28578 ID problematika krisis pangan dunia dan dampaknya bagi indonesia

ISSN 1411- 3341

PROBLEMATIKA KRISIS PANGAN DUNIA
DAN DAMPAKNYA BAGI INDONESIA
Sulfitri Hs Mudrieq
Dosen Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tadulako

ABSTRAK
Dalam perkembangan dunia saat ini, masalah pangan telah menjadi sebuah
isu menarik yang terus di bahas saat ini. Betapa tidak hal ini merupakan
kebutuhan primer bagi jutaan jiwa penduduk yang ada di dunia, sebab dari
asupan panganlah mereka mampu mempertahankan hidup. Maka tidak heran
persoalan pangan mencuat menjadi isu global yang harus dicarikan solusinya.
Terlebih ketika pangan telah mengalami ancaman berupa krisis pangan yang
telah menjalar ke beberapa Negara khususnya bagi Negara berkembang
termasuk Indonesia.
Indonesia yang sementara memperbaiki tatanan ekonominya dan berusaha
keluar dari terpaaan krisis ekonomi sejak tahun 1997, bekerja keras untuk
kembali bangkit dari berbagai persoalan tersebut. Belum saja persoalan
ekonomi dan politik terselesaikan, muncul lagi persoalan baru berupa krisis

kelangkaan pangan. Ketika kelangkaan pangan ini tidak menemukan solusi,
maka hal tersebut tentunya berimbas pada pembanganun bangsa kedepannya.
Juga akan kembali menggerogoti berbagai bidang termasuk ekonomi dan
politik. Dari problematika yang dihadapi ini serta merta dikembalikan pada
bagaimana kebijakan pemerintah dalam menghadapi persoalan tersebut dan
bagaimana usaha masyarakat kita untuk tetap bertahan hidup. Selanjutnya
dalam kajian tulisan ini menggunakan metode kualitatif.
Key words: Krisis , pangan, dunia, Indonesia

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.06 No. 02 Oktober 2014

1287

ISSN 1411- 3341

PENDAHULUAN
Ketika berbicara masalah pangan tentunya tidak terlepas dari sektor
pertanian yang merupakan kebutuhan primer umat manusia di dunia. Sektor

pangan merupakan hal yang sangat penting sebagai pembahasan saat ini.
Sebelum masalah pangan urgen untuk dibicarakan, pada tahun 1945
sebelum berakhirnya perang dunia (PD) II, penyelesaian konflik yang
berkecamuk diantara 3 benua, yakni: benua Afrika, Asia, dan Eropa.
Merupakan hal yang sangat penting untuk dibicarakan demi mencari solusi
penyelesaian pada saat itu. Betapa tidak, saat itu, konflik ini mengancam
keamanan jutaan umat manusia. Konflik tersebut juga mempengaruhi
hubungan kerjasama diantara berbagai Negara di belahan dunia. Setelah PD II
tersebut usai, perang dan konflik bukan lagi dua hal yang harus ditakuti
melaikan isu tradisional tersebut menjadi pelajaran berharga bagaimana
bersikap untuk keduanya.
Persoalan tersebut kini tergantikan oleh persoalan krisis pangan yang
melanda dunia. Semakin bertambahnya populasi penduduk dunia otomatis
kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. Menjadikan setiap Negara
harus mampu menjaga ketersediaan pangan yang dimilikinya, agar terhindar
dari ancaman kelaparan yang akan menimpa penduduknya. Perkembangan
yang ada saat ini, krisis pangan dan bahaya kelaparan sedang membayangi
dunia. Jumlah kasus kekurangan pangan dan kelaparan tahun ini paling tinggi
sejak tahun 1970-an. FAO-UN (2009) memperkirakan sekitar 1,02 milyar jiwa
di seluruh dunia saat ini sedang mengalami kekurangan pangan dan kelaparan.

Kondisi yang paling parah terjadi di negara-negara Afrika dan Asia Selatan.
Bahkan, menurut UN Population Fund (2000) memprediksi pada tahun 2050,
akan ada tambahan sekitar 2,32 milyar jiwa yang tersebar di seluruh dunia yang
harus dipenuhi kebutuhan pangannya di bawah tekanan ancaman perubahan
iklim yang semakin berat.118 Jumlah ini bukannya berkurang melainkan terus
meningkat dari tahun ke tahun. Sementara lahan untuk kebutuhan pangan yang
ada bukannya bertambah melainkan semakin berkurang karena terus digarap
untuk dijadikan infrastruktur baik perumahan maupun industri kedepannya.
Selain itu, untuk mendapatkan hasil pangan yang lebih baik juga harus
memperhatikan kualitas tanah, sedangkan beberapa hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa lahan yang ada khususnya di Indonesia mengalami degradasi
lahan sehingga menurunkan produktifitas pangan.
1

Humas UGM. 2011. Krisis Pangan dan Bahaya Kelaparan Ancam Dunia.Yogyakarta

1288

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad


VOL.05 No. 02 Oktober 2013

ISSN 1411- 3341

Ketika produktifitas pangan menurun tentunya berimbas pada persoalan
sosial, ekonomi, dan politik yang berkembang pada masyarakat. Hal ini
kemudian secara perlahan akan melahirkan ancaman terhadap global security.
Di Indonesia sendiri misalnya, ketika masalah pangan mencuat kepermukaan
dibarengi harga kebutuhan pokok termasuk beras dan gula yang terus
meningkat. Ini kemudian mehahirkan demonstrasi besar-besaran pada 1997
yang menuntut penurunan harga 9 bahan pokok, dan menuntut turunya
pemerintahan Soeharto yang berkuasa karena dianggap tidak mampu
menyelesaikan persoalan sosial-ekonomi yang fundamental.
Tidak hanya di Indonesia, selain peningkatan harga pangan yang
meningkat, beberapa tahun terakhir ini perubahan iklim yang ekstrim juga
sering terjadi di beberapa Negara. Hal ini tentu saja berdampak pada kenaikan
harga produk termasuk hasil pertanian. Melonjaknya harga hasil pertanian jelas
saja menyengsarakan kaum petani dalam mendapatkan akses pangan. Selain
itu, jika persoalan pangan terus mengalami keterpurukan. Hal yang ditakutkan
kemudian adalah bersaingnya Negara-negara di dunia dengan cara ekstrim atau

menghalalkan segala cara demi mendapatkan dan mempertahankan ketahanan
pangannya yang kemudian mengancam keamanan global. Walau ancaman
akan naiknya harga pangan dunia telah dibahas oleh Organisasi Pangan dan
Pertanian Dunia (FAO) di Roma pada 24 September 2010 lalu, hal ini tidak
serta menyelesaikan persoalan.
Dalam laporannya, FAO menyebutkan bahwa kenaikan harga pangan
termasuk biji-bijian dunia telah mencapai 17 persen (38 poin dalam indeks
harga) dibandingkan dengan harga bulan Juni 2012. Harga jagung di tingkat
internasional juga telah meningkat sampai 23 persen. Bahkan, kenaikan harga
jagung tercatat 46 persen jika dibandingkan dengan harga pada Mei 2012.
Kenaikan harga jagung masih akan terus berlangsung karena sekitar 42 persen
jagung dunia dihasilkan oleh AS, terutama di daerah Midwest, yang kini
bermasalah karena kekeringan hebat. Selain AS, kekeringan hebat disertai
bencana kebakaran melanda Rusia. Mengakibatkan negara yang termasuk
salah satu produsen gandum dunia tersebut menaikkan harga gandum sampai
19 persen bahkan menghentikan ekspor gandumnya. Hal ini kemudian
berdampak pada menurunnya stok gandum menjadi 179 juta ton sehingga
volume yang diperdagangkan pun akan menurun, yang akan mengerek harga
gandum lebih tinggi lagi. Dengan ketergantungan 100 persen pada gandum
impor, dan total impor gandum Indonesia yang mencapai 6,6 juta ton (naik 6,2

persen), kenaikan harga tepung terigu di dalam negeri akan memiliki dampak

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.06 No. 02 Oktober 2014

1289

ISSN 1411- 3341

berantai yang pasti berpengaruh terhadap kinerja sektor riil di Indonesia.219
Tingkat produksi Rusia pada tahun 2012 diperkirakan angkanya akan mencapai
70-75 juta ton gandum dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar 94 juta
ton. Kondisi ini ternyata mengindikasikan bahwa krisis pangan kini telah
menjadi ancaman serius bagi sebagian besar penduduk dunia. 20 Tulisan ini
selanjutnya akan membahas bagaimana perkembangan pangan dunia dan
Indonesia, apa yang menjadi penyebab melemahnya ketahanan pangan
Indonesia, dan apa dampak krisis pangan khususnya bagi Indonesia sebagai
Negara berkembang, serta bagaimana kebijakan pemerintah Indonesia
menghadapai krisis pangan tersebut.

Perkembangan Pangan Dunia dan Indonesia
Sering kali disinggung bahwa berbicara mengenai pangan sejatinya tidak
terlepas sebagai kebutuhan umat manusia yang ada di belahan dunia ini.
Kondisi pangan yang lambat laun mengalami ancaman kekurangan atau
disebut sebagai krisis pangan kemudian menggeser isu perang dan konflik dari
high politics menjadi low politics. Hal ini didasarkan bahwa krisis pangan yang
telah menjadi isu high politics mampu menarik perhatian pemangku
kepentingan di tingkat internasional. Betapa tidak bahwa kondisi pangan pada
tahun-tahun terakhir ini sangatlah memprihatinkan. Sebelumnya Irak yang
pernah mengalami embargo saja pernah mengekspor hasil pertaniannya berupa
padi dan gandum, begitupun dengan Rusia.
Di negara-negara ASEAN, seperti Malaysia yang memiliki komuditi
pangan utama berupa beras, jagung, kelapa, dan tebu memiliki pertumbuhan
produksi 4,3 persen pertahun. Sementara komuditi pangan berupa jagung dan
beras oleh Vietnam dan Indonesia, pertumbuhan produksinya mencapai sekitar
2,2 persen pertahunnya. Sedangkan jika dilihat jumlah pertumbuhan populasi
penduduknya pertahun, Malaysia 2,5 persen, Vietnam 2,2 persen, dan
Indonesia 1,9 persen. Dari hasil yang ada, walu produksi pangan tergolong
kecil akan tetapi masih dianggap bahwa hal ini masih mencukupi kebutuhan
pangan negara-negara tersebut jika dibandingkan populasi penduduknya

pertahun4.21

2.

5 Masalah Yang Membelit Pembangunan Pertanian di
file:///F:/JOURNAL/krisis pangan/5.
Diakses pada 10 Februari 2013
3
Ibid.
4

2003), hlm, 70.

1290

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.05 No. 02 Oktober 2013

ISSN 1411- 3341


Berbicara mengenai kondisi pangan sebelum terjadi bencana termasuk
sebelum efek krisis domino melanda beberapa Negara. Indonesia memiliki
kecukupan 2.015 kalori per kapita dari penduduk Indonesia yang ada, dan
memiliki lahan berkisar 0,16 hektar. Jumlah lahan panen Indonesia ini
tergolong kecil, akan tetapi memiliki tingkat produktivitas yang tinggi5.22 Hal
lain yang dapat dijadikan acuan terhadap prestasi bagi produksi pertumbuhan
pangan per kapita dan pertumbuhan produksi padi di Indonesia berada jauh
diatas laju pertumbuhan penduduk. Artinya bahwa Indonesia terjamin dalam
kecukunpan pangan623
Masalahnya kemudian adalah ketika kecukupan pangan ini tidak menjadi
sebuah jaminan atas ketersediaan pangan secara terus-menerus oleh tiap-tiap
Negara yang ada di dunia. Perkembangan pangan beberapa tahun terakhir ini
mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan. Kecukupan pangan sedikit
demi sedikit mulai terkuras hingga pada akhirnya menjadi krisis pangan ada di
depan mata. Negara-negara yang tadinya pengekspor pangan kini mulai
berbalik sebagai pengimpor pangan.
Lihat saja Indonesia, sebagai negara agraris penghasil padi kini mulai
mengimpor beras. Tidak hanya beras yang di impor, mulai dari daging, kedelai,
hingga garam kini mulai di impor. Jika kondisi ini terus dibiarkan akan

menyebabkan ketergantungan yang sulit dihindari. Tidak hanya itu, para
petani, dan produsen yang ada dalam negeri tidak lagi memiliki ruang gerak
yang luas dalam memproduksi hasil lahan mereka. Imbasnya akan bermuara
pada rakyat kecil yang terus mengalami penderitaan. Ironis memang, Negara
yang memiliki letak yang strategis ditunjang dengan lahan yang subur harus
mengimpor pangan dari negara lain. Tapi kenyataan itulah yang di hadapi
Indonesia saat ini.
Sementara negara-negara Asia Timur seperti Korea Selatan, Taiwan,
terlebih Cina merupakan negara yang dianggap tidak memiliki daya. Kini, tidak
hanya kebutuhan pangan penduduknya yang dipenuhi, negara-negara ini juga
memberikan kehidupan social ekonomi yang jauh lebih baik. Bahkan Negara
tersebut sukses dalam pembangunan pertanian, sehingga menghantarkannya
memasuki era industri yang penuh dengan persaingan.724 Coba kita cermati,
berbagai panganan olahan bahkan buah-buahan yang di impor dari Negara
tersebut khususnya Cina membanjiri Indonesia. Jeruk misalnya, kebanyakan
konsumen di pasar terlebih di supermarket lebih tertarik memilih buah impor
5

Ibid.
ibid.

7
Budi Winarno, Melawan Gurita Neoliberalisme, Erlangga, 2010, p. 118

6

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.06 No. 02 Oktober 2014

1291

ISSN 1411- 3341

yang satu ini ketimbang jeruk atau buah lokal yang berasal dari Indonesia.
Padahal Indonesia memiliki tanaman jeruk dengan cita rasa yang segar.
Jika kita cermati sejak tahun 1980, sektor pertanian mendapat perhatian
besar dari pemerintah sehingga kondisi ketahanan pangan Indonesia sangat
menjanjikan. Berbagai upaya dilakukan pemerintah demi mempertahankan
kondisi ketahanan pangan termasuk revolusi hijau yang di lakukan oleh
pemerintah Orde Baru saat itu. Selain itu, peranan Badan Urusan Logistik
(bulog) sangatlah jelas, yakni menyediakan pasar bagi produk-produk
pertanian dan menetapkan harga dasar bagi para petani. Untuk membantu
pekerjaannya di level desa, bulog ini mendistribusikan kewenangannya melalui
Koperasi Unit Desa (KUD). Akan tetapi, fokus pemerintah kemudian berubah
kearah pembangunan dan industri. Hasil dari perubahan yang terjadi ini
kemudian mengisyaratkan untuk diberlakukan kebijakan impor8. 25
Walau penolakan impor pangan khususnya beras terus di lakukan. Namun,
kebijakan pemerintah yang terus membuka peluang impor tidak terelakkan
lagi. Hingga 4 tahun terakhir ini, hampir sekitar 160 triliun dihabiskan
pemerintah kita khusus mengimpor pangan9 26
Padahal berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) tanaman pangan,
semua provinsi yang ada di Indonesia merupakan lahan pertanian yang
produktif dan menghasilkan jenis tanaman padi tiap tahunnya. Tabel di bawah
ini menunjukkan luas panen dan produktivitas produksi tanaman padi seluruh
provinsi yang ada di Indonesia.

8
9

Ibid.
Keluhan SBY-Boediono yang rajin impor pangan (21 Okt ober 2013, p.14)

1292

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.05 No. 02 Oktober 2013

ISSN 1411- 3341

Tabel 1.

Luas Panen- Produktivitas- Produksi Pangan (Tanaman Padi)
Seluruh Provinsi1027

Penyebab Melemahnya Ketahanan Pangan Indonesia
Sebelum membahas lebih lanjut penyebab melemahnya ketahanan
pangan khusnya di Indonesia. Sebaiknya kita perlu ketahui arti dari ketahanan
pangan itu sendiri. Walau sebenarnya paradigma mengenai ketahan pangan
terus mengalami perkembangan. Akan tetapi setidaknya pengertian ketahanan
pangan dapat disimpulkan melalui konfrensi pangan sedunia tahun 1974, 3
diantaranya adalah:
1.
Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 1992, mendefinisikan
ketahanan pangan sebagai situasi di mana semua orang memiliki
kecukupan jumlah atas pangan yang aman dan bergizi demi kehidupan
yang sehat dan aktif.
10

Data Badan Pusat Statistik ... tanaman
www.bps.go.id/aboutus.php?pub=1&pubs=50

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

pangan,

VOL.06 No. 02 Oktober 2014

...

tahun

2011-2013.

1293

ISSN 1411- 3341

2.

3.

World Bank tahun 1996, mendefenisikan ketahanan pangan sebagai akses
oleh semua orang pada segala waktu atas pangan yang cukup untuk
kehidupan yang sehat dan aktif.
First world food conference 1974, United Nations 1975, ketahanan
pangan adalah ketersediaan pangan dunia yang cukup dalam segala

menyeimbangkan fluktuasi produksi dan harga9.28
Di Indonesia sendiri, pengertian ketahanan pangan dipertegas pada PP
No. 68 tahun 2002, dimana ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau.
Setelah persoalan politik dan ekonomi termasuk berbagai macam krisis,
baik itu krisis politik maupun kiris financial yang terjadi ditiap negara. Mulai
dari negara maju maupun negara berkembang, lambat laun telah dilewati.
Bukan berarti persoalan yang dihadapi sudah berakhir. Akan tetapi, persoalan
baru yang lebih memprihatinkan ada didepan mata. Krisis ketahanan pangan,
persoalan baru ini kian serius untuk diperbincangkan. Betapa tidak, hal ini
menyangkut upaya mempertahankan hidup jutaan umat manusia. Jika masalah
ketahanan pangan ini terus melemah dan belum bisa diatasi, tentunya akan
memicu persoalan lama yang kemudian muncul kembali. Gejolak ekonomi,
politik, dan sosial akan memicu tejadinya konflik
Betapa tidak persoalan pangan merupakan persoalan sejuta umat. Ketika
pangan menjadi langkah, tentu akan berimbas pada persoalan harga. Jika harga
kebutuhan pangan dipasar melonjak naik jelas menimbulkan protes khususnya
dari kalangan bawah. Tidak jarang kalangan bawah yang senantiasa
termarjinalkan tidak mampu menjangkau harga yang kian meroket melakukan
aksi pencurian atau penjarahan demi mempertahankan hidup mereka. Bahkan
gerakan reformasi seperti yang terjadi di Afrika. Sementara di Indonesia pada
tahun 1997, aksi protes menuntut diadakannya reformasi dan penggulingan
pemerintahan kepemimpinan Soeharto, yang dianggap gagal menurunkan
harga kebutuhan bahan pokok. Sejak saat itu, harga pangan di Indonesia kian
meningkat
Dibeberapa negarapun aksi yang serupa juga sering terjadi. Mesir
misalnya, masyarakat menuntut pemerintah yang dianggap tidak mampu
menstabilkan harga yang kian meroket, dan akhirnya berakhir menggulingkan
kepemimpinan Rezim Hosni Mubarak.
9

Winarno, Op.Cit., hal. 120

1294

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.05 No. 02 Oktober 2013

ISSN 1411- 3341

Sementara di kawasan Asia Timur, khususnya India, persoalan pangan
disebabkan oleh kondisi iklim yang tidak menentu. Selain persoalan tidak
stabilnya harga pangan di beberapa Negara yang kemudian menimbulkan
masalah serius bagi ketersedian pangan tersebut. Hal lain yang menjadi pemicu
terjadinya krisis pangan di dunia, antara lain:
1. Jumlah penduduk
Populasi manusia di dunia kian bertambah. Pertambahan Jumlah
penduduk ini tentunya akan mempengaruhi pola konsumsi yang juga kian
meningkat. Hingga saat ini jumlah penduduk di dunia mencapai 7,2 milliar
jiwa. Berdasarkan laporan be
yang dirilis di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Mengungkapkan bahwa di tahun 2025 mendatang, penduduk dunia akan naik
menjadi 8,1 miliar jiwa. Sementara Prediksi untuk tahun 2050 nanti, jumlah
ini kian terus bertambah hingga mencapai 9,6 miliar.1029
Di Indonesia saja, populasi penduduk saat ini berjumlah 237,641,326 juta
jiwa. Hasil sensus penduduk tahun 2010, mengungkapkan bahwa Laju
pertumbuhan penduduk selama 10 tahun sebesar 1,49 persen per tahun (20002010). Jumlah penduduk yang terus bertambah ini menyebabkan luas lahan
semakin sempit, yang artinya bahwa lahan garapan untuk produksi pangan
semakin berkurang, sementara manusia yang membutuhkan makan kian
bertambah. Hal ini dapat dilihat dari data BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga
Berencana) dalam pertumbuhan penduduk 2000-2010 dibawah ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 2
Trend of Population Growth (% per year)1130
5,00

2,15

2,13

2,37 1,98 1.40 * ) 1,49

0,00

10

Pertumbuhan Penduduk Dunia Lampaui Prediksi ..
http://internasional.kompas.com/read/2013/06/15/10091516/Pertumbuh. New York:
Kompas.
11
Fasli Jalal, 2013. Demographic Bbonus and its implication to
International Seminar on maritime and agribusiness, palu: universitas tadulako.

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.06 No. 02 Oktober 2014

1295

ISSN 1411- 3341

Dari Trend of population growth diatas dapat diartikan bahwa pentingnya
kebutuhan pangan sangat di pengaruhi oleh permintaan. Jika penduduk atau
populasi manusia bertambah sekitar 2 persen pertahun, maka permintaan akan
pangan tentunya juga bertambah sekitar 2 persen12. 31 Sementara direktorat
analisis dampak kependudukan mengasumsikan jika laju populasi penduduk
sekitar 1, 49 persen dan beras yang di konsumsinya sekitar
125,3kg/kapita/tahun, dan peningkatan produktifitas padi stabil dengan kisaran
1,3 persen/tahunnya, maka hal tersebut tetap dirasa tidak mencukupi kebutuhan
akan beras sebagai salah satu pangan penting bagi jutaan umat manusia.
2. Pengalihan Fungsi Lahan

Semakin maju suatu Negara tentu ditandai dengan semakin
berkembangnya pembangunan yang ada di wilayah tersebut, yang ditunjang
oleh infrastruktur yang juga semakin baik. Pengalihan fungsi lahan yang
tadinya hanya di peruntukkan untuk mengelolah sumber daya alam termasuk
pertanian dan perkebunan, kini dialih fungsikan untuk membangun
infrastruktur berupa perumahan, industri, dan jalan raya. Hal ini tentu
berpengaruh besar terhadap berkurangnya tanah garapan.
Negara-negara di Amerika Latin dan Asia Tenggara termasuk Indonesia,
menunjukkan bahwa luas satuan tanah menjadi terlalu kecil dan tidak ekonomis
dalam proses produksi, sehingga menekan tingkat produktifitas. Kualitas atau
mutu tanah telah berkurang sebagai akibat erosi, yang tentunya disebabkan
pengalihan fungsi lahan tadi. Akibatnya mulai memunculkan masalah-masalah
lain, seperti persediaan sumber air yang mulai berkurang, padahal kecukupan
ketersediaan sumber air merupakan faktor fital bagi kebutuhan irigasi untuk
pertanian 131332
Ada 4 dimensi dalam masalah produksi bahan pangan, antara lain: tanah,
sumber daya air, sarana pupuk dan sumber energi.1433 Jika salah satu dari empat
dimensi tersebut tidak terpenuhi, maka bisa saja terjadi yang disebut kegagalan
panen. Akibatnya persediaan pangan semakin menipis.
3. Stabilitas Harga

Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak sebanding dengan hasil
produksi pangan, atau dengan kata lain jumlah penduduk yang semakin
bertambah, sementara produksi pangan dirasa kurang akibat laju perumbuhan
12

Sumitro Djojohadikusumo, 1976. Indonesia dalam perkembangan Dunia, Jakarta: LP3ES,
hlm. 26
13
Ibid., hal.22.
14
ibid., hal.24.

1296

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.05 No. 02 Oktober 2013

ISSN 1411- 3341

penduduk tersebut. Hal ini tentu akan mempengaruhi stabilitas harga. Beberapa
tahun terakhir ini harga pangan mulai melonjak naik akibat dari ketersediaaan
pangan yang mulai berkurang.
Pada Desember 2013, harga pangan termasuk beras mencapai kisaran
Rp.11.073 per kg, yakni naik 0,56 persen15.34 Harga gabah Selama Desember
2013, di petani dan penggilingan masing-masing naik 1,53 persen menjadi Rp
4.228,88 per kg dan 1,68 persen menjadi Rp 4.312,49 per kg dibandingkan
harga gabah kualitas yang sama bulan sebelumnya1635
4. Bencana

Terjadinya pemanasan global (global warming) beberapa tahun terakhir
ini menjadi bencana besar di muka bumi. Pemanasan global dimana
meningkatnya suhu permukaan bumi dan lautan akibat efek emisi gas rumah
kaca menyebabkan perubahan iklim yang sangat ekstrem. Beberapa Negara
termasuk Amerika Serikat, merasakan dampak dari perubahan iklim tersebut.
Terjadinya badai Katrina pada 29 Agustus 2005, menjadikan Negara adi kuasa
tersebut mengalami kerusakan sekitar US$ 125 miliar. Selain itu, badai ini
merupakan musibah pantai terburuk yang menyebabkan tenggelamnya 80
persen kota atau lahan yang ada disekitarnya.
Sementara di Indonesia, cuaca ekstrem ini menyebabkan ikim yang tidak
menentu dimana curah hujan yang turun tiap tahunnya tidak dapat diprediksi.
Hal ini kadang menimbulkan volume air yang berlebihan sehingga terjadilah
banjir. Banjir yang melanda beberapa daerah menenggelamkan lahan
pertanian. Hal ini tentunya akan berdampak pada turunnya produksi tanaman
yang tentunya juga berpengaruh pada kondisi pangan nasional dan juga kondisi
pangan di tingkat internasional.
Akibat dari bencana yang ditimbulkan oleh pemanasan global dapat juga dilihat
di bawah ini, antara lain:
1. Sejak tahun 1990, peningkatan suhu per tahunnya meningkat sekitar 0,3
derajat celcius pada seluruh musim.
2. Curah hujan per tahun diperkirakan meningkat 2-3 persen di seluruh
Indonesia. Hal ini yang menjadikan seringnya terjadi banjir di beberapa
daerah.
3. Menjadi ancaman terhadap kemanan pangan sebagai akibat dari
perubahan iklim khususnya di bidang pertanian.

15

http://www.bps.go.id/download_file/IP_Januari_2014.pdf. laporan bulanan data social
ekonomi. edisi 44. Januari 2014
16
Ibid
JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.06 No. 02 Oktober 2014

1297

ISSN 1411- 3341

4.

5.
6.

Naiknya permukaan air laut yang tenttunya akan menggenangi daearah
produktif pantai, mempengaruhi pertanian dan penghidupan pantai,
termasuk pertambakan ikan dan udang, produksi padi dan jagung.
Air laut bertambah hangat menyebabkan keaneka ragaman hayati dan
memberi tekanan lebih pada terumbu karang yang sudah terancam.
Penyakit yang berkembang biak khususnya jenis penyakit malaria dan
demam berdarah17.36

Pemanasan global yang menjadi salah satu terjadinya perubahan iklim tersebut
akan mempengaruhi turunnya produktifitas pangan. Hal ini juga akan
menimbulkan penyakit yang menyebabkan terjadinya gagal panen.
Dampak Krisis Pangan Bagi Indonesia
Tragedi yang terjadi pada tahun 1997 merupakan awal dari perubahan
pemerintahan di Indonesia yang sekian lama di belenggu oleh kepemimpinan
Soeharto. Disisi lain perubahan yang di nanti oleh masyarakat ini tidak sesuai
keinginan masyarakat itu sendiri. Betapa tidak, beberapa harga kebutuhan
bahan pokok mulai tidak stabil termasuk harga 9 bahan pokok melonjak naik.
Kenaikan harga ini kemudian memicu ketidak stabilan politik di Indonesia
yang akhirnya mengeluarkan berbagai kebijakan oleh pemerintah. Salah satu
kebijakan pemerintah termasuk pengadaan impor gula, daging, beras, dan
beberapa pangan lainnya dirasa kurang menggembirakan bagi masyarakat
Indonesia hingga saat ini.
Kebijakan pemerintah akan impor beras sebagai kebijakan pangan untuk
mengatasi krisis pangan, dirasa merugikan bagi Indonesia secara terusmenerus. Hal ini didasari pada daya saing produk pangan Indonesia dirasa
masih kalah jauh di banding Negara-negara Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Jika terus menerus terjadi impor beras, Indonesia nantinya akan mengalami
ketergantungan terhadap Negara-negara lain, akibatnya sektor pertanian kita
semakin terpuruk.1837
Pada tahun 2007-2008, harga pangan di pasar internasional kembali
melonjak. Hal ini menjadi perhatian bagi Negara-negara di dunia khususnya
Negara-negara berkembang untuk memberi perhatian lebih pada aspek
ketersediaan pangan. Menipisnya ketersediaan pangan atau terjadinya krisis
pangan akan mempengaruhi roda perekonomian Indonesia. Ketika terjadi krisis
17

John Houngton (dikutip oleh Budi Winarno). 2011. Isu-isu Global Kontemporer.
Yogyakarta: CAPS. Hal. 156.
18

Winarno. Ibid., hal: 132.

1298

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.05 No. 02 Oktober 2013

ISSN 1411- 3341

pangan, pangan akan langka, kelangkaan ini menyebabkan harga terus
melonjak. melonjaknya harga ini akan memicu terjadinya konflik sehingga
mempengaruhi roda perpolitikan. Dampak lain yang terjadi di Indonesia akibat
terjadinya krisis pangan adalah kelaparan. Tidak hanya di Indonesia, melainkan
kelaparan juga terjadi dibelahan dunia. Hasil penelitian FAO (Food
Agriculture Organization) tahun 2010 menunjukkan penduduk dunia yang
mengalami kelaparan mencapai 925 juta jiwa.1938
Selain kelaparan, dampak lain dari krisis pangan yang terjadi di Indonesia
adalah ketergantungan akan impor. Saat ini Indonesia termasuk pengimpor
beras terbesar dengan jumlah 2,5 juta ton beras per tahun. Selain beras juga
mengimpor 2 juta ton gula dan 1,2 juta ton kedelai. Jika ini tidak secepatnya
di antisipasi oleh pemerintah, maka tidak mustahil Indonesia akan mengalami
seperti yang terjadi di Negara Haiti yang menjadi salah satu negara krisis
pangan dengan penghasil beras produksi 170.000 ton beras per tahun masih
mengalami krisis pangan. Sementara Indonesia diprediksi akan mengalami
krisis pangan tersebut pada tahun 2017 di 150 kabupaten/kota dari 480
kabupaten/kota di Indonesia melihat populasi penduduk yang menjadi 237 juta
jiwa per 2010 serta melihat peristiwa yang terjadi di indonesia mengenai
kelangkaan kedelai pada awal 2008, serta impor beras dan gula begitu juga
dengan komoditi pangan lainnya20.39 Menurut data hasil sensus pertanian yang
dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2013, telah terjadi penurunan
rumah tangga petani dari 31,17 juta pada 2003 menjadi 26,13 juta pada 2013
atau turun 1,75 persen per tahunnya.
Upaya Pemerintah Dalam Menghadapi Krisis Pangan
Salah satu komuditas pangan yang paling penting untuk menunjang
keberlangsungan hidup manusia adalah beras. Dengan perkataan lain, untuk
mendapatkan beras mulai dari petani hingga ke konsumen atau pembeli
haruslah melalui beberapa tahap. Tahap ini diartikan pengelolahan mulai dari
masa tanam, panen, dan padi menjadi beras. Tahapan lainnya berada pada
actor-aktor, mulai dari petani, individu, masyarakat, tengkulak hingga
pemerintah. Maka dari itu keterlibatan berbagai actor sangat dibutuhkan dalam
memperoleh pangan khususnya beras. Dalam hal ini, pemerintah memiliki
peran penting membuat kebijakan mempertahankan agar ancaman akan
19

M eningkat kan
Produkt ivitas
Pert anian
.
w ww .lemhannas.go.id/ port al/ .../ jurnal%20edisi%2015_mat eri%202.pdf . Edisi 15.
Hal. 12.
20
Indonesia Akan Alamami Krisis Pangan Di TAun 2017?. 2014.

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.06 No. 02 Oktober 2014

1299

ISSN 1411- 3341

terjadinya krisis pangan dapat dihindari. Selain itu, Actor yang terlibat tidak
hanya mengharapkan pemerintah sebagai satu-satunya actor dalam mengambil
kebijakan ditingkat atas, melainkan juga harus melibatkan actor di level
bawah, petani misalnya. Bahkan sebaiknya kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat termasuk petani harus ditingkatkan dalam mengantisipasi krisis
ketahanan pangan.

Gambar 1
Aktor Yang Terlibat Dalam Mempertahankan Ketahanan Pangan
Setelah kerjasama antar berbagai actor telah terjalin, langkah selanjutnya
yang harus ditempuh pemerintah Indonesia dalam upaya mempertahankan
ketahanan pangan adalah:
1. Negara dalam hal ini pemerintah, harus memperhatikan produksi dalam
negeri. Bukan hanya produksi dari sektor pertanian, tetapi juga harus
memperhatikan sektor perkebunan dan peternakan. Perhatian pemerintah
terhadap ketiga sektor tersebut harus ditingkatkan guna menjaga
ketersediaan kebutuhan pangan dalam negeri.
2. Dalam menghadapi pasar bebas 2015, Indonesia harus menjadi basis
produksi pangan khsususnya di kawasan ASEAN.
3. Kestabilan dan keterjangkauan harga terhadap pangan oleh masyarakat
Indonesia harus diperhatikan oleh pemerintah.
4. Perluasan wilayah atau tanah garapan khususnya bidang pertanian yang
tadinya semakin terbatas menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk
menunjang peningkatan produksi pangan.
Upaya lain yang dilakukan dalam mempertahankan ketahanan pangan di
tingkat Internasional dalam hal ini Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang di
kendalikan oleh Sekjen PBB menyusun Comprehensive Framework of Action
(CFA) oleh High Level Task Force (HLTF) on Food Security. Langkah ini
diikuti oleh berbagai inisiatif kerjasama ketahanan pangan pada pertemuan1300

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.05 No. 02 Oktober 2013

ISSN 1411- 3341

pertemuan tingkat tinggi seperti G-20 dan ASEAN. Dari berbagai pertemuan
yang diadakan akhirnya menyepakati Declaration of the World Summit on
Food Security yang menitikberatkan pada pelaksanaan Five Rome Principles
for Sustainable Global Food Security yang secara garis besar menetapkan
komitmen dan kesepakatan aksi bersama masyarakat global. Deklarasi tersebut
juga mendudukan Committee on World Food Security (CFS) FAO sebagai
platform internasional yang inklusif untuk menghadapi isu ketahanan pangan
dan nutrisi global, serta sebagai komponen utama dari proses menuju kemitraan
global untuk pertanian, ketahanan pangan dan nutrisi21.40

PENUTUP
Simpulan dan Saran
Permintaan pangan khususnya beras terus meningkat seiring
meningkatnya jumlah penduduk, akan tetapi hal ini tidak diiringi dengan
peningkatan produksi khususnya pada bidang pertanian. Akibatnya kapasitas
dan kualitas produksi pertanian mengalami penurunan. Disisi lain,
melemahnya ketahanan pangan di Indonesia akibat pengalihan fungsi lahan
yang menjadi kawasan pemukiman dan komersial. Perubahan iklim yang
semakin sulit diprediksi menyebabkan banjir dan kekeringan.
Pangan merupakan kebutuhan mendasar umat manusia, untuk itu
masalah ketahanan pangan juga harus diperhatikan oleh seluruh umat manusia
dan melalui kebijakan pemerintah seyogyanya berpihak kepada
masyarakatpula. Kebijakan pemerintah yang selalu mengedepankan impor
pangan kususnya beras bukanlah kebijakan yang dianggap strategis melainkan
kebijakan yang dianggap melemahkan ketahanan pangan secara domestik.
Krisis ketahanan pangan hingga saat ini telah menjadi isu global yang harus
melibatkan semua actor. Tidak hanya Negara maju, akan tetapi Negara
berkembang harus mencari jalan keluar agar krisis pangan yang sementara
terjadi ini secepatnya dapat teratasi.
Dalam mengantisipasi krisis pangan ini sebaiknya hal yang perlu di lakukan
adalah:
a. Kerjasama antar berbagai actor termasuk individu, masyarakat, petani,
distributor, dan pemerintah.

21

Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Isu-isu Khusus Ketahanan Pangan.
file:///F:/JURNALku/krisis%20pangan/Kementerian%20Luar%20Negeri%20%20Ketahanan%20pangan.htm.
JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.06 No. 02 Oktober 2014

1301

ISSN 1411- 3341

b. Mengurangi impor bahkan sebaiknya meniadakan impor pangan dengan
meningkatkan produksi dalam negeri.
c. Mewujudkan cadangan pangan.
d. Mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.200 kilo
kalori/hari, dan penyediaan protein per kapita minimal 57 gram/hari.
e. Mewujudkan distribusi pangan efektif dan efesien sehingga harga pangan
tidak melampau harga normal dan masyarakat dapat menjangkau harga
pangan khususnya beras tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
ELSAM.
Djojohadikusumo, S. 1976. Indonesia dalam perkembangan Dunia. Jakarta: LP3ES.
Gubernur Sulawesi Tengah. 2014. Dalam Seminar politik pangan: Palu
Humas UGM. 2011. Krisis Pangan dan Bahaya Kelaparan Ancam Dunia. Yogyakarta
Jalal Faslil. 2013. DEMOGRAPHIC BONUS AND ITS IMPLICATION TO
, International Seminar on Maritime and
Agribusiness. Universitas Tadulako: Palu.
Nugrayasa Oktavio. 2011. Krisis Pangan dan Bahaya Kelaparan Ancam Dunia

5

Yogyakarta: Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. Yogyakarta. Diakses
pada 10 Februari 2013
Winarno Budi. 2010. Melawan Gurita Neoliberalisme. Jakarta: Erlangga.
Sumber lain:
Badan Pusat Statistik. 2011-2013. www.bps.go.id/aboutus.php?pub=1&pubs=50.
Diakses tanggal 10 oktober 2014.
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Isu-isu Khusus Ketahanan Pangan.
file:///F:/JURNALku/krisis%20pangan/Kementerian%20Luar%20Negeri
%20-%20Ketahanan%20pangan.htm. Diakses tanggal 28 Agustus 2014.

1302

JURNAL ACADEMICA Fisip Untad

VOL.05 No. 02 Oktober 2013