PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SUHU DAN PERUBAHANNYA

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SUHU DAN PERUBAHANNYA

Oleh Gesty Retnosari

Pada pembelajaran IPA perlu adanya berbagai media pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran agar lebih memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran. Berdasarkan hasil analisis angket potensi dan masalah di SMP Negeri 19 Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa media pembelajaran yang digunakan di kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung masih menggunakan buku paket yang tersedia di perpustakaan sekolah. Menindaklanjuti masalah tersebut, maka dibutuhkan media pembelajaran lainnya sebagai penunjang proses pembelajaran. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan produk berupa LKS berbasis inkuiri terbimbing sebagai media pembelajaran IPA SMP pada materi Suhu dan Perubahannya. Subjek penelitian ini, yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Data penelitian diperoleh dengan instrumen angket dan tes. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan. Prosedur pengembangan LKS ini meliputi: potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi produk, revisi produk, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, dan tahap terakhir produksi. Uji validasi dilakukan oleh ahli desain media pembelajaran dan ahli isi/materi.


(2)

Gesty Retnosari Sedangkan uji satu lawan satu dilakukan terhadap 3 orang siswa dan uji lapangan dilakukan terhadap 26 siswa kelas VII G SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Hasil uji ahli diperoleh beberapa saran perbaikan dari penguji dan setelah itu dilakukan perbaikan sesuai saran-saran dari penguji, LKS yang dikembangkan dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Hasil uji coba produk dan uji coba pemakaian menunjukkan LKS memiliki kriteria kemenarikan sangat baik dengan kategori skor 3,33, kemudahan sangat baik dengan kategori skor 3,31, kriteria kebermanfaatan sangat baik dengan kategori skor 3,36, dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran yaitu mencapai 84,61 % siswa tuntas KKM. KKM di SMP Negeri 19 Bandar Lampung adalah 70.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah dihasilkan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang telah teruji dan layak digunakan dengan kriteria: sangat menarik, sangat mudah digunakan, sangat bermanfaat, dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran karena lebih dari 75% siswa telah mencapai nilai KKM yang sudah ditentukan.


(3)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SUHU DAN PERUBAHANNYA

Oleh

GESTY RETNOSARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pugung Raharjo, pada tanggal 8 Agustus 1993, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Kasno dan Ibu Eri Yuswati.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1997 di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Pugung Raharjo. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1 Pugung Raharjo, diselesaikan tahun 2005. Selanjutnya penulis

melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Sekampung Udik hingga tahun 2008, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono, diselesaikan pada tahun 2011. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa reguler Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan.

Pada tahun 2014, penulis melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata di SMP Negeri 1 Pematang Sawa, Tanggamus. Pada tahun 2015 penulis melaksanakan penelitian di SMP Negeri 19 Bandar Lampung.


(8)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan segala kerendahan hati penulis persembahkan skripsi ini kepada:

1. Bapak Kasno dan Ibu Eri Yuswati tercinta yang telah tulus berkorban, membimbing, selalu memberikan semangat, dan mendoakan setiap waktu untuk keberhasilan penulis.

2. Adik-adikku tercinta Robi Akbar dan Faris Fathurahman yang telah memberiku semangat, doa, dan menjadikan penulis lebih dewasa dalam berpikir dan bertindak.

3. Keluarga besarku yang selalu mendukung, mendoakan, dan membantu keberhasilan penulis.


(9)

MOTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya engkau berharap.” (QS. Al-Insyiroh: 6-8)


(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim...

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “ Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Suhu dan Perubahannya”. Penulis

menyadari bahwa dengan bantuan berbagai pihak, skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. Nengah Maharta, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing I yang telah memotivasi dan membimbing penulis selama

penulisan skripsi.

5. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku Pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis.

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.


(11)

7. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung. 8. Bapak Dr. Sumadi, M. S., dan Bapak Prof. Dr. Warsito, D. E. A., selaku

penguji ahli, terima kasih atas bimbingan dan sarannya.

9. Ibu Hj. Sri Chairattini E. A., S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

10.Ibu Evi Linda, S.Pd., serta seluruh guru dan staf di SMP Negeri 19 Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung. 11.Siswa-siswi kelas VII D dan VII G SMP Negeri 19 Bandar Lampung

terimakasih atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung. 12.Sahabat-sahabatku keluarga besar pendidikan fisika 2011 A dan keluarga

besar pendidikan fisika 2011 B (Intan, Sam, Lusi, Ayun, Afifah, Rini, Rosita, Tiara, Asih, Nike, Marlia, Sonia, Uci, Munir, Yusuf, Rettya, Sugeng, Ardi, Deni, Anshori, Ibnu, Sofya, Jivi, Yeni, Hendri, Adinata).

13.Sahabat-sahabatku tersayang Widi Yanto, Tari, Iim, Herdiyani, Nissa, Eva , Meli, Nur, terima kasih untuk semua kasih sayang, semangat, doa dan persahabatan yang terjalin indah sampai sekarang.

14.Teman –teman seperjuangan KKN Wayan, Herlinda, Shella, Abeth, Donna, Deffi, Iqbal, Fikri, dan Aditya terimakasih atas semangat dan doa yang tidak akan terlupakan.

Penulis berdoa, semoga semua amal dan bantuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, Juni 2015


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Penelitian dan Pengembangan ... 6

B. Lembar Kerja Siswa ... 7

C. Pembelajaran Inkuiri... 12

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 16

B. Subjek Evaluasi Pengembangan Produk ... 17

C. Prosedur Pengembangan ... 17

1. Potensi dan Masalah ... 18

2. Mengumpulkan Data ... 18

3. Desain Produk ... 19


(13)

xiv

5. Revisi Desain ... 19

6. Uji Coba Produk ... 20

7. Revisi Produk ... 20

8. Uji Coba Pemakaian ... 20

9. Revisi Produk ... 21

10.Pembuatan Produk ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

1. Metode Observasi ... 21

2. Metode Angket ... 22

3. Metode Tes Khusus ... 22

E. Teknik Analisis Data ... 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan ... 26

B. Pembahasan ... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. a. Kisi-kisi Instrumen Analisis Potensi dan Masalah Guru ... 48

b. Angket Analisis Potensi dan Masalah Guru ... 49

c. Hasil Analisis Angket Pengungkap Potensi dan Masalah Guru ... 51

2. a. Kisi-kisi Instrumen Analisis Potensi dan Masalah Siswa ... 52

b. Angket Analisis Potensi dan Masalah Siswa ... 53

c. Hasil angket Pengungkap Potensi dan Masalah Siswa ... 55

3. Silabus Mata Pelajaran IPA ... 56

4. Pemetaan/Analisis SK-KD ... 59

5. RPP. ... 61


(14)

xv

7. Desain Produk LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 102

8. a. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli Materi LKS ... 103

b. Instrumen Uji Ahli Materi LKS ... 105

c. Hasil Uji Ahli Materi LKS ... 110

9. a. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli Desain LKS... 114

b. Instrumen Uji Ahli Desain LKS ... 117

c. Hasil Uji Ahli Desain LKS ... 122

10. a. Kisi-kisi Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan LKS ... 126

b. Instrumen Uji Kemenarikan, Kemudahan dan Kemanfaatan LKS ... 129

11. a. Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Uji Keefektifan LKS ... 133

b. Instrumen Uji Keefektifan LKS... 155

12. Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 169

13. Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ... 171

14. Hasil Uji Keefektifan LKS ... 175


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 14

3.1Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ... 24

3.2Konversi Skor Penilaian ... 25

4.1 Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain ... 31

4.2 Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi ... 32

4.3 Hasil Uji Coba Produk ... 33

4.4 Respon Penilaian Siswa dalam Uji Lapangan (Kelompok Kecil) terhadap Penggunaan Prototipe II ... 34


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman 3.1 Langkah-Langkah Pengembangan ... 17 3.2 One-Shot Case Study ... 22


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya dan dapat dirumuskan kebenarannya secara empiris. Istilah IPA dikenal juga dengan istilah Sains. Pada hakikatnya IPA

merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenaranya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.Untuk memperoleh produk-produk IPA, proses/metode penyelidikan IPA meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan sainstis, misalnya observasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesa, dan

merumuskan kesimpulan.

Pada saat ini dalam pembelajaran IPA, cara mengajar guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Peran guru adalah mendorong peserta didik untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsip untuk peserta didik sendiri. Dengan kata lain, peserta didik harus aktif dalam menggunakan proses mentalnya dalam pembelajaran sehingga mereka

memperoleh pengalaman secara langsung untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip tersebut. Proses-proses mental itu misalnya mengamati, menanya


(18)

2 dan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, serta menyajikan hasil kerjanya.

Salah satu upaya guru agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran adalah dengan memilih media pembelajaran yang tepat bagi siswa. Dalam memilih media pembelajaran juga harus memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Media pembelajaran yang sudah ada biasanya masih bersifat monoton, sehingga dibutuhkan media yang dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung. Media pembelajaran yang tersedia sudah beraneka ragam, misalnya media pembelajaran berbasis cetakan yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang sudah tersedia seharusnya dapat dikembangkan menjadi LKS yang dapat memberikan pengalaman belajar siswa secara langsung. Pada kenyataannya, banyak LKS yang belum sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada saat ini. Sehingga dengan menggunakan LKS tersebut, siswa belum secara optimal melakukan pengalaman secara langsung untuk menemukan konsep atau prinsip yang akan dipelajari.

Pada proses pembelajaran IPA adanya berbagai media pembelajaran lain dirasa dapat mengembangkan minat belajar siswa. Dalam hal ini siswa tidak hanya terpaku kepada buku siswa saja. Hasil analisis angket di SMP N 19 Bandar Lampung menunjukan bahwa 68% siswa kelas VII menyatakan bahwa guru belum menggunakan media berupa LKS dalam pembelajaran IPA dan 76% siswa menyatakan bahwa pembelajaran IPA hanya menggunakan media berupa buku siswa. Di SMP Negeri 19 Bandar Lampung guru belum


(19)

3 menggunakan media pembelajaran tertentu untuk membelajarkan materi suhu dan perubahannya. Guru setuju bila dikembangkan LKS yang dapat

membantu siswa berperan aktif dalam pembelajaran materi suhu dan perubahannya agar konsepnya lebih mudah dipahami. Dengan adanya LKS dirasa dapat membantu siswa mempermudah memahami konsep materi yang disampaikan.

Untuk mendapatkan media pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dapat dibuat LKS dengan menggunakan pendekatan dan metode tertentu. LKS dengan metode inkuiri terbimbing dapat membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi pembelajaran dan dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa. LKS berbasis inkuiri termbimbing ini dapat digunakan siswa sebagai media pembelajaran untuk penunjang kegiatan belajar siswa.

Berdasarkan uraian tersebut maka telah dilakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing

Pada Materi Suhu dan Perubahannya”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagaimana produk LKS yang berbasis inkuiri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya?


(20)

4 2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS yang

berbasis inkuiri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya? 3. Bagaimana keefektifan LKS pada pembelajaran IPA materi suhu dan

perubahannya? C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan pengembangan ini adalah: 1. Menghasilkan produk berupa LKS yang berbasis inkuiri terbimbing pada

materi suhu dan perubahannya.

2. Mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKS yang berbasis inkuri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya.

3. Mendeskripsikan keefektifan LKS yang berbasis inkuri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah: 1. Produk yang dihasilkan berupa LKS yang dapat membantu siswa dalam

mengembangkan pengetahuan dan pengalaman belajar secara langsung, dan dapat digunakan untuk mencapai penguasaan kompetensi.

2. Produk LKS yang dihasilkan dapat meningkatkan keefektifan dalam pembelajaran IPA, pada materi suhu dan perubahannya.


(21)

5 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu. Pengembangan yang dimaksud adalah

pengembangan LKS pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing. 2. LKS ini dikembangkan dengan menggunakan model inkuiri terbimbing,

yang merupakan suatu proses untuk memperoleh informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah. 3. Materi pokok yang disajikan dalam penelitian adalah materi IPA

semester genap kelas VII SMP/Mts materi pokok suhu dan perubahannya. 4. Uji produk pada penelitian ini dilakukan oleh ahli desain, ahli isi/materi

pembelajaran, uji coba produk, dan uji pemakaian di lapangan.

5. Uji coba produk di lapangan dilakukan pada salah satu kelas VII di SMP Negeri 19 Bandar Lampung.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Penelitian dan Pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan atau yang lebih dikenal dengan istilah Research and Development (R & D), merupakan model penelitian

pengembangan yang banyak digunakan dalam pengembangan pendidikan. Sanjaya (2013: 129) mengungkapkan bahwa penelitian dan pengembangan (R & D) merupakan proses pengembangan dan validasi produk penelitian.

Metode penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2013: 298) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan penelitian yang banyak digunakan dalam

pengembangan pendidikan untuk membuat atau menghasilkan sebuah produk yang kemudian diuji keefektifannya dan divalidasi sehingga menjadi produk yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

Karakteristik R & D menurut Sanjaya (2013: 132) adalah:

1. R & D bertujuan untuk menghasilkan produk dalam berbagai aspek pembelajaran dan pendidikan, yang biasanya produk tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Dengan demikian R & D tidak berhubungan dengan klarifikasi atau pengujian suatu teori, atau


(23)

7 menghasilkan prinsip-prinsip tertentu seperti pada jenis penelitian yang lain, kalaupun R & D menghasilkan prinsip, dalil atau hukum, maka semua itu tidak terlepas dari produk yang dihasilkan.

2. Proses pelaksanaan R & D diawali dengan studi atau survei pendahuluan yang dilakukan untuk memahami segala sesuatu yang terlaksana di lapangan sesuai dengan objek pengembangan yang dapat digunakan, survei pendahuluan diperlukan sebagai dasar pengembangan desain. Survei pendahuluan dilakukan dengan studi lapangan dan studi kepustakaan.

3. Proses pengembangan dilakukan secara terus menerus dalam beberapa siklus dengan melibatkan subjek penelitian dalam lapangan yang nyata tanpa mengganggu sistem dan program yang telah direncanakan dan ditata sebelumnya. Oleh sebeb itu, dalam proses pelaksanaannya

menggunakan action research merupakan metode penelitian yang sering digunakan, dengan menggunakan instrumen penelitian catatan lapangan dan catatan observasi.

4. Pengujian validasi dilakukan untuk menguji keandalan model

pengembangan baik keandalan dilihat dari proses pembelajaran (validasi eksternal) maupun keandalan dilihat dari hasil belajar (validasi internal). Subjek penelitian terlibat dalam pengujian validasi yang terdiri atas subjek berkategori kurang, sedang, dan baik.

5. R & D tidak menguji teori tertentu atau menghasilkan prinsip, dalil atau hukum kecuali berkaitan dengan apa yang sedang dikembangkan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa R & D adalah penelitian yang menghasilkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu. Proses awal dalam R & D adalah dengan melakukan penelitian pendahuluan. Selanjutnya produk yang dikembangkan diuji validasi agar sesuai dengan apa yang dibutuhkan dilapangan.

B. Lembar Kerja Siswa

LKS merupakan lembaran-lembaran yang berupa panduan untuk latihan dalam proses pembelajaran. LKS digunakan sebagai perangkat pembelajaran yang menjadi pendukung buku dalam pencapaian kompetensi dasar siswa.


(24)

8 Pengertian LKS menurut Trianto (2007: 73) yaitu:

LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan ini dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi.

Selanjutnya, pengertian LKS menurut Purwoko (2013) adalah:

LKS adalah lembaran-lembaran yang berisi materi ajar yang memiliki tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan menguasai materi. Selain itu LKS sebagai penunjang untuk meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar dapat mengoptimalkan hasil belajar. Peran LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah. Tujuan LKS seperti yang dikatakan Hidayat (2013) adalah:

1. Memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik

2. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap meteri yang telah disajikan

3. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.

Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah:

1. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran, 2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep, 3. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan

keterampilan proses,

4. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran,

5. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar,

6. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan balajar secara sistematis.


(25)

9 LKS dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian berdasarkan isinya seperti yang dikatakan Sriyono dalam Asyhari (2011: 18) yaitu:

1. fakta, merupakan tugas yang sifatnya mengarahkan siswa untuk mencari fakta-fakta atau hal-hal lain yang berhubungan dengan bahan yang diajarkan.

2. pengkajian, merupakan penggalian pengertian tentang bahan kearah pemahaman.

3. pemantapan dan kesimpulan, yang sifatnya memantapkan materi pelajaran yang dikaji dalam diskusi kelas dimana kebenaran kesimpulan telah ditemukan dan diterima oleh semua peserta. Berdasarkan uraian di atas LKS adalah lembaran yang berisi materi dan latihan yang digunakan untuk melakukan kegiatan dalam pemecahan masalah, memberikan pengetahuan, dan meningkatkan keterampilan siswa. LKS juga dapat digunakan guru dan siswa sebagai pedoman dalam

melaksanakan pembelajaran. Penggunaan LKS juga dapat memungkinkan guru untuk mengajar secara maksimal. Tujuan adanya LKS adalah untuk memberikan pengetahuan dan mencari tahu tingkat pemahaman peserta didik terhadap meteri yang telah disajikan. Manfaat LKS dalam pembelajaran adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki, membantu memahami konsep materi yang dipelajari, dan dapat mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.

Penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis. Hal ini seperti yang dikatakan Darmodjo dan Kaligis dalam Indriyani (2013: 15) yang menyatakan bahwa:


(26)

10 1. Syarat didaktik

Syarat didaktik ini berarti LKS harus mengikuti asas-asas

pembelajaran efektif, yaitu : (1) memperhatikan adanya perbedaan individu sehingga dapat digunakan oleh seluruh siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda. LKS dapat digunakan oleh siswa lamban, sedang maupun pandai. Kekeliruan yang umum adalah kelas yang dianggap homogeny; (2) menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai penunjuk bagi siswa untuk mencari informasi bukan alat pemberitahu informasi; (3) memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa sehingga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menulis, bereksperimen,

praktikum, dan lain sebagainya; (4) mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri anak, sehingga tidak hanya ditunjukan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep-konsep akademis maupun juga kemampuan sosial dan psikologis; (5) menentukan pengalaman belajar dengan tujuan pengembangan pribadi siswa bukan materi pelajaran.

2. Syarat konstruksi

Syarat konstuksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Adapun syarat-syarat konstruksi

tersebut, yaitu: (1) LKS menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak; (2) LKS menggunakan struktur kalimat yang jelas; (3) LKS memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, artinya dalam hal-hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks; (4) LKS menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka; (5) LKS mengacu pada buku standar dalam kemampuan keterbatasan siswa; (6) LKS

menyediakan ruang yang cukup untuk memneri keleluasan pada siswa untuk menulis atau menggambarkan hal-hal yang siswa ingin sampaikan; (7) LKS menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek; (8) LKS menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata; (9) LKS dapat digunakan untuk anak-anak baik yang lamban maupun yang cepat; (10) LKS memiliki tujuan belajar yang jelas serta menfaat dari itu sebagai sumber motivasi; (11) LKS mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. 3. Syarat teknik

a. Tulisan

Tulisan dalam LKS diharapkan memperhatikan hal-hal berikut: 1) LKS menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan

huruf latin/romawi.

2) LKS menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik.


(27)

11 4) LKS menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat

perintah dengan jawaban siswa.

5) LKS memperbandingkan antara huruf dan gambar dengan serasi.

b. Gambar

Gambar yang baik adalah yang menyampaikan pesan secara efektif pada pengguna LKS.

c. Penampilan

Penampilan dalam LKS dibuat semenarik mungkin.

Berdasarkan uraian di atas penyusunan LKS harus memenuhi syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. Dalam syarat didaktik LKS yang dibuat harus memenuhi asas-asas pembelajaran yang efektif yaitu harus

memperhatikan adanya perbedaan individu sehingga setiap individu dapat dengan mudah menerima materi yang disampaikan. Dalam syarat konstruksi LKS yang dibuat harus memperhatikan penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan susunan kalimat agar mudah dipahami oleh siswa. dalam syarat teknik LKS yang dibuat harus memperhatikan tulisan, gambar dan penampilan agar menarik sehingga tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat terima siswa dengan baik.

Adapun format LKS yang dikembangkan menurut Suyanto dan Sartinem (2009: 12) yaitu:

1. Judul: Berupa judul suatu topik pembelajaran.

2. Tujuan Pembelajaran: Berupa tujuan pembelajaran khusus (TPK), yang pengembangannya melalui Analisis Materi Pembelajaran (AMP).

3. Wacana-wacana materi prasyarat berupa pendahuluan, sebagai pengetahuan dan keterampilan yang merupakan bekal awal ajar. Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat berupa kemampuan konseptual fisika ataupun keterampilan-keterampilan dasar laboratoris.

4. Wacana Utama: suatu wacana yang sesuai dengan topik pembelajaran. Wacana ini dapat berupa ceramah, tuntunan


(28)

12 menggunakan bahan kepustakaan atau tugas-tugas laboratoris. Wacana utama ini menyajikan contoh soal dan atau contoh pemecahan masalah menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk memecahkan masalah dengan prosedur ilmiah, soal-soal latihan menyelasaikan soal, atau latihan menyelesaikan tugas memecahkan masalah secara laboratoris.

5. Kegiatan pralaboratorium: berupa penyajian masalah yang harus disampaikan guru untuk dipecahkan oleh siswa dengan prosedur ilmiah, berisi pula tuntunan merumuskan hipotesis, tuntunan merencanakan suatu kegiatan kerja untuk menguji rumusan

hiopotesis yang telah dirumuskan. Setiap kegiatan pralaboratorium melibatkan siswa secara aktif, yang meminta perannya sebagai tempat konsultasi dan memberikan keputusan bahwa prosedur kerja yang direncanakan siswa sungguh dapat dikerjakan.

6. Kegiatan Laboratorium: berupa instruksi untuk melakukan kegiatan kerja yang telah direncanakan dan telah diperiksa guru, bimbingan pengumpulan data, bimbingan analisis data, dan bimbingan

penarikan kesimpulan. Semua bimbingan berupa pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya merupakan tuntunan melakukan setiap langkah prosedur ilmiah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa format pengembangan LKS terdiri dari enam kompenen. Format LKS tersebut terdiri dari judul, tujuan pembelajaran, wacana-wacana materi prasyarat pendahuluan, wacana utama, kegiatan pralaboratorium, dan kegiatan laboratorium.

C. Pembelajaran Inkuiri

Dalam kegiatan belajar mengajar pemilihan model pembelajaran juga sangat penting dilakukan. Model pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran model inkuiri melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam melakukan proses pembelajaran.


(29)

13 Model inkuiri menurut Dimyati dan Mudjiono (2010: 173) yaitu:

Model inkuiri merupakan pengajaran yang mengharuskan siswa mengolah pesan sehingga memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai. Dalam model inkuiri siswa dirancang untuk terlibat dalam melakukan inkuiri. Model pengajaran inkuiri merupakan pengajaran yang terpusat pada siswa. Tujuan utama model inkuiri adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah.

Selanjutnya, pendekatan inkuiri menurut Suryani dan Agung (2012: 25) adalah:

Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah.

Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan keaktifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek belajar. Peranan guru dalam

pendekatan inkuiri adalah membimbing belajar dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa model inkuiri adalah model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam model ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Tugas guru hanya membimbing siswa dalam

menyelesaikan masalah yang telah disediakan.

Lima tahapan yang harus ditempuh dalam melaksanakan kegiatan inkuiri menurut Suryani dan Agung (2012: 25) adalah:

Untuk dapat melaksanakan kegiatan inkuiri ada lima tahapan yang harus ditempuh, yakni: 1) perumusan masalah untuk dipecahkan oleh siswa, 2) menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, 3) siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan/ hipotesis, 4) menarik


(30)

14 kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan 5) mengaplikasikan

kesimpulan/ generalisasi dalam situasi baru.

Ada beberarapa tahapan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing. Trianto (2011: 172) menyatakan bahwa tahap pembelajaran inkuiri terbimbing

meliputi menyajikan pertanyaan atau masalah, membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan untuk memperoleh data, mengumpulkan dan menganalisis data, serta membuat kesimpulan. Tahapan- tahapan tersebut dapat dilihat seperti Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tahapan-tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Fase

Ke -

Indikator Peran Guru

1 Menyajikan pertanyaan atau masalah.

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan di tuliskan di papan tulis. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.

2 Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan

hipotesis yang akan digunakan untuk dijadikan prioritas penyelidikan.

3 Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan

dilakukan.Guru membimbing siswa dalam menentukan langkah-langkah percobaan. 4 Melakukan percobaan

untuk memperoleh data.

Guru membimbing siswa mendapatkan data melalui percobaan.

5 Mengumpulkan dan menganalisis data

Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6 Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan berdasarkan data yang telah diperoleh.


(31)

15 Adapun langkah – langkah inkuiri terbimbing menurut Memes (2000: 42) yaitu:

Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing terdapat enam langkah yang harus ditempuh, yakni: (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) merencanakan kegiatan, (4) melaksanakan kegiatan, (5) mengumpulkan data, (6) mengambil kesimpulan. Enam langkah pada inkuri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa tahapan-tahapan dalam metode inkuiri terbimbing adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis data dan membuat kesimpulan.


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau penelitian dan pengembangan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya (IPA kelas VII), dan diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi siswa untuk memahami materi pelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Pada tahap pengembangan lembar kerja siswa ini sebelum diuji cobakan ke siswa, LKS dilakukan validasi ahli terlebih dahulu. Validasi ahli terdiri dari validasi desain dan validasi materi yang dilakukan oleh dua orang dosen Unila. Uji coba lapangan terdiri dari uji coba satu lawan satu dan uji

kelompok kecil yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Uji coba satu lawan satu dilakukan oleh 3 siswa kelas VII D SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Sementara, uji kelompok kecil dilakukan oleh kelas VII G SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Uji coba ke siswa bertujuan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan, serta keefektifan LKS yang telah dibuat.


(33)

17 B. Subjek Evaluasi Pengembangan Produk

Subjek evaluasi pada pengembangan produk ini terdiri atas ahli bidang isi atau materi, ahli media atau desain, uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Uji ahli materi dilakukan oleh ahli bidang isi atau materi untuk mengevaluasi isi materi pembelajaran. Uji ahli desain dilakukan oleh ahli media atau desain. Subjek uji coba produk yaitu uji satu lawan satu adalah 3 siswa kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung, sedangkan subjek uji coba pemakaian adalah salah satu kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung. C. Prosedur Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan yang diadaptasi dari prosedur pengembangan menurut Sugiyono (2013: 298). Model pengembangan tersebut meliputi sepuluh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu : (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain Produk, (4) Validasi Produk, (5) Revisi Produk, (6) Uji coba produk, (7) Revisi Produk, (8) Uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) Produksi. Langkah-langkah tersebut digambarkan seperti Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Langkah- Langkah Pengembangan Sumber: Sugiyono (2013: 298)

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk Validasi

Produk

Uji Coba Pemakaian

Revisi Produk Uji Coba

Produk

Revisi Produk


(34)

18 1. Potensi dan Masalah

Dalam melakukan penelitian hal pertama yang dilakukan adalah

mengetahui potensi dan masalah yang ada. Potensi adalah segala sesuatu yang kita dayagunakan akan memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan realita yang terjadi. Pada tahap penelitian ini, dilakukan penelitian untuk mendapatkan

informasi terkait media pembelajaran yang ada di sekolah. Potensi yang ada di sekolah tempat peneliti melakukan penelitian pendahuluan sudah menggunakan media pembelajaran berupa buku guru dan buku siswa yang sudah disediakan oleh Kemendikbud 2013. Namun, masalahnya adalah media yang digunakan dalam pembelajaran hanya bergantung pada buku guru dan buku siswa. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dapat dirancang model penanganan yang efektif. Untuk memperoleh informasi ini dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa kelas VII dan guru IPA Terpadu SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

2. Mengumpulkan Data

Setelah melalui tahap potensi masalah, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang dapat mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan informasi dilakukan dengan kajian pustaka dari berbagai buku atau jurnal.


(35)

19 3. Desain produk

Desain produk merupakan hasil akhir dari serangkaian penelitian awal, yang berupa membuat rancangan produk yang akan dikembangkan. Hasil akhir dari tahap ini adalah sebuah desain produk yang lengkap, namun masih bersifat hipotetik atau belum terbukti, akan terbukti jika setelah melakukan pengujian-pengujian.

4. Validasi Produk

Validasi produk dilakukan untuk menilai apakah rancangan produk baru secara rasional akan lebih efektif dari yang sudah tersedia sebelumnya. Pada tahap ini, dapat dilakukan dengan cara menghadirkan tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk tersebut. Validasi ini dilakukan oleh dosen Unila. Validasi produk ini dilakukan untuk

mengetahui kelemahan dan kelebihan produk yang akan dikembangkan. Instrumen yang dipakai dalam validasi produk ini, yaitu menggunakan angket. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan

mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran.

5. Revisi Produk

Setelah melalui uji validasi produk oleh para ahli, kemudian rancangan produk akan diketahui kelemahannya. Kelemahan dari produk tersebut selanjutnya diperbaiki sebelum diuji cobakan. Perbaikan yang dilakukan sesuai saran perbaikan oleh penguji.


(36)

20 6. Uji Coba Produk

Berdasarkan hasil perbaikan yang melalui uji ahli kemudian dibuat prototipe I. Uji coba produk dilakukan secara eksperimen. Produk yang telah dibuat diuji cobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba ini merupakan uji satu lawan satu yang dilakukan terbatas. Uji satu lawan satu dilakukan dengan memilih 3 siswa yang dapat mewakili populasi siswa kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan dalam pemakaian produk, dan kemanfaatan produk yang telah dibuat. Instrumen yang digunakan untuk uji coba ini adalah angket uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan. 7. Revisi Produk

Setelah melakukan uji coba produk maka diketahui bagaimana

kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk tersebut. Selanjutnya produk perlu direvisi kembali untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih ada. Revisi ini dilakukan untuk menyempurnakan kembali produk yang telah dikembangkan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. 8. Uji Coba Pemakaian

Produk yang telah diuji coba dan direvisi diberi nama prototipe II. Uji ini dilakukan dengan subjek yang lebih luas. Tujuannya untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan, serta keefektifan penggunaan produk dalam ruang lingkup yang lebih luas. Hal ini diperlukan karena kadang-kadang apa yang telah dikonsepkan belum tentu sesuai dengan kenyataan dilapangan.


(37)

21 Pada uji ini dilakukan kepada satu kelas sampel, yaitu sebanyak 30 orang siswa dengan berbagai karakteristik ( tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, dan sebagainya). Kemudian siswa diberikan berupa lembar observasi/ pengamatan yang berisi tentang kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan.

9. Revisi Produk

Revisi ini dilakukan apabila dalam pemakaian masih terdapat kekurangan dalam produk. Pada tahap ini peneliti merevisi kembali sebelum produk diproduksi agar produk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan.

10.Pembuatan Produk

Langkah selanjutnya setelah revisi produk, yaitu menghasilkan produk akhir. Produk akhir ini dihasilkan setelah adanya perbaikan dari hasil uji coba lapangan. Pada tahap ini peneliti memproduksi LKS.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian pengembangan ini untuk memperoleh data dilakukan

melalui tiga metode. Ketiga metode tersebut adalah metode observasi, metode angket dan metode tes khusus.

1. Metode Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk menginventaris sumber belajar dan sumber daya sekolah, seperti ketersediaan sumber belajar, laboratorium, dan perpustakaan sekolah.


(38)

22 2. Metode Angket

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu berupa angket. Angket analisis kebutuhan digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan sekolah, guru, dan siswa dalam proses pembelajaran. Angket diberikan kepada guru dan siswa SMP Negeri 19 Bandar

Lampung. Instrumen angket juga digunakan pada uji validasi ahli untuk mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan isi materi dan kesesuaian desain. Instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk. 3. Metode Tes Khusus

Metode tes khusus dilakukan untuk mengetahui tingkat keefektifan suatu produk yang dikembangkan. Desain penelitian yang digunakan adalah One Shot Case Study. Pada desain ini subjek diberikan perlakuan tertentu, kemudian dilakukan pengukuran terhadap variabel tanpa adanya kelompok pembanding dan tes awal. Desain yang digunakan dalam Setyosari

(2012: 174) dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 One-Shot Case Study

Keterangan : X = Treatment, penggunaan Lembar Kerja Siswa O = Hasil belajar siswa

Sumber: Setyosari (2012: 174)


(39)

23 Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel, yaitu siswa kelas VII G di SMP Negeri 19 Bandar Lampung, pada tahap ini siswa menggunakan LKS yang dibuat dan melakukan tahapan-tahapan dalam LKS, kemudian siswa diberi soal post test. Hasil post test dianalis digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPA di sekolah sebagai pembanding. Apabila 75% nilai siswa yang diuji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk pengembangan digunakan sebagai media pembelajaran.

E. Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data hasil analisis potensi dan masalah, data tersebut digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat kebutuhan produk yang dikembangkan. Data kesesuaian materi pembelajaran dan desain pada produk diperoleh dari ahli materi dan ahli desain melalui uji validasi ahli. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan. Data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk diperoleh dari uji coba lapangan yang dilakukan secara langsung kepada siswa. Terakhir, yaitu data hasil belajar diperoleh melalui tes khusus setelah produk digunakan untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran.

Analisis data yang dilakukan berdasarkan instrumen uji validasi ahli dan uji coba lapangan bertujuan untuk menilai sesuai atau tidak produk yang dihasilkan sebagai salah satu media pembelajaran. Pada instrumen angket penilaian uji validasi ahli memiliki 2 pilihan jawaban yang sesuai dengan


(40)

24 konten pertanyaan. Instrumen penilaian uji validasi ahli memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Ya” dan “Tidak”. Masing- masing pilihan jawaban mengartikan tentang kelayakan produk tersebut. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”. Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa pada tahap uji coba lapangan. Instrumen angket terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban yang sesuai dengan konten pertanyaan, yaitu: “tidakmenarik”, ”cukup menarik”, ”menarik”, dan “sangat menarik”. Untuk memperoleh data kemudahan produk juga memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak mempermudah”, ”cukup mempermudah”, ”mempermudah”, dan “sangat

mempermudah”. Dan untuk memperoleh data kemanfaatan produk juga

memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak bermanfaat”, ”cukup bermanfaat”, ”bermanfaat”, dan “sangat bermanfaat”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor yang berbeda. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor dan hasilnya dikali dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban

Skor Uji Kemenarikan Uji Kemudahan Uji Kemanfaatan

Sangat Menarik Sangat Mudah Sangat Bermanfaat 4

Menarik Mudah Bermanfaat 3

Cukup Menarik Cukup Mudah Cukup Bermanfaat 2

Tidak Menarik Sangat Mudah Tidak Bermanfaat 1


(41)

25 Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subjek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan.

Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 – 4,00 Sangat baik

3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang baik

1 1,01 – 1,75 Tidak baik

Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009: 20)

Untuk data hasil post test digunakan nilai KKM mata pelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Produk dikatakan layak dan efektif digunakan apabila 75% nilai siswa mencapai KKM.


(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Kesimpulan penelitian dan pengembangan ini adalah:

1. Penelitian ini menghasilkan produk LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya untuk siswa kelas VII SMP.

2. LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya memiliki kriteria: sangat menarik digunakan dengan kategori skor 3,33, sangat mudah digunakan dengan kategori skor 3,31, sangat bermanfaat dengan kategori skor 3,36.

3. LKS dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran

berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 79,61 dengan persentase ketuntasan sebesar 84,61% pada uji lapangan terhadap siswa kelas VII G SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

B.Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Sebaiknya dilakukan kegiatan penelitan lanjutan untuk menghasilkan LKS berbasis inkuiri terbimbing untuk pokok bahasan lain, atau LKS fisika dengan menggunakan model pembelajaran lain, disesuaikan dengan pokok bahasannya.


(43)

44 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat

keefektifan LKS dalam lingkup yang lebih luas di beberapa tempat dengan situasi yang berbeda.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Asyhari, Ardian. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Bermuatan Pendidikan Karakter, Keterampilan Sosial, dan Keterampilan Proses Sains. Skipsi. Bandar Lampung: Unila (Tidak Diterbitkan). Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Hidayat, Rahmat. 2013. Pengembangan lembar kerja siswa beracuan pendekatan penemuan terbimbing pada meteri segitiga untuk siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama. http://propsem.blogspot.com/2013/06/pengembangan-lembar-kerja-siswa.html. Diakses 18 November 2014.

Indriyani, Irma Rosa. 2013. Pengembangan LKS (Learning Cycle) dan

Mengembangkan Siswa SMA Kelas X Fisika Berbasis Siklus Belajar 7e Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pokok Bahasan Elektromagnetik. Tesis. Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan (Tidak Diterbitkan).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Memes, Wayan. 2000. Dasar Evaluasi Pendidikan. Grafindo. Jakarta.

Purnaningtyas, Rulita. 2012. Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) dengan Tema “Asyiknya Berolah Raga dan Berkeringat” Guna Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Negeri 1 Klaten. Jurnal Pendidikan IPA FMIPA UNY. Yogyakarta: UNY. Purwanto, Andik dan Resty Sasmita. 2013. Pembelajaran Fisika dengan

Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung: Unila.

Purwoko, Prida. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lembar Kerja Siswa. http://pridapurwoko.blogspot.com/. Diakses pada 18 November 2014. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur.


(45)

46 Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka.

______. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(1)

konten pertanyaan. Instrumen penilaian uji validasi ahli memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “Ya” dan “Tidak”. Masing- masing pilihan jawaban mengartikan tentang kelayakan produk tersebut. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”. Data kemenarikan produk diperoleh dari siswa pada tahap uji coba lapangan. Instrumen angket terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban yang sesuai dengan konten pertanyaan, yaitu: “tidakmenarik”, ”cukup menarik”, ”menarik”, dan “sangat menarik”. Untuk memperoleh data kemudahan produk juga memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak mempermudah”, ”cukup mempermudah”, ”mempermudah”, dan “sangat mempermudah”. Dan untuk memperoleh data kemanfaatan produk juga memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu : “tidak bermanfaat”, ”cukup bermanfaat”, ”bermanfaat”, dan “sangat bermanfaat”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor yang berbeda. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor dan hasilnya dikali dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban

Skor Uji Kemenarikan Uji Kemudahan Uji Kemanfaatan

Sangat Menarik Sangat Mudah Sangat Bermanfaat 4

Menarik Mudah Bermanfaat 3

Cukup Menarik Cukup Mudah Cukup Bermanfaat 2 Tidak Menarik Sangat Mudah Tidak Bermanfaat 1 Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009: 20)


(2)

25 Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah subjek sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan.

Hasil konversi ini diperoleh dengan melakukan analisis secara deskriptif terhadap skor penilaian yang diperoleh. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian

Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 – 4,00 Sangat baik

3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang baik

1 1,01 – 1,75 Tidak baik

Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009: 20)

Untuk data hasil post test digunakan nilai KKM mata pelajaran IPA Terpadu di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Produk dikatakan layak dan efektif digunakan apabila 75% nilai siswa mencapai KKM.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Kesimpulan penelitian dan pengembangan ini adalah:

1. Penelitian ini menghasilkan produk LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya untuk siswa kelas VII SMP.

2. LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi suhu dan perubahannya memiliki kriteria: sangat menarik digunakan dengan kategori skor 3,33, sangat mudah digunakan dengan kategori skor 3,31, sangat bermanfaat dengan kategori skor 3,36.

3. LKS dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran

berdasarkan perolehan hasil belajar siswa yang mencapai nilai rata-rata 79,61 dengan persentase ketuntasan sebesar 84,61% pada uji lapangan terhadap siswa kelas VII G SMP Negeri 19 Bandar Lampung.

B.Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Sebaiknya dilakukan kegiatan penelitan lanjutan untuk menghasilkan LKS berbasis inkuiri terbimbing untuk pokok bahasan lain, atau LKS fisika dengan menggunakan model pembelajaran lain, disesuaikan dengan pokok bahasannya.


(4)

44 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat

keefektifan LKS dalam lingkup yang lebih luas di beberapa tempat dengan situasi yang berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Asyhari, Ardian. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Bermuatan Pendidikan Karakter, Keterampilan Sosial, dan Keterampilan Proses Sains. Skipsi. Bandar Lampung: Unila (Tidak Diterbitkan). Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Hidayat, Rahmat. 2013. Pengembangan lembar kerja siswa beracuan pendekatan penemuan terbimbing pada meteri segitiga untuk siswa kelas VII Sekolah

Menengah Pertama.

http://propsem.blogspot.com/2013/06/pengembangan-lembar-kerja-siswa.html. Diakses 18 November 2014.

Indriyani, Irma Rosa. 2013. Pengembangan LKS (Learning Cycle) dan

Mengembangkan Siswa SMA Kelas X Fisika Berbasis Siklus Belajar 7e Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pokok Bahasan Elektromagnetik. Tesis. Yogyakarta. Universitas Ahmad Dahlan (Tidak Diterbitkan).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Memes, Wayan. 2000. Dasar Evaluasi Pendidikan. Grafindo. Jakarta.

Purnaningtyas, Rulita. 2012. Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) dengan Tema “Asyiknya Berolah Raga dan Berkeringat” Guna Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Negeri 1 Klaten. Jurnal Pendidikan IPA FMIPA UNY. Yogyakarta: UNY. Purwanto, Andik dan Resty Sasmita. 2013. Pembelajaran Fisika dengan

Menerapkan Model Inkuiri Terbimbing dalam Menumbuhkan Kemampuan Berfikir Logis Siswa di SMA Negeri 8 Bengkulu. Prosiding Semirata

FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung: Unila.

Purwoko, Prida. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Lembar Kerja Siswa. http://pridapurwoko.blogspot.com/. Diakses pada 18 November 2014. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur.


(6)

46 Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif

dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suryani, Nunuk dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding

Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka.

______. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan