.057
0.0565
0.056
0.0555
7
6
865000
5
4
860000
3
855000
850000
0.85
0.8
5
0.75
0.7
4
860000
0.65
0.6
3
0.55
855000
0.5
0.45
0.4
0.35
850000
0.3
0.25
2
Konsentrasi Ra-226 (Bq/Kg)
845000
1
Hulu S. Code
1
12252000
0.9
6
865000
Konsentrasi Ra-226 (Bq/liter)
2
845000
•
10
9
8
7
870000
9
Hilir S. Code
11
10
12252000
12256000
Hulu S. Code
12256000
208
Tl
870000
10
9
8
7
870000
9
8
7
Hilir S. Code
11
Hilir S. Code
11
10
2.3
0.218
6
865000
0.216
6
865000
2.2
2.1
0.214
5
5
2
0.212
4
860000
0.21
4
1.9
860000
1.8
0.208
3
1.7
3
0.206
1.6
855000
855000
0.204
1.5
0.202
1.4
0.2
1.3
850000
850000
0.198
1.2
1.1
0.196
2
2
Konsentrasi Tl-208 (Bq/liter)
845000
Konsentrasi Tl-208 (Bq/Kg)
845000
1
1
Hulu S. Code
12252000
•
12252000
12256000
Hulu S. Code
12256000
214
Bi
Hilir S. Code
11
870000
865000
10
9
8
7
0.51
6
0.505
870000
0.5
860000
7.4
6
7.2
865000
7
5
0.495
5
Hilir S. Code
11
10
9
8
7
6.8
0.49
0.485
4
6.6
860000
4
6.4
0.48
6.2
0.475
3
0.47
0.465
855000
6
3
855000
5.8
0.46
5.6
0.455
5.4
0.45
850000
0.445
5.2
850000
5
0.44
4.8
0.435
2
845000
•
220
228
Ac
Konsentrasi Bi-214 (Bq/Kg)
845000
1
12252000
2
Konsentrasi Bi-214 (Bq/liter)
1
Hulu S. Code
12256000
12252000
12256000
Hulu S. Code
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
Hilir S. Code
11
11
Hilir S. Code
10
870000
865000
870000
9
8
7
0.6
6
0.55
6
16
15
5
14
0.45
4
860000
18
17
865000
0.5
5
10
9
8
7
0.4
860000
13
4
12
0.35
11
0.3
3
0.25
855000
10
3
855000
9
8
0.2
7
0.15
0.1
850000
6
850000
5
0.05
4
0
2
Konsentrasi Ac-228 (Bq/liter)
845000
1
12252000
•
Konsentrasi Ac-228 (Bq/Kg)
845000
Hulu S. Code
1
12252000
12256000
3
2
Hulu S. Code
12256000
40
K
Hilir S. Code
11
Hilir S. Code
11
10
870000
870000
865000
10
9
8
7
9
8
7
30
1.6
1.5
6
865000
1.4
6
29.5
29
5
1.3
5
1.1
860000
28.5
1.2
4
860000
4
28
1
27.5
0.9
3
0.8
3
0.7
855000
27
855000
26.5
0.6
0.5
26
0.4
0.3
850000
0.2
25.5
850000
25
0.1
Konsentrasi K-40 (Bq/liter)
845000
1
12252000
24.5
0
2
2
1
Hulu S. Code
12256000
Berdasarkan tabel 1, 2, dan gambargambar pola persebaran radionuklida
pada air dan sedimen, serta hasil
analisa statistik
dengan uji hipotesa, maka dapat
diketahui bahwa konsentrasi/rerata
radioaktivitas gross betha (β) dan
gamma (γ) yang telah terdeteksi dalam
sampel air dan sedimen sungai Code
mengalami peningkatan dari daerah
hulu ke daerah hilir. Sebagai contoh,
terjadinya peningkatan aktivitas betha
(β) dalam sampel air yang cukup besar
Konsentrasi K-40 (Bq/Kg)
845000
12252000
Hulu S. Code
12256000
dari daerah hulu ke daerah tengah
sungai Code yakni sebesar ±103,48 %.
Hal ini diduga terjadi karena adanya
aktivitas kehidupan yang lebih beragam
di sekitar wilayah tengah sungai Code
jika dibandingkan dengan daerah hulu,
seperti terdapatnya 4 buah rumah sakit,
6 buah hotel, dan 4 buah pabrik di
sekitar wilayah tengah sungai Code
yang
diperkirakan
membuang
limbahnya ke lokasi ini.
Hal ini sesuai dengan pendapat
Wardhana (2001) bahwa semakin ke
221
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
hilir sungai maka kadar pencemaran
semakin meningkat, yang disebabkan
karena lebih banyak dan beragamnya
aktivitas kehidupan yang dilakukan di
daerah hilir jika dibandingkan dengan di
daerah hulu yang relatif masih bersih
dan jauh dari pencemaran. Adapun
distribusi pencemaran radioaktivitas
gross (β) dan gamma (γ) ini juga di
pengaruhi oleh arah aliran sungai, yang
secara gravitasi membawa bahanbahan pencemar radioaktivitas gross
(β) dan gamma (γ) dari daerah hulu
hingga daerah hilir sungai Code.
Sebagai contoh terjadinya peningkatan
aktivitas betha (β) dalam sampel air
dari daerah tengah ke daerah hilir
sungai Code yakni sebesar ±31,43%.
Terjadinya peningkatan konsentrasi ini
diduga karena arah aliran sungai pada
daerah hilir sungai Code tersebut
mendapat limpasan bahan pencemar
radioaktivitas gross betha (β) dari
daerah tengah sungai Code yang
diperkirakan telah membawa bahan
pencemar radioaktivitas gross betha (β)
dari kawasan industri (industri kertas,
tekstil, mesin), dan kesehatan (rumah
sakit). Aktivitas betha (β) dan gamma
(γ) yang terlarut dalam air dan sedimen
penyebarannya dipengaruhi pula oleh
kecepatan arus. Debit air sungai dan
kecepatan arus daerah hulu yang
masih cukup kecil menyebabkan unsur
radionuklida akan semakin banyak
mengendap pada sedimen di lokasi
tersebut. Hal ini terlihat pula pada
perhitungan
faktor
distribusi
radionuklida dari air ke sedimen sungai
Code yang menunjukkan bahwa nilai
faktor distribusi di daerah hulu lebih
besar daripada daerah hilir sehingga
membuktikan bahwa banyak terjadi
pengendapan di daerah hulu. Menurut
Alaerts dan Santika (1984), kecepatan
arus
mempengaruhi
distribusi
222
pencemaran radioaktivitas sehingga
tersebar luas ke lingkungan karena
menyebabkan pergerakan massa air
yang
memungkinkan
terjadinya
penyebaran radioaktivitas walaupun
sumbernya jauh dari tempat tersebut.
Peristiwa
turbulensi
(tergerusnya)
sedimen/endapan di dasar sungai
terjadi akibat pergerakan arus yang
kuat.
Turbulensi
tersebut
mengakibatkan
terbawanya
sedimen/endapan oleh aliran ke daerah
hilir. Demikian pula halnya dengan
sungai Code, adanya kecepatan arus
yang besar di stasiun 8 (daerah tengah
sungai Code) mengakibatkan pada
daerah hilir sungai Code dapat
dimungkinkan terjadinya percampuran
atau akumulasi endapan hasil buangan
dari berbagai kegiatan yang ada di
daerah hulu dan tengah sungai Code
(seperti: industri, pemukiman/rumah
tangga, fasilitas-fasilitas kesehatan dan
pariwisata/perhotelan,
dan
lain
sebagainya). Limbah yang dibuang ke
dalam sungai di daerah tengah ini
diperkirakan mengandung lumpur yang
kemudian tercampur dengan endapan
yang berada di daerah hilir sehingga
membentuk sedimen yang kemudian
mengendap di dasar hilir sungai Code.
Selanjutnya menurut Alaerts dan
Santika
(1984),
konsentrasi
radioaktivitas (aktivitas rerata) gross
betha (β) dan gamma (γ) yang terlarut
dalam air juga dipengaruhi oleh musim.
Adanya perbedaan musim berpengaruh
terhadap konsentrasi radioaktivitas.
Penelitian ini dilakukan pada musim
kemarau,
sehingga
kandungan
radioaktivitas gross betha (β) dan
gamma (γ) akan lebih tinggi pada
musim kemarau apabila dibandingkan
dengan
musim
hujan.
Hal
ini
dikarenakan pada musim hujan terjadi
pengenceran dalam sungai karena
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
kenaikan debit yang lebih besar
sedangkan pada musim kemarau
kandungan radioaktivitas gross betha
(β) dan gamma (γ) akan tinggi karena
terkonsentrasi. Selain dari buangan
industri di sekitarnya, radioaktivitas
gross betha (β) dan gamma (γ) pada
cuplikan air dan sedimen sungai juga
dapat berasal dari alam (dari ruang
angkasa dalam bentuk radiasi kosmis
maupun dari permukaan bumi, udara,
batuan, dan lain-lain). Sebagai contoh,
debu dan asap yang dihasilkan dari
aktivitas penduduk dan berakibat
terjadinya
polusi
udara,
akan
disebarkan
melalui
udara
dan
bercampur
dengan
unsur-unsur
radioaktif,
kemudian
bahan-bahan
pencemar yang mengandung partikel
betha (β) ataupun gamma (γ) jatuh dari
atmosfer, bersama hujan masuk ke
dalam sungai dan terlarut di dalamnya
(Thayib, 1985). Hal ini juga terlihat dari
hasil identifikasi unsur radionuklida
(menggunakan spektrometer gamma)
di perairan sungai Code, yang ternyata
menunjukkan radionuklida alamlah
yang dominan di perairan tersebut.
Dengan demikian telah sesuai dengan
pernyataan Akhadi (2003) bahwa
dalam kondisi normal, radiasi alam
mempunyai kontribusi terbesar dalam
jumlah dosis yang diterima lingkungan
setiap saat. Adapun keberadaan
radionuklida di perairan sungai Code ini
diperkirakan berasal dari batuan
(material) letusan gunung merapi yang
tersebar di sepanjang sungai Code
ataupun dari aktivitas penduduk yang
menyebabkan terjadinya polusi udara
(misal : asap kendaraan bermotor,
limbah industri, limbah domestik, dan
lain sebagainya). Dari hasil perhitungan
konsentrasi/aktivitas betha (β) dan
gamma (γ) dalam sampel air dan
sedimen sungai Code, didapatkan
bahwa konsentrasi/aktivitas dalam
sampel sedimen sungai Code lebih
tinggi daripada sampel air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Taftazani
dalam Utami (2005) dan Palar (2004),
yang menyatakan bahwa secara
normal konsentrasi radionuklida di
sedimen lebih tinggi bila dibandingkan
dengan perairannya, disamping karena
keberadaan unsur radioaktif tersebut
secara alami terkonsentrasi dalam
batuan dan sedimen, juga karena sifat
sedimen yang lebih stabil dan susunan
partikel sedimen yang lebih rapat
sehingga cenderung menangkap unsur
radioaktif yang masuk ke dalam
perairan. Adapun hasil dari analisa
statistik dengan uji regresi, didapatkan
bahwa ternyata model regresi tidak
dapat menjelaskan pengaruh debit
terhadap konsentrasi (aktivitas rerata)
radionuklida pemancar betha (β)
ataupun
gamma (γ) yang telah
terdeteksi. Maksudnya besar kecilnya
debit pada tiap-tiap lokasi tidak
mempengaruhi
secara
signifikan
terhadap
peningkatan
konsentrasi
(aktivitas rerata) radionuklida yang
telah terdeteksi dari satu lokasi ke
lokasi yang lain. Nilai R square juga
cukup kecil berarti hubungan kedua
variabel sangat lemah. Hanya sebagian
kecil saja mempengaruhi dan sebagian
besar dipengaruhi oleh sebab lain
seperti kecepatan aliran sungai, letak
geografis dan keadaan geologi tempat
tersebut, keadaan tanah, batuan, dan
pasir,
proses
pencampuran,
persebaran, serta interaksi dengan
sedimen
atau
material
biologis
(Taftazani, dkk., 1998 dan Wardhana,
1994). Namun demikian, nilai paparan
radioaktivitas
dari
tiap
unsur
radionuklida alam yang diukur dari
sampel air maupun sedimen sungai
Code tidak dapat dijadikan ukuran
223
Berkala Ilimiah Teknik Keairan
Vol. 13, No.4– Desember 2007, ISSN 0854-4549 Akreditasi No. 23a/DIKTI/KEP/2004
untuk menentukan kondisi perairan
tersebut melebihi ambang batas
ataupun tidak, karena belum ada baku
mutu untuk tiap unsur tersebut.
Sementara baku mutu yang ada saat
ini merupakan baku mutu untuk
paparan gross alfa (α) dan betha (β)
secara kumulatif (bukan tiap unsur).
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan :
1. Radionuklida yang teridentifikasi
pada sampel air dan sedimen
sungai Code Yogyakarta adalah
radionuklida alam yang meliputi:
210
Pb, 226Ra, 212Pb, 214Pb, 208Tl,
214
Bi, 228Ac, dan 40 K . dengan
konsentrasi dalam sampel air dan
sedimen sungai Code meningkat
dari daerah hulu ke daerah hilir
2. Konsentrasi (rerata radioaktivitas)
gross betha (β) yang diukur dari
sampel air sungai Code Yogyakarta
masih berada di bawah nilai
ambang
batas
radioaktivitas
menurut Peraturan Pemerintah No.
82/2001 dan SK Gubernur DIY No.
214/KPTS/1991
(1
Bq/liter).
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kondisi kualitas lingkungan
perairan sungai Code Yogyakarta
dari aspek radioekologis adalah
masih relatif baik dan aman.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi, Mukhlis. 2002. Mengenali
Risiko Radio Ekologis Bahan
Asbes.http://
www.tempointeraktif.com/medika/ar
sip/052002/top-1.htm -
224
Akhadi, Mukhlis. 2003. Pengantar
Teknologi Nuklir. Penerbit Rineka
Cipta: Jakarta.
Alaerts,
Santika.
1984.
Metoda
Penelitian Air. Penerbit: Usaha
Nasional: Surabaya
Beiser, A. 1987. Konsep Fisika Modern;
Alih Bahasa The Houw Liong. Edisi
Keempat.
Penerbit
Erlangga:
Jakarta.
Beiser, A. 1987. Konsep Fisika Modern;
Alih Bahasa The Houw Liong. Edisi
Keempat.
Penerbit
Erlangga:
Jakarta.
Montgomery,
C.W.
2003.
Environmental
Geology.
Sixth
Edition. McGraw-Hill Companies,
Inc: New York.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan
Toksikologi Logam Berat. Rineka
Cipta: Jakarta
Permana, Dedi. 2001. Intisari Kimia.
Pustaka Setia: Bandung.
Pettijohn, F.J. 1975. Sedimentary
Rocks. Second Edition. Harper and
Row Publiser: New York.
Purba, Agustinus N, H. 2001.
Pengukuran Radioaktivitas Alpha
dan
Betha
dan
Identifikasi
Radionuklida
Dalam
Sampel
Sedimen, Eceng Gondok di Air
Sungai
Kenjeran
dan
Morokrembangan
Surabaya.
Skripsi Sekolah Tinggi Teknik
Lingkungan (STTL): Yogyakarta.
Pusat Kesehatan Kerja. 2005. Ada
Radiasi
di
sekitar
kita!.
http://www.depkes.go.id
Sebastian, Ryan. 2005. Kepedulian.
Kompas.
Badrus Zaman, Agus Taftazani, Rr. Pasca Sri Retnaningrum
Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen
http://ryan.blog.m3access.com/post
s/cat_517_Kesehatan.html
Sukendar dan Farida. 2005. Ancaman
Logam Maut dari Jalanan. Gatra.
http://www.gatra.com/versi_cetak.p
hp?id
Suratman.
1997.
Pengukuran
Radioaktivitas
Beta.
Pusat
Penelitian
Nuklir
BATAN:
Yogyakarta.
Suratman. 2001. Introduksi Proteksi
Radiasi Bagi Siswa/Mahasiswa
Praktek. Pusat Penelitian Nuklir
BATAN: Yogyakarta.
Sumining, Agus Taftazani. 1999.
Radioaktivitas Lingkungan Perairan
Sekitar Muria. Prosiding Pertemuan
dan Prosentasi Ilmiah Litdas Iptek
Nuklir PPNY-BATAN Yogyakarta
14-15 Juli 1999. ISSN 02163128.
BATAN: Yogyakarta
Susetyo, W. 1988. Spektrometri
Gamma dan Penerapannya dalam
Analisis
Pengaktifan
neutron.
Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Taftazani
Agus.
2004.
Petunjuk
Praktikum (sampling, preparasi,
analisis
dengan
spektrometer
gamma. BATAN: Yogyakarta.
Taftazani Agus, Sasongko P. Dwi, Tri
Basuki Kris. 1997. Radioaktivitas
Lingkungan Pesisir Laut Semarang.
Prosiding Temu Ilmiah Jaringan
Kerjasama Kimia Indonesia dan
Lingkungan. BATAN: Yogyakarta.
Taftazani
Agus,
Suhardi,
Wahyuningsih, Suharini. 2003.
Penentuan Aktivitas β-Total pada
berbagai
cuplikan
kerang,
Prosiding PPI Pranata Nuklir.
BATAN: Yogyakarta.
Tamzil, HM. 2006. Gerakan Kultural
Kebijakan Lingkungan. http://www.
infonuklir.com/Kamus/b.htm
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai.
Beta Offset: Yogyakarta.
Utami,
R.N.
2005.
Distribusi
Pencemaran Radioaktivitas gross β
dan Identifikasi Radionuklida Alam
Dalam Cuplikan Air, Sedimen, dan
Biota di Perairan Surabaya.
Laporan Tugas Akhir Jurusan
Teknik Lingkungan Universitas
Islam Indonesia: Yogyakarta.
Wardhana, W.A. 1994. Teknik Analisis
Radioaktivitas
Lingkungan.
Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Wardhana, W.A. 1996. Radioekologi.
Edisi Pertama. Penerbit ANDI:
Yogyakarta.
Wardhana, W.A. 2001. Dampak
Pencemaran Lingkungan. Edisi
Revisi. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Wartunut.
2003.
Estimasi
Laju
Sedimentasi Berdasarkan Aktivitas
210
Pb di Pesisir Semenanjung
Muria. Skripsi Jurusan Fisika –
FMIPA Undip: Semarang.
Wisnubroto, Djarot. 2003. Studi NORM
dan TENORM dari Kegiatan
Industri
Non
Nuklir.
Jurnal
Teknologi Pengelolaan Limbah
Volume 6 No. 2. P2PLR BATAN:
Serpong
225