BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga - PUSPITA DAMAYANTI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga

  1. Definisi keluarga Menurut Bailon dan Magya (1989 dalam Zaidin, 2009), keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

  Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling berinteraksi satu sama lainnya dalam peranya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Sutanto, 2012).

  Keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perananya dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Achjar, 2010).

  Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih dalam ikatan perkawinan atau tidak dan berhubungan darah, yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga hidup bersama dalam satu rumah untuk sebuah tujuan dalam peranannya dan menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.

  2. Fungsi keluarga Fungsi dasar keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga itu sendiri dan kebutuhan masyarakat yang lebih luas.

  Beberapa fungsi keluarga yang dapat dijalankan menurut Friedman, (2010) keluarga sebagai berikut :

  a. Fungsi afektif Memfasilitasi stabilitasi kepribadian orang dewasa dan memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.

  b. Fungsi sosialisasi dan status sosial Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif, serta memberikan status pada anggota keluarga.

  c. Fungsi reproduksi Untuk mempertahankan kontuinitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

  d. Fungsi ekonomi Melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup finansial, ruang, dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. e. Fungsi perawatan kesehatan Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya. Friedman, (2010) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu : a) Mengenal masalah kesehatan.

  b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan keperawatan.

  c) Melakukan perawatan di rumah bagi anggota keluarga yang sakit.

  d) Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan.

  e) Menggunakan fasilitas kesehatan.

  3. Tipe dan bentuk keluarga Tipe atau bentuk keluarga menurut Sudiharto, 2007 :

  a. Keluarga inti (nuclear family), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

  b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan. c. Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu.

  d. Keluarga berantai (social family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.

  e. Keluarga duda atau janda, adalah keluarga yang terbentuk karena perceraian dan atau kematian pasangan yang dicintai.

  f. Keluarga komposit (composite family), adalah keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.

  g. Keluarga kohabitasi (cohabitation), adalah dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di indonesia bentuk keluarga inti tidak lazim dan bertentangan dengan budaya timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.

  h. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik. i. Keluarga tradisional dan non tradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.

  4. Tahap dan perkembangan keluarga menurut Friedman, 2010 :

  a. Tahap I : keluarga pasangan baru Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut tahap pernikahan. Pasangan yang baru menikah, saat ini membuat porsi rumah tangga menjadi lebih kecil daripada beberapa dekade sebelumnya.

  Tugas perkembangan :

  • Membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain
  • Berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan
  • Merencanakan sebuah keluarga (keputusan tentang menjadi orang tua).

  Perhatian pelayanan kesehatan :

  • Pendidikan dan konseling keluarga berencana
  • Pendidikan dan konseling untuk menjadi orang tua

  b. Tahap II : Childbearing Family Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga.

  Tugas perkembangan :

  • Membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yanng stabil

  (menggabungkan bayi yang baru ke dalam keluarga)

  • Memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga
  • Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
  • Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek.

  Perhatian pelayanan kesehatan :

  • Persiapam untuk pengalaman melahirkan
  • Transisi menjadi orang tua
  • Perawatan bayi
  • Perawatan bayi yang sehat
  • Mengenali secara dini dan menangaini masalah-masalah kesehatan fisik anak dengan tepat
  • Imunisasi - Pertumbuhan dan perkembangan yang normal
  • Tindakan untuk keamanan
  • Keluarga berencana
  • Interaksi keluarga - Praktik kesehatan yang baik (mis: tidur, nutrisi, olahraga).
c. Tahap III : keluarga dengan anak prasekolah Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2 ½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan :

  • Memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi dan keamanan yang memadai
  • Menyosialisasikan anak
  • Mengintregasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain
  • Mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga

  (hubungan pernikahan dan hubungan orang tua-anak) dan diluar keluarga (hubungan dengan keluarga besar dan komunitas. Perhatian pelayanan kesehatan

  • Penyakit menular pada anak-anak
  • Pencegahan kecelakaan dan keamanan rumah (mis: jatuh, luka bakar, keracunan)
  • Hubungan pernikahan
  • Hubungan sibling
  • Keluarga berencana
  • Kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan
  • Isu-isu tentang hal menjadi orang tua

  • Penganiayaan dan pengabaian anak
  • Praktik kesehatan yang baik (mis: tidur, nutrisi, olahraga)

  d. Tahap IV : keluarga dengan anak sekolah Tahap ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahundan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun.

  Tugas perkembangan :

  • Menyosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-anak yang sehat dengan teman sebaya
  • Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
  • Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga Perhatian pelayanan kesehatan: Tantangan kesehatan pada anak (mis: penglihatan, pendengaran, dan kemampuan bicara), kesehatan gigi, penganiayaan dan pengabaian anak, penyalahgunaan zat, penyakit menular, penyakti kronik, masalah perilaku, praktik kesehatan yang baik (mis: tidur, nutrisi, olahraga).

  e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun.

  Tugas perkembangan :

  • Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri
  • Menfokuskan hubungan perkawinan
  • Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak- anak.

  Perhatian pelayanan kesehatan :

  • Masalah kesehatan fisik keluarga biasanya baik, tapi promosi kesehatan tetap perlu diberikan
  • Perhatian pada gaya hidup keluarga yang sehat : penyakit jantung koroner pada orang tua (usia 35 tahun)
  • Pada remaja : kecelakaan, perkelahian, penggunaan obat- obatan, alkohol, merokok, pergaulan bebas, kehamilan tidak dikehendaki.

  f. Tahap VI : keluarga melepas anak dewasa muda Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan

  “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah.

  Tugas perkembangan :

  • Memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda, termasuk memasukkan anggota keluarga baru yang berasal dari pernikahan anak-anaknya.
  • Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan
  • Membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit.

  Perhatian pelayanan kesehatan :

  • Komunikasikan isu antara orang tua dan anak dewasa muda
  • Masalah transisi peran bagi suami dan istri
  • Kedaruratan masalah kesehatan kronik
  • Perencanaan keluarga bagi anak dewasa muda
  • Perhatian terhadap menopause
  • Efek yang berkaitan dengan meminum alkohol, merokok, dan praktik diet yang buruk yang telah berlangsung dalam jangka panjang
  • Gaya hidup sehat

  g. Tahap VII : orang tua paruh baya Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45-55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya pasangan, biasanya 16-18 tahun kemudian.

  Tugas perkembangan :

  • Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
  • Mempertahankan kepuasan dan hubungan yang bermakna antara orang tua yang telah menua dan anak mereka
  • Memperkuat hubungan pernikahan Perhatian pelayanan kesehatan :
  • Praktik kesehatan yang baik (mis: tidur, nutrisi, olahraga)
  • Hubungan pernikahan
  • Komunikasi dan hubungan pernikahan dengan anak-anak, keluarga dari pasangannya, cucu, dan orang tua yang telah menua
  • Perhatian pemberi asuhan - Penyesuaian terhadap perubahan fisiologis pada penuaan.

  h. Tahap VIII : keluarga lansia dan pensiunan Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua pasanngan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain.

  Tugas perkembangan :

  • Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
  • Menyesuaikan terhadap penghasilan yang berkurang

  • Mempertahankan hubungan pernikahan
  • Menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan
  • Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
  • Melanjutkan untuk merasionalisasi kehilangan keberadaan anggota keluarga (peninjauan dan integrasi kehidupan)

  Perhatian pelayanan kesehatan :

  • Disabilitas fungsional meningkat
  • Gangguan mobilitas
  • Penyakit kronik
  • Kekuatan dan fungsi fisik menghilang
  • Layanan perawatan dalam jangka panjang
  • Memberikan asuhan
  • Isolasi sosial
  • Berduak/depresi
  • Gangguan kognitif

  5. Struktur keluarga Struktur keluarga menurut Jhonson R dalam Friedman, (2010) dibagi menjadi lima yaitu : a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu di susun melalui jalur ayah. b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

  c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama sedarah ibu.

  6. Struktur peran keluarga Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas : 1) Pola dan proses komunikasi

  Pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik keluarga, berpikiran positif, dan tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri

  2) Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah ke mana atau malah berdiam diri di rumah.

  3) Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah posotif. 4) Nilai-nilai keluarga

  Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota kelarga.

  7. Proses dan strategi koping keluarga Strategi koping perilaku, kognitif, dan emosional keluarga serta individu diartikan sebagai masalah atau situasi khusus. Perbedaan situasi dan masalah membutuhkan pemecahan yang berbeda; yaitu, respon koping yang berbeda perlu diterapkan. Strategi koping keluarga diklasifikasikan menjadi sistem keluarga internal atau eksternal.

  a. Strategi koping keluarga internal Dalam strategi ini , tiga jenis strategi koping intra-keluarga yang umum dibahas yaitu strategi hubungan keluarga, kognitif, dan komunikasi. Strategi hubungan : Mengandalkan kelompok keluarga, kebersamaan yang lebih besar, fleksibilitas peran.

  Strategi kognitif : Normalisasi, penegndalian makna masalah dengan pembingkaian ulang dan penilaian pasif, pemecahan masalah bersama, mendapatkan informasi dan pengetahuan.

  Strategi komunikasi : Terbuka dan jujur, menggunakan humor dan tawa.

  b. Strategi koping keluarga eksternal Strategi koping keluarga eksternal dalam memelihara jalinan komunitas yang aktif dan menggunakan sistem dukungan sosial serta strategi spiritual. Strategi komunitas : memelihara jaringan aktif dengan komunitas. Strategi dukungan sosial : keluarga besar, teman, tetangga, kelompok swa-bantu, dukungan sosial formal.

  Strategi spiritual : mencari bantuan rohaniwan, lebih terlibat dalam aktifitas keagamaan, memiliki keyakinan terhadap Tuhan, berdoa, mencari pembaruan dan keterkaitan dalam hubungan yang erat dengan alam.

  8. Keluarga sebagai klien Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga menurut Friedman (1998, dalam Friedman, 2010) yang membagi keluarga kedalam bidang kesehatan yang dapat dilakukan, yaitu : a. Dapat mengenal masalah kesehatan disetiap anggotanya yang mengalami masalah b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga yang bermasalah dengan kesehatannya. c. Memberikan keperawatan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat memebantu dirinya sendiri yang cacat atau usianya yang terlalu masih muda.

  d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan anggota keluarga yang lainnya.

  e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

  9. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan keluarga Ada beberapa peran yang dapat dilakukan oleh perawat anatari lain :

  a. Pemberian asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit b. Pengenal atau pengamat masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga.

  c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga d. Fasilitator, menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah dijangkau dan perawat dengan mudah menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan memantau mencarikan jalan pemecahannya.

  e. Pendidikan kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. f. Penyuluh dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan petunjuk tentang asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga disamping menjadi penasehat dalam mengatasi masalah- masalah kesehatan keluarga.

B. Masalah kesehatan

  1. Pengertian Asma adalah satu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus yang berulang namun reversibel, dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Price, Silvia Anderson, 2005).

  Asma (bronkhial) merupakan gangguan inflamasi pada jalan napas yang ditandai oleh obstruksi aliran udara napas dan respons jalan napas yang berlebihan terhadap berbagai bentuk rangsangan (Kowalak, Jennifer P, 2011).

  Asma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya wheezing (mengi) intermiten yang timbul sebagai respon akibat paparan terhadap suatu zat iritan atau alergen (Clark, Margaret Varnell, 2013).

  Asma bronkhial adalah satu hiper-reaksi dari bronkus dan trakea yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversibel (Herdin Sibuea, 2009).

  2. Anatomi Fisiologi Anatomi

  Gambar II. 1 anatomi asma Fisiologi Menurut Setiadi, (2007) Saluran pernafasan dari atas ke bawah dapat dirinci sebagai berikut : Rongga hidung, faring, laring, trakea, percabangan bronkus, paru-paru (bronkiolus, alveolus).

  1. Rongga hidung Nares anterior adalah saluran-saluran didalam lubang hidung. Saluran- saluran ini bermuara kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum hidung. Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir.

  Semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung. Rongga hidung sendiri berfungsi sebagai berikut : a) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan. b) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung.

  c) Dapat menghangatkan udara-udara pernafasan oleh mukosa.

  d) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung. Pada bagian belakang ronggahidung terdapat ruangan yang disebut nasoparing. Rongga hidung dan nasoparing berhubungan dengan : a) Sinus paranasalis, yaitu rongga-rongga pada tulang kranial.

  Berhubungan dengan rongga hidung melalui ostium (lubang).

  b) Duktus nasolacrimalis, yang menyalurkan air mata kedalam hidung.

  c) Tuba eustachius, rang berhubungan dengan ruang telinga bagian tengah.

  2. Faring Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan aesofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.

  Faring terbagi menjadi dari 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringofaring.

  a) Nasofaring Adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka kearah rongga nasal melalui dua naris internal (koana), yaitu :

  1) Dua tube eustachius (auditorik) yang menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi kendang telinga. 2) Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak didekat naris internal. Pembesaran pada adenoid dapat menghambat aliran darah.

  b) Orofaring Dipisahkan dari nasoparing oleh palatum lunak muscular, suatu perpanjangan palatum keras tulang.

  1) Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur kebawah dari bagian tengan tepi bawah palatum lunak.

  2) Amandel palatinum terletak pada kedua sisi orofaring posterior.

  c) Laringofaring Mengelilingi mulut asophagus dan jaring, yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

  3. Laring Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat antara lain oleh benda asing (gumpalan makanan), infeksi (misalnya difleri) dan tumor.

  Dibagian laring terdapat beberapa organ yaitu :

  a) Epiglottis

  Merupakan katup tulang rawan untuk menutup laring sewaktu orang menelan. Bila waktu makan kita berbicara (epiglottis terbuka), makanan bisa masuk ke laring (keselek) dan bisa terbatuk-batuk. Pada saat bernafas epiglottis terbuka tapi pada saat menelan epiglottis menutup laring.

  b) Jalan nafas melalui mulut udara yang masuk ke paru-paru tak dapat disaring, dilembabkan atau di hangatkan yang menimbulkan gangguan tubuh dan sel-sel bersilia akan rusak adanya gas beracun dan dehidrasi.

  c) Pita suara Terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan dikendurkan, sehingga lebar sela-sela antara pita-pita tersebut berubah-ubah sewaktu bernafas dan berbicara.

  4. Trakea Trakea merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang terbentuk seperti C. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitilium bersilia dan sel cangkir.

  5. Percabangan bronkus Bronkus merupakan percabangan trakea. Setiap bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan tersier dengan diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari paru-paru adalah percabangan bronkial yang selanjutnya secara berurutan adalah bronki, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli.

  6. Paru-paru Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung dalam susunan tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang tulang dada. Paru-paru berbentuk seperti spon dan berisi udara dengan pembagian ruang sebagai berikut :

  a) Paru kanan, memiliki tiga lobus

  b) Dan paru kiri dua lobus

  3. Etiologi asma

  a. Alergen ekstrinsik meliputi :

  • Polen (tepung sari bunga)
  • Bulu binatang
  • Debu rumah atau kapang
  • Bantal kapuk atau bulu
  • Zat aditif pangan yang mengandung sulfit
  • Zat lain yang menimbulkan sensitisasi

  b. Alergen intrinsik meliputi :

  • Iritan, seperti asap, bau-bauan dan polutan
  • Stress emosi
  • Kelelahan

  • Perubahan endokrin
  • Perubahan suhu
  • Perubahan kelembapan
  • Pajanan asap yang berbahaya
  • Kecemasan - Batuk atau tertawa
  • Faktor genetik

  4. Patofisiologi asma Pada asma ekstrinsik : pada asma ekstrinsik alergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus yang mengakibatkan kontriksi otot polos, hiperemia serta sekeresi lendir putih yang tebal. Mekanisme terjadinya reaksi ini telah diketahui dengan baik, tetapi sangat rumit. Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang spesifik, akan membuat antibodi terhadap alergen yang dihirup itu. Antibodi ini merupakan imunoglobin jenis IgE. Antibodi ini melekat pada permukaan sel mast pada mukosa bronkus.

  Sel mast tersebut tidak lain daripada basofil yang kita kenal pada hitung jenis leukosit. Bila satu molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan kontriksi bronkus. Salah satu contoh yaitu histamin, prostaglandin. Pada permukaan sel mast juga terdapat reseptor beta-2 adrenergik (jantung mempunyai reseptor beta 1). Bila reseptor beta-2 dirangsang dengan obat anti asma Salbutamol (beta-2 mimetik), maka pelepasan histamin akan terhalang.

  Pada asma intrinsik : Terjadinya asma intrinsik sangat berbeda dengan asma ekstrinsik. Mungkin mula-mula akibat kepekaan yang berlebihan

  (hipersensitivitas) dari serabut-serabut nervus yang akan merangsang bahan-bahan iritan di dalam bronkus dan menimbulkan batuk dan sekresi lendir melalui satu refleks. Serabut-serabut vagus demikian hipersensitivitasnya sehingga langsung menimbulkan reflek kontriksi bronkus.

  Atropin yang menghambat vagus, sering dapat menolong kasus-kasus seperti ini. Selain itu lendir yang sangat lengket akan disekresi sehingga pada kasus-kasus berat dapat menimbulkan sumbatan saluran nafas yang hampir total, sehingga berakibat, timbulanya status asmatikus, kegagalan pernafasan dan akhirnya kematian.

  Rangsanng yang paling penting untuk reflek ini ialah infeksi saluran pernafasan oleh flu (common cold), adenovirus dan juga oleh bakteri seperti hemophilus influenzae. Polusi udara oleh gas iritatif asal industri, asap, setta udara dingin juga berperanan, dengan demikian merokok juga sangat merugikan.

  Sindrom yang sangat khas pada penderita asma yang timbul pada usia lanjut ialah wheezing dengan polip hidung dan sangat peka terhadap aspirin. Hal ini sangat penting diketahui karena bila penderita menelan satu tablet aspirin dapat berakibat serangan asma yang fatal.

  Faktor emosi juga memegang peranan yang sangat penting pada semua jenis asma. Penyelidikan psikologik menunjukan bahwa anak-anak yang menderita asma dan terlalu dimanjakan oleh keluarga mungkin mendapat serangan yang hebat.

  5. Tanda dan gejala Tanda dan gejala asma meliputi :

  a. Dispnea mendadak, mengi, dan rasa berat pada dada

  b. Batuk-batuk dengan sputum yang kental, jernih, ataupun kuning c. Takipnea, bersamaan dengan pengguanaan otot-otot respirasi aksesorius d. Denyut nadi yang cepat

  e. Pengeluaran keringat (perspirasi) yang banyak

  f. Lapangan paru yang hipersonor pada perkusi

  g. Bunyi napas yang berkurang

  6. Penatalaksanaan umum 1) Pengobatan Pengobatan Asma menurut GINA (Global Initiative for Asthma), ada enam komponen dalam pengobatan asma (Syaifuddin, 2006) : a. Penyuluhan kepada pasien

  b. Penilaian derajat beratnya asma

  c. Pencegahan dan pengendalian faktor pencetus serangga

  d. Merencanakan pengobatan asma akut

  e. Berobat secara teratur 2) Pemeriksaan penunjang

  a. Spirometri Cara yang cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosa asma adalah melihat respons pengobatan dengan bronkodilator.

  Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator hirup (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik beta.

  b. Uji provokasi bronkus Jika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukan adanya hipereaktivitas bronkus dilakukan uji provokasi bronkus. Ada beberapa cara untuk melakukan uji provokasi bronkus seperti uji provokasi dengan histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata.

  c. Pemeriksaan sputum Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronkitis kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, kristal Charcaf Leyden dan Spiral

  Curschmann, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya miselium Aspergillus Fumigarus.

  d. Pemeriksaan eosinofil total Jumlah eosinofil total darah sering meningkat pada pasien asma dan hal ini dapat membantu dalam membedakan asma dari bronkitis kronik. Pemeriksaan ini juga dapat dipakai sebagai patokan untuk menentukan cukup tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkan.

  e. Uji kulit Tujuan uji kulit adalah untuk menunjukan adanya antibodi IgE spesifik dalam tubuh. Uji ini hanya menyokong anamnesis, karena uji alergen yang positif tidak selalu merupakan penyebab asma, demikian pula sebaliknya.

  f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum Kegunaan pemeriksaan IgE total hanya untuk menyokong adanya atopi. Pemeriksaan IgE spesifik lebih bermakna dilakukan bila uji kulit tidak dapat dilakukan atau hasilnya kurang dapat dipercaya.

  g. Foto dada Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran napas dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau komplikasi asma seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain. h. Analisis gas darah Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada fase awal serangan, terjadinya hipoksemia dan hipokapnia (PaCO2<35 mmHg) kemudian pada stadium yang lebih berat PaCO2 justru mendekati normal sampai normo-kapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat terjadinya hiperkapnia (PaCO2

  ≥45 mmHg), hipoksemia, dan asidosis respiratorik.

  7. Pathway Terinveksi virus pada saluran pernafasan, sensivitas terhadap AINS,

  Allergi, olah raga yang terlalu lelah, faktor keturunan, faktor psikis mencetuskan serangkaian reaksi dan pelepasan mediator : histamin, leukotrin

  Kontraksi otot polos bronkiolus brancho Konstriksi Edema mukosa paru Produksi sekresi meningkat Obstruksi jalan nafas Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus meningkat

  Atelektasis Penyempitan/obstruksi proksimal dari bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi

  Perfusi menurun Hipoksemia - Mocus berlebih

  • Batuk - Wheezing - Sesak napas

  Ekspirasi menurun Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit

  Ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit Gambar II.2 Pathway

  Sumber : Ikawati, (2009) dan Hendrickson, (2007) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

  Ketidakefektifan pola nafas

  8. Fokus intervensi keperawatan menurut (Friedman, 2010; NANDA, 2013) :

  1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x kunjungan diharapkan jalan nafas kembali efektif Tujuan khusus : Setelah kunjungan 3x24 jam diharapkan keluarga mampu :

  a. Mengenal masalah kesehatan Intervensi : - diskusikan dengan keluarga tentang penyakit yang diderita b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan

  Intervensi : - diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan c. Merawat anggota keluarga yang sakit

  Intervensi :

  • diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota yang sakit
  • demonstrasikan cara pemberian inhalasi uap manual

  d. Memodifikasi lingkungan yang aman bagi keluarga yang sakit Intervensi : - diskusikan cara memodifikasi lingkungan yang aman untuk keluarga yang sakit yaitu dengan lingkungan yang bersih seperti bebas dari debu, bulu binatang, asap, dll.

  e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

  Intervensi :

  • diskusikan dengan keluarga manfaat pelayanan kesehatan
  • motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

  2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.

  Tujuan umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x kunjungan diharapkan pola nafas kembali efektif Tujuan khusus : Setelah kunjungan 3x24 jam diharapkan keluarga mampu :

  a. Mengenal masalah kesehatan Intervensi : - diskusikan dengan keluarga tentang penyakit yang diderita b. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan

  Intervensi : - diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan c. Merawat anggota keluarga yang sakit

  Intervensi :

  • diskusikan dengan keluarga cara merawat anggota yang sakit
  • beri posisi semifowler
  • demonstrasikan cara pemberian inhalasi uap manual

  d. Memodifikasi lingkungan yang aman bagi keluarga yang sakit

  Intervensi : - diskusikan cara memodifikasi lingkungan yang aman untuk keluarga yang sakit yaitu dengan lingkungan yang bersih seperti bebas dari debu, bulu binatang, asap, dll.

  e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan Intervensi :