RPI-2JM Bidang Cipta Karya Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak
RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan
sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan
fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang
menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber
daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian
untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen
harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan
dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan
kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluasluasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah.
Untuk membantu Kepala Daerah
dalam
1
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk kedalam organisasi
tersendiri.
Besaran
organisasi
perangkat
daerah
sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan
tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya
tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan
penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani,
dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan
organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa
sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang
wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban
untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di
Bidang
Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1)
Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya
adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa
bidang pekerjaan umum merupakan
bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan
daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
2
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,
Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan
perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri
dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3
subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Bupati/Walikota
DPRD
Sekretaris
Daerah
Dinas
Lembaga/Badan
Sumber : PP 41/2007
Gambar 10.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya
upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas
sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta
pengembangan
sistem
akuntabilitas
kinerja
instansi
pemerintah
dan
aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh
upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi
pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan
penerapan e-government diberbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan
3
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat
dan
daerah
diharapkan
secara
bertahap
dalam
memperbaiki
sistem
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang
lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas
kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan
Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan
peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan
mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan
kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan,
penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah
daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah
menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan
disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari
sembilan program, yaitu:
1. Program
Manajemen
Perubahan,
meliputi:
penyusunan
strategi
manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi
dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan
berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh
K/Ldan Pemda;
4
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi
tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani
organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas
dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem
rekrutmen pegawai, analisis
dan evaluasi jabatan, penyusunan standar
kompetensi jabatan, asesmen individu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan
sistem manajemen kinerja organisasi dan
penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada
unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi diKementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat
pada gambar 10.2 berikut ini.
5
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam
seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah ditingkat Pusat
dan
Daerah.
Presiden
menginstruksikan
untuk
melaksanakan
pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan,
pemantauan,
evaluasi
atas
pembangunan nasional yang berperspektif
kebijakan
dan
program
gender sesuai dengan bidang
tugas dan fungsi, serta kewenangan masing- masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah
mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu
perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya
untuk
memasukkan
prinsip-prinsip
PUG,
demikian
pula
didalam
pengelolaanRPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang
PU yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Target
pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2,
dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggung jawab kelembagaan
yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk subbidang Cipta Karya
yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam
koordinasi
penyelenggaraan
pelayanan
dasar
bidang
PU,
sedangkan
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar
bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang
bertanggung jawab diBidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
6
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan
perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat
daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing
SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan
Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai
dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah
standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi
kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk
didalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum,
drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan
Pegawai
Berdasarkan
Beban
Kerja
Dalam
Rangka
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah
dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka
penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek
pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan ratarata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan
dan
pengendalian
pelayanan
perkotaan,
sedangkan
Bupati/Walikota
melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayananperkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di
atas, maka dimungkinkan untuk
mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan
perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada subbidang
Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk
menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan
7
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
10.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah
Kota Banda Aceh yang menangani bidang Cipta Karya. Dinas Cipta Karya dan
Pengairan Kota Banda Aceh merupakan Struktur Kelembagaan Pemerintah Daerah
yang menangani bidang Cipta Karya.
10.2.1.Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan
Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian adalah struktur, tugas, dan fungsi
pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
10.2.2.Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan
salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan.
Tata
laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja
antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan
kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan
produktifitas dan kinerja.
Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta
Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi
dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masingmasing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang
koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya,
maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari
tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan
menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan diatas perlu dituangkan didalam
Peraturan
Daerah
tentang
keorganisasian
Pemerintah
kota,
khususnya
menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya.
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu
8
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
dilengkapi dengan tata laksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat
dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.
Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No.
Instansi
(1)
Peran Instansi dalam
Pembangunan Bidang
CK
Unit/Bagian yang
Menangani Pembangunan
Bidang CK
(3)
(4)
(2)
1.
Bappeda
Sebagai instansi perencanaan
Bidang Sarpas
program dalam pembangunan bidang
cipta karya
2.
DinasPU
3.
Dinas
Kebersihan
Sebagai instansi teknis dalam
Bidang Cipta Karya dan Bidang
pembangunan infrasuktur bidang
SDA
cipta karya
Sebagai instansi teknis dalam bidang Bidang Persampahan
pengelolaan sampah
Tabel 10.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
No.
Nama SOP
(1)
Instansi yang
Terlibat
(2)
PengembanganPermukiman
1
Pembangunan Rumah Susun
(3)
Perencanaan Pembangunan
Permukiman
Sebagai Dinas Teknis Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Bapedda
Badan perencanaan pembangunan daerah
PenataanBangunandanLingkungan
1
Bantek dan pendampingan Reperda BG Dinas PU
2
(4)
Dinas PU
Pembangunan rumah rusunawa
2
Tugas dan Fungsi
Instansi dalamSOP
Sebagai Dinas Teknis Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Sebagai Dinas Teknis Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Penyusunan RTBL
Dinas PU
PengembanganAir Minum
1
Pembinaan PDAM
Dinas PU
Sebagai Dinas Teknis Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
PDAM
Sebagai pengelola dan lembaga
pendistribusian air bersih ke masyarakat
Dinas Kebersihan
Sebagai Dinas Teknis pengelolaan sampah
Bapedda
Badan perencanaan pembangunan daerah
2
Penambahan akses air minum bagi
masyarakat berpegahasilan rendah
PengembanganPLP
1
Peningkatan /Pembangunan/TPS/3R
2
Pembangunan fasilitas pengelolaan air
limbah dan operasionalnya
SOP Non-Teknis
1
Perencanaan Pembangunan wilayah
9
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
10.2.3.Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM
aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi,
yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian
ini menguraikan kondisi SDM dikeorganisasian instansi yang menangani bidang
Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai
komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.
Tabel 10.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Unit
Kerja
Jenis
Kelamin
Golongan
(1)
(2)
LatarBelakang
Pendidikan
(3)
(4)
Jabatan
Fungsional
(5)
DinasPU Kota Gol I/II:8orang
Banda Aceh
Gol III:66 orang
Gol IV:4 orang
Pria:95orang
Wanita: 29orang
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang
optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak
RPI2-JM Bidang Cipta Karya agar dapat dikelola dengan baik dan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan
sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan
fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang
menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber
daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian
untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen
harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
10.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan
dan peningkatan kapasitas kelembagaan bidang Cipta Karya pada pemerintahan
kabupaten/kota.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluasluasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan
umum, dan daya saing daerah.
Untuk membantu Kepala Daerah
dalam
1
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi
adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk kedalam organisasi
tersendiri.
Besaran
organisasi
perangkat
daerah
sekurang-kurangnya
mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan
tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya
tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan
penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani,
dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan
organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa
sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang
wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban
untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.
PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di
Bidang
Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi: “(1)
Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya
adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa
bidang pekerjaan umum merupakan
bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya sebagai salah satu perangkat pembangunan
daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
2
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi
Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,
Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan
perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri
dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3
subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
Bupati/Walikota
DPRD
Sekretaris
Daerah
Dinas
Lembaga/Badan
Sumber : PP 41/2007
Gambar 10.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya
upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas
sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta
pengembangan
sistem
akuntabilitas
kinerja
instansi
pemerintah
dan
aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh
upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi
pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan
penerapan e-government diberbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan
3
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat
dan
daerah
diharapkan
secara
bertahap
dalam
memperbaiki
sistem
ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang
lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas
kinerja.
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan
Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan
peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan
mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan
kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan,
penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah
daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah
menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan
disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari
sembilan program, yaitu:
1. Program
Manajemen
Perubahan,
meliputi:
penyusunan
strategi
manajemen perubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi
dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan
berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh
K/Ldan Pemda;
4
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi
tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani
organisasi, tatalaksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas
dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem
rekrutmen pegawai, analisis
dan evaluasi jabatan, penyusunan standar
kompetensi jabatan, asesmen individu berdasarkan kompetensi;
6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP);
7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, pengembangan
sistem manajemen kinerja organisasi dan
penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);
8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada
unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
Pola pikir Reformasi Birokrasi diKementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat
pada gambar 10.2 berikut ini.
5
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam
seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah ditingkat Pusat
dan
Daerah.
Presiden
menginstruksikan
untuk
melaksanakan
pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan,
pemantauan,
evaluasi
atas
pembangunan nasional yang berperspektif
kebijakan
dan
program
gender sesuai dengan bidang
tugas dan fungsi, serta kewenangan masing- masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah
mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Cipta Karya. Untuk itu
perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya
untuk
memasukkan
prinsip-prinsip
PUG,
demikian
pula
didalam
pengelolaanRPI2-JM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang
Standar Pelayanan Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang
PU yang menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Target
pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2,
dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggung jawab kelembagaan
yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk subbidang Cipta Karya
yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam
koordinasi
penyelenggaraan
pelayanan
dasar
bidang
PU,
sedangkan
Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar
bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang
bertanggung jawab diBidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
6
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan
perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat
daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing
SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan
Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai
dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah
standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi
kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk
didalamnya jenis pelayanan bidang Cipta Karya, seperti perumahan, air minum,
drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan
Kebutuhan
Pegawai
Berdasarkan
Beban
Kerja
Dalam
Rangka
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah
dalam menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka
penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek
pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan ratarata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan
dan
pengendalian
pelayanan
perkotaan,
sedangkan
Bupati/Walikota
melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayananperkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di
atas, maka dimungkinkan untuk
mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan
perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada subbidang
Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk
menangani urusan pemerintah pada bidang Cipta Karya maka diharapkan
7
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
10.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini
Menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah
Kota Banda Aceh yang menangani bidang Cipta Karya. Dinas Cipta Karya dan
Pengairan Kota Banda Aceh merupakan Struktur Kelembagaan Pemerintah Daerah
yang menangani bidang Cipta Karya.
10.2.1.Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan
Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian adalah struktur, tugas, dan fungsi
pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.
10.2.2.Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan
salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan.
Tata
laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja
antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan
kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan
produktifitas dan kinerja.
Secara internal, Cipta Karya keorganisasian urusan pemerintah bidang Cipta
Karya, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi
dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masingmasing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang
koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan Cipta Karya,
maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari
tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan
menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.
Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan diatas perlu dituangkan didalam
Peraturan
Daerah
tentang
keorganisasian
Pemerintah
kota,
khususnya
menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang Cipta Karya.
Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu
8
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
dilengkapi dengan tata laksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta
Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat
dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya.
Tabel 10.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya
No.
Instansi
(1)
Peran Instansi dalam
Pembangunan Bidang
CK
Unit/Bagian yang
Menangani Pembangunan
Bidang CK
(3)
(4)
(2)
1.
Bappeda
Sebagai instansi perencanaan
Bidang Sarpas
program dalam pembangunan bidang
cipta karya
2.
DinasPU
3.
Dinas
Kebersihan
Sebagai instansi teknis dalam
Bidang Cipta Karya dan Bidang
pembangunan infrasuktur bidang
SDA
cipta karya
Sebagai instansi teknis dalam bidang Bidang Persampahan
pengelolaan sampah
Tabel 10.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya
No.
Nama SOP
(1)
Instansi yang
Terlibat
(2)
PengembanganPermukiman
1
Pembangunan Rumah Susun
(3)
Perencanaan Pembangunan
Permukiman
Sebagai Dinas Teknis Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Bapedda
Badan perencanaan pembangunan daerah
PenataanBangunandanLingkungan
1
Bantek dan pendampingan Reperda BG Dinas PU
2
(4)
Dinas PU
Pembangunan rumah rusunawa
2
Tugas dan Fungsi
Instansi dalamSOP
Sebagai Dinas Teknis Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Sebagai Dinas Teknis Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
Penyusunan RTBL
Dinas PU
PengembanganAir Minum
1
Pembinaan PDAM
Dinas PU
Sebagai Dinas Teknis Pembangunan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
PDAM
Sebagai pengelola dan lembaga
pendistribusian air bersih ke masyarakat
Dinas Kebersihan
Sebagai Dinas Teknis pengelolaan sampah
Bapedda
Badan perencanaan pembangunan daerah
2
Penambahan akses air minum bagi
masyarakat berpegahasilan rendah
PengembanganPLP
1
Peningkatan /Pembangunan/TPS/3R
2
Pembangunan fasilitas pengelolaan air
limbah dan operasionalnya
SOP Non-Teknis
1
Perencanaan Pembangunan wilayah
9
RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kota Banda Aceh Tahun 2015-2019
10.2.3.Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM
aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi,
yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian
ini menguraikan kondisi SDM dikeorganisasian instansi yang menangani bidang
Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai
komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya.
Tabel 10.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya
Unit
Kerja
Jenis
Kelamin
Golongan
(1)
(2)
LatarBelakang
Pendidikan
(3)
(4)
Jabatan
Fungsional
(5)
DinasPU Kota Gol I/II:8orang
Banda Aceh
Gol III:66 orang
Gol IV:4 orang
Pria:95orang
Wanita: 29orang