MATERI PENDALAMAN PPKn Kelas 12

(1)

MATERI PENDALAMAN PPKn-XII

1. Unsur-unsur Terbentuknya Negara

Dalam rumusan Konvensi Montevideo (1933) menyatakan bahwa "Negara sebagai suatu pribadi hukum intemasional seharusnya memiliki kualifikasi-kualifikasi berikut:

(a) Penduduk yang menetap; (b) Wilayah tertentu;

(c) Suatu pemerintahan; dan

(d) Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara lain".

2. Sifat hakekat negara.

Miriam Budiardjo setiap negara mempunyai sifat memaksa, sifat monopoli dan mencakup semua.

1. Sifat Memaksa

Artinya mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal. Sarana itu adalah polisi, tentara, dan sebagainya.

2. Sifat Monopoli

Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama. Contoh: menjatuhkan hukuman kepada setiap warga negara yang melanggar peraturan, menjatuhkan hukuman mati, mewajibkan warga negaranya untuk mengangkat senjata kalau negaranya diserang oleh musuh, memungut pajak dan menentukan mata uang yang berlaku dalam wilayahnya, melarang aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu yang dinilai bertentangan dengan tujuan masyarakat.

3. Sifat Mencakup Semua

Semua peraturan perundang-undangan (misalnya keharusan membayar pajak) berlaku untuk semua orang tanpa kecuali hal ini memang diperlukan, karena kalau seseorang dibiarkan berada di luar ruang lingkup aktivitas negara, maka usaha negara kearah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan pula. Lagi pula menjadi warganegara tidak berdasarkan kemauan sendiri (involutary membership) dan hal ini berbeda dengan asosiasi lain dimana keanggotaanya bersifat sukarela.

3. Sifat hakekat negara.

Menurut Miriam Budiardjo dalam buku “Dasar-Dasar Ilmu Politik” (1996), fungsi pokok negara, yaitu :

1. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah konflik-konflik yang terjadi di masyarakat.


(2)

melaksanakan pembangunan di segala bidang.

3. Mengupayakan aspek pertahanan dan keamanan, guna menjaga serangan dari luar dan rongrongan dari dalam negeri. Untuk ini, negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

4. Menegakkan keadilan bagi segenap rakyatnya melalui badan-badan pengadilan yang telah ada dan diatur dalam konstitusi negara.

Menurut Charles E. Merriem dalam buku “The Making of Citizens: A Comparative Study of Methods of Civic Training” (1961), ada lima fungsi negara, yaitu:

1. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan peradilan yang ada. 2. Perlindungan. Negara mempunyai fungsi perlindungan, yakni memberi perlindungan terhadap warga negaranya, baik yang ada di dalam maupun di luar negeri

3. Pertahanan. Guna menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup, negara mempunyai fungsi pertahanan. Untuk menghindari segala kemungkinan ancamanan serangan dari dalam maupun luar, maka negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan.

4. Melaksanakan penertiban. Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah berbagai bentrokan dalam masyarakat, negara harus melaksanakan fungsi penertiban.

5. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat

4. Cita-cita dan tujuan nasional Bangsa Indonesia tercantum didalam Pembukaan UUD 1945 alinea II dan IV

Alinea II : Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Alinea IV : Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…

5. Teori terjadinya negara adalah sebagai berikut. 1. Teori Ketuhanan

Teori ini memiliki pengertian bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Tuhan. Demikian juga negara terjadi atas kehendak Tuhan. Bukti nyata teori ini dapat dilihat dalam kalimat ”by the Greece of God” pada undang-undang dasar suatu negara, seperti Pembukaan UUD 1945. Penganut teori ini adalah F.Y. Stahl, Kranenburg, Thomas Aquino, Haller, dan Agustinus.

2. Teori Perjanjian


(3)

mengadakan perjanjian untuk mendirikan suatu organisasi yang melindungi dan menjamin kelangsungan hidup bersama. Negara pada dasarnya adalah wujud perjanjian dari masyarakat sebelum bernegara untuk kemudian menjadi masyarakat bernegara.

Penganut teori ini adalah Thomas Hobbes, John Locke, J.J. Rousseau, dan Montesquieu. 3. Teori Kekuasaan

Teori ini menyatakan bahwa negara terjadi atas dasar kekuasaan. Kekuasaan berarti perjuangan hidup yang terkuat memaksakan kemauannya kepada yang lemah. Teori terjadinya negara menurut teori ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kekuasaan fisik dan kekuasaan ekonomi.

Penganut teori ini adalah Harold J. Laski, Leon Duguit, Karl Marx, Oppenheiner, dan Koelikles.

4. Teori Kedaulatan

Berdasarkan teori ini, terjadinya negara adalah sebagai berikut.

1. Teori kedaulatan negara, yaitu negara memegang kekuasaan tertinggi untuk menciptakan hukum demi mengatur kepentingan rakyat. Penganut teori ini adalah Paul Laband dan Jellinek.

2. Teori kedaulatan hukum, yaitu hukum memegang peranan tertinggi dan kedudukannya lebih tinggi dari negara. Penganut teori ini adalah Krabbe.

5. Teori Hukum Alam

Menurut teori ini, terjadinya negara karena kekuasaan alam yang berlaku setiap waktu dan tempat, serta bersifat universal dan tidak berubah. Menurut teori hukum alam, terjadinya negara adalah sesuatu yang alamiah terjadi. Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas Aquino.

6. Pengertian hukum, menurut:

(1) E. Utrecht (Utrecht : 1962). Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib masyarakat sehingga harus ditaati.

(2) J.C.T. Simorangkir (J.C.T. Simorangkir : 2006). Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat dan dibuat oleh lembaga berwenang.

(3) Mr. E.M. Meyers (E.M. Meyers : 1989). Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan. Ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman bagi penguasa-penguasa negara dalam melakukan tugasnya.


(4)

Berdasarkan pendapat para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan hukum adalah memenuhi rasa keadilan, membawa kemanfaatan bagi masyarakat dan harus mampu menjamin kepastian hukum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

1. mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada masyarakat; 2. menciptakan keadilan dan ketertiban;

3. menciptakan pergaulan hidup antar anggota masyarakat; 4. menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada masyarakat; 5. memberi petunjuk dalam pergaulan masyarakat.

Selain memiliki tujuan, hukum juga memiliki fungsi dasar, yaitu:

1. melindungi masyarakat dari ancaman bahaya (fungsi perlin- dungan); 2. menjaga dan memberikan keadilan bagi manusia (fungsi keadilan);

3. digunakan untuk arah dan acuan, tujuan, serta pelaksanaan pembangunan (fungsi pembangunan).

8. Unsur-unsur hukum, adalah :

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dan pergaulan hidup masyarakat. 2. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

3. Peraturan-peraturan itu dilakukan oleh badan -badan resmi negara. 4. Peraturan itu bersifat memaksa.

9. Sumber Hukum

Macam-macam sumber hukum formal, antara lain undang-undang, traktat, kebiasaan (hukum tidak tertulis), doktrin, dan yurisprudensi.

1. Undang-Undang

Pengertian undang-undang dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu undang-undang dalam arti material dan undang-undang dalam arti formal.

1. Undang-undang dalam arti material, adalah setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dilihat dari isinya disebut undang-undang dan mengikat setiap secara umum. Di dalam UUD 1945, dapat kita jumpai beberapa contoh, seperti: Undang-Undang Dasar, Ketetapan MPR, Undang-Undang, Perpu, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Peraturan Daerah.

2. Undang-undang dalam arti formal, adalah setiap keputusan penguasa yang dilihat dari bentuknya dan cara terjadinya dapat disebut undang- undang. Jadi undang-undang dalam arti formal tidak lain merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan undang-undang karena cara pembentukannya. Misalnya, ketentuan pasal 5 ayat (1) UUD 1945 (amandemen) yang berbunyi


(5)

"Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat".

2. Kebiasaan hukum tidak tertulis

Kebiasan merupakan tindakan menurut pola tingkah laku yang tetap, ajeg, lazim, normal dalam masyarakat atau pergaulan hidup tertentu. Di dalam masyarakat, keberadaan hukum tidak tertulis (kebiasaan) diakui sebagai salah satu norma hukum yang dipatuhi. Kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan kemudian diterima serta diakui oleh masyarakat. Dalam praktik penyelenggaraan negara, hukum tidak tertulis disebut konvensi.

3. Yurisprudensi

Yurisprudensi adalah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam memutuskan perkara yang serupa.

4. Perjanjian Intemasional

Perjanjian Intemasional adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara atau lebih mengenai persoalan-persoalan tertentu yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, traktat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Traktat bilateral, adalah perjanjian yang dibuat oleh dua negara. Traktat ini bersifat tertutup, karena hanya melibatkan dua negara yang berkepentingan. Misalnya, masalah Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC.

2. Traktat multilateral, adalah perjanjian yang dibuat atau dibentuk oleh lebih dari dua negara. Traktat ini bersifat terbuka bagi negara-negara lainnya untuk mengikatkan diri (PBB, NATO, Pakta Warsawa, ASEAN, Gerakan Non Blok, dan sebagainya).

Pembuatan traktat, biasanya melalui tahap-tahap berikut ini.

1. Penetapan isi perjanjian dalam bentuk konsep yang dibuat/disampaikan oleh delegasi negara yang bersangkutan.

2. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat masing-masing.

3. Ratifikasi atau pengesahan oleh kepala negara masing-masing sehingga sejak saat itu traktat dinyatakan berlaku di seluruh wilayah negara.

4. Pengumuman, yaitu penukaran piagam perjanjian.

Setelah diratifikasi oleh DPR dan kepala negara, traktat tersebut menjadi undang-undang dan merupakan sumber hukum formal yang berlaku.

5. Doktrin

Doktrin merupakan pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya.


(6)

1. Dalam hukum ketatanegaraan, kita mengenai doktrin, dari Montesquieu, yaitu Trias Politica yang membagi kekuasaan menjadi tiga bagian yang terpisah, yakni:

1. Kekuasaan eksekutif (kekuasaan untuk melaksanakan undang- undang) 2. Kekuasaan legislatif (kekuasaan untuk membuat undang-undang)

3. Kekuasaan yudikatif (kekuasaan untuk mengadili pelanggaran undang-undang)

2. Doktrin yang dikemukakan oleh para ahli hukum (fukaha), seperti Imam Malik, Hanafi, Syafii dan Hambali yang dijadikan pegangan oleh para hakim (qadi) dalam memutuskan perkara.

10. KEKUASAAN KEHAKIMAN

Pasal 24

1. Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. ***)

2. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badanperadilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkunganperadilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. ***)

3. Badan-badanlain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakimandiatur dalam Undang-Undang.****)

Pasal 24A

1. Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan per Undang-Undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang.***)

2. Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela,adil, profesional, dan berpengalaman di bidang hukum. ***)

3. Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan PerwakilanRakyat untuk mendapatkan persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagaihakim agung oleh Presiden. ***)

4. Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.***)

5. Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan Undang-Undang.***)


(7)

1. Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. ***)

2. Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman dibidang hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.***)

3. Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden denganpersetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. ***)

4. Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur denganundang-undang.***) Pasal 24C

1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. ***)

2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DewanPerwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atauWakil Presiden menurut Undang-UndangDasar. ***)

3. Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang anggota hakim konstitusiyang ditetapkan oleh Presiden, yang diajukan masingmasingtiga orangoleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh Dewan Perwakilan Rakyat, dan tigaorang oleh Presiden. ***)

4. Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh hakimkonstitusi. ***) 5. Hakim konstitusi harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidaktercela, adil, negarawan yang menguasai konstitusi dan ketatanegaraan,serta tidak merangkap sebagai pejabat negara. ***)

6. Pengangkatan dan pemberhentian hakim konstitusi, hukum acara sertaketentuan lainnya tentang Mahkamah Konstitusi diatur dengan undangundang. ***)

11. Mahkamah Agung

Mahkamah Agung adalah lembaga tinggi negara dan pengadilan negara tertinggi dari semua lingkungan pengadilan. Dalam melaksanakan tugasnya. Mahkamah Agung terlepas dari pengaruh pemerintah dan pengaruh-pengaruh lainnya.

Tugas dan wewenang Mahkamah Agung adalah 1. Memeriksa dan memutus


(8)

1. permohonan kasasi,

2. sengketa tentang kewarganegaraan, dan

3. permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2. Memutuskan permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan tingkat banding dan tingkat akhir dari semua lingkungan peradilan.

3. Dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan pengadilan karena

1. Tidak berwenang atau melampaui batas kewenangan. 2. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku.

3. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya puluhan undang-undang.

4. Menyatakan tidak sah semua peraturan perundang-undangan dari tingkat yang lebih rendah daripada undang-undang atas alasan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Kewenangan Mahkamah Agung menurut UU No. 4 Tahun 2004 adalah:

1. Mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung.

2. Menguji peraturan perundangan di bawah undang terhadap undang-undang.

3. dan kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang.

Fungsi hukum adalah

(1) melindungi masyarakat dari ancaman bahaya, (2) menjaga dan memberikan keadilan bagi manusia,

(3) digunakan untuk arah dan acuan, tujuan, serta pelaksanaan pembangunan

12. Mahkamah Konstitusi

Lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman selain Mahkamah Agung adalah Mahkamah Konstitusi. Keberadaan Mahkamah Konstitusi sangat penting karena untuk menjalankan fungsi peradilan terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan judicial review, sengketa kewenangan antarlembaga negara, pembubaran partai politik, dan hasil pemilihan umum.

Kewenangan Mahkamah Konstitusi menurut Pasal 24C UUD Negara RI Tahun 1945 adalah mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk:


(9)

1. Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.

2. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewe- nangannya diberikan oleh undang-undang dasar.

3. Memutus pembubaran partai politik.

4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Mahkamah Konstitusi juga memiliki kewajiban untuk memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan atau wakil presiden menurut undang-undang dasar.

13. Korupsi

Istilah korupsi seringkali diikuti dengan istilah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Transparency Internasional memberikan definisi tentang korupsi sebagai perbuatan menyalahgunakan kekuasaan dan kepercayaan public untuk keuntungan pribadi. Dalam definisi tersebut, terdapat tiga unsur dari pengertian korupsi yaitu:

1. Menyalahgunakan kekuasaan

2. Kekuasaan yang dipercayakan (baik di sector public maupun swasta), memiliki akses bisnis atau keuntungan materi

3. Keuntungan pribadi (tidak selalu hanya untuk pribadi orang yang menyalahgunakan kekuasaan, tetapi juga anggota keluarganya dan teman- teman)

Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001, korupsi adalah perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri sendri/orang lain (perseorangan atau korporasi) yang dapat merugikan/perekonomian Negara.

Unsur-unsur yang harus dipenuhi agar suatu perbuatan dapat dianggap sebagai korupsi adalah:

1. Secara melawan hukum;

2. Memperkaya diri sendiri/orang lain; dan

Dapat merugikan keuangan/perekonomian negara.

14. Hak Azasi Manusia

HAM merupakan hak dasar yang dimiliki setiap manusia sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sejak ia lahir hingga meninggal.

Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.


(10)

Menurut John Locke (A. Ubaedillah : 2008), hak asasi adalah hak yang diberikan langsung oleh Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Artinya, hak yang dimiliki manusia menurut kodratnya tidak dapat dipisahkan dari hakikatnya, sehingga sifatnya suci.

Ciri Khusus Hak Asasi Manusia

Dibandingkan dengan hak-hak yang lain, hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus, terutama karena asasinya. Ciri khusus hak asasi manusia adalah sebagai berikut.

1. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia yang sudah ada sejak lahir.

2. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya.

Memang persamaan adalah salah satu dari ide-ide hak asasi manusia yang mendasar. 3. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau diserahkan.

4. Tak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua hak, apakah hak sipil dan politik, atau hak ekonomi, sosial dan budaya.

Klasifikasi Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia terdiri atas hak hidup, hak memiliki sesuatu, dan hak kemerdekaan. Berpedoman pada tiga macam hak asasi manusia itu, dikembangkan macam hak asasi manusia menurut kemajuan budaya. Macam-macam hak asasi manusia adalah sebagai berikut.

1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)

Contohnya: hak kemerdekaan memeluk agama, beribadah, menyatakan pendapat, dan kebebasan berorganisasi.

2. Hak Asasi Ekonomi (Properti Rights)

Contohnya: hak memiliki sesuatu, hak membeli dan menjual sesuatu, dan hak mengadakan perjanjian/kontrak.

3. Hak Persamaan Hukum (Rights of Legal Equality)

Contohnya: hak mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam keadilan hukum dan pemerintahan.

4. Hak Asasi Politik (Political Rights)

Contohnya: hak memilih dan dipilih dalam pemilu, hak mendirikan partai, dan hak mengajukan petisi atau kritik.

5. Hak Asasi Sosial dan Kebudayaan (Social and Cultural Rights)

Contohnya: hak mendapatkan pendidikan, hak memilih pendidikan, dan hak mengembangkan kebudayaan.


(11)

6. Hak Asasi Perlakuan Tata Cara Peradilan dan Perlindungan Hukum (Procedural Rights) Contohnya: hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam penggeledahan.

Pengadilan HAM

Pengadilan HAM dibentuk berdasar Undang-Undang No. 26 Tahun 2000. Pengadilan HAM sebagai pengadilan khusus yang berada di bawah lingkungan peradilan umum dan berkedudukan ditingkat kabupaten/kota.

Pengadilan HAM khusus mengadili pelanggaran HAM berat. Adapun yang dimaksud dengan pelanggaran HAM berat adalah kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan (ps.7).

1. Genosida

Genosida adalah usaha sistematis untuk menghabisi suatu kaum atau suku bangsa oleh suku bangsa lain. Genosida adalah tindakan pelanggaran hak asasi manusia yang paling mengerikan dan membahayakan bagi kehidupan suatu bangsa.

Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:

1. membunuh anggota kelompok;

2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota- anggota kelompok;

3. menciptkan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;

4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah 5. kelahiran di dalam kelompok; atau

6. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu kekelompok lain. 2. Kejahatan Kemanusiaan

Kejahatan kemanusiaan adalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik dan diketahui bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. Contoh: Kekejaman Polpot saat memerintah sebagai Presiden Kamboja (1975 -1979), kekejaman Tentara Serbia

Bosnia terhadap penduduk sipil Bosnia di tahun 1990-an dalam perang Balkan. Serangan Kejahatan Kemanusiaan tersebut menimbulkan:

1. pembunuhan, 2. pemusnahan, 3. perbudakan,


(12)

5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik orang lain secara sewenang-wenang sehingga melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional.

6. Penyiksaan

7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk - bentuk kekerasan seksual lain yang setara.

8. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional.

9. Penghilangan orang secara paksa.

10. KejahatanApartheid, yaitu sistem politik yang diskriminatif terhadap manusia atas dasar pembedaan ras, agama, dan suku bangsa.

3. Pengadilan Ad Hoc HAM

Pengadilan Ad Hoc HAM. yaitu pengadilan khusus untuk kasus-kasus HAM yang terjadi sebelum diberlakukannya Undang-Undang No. 2A Tahun 2000. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi yaitu penjelasan kasus HAM di luar pengadilan HAM.

Pelanggaran terhadap hak asasi manusia dapat dilakukan oleh dua pihak yaitu: 1. pihak negara dalam hal ini aparat negara atau pemerintah (state actors), 2. pihak masyarakat atau warga negara (non state actors).

Pendekatan dalam Upaya Penegakan HAM 1. Penegakan melalui Pencegahan

Penegakan HAM melalui pencegahan antara lain dilakukan dalam bentuk upaya-upaya sebagai berikut.

1. Penciptaan perundang-undangan HAM yang semakin lengkap, termasuk di dalamnya ratifikasi berbagai instrument HAM intemasional.

2. Penciptaan lembaga-lembaga pemantau dan pengawas pelaksanaan HAM. Lembaga ini bisa merupakan lembaga negara yang bersifat independen (misalnya Komnas HAM) maupun lembaga-lembaga yang dibentuk atas inisiatif masyarakat (berbagai organisasi non-pemerintah/LSM yang bergerak dalam bidang pemantauan HAM /human rights watch)

3. Penciptaan perundang-undangan dan pembentukan lembaga peradilan HAM

4. Pelaksanaan pendidikan HAM kepada masyarakat melalui pendidikan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam hal ini, media massa cetak maupun elektronik serta organisasi nonpemerintah/LSM yang bergerak dalam penyadaran masyarakat memiliki peran yang amat besar.


(13)

2. Penegakan melalui Penindakan

Adapun penegakan HAM melalui penindakan antara lain dilakukan dalam bentuk upaya-upaya sebagai berikut.

1. Pelayanan, konsultasi, pendampingan, dan advokasi bagi masyarakat yang menghadapi kasus HAM. Dalam hal ini, lembaga-lembaga bantuan hukum serta organisasi non-pemerintah yang bergerak di bidang advokasi masyarakat memainkan peran penting.

2. Penerimaan pengaduan dari korban pelanggaran HAM. Dalam hal ini Komnas HAM, lembaga-lembaga bantuan hukum, dan LSM HAM memiliki peran penting.

3. Investigasi, yaitu pencarian data, informasi, dan fakta yang berkaitan dengan peristiwa dalam masyarakat yang patut diduga merupakan pelanggaran HAM. Investigasi ini merupakan tugas Komnas HAM. Namun, pada umumnya LSM HAM maupun media massa juga melakukannya secara independen.

4. Penyelesaian perkara melalui perdamaian, negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan penilaian ahli. Komnas HAM bertugas dan berwenang melakukan proses ini.

5. Penyelesaian perkara pelanggaran HAM berat melalui proses peradilan di pengadilan HAM. Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida (menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, dan kelompok agama dengan cara-cara tertentu) dan kejahatan terhadap kemanusiaan (serangan yang meluas dan sistematik yang ditujukan secara langsung kepada penduduk sipil).

6. Penanganan Pelanggaran HAM di Indonesia

Di Indonesia pemah terjadi sebagai Kasus-kasus pelanggaran HAM. Dari beberapa kasus tersebut, ada yang sudah dipersidangan di pengadilan. Dibawah ini kasus disampaikan beberapa contoh peristiwa/kasus serta upaya-upaya penanganannya.

1. Kasus Tanjung Priok (1984) 2. KasusMarsinah (1993)

3. Kasus Tri Sakti /Semanggi I & Semanggi I & II (1998)

4. Kasus Kerusuhan Timor-Timor Pasca Jajak Pendapat (Referendum) 1999 Timor Leste akhimya resmi berpisah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah hasiljajak pendapat dimenangkan oleh kelompok yang menolak otonomi khusus padabulanAgustus 1999.

5. Kasus Pembunuhan Theys Hiyo E Luay (2001) 6. Kasus Pembunuhan Munir

Hambatan dan Tantangan Penegakkan HAM di Indonesia 1. Hambatan


(14)

yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. 1. Hambatan dari Luar negeri

Hambatan yang berasal dari luar negeri antara lain, pengaruh ideologi Liberalisme. Liberalisme berasal dari kata liberal yang berarti berpendirian bebas. Liberalisme adalah suatu paham yang melihat manusia sebagai makhluk bebas. Artinya, manusia memiliki kemauan bebas dan merdeka serta harus diberikan kesempatan untuk memajukan diri sendiri dengan merdeka pula. Paham Liberalisme dilaksanakan di Eropa Barat, Amerika Serikat dan beberapa negara di Asia. Paham ini menghendaki hal-hal berikut.

1. Kekuasaan mutlak mayoritas atas minoritas sehingga dapat terjadi diktator mayoritas terhadap minoritas.

2. Lebih mengutamakan pemungutan suara niayoritas dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, kelompok kecil pendapatnya tidak akan dipertimbangkan dalam pengambilan putusan sehingga bisa menimbulkan rasa frustrasi.

2. Hambatan dari Dalam Negeri

Hambatan dari dalam negeri adalah sebagai berikut. 1. Keadaan geografis Indonesia yang luas

2. Wilayah Indonesia yang luas dengan jumlah penduduk yang menyebar di seluruh Nusantara menjadi kendala dalam komunikasi dan sosialisasi produk hukum dan perundang-undangan.

Menurut Prof. Baharuddin Lopa, S.H. dalam buku “Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum” (2001), disebutkan bahwa ada 4 (empat) macam pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia, yaitu sebagai berikut.

1. Masih kentalnya budaya ewuh pekewuh, yang membuka peluang terjadinya pelanggaran hak asasi manusia sehingga penegakannya, (enforcement) terganggu.

2. Adanya kecenderungan pada pihak-pihak tertentu, terutama yang memiliki kewenangan dan kekuasaan, saling tidak mampu mengekang.

3. Law enforcement masih lemah dan seringkali bersifat diskriminatif.

4. Adanya kebiasaan bahwa pihak yang memiliki wewenang dan kekuasaan, masih sering menyalahgunakannya.

Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa ada tantangan utama dalam penegakan HAM di Indonesia.

1. Budaya kekerasan seringkali masih menjadi pilihan berbagai kelompok masyarakat dalam menyelesaikan persoalan yang ada di antara mereka.


(15)

penegakan HAM dan mampu melaksanakan kebijakan HAM secara efektif, sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi.

3. Masih ada pihak-pihak yang berusaha menghidupkan kekerasan dan diskriminasi sistematis terhadap kaum perempuan ataupun kelompok masyarakat yang dianggap minoritas.

4. Rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada aparat pemerintah dan lembaga-lembaga penegak hukum.

5. Terjadinya komersialisasi media massa yang berakibat pada semakin minimnya keterlibatan media massa dalam pemuatan laporan investigatif mengenai HAM dan pembentukan opini untuk mempromosikan HAM.

6. Di sisi lain, masih lemahnya kekuatan masyarakat (civil society) yang mampu menekan pemerintah secara demokratis, sehingga pemerintah bersedia bersikap lebih peduli dan serius dalam menjalankan agenda penegakan HAM.

7.Budaya feodal dan korupsi menyebabkan aparat penegak hukum tidak mampu bersikap tegas dalam menindak berbagai pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pejabat atau tokoh masyarakat.

8.Ada sebagian warga masyarakat dan aparat pemerintah yang masih berpandangan bahwa HAM merupakan produk budaya Barat yang individualistik karena itu tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

9.Desentralisasi yang tidak diikuti dengan menguatnya profesionalitas birokrasi dan kontrol masyarakat di daerah potensial memunculkan berbagai pelanggaran HAM pada tingkat lokal.

10. Berbagai ketidakadilan pada masa lalu telah menyebabkan luka batin dan dendam antarkelompok masyarakat tanpa terjadi rekonsiliasi sejati.

11. Dalam beberapa tahun terakhir perhatian masyarakat dan media massa lebih terarah pada persoalan korupsi, terorisme, dan pemulihan ekonomi daripada penanganan kasus-kasus HAM.

Pasal 26

1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara.

2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. **)

3. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan Undang-Undang. **) Pasal 27

1. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.


(16)

2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. **) Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang.

15. Ciri-ciri pemerintahan presidensial adalah:

1. Presiden sebagai badan penyelenggara negara. Presiden berkedudukan sebagaikepala negara dan kepala pemerintahan (eksekutif)

2. Presiden tidak dipilih parlemen, tetapi dipilih secara langsung oleh rakyat (PEMILU) atau oleh suatu badan khusus yang dikuasakan.

3. Hubungan antara Presiden dan parlemen tidak dapat saling menjatuhkan, karena presiden dan parlemen dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum, sehingga keduanya bertanggung jawab kepada rakyat.

4. Presiden dibantu oleh seorang wakil presiden dan para menteri yang terdapat dalam suatu kabinet oleh presiden.

5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen, karena presiden tidak dipilih oleh parlemen.

6. Presiden tidak dapat diberhentikan oleh parlemen sebelum masajabatannya berakhir. Apabila terjadi pelanggaran yang bertentangan dengan konstitusi atau hukum, presiden dapat dikenakan impeachment (pengadilan parlemen) yang dilakukan oleh hakim tinggi.

7. Masa jabatan presiden ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.

Sistem pemerintahan presidensial ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut.

1. Kedudukan presiden cukup kuat dan stabil karena tidak dapat dijatuhkan oleh parlemen. 2. Penyusunan program kerja dapat disesuaikan dengan jangka waktu masa jabatannya. 3. Masa jabatan presiden lebih jelas sehingga memiliki waktu yang cukup untuk melaksanakan program kerjanya.

Kelemahan sistem pemerintahan presidensial adalah sebagai berikut:

1. Presiden berada pada posisi di luar pengawasan langsung legislatif serta pengawasan rakyat yang kurang memiliki pengaruh terhadap pemerintah, sehingga menimbulkan kekuasaan yang mutlak.


(17)

2. Hasil dari keputusan yang kurang tegas, karena keputusan yang diambil merupakan hasil tawar-menawar (lobying) antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.

3. Sistem pertanggungjawaban presiden kurang jelas.

16. Pengertian Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat dalam menjalani kehidupan politik.

Berbagai pengertian dan batasan mengenai sosialisasi politik telah dike- mukakan oleh para sarjana terkemuka, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Gabriel Almond (2000)

Sosialisasi politik menunjuk pada proses tempat sikap-sikap dan pola tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk. Sosialisasi politik juga merupakan sarana bagi suatu generasi untuk menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik pada generasi berikutnya.

2. Ramlan Surbakti (1992)

Sosialisasi politik merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat.

3. Kenneth P. Langton (1969)

Sosialisasi politik adalah cara masyarakat meneruskan kebudayaan politiknya. 4. Richard E. Dawson (1992)

Sosialisasi politik dapat dipandang sebagai pewarisan pengetahuan, nilai-nilai, dan pandangan-pandangan politik dari orang tua, guru, dan sarana-sarana sosialisasi lainnya kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak dewasa.

Pada hakikatnya, sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasya- rakatkan nilai-nilai atau budaya politik ke dalam suatu masyarakat. Beberapa aspek penting dari sosialisasi politik adalah sebagai berikut.

1. Sosialisasi politik merupakan proses belajar dari pengalaman.

2. Sosialisasi politik merupakan prakondisi bagi aktivitas sosial politik.

3. Sosialisasi politik berlangsung tidak hanya pada usia dini dan remaja, tetapi tetap berlanjut sepanjang kehidupan.

4. Sosialisasi politik memberikan hasil belajar yang berupa informasi, pengetahuan, sikap, motif, nilai-nilai yang tidak hanya berkaitan dengan individu tetapi juga dengan kelompok.

Menurut Ramlan Surbakti, sosialisasi politik dibagi dua, yaitu pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan proses dialogis di antara pemberi dan penerima pesan. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan kursus, latihan kepemimpinan, diskusi, atau keikutsertaan dalam berbagai pretemuan. Indoktrinasi politik merupakan proses sepihak ketika


(18)

penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap oleh pihak yang berkuasa sebagai ideal dan baik.

1. Tipe-Tipe Sosialisasi Politik

Tipe sosialisasi yang dimaksud adalah bagaimana cara atau mekanisme sosialisasi politik berlangsung. Ada dua tipe sosialisasi politik, yakni sebagai berikut.

1. Sosialisasi Politik Tidak Langsung

Sosialisasi politik tidak langsung pada mulanya berorientasi pada hal-hal yang bukan politik, kemudian warga dipengaruhi untuk memiliki orientasi politik. Sosialisasi politik tidak langsung dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.

1. Magang

Magang merupakan bentuk aktivitas sebagai sarana belajar. Magang di tempat-tempat tertentu atau organisasi nonpolitik dapat memengaruhi orang ketika berhubungan dengan politik.

2. Pengalihan hubungan antarindividu

Hubungan antarindividu yang pada mulanya tidak berkaitan dengan politik, akhirnya individu akan terpengaruh ketika berhubungan atau berorientasi dengan kehidupan politik. Contohnya, hubungan anak dengan orang tua nantinya akan membentuk orientasi anak ketika ia bertemu atau berhubungan dengan pihak luar.

3. Generalisasi

Menurut tipe generalisasi, kepercayaan dan nilai-nilai yang diyakini yang sebenarnya tidak berkaitan dengan politik dapat memengaruhi orang untuk berorientasi pada objek politik tertentu.

2. Sosialisasi Politik Langsung

Pada tipe ini, sosialisasi politik berlangsung dalam satu tahap saja, yaitu bahwa hal-hal yang diorientasikan dan ditransmisikan adalah hal-hal yang bersifat politik. Sosialisasi politik langsung dapat dilakukan melalui beberapa cara, yakni sebagai berikut.

1. Pengalaman politik

Pengalaman politik adalah belajar langsung dalam kegiatan-kegiatan politik atau kegiatan yang sifatnya publik. Contohnya, adalah keterlibatan langsung seseorang dalam kegiatan partai politik.

2. Pendidikan politik

Sosialisasi politik melalui pendidikan politik adalah upaya yang secara sadar dan sengaja serta direncanakan untuk menyampaikan, menanamkan, dan membelajarkan anak untuk memiliki orientasi-orientasi politik tertentu.


(19)

Pendidikan politik dapat dilakukan melalui diskusi politik, kegiatan partai politik, dan pendidikan di sekolah.

3. Peniruan perilaku

Proses menyerap atau mendapatkan orientasi politik dengan cara meniru orang lain. Contohnya, seorang siswa akan mendukung calon presiden tertentu karena kakaknya juga mendukung calon presiden tersebut.

4. Sosialisasi antisipatori

Sosialisasi politik dengan cara belajar bersikap dan berperilaku seperti tokoh politik yang diidealkan. Misalnya, seorang anak belajar bersikap dan cara berbicara seperti presiden karena ia memang mengidealkan peran itu.

2. Agen atau Sarana Sosialisasi Politik

Menurut Gabriel A. Almond (2000), sosialisasi politik dapat membentuk dan mentransmisikan kebudayaan politik suatu bangsa. Terdapat enam macam sarana atau agen sosialisasi, yaitu keluarga, kelompok bergaul atau bermain, sekolah, tempat kerja, media massa, dan kontak politik langsung.

1. Keluarga

Hubungan yang terjadi di keluarga merupakan hubungan antar individu yang paling dekat dan memiliki ikatan yang erat sehingga efektif untuk menanamkan

1. sikap dan nilai-nilai.

2. Keluarga merupakan lembaga yang pertama dan utama untuk menanamkan kepribadian anak sejak awal.

2. Kelompok Pergaulan

Kelompok pergaulan mampu menjadi sarana sosialisasi politik yang efektif setelah anak keluar dari lingkungan keluarga. Dalam kelompok pergaulan, seseorang akan melakukan tindakan tertentu karena teman-temannya di dalam kelompoknya melakukan tindakan tersebut.

3. Sekolah

Proses pendidikan politik sejak dari bangku sekolah merupakan usaha pemerintah memperkenalkan politik kepada masyarakat sejak dini.

4. Tempat Kerja

Organisasi-organisasi formal atau informal yang dibentuk atas dasar pekerjaan juga dapat memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik. Organisasi-organisasi tersebut dapat berbentuk serikat kerja atau serikat buruh. Dengan menjadi anggota dan aktif dalam organisasi tersebut mereka mendapat sosialisasi politik yang efektif.


(20)

5. Media Massa

Media massa bagi masyarakat modern memberikan informasi-informasi politik yang cepat dan dalam jangkauan yang luas. Dalam hal itulah, media mssa baik surat kabar, majalah, radio, televisi, maupun internet memegang peranan penting.

6. Kontak Politik Langsung

Kontak politik langsung dapat berupa pengalaman nyata yang dirasakan oleh seseorang dalam kehidupan politik. Betapa pun positifnya pandangan terhadap sistem politik yang telah ditanamkan oleh keluarga atau sekolah, apabila pengalaman nyata seseorang bersifat negatif, maka hal itu dapat mengubah pandangan politiknya.

17. Parlemen di Indonesia terdiri atas dua seperti, ... 1. Dewan Perwakilan Rakyat.

2. Dewan Perwakilan Daerah.

18. Dalam demokrasi Pancasila, setiap hasil keputusan baik melalui musyawarah mufakat maupun suara terbanyak harus dihormati dan dijunjung tinggi. Hal ini berarti bahwa semua pihak yang bersangkutan harus .... (menerima dan melaksanakannya dengan itikad baik dan bertanggung jawab)

19. Jiwa dan semangat nasionalisme, dapat dilihat dalam sikap .... (mencintai dan bangga menggunakan produk dalam negeri)

20. Tujuan ASEAN

Berdasarkan Deklarasi Bangkok tujuan pembentukan ASEAN adalah sebagai berikut.

1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara melalui usaha bersama dengan semangat persamaan dan persahabatan untuk memperkuat landasan bagi masyarakat bangsa-bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai.

2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan dan keadilan dan tata tertib hukum dalam hubungan antarnegara Asia Tenggara dan penataan prinsip-prinsip piagam perserikatan bangsa-bangsa.

3. Memajukan kerja sama aktif dan saling membantu dalam hal kepentingan bersama di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi.

4. Saling membantu dalam bentuk kemudahaan latihan dan penelitian dalam bidang pendidikan, profesi, teknik, dan administrasi.

5. Bekerja sama yang lebih efektif untuk penggunaan pertanian dan industri mereka yang lebih besar, perluasan perdagangan termasuk pengkajian masalah-masalah perdagangan komoditi


(21)

internasional, memajukan kemudahan transportasi dan komunikasi, dan peningkatan taraf hidup rakyat.

6. Memelihara kerja sama yang erat dan berguna dengan organisasi internasional dan regional yang bertujuan sama dan mencari semua kemungkinan untuk kerja sama yang lebih erat di antara mereka.

7. Memajukan pengkajian Asia Tenggara.

Pasal 7

Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. *)

Hubungan Internasional:

Pengertian hubungan internasional berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 37 Tahun 1999 sebagai berikut. Hubungan internasional adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat dan daerah atau lembaga-lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.

Dalam Encyclopedia Americana dinyatakan bahwa hubungan internasional adalah hubungan antarnegara atau antarindividu dari negara-negara yang berbeda-beda, baik berupa hubungan politik, budaya, ekonomi, ataupun hankam.

Ada beberapa faktor yang mendorong sebuah negara melakukan hubungan internasional. Beberapa faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua sebagai berikut.

1. Faktor internal, yaitu adanya kekhawatiran terancam kelangsungan hidupnya baik melalui kudeta maupun intervensi dari negara lain. Selain itu, faktor internal juga mencakup hal-hal berikut. 1.Adanya kepentingan nasional yang tidak selamanya dapat dipenuhi di dalam negeri sendiri, baik yang bersifat ekonomis, politik, kultural, maupun keamanan.

2.Keinginan meningkatkan kesejahteraan nasional.

3.Keinginan untuk membuka hubungan politik dan memperoleh dukungan dari negara lain. 2. Faktor eksternal, yaitu ketentuan hukum alam yang tidak dapat dimungkiri bahwa suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan negara lain. Selain itu, faktor eksternal juga mencakup hal-hal berikut.


(22)

1.Adanya perbedaan kemampuan dalam penguasaan ilmu pengetahuan di berbagai bidang. 2.Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan perbedaan pendapatan negara.

3.Tanggung jawab sebagai warga dunia untuk mewujudkan kehidupan dunia yang tertib, aman, damai, dan merata.

Berdasarkan beberapa faktor pendorong tersebut, dapat kita ketahui arti penting hubungan internasional bagi negara-negara yang melaksanakannya dan bagi negara-negara di dunia pada umumnya. Beberapa di antaranya sebagai berikut.

1. Hubungan internasional dapat memperbaiki pertumbuhan bangsa dan negara.

2. Dengan melakukan hubungan internasional negara-negara yang bersangkutan dapat memenuhi kepentingan nasional yang tidak dapat dipenuhi oleh negara sendiri.

3. Membiasakan hubungan internasional dapat mewujudkan kehidupan dunia yang tertib, aman, damai, adil, dan merata.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan internasional mempunyai dua sasaran penting yaitu untuk mewujudkan perdamaian dunia dan kekuatan nasional suatu negara. Bagaimanakah dengan arah hubungan internasional di negara Indonesia? Bagi bangsa Indonesia, hubungan internasional diarahkan untuk hal-hal berikut ini.

1. Pembentukan satu negara Republik Indonesia yang demokratis.

2. Pembentukan satu masyarakat yang adil dan makmur secara materiil ataupun spiritual. 3.Pembentukan satu persahabatan yang baik antara Republik Indonesia dan semua negara di dunia.

4.Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan negara. 5. Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar.

6. Meningkatkan perdamaian internasional. 7.Meningkatkan persaudaraan segala bangsa.


(23)

3. Sarana Hubungan Internasional

Suatu negara dapat mengadakan hubungan internasional jika kemerdekaan dan kedaulatannya telah diakui baik secara de facto maupun de jure oleh negara lain. Sarana yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat atau media dalam mencapai maksud atau tujuan hubungan internasional. Sarana-sarana tersebut seperti berikut.

1.Perjanjian Internasional

Pengertian perjanjian internasional menurut Konvensi Wina tahun 1969 adalah persetujuan yang digunakan oleh dua negara atau lebih untuk mengadakan hubungan antarmereka menurut ketentuan hukum internasional. Perjanjian internasional merupakan salah satu sumber hukum internasional. Oleh karena itu, keberadaan perjanjian internasional dapat memberikan landasan bagi penyelenggaraan hubungan antarnegara di dunia.

2.Pelaksana Hubungan Internasional

Pelaksana hubungan internasional adalah perwakilan negara atau perwakilan pemerintah yang sering disebut perwakilan diplomatik, termasuk kepala negara/kepala pemerintahan dan menteri luar negeri. Lembaga internasional yang terdiri atas institusi kelompok negara yang biasa dikenal organisasi internasional juga dapat menjadi pelaksana hubungan internasional. Tanpa adanya pelaksana hubungan internasional, hubungan internasional tidak akan mungkin terjadi.

3.Politik Luar Negeri Negara yang Bersangkutan

Politik luar negeri merupakan pencerminan dari politik nasional dan kepentingan nasional suatu negara yang ditujukan ke luar negeri terkait dalam suatu sistem. Politik luar negeri ini menjadi landasan setiap negara untuk melakukan kerja sama dengan bangsa lain atau hubungan internasional. Dalam hubungan internasional, setiap negara harus menghormati prinsip politik luar negeri negara lain.

Politik luar negeri negara Indonesia adalah politik luar negeri yang bebas dan aktif. Bebas artinya bangsa Indonesia bebas menentukan sikap dan pandangan terhadap masalah-masalah internasionalnya dan terlepas dari ikatan kekuatan-kekuatan raksasa dunia, yang secara ideologis bertentangan dengan Indonesia. Aktif artinya negara Indonesia aktif memperjuangkan terbinanya perdamaian dunia, aktif memperjuangkan kebebasan dan kemerdekaan, aktif memperjuang- kan ketertiban dunia, dan ikut serta menciptakan keadilan sosial. Bagaimana dengan sifat politik luar negeri negara Indonesia? Politik luar negeri Indonesia bersifat bebas aktif antikolonialisme, mengabdi pada kepentingan nasional, dan demokratis. Selain itu, dalam mengadakan kerja sama dengan bangsa lain Indonesia juga mengembangkan prinsip-prinsip berikut.


(24)

1. Menjalankan politik damai, bersahabat dengan segala bangsa dengan saling menghargai, dan memperluas sendi-sendi hukum internasional.

2. Membantu pelaksanaan hubungan sosial internasional. 3. Menyokong kemerdekaan negara yang masih terjajah.

4. Tidak melakukan intervensi terhadap urusan pemerintah negara lain.

1. Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional merupakan sumber hukum utama atau primer dari hukum internasional. Sebagai sumber hukum utama, perjanjian internasional memberikan jaminan hukum bagi subjek-subjek hukum internasional. Oleh karena itu, perlu Anda pahami lebih dalam lagi tentang perjanjian internasional. Ada beberapa hal mengenai perjanjian internasional yang perlu Anda pahami, seperti berikut ini.

1. Pengertian Perjanjian Internasional

Pengertian perjanjian internasional sangat beraneka ragam. Hal ini karena banyak ahli ketatanegaraan dan sarjana hukum internasional yang memberikan definisi dengan sudut pandang atau tinjauan yang berbeda- beda. Beberapa pendapat tentang definisi dan batasan perjanjian internasional seperti berikut.

1. Mochtar Kusumaatmadja, ahli hukum internasional, mendefinisi- kan perjanjian internasional sebagai berikut. "Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan hukum tertentu."

2.Oppenheim dan H. Lauterpacht, ahli kenegaraan dari Amerika, memberi batasan hukum internasional sebagai berikut. "Perjanji- an internasional adalah konvensi atau kontrak antardua negara atau lebih mengenai beberapa macam kepentingan".

3. Batasan perjanjian internasional dalam Konvensi Wina Tahun 1986 terdapat dalam pasal 2 ayat (1a) sebagai berikut. "Perjanjian internasional berarti suatu persetujuan internasional yang diatur dengan hukum internasional dan ditandatangani dalam bentuk tertulis, baik antarsatu negara atau lebih maupun antarorganisasi internasional".

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, menjelaskan bahwa perjanjian internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan nama tertentu yang diatur dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban di bidang


(25)

hukum publik.

2. Tahap-Tahap Pembuatan Perjanjian Internasional

Ada beberapa tahapan atau langkah dalam pembuatan perjanjian internasional. Tahapan pembuatan perjanjian internasional secara universal didasarkan pada ketentuan dalam Konvensi Wina 1969. Prosedur pembuatan perjanjian internasional berdasarkan Konvensi Wina 1969 meliputi langkah-langkah berikut.

1.Perundingan (Negotiation) 2.Penandatanganan (Signature) 3.Pengesahan (Ratifikasi)

Ratifikasi perjanjian internasional dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Ratifikasi oleh badan eksekutif yang biasa dilakukan oleh raja- raja absolut dan pemerintahan otoriter.

2. Ratifikasi oleh badan legislatif yang jarang digunakan.

3. Ratifikasi campuran (DPR dan pemerintah) merupakan sistem yang paling banyak digunakan karena peranan legislatif dan eksekutif sama-sama menentukan dalam proses ratifikasi suatu perjanjian.

Di Indonesia, ratifikasi atau persetujuan terhadap perjanjian internasional dilakukan oleh presiden dengan persetujuan DPR. Hal ini didasarkan pada bunyi pasal 11 ayat (1) UUD 1945 sebagai berikut. "Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain".

Akan tetapi, dalam praktik suatu negara yang telah menandatangani perjanjian diharapkan untuk meratifikasinya.

Pertimbangan perlunya melakukan ratifikasi sebagai berikut.

1. Negara-negara berhak untuk mengkaji dokumen yang telah ditandatangani oleh para wakil yang berunding.

2. Berdasarkan kedaulatan yang dimiliki oleh setiap warga negara, setiap warga negara berhak untuk menarik diri apabila dikehendaki.


(26)

yang mengadakan perjanjian.

4. Pemerintah perlu meminta pendapat umum tentang isi perjanjian tersebut (asas demokrasi).

3. Istilah-Istilah Perjanjian Internasional

Perkembangan sejarah perjanjian internasional telah menunjukkan makin kompleksnya subjek maupun objek perjanjian internasional. Hal ini menimbulkan banyaknya istilah perjanjian internasional seperti berikut.

1. Traktat (Treaty)

Traktat adalah suatu perjanjian atau persetujuan antara dua negara atau lebih untuk mencapai hubungan hukum mengenai objek hukum (kepentingan) yang sama. Traktat mengatur masalah-masalah yang bersifat fundamental sehingga kekuatan mengikatnya sangat ketat. Oleh karena itu, traktat merupakan bentuk persetujuan yang paling resmi (formal) dan harus diratifikasi oleh badan eksekutif dan atau legislatif negara peserta. Misalnya, Perjanjian Celah Timur yaitu perjanjian antara negara Timor Loro Sae dengan Australia mengenai bagi hasil pengolahan minyak di Kawasan Celah Timur.

2. Konvensi (Convention)

Istilah konvensi digunakan untuk memberi nama suatu catatan dari persetujuan mengenai hal-hal penting, tetapi yang tidak bersifat politik tinggi. Konvensi juga dipergunakan untuk menyebut persetujuan formal yang bersifat multilateral yang diadakan di bawah wibawa organisasi internasional, termasuk instrumen-instrumen yang dibuat oleh organ-organ lembaga internasional. Konvensi memerlukan legalisasi dari wakil-wakil yang berkuasa penuh (plenipotentiaries). Misalnya, Konvensi Hukum Laut Internasional.

3. Persetujuan (Agreement)

Persetujuan (agreement) adalah suatu perjanjian atau persetujuan antara dua negara atau lebih yang mempunyai akibat hukum seperti dalam traktat. Istilah persetujuan (agreement) secara khusus dipergunakan untuk menyebut kontrak antarpemerintah mengenai hal-hal yang relatif tidak penting atau tidak permanen dan bersifat teknis. Dalam hal ini agreement lebih bersifat administratif. Agreement ini memerlukan legalisasi dari wakil-wakil departemen, tetapi tidak memerlukan ratifikasi. Alasannya, sifat agreement tidak seformal traktat dan konvensi. Misalnya, agreement tentang ekspor impor komoditas tertentu.


(27)

Piagam atau charter adalah istilah yang digunakan dalam perjanjian internasional untuk pendirian badan yang melakukan fungsi administratif. Misalnya, PBB dalam proses membentuk anggaran dasar dalam bentuk charter.

5. Statuta (Statute)

Istilah statuta ini dipakai untuk menyebut hal-hal berikut.

1. Konstitusi lembaga internasional. Misalnya, Konstitusi Komisi Eropa untuk Sungai Danube 1921, Konstitusi Mahkamah Internasional 1920, dan bermacam-macam biro Liga Bangsa-Bangsa.

2. Kumpulan aturan hukum yang ditentukan oleh persetujuan internasional mengenai kerja suatu kesatuan hukum yang berada di bawah supervisi internasional. Misalnya, statuta dari "Sanjak of Alexandretta".

3. Instrumen tambahan dari konvensi yang membeberkan aturan- aturan tertentu yang harus diterapkan.

6. Deklarasi (Declaration)

Deklarasi adalah pernyataan bersama mengenai suatu masalah dalam bidang politik, ekonomi, atau hukum. Dilihat dari isinya, deklarasi lebih bersifat politis. Istilah deklarasi dapat digunakan untuk menyebut hal-hal berikut.

7. Modus Vivendi

Modus vivendi adalah suatu dokumen yang mencatat persetujuan internasional yang bersifat sementara, sampai berhasil diwujudkan secara permanen. Modus vivendi tidak memerlukan ratifikasi. Modus vivendi ini biasanya digunakan untuk menandai adanya perjanjian yang baru dirintis.

8. Protokol (Protocol)

Protokol adalah persetujuan yang isinya melengkapi suatu konvensi. Protokol hanya mengatur masalah-masalah tambahan seperti penafsiran klausul-klausul tertentu dari konvensi atau pembatasan-pembatasan oleh negara penanda tangan. Misalnya, berita acara mengenai hasil suatu kongres atau konferensi yang ditandatangani oleh peserta. Protokol juga dapat berupa alat tambahan bagi konvensi, tetapi sifat dan pelaksanaannya bebas dan tidak perlu diratifikasi. Ada juga protokol sebagai perjanjian yang benar-benar berdiri sendiri (independen).

9. Perikatan (Arrangement)


(28)

biasanya digunakan untuk transaksi-transaksi yang bersifat mengatur dan sementara (temporer) serta tidak seformal traktat dan konvensi.

4. Asas Perjanjian Internasional

Ada bermacam-macam asas yang harus diperhatikan dan dipatuhi oleh subjek hukum yang mengadakan perjanjian internasional. Asas-asas yang dimaksud seperti berikut ini.

1. Pacta Sunt Servanda, artinya setiap perjanjian yang telah dibuat harus ditaati.

2. Egality Rights, artinya pihak yang saling mengadakan hubungan mempunyai kedudukan yang sama.

3. Reciprositas, artinya tindakan suatu negara terhadap negara lain dapat dibalas setimpal. 4. Bonafides, artinya perjanjian yang dilakukan harus didasari oleh iktikad baik.

5. Courtesy, artinya asas saling menghormati dan saling menjaga kehormatan negara.

6.Rebus sic Stantibus, artinya dapat digunakan terhadap perubahan yang mendasar dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian itu.

5. Berakhirnya Perjanjian Internasional

Ada beberapa sumber yang dapat kita jadikan acuan untuk mengenali hal-hal yang dapat menyebabkan berakhirnya perjanjian internasional. Beberapa sumber tersebut sebagai berikut.

1. Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya Pengantar Hubungan Kerja Sama Internasional mengatakan bahwa suatu perjanjian berakhir karena hal-hal berikut.

1. Telah tercapai tujuan perjanjian internasional. 2. Masa berlaku perjanjian internasional sudah habis.

3. Salah satu pihak peserta perjanjian menghilang atau punahnya objek perjanjian. 4. Adanya persetujuan dari peserta untuk mengakhiri perjanjian.

5. Adanya perjanjian baru di antara para peserta yang kemudian meniadakan perjanjian yang terdahulu.


(29)

sudah dipenuhi.

7. Perjanjian secara sepihak diakhiri oleh salah satu peserta dan pengakhiran itu diterima oleh pihak lain.

2. Dalam Konvensi Wina tahun 1969, suatu perjanjian internasional dapat dinyatakan batal karena hal-hal berikut.

1. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum nasional oleh salah satu negara peserta.

2. Adanya unsur kesalahan pada saat perjanjian itu dibuat.

3. Adanya unsur penipuan dari negara peserta tertentu terhadap negara peserta yang lain pada waktu pembentukan perjanjian.

4. Terdapat penyalahgunaan atau kecurangan (corruption), baik melalui kelicikan atau penyuapan.

5. Adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara peserta. Paksaan tersebut baik dengan ancaman atau dengan penggunaan kekuatan.

6.Bertentangan dengan kaidah dasar hukum internasional.

Beberapa persoalan khusus yang mengakibatkan berakhirnya pelaksanaan perjanjian antara lain sebagai berikut.

1. Pembatalan sepihak oleh salah satu peserta atau pengunduran diri dari suatu perjanjian. 2.Pelanggaran perjanjian oleh salah satu pihak.

3.Perubahan yang fundamental pada keadaan yang bertalian dengan perjanjian.

Perwakilan Diplomatik

Perwakilan diplomatik adalah petugas negara yang dikirim ke negara lain untuk menyelenggarakan hubungan resmi antarnegara. Perwakilan diplomatik merupakan alat perlengkapan utama dalam hubungan internasional. Perwakilan diplomatik merupakan penyambung lidah dari negara yang diwakilinya. Kedudukan perwakilan diplomatik biasanya berada di ibu kota negara penerima. Selain itu, semua kepala perwakilan diplomatik pada suatu negara tertentu biasanya bertempat tinggal di ibu kota negara merupakan satu corps diplomatique. Corps


(30)

diplomatique biasanya diketuai oleh seorang duta besar yang paling lama ditempatkan di negara itu yang disebut "Dean" atau "Doyen".

1. Tugas Perwakilan Diplomatik

Seseorang yang diangkat sebagai perwakilan diplomatik di negara asing, oleh negara yang mengirimkannya telah diberi tugas-tugas tertentu. Tugas-tugas perwakilan diplomatik tersebut mencerminkan adanya fungsi-fungsi penting pada perwakilan diplomatik bagi negara-negara pengirimnya. Bentuk tugas-tugas yang diemban oleh perwakilan diplomatik sebagai berikut.

1. Representasi, yaitu selain untuk mewakili pemerintah negaranya, ia juga dapat melakukan protes, mengadakan penyelidikan dengan pemerintah negara penerima, serta mewakili kebijaksanaan politik pemerintah negaranya.

2. Negosiasi, yaitu mengadakan perundingan atau pembicaraan baik dengan negara tempat ia diakreditasikan maupun dengan negara- negara lainnya.

3. Observasi, yaitu menelaah dengan teliti setiap kejadian atau peristiwa di negara penerima. 4. Proteksi, yaitu melindungi pribadi, harta benda, dan kepentingan- kepentingan warga negaranya yang berada di luar negeri.

5. Persahabatan, yaitu meningkatkan hubungan persahabatan antara negara pengirim dengan negara penerima.

2. Fungsi Perwakilan Diplomatik

Secara universal, fungsi perwakilan diplomatik telah diatur dalam Konvensi Wina 1969. Dalam Konvensi Wina tersebut ditegaskan fungsi perwakilan diplomatik sebagai berikut.

1. Mewakili negara pengirim di dalam negara penerima.

2. Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di negara penerima dalam batas-batas yang diizinkan oleh hukum internasional.

3.Mengadakan persetujuan dengan pemerintah negara penerima.

4. Memberikan keterangan tentang kondisi dan perkembangan negara penerima, sesuai dengan undang-undang dan melaporkan kepada pemerintah negara pengirim.


(31)

Keppres Nomor 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri. Berdasarkan Keppres Nomor 108 Tahun 2003, perwakilan diplomatik menyelenggarakan fungsi-fungsi seperti berikut.

1.Peningkatan dan pengembangan kerja sama politik, keamanan, ekonomi, sosial dan budaya dengan negara penerima dan/atau organisasi Internasional.

2. Peningkatan persatuan dan kesatuan, serta kerukunan antara sesama warga negara Indonesia di luar negeri.

3. Pengayoman, pelayanan, perlindungan dan pemberian bantuan hukum dan fisik kepada warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia, dalam hal terjadi ancaman dan/atau masalah hukum di negara penerima, sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional, hukum internasional, dan kebiasaan internasional.

4. Pengamatan, penilaian, dan pelaporan mengenai situasi dan kondisi negara penerima. 5. Konsuler dan Protokol.

6. Perbuatan hukum untuk dan atas nama negara dan pemerintah Republik Indonesia dengan negara penerima.

7. Kegiatan manajemen kepegawaian, keuangan, perlengkapan, pengamanan internal, perwakilan, komunikasi dan persandian.

8. Fungsi-fungsi lain sesuai dengan hukum dan praktik internasional. Berdasarkan fungsi-fungsi perwakilan diplomatik tersebut, perlu

Anda pahami juga tentang fungsi konsuler dan protokol yang harus diselenggarakan oleh perwakilan diplomatik Republik Indonesia. Fungsi konsuler dan protokol tersebut seperti berikut.

1. Fungsi konsuler, meliputi hal-hal berikut.

1.Melaksanakan usaha peningkatan hubungan dengan negara penerima di bidang perekonomian, perdagangan, perhubungan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan.

2.Melindungi kepentingan nasional negara dan warga negara yang berada dalam wilayah kerjanya.

3.Melaksanakan pengamatan, penilaian, dan pelaporan.


(32)

5.Menyelenggarakan urusan pengamanan, penerangan, konsuler, protokol, komunikasi, dan persandian.

6.Melaksanakan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, serta perlengkapan dan urusan rumah tangga perwakilan konsuler.

2. Fungsi protokol, meliputi hal-hal berikut. 1. Memberikan pelayanan keprotokolan.

2. Mengatur acara-acara yang bersifat resmi di perwakilan.

3. Mempunyai tugas pelayanan notariat, kehakiman, dan jasa konsuler.

4. Melindungi warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia di negara penerima. Itulah gambaran tentang fungsi perwakilan diplomatik. Bagaimana dengan hak-hak perwakilan diplomatik? Berikut uraian singkatnya.

3. Tingkatan-Tingkatan Perwakilan Diplomatik

Menurut ketetapan Kongres Wina Tahun 1815 dan Kongres Auxla Chapella Tahun 1818 (Kongres Achen) pelaksanaan peranan perwakilan diplomatik guna membina hubungan dengan negara lain dilakukan oleh beberapa perangkat perwakilan diplomatik. Perangkat perwakilan diplomatik tersebut dibedakan atas beberapa tingkatan seperti berikut ini.

1.Duta besar berkuasa penuh (Ambassador) adalah tingkat tertinggi dalam perwakilan diplomatik yang mempunyai kekuasaan penuh dan luar biasa.

Ambassador ditempatkan pada negara yang menjalin banyak hubungan timbal balik. Duta besar ini diakreditasikan kepada kepala negara.

2.Duta (Gerzant) adalah wakil diplomatik yang pangkatnya setingkat lebih rendah dari duta besar. Duta diakreditasikan kepada menteri luar negeri.

Dalam menyelesaikan segala persoalan kedua negara dia harus berkonsultasi dengan pemerintahnya.

3.Menteri residen, seorang menteri residen dianggap bukan sebagai wakil pribadi kepala negara. Dia hanya mengurus urusan negara. Mereka ini pada dasarnya tidak berhak mengadakan


(33)

pertemuan dengan kepala negara tempat mereka bertugas.

4.Kuasa usaha (Charge d'Affair) adalah perwakilan tingkat rendah yang ditunjuk oleh menteri luar negeri dari pegawai negeri lainnya. Kuasa usaha dibagi atas kuasa usaha tetap (Charge d'affaires en pied) dan kuasa usaha sementara.

5.Atase-atase adalah pejabat pembantu dari duta besar berkuasa penuh, yang terdiri atas atase pertahanan (perwira militer) dan atase teknis (PNS).

4. Hak-Hak Perwakilan Diplomatik

Setiap perwakilan diplomatik diberi hak-hak istimewa, kekebalan, dan imunitas oleh negara penerima. Pemberian hak-hak istimewa tersebut bertujuan untuk kelancaran pelaksanaan fungsi perwakilan diplomatik. Sesuai dengan asas extrateritorialitas, seorang diplomat atau duta harus dianggap berada di luar wilayah negara ia ditempatkan. Akibatnya, para diplomat beserta pegawai-pegawainya mempunyai kekebalan dan hak istimewa yang disebut hak eksteritorialitas, yaitu mereka tidak tunduk kepada kekuasaan negara di mana ia ditempatkan.

Dalam buku pedoman tertib diplomatik dan protokoler terbitan Departemen Luar Negeri disebutkan yang dimaksud dengan kekebalan dan keistimewaan diplomatik mencakup dua pengertian sebagai berikut.

1.Inviolability (tidak dapat diganggu gugat) yaitu kekebalan terhadap alat-alat kekuasaan dari negara penerima dan kekebalan dari segala gangguan yang merugikan para pejabat diplomatik. 2.Immunity (kekebalan) yaitu kekebalan terhadap yurisdiksi dari hukum negara penerima baik hukum pidana, perdata, maupun administrasi. Selanjutnya, kekebalan diplomatik diperinci lagi dalam tiga bagian sebagai berikut.

1.Kekebalan pribadi (imunitas perseorangan) meliputi hal-hal berikut. 1. Hak atas perlindungan istimewa atas pribadi dan atas harta benda. 2. Bebas dari alat paksaan, baik soal perdata maupun pidana.

3. Bebas dari kewajiban menjadi saksi.

4. Bebas dari semua pajak langsung kecuali pajak tanah retribusi dan bea meterai.

2.Kantor perwakilan diplomatik dan rumah kediamannya tidak boleh dimasuki tanpa izin dari duta kecuali dalam keadaan darurat, seperti ada kebakaran dan terjadi banjir.


(34)

3.Kekebalan terhadap korespondensi perwakilan diplomatik (imunitas surat-menyurat).

5. Prosedur Penunjukan dan Penerimaan Perwakilan Diplomatik

Penunjukan dan penerimaan perwakilan diplomatik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1.Menteri luar negeri menunjuk individu yang memenuhi per- syaratan sebagai duta atau duta besar untuk diajukan kepada presiden guna memperoleh persetujuan.

2.Jika presiden setuju, kemudian disampaikan kembali kepada menteri luar negeri; (individu yang bersangkutan berstatus sebagai calon duta/duta besar).

3.Menteri luar negeri memberi- tahukan kepada negara yang dimaksud mengenai penunjukan duta/duta besar tersebut untuk memperoleh persetujuan negara termaksud.

4.Negara termaksud memberikan persetujuan atau tidak terhadap calon duta/duta besar yang diajukan. Calon duta/duta besar yang diterima disebut ambassador designate yang persona grata. Calon duta/duta besar yang tidak diterima disebut ambassador designate yang persona non grata. Tahap persetujuan negara ini dikenal sebagai agreement yang bernilai sebagai kuasa penuh dan merupakan langkah pertama dalam pemberian surat kepercayaan.

5.Sesudah mendapat persetujuan, calon duta/duta besar dilantik oleh presiden dan diberi surat kepercayaan serta visa diplomatik.

6.Penyerahan surat kepercayaan dari pemerintah negara pengirim (Letter of Credence) kepada ambassador designate persona grata untuk diserahkan kepada presiden negara termaksud.

7.Penerimaan negara termaksud sebagai perwakilan diplomatik.

6. Pembatalan dan Berakhirnya Perwakilan Diplomatik

Kapan tugas perwakilan diplomatik berakhir? Idealnya tugas perwakilan diplomatik berakhir setelah tujuan dari perwakilan diplomatik tersebut tercapai. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan tugas perwakilan diplomatik berakhir sebelum tujuan tercapai. Hal tersebut dapat terjadi karena hal-hal berikut.

1. Adanya penarikan kembali pejabat perwakilan diplomatik oleh negara pengirim karena alasan-alasan tertentu.


(35)

2. Perwakilan diplomatik yang bersangkutan dinyatakan sebagai persona non grata (orang yang tidak disukai) oleh negara penerima.

3. Sudah habis masa jabatan.

4. Terjadi perang antara negara penerima dengan negara pengirim (pasal 43 Konvensi Wina Tahun 1961).

Selain itu, dalam Konvensi Wina tahun 1969 ditegaskan bahwa suatu perjanjian internasional dapat dinyatakan batal karena hal-hal berikut.

1. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan hukum nasional oleh salah satu negara peserta.

2. Adanya unsur kesalahan pada saat perjanjian itu dibuat.

3. Adanya unsur penipuan dari negara peserta tertentu terhadap negara peserta yang lain pada waktu pembentukan perjanjian.

4. Terdapat penyalahgunaan atau kecurangan (corruption), baik melalui kelicikan atau penyuapan.

5. Adanya unsur paksaan terhadap wakil suatu negara peserta. Paksaan tersebut baik dengan ancaman atau dengan penggunaan kekuatan.

6. Bertentangan dengan kaidah dasar hukum internasional.

Simak perbedaan perwakilan diplomatik dan perwakilan konsuler berikut ini.

N o.

Perwakilan Diplomatik Perwakilan Konsuler 1

.

2 .

3 .

Kekuasaan dan ruang geraknya di seluruh wilayah negara penerima.

Memiliki hak kekebalan penuh. Tidak berwenang mewakili negaranya.

Hubungan bersifat politik. Memiliki surat kepercayaan

Kekuasaan dan ruang geraknya pada kota tempat bertugas.

Memiliki hak kekebalan terbatas. Berwenang mewakili negara. Hubungan bersifat ekonomi (perdagangan).


(36)

4 .

5 .

6 .

ditanda- tangani kepala negara. Melakukan hubungan dengan pejabat tingkat pusat.

ditandatangani menteri luar negeri.

Tidak langsung berhubungan dengan pejabat tingkat pusat.

2. Organisasi Internasional

1. Pengertian Organisasi Internasional

Ada banyak tokoh hukum yang memberikan pendapat tentang pengertian organisasi internasional. Beberapa di antaranya sebagai berikut.

1.D.W. Bowett berpendapat bahwa organisasi internasional adalah organisasi permanen (misalnya di bidang postel atau administrasi kereta api) yang didirikan atas dasar suatu traktat yang lebih bersifat multilateral daripada yang bersifat bilateral dan dengan kriteria tujuan tertentu.

2.N.A. Maryam Green berpendapat bahwa organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian ketika tiga atau lebih negara menjadi peserta.

3.Boer Mauna berpendapat bahwa organisasi internasional adalah suatu perhimpunan negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri.

4.J. Pariere Mandalangi berpendapat bahwa organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian tertulis yang dilakukan oleh sekurang-kurangnya tiga negara atau pemerintah maupun organisasi-organisasi internasional yang telah ada.

2. Tujuan Organisasi Internasional

Tujuan organisasi internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap organisasi internasional pada umumnya. Tujuan khusus adalah tujuan spesifik yang ingin dicapai oleh tiap-tiap tipe organisasi internasional. Bagaimanakah tujuan umum dan tujuan khusus dari organisasi internasional? Mari


(37)

kita bahas satu per satu. 1.Tujuan Umum

Tujuan umum organisasi internasional seperti berikut.

1. Mewujudkan dan memelihara perdamaian dunia, serta keamanan internasional dengan berbagai variasi cara yang dipilih oleh organisasi internasional yang bersangkutan di antara cara dan upaya yang disediakan hukum internasional.

2. Mengatur serta meningkatkan kesejahteraan dunia maupun negara anggota, melalui berbagai cara yang dipilih dan sesuai dengan organisasi internasional yang bersangkutan.

2.Tujuan Khusus

Tujuan khusus organisasi internasional untuk menjadikan organisasi internasional sebagai wadah, forum, atau alat untuk mencapai tujuan bersama yang merupakan karakteristik tiap-tiap organisasi.

3. Peranan Organisasi Internasional dalam Meningkatkan Hubungan Internasional

Di dunia ini ada banyak organisasi internasional. Contohnya ASEAN, Konferensi Asia Afrika (KAA), dan PBB. Setiap organisasi tersebut mempunyai tujuan masing-masing. Meskipun demikian, organisasi- organisasi tersebut sama-sama berperan dalam meningkatkan hubungan internasional. Mengapa demikian? Hal ini karena organisasi-organisasi internasional seperti ASEAN, KAA, dan PBB mempunyai satu prinsip yang sama, yaitu menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai. Dengan demikian, ketegangan-ketegangan antarnegara di dunia dapat terselesaikan dengan baik dan damai. Selain itu, organisasi- organisasi internasional tersebut juga bersifat terbuka. Artinya, keanggota- annya terbuka bagi negara-negara di dunia internasional, kecuali ASEAN. Keanggotaan ASEAN hanya terbuka bagi negara-negara di Asia Tenggara.

Itulah prinsip-prinsip organisasi internasional yang dapat meningkat- kan hubungan internasional. Organisasi internasional secara khusus sangat bermanfaat bagi negara-negara anggotanya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan dari pendirian setiap organisasi internasional. Bagaimanakah dengan tujuan pendirian ASEAN, KAA, dan PBB? Agar lebih jelas, mari kita pahami satu per satu.

1.ASEAN

ASEAN merupakan singkatan dari Association of South East Asia Nations. ASEAN ini merupakan organisasi internasional yang bersifat regional, yaitu hanya beranggotakan


(1)

2.Kedua belah pihak memilih satu lagi anggota sebagai anggota komisi penyelidik yang kelima berdasarkan ke- sepakatan bersama.

3.Dalam pembentukan komisi penyelidik ini harus ada tiga anggota yang netral.

Dalam penyelidikan ini selain komisi penyelidik, diperbolehkan adanya aparat khusus negara sengketa untuk mewakili urusan mereka dan bertindak sebagai perantara antara negara dan komisi. Komisi penyelidik bertugas meneliti dan memeriksa mengenai fakta sengketa dan mempersiapkan alasan-alasan yang perlu untuk negosiasi, penyelesaian, dan perdamaian. Kesemuanya itu dituangkan dalam suatu laporan. Laporan ini tidak mempunyai sifat sebagai keputusan dan berlakunya terserah kepada para pihak yang bersengketa. Oleh karena itu, komisi dikuasakan memanggil para saksi. Pada akhir-akhir ini, Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB sering bertindak sebagai komisi penyelidik.

3. Mediasi

Mediasi adalah tindakan negara ketiga atau individu yang tidak berkepentingan dalam suatu sengketa internasional, yang bertujuan membawa ke arah negosiasi atau memberi fasilitas ke arah negosiasi dan sekaligus berperan serta dalam negosiasi pihak sengketa tersebut. Pelaksana mediasi disebut mediator. Mediator dapat dilakukan oleh pemerintah maupun individu. Mediator lebih berperan aktif demi tercapainya penyelesaian sengketa. Akan tetapi, perlu diingat bahwa saran mediator tidak mempunyai daya mengikat. Peran mediator menurut Konvensi Den Haag 1899 adalah mendamaikan tuntutan yang saling berlawanan serta meredakan rasa dendam yang mungkin timbul antarnegara yang bersengketa.

4. Konsiliasi

Seperti cara mediasi, penyelesaian sengketa melalui cara konsiliasi menggunakan intervensi pihak ketiga. Pihak ketiga yang melakukan intervensi ini biasanya adalah negara. Namun, bisa juga sebuah komisi yang dibentuk oleh para pihak. Konsiliasi juga dapat diartikan sebagai upaya penyelesaian sengketa secara bersahabat dengan bantuan negara lain atau badan pemeriksa yang netral atau tidak memihak, atau dengan bantuan Komite Penasihat.

Hal ini karena dalam konsiliasi ada beberapa tahap yang biasanya harus dilalui, yaitu: 1.penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi;

2.komisi akan mendengarkan keterangan lisan dari para pihak; dan

3.berdasarkan fakta-fakta yang diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi akan menyerahkan laporan kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan


(2)

penyelesaian sengketa.

5. Good Offices (Jasa Baik)

Good offices (jasa baik) adalah tindakan pihak ketiga yang membawa ke arah terselenggaranya negosiasi, tanpa berperan serta dalam diskusi mengenai substansi atau pokok sengketa yang bersangkutan. Good offices akan terjadi apabila pihak ketiga mencoba membujuk para pihak sengketa untuk melakukan negosiasi sendiri. Good offices merupakan suatu metode penyelesaian sengketa internasional yang tidak tercantum dalam ketentuan pasal 33 Piagam PBB. Akan tetapi, good offices merupakan suatu metode yang sering di- pergunakan oleh PBB.

Dalam pelaksanaannya, jasa baik dapat dibedakan dalam dua bentuk sebagai berikut.

1. Jasa baik teknis (technical good offices), yaitu jasa baik oleh negara atau organisasi internasional dengan cara mengundang para pihak yang bersengketa ikut serta dalam konferensi atau menyelenggarakan konferensi. Tujuannya adalah mengembalikan atau memelihara hubungan atau kontak langsung di antara para pihak yang bersengketa setelah hubungan diplomatik mereka terputus.

2.Jasa baik politik (political good offices), yaitu jasa baik yang dilakukan oleh negara atau organisasi internasional yang berupaya menciptakan suatu perdamaian atau meng- hentikan suatu peperangan yang diikuti dengan diadakannya negosiasi atau suatu kompetensi. Negosiasi, enquiry, mediasi, konsiliasi, dan jasa baik dapat juga dikatakan sebagai usaha penyelesaian sengketa melalui persesuaian pendapat antara pihak-pihak yang bersengketa secara bersahabat atau disebut rekonsiliasi (rujuk).

2. Penyelesaian Sengketa di Bawah Pengawasan PBB

Peran PBB dalam menyelesaikan sengketa secara damai dapat dilakukan secara politik atau hukum. Penyelesaian secara politik dilakukan oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB, sedangkan penyelesaian secara hukum dilakukan oleh Mahkamah Internasional.

Majelis Umum PBB menangani sengketa dengan jalan memberikan rekomendasi kepada negara yang bersengketa mengenai tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesai- kan secara damai demi terwujudnya kesejahteraan dan persahabatan. Sengketa yang ditangani Dewan Keamanan PBB dapat digolongkan menjadi dua macam sebagai berikut.


(3)

Dewan Keamanan PBB dapat merekomendasikan cara yang tepat di antara cara negosiasi, mediasi, penyelidikan, dan sebagainya.

2.Peristiwa Ancaman Perdamaian, Pelanggaran Perdamaian, atau Agresi

Dewan Keamanan PBB berwenang merekomendasikan hal- hal yang diperlukan untuk mempertahankan atau me- mulihkan perdamaian dan keamanan internasional atau meminta pihak-pihak yang bersengketa untuk memenuhi aturan atau tindakan yang ditetapkan.

3. Penyelesaian Sengketa Secara Hukum

Penyelesaian sengketa secara hukum dapat dilakukan melalui arbitrase dan pengadilan internasional seperti berikut.

1.Arbitrase Internasional

Penyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah pengajuan sengketa internasional kepada arbitrator (wasit) yang dipilih secara bebas oleh para pihak, untuk memberi keputusan dengan tidak harus terlalu terpaku pada pertimbangan-pertimbangan hukum. Keputusan arbitrase dapat didasarkan pada kepantasan dan kebaikan. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional merupakan suatu cara penerapan prinsip hukum terhadap suatu sengketa dalam batas-batas yang telah disetujui sebelumnya oleh para pihak yang bersengketa.

Ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam mengupayakan penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional. Dua hal penting tersebut seperti berikut.

1. Perlunya persetujuan para pihak dalam setiap tahap proses arbitrase. 2. Sengketa diselesaikan atas dasar menghormati hukum.

Arbitrase terdiri atas: 1. seorang arbitrator;

2. komisi bersama antara anggota-anggota yang ditunjuk oleh para pihak sengketa (biasanya warga negara dari negara yang bersangkutan); serta

3. komisi campuran yang terdiri atas orang-orang yang diajukan oleh pihak sengketa dan anggota tambahan yang dipilih dengan cara lain.

Pada dasarnya arbitrase merupakan prosedur konsensus atau kesepakatan. Persetujuan para pihaklah yang mengatur pengadilan arbitrase. Dalam hal ini pengadilan arbitrase

dilaksanakan oleh suatu "panel hakim" atau arbitrator yang dibentuk atas dasar persetujuan khusus para pihak atau dengan perjanjian arbitrase yang telah ada. Persetujuan arbitrase tersebut dikenal sebagai "kompromi" (compromis) yang memuat hal-hal berikut.

1.Persetujuan para pihak untuk terikat pada keputusan arbitrase. 2.Metode pemilihan panel arbitrase.


(4)

3.Waktu dan tempat hearing (dengar pendapat). 4.Batas-batas fakta yang harus dipertimbangkan.

5.Prinsip-prinsip hukum atau keadilan yang harus diterapkan untuk mencapai suatu keputusan.

Masyarakat internasional sudah menyediakan beberapa arbitrase internasional, seperti berikut. 1.Court of Arbitation of The International Chamber of Commerce (ICC), yaitu Pengadilan Arbitrase Kamar Dagang Internasional, yang didirikan di Paris tahun 1919.

2.International Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID), yaitu Pusat Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Internasional, yang berkedudukan di Washington DC.

3.Regional Centre for Commercial Arbitration di Kuala Lumpur, yaitu Pusat Arbitrase Dagang Regional di Kuala Lumpur tahun 1978 untuk Asia dan Regional Centre for Commercial Arbitration di Kairo tahun 1979 untuk Afrika.

2. Pengadilan Internasional (Mahkamah Internasional)

Dalam masyarakat internasional, satu-satunya cara penyelesaian sengketa atau kasus internasional melalui pengadilan adalah mengajukan sengketa ke Mahkamah Inter- nasional (International Court of Justice). Anggota masyarakat internasional jarang sekali menempuh proses ini. Alasannya sebagai berikut.

1. Proses ini hanya ditempuh sebagai jalan paling terakhir, apabila semua jalan lain mengalami kemacetan.

2. Proses ini makan waktu lama dan biaya yang cukup mahal.

3. Proses ini dipergunakan hanya untuk sengketa inter- nasional yang besar. 4. Mahkamah Internasional tidak memiliki jurisdiksi wajib.

Subjek yang dapat menjadi pihak di depan Mahkamah Internasional hanyalah negara. Adapun perkara atau sengketa yang dapat diajukan ke Mahkamah Internasional mencakup segala macam perkara. Sementara itu, perkara atau sengketa yang dapat dimintakan nasihat ke Mahkamah Internasional (advisory opinion) adalah:

1. sengketa antarnegara yang sedang ditangani badan/ organ PBB; dan


(5)

Advisory opinion dapat diminta oleh:

1. Majelis Umum PBB atau Dewan Keamanan PBB; dan

2. Badan/organ PBB selain Majelis Umum dan Dewan Keamanan atau organisasi internasional selain PBB dengan kuasa dari Majelis Umum PBB.

3. Cara Penyelesaian Sengketa oleh Mahkamah Internasional

Dalam penyelesaian sengketa internasional melalui Mahkamah Internasional dikenal istilah ajudikasi (adjudication), yaitu teknik hukum untuk menyelesaikan sengketa internasional dengan menyerahkan putusan kepada lembaga pengadilan. Perbedaan ajudikasi dengan arbitrase adalah ajudikasi mencakup proses kelembagaan yang dilakukan oleh lembaga peradilan tetap, sedangkan arbitrase dilakukan melalui prosedur ad hoc.

Berkaitan dengan upaya penyelesaian sengketa oleh Mahkamah Internasional, ada beberapa hal yang perlu Anda pahami. Beberapa hal tersebut seperti berikut.

1. Istilah Penting yang Berhubungan dengan Upaya Penyelesaian Sengketa Internasional Ada beberapa istilah penting yang berhubungan dengan upaya penyelesaian sengketa internasional. Istilah-istilah penting tersebut seperti berikut.

1. Advisory opinion, yaitu suatu opini hukum yang dibuat oleh pengadilan dalam menyelesaikan permasalahan yang diajukan oleh lembaga berwenang.

2. Compromise, yaitu suatu kesepakatan awal di antara pihak ber- sengketa yang menetapkan ketentuan ikhwal persengketaan yang akan diselesaikan.

3. Compulsory jurisdiction adalah kekuasaan peradilan internasional untuk mendengar dan memutuskan kategori tertentu mengenai suatu keputusan tanpa memerlukan kesepakatan terlebih dahulu dari pihak yang terlibat untuk menerima ketentuan hukum dan kasus tersebut.

4.Ex Aequo et Bono adalah asas untuk menetapkan keputusan oleh pengadilan internasional atas dasar keadilan dan kebaikan.

2. Prosedur Penyelesaian Sengketa oleh Mahkamah Internasional

Adapun prosedur penyelesaian sengketa oleh Mahkamah Internasional sebagai berikut. 1.Pengajuan Perkara atau Sengketa Ke Mahkamah Internasional


(6)

3.Pengambilan Keputusan

21. Menurut pendapat John Austin, hukum internasional sesungguhnya hanya merupakan kesusilaan atau sopan santun positif hubungan antar bangsa/negara sebab .... (tidak ada alat kekuasaan yang dapat menegakkan hukum internasional)

22. Pelaksanaan politik luar negeri bebas dan aktif, selain untuk mengabdi pada kepentingan nasional juga untuk .... (mewujudkan tata dunia baru yang lebih berkeadilan sosial)

23. Penyebab timbulnya sengketa internasional adalah .... 1. dibentuknya pakta pertahanan /fakta perdamaian

2. latihan bersama kekuatan militer dua negara atau lebih

3. ketidak jelasan batas wilayah antar negara yang saling berdekatan 24. Peran serta Indonesia dalam organisasi regional adalah .... 1. Penyelenggaraan Konfrensi Asia Afrika

2. Salah satu pendiri gerakan Non Blok

3. Aktif merintis dan mengembangkan organisasi di kawasan Asia Tenggara 25. Yang merupakan tugas/peran Mahkamah Internasional adalah ...

1. Memberi nasehat tentang persoalan hukum pada Majelis Umum dan Dewan Keamanan PBB

2. Mengadili semua perselisihan yang terjadi antara negara bukan anggota PBB 3. Menyelesaikan kasus HAM atau kejahatan kemanusiaan (humaniter) internasional

26. Penambahan lembaga negara yang baru sebagai hasil amendemen UUD 1945 adalah . . . . ( MK, KY, dan DPD)

27. Langkah-langkah bangsa Indonesia dalam menghadapi pengaruh globalisasi adalah ....

1. Mempertahankan nilai-nilai Nasionalisme Indonesia

2. Mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme 3. Memupuk Nasionalisme ditengah-tengah gelombang pengaruh globalisasi