MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP DAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK AUTIS

  MODUL I PENDALAMAN MATERI KONSEP DAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK AUTIS

  Logo (Kosongkan) Penulis Erma Kumala Sari, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

  PPG Dalam JABATAN Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Tahun 2018

  Daftar Isi

  16 C. Kegiatan Belajar III: Klasifikasi dan Karakteristik Autis

  58 Kunci Jawaban Kegiatan Belajar IV

  57 Kunci Jawaban Kegiatan Belajar III

  56 Kunci Jawaban Kegiatan Belajar II

  55 Kunci Jawaban Kegiatan Belajar I

  43 Daftar Pustaka

  26 D. Kegiatan Belajar IV: Dampak dan Kebutuhan Autis

  6 B. Kegiatan Belajar II: Faktor Penyebab Autis

  Judul

  6 A. Kegiatan Belajar I: Konsep Dasar Autis

  4 II Kegiatan Belajar

  3 C. Petunjuk Belajar

  3 B. Relevansi

  3 A. Rasionalisasi dan Deskripsi Singkat

  2 I Pendahuluan

  1 Daftar Isi

  59

I. Pendahuluan

  A. Rasionalisasi dan Deskripsi Singkat

  Sebagai guru profesional yang menangani peserta didik autis, guru perlu memahami secara komprehensif konsep tentang anak dengan gangguan spectrum autis. Pemahaman ini sebagai modal bagi guru dalam memberikan pelayanan pendidikan pada peserta didik autis guna mengembangkan potensi dan meminimalisir dampak dari kebutuhan khusus yang dimiliki peserta didik autis. Beberapa asumsi yang sering muncul pada masyarakat awam terkait dengan anak dengan gangguan autis perlu diluruskan melalui pemahaman materi dalam modul ini. Dengan mempelajari konsep tentang anak dengan gangguan spectrum autis dalam modul ini, guru diharapkan dapat terhindar dari asumsi yang keliru tentang anak dengan gangguan spectrum autis, yang dapat berdampak pada pelayanan pembelajaran yang juga kurang sesuai. Modul Konsep dan Karakteristik Peserta Didik Autis ini akan membahas mengenai konsep dasar pengertian, prevalensi, penyebab, klasifikasi, karakteristik, dampak, serta kebutuhan anak dengan gangguan spectrum autis melalui empat kegiatan pembelajaran yang disusun dengan rangkaian sebagai berikut:

  1. Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Autis

  2. Kegiatan Belajar 2: Faktor-faktor Penyebab Autis

  3. Kegiatan Belajar 3: Klasifikasi dan Karakteristik Autis

  4. Kegiatan Belajar 4: Dampak dan Kebutuhan Autis Setelah mempelajari modul ini, peserta PPG dalam Jabatan diharapkan dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan khusus sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang tepat, khususnya konsep teoritis anak dengan gangguan spektrum autis.

  B. Relevansi

  Secara keseluruhan, dengan mempelajari kegiatan belajar 1 sampai dengan 4 Anda sebagai guru peserta didik autis dapat menguasai konsep teoritis tentang gangguan spectrum autis sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang tepat. Secara lebih spesifik, pemahaman yang baik terhadap konsep teoritis gangguan spectrum autis membuat guru dapat mengetahui secara mendalam tentang gambaran peserta didik autis. Lebih lanjut, materi terkait faktor penyebab gangguan spectrum autis membantu guru dalam melakukan edukasi bagi orang tua dan masyarakat terkait dengan tindakan pencegahan munculnya gangguan spectrum autis pada anak sehingga dapat mengurangi prevalensi anak dengan gangguan spectrum autis. Selain itu, pengetahuan terkait klasifikasi dan karakteristik gangguan spectrum autis membantu guru dalam melakukan penggolongan jenis gangguan spectrum autis dalam berbagai perspektif. Kompetensi ini sangat relevan dengan tuntutan tugas sebagai guru dalam melakukan penempatan peserta didik autis sesuai dengan klasifikasinya. Sementara itu, pemahaman yang luas terhadap karakteristik peserta didik autis menjadikan guru dapat memahami gejala dan karakteristik peserta didik autis secara lebih baik sehingga mampu memberikan layanan sesuai dengan keunikan karakteristik dari peserta didik autis tersebut. Selanjutnya, materi terkait dampak dan kebutuhan anak dengan gangguan spectrum autis memberikan gambaran bagi guru untuk memahami dampak yang terjadi pada peserta didik autis maupun lingkungan sebagai akibat dari gangguannya serta memberikan gambaran terkait hal-hal yang dibutuhkan oleh peserta didik autis sehingga guru dapat memberikan layanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak.

C. Petunjuk belajar

  Untuk mengoptimalkan pemanfaatan modul ini sebagai bahan pembelajaran, beberapa langkah berikut ini perlu menjadi perhatian

  1. Lakukan pengecekan terhadap kelengkapan modul ini, seperti kelengkapan halaman, kejelasan hasil cetakan, serta kondisi modul secara keseluruhan.

  2. Bacalah petunjuk penggunaan modul serta bagian pendahuluan, sebelum masuk pada pembahasan materi pokok.

  3. Pelajarilah modul ini secara bertahap dimulai dari kegiatan pembelajaran 1 hingga tuntas, termasuk di dalamnya tugas dan evaluasi, sebelum melangkah ke kegiatan pembelajaran berikutnya.

  4. Setiap kegiatan pembelajaran dapat dipelajari dengan rangkaian waktu: 50 menit pendalaman materi 60 menit tugas terstruktur 60 menit tugas mandiri

  5. Buatlah catatan-catatan kecil jika ditemukan hal-hal yang perlu pengkajian lebih lanjut atau disampaikan dalam sesi tatap muka

  6. Lakukanlah berbagai latihan sesuai dengan petunjuk yang disajikan pada masing-masing materi pokok. Demikian pula dengan kegiatan evaluasi dan tindak lanjutnya, dikerjakan dengan penuh tanggung jawab.

  7. Disarankan tidak melihat kunci jawaban terlebih dahulu agar evaluasi yang dilakukan dapat mengukur tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang disajikan.

  8. Pelajarilah keseluruhan materi modul ini secara intensif. Modul ini dirancang sebagai bahan belajar mandiri persiapan uji kompetensi.

  9. Keberhasilan Anda menempuh pendidikan ini tergantung dari kesungguhan anda dalam belajar dan mengerjakan tugas.

II. Kegiatan Belajar

A. KEGIATAN BELAJAR 1 : KONSEP DASAR AUTIS

  1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

  Capaian pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar ini adalah capaian pembelajaran dalam aspek pengetahuan, yaitu menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan khusus sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang tepat, khususnya konsep teoritis anak dengan gangguan spektrum autis.

  2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

  Sementara itu, sub capaian pembelajaran dalam kegiatan belajar ini adalah: a. Mengetahui pengertian gangguan spektrum autis

  b. Mengetahui prevalensi anak dengan gangguan spektrum autis

  3. Pokok-Pokok Materi

  Selanjutnya, pokok-pokok materi dalam kegiatan belajar ini adalah:

  a. Pengertian gangguan spektrum autis

  b. Prevalensi anak dengan gangguan spektrum autis

  4. Uraian Materi

  Untuk memahami materi terkait konsep dasar gangguan spektrum autis, Anda bisa mempelajari materi berikut ini.

a. Pengertian Gangguan Spektrum Autis

  Apakah gangguan spectrum autis itu? Mengapa disebut sebagai „spektrum”? Siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan anak dengan gangguan spectrum autis? Dalam materi ini, Anda akan mempelajari tentang pengertian dari gangguan spectrum autis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

  Kata autis berasal dari bahasa Yunani “ berarti sendiri

  auto”

  yang ditujukan pada seseorang yang menunjukkan gejala “ hidup ada umumnya penderita autis

  dalam dunianya sendiri” dan p

  mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian di lingkungannya yang melibatkan diri mereka. Istilah autis pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikiatris Amerika bernama Leo Kanner pada tahun 1943 dengan istilah early infantile autism (Garguilo, 2012).

  

Autisme spectrum disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum

  Autis (GSA) adalah gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun yang dapat menyebabkan masalah dalam berpikir, merasakan, bahasa dan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain sehingga akibat gangguan ini anak tidak dapat secara otomatis belajar untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga ia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.

  Autisme merupakan suatu spectrum disorders atau gangguan spektrum, yaitu suatu gangguan yang mempunyai rentangan lebar dan bergradasi mulai dari yang ringan sampai berat. Gejala dapat terjadi dengan kombinasi yang berbeda-beda dan dapat bergradasi dari sangat ringan ke sangat berat. Walaupun memiliki gejala yang sama, tetapi setiap orang dengan autisme dipengaruhi oleh gangguannya tersebut dengan cara yang berbeda dan dapat berakibat berbeda pula pada perilakunya. Rentangan yang lebar dan bergradasi dari ringan sampai berat pada gangguan spectrum autis dapat dilihat secara lebih jelas pada gambar 1 berikut ini. Gambar 1. 1. Gambaran spektrum pada Gangguan Spektrum Autis Selain pengertian Autisme spectrum disorder (ASD) atau

  Gangguan Spektrum Autis (GSA) seperti tersebut di atas, kita juga dapat memahami pengertian Gangguan Spektrum Autis dari berbagai sumber kajian lainnya seperti penjelasan-penjelasan sebagai berikut.

  American Psychiatric Association (APA) (2013) dalam DSM-V

  (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-fifth edition) menjelaskan bahwa Autism Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autis (GSA) adalah suatu gangguan perkembangan saraf (neurodevelopmental disorder) yang ditandai dengan hambatan komunikasi sosial dan interaksi sosial pada berbagai situasi (termasuk hambatan dalam timbal balik sosial, perilaku komunikatif non-verbal yang digunakan untuk interaksi sosial, dan keterampilan dalam mengembangkan, mempertahankan dan memahami hubungan) dan juga adanya pola perilaku, ketertarikan yang terbatas maupun aktivitas yang berulang.

  Selain itu, the Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) USA (dalam Hallahan & Kaufman, 2011) menjelaskan autisme sebagai gangguan perkembangan yang mempengaruhi interaksi sosial dan komunikasi verbal dan nonverbal secara signifikan, biasanya muncul sebelum usia tiga tahun, yang mempunyai efek terhadap kemampuan pendidikan anak. Lebih lanjut disebutkan bahwa karakteristik lain yang sering dikaitkan dengan anak autis adalah terpaku pada aktivitas yang berulang dan gerakan stereotip, resisten terhadap perubahan lingkungan atau perubahan rutinitas sehari-hari, dan memiliki respon yang tidak seperti anak lainnya terhadap pengalaman sensoris.

  Sementara itu,

  World Health Organization’s International Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikan autism (dalam hal

  ini khusus childhood autism) sebagai adanya keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteritik tidak normalnya pada tiga bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang (WHO, 1992: 253 dalam Mudjito, Praptono, & Jiehad, tanpa tahun: 25-26).

  Selanjutnya, National Institute of Child Health and Human

  Development, 2005 (dalam Gargiulo, 2012: 324) menyebutkan bahwa

  autisme adalah kelainan perkembangan neurobiologis kompleks yang berlangsung selama masa hidup seseorang. Orang dengan autisme memiliki masalah dengan interaksi dan komunikasi sosial, jadi mereka mungkin mengalami masalah dalam percakapan dengan Anda, atau mereka mungkin tidak mengadakan kontak mata dengan Anda. Mereka terkadang memiliki perilaku yang harus mereka lakukan, atau yang mereka lakukan berulang-ulang, misalnya mereka tidak bisa memperhatikan sampai pensil mereka berbaris rapi atau mengucapkan kalimat yang sama berulang-ulang. Mereka mungkin mengepakkan tangan untuk mengatakan bahwa mereka bahagia, atau mereka mungkin menyakiti dirinya untuk mengatakan bahwa mereka tidak bahagia.

  Jika kita telaah berbagai definisi Gangguan Spektrum Autis di atas, berbagai definisi tersebut pada hakekatnya memiliki batasan yang sama. Gangguan Spektrum Autis dapat diartikan sebagai gangguan pada proses perkembangan (pervasive) yang kompleks muncul dalam bentuk spectrum yang gejalanya sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun yang menyebabkan hambatan komunikasi dan interaksi sosial, serta memiliki minat terbatas dan perilaku berulang. Hambatan tersebut bisa menyebabkan gangguan pada bidang komunikasi, bahasa, kognitif, sosial, dan fungsi adaptif, sehingga menyebabkan anak-anak tersebut seolah-olah berada dalam dunianya sendiri.

  Untuk memperdalam pemahaman anda terkait dengan materi pengertian anak dengan gangguan spektrum autis, Anda dapat mempelajari bahan kajian berikut ini:

  http://z-alimin.blogspot.co.id/2009/04/anak-penyandang-autisme- dan_02.html http://www.depkes.go.id/article/view/16041300001/kenali-dan- deteksi-dini-individu- https://jurnalpediatri.com/2011/10/23/autism-sebuah-gangguan- perilaku-pada-anak/

b. Prevalensi Anak Dengan Gangguan Spektrum Autis

  Setelah mempelajari tentang pengertian dari gangguan spectrum autis, selanjutnya Anda dapat mempelajari prevalensi atau jumlah kasus gangguan spektrum autis pada bahasan berikut ini. Jumlah kasus autis dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Berapakah sebenarnya jumlah prevalensi anak dengan gangguan spectrum autis? Apakah jumlah anak dengan gangguan spectrum autis selalu mengalami peningkatan? Mari kita bahas bersama dalam materi berikut.

  Menurut Autism Society of America (2010, dalam Garguilo, 2012: 330), gangguan spectrum autis merupakan gangguan perkembangan yang mengalami peningkatan jumlah kasus tercepat. American Society of America (Garguilo, 2012: 330) memperkirakan terdapat 1 kasus autis pada setiap 150 individual.

  Berdasarkan DSM IV-TR (APA, 2000), kasus autis berkisar 5 kasus pada setiap 10.000 individu. Sementara itu, DSM V (APA, 2013) menyebutkan bahwa frekuensi dari kasus gangguan spectrum autis jumlahnya berkisar 1% dari jumlah populasi dengan kisaran jumlah yang hampir sama baik pada sampel dewasa maupun anak- anak. Selain itu, The National Intitute of Mental Health (2010, dalam Garguilo, 2012: 330) memperkirakan kisaran 2 sampai 6 kasus autis terjadi pada 1000 individu.

  Selain itu, autisme secara umum telah diketahui terjadi empat kali lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan yang terjadi pada anak perempuan. Hal ini juga dijelaskan pada DSM IV-TR (APA, 2000) bahwa autis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, dengan perbandingan 4-5:1 untuk kasus autis pada laki-laki dan perempuan terutama untuk jenis autistic disorder. Namun demikian, penyebab dari kondisi tersebut belum diketahui secara pasti hingga saat ini.

  Sementara itu, kasus autis dengan tipe Rett‟s Disorder atau Rett‟s Syndrome justru terjadi hanya pada perempuan dengan penyebab yang juga belum diketahui secara jelas.

  Meskipun estimasi jumlah kasus autis terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, namun belum diketahui secara pasti apakah jumlah kasus autis memang benar-benar meningkat dari waktu ke waktu. Menurut DSM V (APA, 2013), prevalensi atau jumlah kasus gangguan spectrum autis yang meningkat dari sebelumnya dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adanya kasus- kasus yang berada dalam batas ambang autis ataupun bukan, peningkatan kesadaran tentang autis, perbedaan metodologi penelitian dalam menghitung prevalensi autis, ataupun memang ada peningkatan terkait jumlah kasus autis itu sendiri.

  Untuk memperdalam pemahaman anda terkait dengan materi prevalensi anak dengan gangguan spektrum autis, Anda dapat mempelajari bahan kajian berikut ini:

  http://himpsi.or.id/43-semua-kategori/non- menu/pengumuman/56-hari-peduli-autisme-2015 https://jurnalpediatri.com/2015/03/24/angka-kejadian-autis-di- indonesia-dan-di-berbagai-belahan-dunia-lainnya/

5. Rangkuman

  Setelah mempelajari materi di atas, Anda dapat membaca rangkuman materi tersebut secara lebih singkat pada bagian ini. Materi pada kegiatan pembelajaran 1 ini terdiri atas materi terkait pengertian dan prevalensi anak dengan gangguan spektrum autis. Gangguan Spektrum Autis dapat diartikan sebagai gangguan pada proses perkembangan (pervasive) yang kompleks muncul dalam bentuk spectrum yang gejalanya sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun yang menyebabkan hambatan komunikasi dan interaksi sosial, serta memiliki minat terbatas dan perilaku berulang. Estimasi jumlah kasus autis terus mengalami peningkatan. Namun demikian, jumlah kasus gangguan spectrum autis yang meningkat dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adanya kasus-kasus yang berada dalam batas ambang autis ataupun bukan, peningkatan kesadaran tentang autis, perbedaan metodologi penelitian dalam menghitung jumlah kasus autis, ataupun memang ada peningkatan terkait jumlah kasus autis itu sendiri. Untuk memperdalam pemahaman anda terkait dengan materi pengertian dan prevalensi anak dengan gangguan spektrum autis, Anda dapat mempelajari bahan kajian berikut ini:

  http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL%202017/?dir= Pendidikan%20Luar%20Biasa

  (Materi-Bacaan-BAB-5-PENGEMBANGAN-INTERAKSI-KOMUNIKASI- DAN-PERILAKU-BAGI-PESERTA-DIDIK-AUTIS_2)

  6. Tugas

  Untuk memperdalam pemahaman Anda terkait dengan materi-materi dalam kegiatan pembelajaran ini, kerjakanlah tugas berikut ini: a. Carilah pengertian tentang gangguan spectrum autis berdasarkan sumber referensi yang beragam (minimal 3 sumber referensi)! b. Carilah prevalensi atau jumlah kasus gangguan spectrum autis di

  Indonesia!

  7. Tes Formatif

  Untuk mengecek pemahaman Anda terkait dengan materi-materi dalam kegiatan pembelajaran ini, kerjakanlah soal-soal berikut ini.

  Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang Anda anggap benar!

  1. Gangguan Spektrum Autis dapat diartikan sebagai gangguan pada proses perkembangan (pervasive) yang kompleks yang muncul dalam bentuk spectrum yang gejalanya sudah muncul sebelum anak berusia

  … .

  A. 3 tahun

  B. 4 tahun

  C. 5 tahun

  D. 6 tahun

  E. 7 tahun

  2. Gangguan pada anak autis antara lain terdiri dari gangguan berikut ini, kecuali … .

  A. komunikasi sosial

  B. interaksi sosial

  C. keterbatasan minat

  D. perilaku yang berulang

  E. pola tidur

  3. Autis berasal dari kata … yang berasal dari bahasa Yunani.

  A. Oto

  B. Auto

  C. Alfa

  D. Andro

  E. Ato

  4. Istilah autis pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikiatris Amerika bernama … .

  A. Hans Asperger

  B. Bruno bettleheim

  C. Eugene Bluer

  D. Leo Kanner

  E. Bernard Rimland

  5. Istilah autis pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikiatris Amerika pada tahun … .

  A. 1933

  B. 1934

  C. 1943

  D. 1944

  E. 1945

  6. Autis disebut sebagai ganggun spectrum karena merupakan gangguan yang … .

  A. mempunyai rentangan yang lebar dan bergradasi mulai dari yang ringan sampai berat B. mempunyai berbagai klasifikasi

  C. mempunyai beragam warna karakteristik

  D. mempunyai tingkat keparahan yang tinggi

  E. mempunyai beragam gejala

  7. Jumlah kasus autis yang terus bertambah diduga karena hal-hal berikut, kecuali … .

  A. benar-benar terjadi peningkatan jumlah kasus autis

  B. adanya peningkatan kesadaran tentang autis

  C. adanya wabah gangguan autis

  D. adanya kasus-kasus yang berada dalam batas ambang autis ataupun bukan E. perbedaan metodologi penelitian dalam menghitung jumlah kasus autis

8. Kasus autis secara umum lebih sering terjadi pada … .

  A. anak perempuan

  B. anak laki-laki

  C. anak balita

  D. anak usia sekolah

  E. remaja hingga dewasa

  9. DSM V (APA, 2013) menyebutkan bahwa frekuensi dari kasus gangguan spectrum autis jumlahnya berkisar … persen dari jumlah populasi.

  A. 20%

  B. 15%

  C. 10%

  D. 5%

  E. 1%

  10. Perbandingan jumlah kasus autis pada anak perempuan dengan anak laki- laki yaitu … .

  A. 4 : 1

  B. 4: 5

  C. 5 : 4

  D. 1 : 4

  E. 1 : 2

B. KEGIATAN BELAJAR 2 : FAKTOR PENYEBAB AUTIS

  1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

  Capaian pembelajaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar ini adalah capaian pembelajaran dalam aspek pengetahuan, yaitu menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan khusus sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang tepat, khususnya konsep teoritis anak dengan gangguan spektrum autis.

  2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

  Sementara itu, sub capaian pembelajaran dalam kegiatan belajar ini adalah: a. Mengetahui faktor genetik gangguan spektrum autis

  b. Mengetahui faktor biologis gangguan spektrum autis

  c. Mengetahui faktor lingkungan gangguan spektrum autis

  3. Pokok-Pokok Materi

  Selanjutnya, pokok-pokok materi dalam kegiatan belajar ini adalah sebagai berikut: a. Faktor genetik gangguan spektrum autis

  b. Faktor biologis gangguan spektrum autis

  c. Faktor lingkungan gangguan spektrum autis

  4. Uraian Materi

  Sebelum mempelajari materi berikut, mungkin ada banyak pertanyaan yang muncul dalam pikiran Anda terkait dengan factor penyebab autis. Apa yang sebenarnya menyebabkan seorang anak mengalami gangguan spectrum autis? Apakah ada factor genetic yang mempengaruhi? Apakah pola asuh orangtua dapat menyebabkan seorang anak mengalami autis? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, marilah kita simak materi berikut ini.

  Hingga kini apa yang menyebabkan seseorang mengalami autisme belum diketahui secara pasti. Sebelumnya, kelainan autis

  dianggap sebagai akibat dari perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya atau sikap orangtua yang cuek dan dingin terhadap anaknya. Namun demikian, kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai penyebab autis secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Hasil-hasil penelitian lebih banyak menunjukkan bahwa autisme lebih dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan), factor biologis,

  faktor lingkungan, dan factor pemicu lainnya. Dengan demikian,

  anggapan pengaruh pola asuh atau sikap orangtua yang dingin dan cuek (teori The Frigid Mother atau The Refrigerator Mom) sudah tidak diyakini lagi sebagai penyebab dari gangguan spektrum autis (Yapko, 2003).

  Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena multifaktorial, tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal namun hasil interaksi antara beberapa faktor yang saling terkait. Faktor-faktor yang lebih diyakini sebagai pemicu autisme adalah faktor genetik (keturunan), factor biologis, faktor lingkungan, dan factor pemicu lainnya. Factor-faktor tersebut akan dijelaskan pada materi berikut ini.

a. Faktor Genetik

  Secara genetic, penyebab autisme kemungkinan disebabkan oleh banyak factor yang sangat kompleks. Secara genetic juga telah ditemukan bahwa autisme disebabkan oleh interaksi beberapa gen (Winarno, 2013). Faktor genetik diyakini memiliki peranan yang besar bagi penyandang autisme walaupun tidak diyakini sepenuhnya bahwa autisme hanya dapat disebabkan oleh gen dari keluarga. Riset yang dilakukan terhadap anak autistik menunjukkan bahwa kemungkinan dua anak kembar identik mengalami autisme adalah 38% hingga 89% sedangkan kemungkinan untuk dua saudara kandung mengalami autisme hanyalah 2,5% hingga 3% (Azwandi, 2005). Hal ini diinterpretasikan sebagai peranan besar gen sebagai penyebab autisme sebab anak kembar identik memiliki gen yang 100% sama sedangkan saudara kandung hanya memiliki gen yang 50% sama. Namun demikian, proses pewarisan genetic ini cenderung kompleks karena tidak mengikuti pola pewarisan yang dapat diprediksi.

b. Faktor Biologis

  Riset-riset yang dilakukan oleh para ahli medis menghasilkan beberapa hipotesa mengenai penyebab autisme.

  1) Faktor Prenatal & perinatal

  Pendarahan pada kehamilan awal, obat-obatan, tangis bayi yang terlambat, gangguan pernapasan dan anemia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya autisme (Azwandi, 2005). Kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak mencukupi dikarenakan nutrisi tidak dapat diserap oleh tubuh juga dapat menjadi pemicu terjadinya autisme. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya jamur dalam lambungnya atau nutrisi yang tidak terpenuhi karena faktor ekonomi. Gangguan/fungsi pada sel-sel otak selama dalam kandungan yang mungkin disebabkan terjadinya gangguan oksigenasi perdarahan atau infeksi juga dapat memicu terjadinya autisme. Begitu pula dengan komplikasi pada proses persalinan.

  2) Faktor Biokimia Otak

  Faktor biokimia otak ditunjukkan dengan adanya kondisi berupa hiperserotoninemia, hiperdopaminergik, ketidak seimbangan jumlah serotonin dan dopamine di otak, serta peningkatan peptide otak yang berlebihan. Hiperserotoninemia merupakan kondisi dimana kandungan serotonin yang tinggi di otak, sementara hiperdopaminergik merupakan kondisi dimana kandungan dopamine yang tinggi dalam darah. Selain itu, ketidakseimbangan jumlah serotonin dan dopamine di otak menyebabkan kacau balaunya impuls saraf di otak, sementara peningkatan peptide otak yang berlebihan menyebabkan terjadinya gangguan perilaku pada anak autis karena jumlahnya yang berlebihan mengganggu pengaturan saraf di otak.

3) Faktor Neuroanatomi

  Sebagian besar ahli sepakat bahwa gangguan spektrum autis berhubungan dengan perkembangan otak abnormal yang muncul akibat interaksi faktor genetik dan lingkungan (Sousa, 2016: 300-306; Boutot & Tincani, 2009: 38-40; Heflin & Alaimo, 2007: 51-69). Dengan kata lain, otak anak autis tidak berkembang dan bekerja seperti seharusnya. Berikut adalah kemungkinan gangguan otak yang dialami anak autis:

  a) Kelainan anatomi dan fungsi otak Kelainan anatomi dan fungsiotak terjadi pada bagian lobus

  

parientalis, cerebellum, dan system limbic (amygdala dan

hippocampus). Pada anak autis, lekukan otak cenderung lebih

  lebar dan jumlah sel otak di lobus parientalis cenderung berkurang sehingga berakibat tidak peduli/perhatian terhadap lingkungan. Cerrebelum atau otak kecil bertanggung jawab terhadap proses sensoris, daya ingat, berpikir, belajar bahasa, atensi/perhatian sehingga kelainan yang ada dapat menyebabkan anak kurang perhatian atau jika memiliki perhatian yang terpusat pada hal tertentu maka sulit beralih (Azwandi, 2005). Sementara itu, hippocampus bertanggung jawab atas fungsi belajar dan daya ingat sehingga kelainan yang ada menyebabkan anak sulit menyimpan informasi baru, sedangkan Amygdala bertanggung jawab atas fungsi agresi dan emosi serta rangsang sensoris (penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa takut) sehingga kelainan yang ada menyebabkan terganggunya kontrol terhadap reaksi emosi dan perilaku agresif.

  Untuk memperdalam pemahaman anda terkait dengan kelainan anatomi dan struktur otak anak autis, Anda dapat mempelajari bahan kajian berikut ini:

  https://jurnalpediatri.com/2011/10/24/gangguan-strukstur- dan-fungsi-otak-penderita-autism/

  b) Gangguan neurotansmiter. Di dalam otak anak dengan autisme juga sering didapatkan kelainan neurotransmitter (Azwandi, 2005). Neurotransmeitter adalah senyawa kimia dalam otak yang berfungsi meneruskan sinyal dalam otak. Gangguan pada neurotransmitter menyebabkan sinyal dalam otak kurang dapat diteruskan dengan baik sehingga proses yang terjadi pada otak menjadi terganggu (Yapko, 2003).

  c) Gangguan pada mirror neuron. Mirror neuron adalah sel saraf yang berfungsi dalam kemampuan imitasi, kemampuan memahami emosi dan perilaku orang, serta empati. Gangguan pada neuron ini menyebabkan anak dengan gangguan spectrum autis kesulitan untuk memahami emosi orang lain dan kesulitan untuk berempati.

  4) Faktor Metabolisme

  Menurut data yang ada 60% anak autistik mempunyai sistem pencernaan kurang sempurna. Beberapa penelitian anak autis

  menunjukkan adanya gangguan metabolisme sehingga s istem

  metabolisme tubuh pada anak autis cenderung tidak berfungsi secara optimal, salah satunya pada sistem pencernaannya.

  5) Faktor Autoimun Tubuh

  Autoimun pada anak dapat merugikan perkembangan tubuhnya sendiri karena zat-zat yang bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit, sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya (Winarno, 2013).

c. Faktor Lingkungan

  Keracunan logam berat dapat terjadi pada anak yang tinggal dekat tambang batu bara, emas, dan sebagainya. Keracunan logam berat juga dapat terjadi melalui makanan yang dikonsumsi ibu yang sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi. Menurut penelitian, diketahui dalam tubuh anak-anak autis terkandung timah hitam dan merkuri dalam kadar yang relatif tinggi. Namun demikian, interaksi antara factor genetic dan lingkungan lebih diyakini oleh para ahli. Sebagai contoh, seseorang yang sering terpapar logam berat belum tentu akan mengalami gangguan spectrum autis bila tidak ada faktor genetik sebagai factor pemicu lain.

5. Rangkuman

  Kita telah membahas tentang factor-faktor penyebab gangguan spectrum autis. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa factor penyebab pasti dari gangguan spectrum autis belum diketahui hingga saat ini. Namun demikian, para ahli meyakini bahwa penyebab dari gangguan spectrum autis bersifat multifactor, artinya autis tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal namun merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor yang saling terkait. Selain itu, Faktor- faktor yang diyakini sebagai penyebab dari gangguan spectrum autis antara lain adalah faktor genetik (keturunan), faktor biologis, dan faktor lingkungan. Sementara itu, factor psikososial terkait pola asuh orangtua yang dingin dan cuek terhadap anak sudah tidak diyakini sebagai penyebab dari terjadinya gangguan spectrum autis seiring dengan berkembangnya penelitian-penelitian terkait dengan penemuan faktor genetik (keturunan), faktor biologis, dan faktor lingkungan sebagai penyebab dari gangguan spectrum autis. Selain itu, interaksi antara factor genetic, biologis, dan lingkungan lebih diyakini oleh para ahli dapat menyebabkan gangguan spectrum autis dibandingkan peran dari setiap factor secara tunggal dalam memunculkan gangguan spectrum autis. Untuk memperdalam pemahaman anda terkait dengan materi factor penyebab anak dengan gangguan spektrum autis, Anda dapat mempelajari bahan kajian berikut ini:

  http://sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL%202017/?dir =Pendidikan%20Luar%20Biasa

  (Materi-Bacaan-BAB-5-PENGEMBANGAN-INTERAKSI-KOMUNIKASI- DAN-PERILAKU-BAGI-PESERTA-DIDIK-AUTIS_2)

  https://jurnalpediatri.com/2015/03/24/berbagai-penyebab-autis/ https://www.halopsikolog.com/3-faktor-penyebab-autisme-pada- anak/157/ http://ibudanmama.com/kesehatan/6-faktor-penyebab-autisme/

  6. Tugas

  Setelah Anda mempelajari materi di atas, Anda dapat mengerjakan tugas-tugas berikut ini untuk memperdalam pemahaman Anda terkait dengan materi-materi tersebut:

  a. Carilah sumber referensi lain yang mendukung pengetahuan terkait faktor genetik sebagai factor penyebab gangguan spektrum autis! b. Carilah sumber referensi lain yang mendukung pengetahuan terkait faktor biologis sebagai factor penyebab gangguan spektrum autis! c. Carilah sumber referensi lain yang mendukung pengetahuan terkait faktor lingkungan sebagai factor penyebab gangguan spektrum autis! d. Buatlah kesimpulan dalam bentuk ringkasan tertulis tentang factor penyebab dari gangguan spektrum autis!

  7. Tes Formatif

  Untuk mengukur keberhasilan belajar Anda pada kegiatan belajar ini, silakan Anda kerjakan tes berikut ini.

  Berilah tanda silang (X) pada salah satu huruf A, B, C, D, atau E pada jawaban yang Anda anggap benar!

  1. Factor penyebab autis yang diyakini oleh para ahli adalah sebagai berikut, kecuali ... .

  A. faktor genetik

  B. faktor biologis

  C. faktor metabolisme

  D. faktor lingkungan

  E. faktor pola asuh orangtua

  2. Berikut ini adalah factor yang paling diyakini sebagai penyebab dari munculnya gangguan autis, yaitu ... .

  A. faktor genetik

  B. faktor biologis

  C. faktor metabolisme

  D. faktor lingkungan

  E. interaksi antara faktor genetic, biologis, dan lingkungan

  3. Teori yang menjelaskan bahwa autis disebabkan oleh pola asuh ibu yang dingin dan cuek yaitu teori ... .

  A. The Frigid Mother

  B. The Refrigerator

  C. The Frigid

  D. The Mother

  E. The Bad Mother 4. Faktor penyebab autis bersifat ... .

  A. unifaktor

  B. multifaktor

  C. pasti

  D. tunggal

  E. konsisten

  5. Contoh factor lingkungan sebagai factor penyebab terjadinya autis yaitu ... .

  A. gangguan pencernaan pada anak autis

  B. peningkatan peptide otak yang berlebihan

  C. keracunan logam berat

  D. factor autoimun tubuh

  E. gangguan neurotansmiter

  6. Faktor biokimia otak pada anak autis ditunjukkan dengan adanya kondisi berikut, kecuali … .

  A. ketidakseimbangan jumlah serotonin dan dopamine di otak

  B. peningkatan peptide otak yang berlebihan

  C. hiperactivity

  D. hiperdopaminergik

  E. hiperserotoninemia

  7. Penyebab dari gangguan spectrum autis yang tidak hanya disebabkan oleh satu faktor tunggal namun merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor yang saling terkait disebut .... .

  A. unifaktor

  B. kontinue

  C. berkesinambungan

  D. multifaktor

  E. konsisten

8. Kelainan anatomi dan fungsi otak pada anak autis biasanya terjadi pada bagian berikut ini, kecuali … .

  A. lobus parientalis

  B. serotonin dan dopamine

  C. cerebellum

  D. amygdala dan hippocampus

  E. system limbic

9. Bagian amygdala pada otak bertanggung jawab atas … .

  A. fungsi perhatian

  B. fungsi bahasa

  C. fungsi berpikir

  D. fungsi agresi dan emosi

  E. fungsi daya ingat

10. Bagian hippocampus pada otak bertanggung jawab atas … .

  A. fungsi perhatian

  B. fungsi bahasa

  C. fungsi sensoris

  D. fungsi agresi dan emosi

  E. fungsi belajar dan daya ingat

C. KEGIATAN BELAJAR 3: KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK AUTIS

  1. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

  Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda akan dapat menguasai konsep teoritis anak berkebutuhan khusus sebagai dasar untuk mengembangkan layanan pendidikan yang tepat, khususnya menguasai konsep teoritis anak dengan gangguan spektrum autis.

  2. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

  Sementara itu, sub capaian pembelajaran dalam kegiatan belajar ini adalah: a. Mengetahui klasifikasi gangguan spektrum autis

  b. Mengetahui karakteristik anak dengan gangguan spektrum autis

  3. Pokok-Pokok Materi

  Selanjutnya, pokok-pokok materi dalam kegiatan belajar ini adalah:

  a. Klasifikasi gangguan spektrum autis

  b. Karakteristik anak dengan gangguan spektrum autis

  4. Uraian Materi

  Untuk dapat menguasai capaian pembelajaran seperti yang tersebut di atas, Anda dapat mempelajari materi-materi berikut ini.

a. Klasifikasi Gangguan Spektrum Autis

  Dalam materi ini, Anda akan mempelajari tentang klasifikasi dari gangguan spectrum autis. Apa saja jenis dan klasifikasi dari gangguan spectrum autis? Berdasarkan apa, gangguan spectrum autis dapat diklasifikasikan? Anda dapat menyimak dan mempelajarinya pada materi berikut ini.

  Ada berbagai klasifikasi dari gangguan spektrum autis dilihat dari berbagai aspek. Salah satu klasifikasi dari gangguan spektrum autis adalah klasifikasi dari DSM IV-TR (APA, 2000). Dalam DSM IV- TR (APA, 2000), gangguan spektrum autis diistilahkan dengan

  Pervasive Developmental Disorder (PDD) yaitu gangguan

  perkembangan pervasif. Selanjutnya, Pervasive Developmental

  Disorders (PDD) atau disebut juga gangguan spectrum autis tersebut

  diklasifikasikan menjadi 5 tipe yaitu (APA, 2000): 1) Autis (Autistic Disorder)

  Autis merupakan gangguan pada kominikasi dan interaksi social, serta minat yang terbatas dan perilaku yang berulang, yang muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. 2) Sindrom Asperger (

  Asperger’s Disorder) Sindrom ini ditemukan oleh Hans Asperger pada tahun 1944.

  Gejala khas yang timbul adalah gangguan interaksi sosial ditambah gejala keterbatasan dan pengulangan perilaku, ketertarikan dan aktivitas. Anak Asperger cenderung memiliki kemampuan bahasa dan komunikasi yang cukup baik serta tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasanya. Untuk memperdalam pemahaman anda terkait dengan sindrom Asperger, Anda dapat mempelajari bahan kajian berikut ini:

  http://www.rumahautis.org/artikel/apa-itu-sindrom-asperger- gejala-penyebab-diagnosis https://www.docdoc.com/id/info/condition/sindrom-asperger/ https://www.halopsikolog.com/apa-itu-sindrom-asperger/455/

  3) Sindrom Rett (

  Rett’s Disorder)

  Sindrom Rett adalah penyakit degeneratif, ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif), lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki, pernah mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakan- gerakan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun. Gejala dapat dimulai usia 6 bulan hingga usia 18 bulan.

  Untuk memperdalam pemahaman anda terkait dengan sindrom Rett, Anda dapat mempelajari bahan kajian berikut ini:

  https://student.cnnindonesia.com/inspirasi/20160302140127- 322-114840/sindrom-ini-termasuk-autis-yang-langka-kenali- gejalanya

  4) Gangguan Disintegratif Masa Kanak-Kanak (Childhood

  Disintegrative Disorder)

  Anak yang berkembang normal dalam usia 2 tahun pertama (seperti: kemampuan komunikasi, sosial, bermain dan perilaku), namun secara bermakna kemampuan itu terganggu sebelum usia 10 tahun, yang terganggu di antaranya adalah kemampuan: bahasa, kemampuan sosial, kemampuan buang air besar dan buang air kecil di toilet, bermain dan kemampuan motorik. 5) Gangguan Perkembangan Pervasif Yang Tidak Spesifik

  (Pervasive Developmental Disorder-Not Otherwise Specified atau sering disingkat dengan PDD-NOS) Gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dengan autis dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme. Gangguan ini juga sering disebut sebagai atypical autism. Untuk memperdalam pemahaman anda terkait dengan Pervasive

  Developmental Disorder-Not Otherwise Specified, Anda dapat

  mempelajari bahan kajian berikut ini:

  https://jurnalpediatri.com/2013/12/13/gangguan-pdd-nos- pervasive-develompmental-disorder-not-otherwise-specified/

  Sementara itu, gangguan spektrum autis pada DSM V tidak diklasifikasikan menjadi berbagai tipe seperti pada DSM IV-TR. Dalam DSM V, berbagai tipe autis dibahas menjadi satu kesatuan sebagai gangguan spectrum autis yang setara dengan istilah

  Pervasive Developmental Disorders (PDD) yang terdapat pada DSM

  IV-TR. Selanjutnya, DSM V (APA, 2013) mengklasifikasikan gangguan spectrum autis berdasarkan derajat berat ringannya menjadi tiga derajat berdasarkan aspek komunikasi dan interaksi social serta aspek ketertarikan yang terbatas dan perilaku berulang, yaitu derajat 1, derajat 2, dan derajat 3. Secara lebih rinci, klasifikasi tersebut dapat dilihat pada table 3.1 berikut ini.

Tabel 3.1. Klasifikasi Gangguan Spektrum Autis menurut DSM-V

  Derajat Autistik Komunikasi dan Ketertarikan yang Interaksi Sosial terbatas dan perilaku berulang Derajat 1 Dapat berinteraksi sosial Keterbatasan yang

  Membutuhkan tanpa bantuan, nyata paling tidak pada dukungan/bantuan walaupun mengalami satu hal. ringan kendala atau kekurangan dalam komunikasi sosial

  Derajat 2

  Ditandai dengan Ditandai dengan Membutuhkan kekurangan dan keterbatasan yang dukungan/bantuan keterbatasan dalam nyata dalam beberapa sedang berinteraksi serta dalam hal. memberikan respon secara social

  Derajat 3 Kemampuan Ditandai dengan

  Sangat berkomunikasi sosial adanya keterbatasan membutuhkan yang terbatas yang nyata dalam dukungan/bantuan kehidupan sehari-hari.

  Derajad autistik tersebut di atas tampaknya sejalan dengan pengklasifikasian yang didasarkan pada fungsi kecerdasan penyandang autis, yang juga dikategorikan dalam 3 tingkatan, yaitu (Garguilo, 2012):

  1) Fungsi kecerdasan rendah (Low Functioning Intelligence).
Jika anak masuk ke dalam kategori low functioning intelligence, maka kecil kemungkinan untuk dapat diharapkan untuk hidup mandiri secara penuh, ia tetap akan memerlukan bantuan orang lain. 2) Fungsi kecerdasan menengah (Medium Functioning Intelligence).

  Jika anak masuk ke dalam kategori medium functioning

  

intelliegence maka anak memungkinkan untuk dilatih

  bermasyarakat dan mempunyai kesempatan yang cukup baik bila diberikan pendidikan khusus yang dirancang secara khusus untuk penyandang autis. 3) Fungsi kecerdasan tinggi (High Functioning Intelligence). Jika anak masuk ke dalam kategori high functioning intelligence, maka dengan pendidikan yang tepat, diharapkan dapat hidup secara mandiri bahkan dimungkinkan dapat berprestasi, dapat juga hidup berkeluarga.

  Anda telah mempelajari materi terkait berbagai klasifikasi anak dengan gangguan spectrum autis. Untuk memperdalam pemahaman Anda terkait dengan materi klasifikasi anak dengan gangguan spektrum autis, Anda dapat mempelajari bahan kajian berikut ini:

  https://jurnalpediatri.com/2013/12/13/5-jenis-gangguan- gangguan-spektrum-autism-autism-spectrum-disorders-asd/