BAB II LANDASAN TEORI E. Penelitian yang Relevan 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). - Ika Miftahul Jannah BAB II

BAB II LANDASAN TEORI E. Penelitian yang Relevan 1. Kalimat Tunggal Bahasa jawa Siswa SLTP 2 Maos Cilacap (suatu Tinjauan Fungsi, Kategori, dan Peran Sintaksis). Dari judul diketahui bahwa perbedaan penelitian di atas dengan penelitian

  yang peneliti lakukan ada pada data dan sumber data penelitian. Data peneliti di atas adalah dialog-dialog siswa dalam linkungan sekolah, baik dalam proses pembelajaran, istirahat dan sebagainya, sedangakan data penelitian yang dilakukan peneliti adalah kalimat verba yang ada pada karangan deskripsi siswa. Letak perbedaan yang kedua ada pada tempat dan sasaran penelitian di atas adalah di SLTPN 2 Maos Cilacap, sedangkan tempat dan sasaran penelitian yang dilakukan peneliti adalah di SMP Negeri 1 Ajibarang. Letak perbedaan ketiga pada penelitian di ataas menganalisis fungsi, kategori dan peran sintaksis. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti yaitu unsur fungsional dan juga peran semantis.

2. Pola Struktur Peran Sintaksis Kalimat Nominal Dalam Bahasa Indonesia.

  Dari judul diketahui bahwa perbedaan penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti lakukan ada pada data dan sumber data penelitian. Data peneliti di atas adalah kalimat nominal. Sedangkan data penelitian yang dilakukan peneliti adalah kalimat verba pada karangan deskripsi siswa. Letak perbedaan yang kedua ada pada sasaran penelitian di atas adalah bacaan anak-anak dan buku pelajaran SMP. Sedangkan sasaran penelitian yang dilakukan peneliti yaitu karangan deskripsi siswa SMP.

  7

F. Semantik

  Istilah Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris

  

semantics , dari bahasa Yunani sema (nomina) 'tanda' atau dari semaino verba

  'menandai', 'berarti'. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut

  bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Semantik merupakan bagian dari tiga bagian tataran bahasa yang meliputi fonologi, tata bahasa, (morfologi-sintaksis) dan semantik (Djajasudarma 2009:1). Sementara Aminuddin (1988:15) menyatakan bahwa semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani mengandung ciri makna to

  

signifity atau memaknai. Sebagai istilah teknis semantik mengandung pengertian 'studi

  tentang makna'. Sedangkan Chaer (1990:2) menyatakan : kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah satu dari tiga tataran analisis bahasa : fonologi, gramatika, dan semantik.

  Jadi pengertian semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya, atau cabang linguistik yang mempelajari makna atau arti. Semantik juga merupakan salah satu bagian tataran analisis bahasa, tataran yang lain adalah fonologi, tata bahasa. Makna gramatikal adalah makna yang muncul karena hubungan antara satuan kebahasaan yang satu dengan satuan kebahasaan yang lain dalam satuan kebahasaan yang lebih besar. Afiks

  • –i, misalnya, mempunyai makna gramatikal „tempat‟ bila melekat pada bentuk dasar
sejenis duduk dan mempunyai makna gramatikal „berkali-kali‟ bila melekat pada bentuk dasar sejenis pukul. Menurut Chaer (1990:64

  ) “Makna Gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.” Proses afiksasi awalan ter- pada kata

  

angkat dalam kalimat Batu seberat itu terangkat juga oleh adik melahirkan

  makna `dapat` dan dalam kalimat ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat ke atas melahirkan makna gramatikal `tidak sengaja`.

  Proses Reduplikasi kata buku yang bermakna „sebuah buku‟ menjadi buku- buku memunculkan

  „banyak buku‟. Jadi makna `banyak buku` merupakan makna gramatikal. Dalam bahasa I nggris untuk menyatakan „jamak`, digunakan penambahan morfem (s) atau bentuk khusus. Misalnya pada book (satu buku) menjadi books

  (banyak buku). Perbedaan makna pada bentuk-bentuk gramatikal yang sama lazim juga terjadi dalam berbagai bahasa.

  Dalam bahasa Indonesia, misalnya, bentuk-bentuk kesedihan, ketakutan,

  

kegembiraan dan kesenangan memiliki makna gramatikal yang sama, yaitu hal yang

  disebut kata dasarnya. Tetapi, kata kemaluan yang bentuk gramatikalnya sama dengan deretan kata di atas, memiliki makna yang lain, yaitu bermakna alat kelamin manusia.

  Contoh lain, kata menyedihkan, menakutkan, dan mengalahkan memiliki makna gramatikal yang sama yaitu „membuat jadi yang disebut kata dasarnya‟. Tetapi, kata

  

memenangkan dan menggalakkan yang dibentuk dari kelas kata dan imbuhan yang

sama dengan ketiga kata di atas, tidak memiliki makna seperti ketiga kata tersebut.

  S ebab bukan bermakna‟membuat jadi menang’membuat jadi galak’ melainkan bermakna „memperoleh kemenangan dan menggiatkan’.

G. Kalimat 1. Pengertian Kalimat

  Parera (2004:262) berpendapat : Ada pelbagai definisi tentang kalimat. Telah terhimpun lebih dari 122 definisi tentang kalimat. Apapun definisi tentang kalimat, kami berpendapat bahwa definisi dan analisis kalimat merupakan urusan linguistik. Sebagaimana telah kami katakan ditempat lain, kalimat merupakan satu satuan bahasa (terbesar) yang terdiri dari runtutan kata-kata yang diterima oleh pemakai bahasa tertentu sebagai kata bahasa. Biasanya batas kalimat ditandai dengan kesenyapan final. Dalam ejaan kesenyapan final itu ditandakan dengan tanda titik (.).

  Sementara Menurut Alwi, dkk. (2003:311) kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.

  Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan.

  Kesenyapan ini mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca lain sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan.

  Perubahan runtunan kata membedakan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Kalimat ialah kesatuan bentuk ketatabahsaan yang menyampaikan buah pikiran, perasaan atau hasrat. Kalimat itu merupakan bagian terkecil dalam susunan karangan.

  Jadi karangan tersusun dari beberapa buah kalimat. Kalimat-kalimat dalam karangan berhubungan dengan satu dengan yang lain. Meskipun setiap kalimat mengandung maksud (makna) sendiri, tetapi semuanya bekerja sama sebagai pendukung buah pikiran yang besar yang di utarakan dalam karangan itu Poerwadarminta (1981:23).

  Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain.

2. Fungsi Sintaktis Unsur-unsur Kalimat a. Fungsi Predikat

  Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai konstituen subjek di sebelah kiri dan jika ada konstituen objek, pelengkap, dan atau keterangan wajib di sebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal ata frasa adjektival. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposional, disamping frasa verbal dan frasa adjektival. Contoh mengenai predikat frasa verbal. (1)

  “Dia sedang makan” (P=FV). Pada kalimat tersebut, frasa

  

sedang makan merupakan frase verba yang menduduki fungsi predikat. Kata Dia

menduduki fungsi subjek.

  Pada fungsi predikat telah dikemukakan bahwa frasa proposional dapat berfungsi sebagai predikat kalimat. Contoh kalimat: (2) Ibu ke pasar. (3) Ayah di

  

kamar. (4) Pak Ali dari Bandung. (5) Gelang ini untuk Rita. Dari segi struktur, tidak

  ada keraguan bahwa frasa preposisioanal ke pasar, di kamar, dari Bandung, dan untuk

  

Rita menduduki posisi predikat kalimat. Tafsiran itu tentu hanya mungkin jika

  konsitituen pada contoh tersebut yakni Ibu, Ayah, Pak Ali, dan Gelang ini, diperlakukan sebagai subjek kalimat. Kenyataanya bahwa di samping kalimat terdapat juga kalimat yang berbeda, yang maknanya relatif sama telah menyebabkan sebagian ahli ilmu bahasa menafsirkan bahwa yang berupa frasa preposisional pada contoh lain, bukan sebagai predikat kalimat.

  Bandingkan contoh kalimat (2, 3, 4, 5) di atas dengan contoh kalimat (6, 7, 8, 9) berikut ini. (6) Ibu pergi ke pasar. (7) Ayah ada di kamar. (8) Pak Ali berasal dari

  

Bandung . (9) Gelang ini gelang untuk Rita. Pada kalimat (6, 7, 8, 9) di atas, frasa

  preposisional ke pasar, di kamar dan dari Bandung berfungsi sebagai keterangan, sedangkan untuk Rita berfungsi sebagai pewatas nomina gelang. Sejalan dengan itu, predikat kalimat di atas adalah pergi, ada, berasal dan gelang (untuk Rita). Tafsiran yang memperlakukan kalimat (2, 3, 4, 5) berasal dari kalimat yang lebih lengkap seperti (6, 7, 8, 9) bertolak dari anggapan bahwa verba pergi, ada dan berasal serta nomina gelang mengalami pelesapan (Alwi, 2003: 326 ).

  1) Unsur pengisi P menyatakan makna `perbuatan`, misal dalam kalimat: (10) Rene

  sedang belajar . Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan

  makna `perbuatan`, yaitu sedang dilakukan oleh `pelakunya` yang dalam kalimat (10) di atas terdapat pada S, yaitu kata Rene. Kata yang menyatakan makna `perbuatan` dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan sedang mengapa bagi perbuatan yang aktif dan pertanyaan diapakan bagi perbuatan yang pasif.

  Misalnya petanyaan Rene sedang mengapa? Jawabannya ialah sedang belajar,

  sedang menulis surat, sedang membaca novel, sedang menjahit, sedang menyapu,

  dan sebagainya. Sedangkan pertanyaan anjing itu diapakan? Mengharapkan jawaban dipukuli, diikat lehernya, disuntik, dikejar anak-anak dan sebagainya.

  2) Unsur pengisi P menyatakan makna `keadaan`, misal dalam kalimat: (11) Rambutnya hitam dan lebat. (12) Rumah itu sangat bersih. (13) Lukanya

  membesar . (14) Orang itu sangat sayang kepada binatang. Kata-kata hitam, lebat, bersih, membesar, dan sayang semuanya tidak dapat digunakan untuk menjawab

  pertanyaan sedang mengapa dan diapakan, melainkan digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana, rambutnya bagaiman?, rumah itu bagaiman?,

  lukanya bagaimana, dan orang itu bagaimana?.

  3) Unsur pengisi P yang menyatakan makna `keberadaan`, adalah dalam kalimat: (15) Para tamu ada di ruang depan. Kata ada pada kaimat (15) yang menjadi unsur pengisi fungsi P tidak menyatakan makna `perbuatan` dan `keadaan` karena tidak menjawab pertanyaan sedang mengapa, diapakan, dan bagaimana. Melainkan menyatakan makna keberadaan. Hal itu menjawab pertanyaan dimana para tamu? Jawabannya: para tamu ada di ruang depan.

  4) Unsur pengisi P yang menyatakan makna `pengenal`, adalah dalam kalimat: (16)

  Orang itu pegawai kedutaan . Kata pegawai yang menjadi unsur pengisi P

  menyatakan makna `pengenal` dari kata kedutaan karena memberikan penjelasan atau pengenalan sebagai orang yang bekerja pada bidangnya.

b. Fungsi Subjek Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat.

  Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Seperti contoh berikut: (17) “Harimau binatang liar”. (18) “Anak itu belum makan”. (19)“Yang tidak

  

ikut upacara akan ditindak. Pada kalimat (17) subjek berupa kata benda (nomina)

yaitu kata Harimau. Pada kalimat (18) subjek berupa frasa nominal, yaitu Anak itu.

  Pada kalimat (19) subjek berupa klausa, yaitu Yang tidak ikut upacara. Subjek sering juga berupa frasa verbal, perhatikan contoh berikut: (20) “Membangun gedung

  bertingkat

  mahal sekali”. (21) “Berjalan kaki menyehatkan badan”. Dilihat dari pola umum kalimat bahasa Indonesia, jelas bentuk membangun gedung bertingkat serta

  

berjalan kaki menduduki fungsi subjek dan bentuk mahal sekali serta menyehatkan

badan menduduki fungsi predikat.

  Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek lebih panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan diakhir kalimat seperti contoh berikut: (22)

  “Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian

  tidak banyak ”. (23) “Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian”. Fungsi subjek kedua kalimat di atas, adalah Manusia yang mampu tinggal dalam

  

kesendirian. Hanya saja kalimat (22) letak subjeknya tetap berada di kiri predikat,

  sebaliknya kalimat (23) subjeknya berada di sebelah kanan predikat, karena subjek kalimat tersebut lebih panjang daripada predikatnya.

  Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak dimunculkan, contohnya. (24) “Tolong (kamu) bersihkan meja

  ini

  .” Pada kalimat (24) subjek berupa orang kedua. Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut. (25)

  “Anak itu [S] menghabiskan kue saya.” (kalimat aktif transitif). (26) “Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel]” (kalimat pasif) Alwi (2003:327).

  Sedangkan menurut Ramlan (2005:101) unsur pengisi S memiliki 10 makna, yaitu:

  1) Unsur pengisi S menyatakan makna `pelaku`. Cntoh dalam kalimat: (27) Rene

  sedang belajar . Frase Rene sedang belajar yang mengisi fungsi P menyatakan

  makna `perbuatan`. Perbuatan belajar dalam kalimat di atas dilakukan oleh Rene yang mengisi fungsi S. Demikianlah, klausa kalimat (27) di atas terdiri dari kata

  Rene yang menyatakan makna `pelaku`, diikuti frase sedang belajar yang

  menyatakan makna `perbuatan`. Yang dimaksud dengan makna `pelaku` ialah yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh pengisi fungsi P sebagai jawaban dari pertanyaan siapa yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh pengisi fungsi P.

  2) Unsur pengisi S menyatakan makna `alat`. Contoh dalam kalimat : (28) Truk-truk

  itu mengangkut beras . Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan N,

  yaitu truk-truk itu, bukan menyatakan makna `pelaku`, melainkan menyatakan makna alat, yaitu alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan karena kita tidak mungkin mengajukan pertanyaan siapa yang mengangkut beras, atau beras diangkut oleh siapa, melainkan pertanyaan beras diangkut dengan apa.

  3) Unsur pengisi S menyatakan makna `sebab`. Contoh kalimat: (29) Banjir besar

  itu menghancurkan kota . Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari frase golongan

  N, yaitu banjir besar itu, bukan menyatakan makna `pelaku`, dan juga bukan menyatakan `alat` melainkan menyatakan `sebab` yaitu sebab yang menyebabkan hancurnya kota karena kalimat itu berparafrase dengan kalimat. (30) Kota hancur

  karena banjir besar itu. Kata karena menandai makna `sebab`. Makna `sebab`

  sangat dekat dengan makna `alat`, bahkan mungkin dalam satu kalimat unsur pengisi fungsi S dapat dijelaskan sebagai mempunyai makna `sebab` dan makna `alat`. Misalnya kalimat: (31) Perapian itu memanaskan kamar. Dari bentuk parafrasenya, yaitu: (32) Kamar itu panas karena perapian. (33) Orang memanaskan kamar itu dengan perapian. Jelaslah bahwa unsur pengisi fungsi S kalimat (31) mungkin menyatakan makna `sebab` dan mungkin juga menyatakan makna `alat`.

  4) Unsur fungsi S menyatakan makna `penderita`. Contoh dalam kalimat. (34)

  Tubuh anakku diletakannya denganhati-hati di peron . Unsur pengisi fungsi S

  yang terdiri dari frase golongan N, yaitu tubuh anakku, menyatakan makna `penderita`, yaitu yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P, sebagai jawaban pertanyaan apa itu atau siapa yang menderita akibat perbuatan

  yang dinyatakan pada P.

  5) Unsur pengisi S menyatakan makna `hasil`. Contoh dalam kalimat: (35) Rumah-

  rumah murah banyak didirikan pemerintah . Unsur pengisi fungsi S yang terdiri

  dari frase golongan N, yaitu rumah-rumah mrah, bukannya menyatakan makna `penderita`, melainkan makna `hasil`, yaitu hasil dari suatu perbuatan Rumah-

  rumah murah dalam kalimat (35) itu tidak menderita akibat perbuatan yang

  menyatakan pada P, melainkan merupakan hasil dari perbuatan yang dinyatakan pada P, yaitu perbuatan `mendirikan`, berbeda dengan rumah-rumah murah dalam kalimat. (36) Rumah-rumah murah dijual oleh pemerintah. Yang menderita akibat perbuatan yang dinyatakan pada P, yaitu perbuatan `menjual`.

  6) Unsur pengisi S menyatakan makna `tempat`. Contoh dalam kalimat: (37) Pantai

  Parangtritis banyak dikunjungi para turis . Unsur pengisi fungsi S yang terdiri

  dari frase golongan N, yaitu pantai Parangtritis, menyatakan makna `tempat` mengingat kalimat itu berparafrase dengan kalimat. (38) Para turis banyak berkunjung ke pantai Parangtritis. Kata depan ke menandai makna tempat.

  7) Unsur pengisi S mentakan makna `penerima`. Contoh dalam kalimat: (39) Anak

  itu dibelikan sepeda baru oleh ayahnya . Unsur pengisi fungsi S yang terdiri dari

  frase golongan N, yaitu anak itu, menyatakan makna `penerima`, yaitu yang menerima peruntukan, kegunaan, atau faedah dari perbuatan yang dinyatakan pada P, yaitu perbuatan `membeli`. Makna ini akan menjadi lebih jelas apabila diambil kalimat yang berparafrase dengan kalimat (39) di atas, yaitu: (40)

  Seorang ayah membeli sepeda baru untuk anaknya. (41) Seorang ayah membeli sepeda baru bagi anaknya. Kata depan untuk dan bagi dipakai untuk menandai

  makna `yang menerima peruntukan, kegunaan atau faedah`. 8) Unsur pengisi S menyatakan makna `pengalam`. Pada unsur pengisi P yang menyatakan makna `keadaan` telah dikembangkan bahwa dalam kalimat. (42)

  Rambutnya hitam dan lebat. (43) Rumah itu sangat bersih. (44) Lukanya

  membesar. (45) Orang itu sangat sayang kepada binatang. Kata atau frase hitam

  dan lebat, sangat bersih, membesar, dan sangat saying yang mengisi fungsi P

  menyatakan makna `keadaan`, yaitu keadaan, baik keadaan jasmaniah maupun rohaniah, yang dialami oleh unsur pengisi fungsi S, yaitu rambutnya, rumah itu,

  lukanya, dan orang itu.

  9) Unsur pengisi S menyatakan makna `dikenal`. Pada unsur pengisi P yang menyatakan makna `pengenal` telah dikemukakan bahwa dalam kalimat: (46)

  Orang itu pegawai kedutaan. (47) Gedung itu gedung sekolah. Unsur pengisi P

  yang terdiri dari golongan N, yaitu pegawai kedutaan dan gedung sekolah, menyatakan makna `pengenal`, yakni suatu tanda pengenal ata identitas, dalam hal ini bagi apa yang tersebut pada S. Demikianlah, maka unsur pengisi S dalam kalimat-kalimat di atas yaitu orang itu dan gedung itu menyatakan makna `dikenal`, ialah yang dikenal melalui tanda pengenal yang tersebut pada P.

  10) Unsur pengisi S menyatakan makna `terjumlah`. Contoh dalam kalimat: (48) Kaki meja itu empat. (49) Rumah petani itu dua buah. (50) Anak orang itu lima.

  Unsur pengisi P yang terdiri dari kata atau frase golongan Bil, yaitu empat (48), dan dua buah (49), dan lima (50), menyatakan makna `jumlah` atau banyaknya apayang tersebut pada S. Demikianlah maka unsur pengisi S dalam kalimat- kalimat itu menyatakan makna `terjumlah`, maksudnya yang jumlahnya dinyatakan pada P. unsur pengisi S itu ialah kaki meja itu (48), rumah petani itu (49) dan anak orang itu (50).

c. Fungsi Objek

  Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu langsung di belakang predikatnya. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan memperhatikan: jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri khas objek itu sendiri. Jenis predikatnya berupa verba transitif, verba trasitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Sufiks

  • kan

  dan –i serta perfiks meng- umumnya merupakan pembentuk verba transitif. Contoh : Morten menundukkan Icuk. Pada contoh tersebut Icuk merupakan objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif bersufiks

  • –kan: menundukkan.
Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina objek itu dapat diganti dengan pronomina

  • –nya dan jika pronomina aku atau kamu (tunggal),

  bentuk

  • –ku dan –mu dapat digunakan. Sebagai contoh berikut: (51) A. “Adi mengunjungi Pak Rustam. (51) B.

  “Adi mengunjunginya”. (52) A. “Dia menemui

  aku

  ”. (52) B. “Dia menemuiku”. Selain satuan berupa nomina dan frasa nominal, konstituen objek dapat pula berupa klausa seperti berikut: (53) Pemerintah

  

mengumumkan bahwa harga BBM akan naik . Objek pada kalimat transitif akan

  menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut: (54) Pembantu membersihkan ruangan saya. (55) Ruangan saya dibersihkan oleh pembantu. Potensi ketersulihan unsur objek dengan

  • –nya dan pengendapannya menjadi subjek kalimat pasif itu merupakan cirri utama yang mebedakan objek dari pelengkap yang berupa nomina atau frasa nominal. 1) Unsur pengisi O menyatakan makna `penderita`. Contoh dalam kalimat. (56) Ia menebang pohon. Unsur pengisi S, yaitu kata ia, menyatakan makna `pelaku`, unsur pengisi P. kata menebang, menyatakan makna `perbuatan`, dan unsur pengisi O kata pohon, menyatakan makna `penderita`, yakni menderita atau dikenai akibat perbuatan menjawab pertanyaan siapa atau apa yang menderita atau dikenai akibat perbuatan.

  2) Unsur pengisi O menyatakan makna `penerima`. Contoh dalam kalimat. (57) Ahmad membelikan anaknya buku baru. Unsur pengisi O yang terdiri dari golongan N, yaitu anaknya, bukannya menytakan makna `penderita`, melainkan menyatakan makna `penerima`, yakni yang menerima peruntukan, kegunaandan faedah perbuatan yang dinyatakan oleh P. makna tersebut akan menjadi jelas bila kita perhatikan bentuk parafrasenya, yaitu: (58) Ahmad membeli buku baru unutk

  anaknya . (59) Ahmad membeli buku baru bagi anaknya. Kata untuk, demikian juga kata bagi menandai makna penerima peruntukan, kegunaan dan faedah.

  3) Unsur pengisi O menyatakan m`tempat`. Contoh dalam kalimat. (60) Banyak turis mengunjungi candi Borobudur. Frase candi Borobudur yang menduduki fungsi O tidak menyatakan makna `penderita` dan juga tidak menyatakan makna `penerima`, melainkan dari bentuk parafrasenya jelaslah menyatakan makna `tempat`. Bentuk parafrasenya ialah. (61) Banyak turis berkunjung ke candi Borobudur. Kata depan ke menandai makna `tempat`.

  4) Unsur pengisi O menyatakan makna `alat`. Contoh dalam kalimat. (62) Polisi menembakkan pistolnya kea rah penjahat. Unsur pengisi O yang terdiri dari golongan N, yaitu pistolnya, menyatakan makna `alat`, yakni alat yang digunakan untuk melakukan suatu perbuatan yang dinyatakan pada P mengingat bahwa kalimat itu berparafrase dengan kalimat. (63) Polisi menembak penjahat dengan pistolnya. Kata depan dengan menandai makna `alat`.

  5) Unsur pengisi O menyatakan makna `hasil`. Contoh dalam kalimat. (64) Pemerintah banyak membangun pusat-pusat industri. Frase pusat-pusat industri yang menduduki fungsi O menyatakan makna `hasil`, yaitu hasil perbuatan yang dinyatakan pada P. (Ramlan, 2005:108)

d. Fungsi Pelengkap

  Dari pengamatan terhadap makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi PEL, diperoleh makna-makna sebagai berikut: 1) Unsur pengisi PEL menyatakan makna `penderita`.

  Seperti halnya unsur pengisi fungsi S dan O, unsur pengisi fungsi PEL ada juga yang menyatakan makna `penderita`. Misalnya. (65) Banyak mahasiswa belajar

  bahasa Jerman . Dalam kalimat di atas, unsur yang menduduki fungsi PEL ialah

  frase bahasaJerman. Dalam hubungannya dengan kata belajar yang mengisi fungsi P, frase itu menyatakan makna `penderita`. Demikian pula kata surat dan

  pisang dalam kata: (66) Ahmad jarang berkirim surat kepada orangtuanya. (67) Setiap hari perempuan itu berjualan pisang.

  2) Unsur pengisi PEL menyatakan makna `alat`. Selain menyatakan makna `pnderita`, unsur fungsi PEL ada juga yang menyatakan makna alat, yaitu alat yang digunakan. Misalnya kalimat di bawah ini: (68) Ia bersenjatakan bambu

  runcing . Dalam kalimat itu frase bambu runcing yang mengisi fungsi PEL,

  menyatakan makna `alat` mengingat kalimat itu berparafrase dengan kalimat (69) Ia menggunakan bambu runcing sebagai senjata (Ramlan, 2005:113).

  Pendapat lain mengenai unsur pengisi pelengkap menurut Alwi, (2003:329). Orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal itu dapat dimengrti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba. Contoh : (70) Dia mendagangkan barang-

  

barang elektronik di Glodok. (71) Dia berdagang barang-barang elektronik di

  Glodok. Pada kedua contoh di atas tampak bahwa barang-barang elektronik adalah frasa nominal dan berada di belakang verba mendagangkan dan berdagang. Akan tetapi, pada kalimat pertama frasa nominal itu digolongkan objek, pada kalimat kedua, digolongkan sebagai pelengkap atau komplemen. Perbedaan objek dan pelengkap dapat dilihat pada tabel berikut.

  Objek Pelengkap

  1. Berwujud frasa nominal atau

  1. Berwujud frasa nominal, frasa verbal, klausa frasa adjektival, frasa proposional, atau klausa

  2. Berada lansung di belakang

  2. Berada langsung di belakang predikat predikat jika tak ada objek dan di belakang objek kalau unsur ini hadir

  3. Menjadi subjek akibat pemasifsan

  3. Tak dapat menjadi subjek akibat kalimat pemasifan kalimat

  4. Dapat diganti dengan pronomina

  4. Tidak dapat diganti dengan

  • nya
    • nya kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari dan akan e.

   Fungsi Keterangan

  Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Konstituen keterangan berupa frasa nominal, frasa proposional, atau frasa adverbial. Perhatikan contoh berikut: (72.a) Dia memotong rambutnya. (72.b) Dia memotong rambutnya di kamar. (72.c) Dia memotong rambutnya dengan gunting.

  (72.d) Dia memotong rambutnya kemarin. Unsur di kamar, dengan gunting, dan

  

kemarin pada contoh (1) merupakan keterangan yang sifatnya manasuka. Selain diisi

  oleh satuan yang berupa kata atau frasa, fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa seperti pada contoh berikut: (72.e) Dia memotong rambtnya sebelum dia mendapat

  

peringatan dari sekolah. (72.f) Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima

kerja di bank. Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya.

  Dengan demikian, keterangan di kamar (72.b) mengandung makna tempat, dengan

  

gunting (72.c) mengandung makna alat, kemarin (72.d) menyatakan makna waktu,

  dan sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah (72.e) serta segera setelah dia

  

diterima kerja di bank (72.f) juga menyatakan makna waktu. Berdasarkan maknanya

  seperti tersebut di atas, terdapat berbagai macam-macam keterangan. (Alwi, 2003:330) Sedangkan menurut Ramlan, (2005:114). Dari pengamatan terhadap makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi KET, diperoleh makna-makna sebagai berikut: 1) Unsur pengsi fungsi KET menyatakan makna `tempat`. Contoh dalam kalimat.

  (73) Rene berbicara dengan tetangga di kebun sebelah. Frase di kebun sebelah yang mengisi fungsi KET menyatakan makna `tempat`, yaitu tempat terjadinya atau berlakunya peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan pada P, tempat yang dituju atau arah, tempat asal atau yang ditinggalkan, sebagai jawaban pertanyaan

  di mana, ke mana,

  dan dari mana. Makna ini dengan mudah dapat diketahui dengan adanya kata depan di, pada, dari, ke, di dalam, dari dalam, ke dalam, dan sebagainya. 2) Unsur fungsi KET menyatakan makna `waktu`. Unsur fungsi KET yang menyatakan makna `waktu` bukan saja menjawab pertanyaan bilamanatetapi juga menjawab pertanyaan sejak bilamana, hingga bilamana dan berapa lama. Contoh dalam kalimat. (74) Bapak Kepala Daerah pergi ke Jakarta kemarin. Terdapat dua buah KET, yaitu ke Jakarta sebagai KET

  1 dan kemarin sebagai KET 2 . Unsur

  pengisi KET

  1 menyatakan makna `tempat`, sedangkan unsur pengisi KET

  2 menyatakan makna `waktu`, menjawab pertanyaan bilamana.

  3) Unsur pengisi KET menyatakan makna `cara`. Contoh dalam kalimat. (75) Pencuri itu lari dengan cepat. Frase dengan cepat yang menduduki fungsi KET menyatakan makna `cara` menjawab pertanyaan bagaimana pencuri itu lari.

  4) Unsur pengisi KET menyatakan `penerima`. Contoh dalam kalimat. (76) Ia berkirim surat kepada Ahmad. Frase kepada Ahmad yang menduduki fungsi KET menyatakan makna `penerima`, yaitu yang menerima peruntukan, kegunaan, dan faedah. Menjwab pertanyaan untuk siapa dan kepada siapa.

  5) Unsur pengisi KET menyatakan makna `peserta`. Contoh dalam kalimat. (77) Di kebun itu Ahmad berjalan-jalan dengan temannya. Terdapat dua KET. Unsur pengisi KET

  1 , yaitu di kebun itu menyatakan makna `tempat`, sedangkan unsur

  pengisi KET , yaitu dengan temannya menyatakan makna `peserta`, yaitu yang

  2

  ikut serta melakukan perbuatan yang dinyatakan pada P, menjawab pertanyaan dengan atau bersama dengan siapa.

  6) Unsur pengisi KET menyatakan makna `alat`. Contoh dalam kalimat. (78) Orang itu memotong rumput dengan mesin pemotong rumput. Frase dengan mesin

  pemotong rumput yang menduduki fungsi KET menyatakan makna `alat`, yaitu

  alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang dinyatakan pada P, menjawab pertanyaan dengan apa atau dengan memekai atau menggunakan

  apa . Makna ini dengan jelas ditandai dengan adanya kata depan dengan.

  7) Unsur pengisi KET menyatakan makna `sebab`. Contoh dalam kalimat. (79) Orang itu tidak dapat berjalan lagi karena suatu kecelakaan. Frase kerena suatu kecelakaan yang menduduki fungsi KET menyatakan makna `sebab`, yaitu yang menyebabkan terjadinya peristiwa timbulnya suatu keadaan atau dilakukannya suatu perbuatan yang dinyatakan pada P, sebagai jawaban pertanyaan mengapa ata kenapa. Dengan jelas makna ini ditandai oleh kata-kata karena atau sebab.

  8) Unsur pengisi KET menyatakan makna `pelaku`. Contoh dalam kalimat. (80)

  Oleh penerbit yang sama telah diterbitkan pula karangan Mulyokusumo. Unsur

  pengisi KET, yaitu Oleh penerbit yang sama, menyatakan makna `pelaku` yakni yang melakukan perbuatan yang tersebut pada P sebagai jawaban pertanyaan oleh

  siapa . Dengan jelas makna ini ditandai oleh kata depan oleh.

  9) Unsur pengisi KET menyatakan makna `keseringan`. Contoh dalam kalimat. (81) Ahmad telah menyerukan kata awas beberapa kali. Fungsi KET yang terdiri dari frase golongan N, yaitu beberapa kali, menyatakan makna `keseringan`, yakni keseringan tindakan atau peristiwa yang dinyatakan oleh P sebagai jawaban atas pertanyaan beberapa kali.

  10) Unsur pengisi KET menyatakan makna `perbandingan`. Contoh dalam kalimat.

  (82) Ahmad sangat pandai seperti kakaknya. Fungsi KET yang terdiri dari FD, yaitu seperti kakaknya, menyatakan makna `perbandingan`. Makna ini dengan mudah dapat ditentukan oleh adanya kata depan yang menandai makna `perbandingan`, yakni kata-kata seperti, sebagai, laksana, dan sebagainya.

  11) Unsur pengisi KET menyatakan makna `perkecualian`. Contoh dalam kalimat.

  (83) Anak-anak tidak boleh masuk kecuali saya. Fungsi KET yang terdiri dari FD

  kecuali saya menyatakan makna `perkecualian`, maksudnya apa yang dinyatakan oleh KET merupakan perkecualian dari apa yang dinyatakan pada inti klausa.

  Makna ini ditandai oleh adanya kata depan kecuali.

3. Peran Semantis Unsur kalimat

  Menurut Alwi, dkk (2003:334), pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu peserta, atau lebih, dengan peran semantis yang berbeda-beda. Peserta itu dinyatakan dengan nomina atau frasa nominal.

  a. Pelaku

  Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peserta umumnya manusia atau binatang. Akan tetapi, benda yang potensial juga dapat berfungsi sebagai pelaku. Peran pelaku itu merupakan peran semantis utama subjek pada kalimat aktif dan pelengkap pada kalimat pasif. Perhatikan contoh berikut: (1) Anak itu sedang membaca koran. (2) Kucing saya selalu tidur di kursi. (3)

  

Mobil itu membelok ke kiri lalu menghilang. (4) Buku saya dipinjam Tina. Kalimat di

  tersebut berisi contoh peran pelaku dari unsur fungsional kalimat. Kalimat (1), (2), (3) peran pelaku terdapat pada unsur subjek, yaitu Anak itu, Kucing saya, Mobil itu. Pada kalimat (4) peran pelaku terdapat pada unsur pelengkap, yaitu Tina.

  b. Sasaran

  Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat, yang berkategori verba. Peran sasaran itu merupakan peran utama unsur objek, unsur pelengkap, atau unsur subjek pada kalimat pasif seperti terlihat pada contoh berikut. (1) Dia mengirim uang kepada ibunya. (2) Ibu mengambilkan ayah air

  

minum. (3) Kami mendengarkan pidatoPresiden. (4) Saya ditertawakan mereka.

  Kalimat tersebut merupakan contoh peran semantis unsur fungsional berupa sasaran. Kalimat no 1 yang menyatakan sasaran terdapat pada kata uang yang berfungsi sebagai objek. Kemudian pada kalimat no 2 dan 3 yang menyatakan sasaran terdapat pada kata air minum dan pidato Presiden. Kata Saya yang terdapat pada kalimat no 4 juga menyatakan sasaran dalam berfungsi sebagai subjek.

  c. Pengalam

  Pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan peran unsur subjek yang predikatnya adjektiva atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan seperti pada contoh berikut. (1) Adik saya sakit hari ini. (2) Mereka kehujanan di jalan. (3) Saya melihat gunung itu meletus. Kalimat tersebut unsur subjek yaitu Adik saya, Mereka, Saya, berperan sebagai pengalam.

  d. Peruntung

  Peruntung adalah peserta yang beruntung atau yang memperoleh manfaat dari keadaan, peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Partisipan peruntung biasanya berfungsi sebagai objek, atau pelengkap, atau sebagai objek verba jenis atau mempunyai. Perhatikan contoh berikut: (1) Ayah memberi uang

  menerima

  kepada saya.(2) Ibu membelikan Tuti kalung. (3) Dia menerima hadiah sebesar sejuta rupiah. Kalimat di atas unsur pelengkap saya, objek Tuti, subjek Dia berperan sebagai peruntung.

  e. Atribut

  Peran semantis `atribut`, biasanya terdapat pada unsur predikat yang berkategori nomina. Pada kalimat: (1) Orang itu guru saya. (2) Wanita itu ibunya.

  

Guru saya dan ibunya merupakan atribut bagi unsur Orang itu yang terdapat pada

  kalimat (1) dan Wanita itu yang terdapat pada kalimat (2). Dari keterangan tersebut telah jelas atribut sebagai pengenal.

  f. Peran Semantis Keterangan

  Di samping kelima peran tersebut, ada peran semantis lain yang terdapat pada fungsi keterangan, seperti keterangan waktu, keterangan tempat, keterangan alat, dan keterangan sumber. Peran semantis itu pada dasarnya sesuai dengan sifat kodrati dari nomina yang ada pada keterangan tersebut.

  (1) Peran semantis waktu: Mereka pindah tahun1998.

  Kami mengharapkan meraka datangpukul sepuluh. (2) Peran semantis tempat: Kami tinggal di Jakarta.

  Keluarga kami baru saja pulang dari Puncak. (3) Peran semanatis alat: Mereka membuka pintu itu dengan kunci palsu.

  Dia tidak dapat membaca tanpa kaca mata. (4) Peran semantis sumber Kursi itu terbuat dari ban mobil.

  Tuhan menciptakan manusia dari tanah.

H. Karangan Deskripsi 4. Pengertian Karangan Deskripsi

  Deskripsi adalahtulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sentivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Mereka bagaikan ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut (Semi, 2003:41). Deskripsi bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau rangka ruang dengan maksud untuk menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca mengenai segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau dicium oleh pengarang (Widyamartaya, 1992:9-10). Jadi, deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya.

5. Ciri-Ciri Karangan Deskripsi

  Menurut Semi (2003:41), deskripsi ini merupakan ekposisis juga, sehingga ciri umum yang dimiliki oleh ekposisi pada dasarnya dimiliki pula oleh deskripsi. Lebih lanjut, Semi (2003:41) mengatakan bahwa ciri-ciri deskripsi yang sekaligus sebagai pembeda dengan ekposisi adalah sebagai berikut: a. Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek.

  b. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca.

  c. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang menggugah, sedangkan ekposisi gayanya lebih lugas.

  d. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia. e. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial order).

  Di antara ciri-ciri tersebut yang tidak dimiliki oleh ekposisi adalah gaya yang indah dan memikat sehingga memancing sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Ada pula deskripsi yang disampaikan dengan bahasa yang lugas dan juga tidak memancing sensitivitas pembaca, tapi menekankan pada perincian atau detail dengan mengajukan pembuktian atau banyak contoh (misal: deskripsi tentang keadaan ruang praktik atau deskripsi tentang keadaan daerah yang dilanda tsunami).

  Oleh sebab itu, karangan deskripsi dibagi atas dua, yaitu deskripsi ekpositoris (deskripsi teknis) dan deskripsi artistik (disebut juga deskripsi literer, impresionistik, atau sugestif) (Semi, 2003:43). Lebih lanjut, Semi (2003:43) me ngatakan bahwa “Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa manekankan unsur impresif atau sugestif kepada pembaca, dinamakan deskripsi ekpositorik. Selain itu juga menggunakan bahasa- bahasa yang formal dan lugas. Sebaliknya, deskripsi artistik adalah deskripsi yang mengarah kepada pangalaman pembaca. Pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan.

6. Kriteria Karangan Deskripsi

  Sebuah karangan deskripsi yang baik dan sempurna harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Judul harus sesuai dengan isi

  Dalam sebuah karangan judul adalah inti sentral yang mewakili keseluruhan isi karangan, jadi antara judul dan isi harus logis (Nurgiyantoro, 2010:180).

  b. Penciptaan Kesan Pembaca Karangan deskripsi yang dihasilkan harus mampu menimbulkan kesan terhadap pembaca, yakni merekaseolah-olah dapat merasakan dan berada di dalamnya (Finoza, 2004:198).

  c. Uraian Fakta dalam Kalimat Keseluruhan uraian kalimat dalam karangan deskripsi berupa fakta yang bersifat memaparkan objek yang dideskripsikan (Marwoto, 1985:168).

  d. Pengembangan Kalimat menjadi Paragraf Setiap paragraf dalam sebuah karangan harus mempunyai kalimat utama yang disertai dengan kalimat penjelas yang sesuai (Akhadiah, 2004:25) e. Koherensi Dalam suatu karangan keterpaduan antar kalimat satu paragraf harus disusun dengan baik dan sistematis agar terjadi keterkaitan ke paragraf selanjutnya (Nurgiyanto, 2010:180).