BAB3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
BAB
3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG
3.1.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan RPJMN 2015-2019
Adapun arahan pembangunan Cipta Karya yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yaitu:
1. Mendorong Percepatan Pembangunan Perumahan Rakyat
Arah kebijakan dalam mendorong percepatan pembangunan perumahan rakyat
selama lima tahun kedepan akan dicapai dengan upaya peningkatan akses masyarakat
berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak, aman, dan terjangkau serta didukung oleh
penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang memadai melalui strategi: a. Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru (sewa/ milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru(sewa/ milik) dilakukan melalui pengembangan sistem pembiayaan perumahan nasional yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka, kredit mikro perumahan swadaya, bantuan stimulant, memperluas program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, sertaintegrasi sektor perumahan dalam sistem jaminan sosial nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan stimulan dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh yang berbasis komunitas.
b. Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan pembangunan perumahan melalui: i) penguatan kapasitas pemerintah dan pemerintah daerah dalam memberdayakan pasar perumahan dengan mengembangkan regulasi yang efektif dan tidak mendistorsi pasar; ii) penguatan peran lembaga keuangan (bank/non-bank); serta iii) revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana
pembangunan perumahan sekaligus pengelola Bank Tanah untuk perumahan.
III-1 c. Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan perumahan untuk MBR melalui: i) peningkatan ekuitas Bank Tabungan Negara (BTN), Perum Perumnas, dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) melalui Penyertaan Modal Negara (PMN); ii) mendorong BTN menjadi bank khusus perumahan, serta iii) melakukan perpanjangan Peraturan Presiden SMF terkait penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan sumber pendanaan dari pasar modal dengan dukungan pemerintah.
d. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui fasilitasi penyediaan rumah susun sewa dan rumah susun milik serta pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan milik BUMN, tanah terlantar, dan tanah wakaf.
e. Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
f. Penyediaan sarana air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan dan pengembangan perumahan. Sarana air minum dan sanitasi menjadi infrastruktur bingkai bagi terciptanya hunian yang layak.
2. Membangun Infrastruktur Dasar Air Minum dan Sanitasi dalam Pencapaian Universal Access Arah kebijakan dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan sanitasi dalam pencapaian universal access selama lima tahun kedepan yaitu:
1. Menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi bauran sumber daya air domestik untuk memenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi melalui strategi: a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off-site baik skala kawasan maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene dan sanitasi.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung
III-2 air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala kota.
d. Daur Ulang Air, yakni strategi untuk memanfaatkan air yang telahterpakai melalui pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) daur ulang air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
2. Penyediaan infrastruktur produktif melalui penerapan manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi:
a. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.
b. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.
c. Rehabilitasi dan optimalisasi sarana dan prasarana air minum dan sanitasi yang ada saat ini dan peningkatan pemenuhan pelayanan sarana sanitasi komunal.
3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi: a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) melalui pengarusutamaan dalamproses perencanaan dan penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum.
b. Upaya peningkatan promosi hygiene dan sanitasi yang terintegrasi dengan penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi.
c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerjaPemerintah Daerah di sektor air minum dan sanitasi.
d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media.
III-3
- Peningkatan tingkat kepemilikan rumah
- Perwujudan kota tanpa permukiman kumuh
- Penurunan angka kejadian penyakit yang diakibatkan kondisi air dan sanitasi yang buruk
- Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat karena biaya untuk kesehatan dapat dikurangi
- Perumahan: 18,6 juta rumah tangga
- Air minum: 32% penduduk di tahun 2019 atau sekitar 100 juta jiwa
III-4
Tabel III. 1
Sasaran Rpjmn 2015-2019 Bidang Infrastruktur Cipta Karya
No Sasaran Indikator Manfaat Pembangunan Infrastruktur/ Prasarana Dasar
1. Meningkatnya layanan perumahan, air minum dan sanitasi
a. Terfasilitasinya penyediaan hunian layak baru (sewa/ milik) untuk 9 juta rumah tangga
Penerima manfaat:
Sanitasi: 40% penduduk di tahun 2019 atau sekitar 120 juta jiwa b. Berkurangnya proporsi rumah tangga kumuh perkotaan menjadi
0 % melalui peningkatan kualitas hunian untuk 9,6 juta rumah tangga.
c. Tercapainya 100%pelayanan air minum yakni 85% penduduk terlayani akses sesuai Standard Pelayanan Minimal (SPM) dan 15 persen sesuai kebutuhan dasar (basic needs)
d. Tercapainya 100% pelayanan sanitasi (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) yakni 85% penduduk terlayani akses sesuai Standard Pelayanan Minimal (SPM) dan 15 persen
e. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung di kawasan perkotaan
Sumber: RPJMN, 2015-2019
3.1.2. Arahan Penataan Ruang
A. Arahan Penataan Ruang Nasional
III-5
Pada dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, kebijaksanaan pembangunan
nasional memuat arahan pengembangan wilayah (Regional Development Policies) yang secara
umum merupakan arahan untuk menyeimbangkan pembangunan antar wilayah melalui upaya
penyebaran kegiatan ekonomi, sosial budaya, penduduk, dan pusat-pusat kegiatan. Arahan
pengembangan wilayah secara nasional dimaksudkan untuk merumuskan strategi pemanfaatan
ruang dan struktur ruang nasional yang didasarkan pada aspek-aspek efisiensi dan efektivitas
penggunaan investasi dan sumberdaya dalam mewujudkan tujuan pembangunan. ‐ Visi Ruang Wilayah Nasional Secara umum, visi ruang nasional yang diinginkan pada tahun 2018 adalah sebagai berikut :1. Perkembangan kegiatan ekonomi antarpulau semakin seimbang dan semakin terkait untuk mendorong terwujudnya pemerataan pembangunan dan kesatuan wilayah nasional;
2. Sektor industri akan semakin menyebar di luar Pulau Jawa dan Pulau Sumatera sesuai dengan potensi untuk mempercepat perkembangan ekonomi wilayah;
3. Penyebaran kegiatan ekonomi sesuai dengan potensi kawasan di wilayah nasional membentuk keterkaitan yang mewujudkan penguatan struktur ekonomi secara sektoral dan regional;
4. Industri di Pulau Jawa tetap berkembang akan tetapi perlu memberi perhatian khusus pada ketersediaan air dan kondisi lingkungan;
5. Lahan pertanian di Pulau Jawa tetap dipertahankan untuk menjaga kemandirian di bidang produksi pangan;
6. Perubahan fungsi lahan pertanian yang ada di Pulau Jawa terhadap permukiman dan kawasan industri harus diganti dengan pembukaan sawah baru di luar Pulau Jawa;
7. Penyebaran kegiatan ekonomi di KTI sesuai dengan potensi sumberdaya alam, saling menguatkan dengan pengembangan pusat-pusat permukiman dan dapat menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat menarik penduduk dari daerah padat.
‐ Pola dan Struktur Pemanfaatan Ruang Nasional Pola ruang nasional menggambarkan secara indikatif sebaran kegiatan pelestarian
alam dan cagar budaya, kegiatan produksi serta persebaran permukiman. Pola ini secara spasial
III-6
dapat memperlihatkan pola kawasan lindung, pola pengembangan kawasan budidaya, dan pola
pengembangan sistem permukiman.Pola kawasan lindung menggambarkan kawasan yang berfungsi lindung secara
indikatif dalam ruang wilayah nasional, baik di darat, laut, dan udara. Pola ini memperlihatkan
keterkaitan kawasan-kawasan lindung dengan lokasi-lokasi kawasan permukiman dan indikasi
lokasi pengembangan kawasan budidaya dengan sektor produksi di dalamnya. Pola kawasan
lindung yang ada dalam RTRWN akan dijabarkan dalam Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung
dalam RTRWP dan selanjutnya menjadi pengelolaan kawasan lindung dalam RTRWK dengan
menggunakan kriteria dan pola pengelolaan kawasan lindung.Pada pola kawasan budidaya pada tingkat nasional memperlihatkan indikasi sebaran
kawasan dengan sektor-sektor produksi dan jasa di dalamnya yang perlu dikembangkan dalam
PJP II untuk mewujudkan perkembangan ekonomi nasional dan pengembangan ekonomi
provinsi yang direncanakan.‐ Pola Pengembangan Kawasan Dan Hirarki Fungsional Kota Dalam Ruang Nasional
Dengan memperhatikan kondisi geografis, sistem administrasi pembangunan dan
konsep pengembangan kawasan andalan, ditentukan suatu hirarki fungsional kota dalam ruang
nasional adalah sebagai berikut: 1.Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan kriteria penentuan :
a. Pusat yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi untuk mendorong daerah sekitarnya; b. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank yang melayani nasional/beberapa provinsi;
c. Pusat pengolahan/pengumpul barang secara nasional/beberapa provinsi;
d. Simpul transportasi secara nasional/beberapa provinsi; e. Pusat jasa-jasa publik yang lain untuk nasional/beberapa provinsi.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan kriteria penentuan:
a. Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/ bank yang melayani beberapa kabupaten;
b. Pusat pengolahan/ pengumpul barang yang melayani beberapa kabupaten;
c. Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten;
d. Pusat jasa pemerintahan untuk beberapa kabupaten; e. Pusat jasa-jasa yang lain untuk beberapa kabupaten.
3. Pusat Kegiatan Lokal (PKL), dengan kriteria penentuan :
a. Pusat jasa-jasa keuangan/ bank yang melayani satu kabupaten atau beberapa kecamatan; b. Pusat pengolahan/ pengumpul barang untuk beberapa kecamatan;
c. Simpul transportasi untuk beberapa kecamatan;
d. Pusat Jasa Pemerintahan untuk beberapa kecamatan;
e. Bersifat khusus karena mendorong perkembangan strategis atau kegiatan khusus lainnya. Fungsional kota Kabupaten Temanggung dalam ruang nasional merupakan Pusat
Kegiatan Lokal (PKL), dimana kota yang akan dikembangkan menjadi PKL adalah kota-kota yang
wilayah pelayanannya telah berkembang lebih dari 1 administrasi kecamatan. Skala fasilitas/
kegiatan yang dikembangkan di kota ini memiliki pelayanan sebagian wilayah kabupaten.
Kawasan perkotaan di Kabupaten Temanggung meliputi: Kawasan Perkotaan Temanggung dan
Kawasan Perkotaan Parakan.B. Arahan Penataan Ruang Provinsi
Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah berperan sebagai perangkat operasional
dari RTRWN serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang merupakan perwujudan visi dan misi
pembangunan keruangan jangka panjang Provinsi Jawa Tengah dalam mendukung perwujudan
tujuan penataan ruang nasional yang aman, nyaman, produktif, berkelanjutan, berlandaskan
wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah ini
akan meliputi kebijakan dan strategi pembangunan spasial maupun sektoral di Provinsi Jawa
TengahKebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Jawa Tengah ‐ Secara umum, untuk mewujudkan misi penataan ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah,
maka ditetapkan strategi dan kebijakan perencanaan ruang wilayah; serta strategi perencanaan
ruang wilayah. Untuk mengakomodasi perkembangan yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah serta
melaksanakan konsep pembangunan yang berkelanjutan, maka disusunlah Strategi Besar
penataan ruang wilayah sebagai berikut:1. Mencegah pertumbuhan berpola sprawl dari kota-kota utama;
2. Mendukung alokasi kesempatan kerja dan kegiatan-kegiatan pada lokasi yang memadai, berdasarkan kriteria lokasi dan sistem tempat pusat;
3. Mengalokasikan kegiatan-kegiatan ekonomi primer (pertanian, perkebunan, hutan produksi, dan lain-lain) pada ruang-ruang yang paling sesuai secara fisik;
4. Mendukung pengembangan sistem transportasi wilayah yang terbaik;
III-7
III-8
5. Memfasilitasi pemisahan kegiatan-kegiatan polutif dengan kegiatan-kegiatan non- polutif pada semua skala, besar maupun kecil;
6. Mengaplikasikan pendekatan perintah dan kendali (command and control), yang dilengkapi dengan instrumen-instrumen pasar (market based instruments) dalam menangani polusi dan bentuk-bentuk eksternalitas yang pareto-relevant lainnya;
7. Mendukung konversi penggunaan lahan yang dapat memperkuat dan/ atau menciptakan keuntungan komparatif wilayah, sejauh efisiensi sosial ekonomi tetap terjaga;
8. Mendukung usaha-usaha untuk meningkatkan produktifitas penggunaan lahan dalam kondisi efisiensi sosial ekonomi;
9. Mendukung pemanfaatan lahan secara tradisional atau yang berdasarkan kearifan lokal (indigenous), jika ini lebih bisa membawa keadaan yang optimal secara sosial;
10. Memfasilitasi pengembangan kegiatan-kegiatan non-pertanian perdesaan (rural
non-farm);
11. Memfasilitasi rasio terbaik dari kegiatan-kegiatan padat modal dengan padat karya, terutama jika ekspansi kegiatan padat modal dipandang tidak efisien secara sosial (terjadi pareto-relevant externality).
‐ Struktur Dan Pola Ruang Provinsi Jawa Tengah Tujuan kebijakan struktur ruang wilayah adalah untuk mendorong proses pertumbuhan
pada wilayah yang mempunyai potensi untuk berkembang serta untuk memacu pertumbuhan
wilayah tersebut sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah, dengan tetap menjaga
keberlanjutan pembangunannya. Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah Provinsi Jawa
Tengah memuat aspek-aspek berikut: sistem perdesaan; sistem perkotaan; penetapan fungsi
kawasan perkotaan; serta pengembangan prasarana wilayah.Sedangkan tujuan kebijakan pola ruang wilayah adalah untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan guna
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan penetapan pola ruang wilayah
Provinsi Jawa Tengah memuat kebijakan pemantapan kawasan lindung dan kebijakan
pengembangan kawasan budidaya serta kebijakan yang lebih khusus mengenai penetapan
fungsi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan kebijakan penetapan kawasan strategis provinsi.
‐ Pengembangan Kawasan Dan Fungsi Ruang Kota Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan RTR Provinsi Jawa Tengah tentang pengembangan kawasan dan fungsi
kota, wilayah Kabupaten Temanggung termasuk ke dalam beberapa pengembangan kawasan
fungsi kota diantaranya:1. Sistem Perwilayahan Purwomanggung meliputi Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, dengan fungsi pengembangan sebagai Pusat Pelayanan Lokal dan Provinsi;
2. Rencana pengembangan terminal penumpang jalan Tipe A sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a, terdapat di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Pemalang, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kota Tegal.
3. Kawasan hutan lindung yang dikelola oleh negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf a merupakan hutan lindung yang tersebar di Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes.
4. Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 huruf b terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, KabupatenPati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Semarang.
5. Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c, terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten
III-9 Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupatenn Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Salatiga, Kota Semarang.
6. Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b, berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten
Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang.
7. Sebaran kawasan perlindungan Plasma Nutfah di daratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Tegal.
8. Kawasan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf a, berada di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes.
III-10
9. Kawasan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (2) huruf b, terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Semarang.
10. Kawasan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b, terletak di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kota Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan.
C. Arahan Penataan Ruang Kabupaten
Rencana tata ruang wilayah merupakan rencana penataan ruang yang terdiri atas pola
ruang dan struktur ruang. Rencana pola ruang merupakan rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah berfungsi sebagai alokasi ruang
untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam
wilayah kabupaten serta mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukkan ruang. Rencana
stuktur ruang merupakan susunan pusat-pusat permukiman dengan jaringan sarana dan
prasarananya. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2008-
2028, arahan rencana tata ruang Kabupaten Temanggung mencakup:Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Temanggung ‐ Tujuan penataan ruang Kabupaten Temanggung adalah untuk mewujudkan ruang
Kabupaten berbasis pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata, dan sosial
budaya masyarakat dalam kesatuan wilayah yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
III-11 Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang tersebut, kebijakan penataan ruang Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: a. Pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif;
b. Pengembangan industri berbahan baku lokal;
c. Pengembangan pusat pelayanan;
d. Pengembangan kepariwisataan;
e. Peningkatan keterkaitan Kawasan Perkotaan-pedesaan;
f. Pengembangan Kawasan Perkotaan yang mampu berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil komoditas Daerah; g. Pengembangan prasarana wilayah Daerah;
h. Peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung; Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya dukung dan daya i. tampung lingkungan hidup;
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan; dan
j. k. Pengembangan Kawasan strategis Daerah.Sementara itu, strategi penataan ruang Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: a. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian produktif.
b. Strategi pengembangan industri berbahan baku lokal.
c. Strategi pengembangan pusat pelayanan.
d. Strategi pengembangan kepariwisataan.
e. Strategi peningkatan keterkaitan kawasan perkotaan-pedesaan.
f. Strategi pengembangan Kawasan Perkotaan yang mampu berfungsi sebagai pusat pemasaran hasil komoditas Daerah.
g. Strategi pengembangan prasarana wilayah Daerah.
h. Strategi peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung.
Strategi pengendalian perkembangan kegiatan budidaya sesuai daya dukung dan i. daya tampung lingkungan hidup. Strategi peningkatan fungsi Kawasan untuk pertahanan dan keamanan. j. k. Strategi pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten.
Arahan Struktur Ruang Kabupaten Temanggung ‐
1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Temanggung berfungsi sebagai pusat
pelayanan umum, pusat perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil bumi
dari kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. PKL di Kabupaten Temanggung
berada di Kawasan Perkotaan Temanggung dan Kawasan Perkotaan Parakan.III-12
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) PKLp merupakan kawasan perkotaan yang dakam jangka waktu tertentu akan
diusulkan menjadi Pusat Kegiatan Lokal (PKL). PKLp Kabupaten Temanggung berada di
Kawasan Ngadirejo dan Kranggan.
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) PPK merupakan Ibu Kota Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan,
aktivitas sosial, serta kegiatan perekonomian di tingkat lokal (Kecamatan) yang melayani skala
Kecamatan dan beberapa desa. PPK Kabupaten Temanggung berada di kawasan perkotaan
Pringsurat, Kedu, Kranggan, Kledung,Bulu, Candiroto, Selopampang, Bejen, Jumo, Tlogomulyo,
tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari dan Tretep.4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) PPL merupakan desa dengan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani
kegiatan antar desa dan berfungsi sebagai pusat pelayanan umum serta perdagangan dan jasa.
PPL di Kabupaten Temanggung meiputi Kawasan Perdesaan Kebumen di Kecamatan pringsurat,
Desa Kebonsari di Kecamatan Wonoboyo, Desa Gentan di Kecamatan Kranggan dan Desa
Malebo di kecamatan Kandangan.5. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Pengembangan sistem prasarana perkotaan bertujuan untuk meningkatkan dan
memperbaiki pelayanan kepada masyarakat. Rencana sistem jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, sumberdaya air, energi, lingkungan dan lainnya. Dalam rencana pengembangan
sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Temanggung, terbagi menjadi 5 lima yaitu : Rencana sistem jaringan prasarana trasportasi
Rencana sistem jaringan prasarana energi
Rencana sistem jaringan prasarana telematika
Rencana sistem jaringan prasarana air bersih
Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan ‐ Arahan Pola Ruang Kabupaten Temanggung
1. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang diperuntukkan
untuk tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi peri
kehidupan dan penghidupan.III-13 Kriteria penetapan kawasan permukiman meliputi kawasan yang bertopografi datar,
bukan lahan beririgasi teknis, bukan kawasan lindung, aksesibilitas baik dan tersedia air bersih.
Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan untuk kawasan peruntukan permukiman antara lain:Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
1) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara
2) dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 L/org/hari
- – 100 liter/org/hari; Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi, abrasi);
3) Drainase baik sampai sedang;
4) Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/ pantai/ waduk/ danau/ mata air/
5)
saluran pengairan/ rel kereta api dan daerah aman penerbangan;
Tidak berada pada kawasan lindung;6) Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
7) Menghindari sawah irigasi teknis.
8) Lokasi peruntukkan kawasan permukiman berada di seluruh Kecamatan di Kabupaten Temanggung meliputi kawasan Perdesaan dan perkotaan.
2. Kawasan Peruntukkan Lainnya
Kawasan peruntukkan lainnya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang
diperuntukkan bagi fungsi ruang terbuka hijau. Penetapan lokasi RTH berada di Kawasan
perkotaan yang terdapat di setiap Kecamatan di Kabupaten Temanggung.Arahan pengelolaan kawasan TRH sebagaimana dilakukan melalui Proporsi RTH
kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten Temanggung adalah paling sedikit 30% dari luas
kawasan perkotaan, yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Pembagian RTH ini terdiri dari RTH publik paling sedikit 20% dan RTH privat
10%. Distribusi RTH kawasan perkotaan disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki
pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang wilayah.
Tabel III. 2
Arahan Peruntukan Ruang Kabupaten Temanggung Berdasarkan RTRW
Kebijakan Pola Ruang Kebijakan Struktur Ruang
1. Kebijakan dan strategi pelestarian kawasan lindung
1. Kebijakan dan strategi sistem pusat pelayanan Membagi wilayah fungsional Kabupaten
‐ ‐
Pemantapan kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya berdasarkan morfologi dan kondisi sosial ekonomi
‐ Pemantapan kawasan perlindungan setempat,
Kabupaten; ‐
Pemantapan kawasan suaka alam dan pelestarian Mengembangkan pusat pelayanan baru berfungsi
‐ alam ‐
Penanganan kawasan rawan bencana alam
III-14 sebagai PKL; dan ‐
Pemantapan kawasan lindung lainnya
2. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan Mengoptimalkan peran ibukota kecamatan sebagai
‐ budidaya.
PPK. ‐
Pengembangan hutan produksi ‐
Pengembangan kawasan pertanian
2. Kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan kawasan ‐
Pengembangan kawasan industri perkotaan-perkotaan. ‐
Pengembangan kawasan pariwisata Menetapkan fungsi pengembangan wilayah
‐ ‐
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan berdasarkan potensi yang dimiliki; dan perkotaan
Mengembangkan permukiman perdesaan yang ‐ sinergi dengan pengembangan sektor pertanian; dan Mengembangkan permukiman perkotaan dan
‐ perdesaan yang sinergi secara ekonomi.
3. Kebijakan dan Strategi kawasan perkotaan yang mampu brfungsi sebagai pusat pemasaran ‐ Meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi perdesaan pada PPL dan PPK; dan
‐ Meningkatkan fungsi pengumpul dan pendistribusi komoditas ekonomi pada PKL dan PKLp.
4. Kebijakan dan strategi pengembangan prasarana wilayah.
Meningkatkan kualitas jaringan jalan yang ‐ menghubungkan antara simpul-simpul kawasan produksi dengan kawasan pusat pemasaran; Meningkatkan pelayanan sistem energi dan
‐ telekomunikasi di kawasan perdesaan; Mengembangkan sistem prasarana sumberdaya air;
‐ Mengembangkan sistem jaringan limbah di
‐ permukiman perkotaan dan kawasan peruntukan industri; Mengembangkan jalur dan ruang evakuasi bencana
‐ alam; dan Mengembangkan sistem sanitasi lingkungan di
‐ kawasan perkotaan.
Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung 2008-2028
III-15
Tabel III. 3
Hirarki Arah Penataaan Ruang Kabupaten Temanggung
Penetapan Kabupaten Temanggung sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
- Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
- Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
- Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
- Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan Kabupaten Temanggung sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP)
- Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pusat Pelayanan Kabupaten Purworejo, Kabupaten
Lokal dan Provinsi Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung
Penetapan Kabupaten Temanggung sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK)
Pusat Kegiatan Lokal Temanggung dan Parakan (PKL) Pusat Kegiatan Lokal Ngadirejo dan Krangan Promosi (PKLp) Pusat Pelayann Pringsurat, Kedu, Kranggan, Kledung,Bulu, Candiroto, Selopampang, Bejen, Kawasan (PPK) Jumo, Tlogomulyo, tembarak, Kaloran, Gemawang, Wonoboyo, Bansari danTretep. Pusat Pelayanan Kawasan Perdesaan Kebumen di Kecamatan pringsurat, Desa Kebonsari di Lingkungan (PPL) Kecamatan Wonoboyo, Desa Gentan di Kecamatan Kranggan dan Desa
Malebo di kecamatan Kandangan.
Sumber: Hasil Analisis, 2016
3.1.3. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung
Bidang Cipta Karya Arahan rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Temanggungdiambil dari indikasi program pembangunan Kabupaten Temanggung tahun 2013-2018. Indikasi
program yang Kabupaten Temanggung meliputi program-program dalam mencapai Visi dan Misi
Tahun 2013-2018 terutama dalam menyelenggarakan urusan pemerintah daerah. Pada tabel
yang tertera membahas program pembangunan daerah Kabupaten Temanggung khusus sektor
Cipta Karya.III-16 Penterjemahan program dan pagu indikatif dilakukan setiap tahun dan dituangkan ke
dalam RKPD sebagai rancangan atas rencana pendapatan dan rencana belanja yang akan
dituangkan ke dalam APBD. Indikasi program yang berisi pagu indikatif merupakan wujud
kebutuhan pendanaan proyeksi jumlah dana yang dibutuhkan dan teralokasikan untuk
pelaksanaan program bidang Cipta Karya dalam periode 2013-2018. Di dalam tabel tersebut
tertera program-program dan pagu indikatif tersebut disertai dengan penetapan indikator
program, target, dan rencana SKPD Pelaksana Program. Adapun program-program, pagu
indikatif, indikator program, target, dan SKPD pelaksana program untuk tahun 2013-2018 adalah
sebagaimana tabel berikut:III-17
Tabel III. 4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Temanggung Bidang Cipta Karya KONDISI AWAL TARGET INDIKATOR SASARAN MISI KONDISI AKHIR RPJMD KINERJA
INDIKATOR SAT
URUSAN PROGRAM KINERJA 2014 2015 2016 2017 2018 2018 SKPD
UAN PROGRAM 2012 2013 targe targe targe rupiah rupiah rupiah target rupiah target rupiah target rupiah t t tTersedianyasistem jaringan drainase 2,570,000,0 skala kawasan/kot a %
30.54
30.71 30.9 700,000,00 40.1 1,297,662,500 40.3 3,110,000,000
40.5 40.7 2,642,000,000 40.7 10,319,662,500 DPU
00 sehingga tidak terjadi genangan Program
Pembangun Tersedianyasistem an saluran jaringan drainase drainase/gor skala kawasan dan skala kota sehingga ong-gorong tidak terjadi
% 7,95 8,5 5,126,836, 10 5,457,723, 12 3,440,855, 14 5,698,526, 16 6,177,731, 18 25,901,672,10 DPU genangan (lebih dari Pekerjaan Umum 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 dalam setahun Program Persentase Kondisi
DPU/ Peningkatan bangunan gedung
5,698,526,00 6,177,731,200 Pemeri Sarana dan %
80
80 85 5,126,836,400 85 5,457,723,500 90 3,440,855,000 95 100 100 25,901,672,100 kantor kecamatan ntahan Prasarana yang memadai
Umum Aparatur Program
1,244,068,700 355,912,500 340,000,000 340,000,000 340,000,000 2,619,981,200 Perumahan Lingkungan Rakyat
III-18
RPIJM Kab. Temanggung | 03
KONDISI AWAL TARGET INDIKATOR SASARAN MISI KONDISI AKHIR RPJMD KINERJA
SKPD UAN 2014 2015 2016 2017 2018 2018 PROGRAM 2012 2013 targe targe targe rupiah rupiah rupiah target rupiah target rupiah target rupiah t t t Sehat Cakupan %
94.3
94.6
94.92
95.24
95.56
95.88
96.2
96.2 Dinas Perumahan Ketersediaan Sosial, Rumah
DPU, Layak Huni Baper made s berkurangny Hekta
35.56
35.56
32.36
28.81
25.42
22.3
19.91
19.91 DPU a Luasan r (Ha) Permukiman Kumuh di kawasan perkotaan Cakupan %
74.48
82.48
84.5
86.6
88.1
90.2
91.3
91.3 DPU Layanan Air Minum yang layak Tersedianya %
82.48
84.5
86.6
88.1
90.2
91.3
91.3 DPU akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter per orang perhari Cakupan %
70.71
74.28
74.9
75.51
76.1
77.4
78.9
78.9 DPU & sanitasi pemukiman DINKE yang layak S Tersedianya sistem %
DPU air limbah setempat yang memadai
III-19
RPIJM Kab. Temanggung | 03
KONDISI AWAL TARGET INDIKATOR SASARAN MISI KONDISI AKHIR RPJMD KINERJA
SKPD UAN 2014 2015 2016 2017 2018 2018 PROGRAM 2012 2013 targe targe targe rupiah rupiah rupiah target rupiah target rupiah target rupiah t t t Cakupan %
3.8
5.8
6
7
7.5
8
8.2
8.2 DPU Sistem Air limbah Skala Komunitas/ Kawasan/ Kota Cakupan % 3,46 16,26
28
40
52
64
76
76 DPU Lingkungan yang Sehat dan Aman yang Didukung dengan Prasarana dan Sarana Umum
220,000,00 1,235,460, 4,665,000, 4,850,000, 5,235,000, 16,205,460,00 000 000 000 000 1,250,000, 313,875,00 1,600,000, 1,700,000, 2,300,000, 7,163,875,000 000 000 000 000
Tersedianya %
29.15
29.15
29.15
30
30.25
30.5
31.25
31.25 BLH/D Program luasan ruang
PU Pengelolaan terbuka hijau Ruang publik pada skala Terbuka kawasan/kot a Hijau (RTH)
2,028,918, 2,665,580, 3,130,000, 3,230,000, 3,520,000, 14,574,499,00 500 500 000 000 000 Cakupan %
2.21
2.9
4.9
7.5
9.8
11.2
14.5
14.5 DPU/B Fasilitas LH Penguranga n
Program Sampah di Pengendalia Perkotaan (TPST n
3R) Pencemaran Tersedianya % 76,05
78
80
82
84
85
86 DPU/B Penataan dan sistem
LH Ruang Perusakan penanganan Lingkungan sampah di Hidup perkotaan
III-20
RPIJM Kab. Temanggung | 03