asas asas pendidikan islam

(1)

ASAS-ASAS PENDIDIKAN ISLAM

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Islam:

Dosen Pengampu :Asniyah Nailasari,M.Pd.I

Oleh :

1. Drajat Bintoro (143111212)

2. Firdaus Zakki (143111224)

3. Nurul Hesti Anggraeni (143111206) 4. Rinna Irnawati (143111229)


(2)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

2014

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Bicara pendidikan masa kini, pendidikan di masa modern ini sudah maju dan berkembang. Pendidikan sudah berkembang, di pelosok-pelosok desa sudah ada dan tumbuh secara subur, karena didukung oleh fasilitas-fasilitas yang memadai, apalagi di perkotaan. Saat ini, pendidikan sudah maju, karena memang pendidikan dimanja oleh pemerintah. Ketika pendidikan di Indonesia ini maju, maka SDM (Sumber Daya Manusia) pun akan maju.

Dalam memajukan pendidikan, pendidik harus mengerti teori-teori, asas-asas pendidikan tersebut, karena tanpa teori, pendidik mau dapat dari mana pengetahuan untuk mendidik. Teori merupakan kumpulan konsep-konsep tentang sesuatu, termasuk pendidikan

Pendidikan itu ada tujuannya, tujuan yang ingin dicapai. Salah satu tujuannya adalah agar SDM peserta didik atau para generasi lebih maju. Pendidikan sangat penting, karena tanpa pendidikan, kita tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jelek dikerjakan, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak.

Makalah ini mencoba menjelaskan tentang asas pendidikan, mungkin dengan penjelasan ini, akan lebih faham dan mengerti tentang pendidikan. Sedikit banyak di makalah ini akan dijelaskan tentang pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja Asas-asas pendidikan islam? 2. Apa yang di maksud Pendidikan Islam? 3. Apa Manfaat Pendidikan?


(3)

.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Asas-asas Pendidikan Islam

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, asas adalah dasar, suatu landasan untuk melakukan sesuatu (Departemen Pendidikan Nasional 2003). Asas juga dapat disebut dengan fondasai (Fundation). Arif rachman (2009) berpendapat, fondasi pendidikan adalah sesuatu yang memberikan dasar atau landasan terhadap penyelenggraan sistem pendidikan yang dilakukan masyarakat. Tentu saja pondasi pendidikan memuat nilai-nilai positif yang diyakini kebenarannya oleh penyelenggara pendidikan agar upaya penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan dapat berjalan sesuai harapan.

Asas pendidikan adalah aqidah islam.Aqidah menjadi dasar kurikulum (Mata ajaran dan Metode pengajaran) yang diberlakukan Negara. Aqidah islam berkonsekuensi ketaatan pada syari’at islam. Ini berarti tujuan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum harus terkait dengan ketaatan pada syari’at islam. Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterkaitan pada syariat islam pada peserta didik, Walaupun mungkin membuat peserta didik menguasai ilmu pengetahuan.

Aqidah islam menjadi asas dari ilmu pengetahuan .ini bukan berarti semua ilmu pengetahuan yang dikembangkan harus bersumber pada akhidah islam, karena memang tidak semua ilmu pengetahuan lahir dari akhidah islam. Yang di makhsud ialah, aqidah islam harus dijadikan standar penilaian. Ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan aqidah islam tidak boleh dikembangkan dan diajarkan, kecuali untuk dijelaskan kesalahannya.


(4)

Asas-asas pendidikan di bagi dalam dua bagian, yaitu asas-asas pendidikan Islam dan asas-asas pendidikan husus di Indonesia. Pertama: Asas-asas pendidikan Islam merupakan asas atau dasar dari pendidikan itu adalah Alquran dan Alhadis (Langgulung, 1988:5). Allah berfirman, artinya: “Tidak Kami luputkan dalam kitab itu segala sesuatu “ (QS. Al-Ana’am:38). Ayat ini menunjukkan bahwa pembahasan Alquran itu mencakup segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan juga berasaskan Alquran. Allah menguatkan lagi dengan berfirman, artinya: “dan Kami turunkan kepadamu kitab yang menerangkan setiap sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri” (QS. Nahl, Tanpa Tahun:89). Abdurrahman Saleh (1994:17-18) berpendapat bahwa segala sesuatu (likulli syaiin) dalam ayat di atas, banyak dipahami oleh para sarjana muslim, kandungan ayat di atas meliputi berbagai cabang ilmu pendidikan, dan mereka mengatakan (para sarjana) bahwa kandungan asas-asas Qurani mampu memberi petunjuk terhadap tingkah laku manusia. Nabi Muhammad juga mengemukakan bahwa pendidikan itu sangatlah penting, dan mewajibkan kepada seluruh umatnya untuk tolabul ‘ilmi (mencari ilmu) ke mana pun. Hal ini, ditegaskan dengan sabda beliau, artinya: Carilah ilmu walaupun ke Negeri Cina (Ma’sum, Tanpa Tahun:15). Banyak pula hadis-hadis nabi yang menjelaskan tentang ilmu dan pendidikan, tapi tidak dapat saya uraikan dalam makalah ini. Kedua: Asas-asas pendidikan husus di Indonesia. Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Husus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas-asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam belajar (Tirtarahardja, 2005:19). 1. Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini, dikembangkan oleh R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu: Pertama: Asas Ing Ngarso Sung Tulodo. Semboyan ini, saling mendukung antara semboyan yang satu dengan yang lainnya,


(5)

karena ketika kita lihat arti harfiah dari semboyan ini adalah jika di depan memberi contoh terhadap yang di belakang. Kedua: Asas Ing Madyo Mangun Karso. Semboyan ini juga tidak kalah penting dari pada asas yang pertama tadi, karena semboyan ini menengahi antara tiga semboyan di atas. Arti harfiah semboyan ini adalah jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat. Kalau kita lihat dari arti asas ini, berarti asas ini selalu memberi semangat terhap bangsa Indonesiaini. Ketiga: Asas Tut Wuri Handayani. Semboyan yang ketiga ini merupakan inti dari semua asas di atas, karena asas ini kalau kita lihat dari arti harfiahnya adalah jika di belakang memberi dorongan. Asas ini sebagai inspirator bagi kita semua. Dorongan ini dimaksudkan untuk kemajuan kita bersama. Menurut hemat saya, asas pendidikan husus di Indonesia bagian yang pertama ini saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain. Asas ini menyatu dalam satu kesatuan, dalam artian tidak dapat dipisahkan, three in one. Menurut Dimas (2011:1) bahwa Asas Tut Wuri Handayani, dalam pendidikan ini harus meliputi: Pertama: Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan. Peserta didik tidak harus dipaksa dalam hal belajarnya dalam satu sisi, kemudian dalam sisi yang lain bisa saja membutuhkan. Hanya saja, pendidik harus dan berkewajiban untuk menyadarkan peserta didiknya, hal itu bertujuan peserta didiknya semangat dalam thalabul ‘ilm. Kedua: Pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong. Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak dengan tuntutan, agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat. Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan; Ketiga: Pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede). Hasil dari pendidikan diharuskan dapat menciptakan lingkungan yang terib, dan damai antara sesama. Keempat: Pendidikan tidak ngujo (memanjakan anak). Peserta didik yang masih baru turjun ke dunia pendidikan, acapkali mereka selalu ingin dimanja, segala kebutuhannya selalu ingin dicapai, karena mereka menganggap sudah mengemban tugas yang yang berat dari orang tuanya. Orang tua yang mempunyai anak seperti ini haruslah bisa mengatasi masalah-masalahmasalah yang dihadapi anaknya, dengan cara melatih mereka. Kelima: Pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah, memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik). Pendidikan harus


(6)

bisa menciptakan peserta didiknya mandiri, karena dalam pendidikan sudah diajari strategi-strategi dalam menjalankan hidup ini.

2. Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Menurut Tirtarahardja (2005:20), kurikulum yang dapat merancang dan mengimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi, yaitu: Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan antara tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah. Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Dimas, 2011:2). Kita akan berkualitas, mandiri, cerdas, berharkat dan bertabat, serta bertakwa kepada Allah setelah menjalani pendidikan, dengan pendidikan kita bisa berkualitas dan kita bisa apa saja, karena kita telah punya pengalaman pendidikan.

3. Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).


(7)

Menurut Hasan Langgulung, Pendidikan itu mempunyai asas-asas tempat ia tegak dalam materi, interaksi, inovasi dan cita-cita. Jadi itu merupakan landasan yang menjadi tumpuan segala yang berada diatasnya. Dalam bukunya Asas-Asas Pendidikan Islam

beliau menuliskan ada 6 asas dalam Pendidikan, diantaranya :

1) Asas-Asas Historis

Asas yang mempersiapkan si pendidik dengan hasil-hasil dan batas dan kekurangan-kekurangannya. Meliputi sebagian ilmu sejarah dan arkeologi. dokumen-dokumen dan benda-benda tertulis yang dapat menolong menafsirkan pendidikan dari segi sejarah dan peradaban.

2) Asas-asas Sosial

Asas yang memberinya kerangka budaya darimana pendidikan itu bertolak dan bergerak: memindah budaya, memilih dan mengembangkan. Meliputi sebagaian ilmu social dan kependudukan, antropoogi dan etnologi yang dapat menafsirkan masyarakat dan kumpulan, penduduk, sosialisasi dan perubahan, dan lain-lain.

3) Asas-asas Ekonomi

Asas yang memberinya persepektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan, materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanjanya. Misalnya sebagian ilmu ekonomi dan akunting, budgeting dan perencanaan yang dapat menolong dalam investasi yang lebih ideal, keuntungan yang lebih memuaskan dan kemampuan lebih tinggi.

4) Asas-asas Politik dan Administrasi

Asas yang memberinya bingkai ideology dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang di cita-citakan dan rencana yang telah di buat. Misalnya sebagian ilmu administrasi dan organisasi, undang-undang dan perundang-undangan yang dapat menafsirkan susunan organisasi pendidikan dan mengarahkan geraknya.

5) Asas-asas Psikologis

Asas yang yang memberinya informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru, cara terbaik dalam praktek, pencapaian dan penilaian, pengukuran dan bimbingan. Misalnya sebagian ilmu tingkah laku, biologi, fisiologi, dan


(8)

komunikasi yang sesuai untuk memahami pengajaran dan proses belajar, perkembangan, dan pertumbuhan, kematangan, kemampuan, dan kecerdasan, persepsi dan perbedaan-perbedaan perseorangan, minat dan sikap.

6) Asas-Asas Filsafat

Yaitu asas yang berusaha memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi arah suatu system, mengontrolnya, dan memberi arah kepada semua asas-asas yang lain. Misalnya sebagian ilmu etika dan estetika, ideologi, dan logika untuk memberi arah kepada pengajaran dan menyelaraskan interaksi-interaksi masing-masing, menyusun sistem-sistemnya sesudah di teliti dan dikritik dianalisa, dan di buat sintesis.

Demikian penjelasan asas-asas dalam pendidikan Menurut Hasan Langgulung, begitupun dalam pendidikan islam, ada tambahanya yaitu Asas keyakinan (Aqidah). Asas ini menjadi Asas yang Fundamental, karena dalam pandangan dan ajaran islam, aqidah menjadi hal mendasar sebelum lainnya.

B. Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia sekaligus pembeda dari mahluk lain, hususnya hewan. Hewan juga belajar, tapi lebih menekankan dan ditentukan pada instink. Pendidikan untuk manusia, belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih maju (Usa, 1991:27). Kata Islam itu berasal dari bahasa Arab al-Islam. Kata al-Islam terdapat di dalam Alquran, dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya dalam surat Ali Imron. Lafalnya: innad-dina ‘indallohil-islam. Artinya: sesungguhnya ad-din (jalan hidup) di sisi Allah (adalah) al-Islam (QS. Ali Imron, Tanpa Tahun:19). Obyek pendidikan adalah manusia, baik kedudukannya dalam usia remaja maupun dewasa (Barnadib, 1994:66). Dalam dunia pendidikan ada istilahnya pendidik dan peserta didik. Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan dan berlangsungnya pendidikan tersebut (Barnadib, 1994:76). Ada dua pendidik dalam dunia pendidikan, yaitu: orang tua dan guru. Orang tua adalah pendidik alami, dia mempunyai hubungan batin dan rasa cinta alami dengan anaknya. Berhubungan dengan itu, keluarga, sebagai tempat lingkungan, dan masyarakat primer kehidupannya orang tua beserta anak-anaknya


(9)

disebut sebagai pusat pendidikan pertama. Guru adalah sebagai pendidik karena jabatan (Barnadib, 1994:77). Zakiah Daradjad, dkk, (1995:38) berpendapat, bahwa tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka: Pertama: Memelihara dan membesarkan anak. Tanggung jawab ini adalah bentuk sederhana dari tanggung jawab orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Kedua: Melindundundi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohani, dari berbagai penyakit dan dari penyelengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya. Ketiga: Member pengajaran dala arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapai. Keempat: Membahagiakan anak, baik dunia maupun ahirat, sesuai pandangan dan tujuan hidup muslim. Zakiah Daradjad, dkk, juga berpendapat (1995:39-44) bahwa guru adalah pendidik professional, karena secara implisit dia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Mereka (orang tua) ini, tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Zakiah Daradjad, dkk, (1995:39-44) syarat untuk menjadi pendidik (guru) yang professional, yaitu: Takwa kepada Allah, syarat ini merupakan paling utama dalam pendidikan islam. Syarat yang kedua adalah mempunyai ilmu, syarat ini adalah wajib bagi pendidik, karena tanpa ilmu, apa yang mau disampaikan kepada anak didiknya. Syarat yang ketiga adalah sehat jasmani, syarat ini merupakan hal penting juga dalam dunia pendidikan, karena bagaimana guru untuk menyampaikan ilmu kepada muridnya kalau gurunya sendiri sakit-sakitan. Syarat yang terahir adalah bermural baik. Guru adalah cerminan anak didiknya, jadi harus memberi contoh yang baik untuk anak didiknya, salah satunya dengan akhlakul karimah. Ahlak guru tersebut, yaitu: Guru harus mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua muridnya, berlaku sabar dan tenang, harus berwibawa, guru harus gembira, guru harus bersifat manusiawi, guru harus bekerja sama dengan guru-guru yang lain, dan yang terakhir guru harus bekerja sama dengan masyarakat. Pendidikan ternyata ada batasanp-batasannya, maka yang dimaksudkan adalah pembatasan nyata dari proses


(10)

pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan ada batas awal (permulaan) dan ada batas ahir (Daradjad,1995:48-50)

1. Batas Awal (permulaan)

Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya adalah baru terjadi sesudahnya. Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa dia harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemengang kewajiban, dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya. Dia mengatakan (Daradjad) bahwa dari segi psikologi, usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa pembangkang atau masa krisis. Pada masa itu, menurut hemat saya, adalah masa yang baik untuk mendapat didikan, didikan ke jalan penyadaran diri. Didikan yang membawa ke kesadaran batin yang paling dalam, karena anak didik diusia dini lebih bergantung pada lingkungan sekitarnya. Jadi, lebih mudah mendapat didikan dari orang tua maupun pendidik lainnya.

2. Batas akhir

Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam hal-hal lai kadang-kadang masih tetap menunjukkan sifat kekanak-kanakan. Pendidikan itu juga mempunyai titik ahir yang bersifat amaliah. Titik ahir itu bersifat principal dan tercapai tercapai bila seorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secar mantap mengembangkan derta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan hidupnya (Daradjad, 1995:50). Inilah yang dimaksud batasan ahir dari pendidikan tersebut.

C. Manfaat Pendidikan

Manfaat pendidikan menurut pandangan yang berorientasi pada kecakapan hidup bagi anak didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah (problem) hidup dan kehidupan, baik pribadi yang mandiri, maupun warga negara (Depertemen Pendidikan Nasional, Tanpa Tahun: 8). Pendidikan mempermudah kita mengerjakan sesuatu, karena kita telah mengetahui dan punya ilmu untuk


(11)

mengerjakannya. Pendidikan tidak akan menyesatkan. Malahan, sangat membantu kita dalam mencapai cita-cita yang tinggi. Pendidikan sangat bermanfaat pada kehidupan kita di dunia dan di ahirat. Pendidikan akan memajukan fikiran kita, dengan pendidikan, kita lebih tenang menghadapi permasalahan dalam kehidupan ini. Pendidik tidak akan bisa mendidik anak didiknya tanpa dia menjalani pendidikan terlebih dahulu. Berkat adanya pendidikan, dia bisa mendidik dengan baik. Malahan, dia dapat menumbuhkan generasi yang lebih baik dari pada dirinya.


(12)

BAB III

KESIMPULAN

Asas pendidikan adalah aqidah islam. Aqidah menjadi dasar kurikulum (Mata ajaran dan Metode pengajaran) yang diberlakukan Negara. Aqidah islam berkonsekuensi ketaatan pada syari’at islam. Ini berarti tujuan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum harus terkait dengan ketaatan pada syari’at islam. Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterkaitan pada syariat islam pada peserta didik, Walaupun mungkin membuat peserta didik menguasai ilmu pengetahuan.

Asas pendidikan secara umum adalah Alquran dan Alhadis, sedangkan asas pendidikan kalau dipandang secara khusus di Indonesia ada tiga, yaitu: asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar. Pendidikan merupakan penyaluran intelektual dari pendidik kepada anak (peserta) didik. Pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama

Asas-asas Ilmu Pendidikan menurut Hasan Langgulung adalah Asas-asas Historis, Asas-asas Sosial, Asas-asas Ekonomi, Asas-asas Politik dan Administrasi, Asas-asas Psikologis, Asas-asas Filsafat.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Abuddin Nata,M.A. “ Ilmu pendidikan islam dengan pendekatan multidisipliner “ rajawali Pers.Jakarta.2008.


(1)

komunikasi yang sesuai untuk memahami pengajaran dan proses belajar, perkembangan, dan pertumbuhan, kematangan, kemampuan, dan kecerdasan, persepsi dan perbedaan-perbedaan perseorangan, minat dan sikap.

6) Asas-Asas Filsafat

Yaitu asas yang berusaha memberinya kemampuan memilih yang lebih baik, memberi arah suatu system, mengontrolnya, dan memberi arah kepada semua asas-asas yang lain. Misalnya sebagian ilmu etika dan estetika, ideologi, dan logika untuk memberi arah kepada pengajaran dan menyelaraskan interaksi-interaksi masing-masing, menyusun sistem-sistemnya sesudah di teliti dan dikritik dianalisa, dan di buat sintesis.

Demikian penjelasan asas-asas dalam pendidikan Menurut Hasan Langgulung, begitupun dalam pendidikan islam, ada tambahanya yaitu Asas keyakinan (Aqidah). Asas ini menjadi Asas yang Fundamental, karena dalam pandangan dan ajaran islam, aqidah menjadi hal mendasar sebelum lainnya.

B. Pendidikan Islam

Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia sekaligus pembeda dari mahluk lain, hususnya hewan. Hewan juga belajar, tapi lebih menekankan dan ditentukan pada instink. Pendidikan untuk manusia, belajar berarti rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih maju (Usa, 1991:27). Kata Islam itu berasal dari bahasa Arab al-Islam. Kata al-Islam terdapat di dalam Alquran, dan di dalamnya terkandung pula pengertiannya, diantaranya dalam surat Ali Imron. Lafalnya: innad-dina ‘indallohil-islam. Artinya: sesungguhnya ad-din (jalan hidup) di sisi Allah (adalah) al-Islam (QS. Ali Imron, Tanpa Tahun:19). Obyek pendidikan adalah manusia, baik kedudukannya dalam usia remaja maupun dewasa (Barnadib, 1994:66). Dalam dunia pendidikan ada istilahnya pendidik dan peserta didik. Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan dan berlangsungnya pendidikan tersebut (Barnadib, 1994:76). Ada dua pendidik dalam dunia pendidikan, yaitu: orang tua dan guru. Orang tua adalah pendidik alami, dia mempunyai hubungan batin dan rasa cinta alami dengan anaknya. Berhubungan dengan itu, keluarga, sebagai tempat lingkungan, dan masyarakat primer kehidupannya orang tua beserta anak-anaknya


(2)

disebut sebagai pusat pendidikan pertama. Guru adalah sebagai pendidik karena jabatan (Barnadib, 1994:77). Zakiah Daradjad, dkk, (1995:38) berpendapat, bahwa tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka: Pertama: Memelihara dan membesarkan anak. Tanggung jawab ini adalah bentuk sederhana dari tanggung jawab orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Kedua: Melindundundi dan menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohani, dari berbagai penyakit dan dari penyelengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya. Ketiga: Member pengajaran dala arti yang luas, sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapai. Keempat: Membahagiakan anak, baik dunia maupun ahirat, sesuai pandangan dan tujuan hidup muslim. Zakiah Daradjad, dkk, juga berpendapat (1995:39-44) bahwa guru adalah pendidik professional, karena secara implisit dia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Mereka (orang tua) ini, tatkala menyerahkan anaknya kesekolah, sekaligus berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Zakiah Daradjad, dkk, (1995:39-44) syarat untuk menjadi pendidik (guru) yang professional, yaitu: Takwa kepada Allah, syarat ini merupakan paling utama dalam pendidikan islam. Syarat yang kedua adalah mempunyai ilmu, syarat ini adalah wajib bagi pendidik, karena tanpa ilmu, apa yang mau disampaikan kepada anak didiknya. Syarat yang ketiga adalah sehat jasmani, syarat ini merupakan hal penting juga dalam dunia pendidikan, karena bagaimana guru untuk menyampaikan ilmu kepada muridnya kalau gurunya sendiri sakit-sakitan. Syarat yang terahir adalah bermural baik. Guru adalah cerminan anak didiknya, jadi harus memberi contoh yang baik untuk anak didiknya, salah satunya dengan akhlakul karimah. Ahlak guru tersebut, yaitu: Guru harus mencintai jabatannya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua muridnya, berlaku sabar dan tenang, harus berwibawa, guru harus gembira, guru harus bersifat manusiawi, guru harus bekerja sama dengan guru-guru yang lain, dan yang terakhir guru harus bekerja sama dengan masyarakat. Pendidikan ternyata ada batasanp-batasannya, maka yang dimaksudkan adalah pembatasan nyata dari proses


(3)

pendidikan dalam jangka waktu tertentu. Pendidikan ada batas awal (permulaan) dan ada batas ahir (Daradjad,1995:48-50)

1. Batas Awal (permulaan)

Pendidikan dimulai dengan pemeliharaan yang merupakan persiapan ke arah pendidikan nyata, yaitu pada minggu dan bulan pertama seorang anak dilahirkan, sedangkan pendidikan yang sesungguhnya adalah baru terjadi sesudahnya. Pada pendidikan yang sesungguhnya dari anak dituntut pengertian bahwa dia harus memahami apa yang dikehendaki oleh pemengang kewajiban, dan menyadari bahwa hal yang diajarkan adalah perlu baginya. Dia mengatakan (Daradjad) bahwa dari segi psikologi, usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa pembangkang atau masa krisis. Pada masa itu, menurut hemat saya, adalah masa yang baik untuk mendapat didikan, didikan ke jalan penyadaran diri. Didikan yang membawa ke kesadaran batin yang paling dalam, karena anak didik diusia dini lebih bergantung pada lingkungan sekitarnya. Jadi, lebih mudah mendapat didikan dari orang tua maupun pendidik lainnya.

2. Batas akhir

Seorang anak dalam hal-hal tertentu telah mencapai kematangannya, tetapi dalam hal-hal lai kadang-kadang masih tetap menunjukkan sifat kekanak-kanakan. Pendidikan itu juga mempunyai titik ahir yang bersifat amaliah. Titik ahir itu bersifat principal dan tercapai tercapai bila seorang manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secar mantap mengembangkan derta melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan hidupnya (Daradjad, 1995:50). Inilah yang dimaksud batasan ahir dari pendidikan tersebut.

C. Manfaat Pendidikan

Manfaat pendidikan menurut pandangan yang berorientasi pada kecakapan hidup bagi anak didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah (problem) hidup dan kehidupan, baik pribadi yang mandiri, maupun warga negara (Depertemen Pendidikan Nasional, Tanpa Tahun: 8). Pendidikan mempermudah kita mengerjakan sesuatu, karena kita telah mengetahui dan punya ilmu untuk


(4)

mengerjakannya. Pendidikan tidak akan menyesatkan. Malahan, sangat membantu kita dalam mencapai cita-cita yang tinggi. Pendidikan sangat bermanfaat pada kehidupan kita di dunia dan di ahirat. Pendidikan akan memajukan fikiran kita, dengan pendidikan, kita lebih tenang menghadapi permasalahan dalam kehidupan ini. Pendidik tidak akan bisa mendidik anak didiknya tanpa dia menjalani pendidikan terlebih dahulu. Berkat adanya pendidikan, dia bisa mendidik dengan baik. Malahan, dia dapat menumbuhkan generasi yang lebih baik dari pada dirinya.


(5)

BAB III

KESIMPULAN

Asas pendidikan adalah aqidah islam. Aqidah menjadi dasar kurikulum (Mata ajaran dan Metode pengajaran) yang diberlakukan Negara. Aqidah islam berkonsekuensi ketaatan pada syari’at islam. Ini berarti tujuan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum harus terkait dengan ketaatan pada syari’at islam. Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterkaitan pada syariat islam pada peserta didik, Walaupun mungkin membuat peserta didik menguasai ilmu pengetahuan.

Asas pendidikan secara umum adalah Alquran dan Alhadis, sedangkan asas pendidikan kalau dipandang secara khusus di Indonesia ada tiga, yaitu: asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar. Pendidikan merupakan penyaluran intelektual dari pendidik kepada anak (peserta) didik. Pendidikan adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuk kepribadian utama

Asas-asas Ilmu Pendidikan menurut Hasan Langgulung adalah Asas-asas Historis, Asas-asas Sosial, Asas-asas Ekonomi, Asas-asas Politik dan Administrasi, Asas-asas Psikologis, Asas-asas Filsafat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Abuddin Nata,M.A. “ Ilmu pendidikan islam dengan pendekatan multidisipliner “ rajawali Pers.Jakarta.2008.