BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga - HELMI FUADI BAB II

  1. Pengertian Friedman, (2010) mendefinisikan keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan ,

  ‟lembaga‟ yang memengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya layanan perlu diperhitungkan.

  Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum (Zaidin Ali, 2010). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung (Zaidin Ali, 2010).

  Dari ketiga definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat, terdiri dari dua orang atau lebih yang tergabung dalam hubungan darah, perkawinan dan saling ketergantungan yang mempunyai hubungan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota.

  2. Fungsi Keluarga Fungsi keluarga menurut Friedman, (2010) adalah :

  a. Fungsi afektif Fungsi afektif merupakan hubungan sosial yang positif berhubungan dengan hasil kesehatan yang lebih baik, umur panjang, dan penurunan tingkat stres. Sebaliknya, kehidupan dengan akibat yang dapat menganggu kesehatan fisik (misal tidur, tekanan darah tinggi, penurunan respon imun).

  b. Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan atau perubahan yang terjadi atau dialami seseorang sebagai hasil dari interaksi dan pembelajaran peran sosial. Sosialisasi dimulai dari sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosilalisasi.

  c. Fungsi reproduksi Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

  d. Fungsi ekonomi

  Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.

  e. Fungsi perawatan keluarga Fungsi untuk menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.

  a. Beberapa tipe keluarga menurut (Friedman, 2010), antara lain adalah sebagai berikut : 1) Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungjawab dan tinggal dalam satu rumah, terpisah dari anak keluarga lainnya. 2) Extended Family (keluarga besar), yaitu satu keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling menunjang satu sama lain. 3) Single parent family, yaitu satu keluarga yang dikepalai oelh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung kepadanya. 4) Nuclear dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

  5) Blended family, yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil perkawinan terdahulu. 6) Three generation family, yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.

  7) Single adult living alone, yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

  8) Middle age atau ederly couple, yaitu keluarga yang terdiri dari

  4. Tahap dan Perkembangan Keluarga Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 2010) adalah :

  a. Tahap I Keluarga pemula atau keluarga pasangan baru. Tugas perkembangan menjadi :

  1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan 2) Membangun jalinan persaudaraan yang harmonis 3) Keluarga berencana

  Masalah kesehatan utama adalah penyesuian seksual dan peran perkawinan, penyuluhan dan konseling, prenatal dan komunikasi, keluarga informasi sering mengakibatkan masalah-masalah emosional dan seksual, kekuatan, rasa bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit

  —penyakit kelamin baik sebelum maupun sesudah perkawinan.

  Pada tahap ini, peran perawat sebagai perawatan keluarga harus memberikan penyuluhan ataupun konseling tentang seksualitas, keluarga berencana, prenatal, dan masalah-masalah yang terkait pada keluarga pemula/pasangan baru.

  Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Setelah lahir anak pertama keluarga mempunyai tugas perkembangan yang penting yaitu : a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

  b) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dengan kebutuhan anggota keluarga c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

  d) Mempertahankan persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua, kakek dan nenek Masalah keluarga utama keluarga dalam tahap ini adalah pendidikan maternitas yang terpusat pada keluarga, perawat bayi yang baik, pengertian dan penanganan masalah-masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi, konseling, perkembangan anak, keluarga berencana, interaksi keluarga, dan bidang-bindang peningkatan kesehatan umumnya.

  Pada tahap kedua ini peran perawat memberikan konseling dan demolistriasi pada kelurga tentang kebutuhan nutrisi anak.

  c. Tahap III Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 2

  ½

  tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lima ornag, dengan pasti suami-ayah, istri-ibu, anak laki-laki- saudara,

  Menurut Duval dan Miller (1985) dikutip oleh Setiadi (2008) tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah : 1) Memenuhi kebutuahan anggota keluarga seperti rumah, ruang bersalin, prifasi, keamanan 2) Mensosialisasikan anak 3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain 4) Mempertahanakan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga

  (keluarga besar dan komunitas) Karena daya tahan spesifik terhadap banyaj bakteri dan virus, serta paparan yang meningkat, anak-anak usia pra sekolah sering menderita sakit dengan suatu penyakit infeksi primer secara bergantian. Jadi kontak anak dengan penyakit inferksi dan menular, serta kerantanan kesehatan utama. (Friedman, 1998 dikutip Setiadi, 2008) Masalah kesehatan fisik yang terutama adalah penyakit-penyakit menular yang umum pada anak, jatuh, luak bakar, keracunan serta kecelakaan-kecelakaan lain yang terjadi selama usia prasekolah. Masalah-masalah kesehatan lain yang penting adalah pesaingan diantara kakak-adik, keluarag berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan masalah pengasuh anak seperti pembatasan lingkungan masalah komunikasi keluarga.

  Tugas perawat dalam tahap ini adalah memberikan pengetahuan pada keluarga perawatan terhadap anak usia prasekolah, memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang anak dan memotifasi keluarga agar memperhatikan kesehatan anak.

  d. Tahap IV Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun dengan tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat, kemudian mempertahankan hubungan perkawinan yang memusatkan dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

  Peran perawat pada tahap ini adalah memotivasi keluarga untuk selalu memperhatikan kegiatan anak baik didalam maupun diluar rumah.

  e. Tahap V Keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja, yaitu :

  1) Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab sejalan dengan maturitas remaja.

  2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan antar pasangan 3) Melakukan komunikasi terbuka anatara anak dan orang tua.

  Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan 4) Mempertahankan standar etik dan moral keluarga

  Ini merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk betanggung jawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orang tua dan ramaja karena anak mengingikan kebebasan untuk melakukan aktivitasnya sementara orang tua mempunyai hak untuk mengontrol aktivitas anak. Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan remaja tetap harmonis.

  f. Tahap VI Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai kehidupan dewasa yang mandiri.

  Pada tugas perkembangan tahap ini yaitu memperoleh siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru, dengan melanjutkan untuk mempengaruhi dan menyesuaikan kembali, serta yang paling penting adalah membantu orang tua lanjut usia yang sakit- sakitan dari suami atau istri.

  g. Tahap VII Orang tua usia pertengahandimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan terakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun sampai kurang lebih 16-17 tahun kemudian.

  Tugas perkembangan yang pertama adalah menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, kemudian mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para h. Tahap VIII Tugas keluarga antara lain, yang pertama untuk mempertahankan pengaturan hidup yang menurun untuk tetap bisa mempertahankan hubungan perkawinan dan menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan, hal ini juga perlu mempertahankan ikatan keluarga agar generasi penerus untuk memahami eksistensi mereka. pada keluarga tentang pesiapan pelepasan orang yang dicintai.

  5. Struktur Keluarga

  orang tua, lansia dan anak-anak, dan yang terakhir memperoleh hubungan perkawinan.

  a. Struktur Peran Keluarga Terdapat 2 perspektif dasar mengenai peran orientasi struktural yang menekankan pengaruh normatif yaitu pengaruh yang berkaitan dengan status

  • – status tertentu dan peran – peran terkaitnya dan orientasi interaksi yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari interaksi sosial. (Turner, 1970 dalam Friedman, 2010). 1). Peran Formal Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggota keluarga seperti cara masyarakat membagi peran
  • – perannya, bagaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi suatu sistem. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari nafkah, ibu
rumah tangga, tukang perbaiki rumah, pengasuh anak, dan manager keuangan). (Friedman, 2003).

  Menurut Gaces (1976, dalam Friedman, 2010) mendefinisikan 6 peran dasar yang membentuk posisi sebagai suami (ayah) dan istri (ibu), peran

  • – peran tersebut adalah peran sebagai provider (penyedia), peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan, peran terapeutik, (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), peran seksual. Peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak kekuasaan
  • – permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga (Stir, 1976 dalam Friedman, 2010).

  b. Struktur Nilai Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang mempunyai bentuk perilaku spesifik (Rokeach, 1973 dalam Friedman, 2010). Sedangkan nilai

  • – nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar mupun tidak sadar mengikat bersama
  • – sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim.

  c. Struktur Kekuatan Keluarga Kekuasaan merupakan kemampuan potensial maupun aktual dari seorang individu untuk mengontrol, mempengaruhi, mengubah tingkah laku seseorang (Friedman, 2010). Kekuasan keluarga sebagai sebuah karakteristik dari sistem keluarga adalah kemampuan untuk potensial maupun aktual dari seorang anggota individu untuk mengubah tingkah laku anggota keluarga. (Olson & Cromwell, 1975 dalam Friedman, 2010).

  d. Pola dan Proses Komunikasi 1) Pola interaksi keluarga yang berfungsi bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik, berfikiran positif, tidak mengulang

  • – 2) Karakteristik keluarga berfungsi sebagai karakteristik pengirim dan karakteristik penerima. Karakteristik pengirim berfungsi dalam mengemukakan sesuatu pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. Sedangkan karakteristik penerima berfungsi siap mendengarkan, memberikan umpan balik, melakukan validasi. (Setiyowati & Murwani, 2008).

  6. Proses Dan Strategi Koping Keluarga Menurut Fridman (2010) dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga ada beberapa peran yang dapat dilakukan oleh perawat diantaranya : a. Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit.

  b. Koordinator atau menjadi pelayan kesehatan dan perawatan keluarga.

  c. Menjadi fasilitator dalam pelayanan kesehatan.

  d. Menjadi penyuluh, pendidikan dan konsultan kesehatan.

  7. Keluarga Sebagai Klien Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga menurut (Friedman, 2010) yang membagi keluarga kedalam bidang kesehatan yang dapat dilakukan, yaitu : a. Dapat mengenal masalah kesehatan disetiap anggota keluarga yang mengalami masalah.

  Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan keluarga habis. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan pada keluarga salah satunya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan.

  b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga yang bermasalah dengan kesehatannya.

  Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

  c. Memberikan keperawatan untuk melakukan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat membantu dirinya sendiri yang cacat atau usianya yang terlalu masih muda.

  Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat perawatan pada penyakitnya. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

  d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan anggota keluarga yang lainnya.

  Pemeliharaan lingkungan yang baik akan meningkatkan kesehatan keluarga dan membantu penyembuhan. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan bisa di sebabkan karena terbatasnya sumber-sumber keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

  e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan.

  Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi.

B. Konsep Kehamilan Resiko Tinggi

  1. Definisi Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang memiliki resiko meninggalnya bayi, ibu atau melahirkan bayi yang cacat atau terjadi umumnya. Penyebab kehamilan resiko pada ibu hamil adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. Pengetahuan ibu tentang tujuan atau manfaat pemeriksaan kehamilan dapat memotivasinya untuk memeriksakan kehamilan secara rutin.

  Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan hidup sehat meliputi jenis makanan bergizi, menjaga kebersihan diri, serta pentingnya istirahat cukup sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi dan tetap mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada. Umur seseorang dapat mempengaruhi keadaan kehamilannya. Bila wanita tersebut hamil pada masa reproduksi, kecil kemungkinan untuk mengalami komplikasi di bandingkan wanita yang hamil dibawah usia reproduksi ataupun diatas usia reproduksi (Rikadewi, 2010)

  2. Faktor kehamilan resiko tinggi a. Kriteria Kehamilan Resiko Tinggi Ibu hamil dengan resiko tinggi perlu mendapatkan pengawasan antenatal khusus sehingga tepat pelayanan yang di dapat oleh ibu tersebut. Kehamilan yang mempunyai kriteria hehamilan resiko tinggi ( Manuaba, 2012 ) yaitu :

  1) Primipara muda berusia kurang dari 16 tahun, primipara tua dengan usia lebih dari 35 tahun, dan primipara sekunder dengan usia anak terkecil diatas 5 tahun. 2) Riwayat operasi ( operasi plastik pada vagina atau tumor vagina, 3) Riwayat kehamilan ( keguguran berulang, kematian intrauteri, sering mengalami perdarahan saat kehamilan, terjadi infeksi saat kehamilan, riwayat molahidosa atau korio karsinoma ). 4) Riwayat persalinan ( persalinan premature, persalinan dengan berat bayi lahir rendah, persalinan lahir mati, persalinan dengan induksi, persalinan dengan manual plasenta, persalinan dengan perdarahan post partum dan persalinan dengan tindakan ).

  5) Tinggi badan kurang dari 145 cm. 6) Kehamilan yang disertai dengan penyakit ( jantung, paru, hati, ginjal, dan diabetes melitus ).

  3. Faktor penyebab resiko tinggi

  a. Faktor Penyebab Terjadi Kehamilan Resiko Tinggi ( Permatasari, 2012 ) adalah

  1) Faktor non medis

  Kemiskinan, ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, status gizi, sosial ekonomi yang rendah, kebersihan lingkungan, kesehatan untuk memeriksa kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan.

  2) Faktor medis Penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi janin, penyakit neonatus, dan kelainan genetik.

  4. Dampak kehamilan resiko tinggi ( Permatasari, 2012 ) adalah :

  1) Abortus 2) Perdarahan 3) Keracunan Kehamilan 4) Kejang

  • – kejang 5) Berkurangnya gerakan janin 6) Persalinan premature 7) Gangguan perkembangan dan pertumbuhan kehamilan 8) Ketuban pecah dini C.

Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kehamilan Resiko Tinggi

  Menurut muwarni (2007), pengkajian adalah suatu tahapan dimana seseorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dan tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :

  Wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dari ujung rambut ke ujung kaki, data sekunder, contoh : hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smer dan sebagainya.

  Pada proses pengkajian ada hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga diantaranya adalah

  1. Pengkajian

  a. Identitas klien

  b. Riwayat kesehatan Apakah ada kebiasaan buruk saat kehamilan seperti merokok, minum alkohol, dan obat keras. Apakah pemeriksaan yang dilakukan secara rutin dan teratur. 2) Riwayat kesehatan sekarang

  Kaji kesehatan yang dirasakan klien pada saat anamnesa, seperti adanya perawatan kesehatan yang baik ataupun tidak pada saat kehamilan.

  3) Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji ada tidaknya salah satu keluarga yang menderita penyakit menular atau keturunan. Ada atau tidaknya riwayat keluarga yang mengalami kahamilan resiko tinggi.

  c. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum klien

  Lakukan inspeksi, palpasi, perkusi, maupun auskultasi dari kepala, mata, hidung, telinga, leher, dada, jantung, perut, genitouria, ekstremitas dan khususnya pemeriksaan obstetric pada ibu hamil. 2) Kaji nutrisi, eliminasi, aktivitas dan perawatan diri

  d. Pemeriksaan diagnostik 1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan 2) Pemeriksaan tekanan darah 3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus 7) Toksoid (TT) bila diperlukan 8) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan 9) Tes laboratorium (rutin dan khusus) 10) Tatalaksana kasus 11) Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan 12) pencegahan komplikasi serta KB (P4K) paska persalinan

  2. Diagnosa Keperawatan dan Fokus Intervensi

  a. Diagnosa : Ketidakmampuan koping keluarga (NANDA 2015, Friedman 2010) Tujuan : Setelah dilakukan pertemuan selama 2 kali tatap muka diharapkan masalah ketidakmampuan koping keluarga dapat diminimalkan.

  Kriteria hasil : Keluarga dan klien mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kehamilan resiko tinggi (NOC) Intervensi :

  1) Ketidakmampuan keluarga mengenal pemeriksaan dan perawatan kehamilan (NIC) a) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan pemeriksaan kehamilan

  c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga

  3. Implementasi

  

Mengkaji pengetahuan klien, mengkaji pola makan klien, mengajarkan

  pengetahuan tentang pentingnya erawatan kehamilan, memotivasi keluarga untuk selalu mendukung klien, memberikan reinforcement positif pada keluarga atas kemampuannya mengambil keputusan, memberikan support pada keluarga, mendiskusikan dengan keluarga tentang peawatan dan pemeriksaan kehamilan, motivasi keluarga untuk selalu memperhatikan kesehatan, menjelaskan pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan manfaatnya, menganjurkan pada keluarga untuk menggunakan fasilitas kesehatan jika membutuhkan.

  4. Evaluasi

  S : Ibu S mengtakan mengerti tentang apa yang sudah dijelaskan O :Ibu S dapat menjawab pertanyaan yang diberikan setelah pendidikan kesehatan A : Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit P : -Motivasi keluarga dan Ibu S untuk menghindari faktor resiko

  • Motivasi klien dan keluarga untuk rutin melakukan pemeriksaan ke .

  fasilitas kesehatan