1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Aditya Budi Susana BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan bagian integral dari

  upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan aktivitas terbesar yang dapat mencerminkan mutu pelayanan rumah sakit (Kusumapraja, 2002). Tenaga keperawatan di institusi kesehatan jumlahnya paling banyak dibandingkan dengan tenaga kesehatan lainnya. Jumlah perawat di Propinsi Jawa Tengah tahun 2011 sebanyak 23.001 orang, dokter (6.200 orang), Bidan (12.449 orang), Kefarmasian (2.310 orang), Kesmas (2.644 orang), Tenaga Gizi (1.401 orang), Keterapian Fisik (583 orang) dan Keteknisan Medis (2.957 orang) (Kemenkes RI, 2011).

  Pelayanan kesehatan pasien di rumah sakit sebagian besar ditangani oleh perawat, sehingga pelaksanaan tugas perawat di rumah sakit perlu mendapatkan perhatian yang besar dari pihak manajemen. Pelaksanaan asuhan keperawatan oleh perawat harus mendukung pelaksanaan program

  patient safety di rumah sakit.

  (keselamatan pasien) merupakan isu global dan nasional

  Patient safety

  bagi rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu (World Health Organization, 2007). Patient safety (keselamatan pasien)

  1 adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

  

Patient safety merupakan assessment resiko, identifikasi yang berhubungan

  dengan resiko pasien, pelaporan dan analisa insiden. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko (Permenkes RI No 1691, 2011).

  Sasaran keselamatan pasien diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, BAB IV Pasal 8. Bahwa dalam pelaksanaannya, keselamatan pasien di rumah sakit mengacu pada enam sasaran (Six Goals

  

Patient Safety ) yaitu: 1). Ketepatan identifikasi pasien, 2). Meningkatkan

  komunikasi efektif, 3). Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai, 4). Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi, 5).

  Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan dan 6). Pengurangan pasien resiko jatuh.

  Keamanan pelayanan di rumah sakit salah satunya dimulai dari ketepatan identifikasi pasien. Kesalahan identifikasi pasien diawal pelayanan akan berdampak pada kesalahan pelayanan pada tahap selanjutnya (World

  

Health Organization , 2007) Lembaga Nasional Keselamatan Pasien Inggris

  melaporkan 236 kejadian near miss berhubungan dengan kehilangan gelang identitas dan informasi yang salah pada gelang identitas selama November 2003 sampai Juli 2005 (Prahasto, 2004). Kesalahan identifikasi juga ditemukan pada lebih dari 100 analisa akar masalah pada Januari 2000 sampai maret 2003 oleh United States Departement of Veterans Affairs (VA) National

  

Center for Patient Safety (Al-Qahtani dan Missahel, 2003). Hasil penelitian

  yang dilakukan oleh Joint Commission International di Amerika Serikat menemukan adanya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien mencapai 13% dari kasus bedah dan 67% kesalahan identifikasi pasien dalam memberikan tranfusi darah, dari 67% kesalahan tranfusi darah 11 orang diantaranya meninggal (Meeting The International Patient safety Goals, 2010). NSQHS Australia mencatat adanya 10 kejadian akibat kesalahan pasien atau anggota badan yang salah yang berdampak kematian atau kehilangan fungsi secara permanen selama tahun 2009-2010 dan diperkirakan bisa naik jika kasus- kasus kesalahan identifikasi pada lingkup non bedah (patologi dan radiologi) masuk kedalam data yang dilaporkan (Australian Commission on Safety and Quality in Health Care , 2012).

  Data kesalahan dalam identifikasi pasien di Indonesia tidak tercatat. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2013) di RSUD Dr. Saiful Anwar tercatat sebanyak 76 insiden yang terdiri dari kejadian tidak diharapkan/KTD (8%), kejadian nyaris cedera/KNC (1%) serta kejadian tidak cedera/KTC (91%). Jumlah kesalahan identifikasi pasien pada bulan Februari sampai dengan Juni 2013 terdapat sebanyak 89 kali dengan rata-rata 18 kali per bulan.

  Penelitian Elizabeth (2009) di Rumah Sakit “A” di Bandung menyimpulkan bahwa kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur operasional identifikasi pasien resiko jatuh dengan menggunakan skala jatuh morse di Rumah Sakit “A” di Bandung adalah 66,48 % dengan kriteria baik, 8,11% dengan kriteria cukup dan 25,41% dengan kriteria kurang.

  Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Islam bulan September tahun 2014, menemukan adanya kesalahan identifikasi pasien yang dilakukan perawat. Nama pasien yang sama sering dijumpai, sehingga perawat keliru dalam mengidentifikasi pasien. Dari 30 pasien, 3 orang (10%) diantaranya tertulis nama yang sama. Pasien juga ada yang tidak diberi gelang.

  Kesalahan identifikasi pasien perlu diatasi dengan segera agar tidak menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan. Fenomena budaya kerja perawat diindikasikan dengan beberapa hal seperti kedisiplinan dan inisiatif perawat. Fenomena yang terkait dengan kedisiplinan perawat antara lain adanya ungkapan perawat senior dan yunior yang terkait dengan lamanya masa kerja di IGD sehingga berdampak pada hubungan dengan rekan kerja menjadi kurang kondusif dan sering meninggalkan tempat tugas tanpa izin. Sedangkan fenomena yang berkaitan dengan inisiatif perawat adalah kurang tanggapnya perawat terhadap keluhan pasien atau saling berselisih dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menyuruh perawat yunior terlebih dahulu baru perawat yang senior.

B. Rumusan Masalah

  Ketepatan identifikasi pasien merupakan bagian penting dalam mewujudkan program keselamatan pasien. Kasus identifikasi pasien yang tidak tepat masih terjadi di rumah sakit yang dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan pada pasien. Ketidaktepatan identifikasi pasien yang masih terjadi tersebut tidak dapat dilepaskan dari kebiasaan perawat dalam bekerja yang kurang teliti.

  Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut “Adakah hubungan budaya kerja perawat dengan ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Islam Purwokerto ?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui hubungan budaya kerja perawat dengan ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui budaya kerja perawat di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  b. Mengetahui ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  c. Mengetahui hubungan budaya kerja perawat dengan ketepatan identifikasi pasien di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Rumah Sakit Islam Purwokerto Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen dalam mengevaluasi pelaksanaan tugas perawat dalam mendukung program keselamatan pasien di rumah sakit, khususnya dalam ketepatan identifikasi pasien.

  2. Bagi Perawat Sebagai bahan masukan bagi perawat untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang menjamin keselamatan pasien.

  3. Bagi peneliti Sebagai sarana belajar dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan melakukan praktek penelitian ilmiah.

E. Keaslian Penelitian 1.

  Bella (2008) berjudul ”Tinjauan Pelaksanaan Sistem Identifikasi

  Numerical di Rumah Sakit Tk. IV Slamet Riyadi Surakarta

  ”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Subyek penelitian ini adalah petugas pendaftaran pasien rawat jalan, gawat darurat dan rawat inap obyek penelitian adalah sistem identifikasi rumah sakit. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan sistem identifikasi pasien di Rumah Sakit Tk. IV Slamet Riyadi Surakarta menggunakan sistem identifikasi secara numerical, baik untuk pasien rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Sedangkan dalam pelaksanaan masih ditemukan adanya pemberian nomor rekam medis ganda sehingga menyulitkan petugas dalam identifikasi pasien. Pendaftaran pasien rawat inap bagi bayi baru lahir tidak meggunakan nomor yang sama dengan ibunya sehingga tidak sesuai dengan SOP yang telah dibuat melainkan sudah diberikan nomor rekam medis baru. Simpulan penelitian tentang pelaksanaan identifikasi sudah menggunakan sistem identifikasi secara

  

numerical , sedangkan dalam pelaksanaannya masih ditemukan nomor

  rekam medis ganda dan identifikasi bayi baru lahir tidak sesuai dengan SOP serta pelayanan bagi pasien lama dan tanpa identitas tidak tercantum dalam SOP.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Bella (2008) terletak pada tema penelitian yaitu sistem identifikasi pasien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Bella (2008) terletak pada jenis penelitian yang digunakan, metode analisis dan lokasi penelitian. Jenis penelitian ini adalah korelasional, dengan menggunakan uji Rank Spearman dan lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  2. Rini (2011) berjudul ”Analisis Faktor Budaya Organisasi yang

  Berhubungan dengan Perilaku Caring Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD. Prof. DR. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

  ”. Survey analitik secara cross sectional dengan menggunakan uji chi square pada 120 perawat pelaksana menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan, komunikasi, pelatihan, reward, pengambilan keputusan dan manajemen dengan perilaku caring perawat (p=0,000- 0,042; α=0,05). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan perilaku caring perawat adalah pelatihan, sehingga pelatihan perlu ditingkatkan di RSAS Kota Gorontalo terutama bagi perawat yunior.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Rini (2011) terletak pada pendekatan yang digunakan metode analisis dan sampel penelitian.

  Pendekatan penelitian sama-sama cross sectional, sampel penelitian juga sama yaitu perawat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rini (2011) terletak pada variabel yang diteliti dan lokasi penelitian. Variabel penelitian ini adalah budaya kerja sebagai variabel bebas dan ketepatan identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya sedangkan lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto. Metode analisis menggunakan uji Rank Spearman.

  3. Elizabeth dan Herlina (2012) berjudul “Kepatuhan Perawat Melaksanakan

  Standar Prosedur Operasional: Pencegahan Pasien Resiko Jatuh di Gedung Yosef 3 Dago dan Surya Kencana Rumah Sakit Borromeus

  ”. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu dengan mengobservasi pelaksanaan pencegahan pasien resiko jatuh. Jumlah responden yang diamati 50 perawat yaitu perawat Yosef 3 Dago dan Surya Kencana. Hasil penelitian yang patuh melaksanakan pencegahan pasien resiko jatuh yaitu tentang penilaian MFS hasil 98 %, pemasangan gelang patuh 68%, pemasangan label segitiga 68%, penulisan di whiteboard 58%, merendahkan tempat tidur 62%, pemasangan pagar pengaman tempat tidur 96%. Dapat disimpulkan bahwa kepatuhan perawat melaksanakan pencegahan pasien resiko jatuh di ruang Yosef 3 Surya Kencana dan Yosef 3 Dago dengan hasil rata-rata 75% patuh melaksanakan, 25% tidak patuh melaksanakan.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Elizabeth dan Herlina (2012) terletak pada sampel penelitian yaitu perawat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Elizabeth dan Herlina (2012 terletak pada variabel yang diteliti, jenis penelitian, lokasi penelitian. Variabel penelitian ini adalah budaya kerja sebagai variabel bebas dan ketepatan identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya, jenis penelitian adalah korelasional, metode analisis menggunakan uji Rank Spearman sedangkan lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  4. Dina (2012) berjudul ’’Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja Perawat di

  Rumah Sakit Bhayangkara Medan ”. Penelitian ini menggunakan desain deskripsi korelasional. Jumlah sampel penelitian 61 perawat pelaksana dengan teknik total sampel. Analisa statistik yang digunakan uji Rank

  

Spearman . Hasil analisas univariat didapat budaya organisasi kurang baik

  54,1% dan kepuasan kerja tidak puas 60,7%. Hasil analisa uji Rank

  

Spearman diperoleh nilai signifikasi (p) = 0,037 yang menjelaskan bahwa

  Ho ditolak. Kesimpulan penelitian budaya organisasi berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di rumah sakit.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dina (2012) terletak pada jenis penelitian yaitu korelasional dan sampel penelitian yaitu perawat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dina (2012) terletak pada variabel yang diteliti dan lokasi penelitian. Variabel penelitian ini adalah budaya kerja perawat sebagai variabel bebas dan ketepatan identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya, metode analisis menggunakan uji Rank Spearman sedangkan lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  5. Dewi (2013 ) berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Sistem Identifikasi Pasien di

  Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit ”. Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan

  

focus group discussion (FGD), wawancara, pengamatan serta studi

  dokumen. Identifikasi prioritas alternatif solusi menggunakan

  

brainstorming dengan mempertimbangkan urgency, severity/seriousness,

growth (USG). Secara struktur sistem identifikasi pasien cukup lengkap.

  Pengetahuan perawat tentang sistem identifikasi pasien cukup baik. Sikap perawat dan petugas lain terhadap pelaksanaan prosedur identifikasi pasien adalah positif namun tidak selalu melakukan prosedur verifikasi sesuai ketentuan terutama untuk tindakan yang menurut perawat tidak beresiko terutama pada saat shift sore dan malam. Keterbukaan untuk melaporkan insiden pada petugas masih belum optimal. Kendala dan hambatan terutama dirasakan masih sulit merubah kebiasaan untuk selalu melakukan verifikasi, terkadang pasien mengeluh jika terlalu sering ditanya identitasnya, tidak dirasakan adanya kendala ketersediaan gelang identitas, kadang-kadang terjadi salah cetak nama pada stiker identitas. Penyebab utama belum optimalnya pelaksanaan sistem identifikasi pasien berhubungan dengan sistem supervisi terhadap pelaksanaan prosedur identifikasi yang belum optimal serta budaya safety yang masih perlu terus ditingkatkan.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dewi (2013), terletak pada tema penelitian yaitu sistem identifikasi pasien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Dewi (2013) terletak pada variabel yang diteliti, jenis penelitian, metode analisis dan lokasi penelitian. Variabel penelitian ini adalah budaya kerja perawat sebagai variabel bebas dan ketepatan identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya, jenis penelitian korelasional, metode analisis menggunakan uji Rank Spearman sedangkan lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  6. Kolomboy (2009 ) berjudul “Hubungan Budaya Kerja dan Iklim Organisasi dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah

  Sakit Umum Anutapura Palu ”. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelasi menggunakan metode cross sectional. Jumlah sampel

  156 orang. Analisa data menggunakan uji univariat (proporsi), bivariat (Chi Square) dan dilanjutkan uji multivariat (Regresi logistik ganda). Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya kerja perawat dalam kategori baik 52,6%, iklim organisasi dalam kategori baik 50,6% dan kepuasan kerja perawat pelaksana dalam ketegori puas 53,8%. Ada hubungan yang bermakna antara budaya kerja (p-value 0,002) dan iklim organisasi (p- value 0,000) dengan kepuasan kerja. Variabel yang paling berhubungan dengan kepuasan kerja perawat pelaksana adalah iklim organisasi dengan nilai OR terbesar yaitu 5,966 artinya iklim organisasi yang baik mempunyai peluang 5,966 kali untuk memberikan kepuasan kerja perawat pelaksana setelah dikendalikan oleh budaya kerja.

  Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kolomboy (2009), terletak pada variabel budaya kerja. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Kolomboy (2009) terletak pada variabel yang diteliti, jenis penelitian, metode analisis dan lokasi penelitian. Variabel penelitian ini adalah ketepatan identifikasi pasien sebagai variabel terikatnya. Adapun untuk penelitian Kolomboy (2009), variabel bebasnya iklim organisasi dan kepuasan kerja sebagai variabel terikat. Jenis penelitian korelasional, metode analisis menggunakan uji Rank Spearman sedangkan lokasi penelitian di Rumah Sakit Islam Purwokerto.