Dinas PU Kota Sungai Penuh

4.1. Analisis Sosial

  Aspek sosial budaya masyarakat di suatuwilayah sangat berpengaruh terhadap tingkatdan pola perkembangan wilayah tersebut.Sering kali sosial budaya masyarakat menjadipendorong sekaligus penghambatberkembangnya suatu wilayah. Aspek soial budaya merupakan aspek yang fundamental dan berperan sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan manusia yang dituangkan dalm wujud peningkatan kualitas kesejahteraan dan kualitas taraf hidup masyarakat. Pada titik ini, nilai-nilai budaya bangsa yang mengacu pada pancasila dan UUD 1945 perlu direvitalisasi ke dalam suatu pranata-pranata yang aplikatif sehingga secara substansial mampu menaungi sekaligus menjadi pijakan dasar dalam penyelenggaraan pembangunan daerah. Dalam prakteknya selama ini, ternyata nilai-nilai ideologis bangsa ini masih belum terimplementasikan secara utuh dan nyata. Lebih dari itu, sejalan dengan penyelenggaraan pembangunan yang mengacu kepada karakteristik dan spesifikasi daerah, serta dalam kerangka memperkuat kohesi dan ketahanan sosial yang menyangkut interaksi antar individu atau kelompok masyarakat dapat dirasakan adanya kecenderungan terabaikannya budaya daerah yang memuat nilai-nilai, sikap, perilaku, kebiasaan (custom), tradisi, adat istiadat, dan bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya.

  Suku Kerinci memiliki aksara yang disebut surat incung yang merupakan salah satu variasi surat ulu. Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat (adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai wilayah rantau Minangkabau.

  Suku Kerinci merupakan masyarakat matrilineal. Sebagaimana diketahui dari Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang ditemukan di Kerinci, pada abad ke-14 Kerinci menjadi bagian dari kerajaan

Bab IV-

  1 Dinas PU Kota Sungai Penuh Malayu dengan Dharmasraya sebagai ibu kota. Setelah Adityawarman menjadi maharaja maka ibu kota dipindahkan ke Saruaso dekat Pagaruyung di Tanah Datar Sejarah kebudayaan di Kota Sungai Penuh tidak bisa dilepaskan dari kebudayaan Kerinci, karena Kota Sungai Penuh merupakan bagian dari wilayah Kerinci sebelum dimekarkan pada 8 november 2008. Suku Kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatra termasuk ras Mongoloid Selatan berbahasa Austronesia. Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Melayu, dan paling dekat dengan Minangkabau dan Melayu Jambi. Sebagian besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antar satu tempat dengan tempat lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci. Untuk berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi). Posisi Kota Sungai Penuh cukup unik dan berbeda dengan daerah daerah lain di Propinsi Jambi, Kota Sungai Penuh berada di tengah tengah-tengah Kabupaten Induk (Kerinci), Kota Sungai Penuh merupakan salah satu kota tua yang ada di Propinsi Jambi Kota Sungai Penuh merupakan sebuah kota kecil yang bernuansa agraris berada dikawasan dataran tinggi puncak pengunungan andalas (bukit barisan), membentang sepanjang gugus barat Pulau Sumatera. Bentang alamnya yang terdiri dari kawasan perbukitan yang berlapis lapis dan dikelilingi oleh daerah hulu dan daerah hilir Kabupaten Kerinci. Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam kawasan TNKS dan merupakan daerah yang subur dan relatif terisolir. Hal tersebut menyebabkan perkembangan kebudayaan lebih menonjolkan sifat religius yang mayoritas Islam serta penghormatan pada peninggalan nenek moyang. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu strata masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, ninik mamak, kaum kerabat) alim ulama, cerdik pandai, masyarakat biasa, dan golongan orang-orang tua, serta golongan orang muda. Pembangunan di bidang seni dan budaya sudah mengalami kemajuan yakni ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap keanekaragaman budaya, pentingnya toleransi dan pentingnya sosialisasi penyelesaian masalah tanpa adanya kekerasan serta mulai berkembangnya interaksi antar budaya. Pentingnya pembangunan kebudayaan di Kota Sungai Penuh ditujukkan dalam rangka melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai dan kaidah kebudayaan daerah itu sendiri dan yang lebih penting adalah melestarikan jati diri dan nilai budaya ditengah semakin derasnya informasi dan pengaruh negatif budaya asing yang sudah masuk ke Indonesia. Kota Sungai Penuh saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan pertanian, serta kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa

Bab IV-

  2 Dinas PU Kota Sungai Penuh fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Pertumbuhan penduduk Kota Sungai Penuh dipengaruhi oleh kebiasaan penduduk mencari pekerjaan di luar Kota wilayah Sungai Penuh. Selain itu perlu diperhatikan perbedaan jumlah penduduk yang beraktivitas di Kota Sungai Penuh (penduduk siang hari) lebih besar dari pada jumlah penduduk pada malam hari (penduduk domisili). Hal ini dikarenakan Kota Sungai Penuh telah menjadi destinasi perjalanan bagi wilayah-wilayah hinterland Kota Sungai Penuh yang pada umumnya adalah wilayah administrasi Kabupaten Kerinci. Pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh dalam pola perkembangan hunian perumahan dan permukiman di Kota Sungai Penuh. Sama seperti daerah-daerah lain di nusantara, Kota Sungai Penuh merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku Kerinci memiliki arsitektur bangunan rumah tempat tinggal yang unik dan spesifik, rumah rumah tradisional suku Kerinci yang mendiami lembah alam Kerinci dibuat berlarik, antara satu bangunan rumah dengan bangunan rumah lainnya saling berhubungan saling bersambung seperti rangkaian gerbong yang memanjang dari arah timur dan barat, menutut garis edar matahari, konstruksi bangunan cukup unik dan rumit karena sistim sambungannya tidak menggunakan besi-paku, akan tetapi menggunakan pasak dan sistim sambung silang berkait.

Gambar 4.1. Rumah Tradisional Suku Kerinci Kota Sungai Penuh

  Pada Konstruksi rumah tradisional suku Kerinci daerah Kota Sungai Penuh, tidak terlihat menggunakan fondasi permanen, hanya menggunakan batu ”Sendai” yakni memanfaatkan batu alam yang permukaannya telah dipipihkan, batu sendai ini merupakan penopang tiang tiang rumah berlarik, Pembangunan rumah berlarik tidak menggunakan besi-paku, hanya mengandalkan pasak dan ikatan tambang ijuk.

  Dimasa lalu atapnya rumah berlarik ini, berasal dari ijuk yang dijalin, sedangkan dinding rumah berlarik memanfaatkan pelupuh (bambu yang disamak) atau kelukup (sejenis kulit kayu) dan lantainya papan yang di-tarah dengan beliung. Material-material itu tidaklah memberatkan rumah. Konsep Landscape rumah berlarik dapat dibagi berdasarkan konsep ruang makro, ruang meso, dan ruang mikro. Pola rumah berlarik berjejer memanjang dari arah Timur ke arah Barat sambung menyambung

Bab IV-

  3 Dinas PU Kota Sungai Penuh antara satu rumah dengan rumah yang bersebelahan hingga membentuk sebuah larik (deretan). Pekarangan rumah berlarik yang dibangun dikawasan “Parit Sudut Empat” pada umumnya dimanfaatkan untuk kegiatan menjemur hasil pertanian seperti padi. kopi, dan kayu manis.

  Pekarangan rumah keluarga tersebut sebenarnya berada di halaman belakang yang biasanya sangat luas dan panjang. Model dan konstruksi arsitektur rumah tradisional Kerinci mencerminkan betapa masyarakat sangat mengutamakan semangat kekerabatan, kebersamaan, dan kegotongroyongan dalam kehidupannya sebagai falsafah pegangan hidup manusia sebagai makhluk sosial.

  Rumah tradisional yang ada di Kota Sungai Penuh pada umumnya memiliki tipe empat persegi panjang dan berbentuk rumah panggung, antara satu bangunan rumah merupakan sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan, untuk melakukan komunikasi dan saling berintegrasi dengan para tetangga pada masa lalu mereka cukup membuka pintu penghubung yang menghubungkan satu rumah dengan rumah lainnya. Setiap larik dihuni oleh beberapa Keluarga yang disebut Tumbi, gabungan beberapa tumbi disebut Kalbu, setiap Kalbu di pimpin oleh seorang Nenek mamak Secara khusus rumah tradisional suku Kerinci yang terdapat di dusun dusun dalam Kota Sungai Penuh dibuat atas dua bagian yang terpisah yakni: bagian utama atau bawah teridiri dari tiang tiang besar dan bagian atas terdiri dari tiang tiang bubung dan kasau atap. Keyaqinan masyarakat kuno suku Kerinci yang mempercayai keh idupan terdiri atas dua bagian yakni kehidupan dunia atas yang dinamai”Maliyu” dan dunia bawah yang dinamai”Marena”,keduanya merupakan sisi terpisah. Dunia atas lazim disebut”Langaik” atau langit.dan dunia bawah disebut ”Gumui” atau bumi merupakan hal terpisah. Dunia diatas menurut kepercayaan masyarakat kuno Suku Kerinci merupakan tempat bermukimnya roh roh nenek moyang, Dewa dewa, Mambang dan Peri, sedangkan dunia bawah merupakan tempat pemukiman Manusia,Fauna dan Flora.

  Arsitektur tradisional suku Kerinci khususnya di Kota Sungai Penuh semakin tergerus dan mengalami perubahan, manusia sebagai penggerak utama perubahan semakin terdesak oleh alam dan lingkungannya, berbagai pengaruh tekhnologi dan tuntutan perubahan zaman membuat arsitektur bangunan rumah asli di Kota Sungai Penuh semakin tergeser dan terpinggirkan, dan di khawatirkan untuk abad mendatang arsitektur tradisional bangunan di Kota Sungai Penuh akan punah dan akan menjadi kenangan masa lalu.

Bab IV-

  4 Dinas PU Kota Sungai Penuh

Gambar 4.2. Transformasi Bangunan Rumah Tinggal Suku Kerinci

  Sebagian besar (97%) masyarakat tradisional (pendnduk asli) Kota Sungai Penuh menggantungkan hidup pada sektor pertanian dengan perioritas mengekerjakan lahan persawahan yang diwarisi secara turun temurun,pengolahan lahan persawahan pada masa lampau dilakukan secara manual dengan “memangkoa” (mencangkul) lahan sawah, setelah lahan dicangkul untuk beberapa minggu dibiarkan dan selanjutnya setelah jerami/rumput membusuk lahan yang telah di cangkul selanjutnya dilakukan kegiatan “Maleik” yakni mencangkul kembali sampai tanah dilokasi persawahan menjadi halus dan rata hingga siap untuk ditanami.

  Dimasa lalu masyarakat melakukan kegiatan bersawah dalam satu tahan untuk satu kali masa tanam,rata rata umur padi pada masa itu sekitar 6 bulan. Apabila padi telah menguning,berarti saat panen telah tiba,menunai padi menggunakan alat yang disebut ”tuai”, alat ini terbuat dari kayu dan besi yang biasanya alat tuai ini dibuat sendori oleh petani.

  Hasil Panen diangkut dengan alat yang disebut “Jangki”,Jangki terbuat dari rotan yang dianyam sedemikian rupa berfungsi sebagai wadah yang dapat membawa(dengan cara di gendong) dan dapat membawa padi seberat 30 Kg-40 Kg,pada era tahun 1970 an -1980 an padi padi diangkut dengan alat angkut Gerobak”Nton” yang ditarikoleh hewan Jawi( sapi) Padi yang diangkut dari sawah dibawa kerumah dan di jemur dibawah terik matahari dengan alas”Umbaing”setelah padi padi kering dimasukkan kedalam rumah padi yang disebut “Biliek Padoi” Bilik padi ini merupakan tempat menyimpan padi dan merupakan warisan nenek moyang yang digunakan untukkepentingan bersama dalam “Tumbi“ atau satu kelompok angggota keluarga terdekat..

  Bilik bilik padi ini berbentuk rumah dengan ukuran panjang dan lebar disesuaikan dengan daya tamping hasil panen yang diperoleh. Blik padi dibangun dengan menggunakan jenis kayu yang berkualitas dengan tiang tiang dan pondasi yang kokoh,biasanya pada tiang dan dinding dibuat ukiran ukiran bermotifkan patma.Lokasi bangunan bilik berada dalam lingkungan laheik atau duseoun dalam parit bersudut empat.

Bab IV-

  5 Dinas PU Kota Sungai Penuh Padi yang disimpan di dalam bilik biasnya digunakan sebagai stok atau penyangga ketahanan pangan untuk jangka waktu untuk satu kali masa panen,dan padi di dalam bilik padi baru dimanfaatkan pada saat dibutuhkan atau sebagai persiapan bagi para kerabat yang membutuhkan.

4.1.1. Pengarasutamaan Gender

  Perhitungan Sex Ratio menggunakan asumsi jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk laki

  • – laki, dengan jumlah penduduk perempuan berbanding dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dikarenakan dalam perhitungan mengasumsikan jumlah laki-laki sebagai pembanding yang berdasarkan pada ketentuan islam yaitu laki-laki sebagai imam, sehingga diasumsikan setiap 100 jiwa laki-laki terdapat beberapa jiwa perempuan. Sex ratio merupakan analisis dari jumlah penduduk menurut jenis kelamin memiliki peran penting dalam pembangunan suatu wilayah karena analisis ini berhubungan dengan demografi dan sosial ekonomi suatu masyarakat. Sex ratio di Kota Sungai Penuh dai Tahun 2011-2016 tidak mengalami peningkatan yang signifikan, rata-rata memiliki perbandingan 100:102 yang dimana setip 100 jiwa laki-laki terdapat 102 jiwa perempuan.

Bab IV-

  6 Dinas PU Kota Sungai Penuh

  • – Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2011 2012 2013 2014 2015

  51.00

  77 78 75+ 906 901 1.020 1133 1.015 1.271 1.316 1.359 1620 1.576 2.177 2.217 1.791 2753 2.591

  71

  68

  75

  70 64 Total

  45.14

  52.85

  79

  51.17

  51.14

  44.57

  50.25

  51.87

  50.22

  50.39 89.71 101.25 104.72 101.39 101.54 101 101 102 102 101 Sumber : Dinas Dukcapil dan Hasil Analisis Tahun 2016

  79

  86

  Dinas PU Kota Sungai Penuh

  95 94 55-59 2.172 2.301 2.315 2372 2.284 2.307 2.480 2.576 2543 2.492 4.479 4.781 4.891 4915 4.776

  7 Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kota Sungai Penuh Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2016 Kelom pok Umur Laki

  0-4 1.543 2.741 2.881 2526 3.165 1.417 2.485 2.550 2246 2.784 2.960 5.226 5.431 4772 5.949 109 110 113 112 114 5-'9 3.659 4.428 4.623 4308 4.479 3.275 3.989 4.202 3862 4.048 6.934 8.417 8.825 8170 8.527 112 111 110 112 111 Okt-14 4.412 4.900 4.876 4627 4.786 4.125 4.562 4.577 4348 4.494 8.537 9.462 9.453 8975 9.280 107 107 107 106 106

15-19 3.963 4.357 4.699 4617 4.606 3.783 4.170 4.413 4439 4.475 7.746 8.527 9.112 9056 9.081 105 104 106 104 103

20-24 3.759 4.071 4.142 4049 3.946 3.732 4.128 4.159 4036 3.913 7.491 8.199 8.301 8085 7.859 101 99 100 100 101 25-29 3.916 4.436 4.375 3991 3.973 3.958 4.494 4.466 3918 3.864 7.874 8.930 8.841 7909 7.837

  99

  99 98 102 103

30-34 4.460 5.102 5.177 4548 4.482 4.407 4.868 4.882 4440 4.418 8.867 9.970 10.059 8988 8.900 101 105 106 102 101

35-39 4.247 4.787 4.974 4853 4.746 4.144 4.557 4.773 4538 4.484 8.391 9.344 9.747 9391 9.230 102 105 104 107 106

40-44 3.505 3.846 4.129 4161 4.026 3.303 3.613 3.811 3923 3.840 6.808 7.459 7.940 8084 7.866 106 106 108 106 105 45-49 2.797 3.037 3.164 3227 3.140 2.808 2.973 3.093 3015 2.951 5.605 6.010 6.257 6242 6.091 100 102 102 107 106 50-54 2.469 2.604 2.713 2721 2.635 2.575 2.766 2.876 2851 2.792 5.044 5.370 5.589 5572 5.427

  96

  94

  94

  94

  96 92 70-74 733 761 789 834 800 855 968 1.002 1084 1.027 1.588 1.729 1.791 1918 1.827

  93

  90

  93 92 60-64 1.750 1.832 1.959 2022 1.972 1.657 1.819 1.946 2116 2.048 3.407 3.651 3.905 4138 4.020 106 101 101

  96 96 65-69 853 897 1.021 1187 1.091 955 1.065 1.186 1242 1.190 1.808 1.962 2.207 2429 2.281

  89

  84

  86

Bab IV- Bidang Cipta Karya

4.1.2. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat.

  Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

  Maka dari itu agar tujuan bidang Cipta Karya dapat tercapai diperlukan penanganan sosial pasca pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya Kota Sungai Penuh, antara lain adalah:

  1. Penyusunan instrumen pengendalian perumahan, dan penataan permukiman kumuh yang ditimbulkan dari dampak perkembangan perumahan dan permukiman yang ada di Kota Sungai Penuh.

  2. Penataan wilayah di sempadan sungai dan pengembangan sarana dan prasarana lingkungan perumahan.

  3. Melakukan pengembangan rencana sistem transportasi, perencanaan dalam sistem pergerakan meliputi pengaturan sistem dan pengembangan jalan, rute dan sarana angkutan umum serta perparkiran 4. Melakukan pengembangan air bersih, yang dilakukan dengan pengaturan pola distribusi air bersih, perbaikan pipa jaringan, pemanfaatan teknologi semacam Booster Pump untuk melayani daerah yang terisolir sehingga penyaluran air bersih menjadi lebih efektif.

  5. Melakukan pengembangan jaringan listrik dan jaringan telepon serta upaya peningkatan pelayanan terhadap kebutuhan listrik dan komunikasi di Kota Sungai penuh.

  6. Peningkatan sistem drainase dan peningkatan kelembagaan pengelolaan air limbah serta perencanaan kawasan-kawasan resapan air yang berfungsi hidrologis

  7. Pengembangan kebijakan dan kinerja pengelolaan persampahan dan sanitasi, upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeliharaan sampah, serta peningkatan operasional pemeliharaan prasarana dan sarana persampahan.

Bab IV-

  8 Dinas PU Kota Sungai Penuh

4.2. Analisis Ekonomi 4.2.1. Analisis Tingkat Kemiskinan

  Analisis Ekonomi pada perencanaan pembangunan bidang cipta karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang harus ditindak lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian analisis ekonomi lebih menekankan pada manusianya sehinggan yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik serta kebutuhan penanganannya. Berikut ini adalah perkembangan garis kemiskinan di Kota Sungai Penuh Tahun 2015 Tabel 4.2.

   Perkembangan Garis Kemiskinan di Kota Sungai Penuh Tahun 2010-2015

Tahun Jumlah Penduduk Persentase Indeks Indeks Garis Kemiskinan

Miskin (Dalam 000) Penduduk Miskin Kedalaman Keparahan (Rp/Kapita/Bulan)

  Kemiskinan Kemiskinan 2010 2,98 3,64 0,46 0,11 225.456 2011 2,9 3,42 0,3 0,04 233.934 2012 3,10 3,66 0,53 0,14 253.297 2013 2,82 3,30 0,38 0,07 274.586 2014 2,88 3,33 0,39 0,07 287.101 2015 2,98 3,43 0,53 0,12 295.969

  Sumber: Kota Sungai Penih Dalam Angka Tahun 2016

  Persentase penduduk miskin di Kota Sungai Penuh mengalami peningkatan dari Tahun sebelumnya pada tahun 2014 jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan mencapai 2.880 orang dan pada tahun 2015 jumlah penduduk yang beradda dibawah garis kemiskinan sebanyak 2.980 orang dengan persentase di tahun 2014 sebanyak 3,33% dan pada tahun 2015 sebanyak 3,43%. Pendapatan perkapita penduduk miskin setiap tahunnya mengalami peningkatan dimana pada tahun 2010 pendapatan per kapita penduduk miskin setiap bulannya mencapai Rp 225.456 dan pada tahun 2015 mencapai Rp 295.969 per bulan. Indeks Pembangunan Manusia (metode baru) mengukur pencapaian pembangunan manusia melalui tiga dimensi, yakni umur yang panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. IPM metode baru dihitung berdasarkan 4 indikator yakni angka harapan hidup (AHH), harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Keempat indikator tersebut mengalami peningkatan di Tahun 2015 sehingga menyebabkan peningkatan jug di wilayah Kota Sungai Penuh dimana pada tahun 2014 AHH di Kota Sungai Penuh sebanyak 71,51 dan pada tahun 2015 menjadi 71,61, harapan lama sekolah di tahun 2014 sebanyak 14,57 dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 14,74 dan rata-rata lama sekolah pada tahun 2014 sebanyak 9,05 dan pada tahun 2015 menjadi 9,17

Bab IV-

  9 Dinas PU Kota Sungai Penuh dengan pengeluaran perkapita sebanyak Rp 9328,12 ribu per tahun di tahun 2014 menjadi Rp 9.502,25 ribu pertahun di tahun 2015.

4.2.2. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat.

  Meningkatnya kegiatan pembangunan di Sungai Penuh dan dalam upaya memenuhi tuntutan pertumbuhan investasi, Pemerintah Kota Sungai Penuh terus melakukan penyediaan dan pengembangan infrastruktur pada segala bidang, penyediaan infrastruktur juga berperan sebagai pendukung kelancaran kegiatan sektor pertanian, kelautan dan perikanan serta kegiatan budaya dan pariwisata sebagai leading sektor pembangunan ekonomi di Kota Sungai Penuh. Perwujudan pembangunan infrastruktur tersebut dapat terlihat melalui pembangunan maupun rehabilitasi jalan dan jembatan, pembangunan jalan di Kota Sungai Penuh sampai saat ini telah mencapai panjang 196.969 kilometer, baik yang bertipe aspal hotmik, jalan rabat semen, maupun timbunan tanah, dari total panjang jalan tersebut 63,24% berada dalam kondisi baik, sehingga dapat memerankan fungsinya sebagai urat nadi perekonomian di seluruh wilayah Kota Sungai Penuh 22,07% rusak ringan dan 14,68% dalam keadaan rusak berat.

  Selanjutnya untuk meningkatkan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat Pemerintah Kota Sungai Penuh juga terus berupaya meningkatkan sarana prasana infrastruktur yang tak kalah pentingnya juga adalah infrastruktur penataan kawasan permukiman yang dapat dilihat dari sektor pelayanan air bersih atau air minum, upaya peningkatan sarana prasarana melalui penyediaan perpipaan dan sambungan rumah untuk air minum, khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah terus mengalami peningkatan secara signifikan.

  Optimalisasi dan akses pelayanan air bersih yang distimulir oleh pemerintah daerah Kota Sungai Penuh bersama seluruh komponen masyarakat menunjukan kinerja yang sangat baik, data menunjukan bahwa akses rumah tangga pengguna air bersih telah mencapai 51,6% dan selain air itu air isi ulang dan air sumur juga mnejadi sumber air bersih sekitar 27,15% untuk air isi ulang dan 14,86% untuk air sumur, dilihat dari hal tersebut Kota Sungai Penuh belum melampaui patokan Indicator Millenium Development Goal’s (MDGS) dan atau Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang air minum yang ditetapkan pemerintah yakni 52,3 persen pada tahun 2012 hal ini harus dijadikan tolak ukur oleh pemerintah Kota Sungai Penuh dalam upaya peningkatan penyediaan air bersih di Kota Sungai Penuh . Dalam perjalanan pembangunan selama delapan tahun terakhir, Pemerintah Kota Sungai Penuh juga serius dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam. Kepedulian pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam yang didukung dengan keunikan dan keluhuran budaya serta adat istiadat yang terus dipegang teguh Masayarakat Kota Sungai Penuh, hal ini menjadikan

Bab IV-

  10 Dinas PU Kota Sungai Penuh Kota Sungai Penuh sebagai kawasan Kota Tua di Provinsi Jambi dengan Suku Kerinci sebagai suku asli di Kota Sungai Penuh, selain itu juga Kota Sungai Penuh termasuk dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Seluruh rangkaian kegiatan pembangunan yang dilakukan pemerintah Kota Sungai Penuh geliat pembangunan beranggaran, mendapat sambutan positif dari masyarakat, sebagian besar masyarakat menyatakan puas atas pelayanan pembangunan dan ekonomi di Kota Sungai Penuh, dimana dinamika kehidupan ekonomi sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan membuat semua produk lokal bernilai ekonomi terutama produk pertanian dan perkebunan yang menjadi andalan di Kota Sungai Penuh seperti Kulit manis dan teh yang berskala ekspor dan diikuti dengan produk pertanian dan perkebunan lainnya.

4.3. Analisis Lingkungan

  Mengacu pada Pasal 15 Undang

  • – Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwa KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan keberlanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program. KLHS juga memiliki relevansi yang tinggi di dalam konteks pembangunan daerah, karena KLHS menawarkan dua manfaat utama, yaitu, mengatasi kelemahan dan keterbatasan AMDAL, dan mempromosikan prinsip - prinsip pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan Prinsip dari pengembangan wilayah. Dampak suatu kegiatan tergolong penting apabila: 1.

  Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya

  2. Berbagai dampak lingkungan bertumpuk pada suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya,

3. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan yang menimbulkan efek yang saling memperkuat.

  Dampak kumulatif lingkungan di Kota Sungai Penuh pada umumnya akibat berlangsung berulang kali dan terus menerus ,sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya. Pada saat ini, dampak ini telah terjadi dan diperkirakan akan terus terjadi bila tidak diantisipasi oleh perwujudan struktur dan pola ruang seperti yang diamanatkan dan RTRW. Dampak kumulatif tersebut adalah sebagai berikut : 1.

  Dampak positif meliputi : a.

  Menurunnya luas lahan kritis.

  b.

  Meningkatnya kemampuan tanah untuk menahan dan menyerap air.

  c.

  Terintegrasinya upaya-upaya pengendalian dan rehabilitasi lahan kritis.

  d.

  Meningkatnya jumlah dan debit sumber-sumber mata air.

Bab IV-

  11 Dinas PU Kota Sungai Penuh e.

  Terselenggaranya pembangunan di Kota Sungai Penuh yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

  f.

  Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan.

  g.

  Terpeliharanya ekosistem sungai dan danau.

  h.

  Antisipasi dini terhadap dampak pemanasan global dan perubahan iklim. i.

  Meningkatnya keaneragaman hayati sumberdaya hutan. j.

  Menurunnya kasus-kasus perusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. k.

  Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian sumberdaya hutan. l.

  Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% atau lebih dari luas kawasan. m.

  Dipertahankannya lahan-lahan pertanian dan perkebunan. n.

  Tersedianya aparatur yang cukup dalam pengendalian dan pengawasan hutan. o.

  Tersedianya peraturan daerah tentang pengelolaan hutan. p.

  Terdapatnya batas yang jelas antara kawasan lindung dan budidaya. q.

  Menurunnya kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan industri. r.

  Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan sampah dan limbah permukiman. s.

  Tersedianya regulasi tentang sistem penanganan bencana di Kota Sungai Penuh.

  2. Dampak Negatif meliputi : a.

  Semakin berkurangnya kesempatan masyarakat yang terbiasa dengan perladangan liar, pembalakan liar dan perambahan hutan.

  b.

  Hilangnya kesempatan masyarakat penambang rakyat sebagai sumber mata pencaharian.

  3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah tidak adanya keterpaduan antara kegiatan perlindungan fungsi lingkungan hidup dengan pemanfaatan sumber daya alam sehingga terjadi konflik kepentingan antara ekonomi sumber daya alam (pertambangan, kehutanan) dengan lingkungan. Kebijakan ekonomi selama ini cenderung lebih berpihak terhadap kegiatan eksploitasi sumber daya alam sehingga mengakibatkan lemahnya kelembagaan pengelolaan dan penegakan hukum.Sementara itu, kualitas lingkungan juga terus menurun yang ditunjukkan dengan menurunnya persediaan air dan kualitas air, udara dan atmosfer.

  Umumnya pencemaran airdari kegiatan manusia disebabkan oleh kegiatan industri,rumah tangga, pertambangan dan pembukaan lahan pertanian.Di sisi lain pencemaran udara pada umumnya disebabkan olehindustri dan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak, kebakaran hutan dan lain-lain. Dari pencemaran air dan udara yang ditimbulkan dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi berbagai unsur dan senyawa yang membahayakan bagi kelangsungan kehidupan

Bab IV-

  12 Dinas PU Kota Sungai Penuh ekosistem. Selain itu, penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam sistem,organisasi maupun program kerja pemerintahan baik dipusat maupun daerah masih belum berjalan dengan baik 4.4.

   Identifikasi Isu Pmbangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

  Dari hasil analisis social, ekonomi dan lingkungan yang telah dilakukan, dapat diketahui beberapa hal yang berhubungan dengan isu pembangunan berkelanjutan di Kab/Kota. Berikut adalah identifikasi isu pembangunan berkelanjutan bidang Cipta Karya.

Tabel 4.3. Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Kota Sungai Penuh Pengelompokan Isu - Isu Pembangunan No

  Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

  4.1 Aspek Sosial a.

  Pencemaran menyebabkan wabah penyakit b. Nilai budaya dan sejarah berpotensi sebagai Keanekaragaman budaya memiliki potensi yang sangat besar dalam destinasi dan objek wisata di Kota Sungai Penuh pembangunan ekonomi di Kota Sungai Penuh

  c. Perilaku/kebiasaan masyarakat yang belum berubah Perilaku masyarakat yang memiliki kesadaran rendah akan berpengaruh terkait sanitasi dan kebersihan lingkungan akan terhadap kualitas lingkungan dan nilai mengakibatkan menurunya kualitas lingkungan. estetika Lingkungan permukiman yang tidak bersih akan mengurangi nilai estetika, terutama dikaitkan dengan Kota Sungai Penuh sebagai Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI)

  4.2 Aspek Ekonomi

  a. Kota Sungai Penuh telah menjadi destinasi Kondisi geografis Kota Sungai Penuh dapat mendorong peningkatan perjalanan bagi wilayah-wilayah hinterland Kota ekonomi wilayah Sungai Penuh yang pada umumnya adalah wilayah administrasi Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh berada di tengah tengah-tengah Kabupaten Induk (Kerinci)

  

b. Berdasarkan hasil analisis sektor unggulan Kota

Kegiatan pariwisata merangsang sektor perekonomian wilayah Sungai Penuh adalah 1) Perdagangan, hotel dan restoran dan 2) Jasa-jasa. Berkembangnya kedua sektor tersebut merupakan indikasi bahwa kegiatan pariwisata, terutama potensi wisata kelautan mempengaruhi perkembangan kedua sektor tersebut c. Adanya destinasi wisata yang memiliki nilai sejarah, Adanya destinasi wisata yang bernilai sejarah dapat menghasilkan multiplier sosial dan budaya meliputi Wisata Bukit Khayangan, effect kuburan tua, Bangunan Tua, Rumah Khas Kerinci kesenian khas baik itu tarian, kain adat, maupun upacara adat dan sebagainya yang perlu

Bab IV-

  13 Dinas PU Kota Sungai Penuh

  Pengelompokan Isu - Isu Pembangunan No Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya dilestarikan yang tersebar di hampir setiap kecamataan (dapat dilihat pada tabel Sebaran Potensi Objek Wisata di Kota Sungai Penuh pada bagian sebelumnya).

4.3 Aspek Lingkungan

  

a. Keterbatasan sumberdaya lahan, dimana selain

Kota Sungai Penuh memiliki keterbatasan sumber daya lahan besarnya wilayah merupakan kawasan lindung (TNKS), wilayah daratan yang ada sangat subur yang sebagian besar digunakan masyarakat sebagai kawasn perkebunan dan pertanian

b. Legalitas PDAM Tirta Sakti Kerinci yang masih

Keterbatasan sumber daya air bersih merupakan aset Kabupaten Kerinci sedangkan sebagian besar konsumen berada di wilayah Kota Sungai Penuh, keterbatasan sumber daya air baku, sistem jaringan air bersih banyak mengalami kerusakan belum adanya pembagian zona pelayanan dan masih tingginya angka kehilangan air yaitu + 35%

  c. Sebagai wilayah kepulauan, potensi bencana yang Kota Sungai Penuh rawan bencana alam ada perlu ditindak lanjuti dengan langkah-langkah mitigasi bencana dengan pengaturan pola dan struktur ruang yang terencana

  d. Keanekaragaman flora dan fauna di TNKS Sebagai Keankaragaman hayati yang sangat potensial pusat Kawasan Strategis Nasional

  Sumber : Hasil Analisis 2016 4.5.

   Analisis Studi Lanjutan Dampak Pembangunan di Kota Sungai Penuh

  Dalam kepariwisataan terdapat banyak pembangunan

  • – pembangunan hotel atau resort sebagai fasilitas pendukung kegiatan pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai dampak terhadap lingkungan, ekonomi maupun social dari pembangunan tersebut.

Tabel 4.4. Studi Lanjutan Dampak Pembangunan

  

No Kegiatan Studi Lanjutan Ket

Feasibility Study (Studi

  1 Pembangunan Hotel

  Kelayakan)

  Feasibility Study (Studi

  2 Pembangunan Resort

  Kelayakan) Kajian terhadap

  3 Permukiman dokumen tata ruang

  terkait

  Sumber: Hasil Analisis 2016

Bab IV-

  14 Dinas PU Kota Sungai Penuh