BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS - PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BAHASA JAWA MATERI UNGGAH-UNGGUH BASA BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DI KELAS V SEKOLAH DASAR - repository perp

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS LKS (Lembar Kerja Siswa) merupakan salah satu bentuk

  dari bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan oleh guru untuk melaksanakan proses pembelajaran pembelajaran.

  Bahan ajar tersebut dapat berbentuk tertulis dan tidak tertulis. Prastowo (2012: 298) mengemukakan bahwa:

  Bahan ajar itu sendiri merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Lembar Kerja Siswa adalah bentuk bahan ajar tertulis

  Pengertian LKS menurut Trianto (2012: 222) yaitu: “Panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah

  ”. Adapun pendapat yang dikemukakan oleh Prastowo (2014: 269) bahwa:

  LKS merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik berisfat teoritis dan atau praktis, yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung bahan ajar lain.

  10 Pendapat dari beberapa teori di atas dapat menyimpulkan bahwa LKS merupakan suatu substansi pembelajaran yang berbentuk lembaran-lembaran yang berfungsi sebagai panduan kerja bagi siswa agar dapat lebih mudah dalam melakukan pembelajaran di kelas. LKS juga bermanfaat bagi siswa untuk menambah materi yang tengah dipelajari melalui kegiatan pembelajaran yang tersususun di dalamnya. Aktifitas siswa dalam proses belajar diharapkan dapat meningkat dengan adanya LKS sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa itu sendiri.

b. Syarat Penyusunan LKS

  Pembuatan Lembar Kerja Siswa harus mengacu kepada syarat-syarat penyusunan LKS agar LKS yang dibuat lebih tepat dan lebih akurat. Widjajanti (2008) mengemukakan bahwa:

  “Syarat penyusunan LKS itu ada 3 yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik”. 1) Syarat Didaktik

  Syarat didaktif adalah syarat penyusunan LKS yang bersifat universal yaitu dapat digunakan oleh semua siswa baik yang lamban maupun pandai. LKS lebih menekankan pada proses menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral dan estetika.

  Syarat-syarat didaktif penyusunan LKS antara lain: LKS dapat mengajak siswa untuk aktif di dalam pembelajaran, LKS dapat memberikan penekanan pada proses untuk menemukan konsep bukan hasil semata, LKS memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sesuai- dengan ciri KTSP, LKS dapat membuat siswa mengembangkan kemampuan di dalam berkomunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa.

  2) Syarat Konstruksi Syarat konstruksi adalah syarat penyusunan LKS yang berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan. LKS pada dasarnya harus tepat guna dalam artian dapat dimengerti oleh pengguna.

  Syarat-syarat konstruksi yang dimaksud antara lain adalah: LKS disusun dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak, LKS disusun dengan menggunakan struktur kalimat yang jelas. LKS harus memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. LKS disusun dengan tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbatasan siswa. LKS harus mampu menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS.

  Penyusunan LKS selain itu juga membutuhkan pemberikan bingkai dimana anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa. LKS harus menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek agar siswa lebih dapat memahami petunjuk yang- diperintahkan.

  Gunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat “formal” atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak. LKS memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. LKS terdapat identitas untuk memudahkan administrasiny, misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal, dan sebagainya. 3) Syarat Teknis

  Syarat teknis merupakan syarat penyusunan LKS yang berkaitan dengan tulisan, gambar, dan penampilan dalam LKS.

  Tulisan yang digunakan pada LKS adalah huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin ataupun romawi. Penulisan topik pada LKS menggunakan huruf tebal dengan font cukup besar bukan hanya huruf biasa yang diberi garis bawah. LKS menggunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris.

  LKS menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa, usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

  Gambar yang sesuai untuk digunakan pada LKS yaitu gambar yang dapat menyampaikan pesan secara efektif kepada pengguna LKS. Gambar fotografi berkualitas tinggi belum tentu dapat dijadikan gambar LKS yang efektif. Kejelasan gambar atau isi dari gambar secara keseluruhanlah yang memegang peran penting, sedangkan penampilan pada LKS mencakup bentuk sajian dari LKS tersebut. Hal pertama yang dilihat oleh siswa bukanlah isi dari LKS akan tetapi penampilannya terlebih dahulu. LKS harus mempunyai tampilan yang menarik agar dapat menarik perhatian siswa. Penampilan LKS yang baik adalah LKS yang mempunyai kombinasi gambar, tulisan yang disusun secara indah, jelas dan sesuai dengan pesan yang hendak dicapai. Tampilan LKS yang menarik akan membuat siswa lebih tertarik untuk mempelajari lebih jauh LKS.

c. Langkah-langkah Aplikatif Membuat LKS

  Lembar Kerja Siswa dalam penyusunannya diperlukan langkah langkah aplikatif.

  Berikut ini merupakan tabel langkah-langkah aplikatif membuat LKS secara garis besar menurut Diknas (2008) : Analisis Kurikulum Tematik

  Menyusun Kebutuhan LKS Menentukan Judul LKS

  MENULIS TEKS Memetakan KD dan Indikator antar- Mata Pelajaran Menentukan Tema Sentral dan

  Pokok Bahasan Menentukan Alat Penilaian

  Menyusun Materi Memerhatikan Struktur Bahan Ajar

Gambar 2.1 Diagram Alur Langkah-Langkah Penyusunan LKS

  Sumber: Diknas (2008)

  1) Analisis Kurikulum Langkah pertama dalam penyusunan LKS adalah analisis kurikulum dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajar. Hal ini dilakukan agar dapat menentukan materi-materi yang akan dibuat LKS. 2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

  Langkah kedua adalah menyusun peta kebutuhan LKS diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar yang dibuat struktural. Hal ini bertujuan untuk memfokuskan dan menentukan prioritas materi.

  3) Menentukan Judul LKS Langkah ketiga adalah menentukan judul LKS. LKS ditentuan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi- materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar. 4) Penulisan LKS

  Langkah terakhir adalah penulisan LKS yang terdiri dari merumuskan kompetensi dasar terlebih dahulu kemudian menentukan alat penilaian, lalu menyusun materi dan dilanjutkan dengan memperhatikan struktur LKS.

  Tahap penulisan LKS secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut : Pertama, merumuskan kompetensi dasar. Dalam hal ini dapat dilakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku. Contohnya adalah kompetensi yang diturunkan dari KTSP 2006.

  Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian dapat dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik, karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi. Alat penilaian yang cocok dan sesuai adalah menggunakan Pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau

  Criterion Refenced Assesment, dengan demikian, pendidik dapat melakukan penilaian melalui proses dan hasilnya.

  Ketiga adalah menyusun materi, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan untuk menyusun materi LKS, perlu diketahui bahwa materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari dan dapat diambil dari berbagai sumber. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas untuk mengurangi pertanyaan dari peserta didik tentang hal-hal yang seharusnya peserta didik dapat melakukannya.

  Keempat, memperhatikan struktur LKS. Struktur LKS terdiri atas enam komponen yaitu, judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian.

2. Pembelajaran Bahasa Jawa SD

  Pembelajaran bahasa Jawa di SD merupakan bagian dari kurikulum Muatan Lokal. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Muhaimin (2008: 233) bahwa:

  Muatan lokal dimaksudkan untuk mengembangkan potensi daerahnya sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan di SD atau MI seperti menyiapkan peserta didik untuk memasuki bahasa global dan teknologi informasi.

  Jadi pembelajaran bahasa Jawa di SD merupakan bagian dari pelajaran muatan lokal yang bertujuan sebagai wahana untuk pelestarian bahasa Jawa. Pembelajaran yang terkandung di dalam pelajaran bahasa Jawa di Sekolah Dasar terdiri dari 4 aspek keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

  Aspek mendengarkan meliputi memahami instruksi, informasi dan cerita sangat sederhana yang disampaikan secara lisan dalam konteks kelas, sekolah dan lingkungan sekitar dalam bahasa Jawa. Aspek mendengarkan meliputi memahami wacana lisan yang didengar baik teks sastra maupun non sastra dalam berbagai ragam bahasa berupa cerita teman, teks karangan, pidato, pesan, cerita rakyat, cerita anak, geguritan, tembang macapat, dan cerita wayang.

  Aspek berbicara meliputi menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, baik sastra maupun non sastra dengan menggunakan berbagai keperluan, mengungkapkan keinginan, menceritakan tokoh wayang, mendeskripsikan benda, menanggapi persoalan faktual atau pengamatan, berpidato, dan mengapresiasikan tembang. Aspek membaca meliputi menggunakan berbagai keterampilan membaca untuk memahami teks sastra maupun non sastra dalam berbagai ragam bahasa berupa teks bacaan, pidato, cerita rakyat, percakapan, geguritan, cerita anak, cerita rakyat, cerita wayang, dan huruf Jawa. Aspek menulis meliputi menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam bahasa Jawa.

3. Unggah-Ungguh Basa

  Unggah-Ungguh Basa yaitu sopan santun menggunakan Bahasa

  Jawa. Unggah-Ungguh Basa juga disebut dengan Unggah-Ungguhing

Basa. Unggah-Ungguh Basa selalu berkaitan dengan ragam bahasa Jawa.

  Ragam bahasa Jawa mencakup aturan-aturan dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa yang terdiri dari basa Ngoko dan Krama serta tatarannya.

  Setiyanto (2007: 26) mengatakan bahwa Unggah-Ungguhing

  Basa terdiri dari : Basa Ngoko yaitu Ngoko Lugu dan Ngoko Andhap; Basa Madya

  terdiri dari Madya Ngoko, Madya Krama, Madyantara, Basa

  Krama terdiri dari Mudha Krama, Kramantara, Wredha Krama, Krama Inggil, Krama Desa; Basa Kedhaton (bagongan); Basa Jawa Ngoko. a. Basa Ngoko

  Basa Ngoko merupakan bentuk dari Unggah-Ungguhing Basa Jawa Ngoko . Basa Ngoko terdiri atas Basa Ngoko Lugu dan Ngoko Andhap. 1) Ngoko Lugu

  Basa Ngoko lugu disusun dari kata-kata Ngoko semua,

  adapun kata; aku kowe dan ater ater; dak, ko , di juga

  panambang;-ku,-mu,-e,-ake tidak berubah. Basa Ngoko Lugu

  digunakan pada saat berbicara kepada: orang tua kepada anak, cucu atau pada anak muda lainnya, percakapan orang-orang sederajat, tidak memperhatikan kedudukan dan usia, seperti anak-anak dengan temannya, atasan dengan bawahannya, namun sekarang ini kebanyakan menggunakan bahasa krama meskipun tidak lengkap dikandung maksud untuk menghormati bawahannya sebagai rekan kerja, digunakan pada saat berbicara.

  2) Ngoko Andhap Ngoko Andhap dapat dibedakan menjadi 2 macam bahasa yaitu Antya Basa dan Basa Antya.

  Basa Ngoko Andhap merupakan bahasa campuran dari basa Ngoko dan Basa Krama Inggil. Ngoko Andhap digunakan oleh

  siapa saja yang telah akrab-dengan lawan berbicaranya akan tetapi masih menunjukan rasa hormat dengan penggunaan Basa

  Krama Inggil di dalamnya.

  a) Antya Basa Basa Ngoko Andhap Antya Basa adalah bahasa yang

  kata-katanya Ngoko dicampur degan kata-kata Krama

  Inggil untuk orang yang diajak bicara, untuk menyatakan hormat.

  b) Basa Antya Basa Antya dibentuk dari Ngoko dicampur dengan kata Krama dan Krama Inggil.

  Contoh: Antya Basa : Sariramu tak aturi ngenteni dhisik, ora suwe.

  Basa Antya :Panjenenganmu tak aturi ngentosi rumiyin, ora dangu.

  Ngoko Andhap Antya Basa sampai saat ini masih

  biasa digunakan dan dilestarikan, sedangkan untuk Basa telah jarang sekali dipakai lagi bahkan dapat

  Antya dikatakan telah punah.

  b. Basa Madya

  1) Madya Ngoko Basa Madya Ngoko merupakan bahasa madya yang

  dicmpur dengan basa ngoko utuh. Ciri-cinya adalah kata Aku diubah menjadi kula, Kowe diubah menjadi dika, Ater-ater (awalan) tak- diubah menjadi kula, Ater-ater ko- diubah menjadi

  dika. Penggunaan bahasa ini biasanya oleh orang-orang yang berada di pedesaan atau orang-orang yang berada di pegunungan.

  2) Madya Krama

  Basa Madya Krama adalah bahasa yang digunakan

  oleh orang desa yang satu dengan yang lain yang dianggap lebih tua atau dianggap terhormat. Basa Madya Krama dibentuk dari- kata-kata madya dicampur dengan kata-kata krama yang tidak mempunyai kata madya. Penjelasannya yaitu; aku diubah menjadi kula, kowe diubah menjadi sampeyan atau samang,

  (awalan) tak- diubah menjadi kula, kowe diubah

  ater-ater

  menjadi sampeyan, ater-ater tak- diubah menjadi kula, panambangmu.

  3) Madyantara Basa Madyantara merupakan bahasa yang terbbentuk

  dari Basa Madya Krama, tetapi yang ditujukan pada orang yang diajak berbicara diubah menjadi Krama Inggil. Adapun pemakaiannya biasanya dipakai percakapan priyayi dengan suaminya. Bahasa seperti ini telah jarang sekali dipakai bahkan sudah tidak pernah dipakai lagi.

  c. Bahasa Jawa Krama Inggil

  1) Mudha Krama Basa Mudha Krama merupakan bahasa yang luwes sekali, digunakan untuk semua orang tidak ada jeleknya.

  Orang yang diajak berbicara dihormati adapun dirinya sendiri yaitu orang yang mengajak bicara merendahkan diri.

  Bentuk Basa Mudha Krama terdiri dari krama semua dicampur dengan Krama Inggil untuk orang yang diajak berbicara. Basa Mudha Krama biasanya dipakai oleh orang muda untuk berbicara kepada orang tua.

  2) Kramantara Basa Kramantara merupakan bahasa yang

  menggunakan kata-kata krama semua tanpa dicampur dengan . Biasanya bahasa ini digunakan oleh orang tua

  Krama Inggil

  kepada orang yang lebih muda, karena merasa lebih tua usianya atau lebih tinggi kedudukannya. Tetapi saat ini bahasa tersebut sudah tidak biasa dipakai lagi meskipun demikian tidak keberatan memakai Basa Mudha Krama.

  3) Wredha Krama Basa Wreda Krama hampir sama dengan Kramantara,

  sama-sama tidak dicampur dengan kata-kata Krama Inggil adapun perbedaannya ada pada ater-ater di-, panambang-e ,-

  

ake. Basa Wreda Krama digunakan oleh orang tua kepada orang

  yang lebih muda atau orang yang derajatnya lebih tinggi. Bahasa ini sudah jarang sekali dipakai karena pada umumnya lebih memilih menguunakan basa mudhakrama.

  4) Krama Inggil Basa Krama Inggil yang kata-katanya krama semua dicampur dengan Krama Inggil untuk orang yang diajak bicara.

  Basa Krama Inggil biasa digunakan oleh priyayi cilik kepada priyayi gedhe. Orang muda kepada orang tua, ketika

  membicarakan orang luhur. 5) Krama Desa

  Basa Krama Desa merupakan basa yang kata-katanya

  menggunakan basa krama dicampur dengan kata-kata Krama .

  Desa

  Diantara pembagian-pembagian Unggah-Ungguh Basa di atas dalam pembelajaran di Sekolah Dasar disederhanakan menjadi 4 yaitu:

  a.

   Basa Ngoko Lugu

  Bentuk kalimatnya menggunakan ngoko semua tidak ada basa kramanya. Penggunaannya: 1) Untuk sesama orang yang sudah terbiasa/kenal. 2) Untuk yang lebih muda. 3) Atasan kepada bawahannya. 4) Guru dengan murid. Contoh:

  • Yan kowe mengko sore sida ngampiri aku les?
  • – Dhik, yen arep ndelok pameran, aku mengko tulung ampirana ya!

b. Basa Ngoko Alus Bentuk kalimatnya menggunakan ngoko campuran dengan

  krama inggil . Penggunaannya : 1) Saudara tua dengan saudara muda yang lebih tinggi derajatnya .

  2) Istri berpengetahuan (berpendidikan) dengan suaminya. 3) Orang dengan orang yang mempunyai pengetahuan.

  Tuladha:

  • Dhik, sliramu mengko nek kondur arep nitih apa?
  • – Aku mau ngunduh pelem akeh, panjenengan apa kersa dak aturi? c.

   Basa Krama Lugu Bentuk kalimat madya (ater-ater dan panambange krama).

  Penggunaanya: 1) Untuk teman yang telah akrab, derajatnya dan saling menghormati.

  2) Istri yang mempunyai pengetahun (berpendidikan) dengan suami.

  3) Priyayi dengan saudara tua yang lebih rendah derajatnya.

  Contoh:

  • Sampeyan niku menawi kesah dhateng kantor napa taksih

  kiyat nitih sepedha motor mas?

  • – Napa ndika saking desa ngriki mawon to mas?

  d.

   Basa Krama Alus

  Bentuk kalimatnya krama (ater-ater lan panambang krama) dan

  krama inggil (untuk orang yang diajak berbicara). Penggunaannya: a) Orang muda kepada orang tua.

  b) Murid dengan guru.

  c) Bawahan dengan pimpinannya.

  d) Teman dengan teman yang belum terlalu terbiasa.

  Contoh :

  • Kula badhe matur dhateng ibu, bilih menawi saestu sowan dhateng eyang, kula badhe tumut.
  • – Tindak-tandukipun rencang kula ingkang naminipun Edo punika lucu sanget.

4. Model Pembelajaran Picture and Picture a. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture

  LKS berbasis model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu bagian dari media cetak. Arsyad (2007: 37) mengatakan bahwa:

  “media cetakan meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi ”. Perpaduan teks dan gambar yang ada diharapkan dapat menambah daya tarik siswa terhadap bahasa Jawa dan dapat memperlancar pemahaman informasi yang disajikan dalam format verbal non verbal.

  Model pembelajaran Picture and Picture merupakan salah satu model pembelajaran inovatif. Suyatno (2009: 6) berpendapat bahwa:

  Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang dikemas oleh guru yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses belajar.

  Hamid (2014: 217) berpendapat bahwa model pembelajaran

  

Picture and Picture merupakan model pembelajaran dimana guru

  menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi dan menanamkan pesan yang ada dalam materi tersebut. Pendapat tersebut senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Suyatno (2009: 74) bahwa:

  Model pembelajaran Picture and Picture merupakan model pembelajaran inovatif yang menyajikan informasi, menyajikan materi, memperlihatkan gambar sehingga sistematik, mengkonfirmasi urutan gambar tersebut, guru menanamkan konsep sesuai bahan ajar, penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Picture and Picture merupakan model pembelajaraan dengan menggunakan gambar-gambar sebagai media untuk menyampaikan materi.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture

  Langkah langkah model pembelajaran Picture and Picture merupakan tahap-tahap yang ada ketika hendak menerapkan model pembelajaran Picture and Picture dalam kegiatan belajar mengajar.

  Tanireja (2012: 100) dan Suyatno (2009: 116) berpendapat bahwa dalam model pembelajaran Picture and Picture langkah- langkah pembelajarannya adalah:

  1) Guru menyampaikan kompetensi yang hendak dicapai. 2) Guru menyampaikan materi sebagai pengantar. 3) Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

  4) Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian, memasang atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut. 6) Selanjutnya dari alasan atau urutan gambar tersebut guru mulai menanamkan konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7) Memberikan kesimpulan atau rangkuman dari pembelajaran yang telah dilakukan.

  Langkah-langkah model pembelajaran Picture and Picture di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Penyampaian Kompetensi

  Tahap penyampaian kompetensi merupakan tahap dimana guru diharapkan menyampaikan kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Penyampaian kompetensi dasar tersebut dengan demikian dapat mengukur sampai sejauh mana kompetensi yang harus siswa kuasai, selain itu juga guru juga harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian kompetensi tersebut untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapainya.

  2) Presentasi materi Tahap penyajian materi merupakan tahap dimana guru telah menciptakan momentum awal pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Pada tahap inilah, guru harus berhasil memberi motivasi pada beberapa siswa yang kemungkinan masih belum siap.

  3) Penyajian Gambar Tahap penyajian gambar, guru menyajikan gambar- gambar dan mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan. Pengajaran akan hemat energi dan siswa juga akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan dengan menggunakan gambar.

  4) Pemasangan Gambar Tahap pemasangan gambar, guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian untuk memasang gambar- gambar secara berurutan dan logis. Guru dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif sebab siswa cenderung merasa tertekan. Salah satu caranya adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus benar-benar siap untuk menjalankan tugas yang diberikan. 5) Penjajakan

  Tahap penjajakan ini guru menanyakan kepada siswa tentang alasan di balik urutan gambar yang telah disusunnya.

  Siswa dapat diajak untuk menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan kompetensi dasar berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai. Guru dapat mengajak sebanyak mungkin siswa untuk membantu sehingga proses diskusi menjadi semakin menarik.

  6) Penyajian Kompetensi Guru dapat mulai menjelaskan lebih lanjut sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai berdasarkan komentar atau penjelasan atas urutan gambar-gambar. Guru harus memberi penekanan pada keercapaian kompetensi tersebut selama proses ini. Guru dalam hal ini dapat mengulangi, menuliskan atau menejelaskan gambar-gambar tersebut agar siswa mengetahui bahwa sarana tersebut penting dalam pencapaian kompetensi dasar dan indikator-indikator yang telah ditetapkan. 7) Penutup

  Kegiatan penutup yaitu di akhir pembelajaran, guru dan siswa saling berefleksi mengenai apa yang telah dicapai dan dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat materi dan kompetensi dalam ingatan siswa.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture

  Kelebihan dari model pembelajaran berbasis model pembelajaran Picture and Picture yaitu: 1) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, 2) siswa dilatih berpikir logis dan sistematis, 3) siswa dibantu belajar berfikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalampraktik berpikir dan motivasi siswa untuk belajar semakin dikembangkan,

  4) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.

  d.

  

Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture

  Model pembelajaran berbasis model pembelajaran Picture

  and Picture mempunyai beberapa kekurangan antara lain: memakan

  banyak waktu, membuat sebagian siswa pasif, munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan kelas dan adanya beberapa siswa tertentu yang terkadang tidak senang jika disuruh bekerja sama dengan yang lain serta kebutuhan akan dukungan fasilitas, alat dan biaya cukup memadai. Pelaksanaan model pembelajaran Picture and

  Picture dapat melatih siswa untuk berpikir logis dan dapat

  mengetahui kemampuan masing-masing peserta didik. Kelemahan dari model Pembelajaran Picture and Picture dapat diantisipasi dengan cara guru harus dapat memanajemen waktu sebaik mungkin agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. Guru harus dapat mengelola kelas dengan baik dan melibatkan siswa agar semua siswa dapat aktif dalam pembelajaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian yang terkait dengan pengembangan LKS berbasis model pembelajaran Picture and Picture yang telah dilakukan diantaranya penelitian oleh Tatin Wasiat Ernawati (2007) dalam jurnalnya yang berjudul

  “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Krama Lugu Pada Siswa Kekas II SDN Prajeksari 02 ”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Picture and Picture dapat meningkatkan keterampilan berbicara dan hasil belajar siswa. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Ika Siti Pramita, Mujiono, Sri Sukasih dengan jurnal penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Krama Lugu Siswa Kelas II Melalui Model Pembelajaran Picture And

  Picture juga memperoleh hasil bahwa model pembelajaran Picture and

Picture dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran berbicara

krama lugu .

C. Kerangka Berpikir

  Pembelajaran dapat ditunjang selain dengan kegiatan pembelajaran juga ditunjang dengan penggunaan bahan ajar. Salah satunya bentuk bahan ajar yaitu berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) atau sekarang ini lebih dikenal sebagai LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). Guru sendiri mempunyai peranan penting di dalam proses pembelajaran.

  Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru kelas V di SD Negeri 1 Cihonje bahwa pembelajaran bahasa Jawa di SD tersebut kurang didukung dengan pembelajaran yang menarik dan mengaktifkan siswa. Salah satu alat pendukung pembelajaran adalah LKS ( Lembar Kerja Siswa). LKS yang menarik juga penting sehingga anak senang dengan pelajaran bahasa Jawa.

  Penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan LKS yang menarik, salah satu cara adalah dengan menggunakan media gambar-gambar sebagai pengantar materi dan lembar aktifitas siswa. Model pembelajaran yang sesuai dengan indikator tersebut adalah model pembelajaran Picture and Picture.

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

  Merosotnya pemakaian dan ketidaktertarikan terhadap bahasa Jawa di kalangan generasi muda Pemanfaatan LKS oleh guru untuk meningkatkan prestasi siswa Berdasarkan penelitian yang relevan dapat diketahui bahwa model pembelajaran Picture and Picture dapat membantu siswa untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran.

  Pengembangan LKS bahasa Jawa Berbasis Model pembelajaran Picture and Picture Pengembangan LKS berbasis model pembelajaran

  Picture and Picture

  ini diharapkan dapat menghasilkan bahan ajar yang dapat meningkatkan prestaasi siswa khususnya dalam materi Unggah- Ungguh Basa .

D. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

  1. Adanya penggunaan LKS pada pembelajaran bahasa Jawa di kelas V Sekolah Dasar.

  2. Adanya pengembangan LKS bahasa Jawa berbasis model pembelajaran

  Picture and Picture pada materi Unggah-Ungguh Basa di kelas V Sekolah Dasar.

  3. Penilaian pakar baik LKS bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa berbasis model pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah Dasar.

  4. Respon guru baik terhadap pembelajaran bahasa Jawa menggunakan LKS Bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa berbasis model pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah Dasar.

  5. Respon siswa baik terhadap pembelajaran bahasa Jawa menggunakan LKS bahasa Jawa materi Unggah-Ungguh Basa berbasis model pembelajaran Picture and Picture di kelas V Sekolah Dasar.

  6. Adanya pengaruh penggunaan LKS bahasa Jawa berbasis model pembelajaran Picture and Picture terhadap prestasi belajar pada materi

  Unggah-Ungguh Basa di kelas V Sekolah Dasar.