Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh (Provinsi Jambi) Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi

(1)

merealisasikan target-target yang diinginkan oleh penulis dalam masa perkuliahan.

9. Semua Bapak dan Ibu Dosen, selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi Fakultas Hukum, Program Ilmu Hukum dan Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera Utara.

10.Kedua Orang Tua yang sangat penulis banggakan yang selalu memberikan hal-hal terbaik untuk penulis dalam kondisi apapun juga. Kepada Papa

Drs. Amrizal Manan, MM. tiada kata-kata yang dapat penulis sampaikan

selain dirimu luar biasa, dedikasi tertinggi skripsi ini penulis berikan untuk Papa, Mama Ir. Jasminarni, M.Si, orang yang selalu tidak henti-hentinya memberi pemahaman yang terbaik buat penulis serta orang yang sangat mengerti dengan keadaan penulis di perantauan.

11.Kedua Adik Penulis yang sangat penulis sayangi dan selalu penulis banggakan Ditto Rezkiawan dan Ghozi Fadlul Ramadhan yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dalam berbagai hal.

12.Pemerintah Kota Sungai Penuh (Provinsi Jambi) yang telah berkenan mengizinkan penulis untuk menjadikan salah satu kebijakan daerah dijadikan bahan utama dari skripsi penulis.

13.Bank Jambi Cabang Sungai Penuh yang telah banyak memberi bantuan baik langsung atau tidak langsung kepada penulis.

14.Rekan-rekan, teman, sekaligus keluarga kecil penulis selama mengenyam ilmu di Medan, Fachrul Rozi Affandi, Alia Fahlisa, Putri Rizkita Sari,


(2)

abadi, MU VS Juventus). Kepada kalian penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam, hanya kalian saudara penulis yang dapat membuat semua seakan dikocok-kocok dan datang serta pergi seperti burung-burung yang terbang dengan lepas di angkasa.

15.Semua Abang-Abang dan Kakak stambuk 2005 (program reguler) yang telah sudi kiranya membantu penulis dalam banyak hal pada awal masa-masa perkuliahan penulis. Terkhusus kepada Abangda Ahmad Al

Maududy Amri, S.H, M.H. dan Abangda Dikky Elnanda Channiago,

S.H. yang sudah penulis anggap sebagai abang dari penulis sendiri.

16.Semua teman-teman terbaik penulis, Zaky Siraj Hasibuan, Fikki Muttaqin, Fakhru Rozi Nasution, Rahmad Saddam Putra, Siti Nurahmi, Mayoruddin Febri, Juny Rusminarti, Asihot, Amalia

Khiriza, Fauzan Irgi, Rendy, Annisa Yulindri serta seluruh

teman-teman terbaik penulis yang tidak dapat ditulis satu persatu, kalian semua tetaplah yang terbaik.

17.Semua teman-teman stambuk 2008 yang telah banyak membantu penulis. 18.Semua teman-teman PMP 2008 yang selalu bersahaja di hati penulis dan

selalu membuat penulis untuk selalu berkompetisi dalam hal kebaikan. 19.Seluruh adik-adik stambuk 2011 masa-masa kalian di kampus masih

sangat panjang, maka nikmatilah Agung, Sandhitya, Gunawan,

Adriansyah, M. Virsa Aka, Guslihan, M. Winaldi dan lain-lain.

20. Teruntuk para Bapak dan Ibu dosen yang selalu memberi masukan khusus dan juga motivasi serta arahan yang sifatnya sangat membangun bagi


(3)

penulis Bapak Yusrin Nazief, S.H,M. Hum, Mulhadi, S.H, M.Hum, Dr.

Dedi Harianto, S.H, M.Hum. Ibu Afrita Abduh, S.H, M.Hum. serta

Bapak sekaligus abang tertua penulis Abangda Erwin Adhanto, S.H. 21.Seluruh Pengurus BTM Aladdinsyah, S.H Fakultas Hukum Univesitas

Sumatera Utara Periode 2010-2011, yang telah banyak membuat penulis mengerti tentang indahnya kebersamaan. Khususnya kepada seluruh teman-teman presidium Fika Habbina, Rizky Wirdatul Husna, Berliana Nasution, Erny Suci Aprianti, Dian Novita Sari, Lydia Rahmadhani,

Fathiya Rochimah, Lia Nuraini.

22.Seluruh Adik-Adik Pengurus BTM Aladdinsyah, S.H Periode 2011-2012 yang selalu memberi candaan bahkan motivasi kepada penulis Priawan HR, Dowank Fernando, Beni Iskandar, M. Ihsan, M.Reza Winata, Fauzi Habib, Dwi Pranoto, M. Fajrian Siregar, Rahmad Ramadhan dan lain-lain. Selalu tetap semangat dan berjuanglah dalam dakwah kampus.

23.Seluruh periode kepengurusan BTM Aladdinsyah, S.H, tiada tempat paling indah di Fakultas Hukum USU selain di Mushalla Aladdinsyah, S.H. 24.Seluruh Teman-Teman IMAHMI Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara, Tamara Kristauli, Willa Putri, Romina, Nicky Chatrine dan lain-lain, semoga kita semua adalah pelopor pembawa kemajuan bagi hukum ekonomi Indonesia.


(4)

25.Seluruh teman-teman, Uwo-Uwo dan Uni-Uni, serta adik-adik kepengurusan Ikatan Mahasiswa Jambi (IMAJA) dan Ikatan Pemuda Mahasiswa Kerinci-Medan (IPMK-Medan).

26.Teman sekaligus Kakak di seperantauan yang juga selalu memberi arahan kepada penulis Marina Nofalia,S.Kg , Eldiza Puji Rahmi, S. Farm. serta juga kepada adik satu perjuangan dengan Penulis Fregi Pratama. 27.Terkhususson untuk orang yang selalu dan telah memberi arahan dan

motivasi kepada penulis dalam segala hal kehidupan dunia, serta dalam pendewasaan penulis dalam menjalani suatu hubungan simbiosis mutualisme. Tiada yang dapat penulis gambarkan saat ini kecuali, berakhirnya hubungan bukanlah akhir dari segalanya. Pembelajaran yang di dapat sekarang adalah suatu ilmu yang berguna untuk mencapai kehidupan di masa depan. Penulis selalu berharap dan menanti masa-masa itu akan datang walaupun belum sekarang dan Insyaallah bila dijodohkan oleh-Nya. Penulis sangat berharap kepada Putri Ulfa sebagai orang yang bisa mendampingi penulis dalam menjalani kehidupan di masa depan. Bismillahirohmanirrohhim, manjadda Wajjada.

28.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu baik itu dukungan moral maupun materil.


(5)

Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala kritikan dan saran yang bersifat membangun, agar bisa lebih baik lagi di kesempatan yang akan datang.

Medan, 29 Maret 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Peulisan ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Metode Penelitian... 13

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KETENTUAN UMUM PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA BANK DAERAH A. Pengertian Penyertaan Modal ... 18

B. Syarat-Syarat Penyertaan Modal ... 25

C. Jenis-Jenis Penyertaan Modal ... 31 BAB III PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN DAERAH KOTA

SUNGAI PENUH DALAM PENYERTAAN MODAL PADA BANK JAMBI


(7)

B. Peranan Pemerintah Kota Sungai Penuh ... 40 C. Peran Bank Jambi Dalam Menjalankan Kebijakan penyertaan Modal ... 46

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KOTA SUNGAI PENUH DALAM PENYERTAAN MODAL PADA BANK JAMBI A. Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh Ditinjau Dari

Hukum Administrasi Negara... 49 B. Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh Ditinjau Dari

Undang-Undang Perbendaharaan Negara ... 55 C. Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh Ditinjau Dari

undang-Undang Keuangan Negara ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 65


(8)

ABSTRAKSI Adharry Kurniawan*

Prof.Dr.Budiman Ginting,S.H,M.Hum. ** Dr.Mahmul Siregar,S.H,M.Hum***

Penyertaan modal yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh (Provinsi Jambi) pada Bank Jambi, merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh Kota Sungai Penuh untuk menambah pemasukan pada kas daerah Kota Sungai Penuh yang terbilang masih sangat kecil. Kebijakan ini juga sekaligus sebagai usaha untuk tetap mengembangkan Bank Jambi sebagai satu-satunya bank milik Pemerintah Provinsi Jambi sampai kepada level yang diharapkan.Kota Sungai Penuh sendiri merupakan daerah otonomi baru di Provinsi Jambi, yang terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh. Kota Sungai Penuh sendiri adalah daerah pemekaran dari Kabupaten Kerinci. Maka, penyertaan modal Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi dianggap sebagai langkah yang strategis dalam usaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Sungai Penuh. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaturan bank daerah, bagaimana prosedur dan persyaratan modal Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi dan bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang melandasi Pemerintah Kota Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank Jambi.

Penulisan skripsi ini, menggunakan metode yang normatif kualitatif. Normatif, karena penelitian yang penulis lakukan ini bertitik tolak dari peraturan perundang-undangan yang ada sebagai norma hukum yang positif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Tekhnik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan cara library research. Sifat penelitian adalah deskriptif yang dilakukan adalah dengan menyajikan gambaran lengkap mengenai aturan-aturan penyertaan modal.

Penyertaan modal Kota Sungai Penuh sudah sesuai dengan aturan yang ada mengenai penyertaan modal Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi, yang diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank jambi. Penyertaan modal ini juga dilakukan dalam upaya untuk peningkatan PAD Kota Sungai Penuh, deviden yang diperoleh dari Bank Jambi diharapkan nantinya dapat digunakan sebesarnya untuk kesejahteraan masyarakat Kota Sungai Penuh, serta mempermudah pinjaman-pinjaman kredit yang dilakukan masyarakat pada Bank Jambi.

Disarankan kepada Pemerintah Kota Sungai Penuh untuk tetap mengikuti aturan-aturan yang ada mengenai penyertaan modal. Penyertaan modal Kota Sungai Penuh seharusnya juga harus dapat dirasakan dampaknya secara langsung oleh masyarakat Kota Sungai Penuh.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daerah-daerah otonomi baru di Indonesia biasanya masih memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat kecil. Daerah otonomi baru tersebut perlu melakukan berbagai macam usaha-usaha yang menghasilkan income untuk daerahnya masing-masing.

Pemerintah Provinsi Jambi dalam usahanya untuk membantu daerah kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi untuk meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD) adalah dengan cara membuat suatu kebijakan daerah. Kebijakan daerah yang dimaksud adalah dengan melakukan penanaman modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam hal ini adalah Bank Jambi. Sebagaimana diamanatkan dalam GBHN 1999 dan Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004 adalah bahwa perwujudan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab dalam rangka pemberdayaan masyarakat, serta dilakukan oleh berbagai lembaga ekonomi masyarakat di daerah.1

Sumber-sumber daerah keseluruhannya dalam pelaksanaan otonomi dan desentralisasi ini adalah: (a) Pendapatan Asli Daerah; (b) Dana Perimbangan; (c) Pinjaman Daerah dan (d) Lain-lain Penerimaan yang sah. Sehubungan dengan hal

1

Muhammad Al Mustofa,


(10)

ini usaha dan kegiatan ekonomi daerah yang bersumber dari hasil badan usaha milik daerah (BUMD) telah berjalan sejak lama. BUMD tersebut dibentuk berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, yang diperkuat oleh UU No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah. Tujuan dibentuknya BUMD tersebut adalah untuk melaksanakan pembangunan daerah melalui pelayanan jasa kepada masyarakat, penyelenggaraan kemanfaatan umum dan peningkatan penghasilan pemerintah daerah.2

Sejak tanggal 22 November 2007, Bank Pembangunan Daerah Jambi berubah status menjadi Perseroan Terbatas (PT.) Bank Pembangunan Daerah Jambi disebut Bank Jambi dan berdasarkan akte notaris Robert Faisal, S.H. No. 1 tanggal 1 Februari 2007. Kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak

Pemerintah Provinsi Jambi dalam upaya meningkatkan sumber pendapatan asli daerahnya adalah dengan cara membentuk suatu bank daerah yang dikenal dengan Bank Jambi, yang merupakan bank milik Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi. Bank Jambi didirikan berdasarkan Akte Notaris Adiputra Parlindungan No. 6 tanggal 12 Februari 1959 dengan nama PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi yang kemudian diubah melalui Akte Notaris Habro Poerwanto No. 70 tanggal 12 Oktober 1959 dan mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. J.A/5/115/8 tanggal 6 November 1959 dimuat pada Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 110.104 tanggal 29 Desember 1959.

2

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Konsep Program Pembangunan Nasional


(11)

Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. W20-00061 HT.01.01-TH. 2007 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 55 tanggal 10 Juli 2007 serta Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/59/KEP.GBI/2007 tanggal 13 November 2007. Bentuk kegiatan Bank Jambi meliputi seluruh kegiatan bank umum, termasuk sebagai pemegang kas daerah yang berfungsi melaksanakan dan mengelola penyimpanan, penerimaan dan pengeluaran kas daerah serta mengutamakan pembiayaan bidang proyek pembangunan daerah.3

Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi adalah salah satu daerah otonomi baru di Provinsi Jambi, yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh. Kota Sungai Penuh sendiri adalah daerah pecahan dari kabupaten induknya yakni Kabupaten Kerinci (Provinsi Jambi). Oleh karena itu Kota Sungai Penuh merupakan daerah Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi yang memiliki Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang paling kecil, sehingga dianggap perlu oleh pemerintah daerah setempat untuk ikut menanamkan modal daerahnya pada Bank Jambi.

Salah satu langkah yang di ambil oleh Pemerintah Provinsi Jambi adalah melalui kebijakan penyertaan modal pemerintah kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi pada Bank Pembangunan Daerah Jambi (BPD) atau yang disebut dengan Bank Jambi. Langkah ini dilakukan sekaligus untuk tetap dapat mengembangkan Bank Jambi sebagai satu-satunya bank milik pemerintah daerah yang dapat terus berkembang sampai ke level yang diharapkan.

3


(12)

Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.4 Sedangkan dalam rangka kekuasaan pengelolaan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.5

Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah Kota Sungai Penuh semenjak terbentuk pada tahun 2008 sampai dengan saat ini, hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan bantuan-bantuan dari Pemerintah Provinsi Jambi serta bantuan dari kabupaten Kerinci (Kabupaten induk), namun bantuan dari Kabupaten Kerinci ini hanya sampai dengan tahun anggaran 2010. Dimana dalam perkembangannya pemerintah setempat, belum mampu untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) memutuskan untuk Kota Sungai Penuh dalam upayanya meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) berupaya untuk ikut seta dalam menamamkan modalnya pada Bank Jambi dengan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi. Dimana di dalam Peraturan Daerah (Perda) ini Kota Sungai Penuh diharuskan untuk menanamkan sahamnya pada Bank Jambi sebesar Rp. 7.500.000.000,- (tujuh setengah miliyar rupiah).

4

Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

5


(13)

ikut menyertakan modalnya pada Bank Jambi sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan Pendapatan Asli daerah (PAD).

Penyertaan modal pemerintah daerah kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi pada Bank Jambi mulai diwacanakan pada tahun 2009, dan baru terealisasi pada tahun 2010 yang melibatkan 9 (sembilan) Kabupaten dan 2 (dua) Kota dalam Provinsi Jambi serta Provinsi Jambi sendiri sebagai Provinsi induk. Seluruh Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi berkewajiban untuk menyetorkan modalnya pada Bank Jambi sampai dengan tahun 2015 yaitu sampai dengan batas maksimumnya sebesar Rp 50.000.000.000,- (lima puluh miliyar rupiah).6

Sesuai dengan visi dari Bank Jambi, menjadi bank yang ideal dan sehat dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat di bidang jasa bank yang memiliki nilai tambah bagi ekonomi daerah khususnya Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan pengelolaan secara profesional, kehati-hatian dan berkembang secara wajar.

Perkembangan ekonomi global dewasa ini membawa Bank Jambi sebagai satu-satunya lembaga perbankan milik Provinsi Jambi yang senantiasa selalu berusaha untuk melakukan suatu terobosan-terobosan yang dapat membawa Bank Jambi sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sehat.

7

6

Wawancara dengan Zulfikar, S.E, Sekretaris Dinas, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh, 28 Desember 2011, Pukul 13.05 WIB.

7


(14)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan ulasan yang dikemukakan pada latar belakang penelitian di atas “Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh (Provinsi Jambi) Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi” maka rumusan masalah yang dapat di ambil adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan bank daerah ?

2. Bagaimana prosedur dan persyaratan penyertaan modal Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi ?

3. Bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang melandasi Pemerintah Kota Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank Jambi ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun Tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan tentang bank daerah.

2. Untuk mengetahui prosedur dan persyaratan penyertaan modal Kota Sungai Penuh pada Bank jambi.

3. Untuk mengetahui pertimbangan-pertimbangan yang melandasi Pemerintah Kota Sungai Penuh melakukan penyertaan modal pada Bank Jambi


(15)

Adapun Manfaat dari penulisan ini adalah :

1. Manfaat Teoritis.

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai proses penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi dan penyertaan modal pemerintah daerah pada bank daerah pada umumnya.

2. Manfaat Praktis.

Untuk mempermudah Pemerintah Kota Sungai Penuh dan Pemerintah Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi Jambi untuk menanamkan modal pada Bank Jambi, sekaligus untuk mengetahui aturan-aturan hukum yang berhubungan dangan penyertaan modal daerah pada Bank Jambi.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis pada perpustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, belum ada penulisan skripsi yang memabahas tentang Analisis Yuridis Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh (Provinsi Jambi) Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi sampai dengan penulisan skripsi ini dilakukan. Penulis menyusun skripsi ini berdasarkan referensi buku-buku, media cetak dan elektronik, juga melalui bantuan berbagai pihak. Dengan demikian, tulisan ini dapat dikatakan asli.


(16)

E. Tinjauan Pustaka

Bank Pembangunan Daerah adalah badan hukum berdasarkan Undang-undang No. 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah. Kedudukannya sebagai badan hukum diperoleh dengan berlakunya peraturan pendiriannya.8

Penyertaan modal negara atau daerah adalah usaha yang dilakukan untuk melakukan pemisahan kekayaan negara atau daerah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan BUMD atau Perseroan Terbatas lainnya, dan dikelola secara korporasi.9 Penyertaan modal pemerintah pusat/daerah adalah pengalihan kepemilikan barang milik negara/daerah yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara atau daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara atau daerah.10

Pasal 1 angka 4 Peraturan Pemerintah (PP) Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah menyatakan Penyertaan Modal adalah bentuk investasi pemerintah pada badan usaha dengan mendapat hak kepemilikan, termasuk pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan pengambilalihan Perseroan Terbatas (PT). Dalam

8

Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

9

Sie Infokum-Ditama Binbangkum, Penyertaan Modal Negara, hal 1.

10

Pasal 1 angka 19 PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.


(17)

pengeloalaan dan pertanggungjawaban keuangan negara terdapat beberapa jenis penyertaan modal yaitu, antara lain:

a. Penyerataan modal pemerintah pusat adalah pengalihan kepemilikan barang milik negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah.

b. Dalam APBD, penyertaan modal pemerintah daerah kedalam perusahaan daerah adalah salah satu bentuk kegiatan/usaha pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan daerah guna kesejahteraan masyarakat daerah. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dinyatakan bahwa setiap penyertaan modal atau penambahan penyertaan modal kepada perusahaan daerah harus diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) tersendiri tentang penyertaan atau penambahan modal. Perlu diingat bahwa penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah yang berkenaan. Penambahan penyertaan modal oleh pemerintah daerah bersumber dari APBD tahun anggaran berjalan


(18)

pada saat penyertaan atau penambahan penyertaan modal tersebut dilakukan.

Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan Negara/daerah/ swasta ditetapkan dengan Peraturan Daerah, ini sesuai dengan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.11

Bank adalah lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development.

Sesuai dengan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Sungai Penuh yang mengatur tentang penanaman saham pemerintah daerah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi yang diatur di dalam Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.

12

Yang dimaksud dengan agent of trust adalah suatu lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah sebagai suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi.13

Bank Jambi dapat juga di kategorikan sebagai bank yang sedang berusaha untuk dapat terus bersaing di dunia perbankan khususnya dengan bank-bank nasional yang ada di dalam Provinsi Jambi. Serta berusaha untuk menjalankan

11

Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Pembendaharaan Negara.

12

Judisseno K Rimsky, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2002), hal. 95.

13


(19)

usaha sabagai bank umum, secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Penggerak, pendorong laju perekonomian dan pembangunan daerah. Pemegang kas daerah dan melaksanakan penyimpanan kas daerah, sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).14

Kelembagaan keuangan daerah, yaitu lembaga yang menjalankan dan terkait dalam pengelolaan keuangan daerah. Di dalamnya dibahas mengenai kedudukan hukum pejabat keuangan daerah, seperti kaidah-kaidah mengenai bendahara umum daerah, baik pengguna anggaran dan kuasa pengguna maupun pihak yang terafiliasi dalam kegiatan keuangan daerah, juga mengenai bentuk pelayanan umum, perusahaan daerah, pengelolaan barang daerah dan barang daerah yang dipisahkan mengenai kepemilikannya, juga yang menyangkut struktur organisasi, yang mendukung kebijakan keuangan daerah, seperti DPRD, BPK, BPKP, serta hubungan keuangan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan perusahaan daerah, dan juga pihak lainnya.15

Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah baik itu provinsi maupun di kabupaten/kota. Dengan dasar acuan tersebut, maka diatur dalam Pasal 156 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban

14

Laporan Tahunan, Loc:Cit, hal. 3.

15

Muhammad Djumhana, Pengantar Hukum Keuangan Daerah, (Bandung: PT. Citra aditya Bakti, 2007), hal. 66.


(20)

serta pengawasan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah yang berwenang.16

Dinamika pembangunan nasional memerlukan langkang-langkah pembaharuan di berbagai bidang, apalagi Indonesia sekarang ini telah memasuki dekade pembangunan dan berada pada posisi transional untuk menuju Negara yang maju, aman, adil dan sejahtera. Semua langkah tersebut memerlukan kesiapan sumber daya manusia untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi. Dalam kaitan itu, maka perlu dirumuskan kerangka dasar dan arah serta kebijakan pengembangan penanaman modal guna menopang pertumbuhan ekonomi dan memacu gerak pembangunan nasional.17

Perubahan ekonomi terutama dalam hal perbankan ini menimbulkan kemungkinan perubahan masyarakat di Kota Sungai Penuh dan setiap perubahan pasti menimbulkan ketidaksinambungan. Dalam hal terjadinya perubahan ekonomi masyarakat ini, maka sangat diharapkan daerah Kota Sungai Penuh juga

Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah Kota Sungai Penuh adalah dengan cara melakukan penanaman saham/modal pada Bank Jambi. Penanaman modal yang dilakukan pemerintah Kota Sungai Penuh ini sendiri dianggap sangat diperlukan oleh pemerintah daerah setempat untuk membantu meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) yang masih sangat minim.

16

Ibid.

17

Amiruddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hal. 193.


(21)

dapat mengeluarkan produk-produk hukum daerah yang dapat di gunakan oleh para masyarakat daerah tersebut kedepannya.18

F. Metode Penulisan

1. Jenis Penelitian dan Sifat

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode-metode yang normatif kualitatif. Normatif, karena penelitian yang penulis lakukan ini bertitik tolak dari peraturan perundang-undangan yang ada sebagai norma hukum yang positif.19

2. Data Penelitian

Sifat penelitian adalah deskriptif yang dilakukan adalah dengan menyajikan gambaran lengkap mengenai aturan-aturan penyertaan modal.

Data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder, dimana data sekunder ini dapat dibagi dalam 3 (tiga) bentuk yaitu:

1. Bahan Hukum Primer

Segala bentuk peraturan perundang-undangan yang terkait dan berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini peraturan-peraturan yang terkait adalah sebagi berikut :

a. Undang-undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah.

18

Sumantoro, Hukum Ekonomi, (Jakarta, Universitas Indonesia Press, 2008), hal. 43.

19

Syprianus Aristeus, Penelitian Hukum Tentang Peranan Hukum Investasi Di Indonesia

Dalam Era Globalisasi, (Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan


(22)

b. Undang-undang No. 13 Tahun 1962 Tentang Bank Pembangunan Daerah.

c. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah.

d. Undang-undang No. 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional.

e. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

f. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

g. Undang-undang 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh.

Peraturan Daerah (Perda) yang terkait adalah :

a. Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.

2. Bahan Hukum Sekunder

Segala bentuk bahan penulisan skripsi yang berasal dari buku-buku yang berkaitan dengan penulisan skripsi, buku hasil penelitian atau hasil karya tulis ilmiah serta bahan-bahan dari internet yang berhubungan terhadap masalah yang ada di dalam skripsi ini.


(23)

3. Bahan Hukum Tertier

Bahan hukum tertier yaitu kamus, ensiklopedi dan lain-lain, bahan ini haruslah yang member penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Ketiga bahan hukum tersebut ada di perpustakaan. Namun dalam kegiatan memilah, memilih dan menelaah bahan hukum tersebut penulis harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahan kepustakaannya harus sesuai atau berkaitan dengan objek penelitian.

2. Bahan kepustakaan itu merupakan bahan kepustakaan terbaru, misalnya buku harus cetakan atau terbitan terakhir.

3. Pendapat yang dikutip dari bahan kepustakaan itu haruslah dari orang yang mempunyai otoritas keilmuan dan kewenangan yang berkesesuaian dengan bidang penelitian hukum.

4. Peraturan perundang-undangan yang digunakan dari bahan kepustakaan ituharus lengkap dan dilihat dari aspek hierarki dan asas hukum.

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini adalah dengan cara library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara


(24)

mengumpulkan literatur dengan bahan hukum berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang ada hubungannya dengan permasalahan dalam skripsi ini. Untuk melengkapi data sekunder berupa bahan hukum primer, sekunder dan bahan hukum tertier dilakukan wawancara dengan berbagai narasumber yaitu :

1. Zulfikar, S.E, Sekretaris Dinas, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.

2. Junaifo Efendi, S.H, Ketua Badan Legislasi (anggota DPRD Kota Sungai Penuh).

3. Drs. Amrizal Manan, MM, mantan Kepala Bappeda Kota Sungai Penuh.

4. Nasran, S.E, M.Si, Kepala Bidang Anggaran Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.

5. Hj. Hendri Yetti, S.E, Kepala Bidang Pendapatan, Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.

6. H. Candra Purnama, S.H, Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Sungai Penuh.

4. Analisis Data

Dalam penelitian skripsi yang termasuk kepada tipe penelitian hukum normatif, pengolahan data pada hakikatnya adalah merupakan kegiatan untuk


(25)

melakukan analisa data terhadap permasalahan yang dibahas. Hal ini dilakukan dengan menganalisa bahan-bahan yang diperoleh dari peraturan produk perundang-undangan, buku-buku dan karya ilmiah serta bahan dari internet yang berkaitan erat dengan proses penyertaan modal pemerintah daerah pada bank daerah.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi yang sistematik akan menghasilkan suatu penulisan yang terarah kepada fokus masalah yang dibahas, dengan demikian tujuan yang diinginkan akan tercapai. Adapun sistem penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan dimana pada bab ini menyampaikan maksud awal serta pokok dan masalah-masalah yang timbul dari skripsi ini. Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Pustaka, metode Penulisan, Sistematika Penulisan.

BAB II : Bab ini berisi Ketentuan Umum Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank daerah yang membahas Pengertian Penyertaan Modal, Syarat-syarat Penyertaan Modal, Jenis-Jenis Penyertaan Modal.

BAB III : Bab ini berisi tentang Proses Pengambilan Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi yang membahas Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai


(26)

Penuh, Peranan Pemerintah Kota Sungai Penuh, Peran Bank Jambi Dalam Menjalankan Kebijakan Penyertaan Modal.

BAB IV : Bab ini berisi Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh Dalam Penyertaan Modal Pada Bank Jambi yang membahas Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Sungai Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara, Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh Ditinjau dari Undang-Undang Perbendaharaan Negara, Kebijakan Daerah Kota Sungai Penuh Ditinjau dari Undang-Undang Keuangan Negara,

BAB V : Merupakan kesimpulan dari seluruh rangkaian uraian dalam skripsi ini, disamping itu penulis memberikan saran-saran yang menjadi harapan penulis dalam proses penyertaan modal daerah pada bank daerah.


(27)

BAB II

Ketentuan Umum Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Daerah

A. Pengertian Penyertaan Modal

Modal merupakan efek yang paling umum ditawarkan dalam suatu penawaran umum, dan karenanya merupakan instrumen yang paling umum dikenal dan diperdagangkan di pasar modal (bursa). Saham merupakan komponen dan wujud dari penyertaan modal dalam suatu usaha berbentuk Perseroan Terbatas. Sehingga untuk pembahasan atas masalah saham pengaturan utamanya akan harus merujuk kepada UUPT. Di dalam UUPT pembuat undang-undang sama sekali tidak membuat perumusan mengenai apa itu saham. Tetapi dengan melihat sifatnya maka saham itu dapat dirumuskan sebagai penyertaan.20

Saham dianggap sebagai penyertaan seseorang atau pihak tertentu di dalam modal Perseroan Terbatas karena saham merupakan komponen dari modal suatu Perseroan terbatas. Saham adalah penyertaan yaitu pemasukan modal dari pemegang saham ke dalam suatu badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas.

21

20

Hamud M. Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tatanusa, 2006) hal. 91.

21

Penjelasan atas pasal 27 ayat 1 UUPT yang menyebutkan bahwa “pada umumnya penyetoran saham adalah dalam bentuk uang. Namun demikian, tidak ditutup kemungkinan penyetoran saham dalam bentuk lain baik berupa benda berwujud atau benda tidak berwujud yang dapat dinilai dengan uang”. Dari penjelasan pasal 27 ini kiranya jelas bahwa saham adalah bukti penyertaan yang berupa penyetoran modal ke dalam suatu Perseroan Terbatas.

Sebagaimana yang telah dikemukakan, salah satu sifat utama dari saham ini adalah sekali dimasukkan/disetorkan oleh pemegang saham maka tidak dapat dilakukan penarikan kembali. Satu-satunya cara untuk mendapatkan pengembalian atas modal yang telah disetor, adalah dengan cara pemindahan hak


(28)

atas saham-saham tersebut kepada pihak lain (penjualan), dan demikian mendapatkan pengembalian dari setoran yang telah dilakukan tersebut, atau dengan melakukan likuidasi sehingga pemegang saham akan menerima hasil dari likuidasi. Untuk itulah maka diadakan bursa atau pasar sebagai sarana untuk memberikan kemudahan bagi pengalihan hak tersebut.22

Saham (stock) dapat di defenisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan pada suatu perseroan tersebut.23

Oleh karena saham merupakan penyertaan modal dari pemegang saham di dalam suatu perseroan terbatas, maka pemegang saham merupakan pemilik dari perseroan terbatas. Dengan demikian besarnya pemilikan seorang pemegang saham atas perseroan ditentukan besarnya penyertaan yang bersangkutan terhadap modal perseroan.24

Pemerintah daerah Kota Sungai Penuh merupakan pihak yang menanamkan sahamnya pada Perseroan Terbatas Bank Jambi yang merupakan perseroan terbatas milik Pemerintah Provinsi Jambi dan beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. Penyertaan modal yang dilakukan juga

22

Hamud M. Balfas, Op. Cit,hal. 92.

23

TjiptonoDarmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 5.

24


(29)

berdasarkan oleh ketentuan-ketentuan umum yang ada mengenai penanaman saham. Ketentuan itu diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan daerah, Undang-Undang No.13 Tahun 1962 Tentang Bank Pembangunan Daerah, Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 Tentang Program Pembangunan Nasional, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara, Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang No. 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota sungai Penuh. Modal adalah uang yang dipakai untuk usaha (misalnya berdagang).25

Perseroan sebagai lembaga penanaman saham adalah juga sebagai badan hukum yang memiliki modal dasar yang disebut juga authorized capital, yakni jumlah modal yang disebutkan atau dinyatakan dalam Akta Pendirian atau AD Perseroan.

Penanaman modal yang dilakukan Kota Sungai Penuh bukanlah dalam bentuk barang, namun berupa penanaman modal langsung berupa uang tunai pada Bank Jambi.

26

Modal dasar tersebut, terdiri dan terbagi dalam saham atau sero (aandelen, share, stock). Modal yang terdiri dan dibagi atas saham itu, dimasukkan para pemegang saham dalam status mereka sebagai anggota perseroan dengan jalan membayar saham tersebut kepada Perseroan. Jadi, ada beberapa orang pemegang saham yang bersekutu mengumpulkan modal untuk melaksanakan kegiatan

25

Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis,

(Surabaya: Arkola, 1994) hal. 286.

26


(30)

perusahaan yang dikelola Perseroan. Besarnya modal dasar Perseroan menurut pasal 31 ayat (1) UUPT 2007, terdiri atas seluruh nilai nominal saham.27

Republik Indonesia Nomor 4895). Dimana Bank Jambi sesuai dangan ketentuan tersebut harus menyediakan modal inti paling kurang 5 persen dari ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Resiko).

Namun untuk modal bank umum tetap harus memiliki modal minimum, yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 135; Tambahan Lembaran Negara

28

Sebenarnya, persekutuan yang terjadi dalam Perseroan sebagai badan hukum, bukan hanya persekutuan modal, tetapi juga persekutuan para anggota yang terdiri dari pemegang saham (aandeelhouder, shareholder). Namun yang lebih menonjol adalah persekutuan modal dibanding dengan persekutuan orang atau anggotanya sebagaimana yang terdapat dalam Persekutuan yang diatur dalam pasal 1618 KUH Perdata.29

27

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas pasal 31 ayat 1. Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam hal ini adalah sebagai (aandeelhouder, shareholder) yang bertanggung jawab penuh terhadap penyertaan modal ke Bank Jambi. Dimana dalam hal ini penyertaan modal ini dilakukan oleh dan dipertanggung jawabkan pejabat yang berwenang dalam hal ini adalah Walikota Sungai Penuh. Sedangkan dalam rangka kekuasaan pengelolaan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan

28

tanggal 19 Maret 2012, Pukul 11.32 WIB.

29


(31)

daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala Satuan Kerja Perangkat Dinas (SKPD) selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.30

Pada umumnya masyarakat menghubungkan otonomi daerah yang mengandung pelimpahan wewenang (dekonsentrasi) dan penyerahan urusan (desentralisasi) kepada daerah, adalah dalam rangka demokratisasi (politik) dan peningkatan pembangunan nasional di daerah. Melibatkan aspirasi dan partisipasi rakyat di daerah, tentang bagaimana pembangunan dilaksanakan berdasarkan persepsi dan kehendak mereka (ekonomi-politik).31

Apabila Undang-Undang 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dicermati secara seksama, maka dapat dikatakan ada sesuatu yang kurang dalam undang-unadang ini, yakni pengertian tentang saham atau penyertaan modal tidak dapat ditemukan penjabarannya secara implisit. Dalam undang-undang ini hanya ditemukan modal dasar perseroan terdiri atas nilai nominal saham.

Secara umum penyertaan modal yaitu suatu usaha usaha untuk memiliki perusahaan yang baru atau yang sudah berjalan, dengan melakukan setoran modal. Setoran modal ini juga yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam rangka peningkatan sumber kas daerah.

32

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)33

30

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

31

Suara Pembaharuan, Otonomi Daerah Peluang dan Tantangan, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2002) hal. 45.

32

Pasal 24 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

33

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Balai Pustaka) hal. 861.

dijelaskan beberapa pengertian saham anatara lain, dilihat dari sudut pandang ekonomis saham berarti


(32)

surat bukti bagian modal perseroan terbatas yang memberi hak atas dividen dan lain-lain menurut besar kecilnya modal yang disetor, saham adalah hak yang dimiliki orang (pemegang saham) terhadap perusahaan berkat penyerahan bagian modal sehingga dianggap berbagi di pemilikan dan pengawasan. Dalam Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae34

Saham merupakan wujud konkrit dari modal perseroan sebagaima dikatakan dalam pasal 24 ayat (1) Undang-undang Perseroan Terbatas, bahwa modal perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham. Saham ini, berbeda-beda menurut jenis perseroan. UUPT tidak mengakui saham-saham yang dikeluarkan tanpa nilai nominal.

dikemukakan, aandeel (bld), saham (ind) adalah hak pada sebagian modal suatu perseroan atau perusahaan, bagian-bagian modal pada perusahaan yang telah dibagi-bagi pada akte pendirian.

35

Jika Perseroan Terbatas (PT) tersebut Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), maka terhadapnya berlaku pula berbagai aturan yang khusus mengatur

Rumusan yang lebih konkret tentang saham atau penyertaan modal ini dijabarkan juga dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 24/32/Kep/Dir, tertanggal 12 Agustus 1991 Tentang Kredit Kepada Perusahaan Sekuritas dan kredit dengan Agunan Saham. Dalam pasal 1 butir c disebutkan, saham adalah surat bukti pemilikan suatu perseroan terbatas, baik yang diperjual belikan di pasar modal maupun yang tidak.

34

Boerhanoedin St. Batuah dkk, Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae

Belanda-Indonesia, (Bandung: Binacipta,1983) hal. 2.

35

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 55.


(33)

tentang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah telah diatur berbagai aturan tersebut. Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan Perusahaan Daerah ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-undang.36

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) biasanya juga tersebar di berbagai sektor ekonomi yang penting terhadap daerahnya. Bank Jambi adalah salah satunya, yang merupakan usaha daerah pada bidang perbankan pada umumnya. Peran pemerintah daerah baik itu Provinsi Jambi ataupun Kabupaten/Kota dalam usaha ini relatif sangat besar, minimal dengan menguasai mayoritas pemegang saham. Eksistensi dari BUMD ini juga termasuk sebagai konsekuensi di mana hal-hal yang penting atau cabang-cabang yang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikusai oleh Negara dalam hal ini daerah Provinsi atau Kabupaten/Kota. Perseroan Terbatas (yang dimiliki oleh daerah atau BUMD) yang lebih diutamakan adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan berusaha di bidang-bidang yang dapat mendorong perkembangan sektor swasta daerah. Dalam prakteknya perusahaan-perusahan milik daerah ini tidak ada bedanya dengan

Apabila perseroan terbatas tersebut berupa perusahaan yang ada disertakan modal pemerintah daerah baik itu pemerintah Provinsi ataupun Kabupaten/Kota, maka beberapa Peraturan Daerah (Perda) tetap haru berlaku juga terhadap perusahaan-perusahaan daerah tersebut.

36


(34)

perusahaan swasta, kecuali eksistensi unsur pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang mayoritas di dalam suatu perusahaan tersebut.

B. Syarat-Syarat Penyertaan Modal

Keberadaan lembaga yang mengoordinasi penanaman investasi atau penyertaan modal di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis karena dengan adanya lembaga tersebut akan menentukan tinggi rendahnya investasi yang diinvestasikan oleh investor, baik itu investor asing maupun investor dalam negeri. Semakin baik pelayan yang diberikan kepada investor, akan semakin banyak investor yang tertarik menanamkan investasinya di Indonesia. Selama ini terdengar berbagai keluhan dari investor bahwa pelayanan yang diberikan oleh lembaga yang berwenang adalah sangat berbelit-belit, birokrasi yang panjang, dan memerlukan biaya yang besar. Ini disebabkan adanya dua lembaga yang mengoordinasi penanaman investasi di Indonesia, yaitu BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) dan BKPMD (Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah). Masing-masing lembagi ini memiliki kinerja yang berbeda.37

Pelaksanaan keuangan daerah dalam Provinsi Jambi tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pemerintah yang ditempuh, baik dari sisi efektivitas pengelolaan penerimaan dan pendapatan yang dijabarkan melalui target APBD dan realisasinya, maupun dilihat dari efisiensi dan efektivitas pengeluaran daerah melalui belanja langsung maupun belanja tidak langsung. Penanaman modal

37

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Mataram: Raja Grafindo Persada,2007) hal. 227.


(35)

pemerintah daerah pada bank daerah adalah salah satu pengeluaran daerah dalam bentuk belanja tidak langsung.

Penanaman modal Pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi telah sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai Penuh. Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai Penuh No.19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi. Dalam melaksanakan penyertaan modal ini, yang terlebih dahulu harus diperhatikan adalah dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat Kota Sungai Penuh.

Dalam melaksanakan penanaman modal ke Bank Jambi hanya ditujukan kepada penanam saham daerah, yang merupakan pemerintah daerah yang berada dalam Provinsi Jambi. Provinsi Jambi sendiri terdiri dari 9 (sembilan) Kabupaten dan 2 (dua) Kota yaitu :Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Merangin, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Kerinci, Kota Jambi, Kota Sungai Penuh.

Kota Sungai Penuh sendiri adalah daerah otonomi yang baru terbentuk di Provinsi Jambi yang merupakan daerah pecahan dari daerah induknya yaitu Kabupaten Kerinci. Kota Sungai Penuh terbentuk melalui Undang-Undang No. 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh. Kota Sungai Penuh sesuai yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 25 Tahun 2008 Tentang


(36)

Pembentukan Kota Sungai Penuh sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (1) hanya akan memberi bantuan sesuai kesanggupannya memberikan hibah berupa uang untuk menunjang kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Kota Sungai penuh sebesar Rp. 14.000.000.000,- (empat belas miliar rupiah) dalam jangka watu 3 (tiga) tahun.38

Implementasi otonomi daerah telah membawa iklim baru pada semua Kabupaten dan Kota di Indonesia. Daerah diberi lebih banyak tanggung jawab untuk mengelola semua sumber daya lokal yang ada di daerahnya masing-masing.39

Dalam melakukan penyertaan modal pada Bank Jambi, Pemerintah Kota Sungai Penuh tentunya harus mengikuti syarat-syarat umum penyertaan modal, yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 5/10/PBI/2003 dimana penyertaan modal adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi (convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis transaksi tertentu yang berakibat Bank memiliki atau akan

Pada dasarnya semua bidang usaha untuk melakukan penanaman modal modal daerah, dalam upaya daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbuka bagi seluruh bidang ekonomi dan tidak hanya perbankan. Namun, hal ini harus tetap memperhatikan manfaat penyertaan modal ini bagi masyarakat daerah tersebut.

38

Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No. 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh.

39

Mudrajad Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah, (Jakarta: Erlangga, 2004) hal. 82.


(37)

memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.40 Hasil dari penanaman modal ini tentunya juga harus sesuai dengan banyaknya modal yang ditanam dan dapat dirasakan oleh masyarakat Kota Sungai Penuh hasil dari penanam modal. Hal ini sesuai dengan pasal 41 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara yang menyebutkan Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.41

Perseroan Terbatas (PT) Bank Jambi dapat dikategorikan sebagai perseroan terbatas bersifat tertutup. Perseroan tertutup, pada dasarnya berbeda dangan perusahaan perorangan. Bahkan mirip dengan perusahaan perseroan yang dikenal dalam kehidupan masyarakat dengan bentuk Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha dagang (UD) yang benar-benar usaha perorangan (Sole proprietorship). Coraknya sebagian tetap tertutup, dan sebagian lagi terbuka dengan acuan sebagai berikut:42

a. Seluruh saham atau modal perseroan, dibagi menjadi dua kelompok.

b. Satu kelompok saham tertentu, hanya boleh dimiliki orang atau kelompok tertentu saja. Modal demikian, misalnya dikelompokkan atau digolongkan kepada saham istimewa dan hanya dimiliki oleh orang tertentu dan kelompok tertentu dan terbatas.

40

Maret 2012, Pukul 01.53 WIB.

41

Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara. 42


(38)

c. Kelompok modal yang lain boleh dimiliki secara terbuka oleh siapapun,di sebut Perseroan Terbatas (PT) terbuka. Namun bukan berarti PT tersersebut memperdagangkan sahamnya di bursa.

Berdasarkan penjelasan yang ringkas di atas maka dapat disimpulkan PT. Bank Jambi adalah termasuk perseroan terbatas yang bersifat sebagian tertutup. Saham pada Bank Jambi dapat dimiliki oleh banyak pihak dalam hal ini dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jambi beserta Pemerintah Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi, namun tidak dapat dimiliki oleh masyarakat secara umum.43

Pemerintah Kota Sungai Penuh sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam hal ini tidak salah bila melakukan penanaman modal daerahnya pada Bank Jambi.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara mewajibkan setiap pemerintah daerah untuk menyimpan anggarannya pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) pada masing-masing daerahnya. Bank Jambi sebagai bank daerah juga berkewajiban untuk menyalurkan dana yang dikumpulkan pemerintah daerah sebagai tambahan modal bank daerah, kepada masyarakat Provinsi Jambi sebagai bantuan kredit pada masyarakat (bisa perorangan dan/atau Badan Hukum).

43

tanggal 13 Maret 2012, Pukul 08.00 WIB.


(39)

Daerah Pada Bank Jambi berkewajiban untuk menanamkan modalnya dengan syarat,44

1. Penyertaan modal pada Bank Jambi dilakukan dalam bentuk uang tunai.

sebagai berikut :

2. Modal yang disertakan pada Bank Jambi merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kekayaan daerah yang dipisahkan adalah kekayaan daerah yang dipisahkan dalam bentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang secara fisik merupakan bentuk saham yang dipegang daerah, yang pengelolaannya dipegang oleh Badan Usaha Milik Daerah. Seperti halnya modal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.45

Penanaman modal yang dilakukan Pemerintah Kota Sungai Penuh tentunya juga harus memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat Kota Sungai Penuh sendiri. Tentu, dalam hal ini pemerintah diharuskan untuk melihat terlabih dahulu melihat keuntungan-keuntungan yang akan di dapat oleh daerah. Setelah tersebut barulah pemerintah Kota Sungai Penuh bisa untuk berupaya memenuhi syarat-syarat penanaman modal daerah pada bank daerah.

44

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.

45

Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.


(40)

C. Jenis-Jenis Penyertaan Modal

Jenis penyertaan modal yang dilakukan pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi merupakan jenis penanaman modal atau investasi secara langsung.46

1. Investasi surat berharga, adalah wadah dan pola pengelolaan dana bagi sekumpulan investor dalam instrument-instrumen investasi yang tersedia di pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27). Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

Investasi yang dilakukan oleh pemerintah dapat dilakukan dalam 2 (dua) bentuk/jenis, yaitu :

47

2. Investasi langsung, adalah menempatkan uang secara langsung pada perusahaan, proyek, atau bisnis dengan harapan bisa memperoleh hasil yang diinginkan. Polanya bisa bermacam-macam, perusahaan yang menjalankan bisnis berbentuk perseroan terbatas atau CV, dana yang dihasilkan dapat ditukarkan pada perusahaan tersebut. Dengan kata lain dana menjadi equity pada perusahaan. Dana yang sudah dalam bentuk equity biasanya akan dipakai sebagai modal tambahan. Hasil yang diperoleh berupa deviden akan dibagikan setiap akhir tahun. Model ini tidak berbeda dangan membeli saham di pasar modal. Hanya

46

Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2008 Tentang Investasi Pemerintah.

47


(41)

saja, saham di pasar modal dengan mudah bisa diperjualbelikan dan harganya bisa naik turun. Sementara, jika menempatkan dana sebagai saham di perusahaan yang belum go public, harganya lebis bersifat statis.48

Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam hal ini melakukan setoran kepada Bank Jambi dalam rangka untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Sungai Penuh yang masih terbilang kecil dari pada daerah Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi Jambi. Kota Sungai Penuh melakukan suatu usaha dangan melakukan investasi atau penanaman modal langsung. Penyertaan modal pemerintah kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).49

Perseroan Terbatas (PT) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

Bank Jambi terhitung sejak tanggal 22 November 2007, juga telah berubah status dari Bank Pembangunan Daerah Jambi menjadi Perseroan Terbatas (PT.) Bank Pembangunan Daerah Jambi disebut Bank Jambi dan berdasarkan akte notaris Robert Faisal, S.H. No. 1 tanggal 1 Februari 2007. Kemudian disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No. W20-00061 HT.01.01-TH. 2007 dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 55 tanggal 10 Juli 2007 serta Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/59/KEP.GBI/2007 tanggal 13 November 2007.

48

Maret 2012, Pukul 16.59 WIB.

49


(42)

terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.50 Sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada maka dilakukanlah penanaman modal pada Perseroan Terbatas yang telah memiliki syarat tersebut, dalam hal ini adalah Bank Jambi yang merupakan Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Jambi.51

50

Pasal 1 angka 4 Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemeritah Daerah Pada Bank Jambi.

51

Pasal 1 angka 5 Peraturan Daerah kota sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi.


(43)

BAB III

PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH DALAM PENYERTAAN MODAL PADA BANK JAMBI

A. Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai Penuh

Dalam pengambilan kebijakan penanaman modal Pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) memiliki peranan yang sangat penting. Peran ini dapat dilihat dari fungsi DPRD yang mencakup 3 (tiga) hal yaitu :

1. Legislasi adalah fungsi DPRD dalam upayanya membuat produk-produk hukum yang dalam hal ini adalah berupa Peraturan Daerah (Perda).

2. Anggaran adalah fungsi DPRD sebagai badan yang bertugas untuk mengarahkan, merencanakan, mengorganisasikan dan lain-lain dari keuangan daerah.

3. Pengawasan adalah fungsi DPRD sebagai legislatif yang bertugas secara penuh untuk mengawasi jalannya pemerintahan daerah.

Kebanyakan daerah yang otonom dalam mengambil keputusan haruslah berkesesuaian dangan ide dari penguasa daerah tersebut, yaitu para Bupati dan Walikota. Kepentingan dari penguasa masih dianggap sebagai yang harus diikuti. Namun, dewasa ini perkembangannya telah banyak daerah-daerah yang telah mengikuti hal-hal yang sesuai dengan bentuk hukum yang dapat diterapkan


(44)

(applicable law) dan hukum yang tetap (percistency law) yang merujuk pada kepentingan daerah sebagai pengganti dari penguasa.52

Dalam pelaksanaan tugasnya DPRD juga berhak meminta pejabat daerah atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang hal yang perlu ditangani demi kepentingan daerah setempat. Penolakan terhadap permintaan dimaksud diancam dengan pidana kurungan paling lama satu tahun karena merendahkan martabat dan kehormatan DPRD. Hak-hak DPRD ternyata tidak hanya bersifat legislasi tetapi juga bersifat non legislasi, ini antara lain tugas penyelidikan terhadap beberapa persoalan, seperti penyalahgunaan kekuasaan, dan pelanggaran larangan oleh seorang kepala daerah. Pelaksanaan tugas penyelidikan ini menuntut kualitas dari masing-masing anggota dewan, baik kualitas intelektual maupun kualitas moral sehingga mampu melakukan penyelidikan-penyelidikan terhadap beberapa perkara.

Sehingga kebanyakan produk-produk hukum yang dihasilkan oleh daerah, haruslah berkesesuaian dengan kemauan para penguasa setempat.

53

Pengambilan kebijakan yang dilakukan dalam hal untuk melakukan penambahan Pendapatan Asli daerah (PAD) tentunya juga harus melibatkan DPRD sebagai badan legislatif yang dalam hal ini harus menjalankan fungsi yang dimilikinya legislasi, anggaran, pengawasan. Dimana dalam melakukan keputusan dalam pengambilan kebijakan tentang penanaman modal Kota Sungai Penuh pada

52

Ibid, hal. 55.

53

Rozali Abdullah, Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu


(45)

Bank Jambi, DPRD Kota Sungai Penuh juga telah melakukan beberapa tahapan dan proses dalam melakukan penitipan dana/ modal pada Bank jambi.

Tahapan yang telah dilalui itu antara lain dengan melakukan pembuatan Peraturan daerah (Perda) Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi. Fungsi yang dilakukan dalam hal ini oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Sungai Penuh adalah melakukan fungsinya dalam hal legislasi. Fungsi ini dilakukan oleh DPRD Kota Sungai Penuh setelah adanya himbauan dari Gubernur Jambi, melalui surat edaran Gubernur Jambi No. 900/3750/KEU/2011. Bila kita lihat dan perhatikan lebih jauh dana yang dititipkan pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi saat ini hanyalah berjumlah Rp. 7.500.000.000,- (tujuh setengah miliyar rupiah). Dana yang dititipkan tersebut dapat saja bertambah atau berkurang nantinya. Melihat terlebih dahulu keuntungan yang diperoleh Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam peyertaan modal pada Bank Jambi.54

Pengambilan kebijakan yang dilakukan DPRD Kota Sungai penuh dalam pengambilan keputusan penanaman modal pada Bank Jambi juga telah mencakup fungsi dari DPRD sendiri yakni fungsi anggaran. Fungsi anggaran dalam hal ini adalah mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasikan dari keuangan

Tapi dalam pengambilan kebijakan penyertaan modal ini haruslah atas persetujuan dari DPRD bersama dengan pemerintah, yang harus disertakan suatu Peraturan Daerah (Perda) dalam seluruh kebijakan.

54

Wawancara dengan Hasnan, S.H. M.Hum., Kepala Bagian Hukum, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai Penuh, pada tanggal 29 Desember 2011, Pukul 11.37 WIB.


(46)

daerah. Kas daerah Kota Sungai Penuh selama telah menjadi daerah yang otonom semenjak tahun 2008, yaitu dengan keluarnya UU No. 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh, hanya berasal dari APBN dan juga bantuan dari Pemerintah Provinsi Jambi dan juga Kabupaten Kerinci sebagai daerah induk (bantuan hanya sampai tahun 2010). Untuk itu Pemerintah Kabupaten/Kota bersama DPRD terus berusaha melakukan berbagai cara untuk melakukan penambahan terhadap kas daerah Kota Sungai Penuh.

Pengawasan yang dilakukan DRPD Kota Sungai Penuh kepada pemerintah Kota Sungai Penuh jugalah harus berjalan dengan baik dalam hal ini. Dimana dalam hal ini fungsi yang dilakukan DPRD adalah fungsi pengawasan terhadap jalannya penanaman modal daerah pada Bank Jambi. Penanggung jawab penuh dari penanaman modal ini adalah Walikota Sungai Penuh sebagai pejabat pengguna anggaran. Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.55

Sesuai dengan prinsip pendistribusian kewenangan antara eksekutif dan legislatif daerah, maka dalam hal pengambilan kebijakan penanaman modal serta hal-hal lain yang menyangkut keuangan daerah diserahkan sepenuhnya kepada kepala daerah. Peran DPRD adalah adalah memberikan penilaian terhadap apa yang telah dikerjakan eksekutif (pemerintah) untuk kemudian memberikan persetujuan atau menolaknya. Selanjutnya pada akhir periode yang bersangkutan

55

Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.


(47)

kepala daerah selaku mandataris DPRD wajib memberikan pertanggung jawaban terhadap pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD, laporan aliran kas, neraca daerah.56

Pokok pikiran dan prinsip yang ada dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, menghendaki agar daerah kabupaten dan daerah kota yang dibentuk berdasarkan asas desentralisasi, memiliki otonomi yang bulat dan utuh. Sehingga segala aturan yang dihasilkan oleh DPRD juga haruslah mendengarkan aspirasi dari masyarakat daerah Kota Sungai Penuh.57

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai Penuh pada khususnya, dalam pembuatan produk hukum daerah berupa Peraturan Daerah (Perda) hanyalah sebagai formalitas sebuah produk hukum dari suatu daerah. Namun, dalam hal penyertaan modal pada Bank Jambi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Sungai Penuh juga telah mengkaji keuntungan-keuntungan langsung yang akan diperoleh langsung oleh masyarakat Kota Sungai Penuh. Salah satu kemudahan yang akan di dapat masyarakat adalah kemudahan-kemudahan dalam hal peminjaman kredit pada Bank Jambi bagi masyarakat Kota Sungai Penuh yang membutuhkannya.58

Kewenangan membuat peraturan daerah merupakan wujud nyata dari pelaksanaan hak otonomi dari suatu daerah dan sebaliknya peraturan daerah

56

Pasal 184 ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Jo. Pasal 38 Peraturan Pemerintah No. 105 Tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

57

Rozali, Op. Cit, hal. 31.

58

Wawancara dengan Junaifo Efendi, S.H, Ketua Badan Legislasi (Anggota DPRD Kota Sungai Penuh), DPRD Kota Sungai Penuh, pada tanggal 29 Desember 2011, Pukul 12.02 WIB.


(48)

merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan otonomi daerah. Peraturan daerah ditetapkan oleh kepala daerah atas persetujuan DPRD.59

Untuk dapat menentukan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak rakyat yang diwaklilinya, anggota DPRD Kota Sungai Penuh harus dapat memperhatikan kepentingan dan aspirasi rakyat. Kepentingan dan aspirasi rakyat ini beraneka ragam, baik karena jumlah rakyat yang sangat besar, maupun karena rakyat yang terdiri dari berbagai lapisan yang masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Aspirasi atau kepentingan rakyat dapat berwujud atau tidak berwujud.

Berhubung DPRD Kota Sungai Penuh bukan merupakan bagian dari pemerintah Kota Sungai Penuh, maka peraturan daerah hanya ditanda tangani oleh kepala daerah (Walikota) dan tidak oleh pimpinan DPRD.

60

Untuk dapat merealisasikan fungsinya dengan baik, dangan sendirinya mutu atau kualitas anggota DPRD sangat menentukan. Penyusunan kebijaksanaan daerah yang tepat sangat tergantung pada kecakapan anggota DPRD untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapi masyarakat. Pengetahuan dan kecakapan itu diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Demikian juga dalam menjalankan fungsi pengawasan juga diperlukan pendidikan dan pengalaman.61

59

Rozali, Op. Cit, hal. 41.

60

Josef Riwu Kaho, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 1998) hal. 79.

61


(49)

B. Peranan Pemerintah Kota Sungai Penuh

Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.62 Dalam rangka kekuasaan pengelolaan keuangan tersebut dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.63 Dengan dasar acuan tersebut, maka diatur dalam pasal 156 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah bahwa dalam melaksanakan kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Selanjutnya bahwa pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan menerima/mengeluarkan uang.64

Pengertian pejabat pengelola keuangan daerah menurut ketentuan pasal 1 angka 21 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara ialah kepala badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah. Adapun tugasnya diatur berdasarkan ketentuan pasal 10 ayat (2) Undang-Undang

62

Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

63

Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. 64


(50)

No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Pejabat pengelola keuangan daerah mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelola APBD.

b. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.

c. Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).

d. Melaksankan funsi bendahara umum daerah.

e. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Ketika membahas perlindungan hukum dalam bidang perdata, disinggung tentang konsep onrechtmatige daad. Konsep ini terdapat dalam hukum perdata, yang secara yuridis formal diatur dalam pasal 1365,1366, dan 1367 KUH Perdata.65

65

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 339.

Dalam perspektif hukum, prinsip bahwa setiap tindakan onrechtmatig subjuk hukum yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain mengharuskan adanya pertanggungjawaban bagi subjek hukum yang bersangkutan merupakan prinsip yang telah diakui dan diterima secara umum dalam pergaulan hukum. Demikian juga kaitannya dalam peranan pemerintah Kota Sungai Penuh dalam hal ini Walikota Sungai Penuh sebagai pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam penanaman modal daerah pada Bank Jambi.


(51)

Konsepsi onrechmatige daad kemudian menjadi bagian yang paling sulit dalam ilmu hukum pada saat konsep ini diterapkan dalam pemerintahan apalagi ketika tidak berdasarkan hukum tertulis.Namun hanya menurut suatu kebiasaan pada suatu pemerintahan di daerah, yang dimasukkan sebagai salah satu kriteria perbuatan melanggar hukum. Hal ini pula yang menyebabkan banyak daerah di Provinsi Jambi termasuk Kota Sungai Penuh (Pemerintah Kota) terkesan ragu-ragu dalam menanamkan modalnya pada Bank Jambi (Bank Daerah).

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dapat saja melimpahkan tugas-tugas-tugas-tugas termasuk pengambilan keputusan kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.66 Penanaman modal Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi langsung dipertanggungjawabkan oleh Walikota Sungai Penuh secara langsung melalui surat Walikota Sungai Penuh tentang Penyataan Pemegang saham Badan Hukum.67 Berkenaan dengan surat tersebut serta memperhatikan isi dari pasal 9 huruf a angka 4 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang lembaga Penjaminan simpanan (selanjutnya disebut Program Penjaminan). Berikut isi dari surat Penyertaan Pemegang Saham Berbadan Hukum Kota Sungai Penuh,68

66

Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

67

Surat Walikota Sungai Penuh Tentang Penyertaan Saham Badan Hukum Bagi Bank Berbadan Hukum Indonesia.

68

Surat Walikota Sungai Penuh, Loc: Cit.

yaitu :

Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh selaku pemegang saham PT. Bank Pembangunan Daerah jambi, dangan ini menyatakan hal-hal sebagi berikut :


(52)

1. Bersedia mematuhi seluruh ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai Program Penjaminan oleh Lembaga Penjamin Simpanan.

2. Bersedia untuk melepaskan dan menyerahkan kepada LPS segala hak, kepemilikan, dan/atau kepentingan lainya apabila bank menjadi bank gagal.

3. Bersedia bertanggung jawab atas setiap kelalaian dan/atau perbuatan yang malanggar hukum yang dilakukan selaku Pemegan Saham, baik langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan kerugian atau membahayakan kelangsungan usaha bank, termasuk menyerahkan harta kekayaan badan hukum ini (Pemerintah Daerah kota Sungai Penuh) kepada LPS apabila bank menjadi bank gagal.

Setelah dilihat dan membaca isi dari surat tersebut jelas sekali terlihat bahwa pengambilan dan pertanggung jawaban terhadap penanaman modal ini semuanya deserahkan kepada Walikota Sungai Penuh sebagai penanggung jawab (pemegang saham) pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi. Keuangan daerah merupakan bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Pengelola keuangan daerah dijabat oleh kepala pemerintahan daerah.69

Penanaman modal yang dilakukan Pemerintah Kota Sungai Penuh ini juga tidak terlepas dari adanya tuntutan kepada pemerintah untuk berusaha mencari modal untuk menambah kas daerahnya. Hal ini juga disebabkan adanya pergeseran konsepsi nachwachtersstaat (negara peronda) ke konsepsi welfare state membawa pergeseran pada peranan dan aktivitas pemerintah. Pada konsepsi nachwachtersstaat berlaku prinsip staatsnthounding, yaitu pembatasan negara dan pemerintah (pemerintah daerah) dari kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Pemerintah bersifat pasif, hanya sebagai penjaga ketertiban dan keamanan masyarakat. Sementara itu, pada konsepsi welfare state, pemerintah diberi

69

Pasal 6 ayat (2) huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.


(53)

kewajiban untuk mewujudkan bestuurszorg (kesejahteraan umum), yang untuk itu kepada pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk campur tangan (staatsbemoeienis) dalam segala lapangan masyarakat yang menjadi keweanangan dari daerah.70

Pada dasarnya setiap bentuk campur tangan pemerintah ini harus didasarkan pada segala peraturan perundang-undangan yang berkaitan dangan kebijakan yang dicampuri oleh pemerintah (Pemerintah Kota Sungai Penuh) ini adalah perwujudan dari asas legalitas, yang menjadi sendi utama dari negara hukum. Akan tetapi, karena ada keterbatasan dari asas ini atau karena adanya kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada peraturan perundang-undangan. Kepada pemerintah diberi kebebasan freies Ermessen, yaitu kemerdekaan pemerintah untuk dapat bertindak atas inisiatif sendiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial.

Artinya pemerintah daerah Kota Sungai Penuh dituntut aktif dalam mencari sumber-sumber dana untuk pemasukan bagi kas daerah Kota Sungai Penuh di tengah dinamika ekonomi yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat daerah setempat.

71

Selain dari Peraturan Daerah (Perda) Kepala daerah Kabupaten/Kota dapat saja mengeluarkan suatu produk hukum lain dalam bentuk Keputusan Kepala Daerah. Keputusan Kepala Daerah dibuat untuk melaksanakan Peraturan Daerah (Perda) dan atas kuasa peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keputusan Kepala Daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan

70

Ridwan, Op. Cit, hal. 241.

71


(54)

daerah dan peraturan perundang-undangan lain yang lebih tinggi. Peraturan daerah dan keputusan kepala daerah yang bersifat mengatur, baru mempunyai kekuatan hukum dan mengikat setelah diundangkan dengan menempatkan dalam lembaran daerah.72

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Sungai Penuh ini memiliki resiko yang cukup besar. Saham/modal dikenal dengan karakteristik yaitu memberikan peluang keuntungan yang tinggi tapi juga memiliki resiko kegagalan yang tinggi pula. Saham memungkinkan investor untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Walaupun dalam hal ini berlaku fiksi hukum, yang mengatakan bahwa setiap orang sudah tahu semenjak peraturan perundang-undang tersebut diundangkan, tetapi agar suatu Peraturan Daerah (Perda) bisa berfungsi secara efektif. Sebaiknya dilakukan upaya-upaya untuk mensosialisasikan peraturan daerah yang dimaksud tersebut (Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pada Bank Jambi), antara lain dengan melakukan penyuluhan langsung ke lapangan oleh instansi terkait, melalui media massa, baik media massa elektronik maupun media cetak.

73

Kegagalan dalam penyertaan modal ini dapat saja terjadi apabila modal yang disertakan tidak menghasilkan sesuai deviden yang diharapkan Kota Sungai Penuh untuk membantu kas daerah.

72

Rozali, Op. Cit, hal. 43. 73


(55)

C. Peran Bank Jambi Dalam Menjalankan Kebijakan Penyertaan Modal

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola langsung modal/saham daerah di Provinsi Jambi pada Bank Jambi. Bank Jambi berupaya selalu berusaha melakukan pengelolaan yang terbaik terhadap modal-modal daerah yang telah dititipkan tersebut. Kinerja Bank Jambi sendiri bisa dibilang cukup memuaskan, ini terbukti dari hasil evaluasi keuangan pada tahun 2010, tercatat posisi NPL (Non Performing Loan) 0,56 % di tahun 2009 dan menjadi 0,40 % tahun 2010.74 Sesuai dengan PBI Bank Indonesia No. 3/25/PBI/2001 tertanggal 26 Desember 2001 yang memberikan penilaian terhadap bank yang berada dalam pengawasan intensif Bank Indonesia yaitu sebesar NPL > 5 % dari total kredit.75

Berdasarkan pengawasan atas realisasi kinerja dan pelaksanaan program kerja PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi tahun 2010 maka dewan komisaris menyampaikan beberapa hal yang sangat perlu mendapat perhatian dari manajemen, salah satunya dengan melakukan upaya penambahan modal disetor yang berasal dari pemegang saham secara proporsional yang dalam hal ini adalah pemerintah Provinsi Jambi, Kabupaten/Kota dala Provinsi Jambi, termasuk Kota Sungai Penuh.

Hal ini membuktikan PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi mampu bersaing dengan Bank Umum lainnya.

76

74

Laporan Tahunan, Loc: Cit, hal. 7.

Pukul 08.48 WIB.

76


(56)

Peraturan Daerah Jambi No. 2 Tahun 2006, modal dasar Bank Jambi ditetapkan sebesar Rp. 250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh miliyar rupiah). Selama tahun 2010 terjadi penambahan mdal setor sebesar Rp. 14.386.000.000,- (empat belas miliyar tiga ratus delapan puluh enam juta rupiah) yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Kerinci, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Merangin dan Kota Jambi. Masuknya pemegang saham baru dari akibat adanya pemekaran daerah Kabupaten Kerinci yaitu Kota Sungai penuh yang menyetorkan modal awal sebesar Rp. 7.500.000.000,- (tujuh setengah miliyar rupiah).77

Secara garis besar fungsi dari Bank Jambi tidaklah mengalami perubahan. Bank Jambi tetaplah merupakan bank yang merupakan lembaga perantara keuangan yang memiliki wewenang dan fungsi untuk menghimpun dana masyarakat untuk disalurkan.78

Proses penyertaan modal yang dilakukan oleh Kota Sungai Penuh juga tidak terlepas dari kemajuan yang ditunjukkan Bank Jambi. Bank Jambi juga dapat disebut sebagai salah satu penggerak roda perekonomian daerah. Penyertaan

Bank milik pemerintah daerah dalam hal ini Bank Jambi adalah bank yang sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah Provinsi Jambi. Bank milik pemerintah daerah Jambi yang umum dikenal adalah Bank Pembangunan Daerah (BPD), yang didirikan berdasarkan Akte Notaris Adiputra Parlindungan No. 6 tanggal 12 Februari 1959 dengan nama PT. Bank Pembangunan Daerah Jambi.

77

Laporan tahunan, Loc: Cit, hal. 33.

78


(57)

Modal Daerah pada modal saham PT. Bank Jambi antara lain berasal dari APBD yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan, Penyertaan Modal Negara tersebut mengandung arti pemisahan kekayaan negara yang dipisahkan dari sistem pengelolaan dan di pertanggung jawabkan dalam APBD.

Modal yang telah disetor pada BUMD PT. Bank jambi akan menjadi harta kekayaan Bank Jambi selaku badan hukum yang mandiri dan selanjutnya tunduk pada mekanisme berdasarkan hukum korporasi. Dengan demikian maka modal pemerintah pada PT. Bank Jambi akan diperlakukan sama seperti investor lain selaku pemegang saham. Mempengaruhi terhadap kontrol perusahaan adalah jumlah saham yang dimiliki, semakin besar persentase perusahaan adalah jumlah saham/modal yang dimiliki, semakin besar persentase kepemilikan saham terhadap perusahaan maka akan semakin besar pula kewenangan untuk mengendalikan perusahaan melalui mekanisme RUPS.


(58)

BAB IV

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KOTA SUNGAI PENUH DALAM PENYERTAAN MODAL PADA BANK JAMBI

A. Kebijakan Pemerintah Daerah Kota Sungai Penuh Ditinjau Dari

Hukum Administrasi Negara

Hukum administrasi negara adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi negara dengan warga masyarakat, di mana administrasi negara diberi wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu pemerintahan.79 Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam pengambilan kebijakan terhadap penanaman modal pada Bank Jambi ini, tentunya telah melihat dan berkesesuaian dengan hukum yang berlaku di Indonesia. Walikota Sungai Penuh dalam hal ini menjalankan wewenangnya sebagai pejabat pengguna anggaran, yang juga harus bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaannnya. Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, rentang kendali, dan/atau pertimbangan objektif lainnya.80

Pemerintah Kota Sungai Penuh dalam hal ini terkesan memberi pelimpahannya kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sungai Penuh. Namun, Bappeda Kota Sungai Penuh hanya sebagai pihak yang

79

Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004) hal. 1.

80

Pasal 11 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.


(59)

merencanakan dalam hal perencanaan penyertaan modal pada Bank Jambi. Bappeda bertugas sebagai SKPD yang hanya merencanakan namun tidak bertanggung jawab terhadap jalannya modal pada Bank Jambi.81

Hukum administrasi negara menjadi dasar pijakan utama dan legitimasi kebijakan penyelenggaraan pemerintahan daerah, sehingga format hukum sangat menentukan nuansa dan dialektika otonomi daerah yang ditetapkan pemerintah pusat. Hukum tidak dapat dilepaskan dari kebijakan pemerintahan daerah karena

Terhadap jalannya modal dan pertanggug jawaban terhadap modal/saham pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi langsung dipertanggung jawabkan oleh Walikota Sungai Penuh. Sesuai surat yang dikeluarkan oleh Bank Jambi kepada Walikota Sungai Penuh selaku penanggung jawab pemegang saham pemerintah Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi No. 453.02/KP.Dir.

Pemerintah daerah Kota Sungai Penuh dalam pegambilan kebijakan penanaman modal pada Bank Jambi merupakan salah satu langkah yang diambil untuk meningkatkan APBD daerah Kota Sungai Penuh yang masih sangat kecil. Pengambilan kebijakan ini juga telah sesuai dengan aturan yang ada dalam perencanaan penanaman modal. Pemerintah Kota Sungai Penuh sebelum melaksanakan proses penanaman modal, telah mengeluarkan aturan-aturan mengenai penyertaan modal pada Bank Jambi. Melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai Penuh 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah pada Bank jambi.

81

Wawancara dengan Drs. Amrizal Manan, MM, Mantan Kepala Bappeda Kota Sungai Penuh, Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Sungai Penuh, pada tanggal 25 Desember 2011, Pukul 10.34 WIB.


(60)

melalui hukum dapat diperoleh arah tujuan negara dalam membagi kewenangan antar-tingkatan pemerintahan.82

Walikota Sungai Penuh dalam hal ini adalah sebagai penyelenggara dari pemerintahan daerah.83 Setiap kebijakan daerah Kota Sungai Penuh yang diambil oleh pemerintah daerah setempat, haruslah diketahui oleh Walikota Sungai Penuh sebagai penyelenggara dari suatu pemerintahan daerah. Namun, dalam menjalankan tugas-tugasnya Walikota Sungai Penuh dapat meminta bantuan kepada SKPD yang berkaitan dengan hal yang berkaitan dengan tugas yang dimaksud. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.84

Fungsi administrasi dari suatu daerah dapat berjalan dengan baik bila pada daerah tersebut menjalankan fungsi administrasi sesuai dengan aturan-aturan administrasi yang ada. Hukum administrasi negara dalam hal ini adalah merupakan hukum yang mengatur kegiatan administrasi negara. Hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintahan di daerah. Dalam menjalankan tugasnya hukum administrasi negara memiliki kemiripan dangan hukum tata negara. Kesamaannya terletak dalam hal kebijakan pemerintah, sedangkan dalam hal perbedaan hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi hukum dasar yang digunakan oleh suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan

82

pada tanggal 4 Maret 2012, Pukul 09.01 WIB.

83

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

84


(1)

2. Prosedur penyertaan modal Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi dimulai dengan keluarnya surat edaran dari Gubernur Jambi yang meminta setiap daerah dalam Provinsi Jambi ikut turut menyertakan modal daerahnya pada Bank Jambi, melalui surat Gubernur Jambi No. 900/3570/KEU/2010. Keluarnya surat edaran tersebut, maka Kota Sungai Penuh mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Bank Jambi.

3. Hal yang menjadi pertimbangan Kota Sungai Penuh ikut menyertakan modalnya pada Bank Jambi, sebagai salah satu upaya Kota Sungai Penuh untuk mencari tambahan pemasukan kas daerah Kota Sungai Penuh yang masih sangat kecil. Terkait pula dengan komitmen seluruh daerah dalam Provinsi Jambi untuk berusaha membangun Bank Jambi agar dapat bersaing pada level yang diharapkan.

B. Saran

1. Penyertaan modal yang dilakukan Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi haruslah dapat dirasakan dampaknya secara langsung oleh masyarakat Kota Sungai Penuh, dimana manfaat diharapkan berupa kemudahan-kemudahan kepada masyarakat Kota Sungai Penuh dalam peminjaman kredit atau pinjaman-pinjaman lainnya pada Bank Jambi.


(2)

2. Hendaknya Pemerintah Kota Sungai Penuh mencari sumber pemasukan dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang lain,tidak hanya mengandalkan Bank Jambi, sebagai tempat penyertaan modal Pemerintah Kota Sungai Penuh.

3. Deviden yang telah diterima Pemerintah Kota Sungai Penuh hendaknya digunakan sebesar-besarnya untuk pembangunan daerah Kota Sungai Penuh, namun dalam prakteknya deviden yang diterima dijadikan sebagai tambahan modal Kota Sungai Penuh pada Bank Jambi, tanpa kembali ke kas daerah terlebih dahulu.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu Alternatif, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003.

Aristeus Syprianus, Penelitian Hukum Tentang Peranan Hukum Investasi Di Indonesia Dalam Era Globalisasi, Jakarta, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2007.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Konsep Program Pembangunan Nasional, Jakarta, BAPPENAS, 1999.

Balfas M. Hamud, Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta, Tatanusa, 2006.

Batuah St. Boerhanoedin, Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda-Indonesia, Bandung, Binacipta, 1983.

Darmadji Tjiptono, Fakhruddin M. Hendy, Pasar Modal di Indonesia, Jakarta, Salemba Empat, 2011.

Djumhana Muhammad, Pengantar Hukum Keuangan Daerah, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2007

Halim Diana, Hukum Administrasi Negara, Bogor, Ghalia Indonesia, 2004.


(4)

HS. Salim, Sutrisno Budi, Hukum Investasi di Indonesia, Mataram, Raja Grafindo Persada, 2007.

Ilmar Amiruddin, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia, Jakarta, Prenada Media, 2005.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999.

Kuncoro Mudrajad, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta, Erlangga, 2004.

Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Riwu Josef, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, Jakarta, Rajawali Pers, 1998.

Sie Infokum, Penyertaan Modal Negara, Ditama Binbangkum, 2001.

Suara Pembahruan, Otonomi Daerah Peluang dan Tantangan, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 2002.

Sumantoro, Hukum Ekonomi, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 2008.

Yahya M. Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta, Sinar Grafika, 2009.

Yani Ahmad, Widjaja Gunawan, Perseroan Terbatas, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999.


(5)

Yuwono Trisno, Abdullah Pius, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, Surabaya, Arkola, 1994.

Undang-Undang

Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang No. 13 Tahun 1962 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Sungai Penuh.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah.

Peraturan Pemerintah


(6)

Peraturan Daerah

Peraturan Daerah Kota Sungai Penuh No. 19 Tahun 2010 Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Bank Jambi.

Peraturan Menteri

Peraturan Menteri Dalam Dalam Negeri Republik Indonesia No. 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006.

Media Elektronik

1. www. kompas. com

2.

3.