HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI, DAN EKSPOR NETTO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN 1995-2007 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Ekonomi
SKRIPSI
HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI,
DAN EKSPOR NETTO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN
1995-2007
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Oleh
Yohanes K. Manggotu Saban
NIM 041324039
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
PERSEMBAHAN Aku persembahkan skripsi ini kepada:
- ALLAH Bapa Maha Kuasa Serta Putrannya Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku.
- Kedua orang tuaku Bapak Petrus Ola Saban dan Mama Kathrina K. Da Silva.
- Saudara Kembarku Alm. Yosri.
- Kakak dan adikku ( Istien, Kalis, n Ad Fr.Edi).
- Serta semua keluarga besarku serta semua pihak yang mendukung dan mendoakan sehingga sripsi ini dapat selesai.
MOTTO
(Jawaharlal Nehru) Setiap yang kita lakukan biarlah jujur kerana kejujuran itu telalu penting dalam sebuah kehidupan.
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
- Thomas Alva Edison- Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri.
- Martin Vanbee- Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak, dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi.
Tanpa kejujuran hidup sentiasa menjadi mainan orang.
ABSTRAK
HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI,
DAN EKSPOR NETTO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN
1995-2007
Yohanes K. Manggotu Saban
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan inflasi dengan nilai tukar rupiah; (2) Hubungan jumlah uang beredar dengan nilai tukar rupiah; (3) Hubungan suku bunga SBI dengan nilai tukar rupiah; dan (4) Hubungan ekspor netto dengan nilai tukar rupiah
Penelitian studi ex post fakto ini dilaksanakan pada bulan September 2009. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Data penelitian diambil dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi product moment dari Pearson.
Hasil perhitungan analisis menunjukkan bahwa: (1) Tidak ada hubungan antara inflasi dengan nilai tukar rupiah ((Sig.2-tailed) probabilitas 0,780 > α 0,05),
(2) Ada hubungan positif dan signifikan antara jumlah uang beredar dengan nilai tukar rupiah ((Sig.2-tailed) probabilitas 0,012 < α 0,05), (3) Tidak ada hubungan antara suku bunga SBI dengan nilai tukar rupiah ((Sig.2-tailed) probabilitas 0,985
> α 0,05), dan (4) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara ekspor netto nilai tukar rupiah ((Sig.2-tailed) probabilitas 0,000 <
α 0,05).
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP OF INFLATION, TOTAL OF ACQUIRE CURRENCY, SBI UNPAID INTEREST, AND NET EXPORT TOWARDS
THE RUPIAH EXCHANGE : 1995 – 2007 Yohanes K. Manggotu Saban
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009 This research intends to know: (1) the relationship between inflation and rupiah exchange; (2) the relationship between acquired currency and rupiah exchange; (3) the relationship between SBI unpaid interest and rupiah exchange rate; and (4) the relationship between net export and rupiah exchange rate.
This ex post facto study research was conducted in September 2009. The method of data collection was documentation. The data of research were taken from Center Bureau of Statistics (BPS) and Bank Indonesia (BI). The technique of data analysis was analysis of Pearson’s product moment correlation.
The result of analysis calculation shows that: (1) there is no relationship between the inflation and rupiah exchange rate (2 tailed significance) probability is 0,780 >
α 0,05), (2) There is a positive and significant relationship between the total of acquired currency and rupiah exchange rate (2 tailed significance) probability is 0,012 <
α 0,05), (3) There is no relationship between the SBI unpaid interest and rupiah exchange rate (2 tailed significance) probability is 0,985 > α
0,05), and (4) Here is positive and significant relationship between the net export and rupiah exchange rate (2 tailed significance) probability is 0,000 < α 0,05).
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan semua tahap penyusunan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG
BEREDAR, SUKU BUNGA SBI, DAN EKSPOR NETTO DENGAN NILAI
TUKAR RUPIAH DI INDONESIA TAHUN 1995-2007”.Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi pada Program Studi Pendidikan Ekonomi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dan dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi serta sekaligus sebagai dosen pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang dengan sabar membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.
3. Bapak Indra Darmawan, SE.,M.Si. selaku dosen pembimbing II yang memotivasi dan memberikan masukan yang penting selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Ibu Dosen yang telah banyak memberikan dorongan, memotivasi dan membantu penulis selama menempuh proses perkuliahan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh Staf Dekanat FKIP ( Mas Antok dkk ) dan Sekretariat Prodi Pendidikan Ekonomi ( Mbak Titin dkk) yang banyak membantu selama proses perkuliahan dan urusan administrasi penulis.
6. Kedua orang tua saya, Bapak Petrus Ola Saban dan Mama Katharina K.
Da silva yang telah banyak memotivasi dan memberikan semangat baik berupa doa maupun materi.
7. Saudara kembarku Alm. Yosri ( Doaku selalu bersamamu )
8. Kakak satu Istien dan Kalivo serta Ade Fr. Edi, yang telah memberikan dukungan doa dan semangat .
9. Kekasihku Donata yang selalu setia menemani dan mendukungku
10. Semua teman-teman kuliahku ( baik yang udah lulus maupun belum lulus): Santi, Yanti, Imel, Neny, Ina, Tuti, Puji, Rosa, Ratna, Asteria, Leny, Berhta, Frida, Riri, Kristin, Yogi, Triko, Ica, Itus, Yanu, Rico, Erisius dan lainya yang belum disebutkan. Terima Kasih atas persahabatan, kerja sama, dukungan dan keceriaan.
11. Teman- teman San Juan Community dan Ikatan Mahasiswa Ile Ape “Talaia” terima kasih atas kebersamaan dan dukungan selama ini.
12. Dan seluruh rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dimana telah banyak memberikan suka duka, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan Yesus Kristus memberikan berkatNya yang limpah. Akhir kata “Tiada gading yang tak retak”, masih banyak kekurangan dalam karya ini. Penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.
Yogyakarta, 10 Desember 2009 Penulis
Yohanes K. Manggotu Saban
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................................... vHALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vi
HALAMAN MOTO ...................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR.................................................................................... xDAFTAR ISI................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1 A. Latar Belakang Masalah.............................................................
1 B. Rumusan Masalah ....................................................................
5 C. Batasan Masalah.........................................................................
6 D. Tujuan Penelitian........................................................................
6 E. Manfaat Penelitian......................................................................
6 BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................
8 A. Pasar Valuta Asing ....................................................................
8 1. Pengertian Pasar Valuta Asing ............................................
8
2. Pelaku Pasar Valuta Asing ..................................................
8 3. Fungsi Pasar Valuta Asing ..................................................
11 4. Jenis Transaksi Valuta Asing ..............................................
13 5. Sistem Nilai Tukar...............................................................
14 B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah ..........
16 1. Inflasi ...................................................................................
16 a. Pengertian inflasi .........................................................
16 b. Penyebab inflasi ...........................................................
17 c. Penggolongan inflasi....................................................
17 d. Mengukur inflasi ..........................................................
19 e. Dampak inflasi .............................................................
20 f. Peran bank sentral ........................................................
22 g. Hubungan inflasi terhadap nilai tukar rupiah...............
23 2. Jumlah Uang Beredar ...........................................................
24 a. Permintaan uang...........................................................
25 b. Penawaran uang ...........................................................
28
c. Hubungan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar rupiah ..........................................................
31 3. Suku Bunga ..........................................................................
33 a. Pengertian suku bunga .................................................
33 b. Tipe suku bunga ...........................................................
33 c. Fungsi suku bunga .......................................................
33 d. Peranan pemerintah dalam pengendalian suku bunga .
35
e. Hubungan suku bunga terhadap nilai tukar rupiah ..................................................................
36 4. Ekspor Netto ........................................................................
38 a. Kebijakan menekan pengeluaran .................................
40 b. Kebijakan memindahkan pengeluaran .........................
41
c. Hubungan ekpor netto terhadap nilai nilai tukar rupiah .........................................................
44 C. Penelitian Sebelumnya ...............................................................
45 D. Kerangka Pemikiran ...................................................................
46 E. Hipotesis.....................................................................................
49 BAB III METODE PENELITIAN...............................................................
50 A. Jenis Penelitian..........................................................................
50 B. Jenis Dan Sumber Data .............................................................
50 C. Data yang diperlukan ................................................................
50 D. Teknik Analisis Data .................................................................
51 .....................................................................
59 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data ...........................................................................
59 B. Analisis data ..............................................................................
60 C. Korelasi product moment ..........................................................
62 D. Pembahasan ..............................................................................
66 1. Hubungan nilai tukar rupiah dengan inflasi ...........................
69 2. Hubungan nilai tukar rupiah dengan jumlah uang beredar ....
67 3. Hubungan nilai tukar rupiah dengan suku bunga SBI............
71
4. Hubungan nilai tukar rupiah dengan ekspor netto..................
73 BAB V PENUTUP ..........................................................................................
75 A. Kesimpulan ...............................................................................
75 B. Saran .........................................................................................
76 C. Keterbatasan penelitian .............................................................
77 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika..............................
5 Tabel IV.1 Data variabel terikat dan variabel bebas .................................
59 Tabel IV.2 Uji normalitas..............................................................................
60 Tabel IV. 3 Koefisien korelasi hipotesis pertama.......................................
62 Tabel IV. 4 Koefisien korelasi hipotesis kedua...........................................
63 Tabel IV. 5 Koefisien korelasi hipotesis ketiga...........................................
64 Tabel IV. 6 Koefisien korelasi hipotesis keempat ......................................
65 Tabel IV. 7 Data inflasi dan nilai tukar rupiah tahun 1995-2007 ............
66 Tabel IV. 8 Data JUB dan nilai tukar rupiah tahun 1995-2007 ...............
68 Tabel IV. 9 Data suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah tahun 1995-2007.......................................................................
72 Tabel IV. 10 Data ekspor netto dan nilai tukar rupiah tahun 1995-2007.......................................................................
73
arus investasi dalam valuta asing. Berbicara tentang valuta asing tidak terlepas dari pasar valuta asing, yang didefinisikan sebagai suatu bentuk pasar keuangan dimana mata uang asing dipertukarkan satu sama lain (Saimun, 1998).
Ada tiga fungsi utama pasar valuta asing, yaitu : (1) Transfer of
purchasing power , fungsi perpindahan daya beli dalam transaksi valuta asing
internasional. (2) Provision of credit , fungsi penyediaan kredit untuk transaksi dagang internasional. (3) Minimizing foreign exchange risk, minimisasi resiko fluktuasi valuta asing antara lain dalam bentuk hedging. Peristiwa di bidang ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 di kawasan Asia adalah krisis ekonomi yang terutama sekali "menghantam" nilai tukar mata uang negara-negara di Asia dan mempengaruhi pasar valuta asing. Akibatnya nilai tukar beberapa mata uang di Asia mengalami depresiasi yang sangat tajam terhadap dollar AS.
Menurut Jeff Madura (Arifin,1998:15) menjelaskan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar ada 3 macam, yaitu: a. Faktor Fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi
b. Faktor Teknis, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran valuta asing c. Faktor Sentimen Pasar, berkaitan dengan rumor yang bersifat insidentil yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar valuta asing dalam jangka pendek.
Pada kesempatan ini, peneliti hanya menjelaskan hubungan fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi yang berhubungan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Menurut Mc. Donald dan (Taylor,1992:25), faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar adalah variable-variabel ekonomi yang mempengaruhi fundamental ekonomi suatu negara. Variabel tersebut meliputi : jumlah uang beredar, suku bunga dan tingkat output riil.
Dampak krisis nilai tukar dirasakan sangat buruk bagi perekonomian Indonesia, pada akhir tahun 1997 nilai tukar rupiah terhadap dollar AS turun sebesar 85,46%. Akibatnya sektor-sektor ekonomi "menjadi lumpuh", hal ini dapat dilihat dari berberapa indikator makro ekonomi seperti inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan ekspor netto. Karakteristik negara Indonesia sebagai "small and open economi", menganut system devisa bebas dan ditambah dengan penerapan sistem nilai tukar mengambang (free floating ) menyebabkan pergerakan nilai tukar rupiah di pasar
exchange rate system uang menjadi rentan oleh pengaruh faktor ekonomi dan non-ekonomi.
Untuk mengurangi gejolak nilai tukar yang berlebihan, maka pelaksanaan intervensi oleh Bank Indonesia dalam pasar uang menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Kestabilan nilai tukar akan memberikan kepastian bagi pelaku-pelaku ekonomi dalam melakukan usahanya yang pada akhirnya berdampak pada stabilitas secara makro.
Upaya pengendalian nilai tukar rupiah tidak selalu diartikan pada penekanan "range" fluktuasi dalam interval yang sangat sempit, tetapi upaya stabilisasi nilai tukar rupiah lebih diartikan menjaga nilai tukar rupiah yang bergerak dengan teratur (uncertainly manner). Oleh karena itu, apabila nilai tukar rupiah berfluktuasi sangat tajam karena faktor "uncertainly", maka diperlukan "guidance" dari otoritas moneter dengan melakukan intervensi. fluktuasi nilai tukar di indonesia berhubungan dengan beberapa faktor ekonomi antara lain pertama, jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. Selama periode 1994-2004 triwulanan terjadi tujuh kali penurunan yaitu Rp 466 triliun pada triwulan I 1995 yang merupakan penurunan terendah sepanjang periode tersebut, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada triwulan I tahun 2001 sebesar Rp 13.811 triliun. Sebaliknya pada periode 1994-2004 terjadi penambahan uang beredar yang cukup berarti pada teriwulam I 1998 dan triwulan IV 2003 yang besarnya berturut-turut rp 19.927 triliun, Rp 23.756, Rp 16.212 triliun
Kedua, perkembangangan inflasi selama periode 1995-2004,
menunjukan bahwa inflasi tertinggi terjadi pada tahum 1998 sebesar 77,6% dan inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu 2,0%. Tingginya inflasi tahun 1998 disebabkan oleh adanya krisis moneter yang kemudian menjadi krisis ekonomi yang menerpa Indonesia (BPS.2004)
Ketiga, perkembangan ekspor. Sejak awal kemerdekaan sampai tahun
1968, nilai ekspor nonmigas mendominasi ekspor nasional. Namun pada tahun 1973 ekspor migas mulai mengalami kenaikan yang cukup berarti, melampaui ekspor non migas sehingga berubahnya struktur ekspor. Namun pada tahun 1988 perkembangan ekspor nonmigas meningkat pesat menjadi 60.0%. Peranan ekspor nonmigas ini terus meningkat menjadi 78,1 % pada tahun 2004.(BPS.2004)
Uraian di atas menunjukkan menunjukkan fluktuasi dari variabel indikator ekonomi. Bagi peneliti mungkin saja fluktuasi nilai tukar rupiah berhubungan dengan indikator ekonomi seperti: inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI dan eksport netto.. Berikut adalah tabel I.I nilai tukar rupiah terhadap dollar US.
TABEL I.I Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1995-2007
Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007
US Dollar
2.308 2.383 4.650 8.025 7.100 9.595 10.400 8.950 8.465 9.290 9.900 9.020
9.414 Sumber : Statistik Indonesia, beberapa tahun penerbitan. BPS
Berdasarkan pada uraian diatas, maka penelti ingin meneliti apakah fluktuasi nilai tukar rupiah berhubungan dengan inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan ekspor netto. Sehingga peneliti mengambil judul “Hubungan Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadp Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti sampaikan, maka dapat disusun rumusan masalah :
1. Apakah ada hubungan antara inflasi dengan fluktuasi nilai tukar?
2. Apakah ada hubungan antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi nilai tukar rupiah?
3. Apakah ada hubungan antara suku bunga SBI dengan fluktuasi nilai tukar rupiah?
4. Apakah ada hubungan antara nilai ekspor netto dengan fluktuasi nilai tukar rupiah?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti sampaikan, maka dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dibatasi dalam hal, Hubungan Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadap Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara inflasi dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat suku bunga Bank Indonesia dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara nilai export netto dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.
E. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak – pihak antara lain:
1. Bagi Pemerintah Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat ketika akan melakukan kebijakan moneter khususnya kurs nilai tukar rupiah dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat serta tetap menjaga kestabilan ekonomi bangsa.
2. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuaan yang berhubungan dengan ekonomi khisusnya Hubungan Inflasi, Jumlah
Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadp Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”
3. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil Penelitian ini dapat menambah referensi koleksi perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta, yang berguna bagi para
Mahasiswa/i Sanata Dharma serta pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan. mata uang domestik (Samuelson dan Nordhaus:1998;605). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut appresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang dalam negeri meningkat). Penurunan nilai mata uang disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri relatif merosot)( Salvatore :1997;10).
2. Para Pelaku Pasar Valuta Asing Pergerakan nilai valuta asing yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu karena hukum demand dan supply selalu melibatkan berbagai pelaku pasar yang mempunyai berbagai kepentingan. Pelaku pasar tersebut antara lain adalah : a. Perusahaan Untuk meningkatkan daya saing dan menekan biaya produksi perusahaan selalu melakukan eksplorasi terhadap berbagai sumber-sumber daya yang baru dan yang lebih murah. Bisanya kita menyebut kegiatan ini dengan kegiatan impor. Dan perusahaan juga akan selalu melakukan kegiatan eksplorasi market untuk memperluas jaringan distribusi barang dan jasa yang telah diproduksi oleh perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan timbul pendapatan dalam mata uang lain. Biasanya kita menyebut kegitatan tersebut dengan ekspor. Karena ada kegiatan impor dan ekspor inilah perusahaan kadang memerlukan mata uang negara lain dengan jumlah yang cukup besar.
b. Masyarakat atau Perorangan Masyarakat atau perorangan dapat melakukan transaksi valuta asing di sebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah kegiatan spekulasi, yaitu dengan memanfaatkan fluktuasi pergerakan nilai valuta asing untuk memperoleh keuntungan. Faktor kedua adalah kebutuhan konsumsi pada saat berada di luar negeri. Contoh saja ada sebuah keluarga yang melakukan perjalanan keluar negeri sebut saja negara Amerika. Pada saat mereka akan melakukan kegiatan konsumsi di Amerika maka mereka tidak bisa membayarnya dengan rupiah karena mata uang yang berlaku di Amerika adalah dolar Amerika, sehingga mereka mau tidak mau harus menukarkan uangnya terlebih dahulu ke membiayai sekolah anaknya di Australia maka sang ayah harus menukarkan uangnya kedalam bentuk Australian dolar terlebih dahulu.
c. Bank Umum Bank umum melakukan transaksi jual beli valas untuk berbagai keperluan antara lain melayani nasabah yang ingin menukarkan uangnya kedalam bentuk mata uang lain. Untuk memenuhi kewajibannya dalam bentuk valuta asing.
d. Broker Broker adalah perusahaan yang menjadi perantara terjadinya transaksi valuta asing. Mereka membantu kita untuk mencarikan pembeli ataupun penjual.
e. Pemerintah Pemerintah melakukan transaksi valuta asing untuk berbagai tujuan antara lain membayar hutang luar negeri, menerima pendapatan dari luar negeri yang harus ditukarkan lagi kedalam mata uang lokal.
f. Bank Sentral Di banyak negara bank sentral adalah lembaga independent yang bertugas menstabilkan mata uangnya. Biasanya bank sentral melakukan jual beli valuta asing dalam rangka menstabilkan nilai tukar mata uangnya yang biasa disebut dengan kegiatan intervensi.
3. Fungsi Pasar Valuta Asing Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu-lintas pembayaran internasional.
a. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dan ini dapat dilakukan dengan system “clearing” seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta para pedagang b. Karena sering terjadi transaksi yang tidak perlu segera diselesaikan pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakanya perjanjian/ kontrak jual beli dengan kredit.
c. Memungkinkan dilakukanya “hedging”. Seorang pedagang melakukan headging apabila dia pada saat yang sama melakukan transaksi jual dan beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian akibat perubahan kurs. g dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market).
Headgin
Pasar jangka adalah pasar dimana transaksi jual-beli terjadi dengan harga yang disetujui pada saat transaksi dilakukan dikemudian hari. Ini berbeda dengan “spot market” dimana transaksi dan penyerahan barang terjadi pada saat yang bersamaan.. contoh: seorang importir inggris yang mengimpor mobil dari Amerika seharga US$3000 dengan pembayaran tiga bulan akan datang. Kurs pada saat itu misalnya ₤1 = US$3, sehingga harga mobil tersebut adalah ₤1000. apabila kurs (
₤) turun menjadi ₤1 = US$2, maka harga mobil tersebut dalam ₤ sebesar ₤1500, dengan demikian importer dapat menderita kerugian.
Untuk menghindari kerugian tersebut dia dapat melakukan di pasar jangka. Caranya, importer tersebut menghubungi
headging
bank dari Inggris untuk membeli US$3000 dengan penyerahan 3 bulan yang akan datang dengan harga atau kurs yang di setujui saat itu kurs ini disebut dengan kurs jangka (forward exchange rate) yang berbeda dengan kurs spot (spot exchange rate).
Perbedaan kurs forward dengan kurs spot menggambarkan adanya perbedaan tingkat bunga di Inggris dan Amerika. Untuk menjelaskan hal ini baiklah diteruskan cerita importir tersebut di atas. Bank Inggris yang dihubungi importir tersebut berusaha mencarikan US$ seharga US$3000. bank tersebut dapat membeli US$ pada pasar spot dan kemudian menyimpannya selama tiga bulan di New York.
Dengan tindakan ini bank Inggris tersebut memperoleh bunga dari bank Amerika. Apabila tingkat bunga di Amerika lebih rendah daripada di Inggris, importir harus membayar perbedaannya. Dalam hal ini forward US$ di jual dengan premium dibandingkan dengan spot US$. Sebaliknya apabila tingkat bunga di Amerika lebih tinggi, maka perbedaannya oleh bank tersebut diberikan kepada importir. Dalam hal ini forward US$ dijual dengan diskon di bandingkan dengan spot
₤. Contoh dengan angka mungkin akan membantu memperjelas hal di atas. Misalnya importer tersebut memerlukan US$2000 untuk tiga bulan dan kurs spot
₤1 = $2. jika tingkat bunga untuk simpanan tiga bulan di Amerika sebesar 4% dan di Inggris 5%, maka bank Inggris yang akan menjual 2000 forward dolar kepada importer akan meminta
₤1000 (kurs spot) ditambah dengan 1% kerugian tingkat bunga karena uang dolar di simpan di Amerika. Total harga 2000 dolar adalah
₤1000 + ₤10 = ₤1010. Kurs forwardnya menjadi ₤1 = (2000 / 1010) = $1,98, yakni 1% discount terhadap kurs spot ( ₤1=$2). Sebaliknya apabila tingkat bunga di Amerika 4% dan di Inggris 3%, maka harga total 2000 forward dolar akan =
₤1000 - ₤10 = ₤990. kurs forwardnya menjadi ₤1 = 2000 / 990 = $2,02, yakni 1% premium terhadap kurs spot (
₤1=$2). Rasio antara kurs forward dan kurs spot menggambarkan perbedaan dalam tingkat bunga.
4. Jenis Transaksi Valuta Asing Pasar valuta asing merupakan suatu bentuk pasar keuangan dimana valuta asing dipertukarkan satu dengan lainnya, yang dikenal dengan transaksi valuta asing (foreign exchange transaction ). Dalam pasar tersebut terdapat 3 jenis transaksi valuta asing, yaitu : (Mudrajat Kuntjoro, 1966:34).
Spot Transaction , transaksi dalam valuta asing yang
penyerahannya dilakukan dengan segera dengan jangka waktu maksimal 2 hari setelah tanggal transaksi. Pada transaksi jenis ini, nilai kurs ditentukan pada saat terjadinya kontrak
, transaksi valuta asing dimana
Forward Transaction
penyerahannya dilakukan pada tanggal tertentu yang telah disetujui, dengan nilai kurs ditentukan pada saat kontrak.
Future Transaction , transaksi valuta asing yang mirip dengan
forward transaction, tetapi dalam masa "maturity" terjadi penyesuaian nilai kurs yang disesuaikan dengan kurs pasar.
Pemahaman mengenai tinggi rendahnya nilai tukar akan mempengaruhi tindakan yang akan diambil oleh pelaku-pelaku ekonomi dalam pasar valuta asing, apakah akan membeli, menjual atau menahan sementara waktu untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi nilai tukar.
Dalam berbagai literatur dijelaskan banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar.
5. Sistem Nilai Tukar Pemilihan sistem nilai tukar pada dasarnya didasarkan pada suatu negara terhadap perekonomian dunia; tingkat kemandirian kebijakan ekonomi suatu negara dan aktivitas perekonomian suatu negara. Pada dasarnya sistem penentuan nilai tukar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu ( Camarazza dan Aziz, 1997;41).
a. Sistem Kurs Tetap ( fixed exchange rate ) Dalam sistem ini, nilai tukar suatu valuta terhadap valuta yang lain ditentukan/ "dipatok" oleh Bank Sentral. Nilai tukar suatu valuta di pasar valuta asing sama dengan nilai tukar yang ditentukan oleh Bank Sentral. Sehingga untuk menjaga agar nilainya tetap, maka Bank Sentral melakukan intervensi ( membeli/ menjual valuta ) di pasar valuta asing. Hal yang perlu diperhatikan adalah kecukupan cadangan devisa yang dimiliki.
b. Sistem Mengambang Terkendali ( managed floating exchange rate ) Nilai tukar valuta dalam sistem ini ditentukan oleh pasar valuta dan band intervention yang ditetapkan oleh Bank Sentral.
Artinya, nilai tukar ditentukan oleh pasar ( suplly dan demand valuta ) tetapi pergerakannya dibatasi oleh rentang intervensi yang ditetapkan oleh Bank Sentral. Sehingga Bank Sentral harus menjaga supaya nilai tukar berada pada rentang intervensi, apabila nilai tukar bergerak melebihi rentang intervensi yang ditentukan, maka Bank Sentral akan melakukan intervensi dengan menambah supply valuta sehingga nilainya dapat bergerak kembali dalam rentang intervensi. Sebaliknya bila nilai tukar berada di bawah rentang intervensi, maka Bank Sentral akan menambah demand valuta.
c. Sistem Kurs Bebas ( free exchange rate ) Istilah lain yang digunakan adalah floating exchange rate, yaitu nilai tukar valuta asing ditentukan oleh pasar berdasarkan kekuatan tarik menarik antara supply dan demand valuta asing. Pada sistem ini Bank Sentral tidak melakukan campur tangan dalam mempengaruhi nilai tukar (pada kenyataannya sangat sulit ). Ada dua pengertian dalam floating exchange rate, yaitu : (1) clean float : nilai tukar sepenuhnya dibiarkan bebas tanpa campur tangan dari Bank Sentral, (2) dirty float : pemerintah ikut serta (relatif kecil ) dalam pasar valuta asing, misalnya dengan mengurangi distorsi.
1. Inflasi
a. Pegertian Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
b. Penyebab Inflasi Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan desakan biaya produksi. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment.
Inflasi desakan biaya (cost ) terjadi akibat
push inflation
meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.
c. Penggolongan Inflasi Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.
Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed
Inflation ). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation).
Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan : 1) Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun) 2) Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun) 3) Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun) 4) Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun) d. Mengukur Inflasi Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
1) Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. 2) Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI), adalah indeks yang mengukur biaya rata-rata yang diperlukan orang untuk bisa hidup layak. 3) Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang- barang konsumsi.
4) Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
5) Indeks harga barang-barang modal adalah indeks yang mengukur harga dari barang-barang modal.
6) Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua e. Dampak Inflasi Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
f. Peran Bank Sentral Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi.
Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs).
g. Hubungan Inflasi dengan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Sebuah perekonomian mengalami inflasi (inflation) apabila tingkat harganya meningkat dan ia disebut mengalami deflasi apabila (deflation) jika tingkat harganya menurun. Melalui penelahaan terhadap inflasi kita akan lebih memahami bagaimana kurs bergerak menyusaikan diri terhadap berbagai gangguan moneter dalam perekonomian.
Anailisis kita disini mengenai dampak-dampak jangka pendek yang ditimbulkan oleh perubahan moneter yang bertumpu pada asumsi bahwa tingkat harga suatu negara, berbeda dengan kursnya, tidak bisa meningkat secara seketika. Asumsi ini tidak sepenuhnya benar, mengingat banyak komoditi, misalnya produk-produk pertanian yang mengalami perubahan harga secara tajam dari hari ke hari sehubungan dengan terjadinya pergeseran tingkat penawaran dan permintaannya. Selain itu perubahan kurs itu sendiri bisa mempengaruhi harga barang dan jasa tertentu secara relative terhadap barang dan jasa lainnya yang secara bersama membentuk harga.
Namun banyak harga dalam perekonomian yang dibakukan melalui kontrak-kontrak jangka panjang yang tidak bisa diubah seketika seperti ini yang paling penting adalah harga tenaga kerja (tingkat upah) yang biasanya, diberbagai sector industri dirundingkan hanya sekali (katakanlah satu tahun sekali). Upah tidak secara langsung mengindikasikan tingkat harga secara keseluruan, melainkan menunjukan biaya produksi barang dan jasa. Mengingat harga output sangat dipengaruhi oleh gejolak tingkat upah.
Dalam jangka pendek gerak kurs lebih lincah ( lebih sering berubah- ubah) dari pada tingkat harga relative. Namun asumsi ini tidak selamanya berlaku dan tidak bisa diterapkan untuk semua Negara.
2. Jumlah Uang Beredar Di dalam membahas mengenai uang yang beredar di perekonomian, adalah penting untuk membedakan diantara uang dalam peredaran dan uang beredar. Mata uang dalam peredaran adalah seluruh jumlah uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral. Mata uang tersebut terdiri dari dua jenis yaitu uang logam dan uang kertas. Dengan demikian uang dalam peredaran adalah sama dengan uang kartal. Sedangkan uang beredar adalah semua jenis uang yang berada dalam perekonomian, yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum.
Pengetian uang beredar telah dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu pengertian terbatas dan pengertian luas. Dalam pengertian terbatas uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang badan pemerintah. Dalam pengertian yang luas uang beredar meliputi: (i) mata uang dalam peredaran, (ii) uang giral, (iii) uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar dalam pengertian luas ini dinamakan juga sebagai likuiditas perekonomian atau M2. pengertian yang sempit dari uang beredar selalu disingkat dengan M1.